Anda di halaman 1dari 36

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

NOMOR 10 TAHUN 2016

TENTANG

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

Menimbang : a. bahwa daerah aliran sungai merupakan kesatuan


ekosistem yang kompleks dan utuh dari hulu
sampai hilir, sekaligus karunia dan amanah Tuhan
Yang Maha Esa yang perlu dikelola secara terpadu
agar fungsi ekologis, ekonomi dan sosial budaya
sumberdaya daerah aliran sungai dapat terjamin
secara berimbang sehingga menunjang
pembangunan berkelanjutan bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat;
b. bahwa kerusakan daerah aliran sungai di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dewasa ini semakin
memprihatinkan, sehingga mengakibatkan bencana
alam seperti banjir, krisis air bersih dan/atau
kekeringan yang telah berdampak pada
perekonomian dan tata kehidupan masyarakat;
c. bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai
daerah tujuan wisata perlu didukung oleh kondisi
daerah aliran sungai yang baik dan perlu
dipertahankan keberadaannya;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c,
perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai;

1 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3888)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4412);
4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4033);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4959);
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);

2 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


9. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
10. Undang–Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5432);
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang


Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988
Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3373);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996


tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta
Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat
Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998


tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3804);

3 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3816);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001


tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004


tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4385);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004


tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4452);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004
tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4453);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta
Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

4 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4761);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4842);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4858);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008
tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4947);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010
tentang Reklamasi dan Pasca Tambang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5172);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011
tentang Sungai (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5230);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5292);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5285);
30. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
31. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Penetapan Wilayah Sungai;
32. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

5 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Reklamasi dan Pasca Tambang pada Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
33. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 04 tahun 2015 tentang
Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai;
34. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2007 Nomor 6 Seri E);
35. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2014–2034 (Lembaran Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014
Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 52);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
dan
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN


DAERAH ALIRAN SUNGAI.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

6 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
3. Gubernur adalah Gubernur Kepulauan Bangka Belitung.
4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
5. Instansi Terkait adalah Kementerian/Lembaga Pemerintah Non
Kementerian, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota yang
berkepentingan dengan pengelolaan daerah aliran sungai.
6. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, dengan batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
7. Pengelolaan DAS Terpadu adalah suatu proses penataan yang
mengintegrasikan kegiatan berbagai sektor terkait dalam jajaran
pemerintahan bersama swasta maupun masyarakat dalam hal
perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan pemberdayaan serta
pengendalian kawasan DAS mulai dari hulu sampai hilir bagi
kepentingan pembangunan demi peningkatan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat dengan tetap mempertahankan kelestarian
ekosistem kawasan tersebut.
8. Sumber Daya DAS adalah seluruh sumber daya dalam kawasan DAS
yang dapat didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan sosial, ekonomi, dan penopang sistem penyangga
kehidupan manusia maupun satwa lainnya.
9. Karakteristik DAS adalah kekhasan yang dimiliki oleh suatu DAS yang
ditentukan berdasarkan besaran dan sifatnya dengan indikator biofisik,
sosial, ekonomi, dan kelembagaan.
10. Permasalahan DAS adalah kesenjangan antara kondisi yang terjadi
dengan kondisi yang seharusnya dalam suatu DAS yang meliputi
aspek biofisik, sosial, ekonomi, dan kelembagaan.
11. Daya Dukung DAS adalah kemampuan DAS untuk mewujudkan
kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya
kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia dan makhluk hidup
lainnya secara berkelanjutan.
12. Klasifikasi DAS adalah pengkategorian DAS berdasarkan kondisi lahan
serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi
bangunan air dan pemanfaatan ruang wilayah.
13. DAS Yang Dipulihkan Daya Dukungnya adalah DAS yang kondisi
lahan serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi,

7 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


investasi bangunan air dan pemanfaatan ruang wilayah tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
14. DAS Yang Dipertahankan Daya Dukungnya adalah DAS yang kondisi
lahan, kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi,
investasi bangunan air, dan pemanfaatan ruang wilayah berfungsi
sebagaimana mestinya.
15. Pemanfaatan hutan adalah bentuk kegiatan pemanfaatan kawasan
hutan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu
dan bukan kayu, serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan
kayu pada semua kawasan hutan kecuali pada hutan cagar alam
serta zona inti dan zona rimba pada taman nasional, yang
dilaksanakan secara optimal dan berkeadilan untuk kesejahteraan
masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
16. Penggunaan hutan adalah penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan pembangunan diluar kegiatan kehutanan di hutan
produksi dan hutan lindung tanpa mengubah fungsi pokok kawasan
hutan.
17. Penggunaan lahan adalah upaya penatagunaan, penyediaan,
pengembangan dan pengusahaan sumberdaya lahan secara optimal
dan berkeadilan untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap
menjaga kelestariannya.
18. Pemanfaatan air adalah upaya penatagunaan, penyediaan,
penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sumberdaya air secara
optimal dan berkeadilan untuk kesejahteraan masyarakat dengan
tetap menjaga kelestariannya.
19. Restorasi hutan adalah upaya untuk mengembalikan unsur biotik
serta unsur abiotik pada kawasan hutan sehingga tercapai
keseimbangan hayati.
20. Wilayah Pengelolaan DAS adalah wilayah yang terdiri dari satu atau
lebih aliran sungai atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang atau
sama dengan 2.000 (dua ribu) kilometer persegi yang karena kondisi
bio-fisiknya disatukan dalam satu wilayah pengelolaan.
21. DAS Lintas kabupaten/kota yang selanjutnya disebut DAS provinsi
adalah DAS yang secara geografis melewati lebih dari satu daerah
kabupaten/kota dan secara potensial dapat dimanfaatkan oleh lebih
dari satu kabupaten/kota, dan/atau DAS lokal yang atas usulan
pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan, dan hasil
penilaian ditetapkan untuk didayagunakan (dikembangkan dan
dikelola) oleh pemerintah provinsi, dan/atau DAS yang secara
potensial bersifat strategis bagi pembangunan regional.
22. DAS Lokal yang selanjutnya disebut DAS kabupaten/kota adalah DAS
yang terletak secara utuh berada di satu daerah kabupaten/kota,

8 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


dan/atau DAS yang secara potensial hanya dimanfaatkan oleh satu
daerah kabupaten/kota.
23. Forum Koordinasi Pengelolaan DAS yang selanjutnya disingkat FK-
PDAS adalah wahana koordinasi antar instansi penyelenggara
pengelolaan DAS.
24. Pemangku Kepentingan adalah para pengguna sumber daya dalam
DAS yang mempunyai kepentingan langsung dalam mengoptimalkan
pemanfaatan Sumber Daya DAS.
25. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat yang
bermukim di wilayah DAS atau sekitarnya yakni tokoh adat, tokoh
agama dan lain-lain dengan sejumlah pengalaman dan kearifannya
dalam menjaga dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam
pada masing-masing kawasan DAS.
26. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya pelibatan masyarakat
melalui pemberian fasilitas, dorongan atau bantuan kepada
masyarakat agar mampu menentukan pilihan yang terbaik dalam
pemanfaatan sumber daya dalam DAS secara lestari.
27. Masyarakat Dalam DAS adalah kesatuan sosial yang bermukim di
wilayah DAS dan mata pencahariannya berkaitan dengan pemanfaatan
sumber daya dalam DAS, terdiri dari masyarakat hukum adat dan
masyarakat lokal.
28. Masyarakat Lokal adalah kelompok masyarakat yang menjalankan
tata kehidupan sehari-hari berdasarkan kebiasaan yang sudah
diterima sebagai nilai-nilai yang berlaku umum tetapi tidak
sepenuhnya bergantung pada Sumber Daya DAS tertentu.
29. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang merupakan kekayaan khas
kehidupan masyarakat dan budaya tertentu yang hidup dan
berkembang serta mendinamiskan kehidupan masyarakat.
30. Kerusakan DAS adalah penurunan daya dukung DAS disebabkan oleh
kegiatan pemanfaatan Sumber Daya DAS.

31. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi


utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya
bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Ruang lingkup
kawasan lindung meliputi kawasan yang memberikan perlindungan
kawasan bawahnya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka
alam dan kawasan rawan bencana alam.

32. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi


utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.

9 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Peraturan Daerah ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam mengelola DAS


secara utuh dari hulu sampai dengan hilir melalui perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pembinaan pengendalian.

Pasal 3

Peraturan Daerah Pengelolaan DAS ini bertujuan untuk :


a. terwujudnya koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar
pihak dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan DAS;
b. terwujudnya kondisi tata air di DAS yang optimal meliputi jumlah,
kualitas dan distribusinya;
c. terwujudnya kondisi lahan yang produktif sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung DAS;
d. terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

BAB III
RUANG LINGKUP PENGELOLAAN DAS

Bagian Kesatu
Nama, Letak, Kodefikasi, Luas dan Peta DAS

Pasal 4

(1) Nama, letak, kodefikasi dan luas DAS di daerah sebagaimana


tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) Peta DAS di daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) DAS yang belum memiliki nama sampai dengan Peraturan Daerah ini
ditetapkan, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Kedua
Klasifikasi DAS

Pasal 5

(1) DAS diklasifikasikan berdasarkan administrasi dan kondisi.

10 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


(2) Klasifikasi DAS berdasarkan administrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari DAS kabupaten/kota dan DAS provinsi.
(3) Klasifikasi DAS berdasarkan kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri dari DAS Yang Dipulihkan Daya Dukungnya dan DAS Yang
Dipertahankan Daya Dukungnya.
(4) Penyusunan Klasifikasi DAS mengacu pada peraturan perundang-
undangan.
(5) Penyusunan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dikoordinir oleh perangkat daerah yang membidangi kehutanan
bekerjasama dengan UPT Pusat yang membidangi pengelolaan DAS
dan instansi terkait lainnya.
(6) Hasil penyusunan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) dijadikan dasar prioritas pengelolaan DAS.
(7) Prioritas pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
ditetapkan oleh Gubernur.

Pasal 6

(1) Klasifikasi DAS dan prioritas pengelolaan DAS dievaluasi paling sedikit
1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun sejak ditetapkan.
(2) Dalam hal tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar
klasifikasi DAS dan prioritas pengelolaan DAS dapat ditinjau kembali
kurang dari 5 (lima) tahun.

Bagian Ketiga
Kerusakan DAS

Pasal 7

(1) Kerusakan DAS ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan hasil penilaian


tim yang melibatkan Instansi Terkait.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melakukan penilaian
berdasarkan kriteria Kerusakan DAS.
(3) Kriteria Kerusakan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.
(4) Masyarakat dapat melaporkan indikasi Kerusakan DAS kepada
Gubernur.

11 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


BAB IV
PERENCANAAN

Pasal 8

(1) Perencanaan pengelolaan DAS dilaksanakan melalui perumusan


tujuan, sinkronisasi, program dan sistem monitoring serta evaluasi
program dalam DAS.
(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
partisipatif dengan melibatkan pihak terkait serta bersifat lintas
sektor, lintas wilayah dan lintas disiplin ilmu.
(3) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada
kajian kondisi biofisik, sosial, ekonomi, politik, kelembagaan dan
perundang-undangan.
(4) Penyiapan rencana pengelolaan DAS dilakukan oleh Forum DAS.

Pasal 9

(1) Proses penyiapan rencana pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 8 ayat (4) meliputi kegiatan :
a. inventarisasi karakteristik DAS;
b. identifikasi masalah;
c. identifikasi berbagai stakeholder;
d. perumusan tujuan dan saran-saran;
e. perumusan kebijakan dan program;
f. perumusan bentuk dan struktur kelembagaan;
g. perumusan sistem pemantauan dan evaluasi;
h. perumusan sistem insentif dan disinsentif.
(2) Rencana pengelolaan DAS berlaku untuk jangka waktu selama 15
(lima belas) tahun dan dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya
tiap 5 (lima) tahun sekali.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyiapan rencana pengelolaan DAS
diatur dalam Peraturan Gubernur.

12 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


BAB V
PELAKSANAAN

Bagian Kesatu
Pendayagunaan dan Pemanfaatan DAS

Pasal 10

Kegiatan Pengelolaan DAS dilaksanakan berdasarkan Rencana Pengelolaan


DAS yang telah ditetapkan dan menjadi acuan rencana pembangunan
sektor dan rencana pembangunan wilayah administrasi.

Pasal 11

Kegiatan Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10


dilaksanakan pada :
a. DAS yang akan dipulihkan daya dukungnya; dan
b. DAS yang akan dipertahankan daya dukungnya.

Pasal 12

Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal


11, meliputi:
a. pemanfaatan dan penggunaan hutan, lahan dan air sesuai dengan
fungsi dan daya dukung wilayah;
b. pola konservasi hutan, lahan dan air;
c. pola restorasi dan rehabilitasi hutan dan lahan.

Bagian Kedua

Paragraf 1
Pemanfaatan dan Penggunaan Hutan, Lahan dan Air
pada Kawasan Budidaya

Pasal 13

(1) Pemanfaatan dan penggunaan hutan, lahan dan air pada Kawasan
Budidaya dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kelestarian
ekosistem.

13 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


(2) Pemanfaatan dan penggunaan hutan, lahan dan air pada Kawasan
Budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
cara :
a. menerapkan teknologi budidaya secara tepat guna dan ramah
lingkungan;
b. meningkatkan produktifitas hutan dan lahan dengan mencegah
dampak negatif pada bagian hilir;
c. menerapkan teknik konservasi sesuai dengan kondisi fisik
lapangan, diantaranya :
1. meningkatkan dan mempertahankan penutupan vegetasi tetap;
2. pengolahan tanah menurut kontur;
3. pembuatan teras;
4. pembuatan saluran pembuangan air;
5. pembuatan terjunan air;
6. pembuatan dam penahan;
7. pembuatan dam pengendali;
8. pembuatan pengendali jurang;
9. pembuatan sumur resapan air dan embung (kolong);
10. menghindari zat kimia;
d. mempertahankan keberadaan bentuk lahan dan bentang alam;
e. menjaga kelestarian penutupan vegetasi;
f. mematuhi prosedur dan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 2
Pemanfaatan dan Penggunaan Hutan, Lahan dan Air
pada Kawasan Lindung

Pasal 14

(1) Pemanfaatan dan penggunaan hutan, lahan dan air pada Kawasan
Lindung dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kelestarian
ekosistem.
(2) Pemanfaatan dan penggunaan hutan, lahan dan air pada Kawasan
Lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
cara :
a. menunjang dan mempertahankan kelestarian lingkungan yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan;

14 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


b. melindungi keanekaragaman hayati dan keunikan lingkungan;
c. mendayagunakan hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan
secara lestari;
d. mempertahankan keberadaan bentuk lahan dan bentang alam;
e. menjaga kelestarian penutupan vegetasi tetap; dan
f. mematuhi prosedur dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Paragraf 3

Pola Konservasi Hutan, Lahan dan Air pada Kawasan Budidaya

Pasal 15

(1) Konservasi hutan, lahan dan air pada Kawasan Budidaya


dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kelestarian ekosistem.
(2) Konservasi hutan, lahan dan air pada Kawasan Budidaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara :
a. menerapkan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan;
b. melindungi dan melestarikan keberadaan dan kualitas sumber
daya hutan, lahan dan air;
c. menjaga keseimbangan fungsi tata air DAS;
d. menjaga daya dukung DAS dan daya tampung lingkungan;
e. mematuhi prosedur dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Paragraf 4

Pola Konservasi Hutan, Lahan dan Air pada Kawasan Lindung

Pasal 16

(1) Konservasi hutan, lahan dan air pada Kawasan Lindung


dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kelestarian ekosistem.
(2) Konservasi hutan, lahan dan air pada Kawasan Lindung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara :
a. menerapkan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan;
b. melindungi keanekaragaman hayati dan keunikan alam;
c. melestarikan fungsi lindung hutan, tanah dan kondisi tata air
DAS;

15 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


d. mempertahankan dan meningkatkan penutupan vegetasi tetap;
e. mematuhi prosedur dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Paragraf 5

Pola Restorasi Hutan serta Rehabilitasi


dan Reklamasi Hutan maupun Lahan pada Kawasan Budidaya

Pasal 17

(1) Restorasi hutan serta rehabilitasi dan reklamasi hutan maupun


lahan pada Kawasan Budidaya dilaksanakan dengan memperhatikan
kelestarian ekosistem.
(2) Restorasi, rehabilitasi, dan reklamasi hutan
maupun lahan pada Kawasan Budidaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan dengan cara :
a. menerapkan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan;
b. meningkatkan penutupan vegetasi tetap;
c. memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
budidaya hutan dan lahan serta kondisi tata air DAS;
d. mematuhi prosedur dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Paragraf 6

Pola Restorasi Hutan serta Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan maupun


Lahan pada Kawasan Lindung

Pasal 18

(1) Restorasi hutan serta rehabilitasi dan reklamasi hutan


maupun lahan pada Kawasan Lindung di bagian hulu DAS
dilaksanakan dengan memperhatikan kelestarian ekosistem.
(2) Restorasi, rehabilitasi, dan reklamasi hutan
maupun lahan pada Kawasan Lindung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan dengan cara :
a. menerapkan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan;
b. meningkatkan penutupan vegetasi tetap;

16 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


c. memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi lindung
hutan dan lahan serta kondisi tata air DAS;
d. mematuhi prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pasal 19

Pemberdayaan Masyarakat pada DAS merupakan upaya menginspirasi,


memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam DAS untuk
memanfaatkan sumber daya DAS secara lestari.

Pasal 20

(1) Pemberdayaan Masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan DAS bertujuan


untuk mewujudkan kemandirian masyarakat dalam DAS.
(2) Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh kementerian/lembaga pemerintahan non kementerian,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
(3) Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilakukan oleh BUMN, BUMD, Swasta, Koperasi, dan organisasi
masyarakat sesuai dengan tempat aktivitas.
(4) Pemberdayaan Masyarakat dalam pemanfaatan DAS ditujukan kepada
kelompok masyarakat dan/atau perorangan.

Pasal 21

Pemberdayaan Masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan DAS sebagaimana


dimaksud dalam pasal 13 dilakukan paling sedikit melalui :
a. pendidikan, pelatihan dan penyuluhan;
b. pendampingan;
c. pemberian bantuan modal;
d. sosialisasi dan diseminasi; dan/atau
e. penyediaan sarana dan prasarana.

17 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Pasal 22

(1) Pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan DAS harus


memperhatikan masyarakat dalam DAS yang secara turun-temurun
telah memiliki hak mengusahakan wilayah DAS, tetap diakui,
dihormati dan dilindungi hak-haknya serta terlibat dan/atau
dilibatkan dalam pengelolaan DAS.
(2) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hak untuk :
a. menikmati manfaat berupa barang dan jasa lingkungan yang
dihasilkan dari pemanfaatan DAS;
b. mengetahui informasi tentang pengelolaan DAS termasuk di
dalamnya rencana pemanfaatan DAS;
c. berperan serta dalam setiap proses pengambilan keputusan mulai
dari perencanaan sampai dengan pengendalian pemanfaatan DAS;
d. memperoleh kompensasi yang layak atas kondisi yang dialaminya
sebagai akibat dari pelaksanaan kegiatan pemanfaatan DAS;
e. memanfaatkan dan mengelola kawasan DAS berdasarkan hak
pemanfaatan yang sudah diberikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(3) Masyarakat berkewajiban untuk :
a. ikut mengembangkan pemanfaatan sumber daya DAS yang ramah
lingkungan;
b. mematuhi program pengelolaan DAS;
c. memperhatikan keberlanjutan ekosistem sumber daya hutan,
lahan dan air di DAS dalam pemanfaatannya bagi keberlanjutan
hidup mereka;
d. ikut serta melakukan pengawasan dalam pemanfaatan sumber
daya hutan, lahan dan air di DAS.

BAB VII
PENANGGULANGAN KERUSAKAN DAS

Bagian Kesatu
Pencegahan

Pasal 23

Pencegahan Kerusakan DAS bertujuan menghindari dan mengurangi


terjadinya kerusakan pada DAS yang dipertahankan daya dukungnya.

18 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Pasal 24

Pencegahan Kerusakan DAS dilakukan secara menyeluruh dan


berkelanjutan dalam bentuk :

a. peningkatan koordinasi, integrasi, dan sinergi antar sektor dan wilayah


administrasi dalam rangka mempertahankan kelestarian vegetasi,
keanekaragaman hayati, produktivitas lahan dan konservasi sumber
daya air;
b. pemberdayaan masyarakat dalam rangka menjaga dan memelihara
produktivitas dan keutuhan ekosistem dalam DAS secara berkelanjutan;
dan/atau
c. pembinaan yang mencakup fasilitasi dan bimbingan teknis ke
masyarakat, peningkatan kapasitas kelembagaan serta monitoring dan
evaluasi kondisi DAS.

Bagian Kedua
Penanganan

Pasal 25

Penanganan Kerusakan DAS bertujuan memperbaiki dan mengembalikan


kondisi DAS yang dipulihkan daya dukungnya.

Pasal 26

Penanganan Kerusakan DAS dilakukan secara menyeluruh dan


berkelanjutan dalam bentuk :
a. rehabilitasi hutan dan lahan;
b. penanganan secara struktural; dan/atau
c. peningkatan partisipasi masyarakat.

Pasal 27

Rehabilitasi hutan dan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf


a, terdiri dari :
a. reboisasi;
b. penghijauan;
c. pengayaan tanaman; dan/atau
d. pemeliharaan tanaman.

19 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Pasal 28

Penanganan secara struktural sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf


b, dilakukan dengan mengandalkan struktur/bangunan hidraulik sesuai
dengan kondisi dan Karakteristik DAS yang terdiri dari :

a. normalisasi alur sungai;


b. pembangunan tanggul;
c. tembok banjir;
d. saluran bypass;
e. kanal banjir;
f. waduk penampung/kolam retensi;
g. dam penahan dan pengendali sedimen (check dam), groundsill, sand
trap; dan/atau
h. rorak.

BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 29

(1) Untuk mendukung penyelenggaraan pengelolaan DAS dibangun sistem


informasi pengelolaan DAS.
(2) Sistem informasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperlukan untuk kegiatan perencanaan, pelaksanaan
rencana/program, hasil dan keluaran pelaksanaan program dan
kegiatan serta sistem pengendalian.
(3) Sistem informasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibangun dan dikelola oleh instansi teknis yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pengelolaan DAS dengan
mengikutsertakan Instansi/para pihak terkait.

Pasal 30

(1) Sistem informasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal


29 harus dapat diakses oleh instansi/para pihak terkait.
(2) Sistem informasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan bagian Simpul Data Spasial Nasional dan Simpul Data
Spasial Provinsi.

20 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Pasal 31

(1) Sistem informasi Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal


30 paling sedikit memuat :
a. data pokok DAS baik spasial maupun non spasial; dan
b. sistem pendukung pengambilan keputusan dalam pengelolaan DAS.

(2) Sistem informasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dijabarkan secara makro dalam Pola Umum Kriteria dan Standar
Pengelolaan DAS.

BAB IX
PENGORGANISASIAN

Pasal 32

(1) Pengelolaan DAS dilaksanakan secara koordinatif dan terintegrasi


dengan melibatkan berbagai pihak, lintas sektor, lintas wilayah
administrasi dan lintas disiplin ilmu.
(2) Pengorganisasian untuk mencapai tujuan pengelolaan DAS dilakukan
melalui pembagian peran dan fungsi para Pemangku Kepentingan
dalam pengelolaan DAS.
(3) Pengorganisasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi diantara para
pihak dalam pengelolaan DAS.
(4) Pengorganisasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari FK-
PDAS, perangkat daerah dan Instansi Terkait lainnya.

Pasal 33

Koordinasi, integrasi, dan sinergi antar sektor dan wilayah administrasi


pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat (1)
dilaksanakan oleh perangkat daerah yang membidangi perencanaan.

BAB X
PENDANAAN

Pasal 34

(1) Sumber dana untuk penyelenggaraan pengelolaan DAS dapat berasal


APBN, APBD, hibah dan/atau sumber dana lainnya yang tidak
mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

21 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


(2) Sumber dana non pemerintah dapat diperoleh dari :
a. kerja sama pengelolaan sumber daya DAS secara komersial dan
lestari dengan pihak ketiga/swasta;

b. bentuk-bentuk kerja sama lainnya yang sesuai dengan peraturan


perundang-undangan.

BAB XI
PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 35

(1) Penyelesaian sengketa pengelolaan DAS dapat ditempuh melalui


pengadilan atau di luar pengadilan.

(2) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan,


maka gugatan melalui pengadilan dapat dilakukan setelah tidak
tercapai kesepakatan diantara para pihak yang bersengketa.

Pasal 36

(1) Penyelesaian sengketa pengelolaan DAS di luar pengadilan tidak


berlaku terhadap tindak pidana sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah ini.

(2) Penyelesaian sengketa pengelolaan DAS di luar pengadilan


dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan mengenai pengembalian
suatu hak, besarnya ganti rugi, dan/atau mengenai bentuk tindakan
tertentu yang harus dilakukan untuk memulihkan kawasan dan fungsi
DAS.

(3) Dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) dapat menggunakan jasa pihak ketiga yang ditunjuk
bersama oleh para pihak dan/atau pendampingan organisasi non-
pemerintah untuk membantu penyelesaian sengketa.

Pasal 37

(1) Setiap orang atau masyarakat berhak mengajukan gugatan secara


perwakilan ke pengadilan dan/atau melaporkan kepada aparat penegak
hukum terhadap kerusakan ekosistem DAS yang merugikan kehidupan
masyarakat.

22 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


(2) Organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk
kepentingan pelestarian fungsi DAS.

BAB XII
SANKSI DAN PIDANA

Pasal 38

(1) Pelanggaran terhadap kegiatan pengelolaan DAS yang mengakibatkan


Kerusakan DAS dikenakan sanksi berdasarkan kriteria Kerusakan
DAS yang terjadi.

(2) Sanksi diberikan kepada setiap orang, kelompok dan/atau badan


hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 sampai dengan Pasal 14.

(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa sanksi


administratif, dan/atau denda menurut kategori kerugian/kerusakan
yang ditimbulkan dari aktifitasnya, dan/atau sanksi pidana.

(4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi :


a. peringatan lisan;

b. peringatan tertulis;

c. penghentian sementara kegiatan;

d. penghentian sementara pelayanan umum;

e. penutupan lokasi kegiatan; dan

f. pencabutan izin.

(5) Sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 39

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

23 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.

Ditetapkan di Pangkalpinang
pada tanggal

GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

dto

RUSTAM EFFENDI

Diundangkan di Pangkalpinang
pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

dto

YAN MEGAWANDI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN


2016 NOMOR 10 SERI E

NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG


: 11/2016

24 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

NOMOR TAHUN 2016

TENTANG

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

I. UMUM
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS yang tersebar
di seluruh wilayah Kepulauan Bangka Belitung, merupakan kesatuan
ekosistem alami yang utuh dari hulu hingga hilir beserta kekayaan sumber
daya alam dan sumber daya buatan merupakan karunia Tuhan Yang Maha
Esa kepada bangsa Indonesia. Sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
perlu disyukuri, dilindungi dan diurus dengan sebaik-baiknya, DAS wajib
dikembangkan dan didayagunakan secara optimal dan berkelanjutan
melalui upaya pengelolaan daerah aliran sungai bagi sebesar-besarnya
kesejahteraan seluruh rakyat Kepulauan Bangka Belitung.

Tujuan pengelolaan DAS adalah untuk mewujudkan kesadaran,


kemampuan dan partisipasi aktif Instansi Terkait dan masyarakat dalam
pengelolaan DAS yang lebih baik, mewujudkan kondisi lahan yang produktif
sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan DAS secara
berkelanjutan, mewujudkan kuantitas, kualitas dan keberlanjutan
ketersediaan air yang optimal menurut ruang dan waktu, dan mewujudkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat diharapkan tercapai seiring


dengan terwujudnya kondisi lahan yang produktif serta kuantitas, kualitas
dan kontinuitas air yang baik, kondisi sosial ekonomi yang kondusif, dan
pemanfaatan tata ruang wilayah yang optimal. Tujuan tersebut dapat
dicapai melalui koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar sektor
dan antar wilayah administrasi, serta masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan DAS.

Pengelolaan DAS merupakan upaya yang sangat penting sebagai


akibat terjadinya penurunan kualitas lingkungan DAS di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang disebabkan oleh pengelolaan sumber daya
alam yang tidak ramah lingkungan dan meningkatnya potensi ego sektoral
dan ego kewilayahan karena pemanfaatan dan penggunaan sumber daya
alam pada DAS melibatkan kepentingan berbagai sektor, wilayah

25 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


administrasi, dan disiplin ilmu. Oleh karena itu Pengelolaan DAS
diselenggarakan melalui perencanaan, pelaksanaan, peran serta dan
pemberdayaan masyarakat, pendanaan, monitoring dan evaluasi,
pembinaan dan pengawasan, serta mendayagunakan sistem informasi
pengelolaan DAS.

Luas kawasan hutan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sesuai


Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.357/Menhut-II/2004 tanggal 1
Oktober 2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung seluas 657.510 ha atau 40,03 % dari luas
daratan sebesar 1.642.214 hektar, terdiri dari (1) Kawasan hutan suaka
alam/kawasan pelestarian alam/konservasi 34.690 ha (2,11%); (2) Hutan
lindung (HL) 156.730 ha (9,54%); dan (3) Hutan produksi (HP) 466.090 ha
(28,38%). Selanjutnya ditetapkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :
SK.798/MenhutII/2012 Tanggal 27 Desember 2012 tentang Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan Seluas
±19.131 (Sembilan Belas Ribu Seratus Tiga Puluh Satu) Hektar, Perubahan
Fungsi Kawasan Hutan Seluas ±10.878 (Sepuluh Ribu Delapan Ratus Tujuh
Puluh Delapan) Hektar Dan Penunjukan Bukan Kawasan Hutan Menjadi
Kawasan Hutan Seluas ±3.120 (Tiga Ribu Seratus Dua Puluh) Hektar di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Beberapa kawasan hutan di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung berada dalam 6 (enam) Satuan Wilayah
Pengelolaan DAS yaitu DAS Mancang, DAS Ajang Mabat, DAS Bangka Kota,
DAS Kepu DS, DAS Cerucuk dan DAS Linggang. Posisi kawasan hutan
dalam DAS di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dalam konteks Kepulauan Bangka Belitung, sedikitnya terdapat tiga


permasalahan mendasar dalam pengelolaan DAS; Pertama, pada aspek
lingkungan, terjadinya perubahan penggunaan lahan kawasan hutan
menjadi tutupan non hutan sehingga menimbulkan permasalahan berantai,
yaitu pembukaan lahan hutan mengakibatkan peningkatan lahan kritis,
menimbulkan erosi dan pendangkalan sungai. Kondisi ini menurunkan
fungsi DAS sebagai daerah tangkapan air dan sebagai penahan laju
limpasan permukaan (run off) dan berimbas pada fluktuasi debit sungai
yang makin besar, mengakibatkan terjadinya krisis air, sehingga
kekeringan, banjir, dan tanah longsor tidak dapat dihindari dan
menimbulkan kerugian yang sangat besar bahkan merenggut nyawa
manusia. Kedua, pada aspek ekonomi yaitu masih rendahnya kesejahteraan
masyarakat di sekitar hutan, lemahnya insentif untuk pengelolaan lahan
berkelanjutan, dan terbatasnya dana rehabilitasi hutan dan lahan dalam
DAS. Ketiga, pada aspek sosial-budaya/kelembagaan yaitu kondisi
kelembagaan DAS dan hutan yang belum efisien dan efektif karena adanya
masalah hak kepemilikan (property right), sistem nilai, dan pengaturan yang
digunakan dalam pengelolaan hutan di hulu DAS. Kondisi ini menimbulkan
permasalahan serius yang saling terkait.

26 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Karena DAS berfungsi sebagai ruang hidup dengan intensitas
kepentingan yang berbeda-beda dari penduduk Kepulauan Bangka Belitung,
maka pemanfaatan DAS yang tidak bijaksana tentu berkonsekuensi
langsung pada penurunan fungsi DAS sebagaimana dikemukakan diatas.
Oleh karena itu upaya perlindungan DAS melalui konservasi dan
rehabilitasi hutan, lahan, dan air merupakan sebuah tantangan berat,
karena bersentuhan langsung dengan persoalan dasar yang berkaitan
dengan mata pencaharian, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta tingkat
pendapatan yang masih rendah sangat melilit setiap aspek kehidupan
masyarakat. Harapan melalui pelibatan masyarakat dalam upaya
rehabilitasi hutan, lahan dan air mengalami kendala karena fakta
memperlihatkan tingkat pendidikan masyarakat yang menggantungkan
hidupnya pada lahan dan hutan masih rendah. Dengan kondisi tersebut
diperlukan upaya-upaya pendidikan masyarakat dan pengembangan
kapasitas kelembagaan melalui bimbingan dan penyuluhan secara serius
dan intensif, karena proses transfer informasi dan teknologi merupakan
suatu proses yang memerlukan waktu yang cukup lama.

Guna mewujudkan daya guna dan hasil guna yang tinggi, konsepsi
pengelolaan DAS perlu dipahami meliputi beberapa dimensi yaitu
pendekatan sistem yang terencana, proses manajemen dan keterkaitan
aktivitas antar sektor, antar wilayah administrasi, dan masyarakat secara
terpadu serta penanganannya dilakukan secara utuh mulai dari hulu
sampai hilir.
Selain itu, keragaman etnis, dan budaya serta nilai adat istiadat yang
cukup tinggi dalam komunitas masyarakat Kepulauan Bangka Belitung
merupakan kekayaan yang memiliki nilai tersendiri, termasuk dalam
pemanfaatan hutan, tanah, dan air yang memerlukan kehati-hatian dalam
memanfaatkannya. Tingginya keragaman etnolinguistik yang ada
mempunyai kontribusi langsung terhadap tingkat keragaman penafsiran
dan persepsi tentang hutan, tanah, air, dan sumberdaya alam. Revitalisasi
nilai sosial budaya (kearifan lokal) merupakan salah satu peluang strategis
yang bisa dimanfaatkan dalam mendukung upaya tersebut, karena nilai
sosial budaya memiliki sustainabilitas yang tinggi dan hanya akan berakhir
ketika manusia tidak lagi mau berbudaya atau beradab.

Hukum-hukum yang mengatur tentang pemanfaatan tanah dan


hutan juga diatur sedemikian rupa agar masyarakat/komunitas adat
menjadi bijak menggunakan kekayaan alamnya. Orang-orang yang tak tahu
peraturan/ketentuan yang berlaku banyak melanggar sistem yang telah
terbentuk dalam masyarakat/komunitas adat. Kelemahan hukum adat
Bangka Belitung pada dasarnya tidak pernah diundangkan secara tertulis
baik oleh raja, depati, batin, atau pun kepala suku karena masyarakatnya
begitu patuh dengan pemimpin mereka. Norma yang tak tertulis itu menjadi
titik lemah dalam perkembangan tradisinya karena kebudayaan selalu
bergeser dinamis sehingga pendatang atau yang bukan penduduk asli
menjadi enggan untuk mentaati hukum adat setempat.

27 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Adat atau norma yang dieksekusi oleh Kepala Kampung dan para
kepala suku, itu menyangkut tentang semua aturan setempat yang kini
lebih dikenal dengan sebutan kearifan lokal adalah aturan yang sudah
berlaku secara turun-temurun. Aturan tersebut kemudian dipertegas secara
kepercayaan oleh para dukun dan secara agama oleh penghulu atau lebai
kampung. Kearifan lokal yang berkaitan dengan alam sebagai sumber
kehidupan yang kemudian mentradisi secara ritual berkaitan dengan
kepercayaan diakumulasikan dalam acara ritual misalnya seperti; Buang
Jong pada suku Sekak, Nuju Jeramik pada suku Urang Lom, Maras Taon di
tradisi Urang Belitong.

Kearifan lokal sehari-hari yang dipatuhi masyarakat,


implementasinya begitu sederhana dan mudah untuk diterapkan misalnya
berkaitan dengan hutan, jangan menebang kayu dimasa pohon sedang
berpucuk; jangan menebang pohon di hutan hulu sungai atau hutan mata
air; jangan membuka dan membakar hutan tanpa ada petunjuk dari dukun
kampong dan dukun api dan lainnya. Di bidang perburuan hewan misalnya,
jangan berburu di musim bulan terang, jangan membunuh hewan yang lagi
bunting dan lainnya. Oleh karena itu, selain diperlukan pengaturan peran
dan fungsi dari semua komponen birokrasi pemerintahan, swasta, dan
masyarakat dalam pengelolaan DAS, harus diupayakan juga agar kearifan
budaya lokal yang dianut masyarakat diakomodir dan mewarnai perumusan
kebijakan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan, khususnya pada
pengelolaan DAS.

Dari segi kelembagaan, sarana dan prasarana dalam pengelolaan


DAS di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebenarnya sangat memadai,
karena banyak institusi baik instansi vertikal, daerah maupun institusi
masyarakat dengan segala fasilitas yang dimiliki diharapkan mampu untuk
menanggulangi kerusakan DAS. Dalam kenyataannya, masing-masing
institusi masih bergerak pada koridornya sendiri-sendiri berdasarkan target
lembaga, sehingga pengelolaan DAS terpadu sulit dilakukan karena tidak
adanya mekanisme yang mengatur sinergisitas diantara sektor yang
berkepentingan.
Sehubungan dengan itu, kehadiran sebuah perangkat peraturan
dalam bentuk Peraturan Daerah bersifat mengatur dan mengikat semua
instansi atau lembaga Pemerintah, Swasta, Akademisi, dan masyarakat
untuk melakukan pengelolaan yang bersifat integratif pada kawasan DAS
untuk mencapai tujuan pengelolaan DAS yang telah disepakati bersama
menjadi kebutuhan mendesak.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas.

28 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Ayat (3)
Kerusakan DAS yang terjadi sebagai akibat dari perubahan
tata guna lahan, pertambahan jumlah penduduk serta
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian
lingkungan DAS. Kerusakan DAS yang terjadi
mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi
fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau. Selain itu
juga penurunan cadangan air serta tingginya laju
sedimentasi dan erosi. Dampak yang dirasakan kemudian
adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan
kekeringan di musim kemarau. Serta daya tampung beban
pencemaran sungai.
Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Ayat (1)

huruf a
Inventarisasi karakteristik DAS dimaksudkan
untuk memperoleh data dan informasi tentang
biofisik, sosial, ekonomi dan kelembagaan
masyarakat dalam suatu kawasan DAS.

huruf b
Identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui
struktur permasalahan yang berhubungan dengan

29 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


sumberdaya air, lahan, vegetasi, sosial, ekonomi
dan kelembagaan masyarakat dalam suatu
kawasan DAS.

huruf c
Identifikasi berbagai mitra kerja bertujuan untuk
mengetahui tugas dan fungsi serta keterkaitan
aktivitas unsur pemerintah, swasta, maupun
masyarakat dalam Pengelolaan DAS.

huruf d
Perumusan Tujuan dan Sasaran sebagaimana
bertujuan untuk mewujudkan kondisi DAS yang
ingin dicapai pada akhir periode rencana
Pengelolaan DAS yang dinyatakan dalam kriteria
dan indikator tertentu.

huruf e
Perumusan kebijakan dan program dilaksanakan
untuk menyusun dan menyepakati kebijakan,
program dan kegiatan lintas sektor, lintas wilayah
administratif pemerintahan serta lintas disiplin
ilmu, guna mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama.

huruf f
Perumusan bentuk dan struktur kelembagaan
bertujuan untuk menganalisis dan menyepakati
peran masing-masing pihak terkait dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pemantauan dan pengendalian serta evaluasi
pengelolaan.

huruf g
Perumusan sistem pemantauan dan evaluasi
dilaksanakan untuk menyusun dan menyepakati
peran berbagai pihak, kriteria, indikator dan
metode pengukuran serta mekanisme pelaporan
kinerja Pengelolaan DAS .

huruf h
Perumusan sistem insentif dan disinsentif
bertujuan untuk menyepakati perangkat kebijakan
yang memberikan dorongan terhadap kegiatan
yang selaras dengan rencana Pengelolaan DAS
dan untuk membatasi pertumbuhan atau

30 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


mengurangi kegiatan yang tidak selaras dengan
rencana Pengelolaan DAS .

Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Cukup jelas.

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.

Pasal 20
Cukup jelas.

31 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Cukup jelas.

Pasal 26
Huruf a

Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) adalah upaya untuk


memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan
fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung,
produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem
penyangga kehidupan tetap terjaga.

Huruf b

Penanganan secara struktural merupakan upaya untuk


meminimalkan bencana/kerusakan DAS yang dilakukan
melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan
menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan
kanal khusus untuk pencegahan banjir.

Huruf c

Peningkatan partisipasi masyarakat adalah peningkatan


peran masyarakat/ keikutsertaan masyarakat dalam
proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada
dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan
tentang alternatif solusi untuk menangani masalah,
pelaksanaan upaya mengatasi masalah, keterlibatan
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang
terjadi.

32 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Pasal 27
Huruf a

Reboisasi adalah upaya tanam menanam dalam rangka


rehabilitasi lahan kritis di dalam kawasan hutan.

Huruf b

Penghijauan adalah upaya pemulihan atau perbaikan


kembali keadaan lahan kritis di luar kawasan hutan
melalui kegiatan tanam-menanam dan bangunan
konservasi tanah agar dapat berfungsi sebagai media
produksi dan sebagai media pengatur tata air yang baik,
serta upaya mempertahankan dan meningkatkan
dayaguna lahan sesuai dengan peruntukannya.

Huruf c

Pengkayaan Tanaman adalah kegiatan penambahan


anakan pohon pada suatu areal dengan maksud untuk
meningkatkan nilai tegakan baik kualitas maupun
kuantitas sesuai fungsinya

Huruf d

Pemeliharaan tanaman adalah perlakuan terhadap


tanaman dan lingkungannya dalam luasan dan kurun
waktu tertentu agar tanaman tumbuh sehat dan
berkualitas sesuai dengan standar hasil yang ditentukan

Pasal 28
Huruf a

Normalisasi sungai merupakan usaha untuk


memperbesar kapasitas dari pengaliran dari sungai itu
sendiri. Penanganan banjir dengan cara ini dapat
dilakukan pada hampir seluruh sungai di bagian hilir.
Faktor-faktor yang perlu dalam cara penanganan ini
adalah penggunaan penampang ganda dengan debit
dominan untuk penampang bawah, perencanaan alur
yang stabil terhadap proses erosi dan sedimentasi dasar
sungai maupun erosi tebing dan elevasi muka air banjir.
Normalisasi sungai terutama dilakukan berkaitan
dengan pengendalian banjir, yang merupakan usaha

33 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


untuk memperbesar kapasitas pengaliran sungai. Hal ini
dimaksudkan untuk menampung debit banjir yang
terjadi untuk selanjutnya disalurkan ke sungai yang
lebih besar atau langsung menuju ke muara/laut,
sehingga tidak terjadi air limpasan dari sungai tersebut.
Pekerjaan normalisasi alur aliran sungai pada dasarnya
meliputi kegiatan yang terdiri dari :

• Perhitungan debit banjir rencana


• Analisa kapasitas awal sungai (existing capacity
analisis)
• Perhitungan penampang melintang dan memanjang
sungai rencana
• Melakukan sudetan pada alur sungai meander
• Menentukan tinggi jagaan
• Menstabilkan alur terhadap erosi, longsoran
• Perencanaan Tanggul
• Tinjauan pengaruh back water akibat pasang surut

Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Rorak adalah lubang-lubang buntu dengan ukuran
tertentu yang dibuat pada bidang olah dan sejajar
dengan garis kontur. Fungsi rorak adalah untuk
menjebak dan meresapkan air ke dalam tanah serta
menampung sedimen-sedimen dari bidang olah.
Pembuatan rorak dapat dikombinasikan dengan mulsa
vertikal untuk memperoleh kompos. Selain itu Rorak
adalah bangunan konservasi tanah dan air yang relatif
mudah diuat. Adanya rorak akan menjebak aliran

34 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


permukaan dan memberikan kesempatan kepada air
hujan untuk terinfiltrasi ke dalam tanah. Dengan
demikian rorak akan menurunkan aliran permukaan
yang keluar dari persil lahan secara signifikan. Hal ini
tentu saja akan ikut berkontribusi terhadap
pengendalian banjir.
Pasal 29
Cukup jelas.

Pasal 30
Cukup jelas.

Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Cukup jelas.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.

Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Cukup jelas.

Pasal 38
Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

35 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016


Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Sanksi diberikan sesuai dengan peraturan perundang-


undangan yang berlaku, antara lain :
1. Sektor Kehutanan pada Undang-Undang Nomor 41
Tahun 1999 dalam Pasal 78 dan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2013 dalam Pasal 12, Pasal 17,
Pasal 19, Pasal 25 dan Pasal 26;
2. Sektor Pertambangan pada Undang-Undang Nomor
4 Tahun 2009 pada Pasal 158 sampai dengan Pasal
164 ;
3. Sektor Lingkungan Hidup pada Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 pada pasal 98 sampai
dengan pasal 109;
4. Sektor Perumahan dan Pemukiman pada Undang-
Undang Nomor 01 Tahun 2011 dalam Pasal 151
sampai dengan Pasal 154, Pasal 156 sampai
dengan Pasal 157;
5. Sektor Perkebunan pada Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2014 dalam Pasal 105 sampai dengan
Pasal 112;
6. Sektor Hortikultura pada Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2010 dalam Pasal 125 sampai dengan
Pasal 129;
7. Peraturan perundang-undangan pada sektor
lainnya dapat diberlakukan sanksi dan pidana
apabila mengakibatkan kerusakan DAS.

Pasal 39
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA


BELITUNG NOMOR ….

36 Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai