Anda di halaman 1dari 80

BUPATI BUTON TENGAH

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON TENGAH


NOMOR 6 TAHUN 2018

TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

DENGANRAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BUTON TENGAH,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan


lingkungan hidup sebagai akibat dari kegiatan manusia
dan peristiwa alam yang mengakibat kan menurunnya
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang
pada akhirnya mengancam kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lainnya, perlu dilakukan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup secara komprehensif,
terpadu, dan konsisten oleh semua pemangku
kepentingan;
b. bahwaagar lebihmenjaminkepastianhukum
danmemberikan perlindunganterhadap haksetiap orang
untukmendapatkan lingkunganhidupyang
baikdansehatsebagaibagiandari perlindunganterhadap
keseluruhanekosistem, berdasarkan Pasal 63 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
PerlindungandanPengelolaanLingkunganHidupdan
Undang-Undang Nomor 23Tahun2014 tentang
Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah memiliki
tugas dan wewenang untuk mengatur perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup di Daerah;

1
c. bahwa untuk menjamin kepastian hukum, terpeliharanya
keberlanjutan fungsi lingkungan hidup, memberikan
perlindungan kepada setiap orang untuk mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat, menuntut
tanggung jawab, keterbukaan dan peran Pemerintah
Daerah dan anggota masyarakat untuk menjaga kualitas
lingkungan hidup dan ekosistemnya, serta dalam rangka
pelaksanaan ketentuan Pasal 63 ayat (3) Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlu diatur dalam
Peraturan Daerah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan
Peraturan Daerah Kabupaten Buton Tengah tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Mengingat : 1. Pasal 18ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


IndonesiaTahun1945;
2. Undang-Undang Nomor11 Tahun 1974 tentang Pengairan
(LembaranNegara RepublikIndonesia Tahun1974Nomor65,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesia
Nomor3046);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor
49,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor3419);
4. Undang-Undang Nomor 41Tahun1991 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara RI Tahun 1999 No. 167 tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 3888) Sebagaimana telah
diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas UU No. 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan Menjadi UU (LNRI Tahun 2004 No. 86
tambahan LNRI No. 4412);
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor4723);
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor4851);

2
7. Undang-UndangNomor4Tahun2009tentangPertambangan
Mineral danBatubara(LembaranNegara RepublikIndonesia
Tahun2009Nomor 4,TambahanLembaranNegaraRepublik
Indonesia Nomor4959);
8. Undang-
UndangNomor22Tahun2009tentangLaluLintasdan
AngkutanJalan(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun
2009 Nomor96,TambahanLembaranNegara Republik
Indonesia Nomor5025);
9. Undang-UndangNomor32Tahun2009tentangPerlindungan
danPengelolaanLingkunganHidup
(LembaranNegaraRepublik IndonesiaTahun2009Nomor
140,TambahanLembaranNegara RepublikIndonesia
Nomor5059);
10. Undang-Undang Nomor36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2009
Nomor144, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesia
Nomor5063);
11. Undang-UndangNomor12Tahun2011tentangPembentukan
PeraturanPerundang-undangan
(LembaranNegaraRepublik IndonesiaTahun2011Nomor
82,TambahanLembaranNegara RepublikIndonesia
Nomor5234);
12. Undang-Undang Nomor18Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan;
13. Undang-Undang Nomor3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2014Nomor 4,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesia
Nomor5492);
14. Undang-UndangNomor15Tahun2014tentangPembentukan
Kabupaten Buton Tengah di Provinsi Sulawesi Tenggara
(LembaranNegaraRepublik IndonesiaNomor 5562);
15. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587);
16.

PeraturanPemerintahNomor13Tahun1995tentangIzinUsah
a Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

3
1995 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor3596);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999


tentang Pengendalian Pencemaran
Udara(LembaranNegaraRepublik
IndonesiaTahun1999Nomor
86,TambahanLembaranNegara RepublikIndonesia
Nomor3853);
18. PeraturanPemerintahNomor54Tahun2000tentangLembaga
PenyediaJasa PelayananPenyelesaian Sengketa
Lingkungan HidupdiLuar
Pengadilan(LembaranNegaraRepublikIndonesia
Tahun2000 Nomor
113,TambahanLembaranNegaraRepublik Indonesia
Nomor3982);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang
PengendalianKerusakanTanah untuk ProduksiBiomassa
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2000
Nomor267, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesia
Nomor4068);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001
tentang PengelolaanBahanBerbahaya
danBeracun(LembaranNegara Republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 138, Tambahan LembaranNegara
RepublikIndonesia Nomor4153);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang PengelolaanKualitasAirdan
PengendalianPencemaranAir (LembaranNegara
RepublikIndonesia Tahun2001Nomor53,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesia
Nomor4161);
22.

PeraturanPemerintahNomor68Tahun2002tentangKetahana
n Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor4254);
23. PeraturanPemerintahNomor26Tahun2008tentangRencana
TataRuang WilayahNasional(LembaranNegaraRepublik
IndonesiaTahun2008Nomor

4
48,TambahanLembaranNegara RepublikIndonesia
Nomor4833);
24. PeraturanPemerintahNomor24Tahun2009tentangKawasan
Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor4987);
25.

PeraturanPemerintahNomor78Tahun2010tentangReklama
si dan Pasca Tambang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun2009
Nomor138,TambahanLembaranNegaraRepublik Indonesia
Nomor 5172);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2012
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor5285);
27.

PeraturanPemerintahNomor55Tahun2012tentangKendaraa
n (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2012
Nomor120, TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesia
Nomor5317);
28. PeraturanPemerintahNomor101Tahun 2014tentang
PengelolaanLimbahBahanBerbahaya
danBeracun(Lembaran
NegaraRepublikIndonesiaTahun2014Nomor
333,Tambahan LembaranNegara RepublikIndonesia
Nomor5617);
30.

PeraturanPresidenNomor71Tahun2011tentangRencanaAks
i PenyelenggaraanInventarisasi Gas RumahKaca Nasional;
31.

PeraturanMenteriNegaraLingkunganHidupNomor19Tahun
2008tentangStandarPelayananMinimalBidangLingkungan
HidupDaerahProvinsi danDaerahKabupaten/Kota;
32. PeraturanMenteriNegaraLingkunganHidupNomor6Tahun
2009tentangLaboratoriumLingkungan;

5
33. PeraturanMenteriNegaraLingkunganHidupNomor33Tahun
2009tentangTataCaraPemulihanLahanTerkontaminasi
LimbahBahanBerbahaya danBeracun;
34. PeraturanMenteriNegaraLingkunganHidupNomor1Tahun
2010tentangTata Laksana PengendalianPencemaranAir;
35. PeraturanMenteriNegaraLingkunganHidupNomor15Tahun
2011 tentang PedomanMateriMuatanRancanganPeraturan
DaerahdiBidang PerlindungandanPengelolaanLingkungan
Hidup(BeritaNegaraRepublik Indonesia Tahun2011
Nomor932);
36. PeraturanMenteriNegaraLingkunganHidupNomor16Tahun
2012 tentangPedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun2012 Nomor990);

37. Peraturan MenteriLingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2013


tentang PedomanPenerapanSanksiAdministratifdiBidang
PerlindungandanPengelolaanLingkunganHidup
(BeritaNegara RepublikIndonesiaTahun2013Nomor314);
38. Peraturan MenteriLingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2013
tentangAudit LingkunganHidup(BeritaNegaraRepublik
Indonesia Tahun2013Nomor373);
39. Peraturan MenteriLingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2013
tentang PedomanPenyelesaianSengketaLingkunganHidup
(Berita Negara RepublikIndonesiaTahun2013Nomor421);
40. Peraturan MenteriLingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun2014Nomor1815);
41. Peraturan MenteriLingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2014
tentangKerugianLingkungan HidupAkibatPencemaran
dan/atauKerusakanLingkungan
Hidup(BeritaNegaraRepublik Indonesia
Tahun2014Nomor1726);
42. Peraturan MenteriPekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 8/PRT/M/2015 tentang PenetapanGaris
Sempadan
JaringanIrigasi(BeritaNegaraRepublikIndonesiaTahun2015
Nomor533);

6
43. Peraturan MenteriPekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 28/PRT/M/2015 tentang PenetapanGaris
Sempadan Sungai danGaris
SempadanDanau(BeritaNegaraRepublik Indonesia
Tahun2015Nomor772);
44. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor
102/MENLHK/SEKJEN/KUM.1/12/2016 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup bagi
Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki Izin Usaha
dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen
Lingkungan Hidup;
45. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 138 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Daerah;
46. KeputusanMenteriNegaraLingkunganHidupNomor7Tahun
2001tentangPejabatPengawasLingkunganHidupdanPejabat
PengawasLingkunganHidupDaerah;
47. KeputusanMenteriNegaraLingkunganHidupNomor56Tahun
2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan
Penataan LingkunganHidup bagi Pejabat
PengawasLingkungan;
48. KeputusanMenteriNegaraLingkunganHidupNomor111Tahun
2003tentangPedomanMengenaiSyaratdanTataCaraPerizina
n
sertaPedomanPengkajianPembuanganAirLimbahkeAiratau
Sumber Air,sebagaimanatelahdiubahdenganKeputusan
MenteriNegaraLingkunganHidupNomor 142Tahun2003
tentang Perubahanatas
KeputusanMenteriNegaraLingkungan Hidup Nomor 111
Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat danTata
Cara Perizinanserta PedomanPengkajian
PembuanganAirLimbahkeAiratau SumberAir;

7
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN BUTON TENGAH
dan
BUPATI BUTON TENGAH

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN DAN


PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BABI
KETENTUANUMUM

Pasal 1

DalamPeraturanDaerahini,yangdimaksuddengan:
1. DaerahadalahKabupatenButon Tengah.
2. Pemerintahan Daerahadalah Pemerintah Kabupaten Buton
TengahdanDewanPerwakilanRakyat DaerahKabupatenButon Tengah.
3. PemerintahDaerahadalahPemerintahKabupatenButon Tengah.
4. Bupati adalahBupati Buton Tengah.
5. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Buton
Tengah.
8
6. DinasLingkungan HidupDaerah adalah Satuan Kerja PerangkatDaerahdi
lingkunganPemerintahKabupatenButon Tengahyang
menyelenggarakanurusanpemerintahandibidang
perlindungandanpengelolaan lingkungan hidup.
7. Kepala Lembaga Lingkungan Hidup Daerah adalah Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah di Lingkungan PemerintahKabupatenButon
Tengahyang menyelenggarakanurusanPemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
8. Lingkungan hidupadalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya,keadaan,danmakhlukhidup,termasuk
manusiadanperilakunya,yang mempengaruhialam itu sendiri,
kelangsunganperikehidupan, dankesejahteraan manusia serta
makhlukhiduplain.
9. Perlindungandan pengelolaan lingkunganhidupadalah upaya
sistematisdanterpaduyang dilakukanuntukmelestarikan fungsi
lingkunganhidup dan mencegah terjadinya
pencemarandan/ataukerusakanlingkunganhidup yang
meliputiperencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, danpenegakan hukum.

10. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan


terencanayangmemadukanaspeklingkungan hidup,sosial, dan ekonomi
ke dalam strategi pembangunan untuk
menjaminkeutuhanlingkungan hidupsertakeselamatan,
kemampuan,kesejahteraan, danmutu hidup generasimasa kini
dangenerasi masa depan.
11. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsiutamamelindungikelestarianlingkunganhidup yang mencakup
sumberdaya alamdansumberdaya buatan.
12. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
selanjutnya disingkat RPPLH, adalah perencanaan tertulis yang
memuat potensi, masalah lingkungan hidup,
sertaupayaperlindungandanpengelolaannyadalam kurun waktu
tertentu.
13. Ekosistemadalahtatananunsurlingkunganhidupyang merupakan
kesatuan utuhmenyeluruh dan saling memengaruhi dalammembentuk
keseimbangan, stabilitas, danproduktivitaslingkungan hidup.
14. Pelestarianfungsi lingkunganhidup adalahrangkaianupaya
untukmemeliharakelangsungandayadukung dandaya
tampunglingkungan hidup.
15. Daya dukung lingkunganhidup adalah kemampuan lingkunganhidup
untukmendukungperikehidupanmanusia, makhlukhiduplain,
dankeseimbanganantarkeduanya.
9
16. Daya tampung lingkunganhidup adalah kemampuan lingkunganhidup
untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponenlainyang masukatau
dimasukkanke dalamnya.
17. Sumber dayaalam adalah unsur lingkungan hidup yang
terdiriatassumberdayahayatidannonhayatiyang secara
keseluruhanmembentuk kesatuanekosistem.
18. Kajianlingkunganhidup strategis,yangselanjutnyadisingkat
KLHS,adalahrangkaiananalisisyang sistematis,menyeluruh,
danpartisipatif untuk memastikanbahwaprinsip
pembangunanberkelanjutantelahmenjadidasar dan
terintegrasidalampembangunansuatu wilayahdan/atau
kebijakan,rencana, dan/atau program.
19. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang
selanjutnyadisebutAmdal, adalahkajianmengenaidampak
pentingsuatuusahadan/atau kegiatanyangdirencanakan
padalingkunganhidup yangdiperlukanbagiproses
pengambilankeputusantentang penyelenggaraanusaha dan/atau
kegiatan.
20. KerangkaAcuanadalahruang lingkup kajiananalisisdampak lingkungan
hidupyang merupakan hasilpelingkupan.
21. Analisis dampak lingkungan hidup, yang selanjutnya disingkat
Andal, adalah telaahan secara cermat dan
mendalamtentangdampakpentingsuatu rencanausaha
dan/ataukegiatan.
22. RencanaPengelolaanLingkunganHidup,yang selanjutnya
disingkatRKL,adalah upayapenanganandampakterhadap lingkungan
hidupyang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/ataukegiatan.
23. RencanaPemantauanLingkunganHidup, yangselanjutnya
disingkatRPL,adalahupaya pemantauankomponen
lingkunganhidupyangterkena dampakakibatdarirencana usaha
dan/ataukegiatan.
24. Upayapengelolaanlingkungan hidupdanupaya pemantauan lingkungan
hidup, yang selanjutnya disingkat UKL-UPL, adalah pengelolaan
dan pemantauan terhadap usaha dan/ataukegiatanyang
tidakberdampakpenting terhadap lingkunganhidup
yangdiperlukanbagiprosespengambilan keputusan
tentangpenyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
25. Surat pernyataankesanggupanpengelolaandanpemantauan
lingkunganhidup,yang selanjutnyadisingkatSPPL,adalah
penyataankesanggupandaripenanggungjawab usaha
dan/ataukegiatanuntukmelakukanpengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup atasdampak lingkungan

10
hidupdariusahadan/ataukegiatannyadiluar usaha dan/atau
kegiatanyangwajibamdal atau UKL-UPL.
26. Dokumen evaluasi lingkungan hidup yang selanjutnya disingkat DELH
adalah dokumen lignkungan hidup bagi usaha dan/atau kegiatan yang
sudah berjalan namun belum memiliki dokumen Amdal.
27. Dokumen pengelolaan lingungan hidup yang selanjutnya diisingkat
DPLH dokumen lignkungan hidup bagi usaha dan/atau kegiatan yang
sudah berjalan namun belum memiliki dokumen UKL-UPL.
28. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar
makhluk hidup,zat,energi,ataukomponenyang ada
atauharusadadan/atauunsur pencemaryang ditenggang
keberadaannyadalam suatusumberdayatertentusebagai
unsurlingkungan hidup.
29. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannyamakhluk hidup, zat, energi,dan/atau
komponenlainkedalam lingkunganhidupolehkegiatan manusia sehingga
melampauibaku mutu lingkungan hidup yangtelahditetapkan.
30. Kriteria bakumutu kerusakan lingkungan hidup adalah ukuranbatas
perubahansifatfisik, kimia, dan/atau hayati lingkunganhidupyang
dapatditenggang olehlingkungan hidupuntuk dapat
tetapmelestarikanfungsinya.
31. Perusakanlingkunganhidupadalahtindakan orangyang
menimbulkanperubahanlangsung atautidaklangsung
terhadapsifatfisik,kimia,dan/atauhayatilingkungan hidup sehingga
melampauikriteriabakukerusakanlingkungan hidup.
32. Kerusakanlingkunganhidup adalahperubahanlangsung
dan/atautidaklangsung terhadapsifatfisik,kimia,dan/atau
hayatilingkunganhidup yang
melampauikriteriabakukerusakanlingkungan hidup.
33. Konservasi sumberdaya alam adalah pengelolaan sumber dayaalam
untukmenjaminpemanfaatannyasecarabijaksana serta
kesinambunganketersediaannya dengan tetap
memeliharadanmeningkatkankualitas nilaiserta keanekaragamannya.
34. Perubahaniklimadalahberubahnyaiklimyangdiakibatkan langsung
atautidak langsung olehaktivitas manusiasehingga menyebabkan
perubahan komposisi atmosfir secara global dan selain itu juga berupa
perubahan variabilitas iklim alamiahyangteramatipada
kurunwaktuyangdapat dibandingkan.
35. Limbahadalahsisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
36. Sampahadalahsisakegiatansehari-harimanusiadan/atau
prosesalamyangberbentuk padat.

11
37. Air LimbahDomestik adalah air limbah yang berasal dari
usahadan/atau kegiatanpermukiman,rumahmakan, perkantoran,
perniagaan,apartemendanasrama.
38. Bahan berbahaya dan beracun,yang selanjutnya disingkat
B3,adalahzat,energi,dan/atau komponenlainyangkarena sifat,
konsentrasi, dan/ataujumlahnya, baik secaralangsung maupuntidak
langsung, dapatmencemarkandan/atau merusaklingkunganhidup,
dan/ataumembahayakan lingkunganhidup, kesehatan,
sertakelangsunganhidup manusia danmakhlukhiduplain.
39. Limbahbahanberbahayadan beracun,yangselanjutnya disebut
LimbahB3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatanyang
mengandung B3.
40. PengelolaanlimbahB3adalahkegiatanyangmeliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan/atau penimbunan.
41. Laboratorium Lingkungan adalah laboratorium yang
mempunyaisertifikatakreditasilaboratorium pengujian parameter
kualitaslingkungandanmempunyaiidentitas registrasi.
42. Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan,
dan/atau memasukkan limbah dan/atau bahandalam
jumlah,konsentrasi, waktu,danlokasi tertentu
denganpersyaratantertentukemedialingkungan hidup tertentu.
43. Sengketalingkunganhidupadalahperselisihanantaradua
pihakataulebihyang timbuldarikegiatanyang berpotensi dan/atau
telahberdampak pada lingkungan hidup.
44. Dampak lingkunganhidup adalahpengaruhperubahanpada lingkungan
hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
45. Organisasilingkunganhidupadalahkelompok orangyang terorganisasi
danterbentuk atas kehendak sendiri yang tujuandankegiatannya
berkaitandenganlingkungan hidup.
46. Audit lingkungan hidupadalahevaluasi yangdilakukanuntuk
menilaiketaatanpenanggung jawabusahadan/ataukegiatan
terhadappersyaratanhukum dankebijakanyang ditetapkan
olehpemerintah.
47. Ekoregionadalahwilayahgeografisyangmemilikikesamaan ciriiklim,
tanah,air,flora,dan faunaasli,sertapolainteraksi manusiadenganalam
yang menggambarkanintegritas sistem alamdanlingkungan hidup.
48. Kearifanlokaladalahnilai-nilailuhur yang berlakudalam tata
kehidupanmasyarakatuntuk antaralainmelindungidan mengelola
lingkungan hidup secara lestari.
49. Setiaporangadalah orangperseoranganataubadan.
50. Badanadalahsekumpulanorangdan/ataumodal b a i k yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum yang
12
merupakankesatuan,baikyang melakukanusahamaupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroankomanditer, perseroanlainnya, badan usahamilik
negara(BUMN), ataubadanusahamilik daerah
(BUMD)dengannamadandalam bentukapapun,firma,
kongsi,koperasi,danapensiun, persekutuan,perkumpulan, yayasan,
organisasimassa, organisasisosialpolitik, atau organisasilainnya,
lembagadanbentuk badanlainnya termasuk kontrakinvestasi kolektif
danbentukusaha tetap.
51. Instrumenekonomilingkunganhidup adalahseperangkat
kebijakanekonomiuntukmendorong Pemerintah,pemerintah
daerah,atausetiap orang kearahpelestarianfungsi lingkungan hidup.
52. Ancaman seriusadalah ancaman yang berdampak luas terhadap
lingkunganhidup danmenimbulkankeresahan masyarakat.
53. Izin lingkunganadalah izin yang diberikan kepada setiap
orangyangmelakukanusaha dan/ataukegiatanyang wajib
amdalatauUKL-UPLdalam rangkaperlindungandan
pengelolaanlingkunganhidup sebagaiprasyaratuntuk
memperolehizinusaha dan/ataukegiatan.
54. Izin usahadan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan
olehinstansiyang berwenanguntukmelakukanusaha dan/atau kegiatan.
55. Mitigasiperubahaniklimadalahusahapengendalianuntuk
mengurangirisikoakibatperubahaniklim melaluikegiatan yang
dapatmenurunkanemisi/meningkatkanpenyerapangas rumahkacadari
berbagai sumberemisi.
56. PengumpulLimbahB3adalahbadanusahayangmelakukan
kegiatanPengumpulanLimbahB3sebelum dikirim ke tempat
PengolahanLimbah B3,PemanfaatanLimbah B3,dan/atau
PenimbunanLimbahB3.
57. PengumpulanLimbahB3adalahkegiatanmengumpulkan
LimbahB3dariPenghasilLimbahB3sebelum diserahkan
kepadaPemanfaatLimbahB3,PengolahLimbahB3, dan/atau
PenimbunLimbahB3.
58. PenyimpananLimbahB3adalah kegiatanmenyimpanLimbah B3 yang
dilakukanolehPenghasilLimbahB3 denganmaksud
menyimpansementara LimbahB3yangdihasilkannya.
59. LimbahB3 kategori1adalah LimbahB3 yang berdampak akut
danlangsung terhadapmanusia dandapatdipastikan
akanberdampaknegatifterhadaplingkungan hidup.
60. LimbahB3kategori2adalahLimbahB3yangmengandung B3,memilikiefek
tunda(delayedeffect),danberdampak tidak
langsungterhadapmanusiadanlingkunganhidup serta memiliki
toksisitassub-kronisatau kronis.
13
61. Pengawasan adalah upaya terpadu yang dilaksanakan oleh instansi
yang berwenang yang meliputi pemantauan, pengamatan dan evaluasi
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
62. Pengawas adalah pejabat yang bertugas di instansi yang bertanggung
jawab melaksanakan pengawasan lingkungan hidup.

BABII
ASAS,TUJUANDANRUANG LINGKUP
BagianKesatu
Asas

Pasal 2

Perlindungandanpengelolaanlingkunganhidupdiselenggarakan denganasas:
a. Tanggungjawabpemerintahdaerah;
b. Kelestariandankeberlanjutan;
c. Keserasiandankeseimbangan;
d. Keterpaduan;
e. Manfaat;
f. Kehati-hatian;
g. Keadilan;
h. Ekoregion;
i. Keanekaragaman hayati;
j. Pencemarmembayar;
k. Partisipatif;
l. Kearifanlokal; dan
m. Tata kelola pemerintahanyangbaik.

BagianKedua
Tujuan

Pasal 3

Perlindungandanpengelolaanlingkungan hidup bertujuanuntuk:


a. Melindungi wilayah Daerah dari pencemaran dan/atau
kerusakanlingkungan hidup;
b. Menjaminkeselamatan, kesehatan, dankehidupanmanusia;
c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan
kelestarianekosistem;
d. Menjaga kelestarianfungsi lingkungan hidup;
e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan
hidup;

14
f. Menjamin terpenuhinyakeadilan generasi masa kini dan generasi
masadepan;
g. menjaminpemenuhandanperlindunganhakataslingkungan
hidup sebagai bagiandari hakasasi manusia;
h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secarabijaksana;
i. Mewujudkanpembangunanberkelanjutan; dan
j. Mengantisipasi isu lingkunganglobal.

BagianKetiga
RuangLingkup

Pasal 4

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang diatur dalam Peraturan


Daerah ini meliputi:
a. Kebijakan;
b. Perencanaan;
c. Pemanfaatan;
d. Pengendalian;
e. Pemeliharaan;
f. Pengelolaan bahan berbahaya danberacun serta limbah
bahanberbahaya danberacun;
g. Sisteminformasi lingkungan hidup;
h. Hak, kewajibandanlarangan;
i. Peranmasyarakat;
j. Pembinaandanpengawasan;
k.Sanksi administratif;
l. Penyelesaiansengketa lingkungan.

BABIII
KEBIJAKAN

Pasal 5

(1) Kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan


berdasarkan pendekatan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan secara komprehensif dan konsisten yang memadukan
kepentingan perlindunganlingkungan, pertumbuhanekonomi dansosial.
(2) Pendekatan pembangunan berkelanjutan sebagaimana dimaksud
padaayat(1)denganmemperhatikanekoregiondan penataanruang.
(3) Untukmemastikanbahwaprinsippembangunanberkelanjutan telah
menjadibagian pengambilan kebijakan dalam
penyusunanrencanapembangunanjangkapanjang danjangka menengahdi
daerah, maka Daerah wajibmenyusunKLHS.

15
(4) Setiappenyusunan peraturanperundang-undangan daerah
wajibmempertimbangkanaspeklingkungan hidup.

Pasal 6

(1) Kebijakanperlindungandanpengelolaanlingkunganhidup
sebagaimanadimaksuddalam Pasal5 ayat(1)dilaksanakan untuk:
a. PerlindunganDaerahAliranSungai(DAS)sertasubDASyangada di daerah;
b. Perlindungan kawasan lindung sempadan mata air, sempadan
pantai, sempadansungai, sempadanwaduk,sempadansitu, kawasan
karst, situs-situspurbakala dankawasanyang
memilikikelerenganlebihdari 40%(empat puluhpersen);
c. Perlindunganruangterbuka hijau dan tata guna air;
d. Perlindunganmata airdankawasanresapannya;
e. Peningkatan produksipertaniandengan mengembangkan
sistempertanianramahlingkungan;
f. Pengendalianakibat kegiatanpertambangan;
g. Pengendalianpencemaranlingkunganhidupakibatusaha
dan/ataukegiatanindustri, perdagangan,jasa, limbah domestik,
limbah pertanian dan limbah peternakan terutama akibat B3
danLimbahB3;dan
h. Adaptasi danmitigasi untuk meningkatkan ketahanan
menghadapikerentananterhadap perubahaniklim.
(2) Kebijakan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui upaya:
a. Penerbitanizinlingkungan;
b. Penguatan kelembagaan dengan peningkatan kuantitas dan kualitas
sumber daya manusia, sarana prasarana serta penyediaandana yang
memadai;
c. Penyediaan ruang terbuka hijau perkotaan paling sedikit 30%(tiga
puluh persen)dari luas wilayah rencana detail tata ruang;
d. Konservasi hutan,tanah, dan air;
e. Inventarisasi dan pengendalian sumber-sumber pencemar, kerusakan
lingkungan dan gas rumah kaca;
f. Mempertahankan lahan pertanian produktif dan/atau
meningkatkanpertanian organik;
g. Pelestarian dan pengembangan kearifan lokal;
h. Reklamasi lahanpada kegiatanpertambangan;
i. Penertibankegiatanpertambangantanpa izin;
j. Pengembangan teknologiramah lingkungan dan energi baru
terbarukan;
k. Inventarisasidanpelestarianjenisfloradanfaunalangka khas daerah;
l. Perkuatanperanserta masyarakat;

16
m. Peningkatandanpengembangankerjasamaantar daerah
dalamperlindungandanpengelolaanlingkungan hidup;
n. Kemitraandenganberbagaipihaksecaraefektif, efisiendan saling
menguntungkandalam upaya pelestarian
lingkungandanpengurangandampak pemanasanglobal;
o. Koordinasidanmeningkatkankerjasamadenganinstansi di
luarpemerintahdaerah;
p. Layananlaboratoriumlingkungandaerahyangmemenuhi
persyaratankompetensi;
q. Penyediaansaranadanprasarana pengelolaan sampahdan
pengelolaansampahberbasismasyarakat;
r. Penyediaansaranadanprasaranapengelolaanairlimbah domesik secara
terpusat;
s. Pemulihanpencemarandan/atau kerusakanlingkungan;
t. Penegakan hukum; dan
u. Pengembangansisteminformasi lingkungan hidup.

BABIV
PERENCANAAN

BagianKesatu
Umum

Pasal 7

Perencanaan perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup


dilaksanakanmelalui tahapan:
a. Inventarisasi lingkungan hidupdaerah;
b. PenyusunanRPPLHDaerah;
c. Inventarisasi tingkat Ekoregion.

BagianKedua
Inventarisasi LingkunganHidupDaerah

Pasal 8

17
(1) PemerintahDaerahmelakukaninventarisasilingkunganhidup di tingkat
wilayahekoregionyangtelahditetapkanolehpejabat berwenang
sesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangan.
(2) Inventarisasilingkunganhidupditingkatwilayahekoregion
sebagaimanadimaksudpadaayat(1)dilaksanakan untuk memperolehdata
daninformasi mengenai sumberdaya alam yang meliputi:
a. Potensi danketersediaan;
b. Jenisyangdimanfaatkan;
c. Bentuk penguasaan;
d. Pengetahuanpengelolaan;
e. Bentuk kerusakan; dan
f. Konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan.
(3) Inventarisasilingkunganhidupditingkatwilayahekoregion sebagaimana
dimaksudpadaayat(1) dilakukanuntuk menentukandayadukung
dandayatampung sertacadangan sumberdaya alam.

Pasal 9

Ketentuanlebihlanjutmengenai inventarisasilingkunganhidup daerah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, dilaksanakansesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.

BagianKetiga
PenyusunanRPPLHDaerah

Pasal 10

RPPLH Daerahdisusunberdasarkan:
a. RPPLH Provinsi Sulawesi Tenggara;
b. Inventarisasi tingkat Ekoregion.

Pasal 11

(1) RPPLH Daerahsebagaimana dimaksud dalamPasal10 disusun


olehPemerintahDaerah.
(2)

PenyusunanRPPLHDaerahsebagaimanadimaksudpadaayat(1)memperhatik
an:
a. Keragamankarakterdanfungsi ekologis;
b. Sebaranpenduduk;
c. Sebaranpotensi sumberdaya alam;
18
d. Kearifanlokal;
e. Aspirasi masyarakat; dan
f. Perubahaniklim.
(3) RPPLHDaerahsebagaimanadimaksud padaayat(1)diatur denganPeraturan
Daerah;
(4) RPPLHDaerahsebagaimanadimaksud padaayat(3)memuat rencana tentang:
a. Pemanfaatandan/atau pencadangansumberdaya alam;
b. Pemeliharaandanperlindungankualitasdan/ataufungsi lingkungan
hidup;
c. Pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan
pelestariansumberdayaalam;dan
d. Adaptasi danmitigasi terhadap perubahaniklim.
(5) RPPLH Daerahmenjadi dasarpenyusunandandimuatdalam rencana
pembangunanjangka panjangdaerahdanrencana
pembangunanjangkamenengahdaerah.

Pasal 12

Ketentuanlebihlanjut mengenaiinventarisasi tingkat ekoregion sebagaimana


dimaksuddalam Pasal 10 huruf b dilaksanakan sesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.

BABV
PEMANFAATAN

Pasal 13

(1) Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkanRPPLH Daerah.


(2) DalamhalRPPLHDaerahsebagaimanadimaksudpadaayat (1)belum
tersusun,pemanfaatansumber dayaalam dilaksanakanberdasarkan:
a. Dayadukungdandayatampunglingkunganhidup danekoregiondi
wilayahDaerah; dan/atau
b. Karakteristik danfungsiekosistem.
(3) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dan ekoregion di
wilayah Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
hurufaditetapkandenganKeputusanBupati.
(4) Bupatidalammenetapkandayadukungdandayatampung lingkunganhidup
diekoregionwilayahDaerahsebagaimana dimaksud pada ayat
(3)wajibmemperhatikan:

19
a. Keberlanjutanproses danfungsi lingkungan hidup;
b. Keberlanjutanproduktivitaslingkungan hidup; dan
c. Keselamatan,mutu hidup, dankesejahteraanmasyarakat.
(5) Tata carapenetapan daya dukung dan daya
tampunglingkunganhidupdiekoregionwilayahDaerahdilaksanakan sesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.

BABVI
PENGENDALIAN

BagianKesatu
Umum

Pasal 14

(1) Pengendalianpencemarandan/atau kerusakanlingkungan


hidupdilaksanakan dalamrangkapelestarianfungsi lingkungan hidup.
(2) Pengendalianpencemarandan/atau kerusakanlingkungan
hidupsebagaimanadimaksudpadaayat(1) dilakukan terhadap:
a. Media lingkungan hidup; dan
b. Ekosistem.
(3) Pengendalianpencemaranterhadapmedialingkunganhidup sebagaimana
dimaksudpada ayat (2) hurufa terdiri atas:
a. Pengendalianpencemaranair;
b. Pengendalianpencemaranudara;dan
c. Pengendalianpencemaran tanah.
(4) Pengendaliankerusakanlingkungan hidupterhadap ekosistem sebagaimana
dimaksudpada ayat (2) hurufbterdiri atas:
a. Pengendaliankerusakan tanah;dan
b. Pengendaliankerusakanekosistemlainnya.
(5) Pengendalianpencemarandan/atau kerusakanlingkungan hidup
sebagaimana dimaksudpadaayat (1) meliputi:
a. Pencegahan;
b. Penanggulangan; dan
c. Pemulihan.
(6) Pengendalianpencemarandan/atau kerusakanlingkungan hidup
sebagaimanadimaksud padaayat(1) dilaksanakanoleh
pemerintahdaerahdanpenanggungjawabusaha dan/atau
kegiatansesuaidengankewenangan, peran, dantanggung jawab masing-
masing.

Bagian Kedua
20
Pencegahan

Paragraf1
PencegahanPencemaranAir

Pasal 15

Pencegahanpencemaranairdilakukanmelalui upaya:
a. Penetapankelasairpada sumberair;
b. Inventarisasi sumberpencemarair;
c. Penetapandayatampungbebanpencemaranairpadasumberair;
d. Pemberianizinpembuanganairlimbahke sumberair;
e. Penyediaanprasarana dansarana pengolahanairlimbah; dan
f. Pemantauankualitasairpada sumberair.

Pasal 16

(1) Penetapankelasairpadasumberairsebagaimanadimaksud dalam Pasal 15


huruf a didasarkan pada hasil pengkajian kelasair yangdilakukan
olehPemerintahDaerah.
(2) Pengkajiankelasair sebagaimanadimaksudpadaayat(1)
dilaksanakansesuaidenganketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 17

(1) Inventarisasi sumberpencemar air sebagaimana dimaksud dalamPasal


15hurufbdilakukan olehPemerintahDaerah.
(2) Berdasarkanhasilinventarisasisebagaimanadimaksudpada ayat
(1),PemerintahDaerahmelakukanidentifikasi sumber pencemarair.
(3) PemerintahDaerahmelakukanpemutakhirandata hasil inventarisasi,
identifikasi, rekapitulasidananalisis sumber pencemar air
sebagaimanadimaksudpadaayat(2)paling sedikit satu kali dalamsatutahun.
(4) Inventarisasi, identifikasi,rekapitulasidananalisis sumber
pencemarairsebagaimanadimaksudpadaayat(1),ayat(2) danayat (3)
dilaksanakansesuaiketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 18

(1) Penetapandayatampungbeban pencemaranairpadasumber air


sebagaimanadimaksuddalamPasal15 hurufcdilakukan olehBupati.
(2) Penetapandayatampungbeban pencemaranairsebagaimana dimaksud pada
ayat (1)harusmemperhitungkan:

21
a. Kondisihidrologidanmorfologisumberairtermasukstatus
mutudan/ataustatustrofik sumberairyangditetapkan daya
tampungbebanpencemarannya;
b. Baku mutu airuntuk sungai;
c. Bakumutuairsertakriteriastatustrofikairuntuksitu dandanau; dan
d. Bebanpencemaranpadamasing-masingsumberpencemar air.
(3) Penetapandayatampungbeban pencemaranairsebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus menunjukan besarnya kontribusibeban
pencemarairdarimasing-masingsumber pencemarairterhadap sumberair.
(4) Penetapandayatampungbeban pencemaranairsebagaimana
dimaksudpadaayat(1)dilakukan sesuaiketentuanperaturan perundang-
undangan.

Pasal 19

(1) Apabilahasil analisispenetapandayatampung beban


pencemaranairmenunjukkanbahwapenerapanbakumutu air limbahyang
telahditetapkanmasihmemenuhidaya tampung
bebanpencemaranair,Bupatidapatmenggunakan bakumutuair
limbahdimaksud sebagaipersyaratanmutuair limbahdalam
izinlingkunganyang berkaitandengan pembuanganairlimbahkesumberair.

(2) Apabilahasilanalisispenetapandayatampung beban


pencemaranmenunjukkanbahwa penerapanbaku mutu air limbahyang
telahditetapkanmenyebabkandayatampung bebanpencemaranair
terlewati,Bupatiwajibmenetapkan mutuair
limbahberdasarkanhasilpenetapandayatampung beban
pencemaransebagai persyaratan mutu air limbah dalam
izinlingkunganyang berkaitandenganpembuanganair limbahke sumberair.

Pasal 20

(1) Penetapandayatampungbeban pencemaranairpadasumber air


sebagaimanadimaksuddalamPasal15hurufcdilakukan secara berkala
palingsedikit satu kali dalamlimatahun.
(2) Penetapandayatampungbeban pencemaranairpadasumber air
sebagaimanadimaksud padaayat(1)dilaksanakanuntuk
menyesuaikanperubahan:
a. Kondisi hidrologi danmorfologi sumberair; dan

22
b. Jumlahbebandanjenis sumberpencemarair.

Pasal 21

(1) Pemberianizinpembuanganair limbahkesumber air


sebagaimanadimaksuddalamPasal 15hurufddilakukan olehBupati sesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.
(2) Pemegangizinpembuanganairlimbahkesumberairwajib
menaatipersyaratandan kewajibanyang tercantumdalamizin
pembuanganairlimbahkesumberair.

Pasal 22

Penyediaanprasaranadansaranapengolahanair limbah
sebagaimanadimaksuddalamPasal 15hurufedapatdilakukan
olehPemerintahDaerah.

Pasal 23

(1) Pemantauan kualitas air pada sumber air sebagaimana dimaksuddalam


Pasal15huruffdilaksanakanoleh PemerintahDaerahdan
dikoordinasikanoleh KepalaLembaga LingkunganHidupDaerah.
(2) Pelaksanaanpemantauankualitasair padasumber air
dilaksanakanpalingsedikit enambulansekali.

(3) Dalamhalhasilpemantauan kualitasairpadasumberair


sebagaimanadimaksud padaayat(1)menunjukkankondisi
cemar,KepalaLembagaLingkunganHidup Daerahmelakukan upaya
penanggulangan pencemaran air dan pemulihan
kualitasairdenganmenetapkanmutu airsasaran.
(4) Dalamhalhasilpemantauan kualitasairpadasumberair
sebagaimanadimaksud padaayat(1)menunjukkankondisi baik,
KepalaLembagaLingkunganHidup Daerah mempertahankanatau
meningkatkankualitasair.
Pasal 24

Ketentuanmengenai pencegahanpencemaranairsebagaimana dimaksud dalam


Pasal 15 dilaksanakan sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan.

Paragraf2
PencegahanPencemaran Udara
23
Pasal 25

Pencegahanpencemaranudara dilakukanmelalui upaya:


a. Ujiberkalaemisigasbuangdarikendaraanbermotordandari
sumberyangtidak bergerak;
b. Pemeriksaandanperawatan kendaraanbermotor;
c. Pemantauankualitas udara ambien; dan
d. Melaksanakanpembangunanrendahemisi.

Pasal 26

(1) Ujiberkalaemisi gasbuang sebagaimanadimaksuddalam Pasal25


hurufaberlakubagisetiapkendaraanbermotor yang
dioperasikandidaratdankegiatanusahayang menghasilkan emisi gasbuang
dari sumberyangtidak bergerak.
(2) Uji berkala emisi gas buang kendaraan bermotor bagi kendaraan
wajibuji mobil penumpang umum, mobil bus,
mobilbarang,keretagandengandan tempeldilaksanakan sesuai
denganketentuanperaturanperundang-undangan.
(3) Ujiemisigasbuang sumber takbergerakdilakukansekurang- kurangnya
tigabulan sekalidanmelaporkanhasilnyakepada Kepala Lembaga
LingkunganHidupDaerah.

(4) Ujiberkalaemisigasbuangbagikendaraanbermotordapat dilaksanakan


olehPemerintah Daerah,bengkelumumdan AgenPemegang
Merekyangmempunyaiakreditasidan
kualifikasitertentuyangditetapkanolehpejabat yang
berwenangsesuaiketentuanperaturanperundang-undangan.
(5) Kendaraanbermotoryangdinyatakanlulusujiberkalaemisi gas
buangdiberikartuujidantandaujiemisi olehpetugas yang
memilikikompetensiyang ditetapkanolehpejabatyang
berwenangsesuaiketentuanperaturanperundang-undangan.
(6) Ujiemisigasbuangdarisumberyangtidakbergerakwajib
diujiolehLaboratorium yang terakreditasiKomiteAkreditasi Nasional
(KAN)danmemenuhi bakumutu sesuai ketentuan peraturanperundang-
undangan.

Pasal 27

24
(1) Pemeriksaan danperawatankendaraan bermotor
sebagaimanadimaksuddalamPasal25hurufb wajib dilaksanakanolehsetiap
pemilik dan/ataupengemudi kendaraanbermotor.
(2) Pemeriksaandanperawatankendaraanbermotor sebagaimana dimaksud
padaayat(1)dilakukanterhadap kendaraan
bermotoryangsistempembakarannyakurang atautidak sempurna.

Pasal 28

(1) Pemantauankualitasudaraambien sebagaimanadimaksud dalam Pasal


25 huruf c dilaksanakan oleh Lembaga LingkunganHidupDaerah.
(2) Pemantauankualitasudaraambien sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. penyusunanrencana pemantauankualitasudara ambien;
b. persiapanpemantauankualitasudara ambien;
c. pelaksanaanpemantauankualitasudara ambien; dan d. evaluasihasil
pemantauankualitasudara ambien.
(3) Pemantauan kualitas udara ambiendilaksanakan paling sedikit enam
bulansekali.

Pasal 29

Ketentuanmengenaipencegahan pencemaranudarasebagaimana
dimaksuddalamPasal25sesuai ketentuanperaturanperundang-undangan.

Paragraf 3
PencegahanPencemaranTanah

Pasal 30

Pencegahanpencemaran tanahdilakukanmelalui upaya:


a. Penetapanizinpemanfaatanairlimbahuntukaplikasipada tanah; dan
b. Pemantauankualitas tanah.

Pasal 31

(1) Penetapanizinpemanfaatanairlimbahuntukaplikasipada
tanahsebagaimanadimaksud dalamPasal30huruf a dilakukan olehBupati.
(2) Setiaporangyangmemanfaatkanairlimbahuntukaplikasi pada tanah
wajibmemiliki izindariBupati.

25
(3) Setiappemegangizinpemanfaatanairtanahuntukaplikasi
padatanahwajibmenaatipersyaratandan kewajibanyang
tercantumdalamizin.

Pasal 32

(1) Pemantauan kualitas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal30


hurufbdilaksanakanolehPemerintahDaerahdan dikoordinasikan oleh
KepalaLembaga Lingkungan Hidup Daerah.
(2) Dalam hal hasil pemantauan kualitas tanah sebagaimana dimaksud
padaayat(1)menunjukkankondisicemar, Kepala LembagaLingkunganHidup
Daerahmelakukanupaya penanggulangan pencemarantanah dan
pemulihan kualitas tanah.
(3) Dalam hal hasil pemantauan kualitas tanah sebagaimana dimaksud
padaayat(1)menunjukkankondisibaik, Kepala
LembagaLingkunganHidupDaerahmempertahankan atau
meningkatkankualitastanah.

Pasal 33

Ketentuanmengenai pencegahanpencemarantanahsebagaimana
dimaksuddalamPasal30sesuai ketentuanperaturanperundang-undangan.

BagianKetiga
InstrumenPencegahanPencemarandan/atau
KerusakanLingkunganHidup

Paragraf1

Umum

Pasal 34

Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan


hidupterdiri atas:
a. KLHS;
b. Tata ruang;
c. Baku mutu lingkungan hidup;

26
d. Kriteria bakukerusakanlingkungan hidup;
e. dokumenlingkungan hidup;
f. Perizinan;
g. Instrumenekonomi lingkungan hidup;
h. Peraturanperundang-undanganberbasis lingkungan hidup;
i. Anggaranberbasislingkungan hidup;
j. Analisisrisikolingkungan hidup;
k. Audit lingkungan hidup;
l. Laboratoriumlingkungan;dan
m. Instrumen lainsesuai dengan kebutuhan dan/atauperkembangan
ilmu pengetahuan yang ditetapkan dalamPeraturanDaerah.

Paragraf2
KajianLingkunganHidupStrategis

Pasal 35

(1) Pemerintah Derah wajib membuat KLHS sebagaimana dimaksud


dalamPasal5ayat(3)untuk memastikanbahwa
prinsippembangunanberkelanjutantelahmenjadidasar dan
terintegrasidalampembangunansuatu wilayahdan/atau kebijakan,rencana,
dan/atau program.
(2) PemerintahDaerahwajibmelaksanakanKLHS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)kedalampenyusunanatau evaluasi:
a. Rencana TataRuang Wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya,
Rencana PembangunanJangka Panjang(RPJP)
Daerah,danRencanaPembangunan JangkaMenengah (RPJM) Daerah;
dan
b. Kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi
menimbulkandampak dan/ataurisikolingkungan hidup.
(3) KLHSdilaksanakandenganmekanisme:
a. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program
terhadapkondisilingkunganhidupdisuatu wilayah;
b. Perumusanalternatif penyempurnaankebijakan, rencana, dan/atau
program; dan
c. Rekomendasi perbaikanuntuk pengambilan keputusan/
kebijakan,rencana,dan/atauprogram yang
mengintegrasikanprinsippembangunanberkelanjutan.

Pasal 36

KLHSmemuat kajianantara lain:

27
a. Kapasitasdayadukungdandayatampunglingkunganhidup untuk
pembangunan;
b. Perkiraanmengenai dampak danrisikolingkungan hidup;
c. Kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. Efisiensi pemanfaatansumberdaya alam;
e. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadapperubahaniklim; dan
f. Tingkat ketahanandanpotensi keanekaragamanhayati.

Pasal 37

(1) HasilKLHSsebagaimanadimaksuddalamPasal35menjadi dasar


bagikebijakan,rencana,dan/atauprogram pembangunanwilayah.
(2) Apabila hasil KLHSsebagaimana dimaksudpada ayat (1)
menyatakanbahwadayadukungdandayatampung sudah terlampaui,maka:
a. Kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebutwajib
diperbaikisesuaidenganrekomendasi KLHS; dan
b. Segalausahadan/ataukegiatanyangtelah
melampauidayadukungdandaya tampunglingkungan hiduptidak
diperbolehkanlagi.

Pasal 38

(1) KLHSsebagaimanadimaksuddalam Pasal35ayat(1)


dilaksanakandenganmelibatkan masyarakatdanpemangku kepentingan.
(2) KetentuanmengenaitatacarapenyelenggaraanKLHS sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) diatur lebih lanjut denganPeraturanDaerah.

Paragraf3
Tata Ruang

Pasal 39

(1) Untuk menjagakelestarianfungsilingkunganhidup dan


keselamatanmasyarakat,setiapperencanaan tata ruang wilayah
wajibdidasarkanpada KLHS.
(2) Perencanaantataruang wilayah sebagaimanadimaksudpada
ayat(1)ditetapkandenganmemperhatikandayadukung dan daya
tampunglingkungan hidup.
28
Paragraf4
Baku Mutu LingkunganHidup

Pasal 40

(1) Penentuanterjadinyapencemaranlingkungandiukurmelalui bakumutu


lingkunganhidup.
(2) Baku mutu lingkungan hidupmeliputi:
a. Baku mutu air;
b. Baku mutu airlimbah;
c. Baku mutu udara ambien;
d. Baku mutu emisi;
e. Baku mutu gangguan; dan
f. Baku mutu lainsesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuandanteknologi.
(3) Setiaporangdiperbolehkanuntuk membuanglimbahkemedia lingkungan
hidup denganpersyaratan:
a. Memenuhi bakumutu lingkungan hidup;dan
b. Mendapat izindariBupati sesuai kewenangannya.
(4) Ketentuan mengenaibaku mutu lingkungan hidup sebagaimana
dimaksudpada ayat (2)dilaksanakansesuai ketentuanperaturan
perundang-undangan.

Paragraf5
Kriteria BakuKerusakanLingkunganHidup

Pasal 41

(1) Untukmenentukanterjadinyakerusakanlingkunganhidup,
ditetapkankriteria bakukerusakanlingkungan hidup.
(2) Kriteriabakukerusakanlingkunganhidupmeliputikriteria baku
kerusakanekosistemdankriteria baku kerusakanakibat perubahaniklim.
(3) Kriteria bakukerusakanekosistem meliputi:
a. Kriteria baku kerusakan tanahuntuk produksi biomassa;

29
b. Kriteriabakukerusakanlingkunganhidupyangberkaitan
dengankebakaran hutandan/atau lahan;
c. Kriteria baku kerusakan terumbu karang;
d. Kriteria baku kerusakan mangrove;
e. Kriteria baku kerusakan padang lamun;
f. Kriteria baku kerusakankarst;dan/atau
g. Kriteriabakukerusakanekosistemlainnyasesuaidengan
perkembanganilmu pengetahuandan teknologi.
(4) Kriteriabakukerusakanakibatperubahaniklimdidasarkan pada
paramaterantara lain:
a. Kenaikan temperatur;
b. Badai; dan/atau
c. Kekeringan.
(5) Ketentuan mengenaikriteria baku kerusakan lingkungan hidup
sebagaimanadimaksudpadaayat(3)danayat(4) dilaksanakan
sesuaiketentuanperaturan perundang-undangan.

Paragraf6
DokumenLingkunganHidup

Pasal 42

(1) DokumenLingkunganHidupterdiri atas:


a. Amdal;
b. UKL-UPL; dan
c. SPPL.
(2) Dokumen LingkunganHidup sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf
adanhuruf bsebagaiprasyaratuntuk menerbitkanizinlingkungan.

Pasal 43

(1) Setiaprencanausahadan/ataukegiatanyangmenimbulkandampak penting


terhadap lingkungan hidupwajib memiliki Amdal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 ayat (1) hurufa.
(2) Dampak penting sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)ditentukanberdasarkankriteria:
a. Besarnyajumlahpendudukyangakanterkenadampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
b. Luaswilyahpenyebarandampak;

30
c. Intensitas danlamanya dampak berlangsung;
d. Banyaknyakomponenlingkunganhiduplainyangakan terkena dampak;
e. Sifat kumulatif dampak;
f. Berbalikatau tidak berbaliknyadampak; dan/atau
g. Kriteria lainsesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuandan
teknologi.
(3) Kriteriausahadan/ataukegiatanyang berdampakpenting
sebagaimanadimaksudpadaayat(1)yang wajibdilengkapi Amdal,terdiri atas:
a. Pengubahanbentuklahandanbentangalam;
b. Eksploitasi sumberdaya alam, baik yang terbarukan
maupunyangtidakterbarukan;
c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pencemarandan/ataukerusakan lingkunganhidup
sertapemborosandankemerosotan sumberdaya
alamdalampemanfaatannya;
d. Proses dankegiatan yang hasilnya dapat memengaruhi
lingkunganalam, lingkunganbuatan, sertalingkungan sosial
danbudaya;
e. Proses dankegiatan yang hasilnya akan memengaruhi
pelestariankawasankonservasisumber dayaalam dan/atau
perlindungancagarbudaya;
f. Introduksi jenistumbuh-tumbuhan, hewan dan jasad renik;
g. Pembuatandanpenggunaanbahan hayatidannonhayati;
h. Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau memengaruhi
pertahanan negara;dan/atau
i. Penerapanteknologiyangdiperkirakanmempunyaipotensi
besaruntukmemengaruhi lingkungan hidup.
(4) Jenisusaha dan/atau kegiatanyangwajibAmdal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 44

(1) Amdalsebagaimanadimaksuddalam Pasal43ayat(1)disusun oleh


pemrakarsa pada tahap perencanaansuatuusaha dan/ataukegiatan.
(2) Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud
padaayat (1)wajib sesuai dengan rencanatataruang.
(3) Dalam hal lokasi rencana usaha dan/atau kegiatantidaksesuai dengan
rencana tata ruang, dokumenAmdal tidak dapat dinilaidan
wajibdikembalikankepada Pemrakarsa.

31
Pasal 45

(1) DalammenyusundokumenAmdal,pemrakarsasebagaimana dimaksuddalam


Pasal44ayat(1)dapatmemintabantuan kepada pihaklain.
(2) Penyusunamdalsebagaimanadimaksud dalamayat(1) wajib
memilikisertifikat kompetensi penyusunamdal.
(3) Sertifikatkompetensi penyusunamdal sebagaimanadimaksud pada ayat (2)
diterbitkan olehlembaga sertifikasi kompetensi penyusunamdal sesuai
denganketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 46

PenyusunanAmdalsebagaimanadimaksuddalamPasal44ayat(1)dituangkanke
dalamdokumenAmdal yangterdiri atas:
a. Kerangka Acuan;
b.Andal; dan
c. RKL-RPL.

Pasal 47

(1) Dalam menyusundokumen Amdal sebagaimanadimaksud


dalamPasal45ayat (1)pemrakarsamengikutsertakan:
a. Masyarakatyangterkena dampak;
b. Masyarakatpemerhati lingkungan hidup; dan/atau
c. Masyarakat yangterpengaruh atas segala bentuk
keputusandalamprosesAmdal.
(2) Pengikutsertaan masyarakat sebagaimana dimaksudpada ayat (1)
dilakukanmelalui:
a. Pengumumanrencanausaha dan/atau kegiatan; dan
b. Konsultasi publik.
(3) Pengikutsertaan masyarakat sebagaimana dimaksudpada
ayat(1)dilakukan sebelumpenyusunan dokumenKerangka Acuan.
(4) Masyarakat sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dalam jangka waktu10
(sepuluh) harikerjasejakpengumuman sebagaimanadimaksud padaayat(2)
huruf a, berhak mengajukan saran, pendapat dan tanggapan terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan.
(5) Saran,pendapat,dantanggapan sebagaimanadimaksudpada ayat (4)
disampaikan secara tertulis kepadaPemrakarsa danBupati melalui
Sekretariat Komisi PenilaiAmdal.

32
(6) Ketentuan lebihlanjut mengenai tata cara pengikutsertaan masyarakat
dalam penyusunan Amdal sesuaiketentuan peraturanperundang-
undangan.

Pasal 48

(1) Dokumen Amdaldinilai oleh Komisi Penilai Amdal Daerah


yangdibentukolehBupati.
(2) KeanggotaanKomisi Penilai AmdalDaerahsebagaimana dimaksud pada ayat
(1)terdiri ataswakil dari unsur:
a. Instansi lingkungan hidup;
b. Instansi teknisterkait;
c. Pakardibidang pengetahuanyangterkaitdenganjenis usaha dan/atau
kegiatanyangsedangdikaji;
d. Pakar dibidang pengetahuanyang terkaitdengandampak yang
timbuldarisuatuusahadan/ataukegiatanyang sedangdikaji;
e. Wakildarimasyarakatyangberpotensiterkenadampak;dan
f. Organisasi lingkungan hidup.
(3) Susunan keanggotaan Komisi PenilaiAmdal Daerah sebagaimana
dimaksudpada ayat (1)ditetapkandengan KeputusanBupati.

Pasal 49

(1) Komisi PenilaiAmdal Daerah sebagaimana dimaksud dalamPasal 48ayat (1)


wajibmemiliki lisensidari Bupati.
(2) Ketentuanmengenaipersyaratandantatacaralisensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)sesuai ketentuan peraturanperundang-
undangan.
(3) Berdasarkan hasilpenilaian Komisi Penilai Amdal Daerah, Bupati
menetapkankeputusankelayakanatauketidaklayakan lingkungan hidup.

Pasal 50

(1) Rencanausahadan/ataukegiatanyangtidaktermasukdalam SPPL.


(2) Usahadan/ataukegiatanyangtidakwajibdilengkapiUKL-
UPLwajibmembuatSPPL.

33
(3) Jenisrencanausahadan/ataukegiatanyangwajibdilengkapi UKL-UPL atau
SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuaiketentuanperaturanperundang-undangan.

Pasal 51

(1) UKL-UPLdiperiksaolehTimPenilaiUKL-UPLyangdibentuk olehBupati.


(2) Keanggotaan TimPenilai UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri ataswakil dari unsur:
a. Instansi lingkungan hidup;dan
b. Instansi teknisterkait.
(3) SusunankeanggotaanTimPenilaiUKL-UPLsebagaimana dimaksud
padaayat(1)danayat(2)ditetapkandengan KeputusanBupati.
(4) Berdasarkan hasil pemeriksaan Tim Penilai UKL-UPL Sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Kepala Lembaga Lingkungan Hidup Daerah
menerbitkan rekomendasi UKL-UPL.
(5) KetentuanlebihlanjutmengenaipemeriksaanUKL-UPLdan
penerbitanrekomendasi UKL-UPL sesuaiketentuanperaturan perundang-
undangan.

Pasal 52

Pemeriksaan danpenerbitan persetujuan SPPL dilakukan oleh KepalaLembaga


LingkunganHidupDaerah.

Pasal 53

1) Pemerintah DaerahmembantupenyusunanAmdal, UKL-UPL atauSPPL


bagiusahadan/ataukegiatangolonganekonomi
lemahyangberdampakpentingterhadaplingkungan hidup.
(2) PenyusunanAmdal, UKL-UPLatau SPPLbagi usahadan/atau
kegiatangolonganekonomi lemahsebagaimanadimaksudpada ayat (1)
dibantu oleh instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan.
(3) Dalamhalusahadan/ataukegiatansebagaimanadimaksud pada ayat (1)
berada dibawah pembinaan atau pengawasan lebihdarisatuinstansiyang
membidangiusahadan/atau kegiatan,penyusunanAmdal,UKL-UPLatau
SPPLbagiusaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, dilakukan
oleh instansi yang membidangi usahadan/ataukegiatanyang bersifat
dominan.
Pasal 54

(1) Penyusunan danjasapenilaiansertapemeriksaan dokumen Amdal,UKL-UPL


atau SPPL didanaiolehPemrakarsa, kecuali untuk usaha dan/atau

34
kegiatan bagigolonganekonomi lemah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53 sesuai ketentuanperaturanperundang-undangan.
(2) Dana pembinaan yang dilakukan olehLembagaLingkungan HidupDaerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat(3)dialokasikan
darianggaranLembagaLingkunganHidup Daerah.

Pasal 55

Ketentuan lebihlanjut mengenai Dokumen Lingkungan Hidup


dilaksanakansesuai ketentuanperaturanperundang-undangan.

Paragraf7
Perizinan

Pasal 56

(1) Perizinandibidanglingkungan hidupterdiri atas:


a. Izin Lingkungan; dan
b. Izinperlindungandanpengelolaanlingkungan hidup.
(2) Izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) huruf b,antara lain:
a.IzinPembuanganAirLimbah;
b.IzinPemanfaatanAirLimbahuntuk Aplikasi padaTanah;
c. IzinPengelolaanLimbahB3untukKegiatanPengumpulanLimbahB3Skala
Daerah; dan
d.IzinPengelolaanLimbahB3untukKegiatanPenyimpanan LimbahB3.

Pasal 57

Setiapusahadan/ataukegiatanyangwajibmemilikiAmdalatauUKL-UPL
wajibmemiliki izinlingkungan.

Pasal 58

(1) IzinLingkungansebagaimanadimaksud dalam Pasal57paling sedikit


memuat:
a. Persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL;

b. Persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh


menteri,gubernur,atau bupati;dan
c. berakhirnya IzinLingkungan.
(2) IzinLingkungansebagaimanadimaksud padaayat(1)diperoleh melalui
tahapankegiatanyangmeliputi:

35
a. PenyusunanAmdal dan UKL-UPL;
b. PenilaianAmdal danpemeriksaan UKL-UPL; dan
c.permohonandanpenerbitanIzinLingkungan.
(3) IzinlingkunganditerbitkanolehBupati.

Pasal 59

(1) IzinLingkunganberakhirbersamaandenganberakhirnyaizin usaha dan/atau


kegiatan.
(2) Penanggung jawab usahadan/atau kegiatan wajib mengajukan
permohonan perubahan Izin Lingkungan, apabilausaha
dan/ataukegiatanyang telah memperolehIzin Lingkungan direncanakan
untukdilakukanperubahan.
(3) Perubahan usahadan/atau kegiatan sebagaimanadimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. Perubahankepemilikanusaha dan/atau kegiatan;
b. Perubahanpengelolaandanpemantauanlingkungan hidup;
c. Perubahanyangberpengaruhterhadaplingkunganhidup yang memenuhi
kriteria:
1. Perubahandalampenggunaanalat-alatproduksiyang berpengaruh
terhadaplingkunganhidup;
2. Penambahankapasitas produksi;
3. Perubahan spesifikasi teknik yang memengaruhi lingkungan;
4. Perubahansarana usaha dan/atau kegiatan;
5. Perluasan lahan dan bangunan usaha dan/atau kegiatan.
6. Perubahan waktu atau durasi operasi usaha dan/atau
kegiatan;
7. Usahadan/ataukegiatan didalamkawasanyangbelum tercakup di
dalamizinlingkungan;
8. Terjadinya perubahan kebijakan pemerintah yang ditujukan
dalamrangka peningkatan perlindungan
danpengelolaanlingkungan hidup; dan/atau

9. Terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar


akibatperistiwa alam ataukarenaakibat lain, sebelumdan pada
waktu usaha dan/atau kegiatanyangbersangkutandilaksanakan.
d. Terdapatperubahandampak dan/ataurisikoterhadap lingkunganhidup
berdasarkanhasilkajiananalisis risiko lingkunganhidup
dan/atauauditlingkunganhidup yang diwajibkan; dan/atau
e. Tidakdilaksanakannya rencanausaha dan/ataukegiatan dalam
jangkawaktu tigatahunsejak diterbitkannyaIzin Lingkungan.
36
Pasal 60

(1) PemegangIzinLingkunganberkewajiban:
a. Mentaati persyaratan dan kewajiban yang dimuatdalam Izin
Lingkungan dan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
b. Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap
persyaratandan kewajiban dalam Izin Lingkungan kepada bupati; dan
c. Menyediakan danapenjaminan untuk pemulihanfungsi lingkungan
hidup sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
disampaikansecara berkala setiapenambulan.

Pasal 61

(1) Bupati wajibmenolak permohonan izin lingkungan sebagaimana


dimaksuddalamPasal 58ayat(3),apabila permohonanizintidak dilengkapi
dengandokumenAmdal atau dokumenUKL/UPL.
(2) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3)dapat
dibatalkanapabila:
a. Persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung
cacathukum,kekeliruan,penyalahgunaan,
sertaketidakbenarandan/ataupemalsuandata, dokumen, dan/atau
informasi;
b. Penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum
dalam keputusankomisitentang kelayakan lingkunganhidupatau
rekomendasi UKL-UPL;atau
c. Kewajibanyangditetapkan dalamdokumenAmdalatau UKL-UPL tidak
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
(3) Selainketentuan sebagaimanadimaksudpadaayat(1),izin lingkungan
dapatdibatalkan melalui keputusan pengadilan tata usahaNegara.

Pasal 62

Ketentuanlebihlanjut mengenaiIzinLingkungansebagaimana dimaksud dalam


Pasal57dilaksanakansesuaiketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 63

(1) Penanggung jawabusahadan/ataukegiatanmengajukan


permohonanizinpembuanganairlimbahkeairatausumber

37
airsebagaimanadimaksuddalam Pasal56ayat(2)hurufa kepadaBupati
dengandilengkapi:

a. Hasil kajianAmdal atau UKL-UPL;dan


b. Hasilkajianmengenaipembuanganairlimbahkeairatau sumberair.
(2) Hasil kajianmengenai pembuangan air limbah ke air atau sumber
airsebagaimanadimaksud padaayat(1) hurufb paling sedikit memuat:
a. Pengaruh terhadap pembudidayaan ikan, hewan dan tanaman;
b.Pengaruhterhadap kualitastanahdanairtanah; dan
c. Pengaruh terhadap kesehatanmasyarakat.
(3) Lembaga Lingkungan Hidup Daerah melakukan evaluasi terhadap
hasilkajianmengenaipembuanganair limbahke air atau
sumberairsebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb.
(4) Apabilaberdasarkankajiansebagaimanadimaksudpada ayat
(2)menunjukkanbahwapembuanganair limbahkeair atau sumberairlayak
lingkunganhidup, Bupatimenerbitkanizin pembuanganairlimbah.
(5) Dalam izinpembuangan air limbah ke air atausumber air
sebagaimanadimaksud padaayat(4) wajibdicantumkan
persyaratanmengenai:
a. Kewajibanuntukmengolahairlimbah;
b. Mutudankuantitas(volume/waktu)airlimbahyang bolehdibuang;
c. Cara pembuanganairlimbah;
d. Penyediaansaranadanprosedurpenanggulangankeadaan darurat;

e. Pelaksanaanpemantauanmutu dandebit airlimbah;


f. HasilkajianAmdalatauUKL-UPLyangberkaitandengan
pengendalianpencemaranair;
g. Larangan pembuangansecara sekaligus dalam satu saat atau
melepaskandadakan;
h. Laranganuntukmelakukanpengenceranairlimbah; dan
i. elaksanaanswapantau danpelaporan hasil swapantau.

Pasal 64

Ketentuanlebihlanjutmengenai IzinPembuanganAirLimbah sebagaimana


dimaksuddalamPasal63dilaksanakansesuai ketentuanperaturanperundang-
undangan.

Pasal 65

38
(1) Pemohon mengajukan permohonan Izin Pemanfaatan Air Limbahuntuk
AplikasipadaTanahsebagaimanadimaksud dalam
Pasal56ayat(2)hurufbkepadaBupatidengan dilengkapi:
a. Hasil kajianAmdal atau UKL-UPL;dan
b. Hasil kajianmengenai pemanfaatan air limbah untuk aplikasi pada
tanah.
(2) Hasilkajianmengenaipemanfaatanairlimbahuntukaplikasi
padatanahsebagaimana dimaksudpadaayat(1)hurufbpaling sedikit
memuat:
a. Pengaruh terhadap pembudidayaan ikan, hewan dan tanaman;
b. Pengaruhterhadap kualitastanahdanairtanah; dan
cPengaruh terhadap kesehatanmasyarakat.
(3) Bupatimelakukanevaluasiterhadaphasilkajiansebagaimana dimaksudpada
ayat (1)huruf b.

Pasal 66

Ketentuanmengenaipemanfaatanair limbahuntukaplikasipada
tanahsebagaimanadimaksuddalamPasal65sesuai ketentuan
peraturanperundang-undangan.

Pasal 67

(1) PengumpulLimbahB3wajibmemilikiIzinPengelolaanLimbah
B3sebagaimanadimaksuddalam Pasal56ayat(2)hurufc untuk
kegiatanpengumpulanlimbahB3 skala Daerah.

(2) Pengumpul LimbahB3 dilarang:


a. MelakukanpemanfaatanLimbahB3dan/ataupengolahan Limbah
B3terhadap sebagian atau seluruh Limbah B3 yangdikumpulkan;
b. MenyerahkanLimbah B3 yang dikumpulkan kepadaPengumpul
LimbahB3yanglain;dan
c. MelakukanpencampuranLimbahB3.
(3) PermohonanizinPengelolaanLimbahB3untukkegiatan
PengumpulanLimbahB3sebagaimanadimaksud padaayat(1) dilengkapi
denganpersyaratanyang meliputi:
a. Identitas pemohon;
b. Akta pendirianbadanusaha;
c. Nama, sumberdan karakteristik Limbah B3 yang akan dikumpulkan;
d. Dokumen yangmenjelaskan tentangtempatPenyimpananLimbahB3;
e. Dokumen yangmenjelaskan tentang pengemasan LimbahB3;
f. ProsedurpengumpulanLimbahB3;
39
g. Buktikepemilikanatas danaPenanggulanganPencemaran
LingkunganHidup dan/atauKerusakanLingkunganHidup
dandanapenjaminanPemulihan FungsiLingkunganHidup; dan
h. Dokumen lainsesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Permohonan IzinPengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatanPengumpulanLimbahB3darisumberspesifikkhususkategori2dikecu
alikandaripersyaratanpermohonanizinsebagaimanadimaksud pada ayat
(3)huruf e.
(5) Limbah B3yang akan dikumpulkan sebagaimana dimaksud padaayat(3)
huruf c harus dapatdimanfaatkandan/atau diolah.

Pasal 68

(1)

SetiapOrangyangmenghasilkanLimbahB3wajibmelakukanPenyimpananLim
bahB3.
(2) Setiap Orang yangmenghasilkan Limbah B3 sebagaimana
dimaksuddimaksudpadaayat(1)dilarang melakukan
pencampuranLimbahB3yangdisimpannya.
(3) Setiap orang yang melakukan penyimpanan Limbah B3
sebagaimanadimaksudpadaayat(1) wajib memilikiIzin
PengelolaanLimbahB3untukkegiatanpenyimpananLimbah B3 sebagaimana
dimaksud dalamPasal 56ayat (2) hurufd.

(4) Persyaratanizinsebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi:


a.Identitas pemohon;
b.Akta pendirianbadanusaha;
c.Nama,sumber,karakteristik,danjumlahLimbahB3yang akandisimpan;
d.DokumenyangmenjelaskantentangtempatpenyimpananLimbahB3;
e. DokumenyangmenjelaskantentangpengemasanLimbahB3; dan
f. Dokumen lainsesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Persyaratanizin sebagaimanadimaksudpadaayat(4)hurufe dikecualikanbagi
permohonanIzinPengelolaanLimbahB3 untuk kegiatanpenyimpanan
Limbah B3 kategori 2 dari sumberspesifik khusus.

Pasal 69

Ketentuanlebihlanjut mengenaiIzinPengumpulanLimbahB3 dan/atau


PenyimpananLimbahB3 skalaDaerahsebagaimana dimaksud
dalamPasal56ayat(2)huruf cdanhurufddiaturlebih lanjut
denganPeraturanDaerah.
40
Pasal 70

Setiaporangdilarang melakukandumpinglimbahdan/atau bahan kemedia


lingkunganhiduptanpaizin.

Pasal 71

Ketentuanlebih lanjutmengenai dumpingsebagaimanadimaksud dalam


Pasal70dilaksanakansesuaiketentuanperaturan perundang-undangan.

Paragraf8
InstrumenEkonomi LingkunganHidup

Pasal 72

(1) Dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan hidup,


PemerintahDaerahwajib mengembangkandanmenerapkan
instrumenekonomilingkungan hidup.
(2) Instrumenekonomilingkunganhidupsebagaimanadimaksud pada ayat
(1)meliputi:
a. Perencanaanpembangunandankegiatanekonomi;
b. Pendanaanlingkungan hidup; dan
c. Insentif dan/atau disinsentif.

Pasal 73

(1) Instrumenperencanaanpembangunandankegiatanekonomi sebagaimana


dimaksuddalam Pasal 72 ayat (2) huruf a meliputi:
a. Peraca sumberdaya alamdanlingkunganhidup;
b. Penyusunanproduk domestikbrutodanproduk domestik regional
brutoyang mencakup penyusutan sumber daya
alamdankerusakanlingkungan hidup;
c. Mekanisme kompensasi/imbal jasalingkungan hidup; dan
d.Internalisasi biaya lingkungan hidup.
(2) Instrumen pendanaanlingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalamPasal72ayat(2)hurufbmeliputi:
a. Dana jaminanpemulihanlingkunganhidup;
b. Dana penanggulanganpencemarandan/atau kerusakandan
pemulihanlingkunganhidup; dan
c. Dana amanah/bantuanuntukkonservasi.
(3) Insentif dan/atau disinsentif sebagaimana dimaksud dalamPasal 72ayat
(2) hurufcantara lainditerapkandalambentuk:
41
a. P engadaanbarangdanjasa yangramahlingkungan hidup;
b. Penerapanpajak,retribusi, dansubsidilingkungan hidup;
c. Pengembangansistem lembagakeuangandanpasar modal yang
ramahlingkunganhidup;
d. Pengembangan sistem perdagangan izin pembuangan
limbahdan/atau emisi;
e. Pengembangansistempembayaranjasalingkungan hidup;
f. Pengembanganasuransi lingkunganhidup;
g. Pengembangansistemlabel ramahlingkungan hidup; dan
h. Sistem penghargaankinerja di bidang perlindungan dan
pengelolaanlingkunganhidup.
Pasal 74

Ketentuanmengenaiinstrumenekonomilingkungan hidup
sebagaimanadimaksuddalamPasal 72 danPasal73 dilaksanakan sesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.
Paragraf9
AnggaranBerbasisLingkunganHidup

Pasal 75

PemerintahanDaerah dan Dewan Perwakilan Daerah wajib mengalokasikan


anggaran yang memadai untukmembiayai:
a.Kegiatanperlindungandanpengelolaanlingkungan hidup; dan
b.Programpembangunanyangberwawasanlingkungan hidup.
Pasal 76

Selainketentuansebagaimanadimaksud dalamPasal75,dalam
rangkapemulihankondisilingkunganhidupyang kualitasnyatelah mengalami
pencemarandan/atau kerusakanpada saatPeraturan Daerah ini
ditetapkan,PemerintahanDaerahwajibmengalokasikan anggaranuntuk
pemulihanlingkungan hidup.

Paragraf10
Analisis RisikoLingkunganHidup

Pasal 77

(1) Setiapusahadan/ataukegiatan yangberpotensimenimbulkan dampak


penting terhadap lingkungan hidup, ancaman
terhadapekosistemdankehidupan,dan/ataukesehatan dan
keselamatanmanusiawajib melakukananalisisrisiko lingkungan hidup.
(2) Analisisrisikolingkunganhidupsebagaimanadimaksudpada ayat (1)meliputi:

42
a. Pengkajianrisiko;
b. Pengelolaanrisiko; dan/atau
c. Komunikasi risiko.

Pasal 78

Ketentuanmengenaianalisisrisikolingkungan hidupsebagaimana dimaksud


dalam Pasal77dilaksanakansesuaiketentuanperaturan perundang-undangan.

Paragraf11
Audit LingkunganHidup

Pasal 79

PemerintahDaerahmendorong penanggung jawabusahadan/atau


kegiatanuntukmelakukanaudit lingkunganhidupdalamrangka
meningkatkankinerja lingkungan hidup.

Pasal 80

Ketentuan mengenaiaudit lingkungan hidup sebagaimana dimaksud


dalamPasal79dilaksanakansesuai denganketentuan peraturanperundang-
undangan.
Paragraf 12
LaboratoriumLingkungan

Pasal 81

(1) Pelaksanaanpengendalianpencemarandan/atau kerusakan lingkungan


hidupsebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, dapat
didukungolehlaboratoriumlingkungan.
(2) PemerintahDaerahdapatmengelolalaboratoriumlingkungan sebagaimana
dimaksudpada ayat (1).
(3) PemerintahDaerahdapatmemungutretribusiataspelayanan yang
diberikanolehlaboratorium lingkungansebagaimana dimaksud padaayat
(2)sesuai ketentuanperaturanperundang-undangan.

BagianKeempat
Penanggulangan

Paragraf1
PenanggulanganPencemaranAir

43
Pasal 82

(1) Penanggulanganpencemaranairwajibdilakukanolehsetiap orang yang


melakukanpencemaranair.
(2) Setiaporangyangmelakukanusahadan/ataukegiatanwajib
membuatrencanapenanggulanganpencemaranair pada keadaandarurat
dan/atau keadaanyangtidakterduga lainnya.
(3) Dalam halterjadi keadaan darurat sebagaimana dimaksud padaayat
(2),setiap orang wajibmelakukanpenanggulangan pencemaranair.
(4) Penanggulanganpencemaranairsebagaimanadimaksudpada ayat (1)
dilakukandengancara:
a. Pemberian informasiperingatan pencemaran air kepada masyarakat;
b. Pengisolasianpencemaranair;
c. Pembersihanair yangtercemar;
d. Penghentian sumber pencemaran air untuk efektifitas
pelaksanaanpenanggulanganpencemaranair; dan/atau
e. Caralainsesuaidenganperkembanganilmupengetahuan dan teknologi.

(5) Dalam halsetiap orangtidakmelakukanpenanggulangan


pencemarandalamjangkawaktupalinglamatujuhhari kerja sejak
terjadinyapencemaranairdiketahui,KepalaLembaga LingkunganHidup
Daerahmelaksanakanataumenugaskan pihak
ketigagunamelakukanpenanggulanganpencemaranair atas
bebanbiayasetiaporang yang melakukanpencemaranair.
(6) Ketentuan mengenaipenanggulangan pencemaran air dilaksanakansesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.

Paragraf 2
PenanggulanganPencemaran Udara

Pasal 83

(1) Penanggulangan pencemaran udara wajib dilakukan oleh setiaporang


yang menyebabkan terjadinya pencemaranudara.
(2) Setiaporang yang melakukan usahadan/ataukegiatanwajib membuat
rencana penanggulanganpencemaranudara pada keadaan darurat
dan/atau keadaan yang tidak terduga lainnya.
(3) Dalam halterjadi keadaan darurat sebagaimana dimaksud
padaayat(2),setiaporangyang melakukanusahadan/atau kegiatan
wajibmelakukanpenanggulanganpencemaranudara.

44
(4) Penanggulangan pencemaranudara sebagaimana dimaksud padaayat (1)
dilakukandengancara:
a. Mengurangi dan/atau menghentikan emisi untuk
mencegahperluasanpencemaranudara ambien;
b. Merelokasipenduduk/masyarakatketempatyangaman; dan
c. Menetapkan prosedur operasi standar untuk
penanggulanganpencemaranudara.
(5) Dalamhalsetiaporang tidakmelakukanpenanggulangan
pencemaranudaradalamjangkawaktupaling lamatujuhhari
kerjasejakterjadinyapencemaranudara diketahui,Kepala
LembagaLingkunganHidup Daerahmelaksanakanatau menugaskanpihak
ketigagunamelakukanpenanggulangan pencemaranudaraatas
bebanbiayasetiap orangyang melakukanpencemaranudara.
(6) Ketentuanmengenai penanggulanganpencemaranudara
dilaksanakansesuai ketentuanperaturanperundang-undangan.

Paragraf3
PenanggulanganPencemaranTanah

Pasal 84

(1) Penanggulanganpencemarantanahwajib dilakukanolehsetiap orang


yangmelakukanpencemaran tanah.
(2) Setiaporangyangmelakukanusahadan/ataukegiatanwajib
membuatrencanapenanggulanganpencemarantanah pada keadaandarurat
dan/atau keadaanyangtidakterduga lainnya.
(3) Dalam halterjadi keadaan darurat sebagaimana dimaksud padaayat
(2),setiap orang wajibmelakukanpenanggulangan pencemaran tanah.
(4) Penanggulangan pencemarantanah sebagaimana dimaksud padaayat (1)
dilakukandengancara:
a. Pemberianinformasiperingatanpencemarantanahkepada masyarakat;
b. Pengisolasianpencemaran tanah;
c. Penghentian sumberpencemaran tanahuntuk efektivitas pelaksanaan
penanggulangan pencemaran tanah; dan/atau
d. Caralainsesuaidenganperkembanganilmupengetahuan dan teknologi.
(5) Dalam halsetiap orangtidakmelakukanpenanggulangan
pencemarantanahsebagaimana dimaksudpadaayat(1)dalam jangkawaktu

45
palinglama tujuhharikerjasejakterjadinya pencemaran
tanahdiketahui,KepalaLembaga Lingkungan Hidup
Daerahmelaksanakanataumenugaskanpihak ketiga untuk
melakukanpenanggulanganpencemarantanahatas bebanbiaya setiaporang
yangmelakukanpencemaran tanah.
(6) Ketentuanmengenaipenanggulanganpencemarantanah dilaksanakan
sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

BagianKelima Pemulihan Paragraf 1


PemulihanKualitasAir

Pasal 85

(1) Pemulihankualitasairwajibdilakukanolehsetiaporangyang
melakukanpencemaranair.
(2)

Pemulihankualitasairsebagaimanadimaksudpadaayat(1)dilakukandenganc
ara:

a. Penghentiansumberpencemaruntukefektivitaspemulihan kualitasair;
b. Pembersihanunsurpencemaran;
c. Remediasi; dan/atau
d. Caralainsesuaidenganperkembanganilmupengetahuan dan teknologi.
(3) Dalam halsetiaporang tidakmelakukanpemulihankualitasair sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu palinglama30(tigapuluh)
harikerjasejakterjadinya pencemaranair
diketahui,KepalaLembagaLingkunganHidup
Daerahmelakukanataumenugaskanpihak ketigaguna melakukan
pemulihan kualitas air atas beban biaya setiap orangyang
melakukanpencemaranair.
(4) Ketentuan mengenaipemulihan kualitas air dilaksanakan sesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.

Paragraf 2
PemulihanKualitasUdara

Pasal 86

(1) Pemulihankualitasudarasesuaidenganstandar kesehatan


manusiadanlingkungan hidupwajibdilakukanolehsetiap orang yang
menyebabkan terjadinya pencemaranudara.
46
(2) Pemulihankualitasudarayang diakibatkanolehterjadinya
pencemaranudarasumber tidakbergerakdilakukandengan cara :
a. Inventarisasi sumber pencemaran udara sumber tidak bergerak di
wilayahnya;
b. Perhitungan tingkat kerusakan lingkungan hidup yang
diakibatkanpencemaranudara sumbertidakbergerak;
c. Penghentiansumberpencemaruntukefektifitaspemulihan kualitasudara
d. Rehabilitasi,remediasidanrestorasiyangdiakibatkanoleh
pencemaranudara sumbertidakbergerak; dan/atau
e. Caralainsesuaidenganperkembanganilmupengetahuan dan teknologi.
(3) Dalamhalsetiaporangtidakmelakukanpemulihankualitas udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktupaling
lama30(tigapuluh)harikerjasejak terjadinya pencemaranudaradiketahui,
KepalaLembagaLingkungan Hidup
Daerahmelaksanakanataumenugaskanpihak ketiga
gunamelakukanpemulihankualitas udaraatas bebanbiaya setiaporang
orangyang melakukanpencemaranudara.
(4) Ketentuanmengenaipemulihankualitasudaradilaksanakan sesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.

Paragraf 3

PemulihanKualitasTanah
Pasal 87

(1) Pemulihankualitastanahwajibdilakukanolehsetiaporang yang


melakukanpencemaran tanah.
(2) Setiaporangyangmelakukan pengelolaanlimbahB3dan
mengakibatkanpencemarantanahwajibmelakukan pemulihan tanah.
(3) Pemulihan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)dilakukandengancara:
a. Penghentian sumber pencemar untuk efektifitas
pelaksanaanpemulihankualitastanah;
b. Pembersihanunsurpencemaran tanah; dan/atau
c. Caralainsesuaidenganperkembanganilmupengetahuan dan teknologi.
(4) Dalamhalsetiaporangtidakmelakukanpemulihankualitas tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktupaling
lama30(tigapuluh)harikerjasejak terjadinya pencemaran
tanahdiketahui,KepalaLembaga Lingkungan Hidup
Daerahmelaksanakanataumenugaskanpihak ketiga

47
untukmelakukanpemulihankualitas tanahatas bebanbiaya setiaporang
orangyang melakukanpencemaran tanah.
(5) Ketentuanmengenaipemulihankualitastanahdilaksanakan sesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.

Paragraf 4
PemulihanLingkunganHidupolehPemerintahDaerah

Pasal 88

(1) Dalamkeadaantertentu PemerintahDaerahdapat melakukan


pemulihanfungsi LingkunganHidup.
(2) Keadaantertentusebagaimanadimaksudpadaayat(1)terdiri dari:
a. Bencana alam;
b. Lokasipencemarantidakdiketahuisumberpencemarannya
dan/atautidakdiketahuipihakyang melakukan pencemaran.

BABVII
PEMELIHARAAN

Pasal 89

(1) Pemeliharaanlingkungan hidupdilakukanmelalui upaya:


a. konservasi sumberdaya alam;
b. pencadangansumberdaya alam;dan/atau c.pelestarianfungsi atmosfer.
(2) Konservasi sumberdaya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa
meliputi kegiatan:
a. Perlindungansumberdaya alam;
b. Pengawetansumberdaya alam;dan
c. Pemanfaatansecara lestari sumberdaya alam.
(3) Pencadangansumber dayaalam sebagaimanadimaksudpada
ayat(1)hurufbdilakukanterhadapsumber dayaalam yang tidak dapat
dikelola dalamjangkawaktu tertentu.
(4) Pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hurufcmeliputi:
a. Upaya mitigasi danadaptasi perubahaniklim;
b. Upaya perlindunganlapisan ozon;dan
c. Upaya perlindungan terhadaphujanasam.
(5) Ketentuan mengenai pemeliharaan lingkungan hidup dilaksanakan
sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan.
48
BABVIII
PENGELOLAANBAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
SERTA LIMBAHBAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Pasal 90

(1) Setiap orang yang memasukkankedalamwilayah Daerah, menghasilkan,


mengangkut, mengedarkan,menyimpan,
memanfaatkan,membuang,mengolah,dan/atau menimbunB3 wajib
melakukanpengelolaanB3.
(2) Ketentuan mengenaipengelolaanB3dilaksanakan sesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.

Pasal 91

(1) PengelolaanLimbahB3untukKegiatanPenyimpananLimbah
B3danPengelolaanLimbahB3 untukKegiatanPengumpulan LimbahB3
skalaDaerahwajibmemperolehizindariBupati.
(2) Tatacaraperizinansebagaimanadimaksud padaayat(1) dilaksanakansesuai
ketentuanperaturan perundang-undangan.

BABIX
SISTEMINFORMASILINGKUNGANHIDUP

Pasal 92

(1) PemerintahDaerahmengembangkan sisteminformasi lingkungan


hidupuntukmendukung pelaksanaan dan pengembangan kebijakan
perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup.
(2) Sisteminformasilingkunganhidupdilakukansecaraterpadu dan
terkoordinasidan wajib dipublikasikan kepada masyarakat.
(3) Sistem informasilingkunganhiduppaling sedikitmemuat
informasimengenaistatus lingkunganhidup, petarawan lingkungan hidup,
keragaman karakter ekologis, sebaran potensisumber
dayaalam,kearifanlokal,daninformasi lingkungan hiduplain.
(4) Ketentuanmengenaisisteminformasilingkunganhidup dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BABX
HAK, KEWAJIBAN,DANLARANGAN

BagianKesatu
49
Hak

Pasal 93

(1) Setiap orangberhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari Hak Asasi Manusia.
(2) Untukmewujudkanlingkungan hidupyangbaikdansehat
sebagaimanadimaksud padaayat(1), PemerintahDaerah melakukan:
a. KegiatanPPLH;
b. Program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup; dan
c. StandarPelayanan Minimal di bidang PPLH sesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.

Pasal 94

(1) Setiaporangberhakmendapatkan:
a. Pendidikanlingkungan hidup;
b. Aksesinformasi lingkungan hidup; dan
c. Akses keadilan.
(2) Hakmendapatkanpendidikanlingkunganhidupsebagaimana dimaksud pada
ayat (1)hurufa melalui jalur:
a. Pendidikanformal;
b. Pendidikaninformal; dan/atau
c. Pendidikan non-formal.
(3) Untuk meningkatkankesadarandanpemahamanterhadap
kondisilingkunganhidupdalamrangkamengembangkancipta,rasa,karsadan
karyauntukmemelihara,memperbaikidan meningkatkankualitas
lingkunganhidup sekolahdan lingkungansekitar,
pengelolaanlingkunganhidup ditetapkan sebagaimuatanlokal
padapendidikanformalpadajenjang pendidikandasardanmenengahdi
Daerah.
(4) Hak mendapatkanakses informasi lingkungan hidup
sebagaimanadimaksudpadaayat(1)hurufb dapatberupahak untuk
memperolehdata, keterangan, atauinformasilaindari
PemerintahDaerahdan/atau penanggungjawabusaha
dan/ataukegiatanberkenaandenganPPLHyang menurutsifat dan tujuannya
memangterbuka untuk diketahui setiaporang.
(5) Hak mendapatkanakses keadilansebagaimanadimaksud pada ayat (1)
hurufc dapat berupa hakuntuk:
a. Melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau
perusakanlingkungan hidupkepadaLembaga LingkunganHidupDaerah;

50
b. Mendapatkan informasi mengenai status penanganan pengaduan
akibatdugaan pencemaran dan/atau perusakanlingkunganhidup
dariLembagaLingkungan HidupDaerah;
c. Menyampaikanlaporanataupengaduanmengenaidugaan
pencemarandan/atauperusakan lingkunganhidupkepada aparat
penegakhukum;
d. Memperolehbantuanhukumterkaitdenganpenyelesaian kasus
pencemarandan/atauperusakanlingkunganhidup; dan/atau
e. Mendapatkan fasilitasidari Lembaga Lingkungan Hidup Daerahdalam
penyelesaiansengketalingkunganhidupdi luarpengadilan.

Pasal 95

(1) Setiap orang berhakmengajukanusuldan/ataukeberatan terhadap:


a. rencana usaha dan/atau kegiatanyangwajibAmdal; dan
b. rencana usaha dan/atau kegiatanyangwajibUKL-UPL.
(2) Pengajuanusuldan/ataukeberatanterhadaprencanausaha
dan/ataukegiatanyang wajibAmdalsebagaimanadimaksud pada ayat (1)
hurufa dapat disampaikan:
a. Secara tertulis kepada pemrakarsa dan Lembaga Lingkungan
Hidup Daerah pada saat penggumuman
rencanausahadan/ataukegiatanyang dilakukanoleh pemrakarsa
sebelummenyusundokumenKerangka Acuan; dan/atau
b. Melaluiwakilmasyarakatyangterkenadampakdan/atau
organisasimasyarakatyangmenjadianggota KomisiPenilai Amdal pada
saat pembahasandokumenAndal danRKL- RPL.
(3) Pengajuanusuldan/ataukeberatanterhadaprencanausaha
dan/ataukegiatanyang wajib UKL-UPLsebagaimanadimaksud padaayat(2)
huruf b dapatdisampaikankepadaLembaga Lingkungan Hidup Daerah
pada saat pengumuman permohonanIzinLingkungan.

Pasal 96

Setiaporangberhak untuk berperandalamperencanaan, pemanfaatan,


pengendalian, pengawasandanpenegakanhukum lingkungansesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.

Pasal 97

Sanksiadministratifsebagaimana dimaksuddalamPasal106tidak
membebaskanpenanggung jawabusahadan/ataukegiatandari tanggungjawab
pemulihandanpidana.

51
Pasal 98

(1) Pengenaansanksiadministratifberupapembekuanatau pencabutan izin


lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal106 ayat(2) huruf
cdanhuruf d dilakukanapabila penanggungjawabusaha
dan/ataukegiatantidak melaksanakanpaksaanpemerintahan.
(2) Paksaanpemerintahansebagaimanadimaksudpadaayat(1) berupa:
a. Penghentiansementara kegiatanproduksi;
b. Pemindahansarana produksi;
c. Penutupansaluranpembuanganairlimbahatau emisi;
d. Pembongkaran;
e. Penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi
menimbulkanpelanggaran;
f. Penghentiansementara seluruhkegiatan;atau
g. Tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggarandan
tindakanmemulihkanfungsi lingkungan hidup.

(3) Pengenaan paksaanpemerintahan dapat dijatuhkan tanpa didahului


teguran apabila pelanggaran yangdilakukan menimbulkan:
a. Ancamanyangsangatseriusbagimanusiadanlingkungan hidup;
b. Dampakyanglebihbesardanlebihluasjikatidaksegera
dihentikanpencemarandan/atauperusakannya; dan/atau
c. Kerugianyanglebihbesarbagilingkunganhidupjikatidak
segeradihentikanpencemarandan/atau perusakannya.

Pasal 99

Setiappenanggung jawabusahadan/ataukegiatanyang tidak


melaksanakanpaksaanpemerintahandapat dikenai denda atas setiap
keterlambatanpelaksanaansanksi paksaanpemerintahan.

Pasal 100

(1) Bupatiberwenanguntukmemaksapenanggungjawabusaha
dan/ataukegiatanuntuk melakukanpemulihanlingkungan hidup
akibatpencemarandan/atauperusakanlingkungan
hidupyangdilakukannya.
(2) Bupatiberwenangataudapatmenunjukpihakketigauntuk
melakukanpemulihanlingkunganhidup akibatpencemaran
dan/atauperusakanlingkunganhidup yang dilakukannyaatas bebanbiaya
penanggungjawabusaha dan/atau kegiatan.
52
Pasal 101

Ketentuanmengenaisanksiadministratif dilaksanakansesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.

BAB XI
PENGAWASAN

Pasal 102

(1) Bupati berwenang melakukan pengawasan terhadap pengelolaan


lingkungan hidup secara periodik dan/atau sewaktu-waktu sesuai dengan
kebutuhan.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pemantauan penaatan persyaratan yang dicantumkan dalam perizinan
dan/atau peraturan perundang-undangan dibidang lingkungan hidup;
b. Pengamatan dan pemantauan terhadap sumber-sumber yang diduga
dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup;
c. Pengamatan dan pemantauan terhadap media lingkungan yang terkena
dampak lingkungan; dan
d. Evaluasi terhadap daya tampung dan daya dukung lingkungan.
(3) Untuk melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bupati dapat menetapkan pejabat pengawas lingkungan hidup daerah
sebagai jabatan fungsional lingkungan hidup.
(4) Pejabat pengawas lingkungan hidup daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), berwenang untuk:
a. Melakukan pemantauan yang meliputi pengamaan, pemotretan,
perekaman audio visual dan pengukuran;
b. Meminta keterangan kepada masyarakat yang berkepentingan,
karyawan yang bersangkutan, konsultan, kontraktor dan perangkat
pemerintah setempat;
c. Membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang
diperlukan, yang meliputi dokumen perizinan, dokumen AMDAL,
dokumen UKL-UPL, data hasil swapantau, dokumen lainnya yang
berkaitan dengan kepentingan pengawasan;
d. Memasuki tempat tertentu;
e. Mengambil contoh dari limbah yang dihasilkan, limbah yang dibuang,
bahan baku dan bahan penolong;
f. Memeriksa peralatan yang digunakan dalam proses produksi, utilitas
dan instalasi pengolahan limbah;
g. Memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi;
53
h. Meminta keterangan dari pihak yang bertanggung jawab atas usaha
dan/atau kegiatan; dan/atau
i. Wewenang lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(5) Pejabat pengawas lingkungan hidup daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), berkewajiban untuk:
a. Membawa surat tugas dan tanda pengenal pengawas lingkungan
hidup;
b. Memperhatikan situasi dan kondisi di tempat pengawasan; dan
c. Melaporan hasil pengawasan.

BAB XII
PEMANTAUAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 103

(1) Pemerintah Daerah wajib melakukan pemantauan kualitas lingkungan


hidup.
(2) Pemantauan kualitas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilakukan untuk mengetahui kecenderungan kualitas lingkungan
hidup.
(3) Pemantauan kualitas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dilaksanakan terhadap:
a. Tanah;
b. Air; dan
c. Udara.
(4) Frekuensi pemantauan kualitas lingkungan hidup yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Pemantauan kualitas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dapat dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
serta masyarakat.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemantauan kualitas lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dalam
Peraturan Daerah.

BAB XIII
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 104

54
(1) Masyarakat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan,
penyelenggaraan dan pengawasan dalam kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Daerah.
(2) Peran serta masyarakat dapat berupa:
a. Memberikan usul, pertimbangan dan/atau saran kepada Pemerintah
Daerah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
b. Memberikan saran dan pendapat dalam perumusan kebijakan dan
strategi perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan program/kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah;
d. Memberikan informasi dan melaporkan terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang terjadi kepada Pemerintah
Daerah melalui sarana komunikasi yang demokrasi;

e. Pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


yang dilakukan secara mandiri dan/atau bermitra dengan Pemerintah
Daerah dan/atau lembaga lainnya; dan
f. Memberikan pendidikan, pelatihan, mendampingi kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup oleh kelompok
masyarakat kepada kelompok/anggota masyarakat lainnya.

BAB XIV
KERJASAMA DAERAH

Pasal 105

(1) Dalam rangka meningkatkan upaya pengelolaan lingkunga hidup dan


mengatasi permasalahan lingkungan hidup, Bupati dapat
menyelenggarakan kerjasama daerah.
(2) Kerjasama daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. Kerjasama antar daerah secara vertikal maupun horizontal; dan/atau
b. Kerjasama dengan pihak ketiga.
(3) Kerjasama daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diselenggarakan
dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan masyarakat, dengan
prinsip kerjasama dan saling menguntungkan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerjasama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BABXV
55
PENYELESAIANSENGKETALINGKUNGAN

BagianKesatu
Umum

Pasal 106

(1) Penyelesaiansengketalingkunganhidupdilaksanakanmelalui tahapan:


a. Verifikasisengketa lingkungan hidup;
b. Klarifikasi;
c. Penetapanpilihanpenyelesaiansengketa lingkungan hidup
(2) Pilihanpenyelesaiansengketalingkunganhidupsebagaimana dimaksud
padaayat(1) hurufc, dapatditempuhmelalui pengadilanatau
diluarpengadilan.

(3) Pilihan penyelesaiansengketa lingkungan hidup dilakukan secara suka


rela olehpara pihakyangbersengketa.
(4) Gugatan melaluipengadilan hanya dapat ditempuh apabila
upayapenyelesaiansengketadiluar pengadilanyang dipilih
dinyatakantidakberhasil olehsalahsatuatauparapihak yang bersengketa.

BagianKedua
Penyelesaian Sengketa LingkunganHidupDiLuarPengadilan

Pasal 107

(1) Penyelesaiansengketalingkunganhidupdiluar pengadilan


dilakukanuntukmencapai kesepakatanmengenai:
a. Bentuk danbesarnya ganti rugi;
b. Tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan;
c. Tindakantertentuuntukmenjamintidakakanterulangnya
pencemarandan/atau perusakan; dan/atau
d. Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif
terhadaplingkungan hidup.
(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap
tindak pidanalingkunganhidup sebagaimanadiatur
dalamPeraturanDaerahini.
(3) Dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar
pengadilandapatdigunakanjasamediator dan/atauarbiter untukmembantu
menyelesaikansengketa lingkungan hidup.

56
Pasal 108

(1) Masyarakat dapatmembentuklembaga penyediajasa


penyelesaiansengketalingkunganhidupyangbersifatbebas dan tidak
berpihak.
(2) PemerintahDaerahdapatmemfasilitasipembentukanlembaga penyediajasa
penyelesaiansengketalingkunganhidupyang bersifat bebas dan tidak
berpihak.
(3) Ketentuan mengenai lembaga penyedia jasa penyelesaian
sengketalingkunganhidup dilaksanakansesuai ketentuan
peraturanperundang-undangan.

BagianKetiga
Penyelesaian Sengketa LingkunganHidup Melalui Pengadilan

Paragraf1
Ganti KerugiandanPemulihanLingkungan

Pasal 109

(1) Setiappenanggungjawabusahadan/ataukegiatanyang
melakukanperbuatanmelanggarhukum berupapencemaran
dan/atauperusakanlingkunganhidupyang menimbulkan
kerugianpadaorang lainataulingkunganhidup wajib membayar ganti
rugidan/atau melakukan tindakan tertentu.
(2) Gantirugisebagaimanadimaksudpadaayat(1)dihitungoleh ahliyang
memenuhikriteriatertentudanditunjuk olehBupati sesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.
(3) Setiaporangyangmelakukanpemindahtanganan,pengubahan
sifatdanbentuk usaha, dan/ataukegiatandariorang
perseoranganataubadanyang melanggar hukum tidak
melepaskantanggungjawab hukumdan/ataukewajibandari
orangperseoranganatau badantersebut.
(4) Pengadilan dapat menetapkan pembayaran uang paksa terhadap setiap
hari keterlambatanatas pelaksanaanputusan pengadilan.
(5) Besarnyauangpaksadiputuskanberdasarkan
ketentuanperaturanperundang-undangan.

57
Paragraf2
TanggungJawab Mutlak

Pasal 110

Setiaporangyangtindakannya, usahanya,dan/ataukegiatannya
menggunakanB3, menghasilkandan/ataumengelolalimbahB3, dan/atauyang
menimbulkanancamanserius terhadaplingkungan hidupbertanggung
jawabmutlakataskerugianyang terjadi tanpa perlu pembuktianunsurkesalahan.

Paragraf3
Tenggat Kedaluwarsa untuk PengajuanGugatan

Pasal 111

(1) Tenggat kedaluwarsauntukmengajukangugatanke pengadilan mengikuti


tenggang waktu sebagaimana diatur dalam ketentuanKitab Undang-
Undang Hukum Perdatadandihitung sejak
diketahuiadanyapencemarandan/ataukerusakan lingkungan hidup.
(2) Ketentuan mengenai tenggat kedaluwarsa tidak berlaku
terhadappencemarandan/atau kerusakanlingkunganhidup
yangdiakibatkanolehusaha dan/ataukegiatanyang
menggunakandan/ataumengelolaB3 sertamenghasilkan dan/atau
mengelola limbahB3.

Paragraf4
HakGugat PemerintahDaerah

Pasal 112

(1) LembagaLingkunganHidupDaerahberwenang mengajukan


gugatangantirugidan tindakantertentu terhadapusaha dan/ataukegiatan
yangmenyebabkanpencemarandan/atau kerusakanlingkunganhidupyang
mengakibatkankerugian lingkungan hidup.
(2) Ketentuanmengenaikerugianlingkunganhidupsebagaimana dimaksud
padaayat(1)dilaksanakansesuai peraturan perundang-undangan.

58
Paragraf5
HakGugat Masyarakat

Pasal 113

(1) Masyarakatberhakmengajukangugatanperwakilankelompok untuk


kepentingandirinya sendiridan/atau untuk kepentingan masyarakat
apabila mengalamikerugianakibat pencemaran dan/atau
kerusakanlingkunganhidup.
(2) Gugatandapatdiajukanapabilaterdapatkesamaanfaktaatau
peristiwa,dasarhukum,sertajenis tuntutandiantarawakil kelompok
dananggota kelompoknya.
(3) Ketentuan mengenai hakgugat masyarakat dilaksanakan sesuai
ketentuanperaturanperundang-undangan.

Paragraf6
HakGugat Organisasi LingkunganHidup

Pasal 114

(1) Dalamrangkapelaksanaantanggungjawabperlindungandan
pengelolaanlingkunganhidup, organisasilingkunganhidup berhak
mengajukangugatanuntuk kepentinganpelestarian fungsi lingkungan
hidup.
(2) Hak mengajukangugatanterbatas padatuntutanuntuk melakukan
tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau
pengeluaranriil.
(3) Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila
memenuhi persyaratan:
a. Berbentuk badanhukum;
b. Menegaskan dalamanggarandasarnyabahwaorganisasi
tersebutdidirikanuntuk kepentinganpelestarianfungsi lingkungan
hidup; dan
c. Telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan
anggarandasarnya palingsingkatduatahun.

Paragraf7
GugatanAdministratif

Pasal 115

59
(1) Setiaporangdapatmengajukangugatanterhadapkeputusan tata
usahanegara apabila:
a. Lembaga Lingkungan Hidup Daerah atau pejabat tata usaha negara
menerbitkanIzinLingkungankepada usaha dan/ataukegiatanyang
wajibAmdal tetapi tidak dilengkapi dengandokumenAmdal;
b. Lembaga Lingkungan Hidup Daerah atau pejabat tata usaha negara
menerbitkan Izin Lingkungan kepada kegiatan yang wajib UKL-UPL,
tetapi tidak dilengkapi dengandokumenUKL-UPL; dan/atau
c. Pejabat tatausaha negara yangmenerbitkan izin usaha lingkungan
dan/ataukegiatanyangtidak dilengkapidenganIzin Lingkungan.
(2)

Tatacarapengajuangugatanterhadapkeputusantatausahanegaramengacupa
daHukum AcaraPeradilanTataUsaha Negara.

BAB XVIII
PENYIDIKAN

Pasal 116
Penyidikan terhadap pelanggaran pidana, dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai
Negeri Sipil yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 117

(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116,
berwenang untuk melaksakan penyidikan terhadap tindak pidana
pelanggaran Peraturan Daerah ini.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam melaksanakan tugas
mempunyai wewenang:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya
tindak pidana atas pelanggaran Peraturan Daerah.
b. Melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat kejadian;
c. Menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda atau surat;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;

60
g. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
penyidik kepolisian Republik Indonesia, bahwa tidak terdapat cukup
bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada
penuntut umum, tersangka atau keluarganya; dan/atau
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung
jawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak berwenang
melakukan penangkapan dan/atau penahanan.
(4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagimana dimaksud pada ayat (1),
membuat berita acara setiap tindakan dalam hal:
a. Pemeriksaan tersangka;
b. Memasuki rumah dan/atau tempat tertutup lainnya;
c. Penyitaan barang;
d. Pemeriksaan saksi;
e. Pemeriksaan di tempat kejadian; dan/atau
f. Pengambilan sidik jari dan pemotretan.
BABXVI
KETENTUANPIDANA

Pasal 118

Setiappelanggaran terhadapketentuan kewajibanataularangan yang diatur


dalam PeraturanDaerah ini,diancam denganpidana sesuaiketentuanperaturan
perundang-undangantentang PerlindungandanPengelolaanLingkunganHidup.

BABXVII
PEMBIAYAAN

Pasal 119

Pembiayaanyang diperlukanuntukpelaksanaankegiatanPPLHdan program


pembangunan yangberwawasanlingkunganhidupoleh
pemerintahdaerahdibebankanpada:
a. AnggaranPendapatandanBelanjaDaerah; dan/atau
b. Sumberlainnya yangsahdan tidakmengikat.

BABXVIII
KETENTUANPERALIHAN

Pasal 120
61
(1) Seluruh kebijakanPemerintahan Daerah di bidang
perlindungandanpengelolaanlingkunganhidupyang telah
ditetapkansebelumditetapkannyaPeraturanDaerahini masih
tetapberlakusepanjang tidakbertentangandenganPeraturan Daerahini.
(2) Segalaizindibidangpengelolaanlingkunganhidupyangtelah
diterbitkanolehBupati atauPejabatyangditunjuk,wajib
diintegrasikandenganizinlingkungan.

BABXIX
KETENTUANPENUTUP

Pasal 121
Peraturan Daerahini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agarsetiap orangmengetahuinya, memerintahkan pengundangan


PeraturanDaerahinidengan penempatannyadalamLembaran
DaerahKabupatenButon Tengah.

Ditetapkandi Labungkari
padatanggal 2018
BUPATI BUTON TENGAH,

SAMAHUDDIN

Diundangkandi Labungkari
padatanggal 2018
SEKRETARISDAERAH
KABUPATEN BUTON TENGAH,

62
LAODE HASIMIN

LEMBARANDAERAHKABUPATENBUTON TENGAHTAHUN2018NOMOR 6

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON TENGAH PROVINSI


SULAWESI TENGGARA NOMOR: (6/2018)

PENJELASAN ATAS
PERATURANDAERAHKABUPATEN BUTON TENGAH
NOMOR 6TAHUN2018

TENTANG

PERLINDUNGANDANPENGELOLAANLINGKUNGANHIDUP

I. UMUM

Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan bagian penting dari


kegiatanpembangunannasional,sebagaimanadiaturdalamPasal28huruf
hdanPasal33UUD1945.Pasal 28hurufhayat(1)UUD1945Amandemen ke-
2menyatakan"Setiaporang berhakhidupsejahteralahirdanbatin,
bertempattinggaldanmendapatkanlingkunganhidupyang baikdansehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan" serta Pasal 33 ayat (4) UUD 1945
Amandemenke-4menyatakan"Perekonomiannasional diselenggarakan
berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensiberkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
sertadenganmenjagakeseimbangankemajuan dankesatuanekonomi nasional".
Senadadenganhalitu, Undang-UndangNomor32Tahun2009
tentangPerlindungandanPengelolaanLingkunganHidup mengemukakan
bahwapengelolaanlingkungan hidupyangdiselenggarakandenganasas
tanggungjawabnegara,keberlanjutandanmanfaatmempunyai tujuan untuk
mewujudkanpembangunanberkelanjutandalam rangka pembangunan manusia

63
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya
yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYangMaha Esa.
Berdasarkankeduaketentuan tersebut,secarajelasdinyatakan bahwa
Pemerintahmempunyaikewajibanmenjaga kelestarianlingkungan hidup yang
baik dan sehat kepada seluruh masyarakat, melalui
pelaksanaanpembangunan berkelanjutandenganmenyelaraskan
pembangunanekonomi,sosial,maupunlingkunganhidupsecara baikdan
harmonis.
Intikonsep pembangunanberkelanjutantersebutadalahkeadilan
dankeberlanjutan.Keadilandisinimencakupkeadilaninter maupunantar
generasidalammemanfaatkansumberdayaalam untukmemenuhi kebutuhannya.
Ketidakadaan keadilanmenyebabkan tidak dapat
dicapainyakeberlanjutan.Pembangunanberkelanjutanyang berwawasan
lingkunganinitelahmenjadidasar dalammelaksanakanpengelolaan lingkungan
hidup.
Undang-Undang Nomor 32Tahun2009tentangPerlindungandan
Pengelolaan Lingkungan Hidupmerupakan dasarperwujudan penerapan
prinsippembangunanberkelanjutantersebutdenganharapanagar sumber
dayaalam dapatdimanfaatkanpulaolehgenerasimasadepan.Perubahan
lingkungansebagai dampakpembangunanharus diupayakan penyerasiannya,
sehinggatidakmengganggukemampuanfungsilingkungan hidup
dalamrangkapembangunanmanusiaIndonesiaseutuhnyadan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertakwa
kepadaTuhanYangMaha Esa.
Prinsip-prinsip dasardari setiap elemen pembangunan
berkelanjutanterdiridari4(empat) halyaitu pemerataan, partisipasi,
keanekaragaman,integritasdanperspektifjangkapanjang. Untuk mewujudkanhal
tersebutmakaperludiatur berbagaihalyang menyangkut upaya perlindungandan
pengelolaan lingkungan hidup khususnya di daerahsebagaipengejawantahan
Undang-Undang Perlindungandan PengelolaanLingkunganHidup
Nomor32Tahun2009,dalambentuk PeraturanDaerah.
II. PASAL DEMIPASAL
Pasal 1
Cukupjelas.
Pasal 2
Hurufa
Yang dimaksuddengan "asas tanggung jawab pemerintah
daerah"adalah:
a. PemerintahDaerahmenjaminpemanfaatansumberdaya
alam akanmemberikanmanfaatyang sebesar-besarnya

64
bagi kesejahteraandanmutu hidup rakyat,baik generasi
masa kini maupungenerasimasadepan.
b. Pemerintah Daerah menjamin hak warga negara atas
lingkungan hidupyangbaik dansehat.
c. PemerintahDaerah mencegah dilakukannya kegiatan
pemanfaatansumberdayaalam yangmenimbulkan
pencemarandan/atau kerusakanlingkungan hidup.

Hurufb
Yang dimaksud dengan"asaskelestariandankeberlanjutan"
adalahbahwasetiap orang memikulkewajibandantanggung
jawab terhadapgenerasimendatang danterhadapsesamanya
dalam satugenerasi dengan melakukan upaya pelestarian
dayadukung ekosistem danmemperbaikikualitaslingkungan
hidup.
Hurufc
Yang dimaksud dengan"asaskeserasiandankeseimbangan"
adalahbahwapemanfaatan lingkunganhidup harus
memperhatikanberbagai aspek seperti kepentinganekonomi,
sosial, budaya, danperlindunganserta pelestarianekosistem.
Hurufd
Yang dimaksuddengan"asasketerpaduan"adalahbahwa
perlindungandanpengelolaanlingkunganhidup dilakukan
denganmemadukanberbagaiunsur atausinergitasberbagai
komponen terkait.
Hurufe
Yang dimaksuddengan"asasmanfaat"adalahbahwasegala
usahadan/ataukegiatanpembangunanyang dilaksanakan
disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan
lingkunganhidup untuk peningkatankesejahteraan
masyarakatdanharkatmanusiaselaras dengan
lingkungannya.
Huruf f
Yangdimaksuddengan"asaskehati-hatian" adalahbahwa
ketidakpastianmengenaidampak suatuusahadan/atau
kegiatankarena keterbatasanpenguasaan ilmu pengetahuan

65
danteknologibukanmerupakanalasanuntuk menunda
langkah-langkahmeminimalisasi ataumenghindariancaman
terhadap pencemarandan/atau kerusakanlingkungan
hidup.

Hurufg
Yang dimaksuddengan"asaskeadilan"adalahbahwa
perlindungandanpengelolaanlingkunganhidup harus
mencerminkankeadilansecaraproporsionalbagisetiap warga
negara,baiklintasdaerah,lintasgenerasi, maupunlintas
gender.
Hurufh
Yang dimaksuddengan"asasekoregion"adalahbahwa
perlindungandanpengelolaanlingkunganhidup harus
memperhatikankarakteristiksumber dayaalam,ekosistem,
kondisi geografis, budayamasyarakatsetempat, dankearifan
lokal.
Huruf i
Yang dimaksud dengan"asaskeanekaragamanhayati"adalah
bahwa perlindungandanpengelolaanlingkungan hidupharus
memperhatikanupayaterpaduuntuk mempertahankan
keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya
alam hayatiyang terdiriatassumber dayaalam nabatidan
sumber dayaalam hewaniyang bersamadenganunsur
nonhayati di sekitarnyasecarakeseluruhanmembentuk
ekosistem.
Huruf j
Yang dimaksuddengan"asaspencemar membayar"adalah
bahwasetiappenanggung jawabyang usahadan/atau
kegiatannya menimbulkanpencemarandan/atau kerusakan
lingkunganhidup wajibmenanggung biaya pemulihan
lingkungan.
Huruf k
Yang dimaksuddengan "asas partisipatif" adalah bahwa
setiapanggotamasyarakatdidoronguntuk berperanaktif
dalam prosespengambilankeputusandanpelaksanaan

66
perlindungandanpengelolaan lingkunganhidup,baik secara
langsung maupun tidaklangsung
Huruf l
Yang dimaksuddengan"asaskearifanlokal"adalahbahwa
dalam perlindungandanpengelolaanlingkunganhidup harus
memperhatikannilai-nilailuhur yangberlakudalamtata
kehidupanmasyarakat.

Huruf m
Yang dimaksuddengan"asastatakelolapemerintahanyang
baik" adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi,
transparansi,akuntabilitas, efisiensi, dankeadilan.
Pasal 3
Cukupjelas.
Pasal 4
Cukupjelas.
Pasal 5
Cukupjelas.
Pasal 6
Cukupjelas.
Pasal 7
Cukupjelas.
Pasal 8
Cukupjelas.
Pasal 9
Cukupjelas.
Pasal 10
Cukupjelas.
Pasal 11
Cukupjelas.
Pasal 12
Cukupjelas.
Pasal 13
Cukupjelas.
Pasal 14
Cukupjelas.
Pasal 15
Cukupjelas.
Pasal 16
Cukupjelas.
Pasal 17
67
Cukupjelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukupjelas.

Ayat (2)
Hurufa
Yangdimaksuddengan"statustrofik"adalahstatus
kualitas air berdasarkan kadar unsur haradan
kandungan biomassa fitoplankton atau
produktivitasnya.
Hurufb
Cukupjelas.
Hurufc
Cukupjelas.

Hurufd
Cukupjelas.
Ayat (3)
Cukupjelas.
Ayat (4)
Cukupjelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 22
Pemerintah Daerahdapat menyediakan sarana prasarana
pengolahanair limbahrumahtanggadanUsahaMikroKecildan
Menengah.
Pasal 23
Cukupjelas.
Pasal 24
Cukupjelas.
Pasal 25
Cukupjelas.
Pasal 26
Cukupjelas.
Pasal 27
Cukupjelas.

68
Pasal 28
Cukupjelas.
Pasal 29
Cukupjelas.
Pasal 30
Cukupjelas.
Pasal 31
Cukupjelas.
Pasal 32
Cukupjelas.
Pasal 33
Cukupjelas.
Pasal 34
Cukupjelas.
Pasal 35
Cukupjelas.
Pasal 36
Cukupjelas.
Pasal 37
Cukupjelas.
Pasal 38
Cukupjelas.
Pasal 39
Cukupjelas.
Pasal 40
Cukup Jelas.
Pasal 41
Cukup Jelas.
Pasal 42
Cukup Jelas.
Pasal 43
Cukupjelas.
Pasal 44
Cukupjelas.
Pasal 45
Cukupjelas.
Pasal 46
Cukupjelas.
Pasal 47
Cukupjelas.
Pasal 48
Cukupjelas.
Pasal 49
69
Cukupjelas.
Pasal 50
Cukupjelas.
Pasal 51
Cukupjelas.
Pasal 52
Cukupjelas.
Pasal 53
Cukupjelas.
Pasal 54
Cukupjelas.
Pasal 55
Cukupjelas.
Pasal 56
Cukupjelas.
Pasal 57
Cukupjelas.
Pasal 58
Cukupjelas.
Pasal 59
Cukupjelas.
Pasal 60
Cukupjelas.
Pasal 61
Cukupjelas.
Pasal 62
Cukupjelas.
Pasal 63
CukupJelas
Pasal 64
Cukupjelas.
Pasal 65
Cukupjelas.
Pasal 66
Cukupjelas.
Pasal 67
Cukupjelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukupjelas.
Pasal 70
Cukupjelas.
70
Pasal 71
Cukupjelas.
Pasal 72
Ayat (1)
Cukupjelas.
Ayat (2)
Hurufa
Yangdimaksuddengan"perencanaanpembangunan"a
dalahupayainternalisasiaspek lingkunganhidup ke
dalamperencanaandan penyelenggaraan
pembangunandankegiatanekonomi.
Hurufb
Yang dimaksud dengan "pendanaan lingkungan"
adalahsuatusistem danmekanismepenghimpunan
dan pengelolaan dana yang digunakan bagi
pembiayaan upayaperlindungan dan pengelolaan
lingkunganhidup. Pendanaanlingkunganberasaldari
berbagaisumber,misalnyapungutan, hibah, dan
lainnya.
Hurufc
Insentif merupakanupayamemberikandoronganatau
dayatariksecaramoneter dan/ataunonmoneter
kepadasetiap orangataupunPemerintahdan
PemerintahDaerahagar melakukankegiatanyang
berdampakpositifpadacadangansumber dayaalam
dankualitas fungsi lingkungan hidup.
Disinsentif merupakan pengenaan beban atau
ancaman secaramoneter dan/ataunonmoneter
kepadasetiap orangataupunPemerintahdan
PemerintahDaerahagar mengurangikegiatanyang
berdampak negatifpadacadangansumber dayaalam
dankualitas fungsi lingkungan hidup

Pasal 73
Ayat(1)
Hurufa
Yangdimaksuddengan "neraca sumberdayaalam"
adalahgambaranmengenaicadangansumber daya
alamdanperubahannya,baik dalamsatuanfisik
maupundalamnilai moneter.
Hurufb
71
Yang dimaksud dengan "produk domestik bruto"
adalahnilaisemuabarang danjasayang diproduksi
olehsuatu negara pada periodetertentu.

Yang dimaksuddengan"produkdomestikregional
bruto"adalahnilaisemuabarang danjasayang diproduksi
olehsuatu daerahpada periodetertentu.
Hurufc
Yang dimaksud dengan "mekanisme
kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup"
adalah cara-carakompensasi/imbalyang
dilakukanoleh orang, masyarakat,
dan/atauPemerintahDaerah
sebagaipemanfaatjasalingkunganhidup kepada
penyedia jasa lingkungan hidup.
Ayat (2)
Hurufa
Yang dimaksuddengan "dana jaminan pemulihan
lingkunganhidup"adalahdanayang disiapkanoleh
suatuusahadan/ataukegiatanuntuk pemulihan
kualitaslingkunganhidupyang rusakkarena
kegiatannya.
Hurufb
Yangdimaksud dengan"danapenanggulangan"adalah
danayang digunakanuntuk menanggulangi
pencemarandan/atau kerusakanlingkungan hidup
yangtimbul akibat suatu usaha dan/atau kegiatan.
Hurufc
Yang dimaksud dengan "dana
amanah/bantuan"adalah danayang berasal dari
sumber hibah dan donasiuntuk
kepentingankonservasilingkungan hidup.
Ayat (3)
Hurufa
Yang dimaksuddengan"pengadaanbarang danjasa
yang ramahlingkunganhidup"adalahpengadaaan
yang memprioritaskanbarang danjasayang berlabel
ramahlingkungan hidup.
Hurufb
Yang dimaksuddengan"pajaklingkungan hidup"
adalah pungutan oleh Pemerintah danPemerintah
Daerahterhadapsetiaporang yangmemanfaatkan
sumber daya alam, seperti pajak air tanah, pajak

72
bahanbakarkendaraanbermotor, danpajak sarang
burungwallet.
Yangdimaksuddengan"retribusilingkungan hidup"
adalahpungutanyang dilakukanolehPemerintah
Daerahterhadapsetiaporang yangmemanfaatkan
saranayang disiapkan pemerintah daerahseperti
retribusi pengolahanlimbahcair.

Yang dimaksuddengan"subsidilingkunganhidup"
adalah kemudahan atau penguranganbebanyang
diberikankepada setiap orang yang kegiatannya
berdampakmemperbaiki fungsi lingkungan hidup.
Hurufc
Yangdimaksuddengan "sistem lembagakeuangan
ramahlingkunganhidup"adalahsistem lembaga
keuanganyang
menerapkanpersyaratanperlindungan
danpengelolaanlingkunganhidupdalam kebijakan
pembiayaandanpraktiksistem lembagakeuangan
bank dan lembaga keuangan nonbank.

Yang dimaksuddengan "pasar modal ramah


lingkunganhidup" adalah pasarmodalyang
menerapkan persyaratan perlindungandan
pengelolaanlingkungan hidupbagiperusahaanyang
masukpasar modalatauperusahaanterbuka,seperti
penerapanpersyaratanauditlingkunganhidup bagi
perusahaanyangakanmenjual sahamdi pasar modal.

Hurufd
Yang dimaksud dengan "perdagangan izin
pembuanganlimbahdan/atauemisi"adalahjual beli
kuotalimbahdan/atauemisi yangdiizinkanuntuk
dibuang kemedialingkunganhidupantarpenanggung
jawabusaha dan/atau kegiatan.
Hurufe
Yang dimaksuddengan"pembayaranjasalingkungan
hidup"adalahpembayaran/imbalyang diberikanoleh
pemanfaat jasalingkungan hidup kepada penyedia
jasa lingkungan hidup
Huruf f
Yangdimaksuddengan"asuransilingkungan hidup"
adalahasuransiyang memberikanperlindunganpada

73
saat terjadi pencemarandan/atau kerusakan
lingkungan
Huruf g
Yang dimaksud dengan "sistem label ramah
lingkunganhidup"adalahpemberiantandaataulabel
kepada produk-produkyang ramahlingkungan
hidup.
Hurufh
Cukupjelas
Pasal 74
Cukupjelas.
Pasal 75
Cukupjelas.
Pasal 76
Cukupjelas.
Pasal 77
Ayat (1)
Yangdimaksuddengan"analisisrisikolingkungan"adalah
proseduryang antaralaindigunakanuntukmengkaji
pelepasandanperedaranproduk rekayasagenetikdan
pembersihan (cleanup) limbahB3.

Ayat (2)
Hurufa
Dalam ketentuanini"pengkajianrisiko"meliputi
seluruhproses mulai dari identifikasi bahaya,
penaksiranbesarnyakonsekuensiatauakibat, dan
penaksirankemungkinanmunculnyadampak yang
tidak diinginkan, baik terhadap keamanandan
kesehatanmanusia maupunlingkungan hidup.
Hurufb
Dalam ketentuan ini"pengelolaanrisiko"meliputi
evaluasirisikoatauseleksirisikoyang memerlukan
pengelolaan, identifikasipilihanpengelolaanrisiko,
pemilihantindakanuntuk pengelolaan,dan
pengimplementasian tindakanyangdipilih.
Hurufc
Yang dimaksuddengan "komunikasi risiko" adalah
proses interaktifdaripertukaraninformasidan
74
pendapatdiantaraindividu, kelompok, daninstitusi
yangberkenaandenganrisiko.
Pasal 78
Cukupjelas.
Pasal 79
Cukupjelas.
Pasal 80
Cukupjelas.
Pasal 81
Cukupjelas.
Pasal 82
Cukupjelas.
Pasal 83
Cukupjelas.
Pasal 84
Cukupjelas.
Pasal 85
Cukupjelas.
Pasal 86
Ayat (1)
Cukupjelas.

Ayat (2)
Hurufa
Cukupjelas.
Huruf b
Cukupjelas.
Hurufc
Cukupjelas
Huruf d
Yang dimaksud dengan "rehabilitasi" adalah upaya
pemulihanuntukmengembalikannilai, fungsi,dan
manfaat lingkungan hidup termasuk upaya
pencegahankerusakanlahan, memberikan
perlindungan, danmemperbaiki ekosistem.
Yang dimaksuddengan "remediasi” adalah
pemulihan pencemaran lingkungan hidup untuk
memperbaiki mutu lingkungan hidup.
Yang dimaksuddengan"restorasi"adalahupaya
pemulihanuntuk menjadikanlingkunganhidup atau
bagian-bagiannyaberfungsi kembalisebagaimana
semula.
75
Huruf e
Cukupjelas.
Ayat (3)
Cukupjelas.
Ayat (4)
Cukupjelas.
Pasal 87
Cukup Jelas.
Pasal 88
Cukup Jelas.
Pasal 89
Ayat (1)
Yangdimaksuddengan"pemeliharaanlingkungan hidup"
adalahupayayangdilakukan untukmenjagapelestarian
fungsilingkunganhidup danmencegahterjadinyapenurunan
ataukerusakanlingkungan hidupyangdisebabkanoleh
perbuatanmanusia.

Hurufa
Konservasisumberdayaalammeliputi,antaralain,
konservasisumber dayaair,ekosistem hutan,energi,
danekosistemkarst.
Hurufb
Pencadangansumber dayaalammeliputisumber daya
alam yang dapatdikeloladalamjangkapanjang dan
waktu tertentu sesuai dengankebutuhan.
Untukmelaksanakanpencadangansumberdaya alam,
PemerintahDaerahdanorangdapat membangun:
a. taman keanekaragaman hayati di luar kawasan
hutan; dan/atau
b. menanamdanmemeliharapohondiluarkawasan
hutan, khususnya tanamanlangka
Hurufc
Pelestarian fungsi atmosfer merupakan rangkaian
upayauntuk memeliharakelangsungandayadukung
dandayatampung atmosfersebagailapisanudara
pelindungbumi.
Ayat (2)
Hurufa
Cukupjelas.
Hurufb
76
Yang dimaksuddengan"pengawetansumber daya
alam"adalahupayauntuk menjagakeutuhandan
keasliansumberdaya alambeserta ekosistemnya.
Hurufc
Yangdimaksuddengan"pemanfaatansecaralestari
sumberdaya alam"pada hakikatnya merupakan usaha
pengendalian/pembatasan dalam pemanfaatansumber
dayaalam sehingga pemanfaatan tersebut dapat
dilaksanakansecara terusmeneruspada
masamendatang.
Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)
Hurufa
Yang dimaksuddengan"mitigasiperubahaniklim"
adalahserangkaiankegiatanyangdilakukandalam
upayamenurunkantingkatemisigas rumahkaca
sebagaibentuk upayapenanggulangandampak
perubahaniklim.
Yang dimaksud dengan"adaptasiperubahaniklim"
adalahupayayang dilakukanuntuk meningkatkan
kemampuandalam menyesuaikandiriterhadap
perubahaniklim, termasukkeragamaniklim dan
kejadianiklim ekstrimsehinggapotensikerusakan
akibatperubahaniklimberkurang, peluangyang
ditimbulkanolehperubahaniklim dapat dimanfaatkan,
dankonsekuensi yangtimbul akibat
perubahaniklimdapat diatasi.
Hurufb
Cukupjelas.
Hurufc
Cukupjelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 90
Ayat (1)
Kewajibanuntukmelakukan pengelolaanB3merupakan
upayauntuk mengurangiterjadinyakemungkinanrisiko
terhadaplingkunganhidupyang berupaterjadinya
77
pencemarandan/atau kerusakanlingkungan hidup,
mengingatB3mempunyaipotensiyang cukupbesar untuk
menimbulkandampaknegatif.
Ayat (2)
Cukupjelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Ayat (1)
Sisteminformasilingkunganhidupmemuat,antaralain,
keragaman karakter ekologis, sebaran penduduk,
sebaranpotensisumberdayaalam,dankearifanlokal.

Ayat (2)
Cukupjelas.
Ayat (3)
Cukupjelas.
Ayat (4)
Cukupjelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Ayat (1)
Hurufa
Cukupjelas.
Hurufb
Hakatasinformasilingkungan hidupmerupakan
suatukonsekuensilogis dari hak berperandalam
pengelolaanlingkunganhidupyang berlandaskan
padaasas keterbukaan. Hak atasinformasi
lingkunganhidup akanmeningkatkannilaidan
efektifitas peranserta dalam pengelolaan
lingkunganhidup,disamping akanmembuka peluang
bagimasyarakatuntuk mengaktualisasikan haknya
ataslingkungan hidupyangbaik dansehat.
Informasilingkunganhidup sebagaimanadimaksud
padaayatinidapat berupadata,keteranganatau
informasilainyang berkenaandenganperlindungan
danpengelolaanlingkunganhidupyang menurut
sifatdantujuannyamemang terbukauntuk
diketahuimasyarakat, sepertidokumenanalisis
mengenaidampak lingkunganhidup, laporandan
78
evaluasi hasilpemantauanlingkunganhidup, baik
pemantauan penaatan maupun pemantauan
perubahankualitas lingkunganhidup danrencana tata
ruang.
Hurufc
Cukup jelas.
Ayat(2)
Cukupjelas.
Ayat(3)
Cukupjelas.

Ayat(4)
Cukupjelas.
Ayat(5)
Cukupjelas.
Pasal 95
Cukupjelas.
Pasal 96
Cukupjelas.
Pasal 97
Cukupjelas.
Pasal 98
Cukupjelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukupjelas.
Pasal 101
Cukupjelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukupjelas.
Pasal 107
Cukupjelas.
Pasal 108
Cukupjelas.
79
Pasal 109
Cukup jelas.
Pasal 110
Cukupjelas.
Pasal 111
Cukupjelas.
Pasal 112
Cukupjelas.
Pasal 113
Cukupjelas.
Pasal 114
Cukupjelas.
Pasal 115
Cukupjelas.
Pasal 116
Cukupjelas.
Pasal 117
Cukup jelas.
Pasal 118
Cukupjelas.
Pasal 119
Cukupjelas.
Pasal 120
Cukupjelas.
Pasal 121
Cukupjelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAHKABUPATENBUTON TENGAHNOMOR6

80

Anda mungkin juga menyukai