PERATURAN DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
TENTANG
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
RUANG LINGKUP PENGELOLAAN DAS
Bagian Kesatu
Nama, Letak, Kodefikasi, Luas dan Peta DAS
Pasal 4
Bagian Kedua
Klasifikasi DAS
Pasal 5
Pasal 6
(1) Klasifikasi DAS dan prioritas pengelolaan DAS dievaluasi paling sedikit
1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun sejak ditetapkan.
(2) Dalam hal tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar
klasifikasi DAS dan prioritas pengelolaan DAS dapat ditinjau kembali
kurang dari 5 (lima) tahun.
Bagian Ketiga
Kerusakan DAS
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Bagian Kesatu
Pendayagunaan dan Pemanfaatan DAS
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Bagian Kedua
Paragraf 1
Pemanfaatan dan Penggunaan Hutan, Lahan dan Air
pada Kawasan Budidaya
Pasal 13
(1) Pemanfaatan dan penggunaan hutan, lahan dan air pada Kawasan
Budidaya dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kelestarian
ekosistem.
Paragraf 2
Pemanfaatan dan Penggunaan Hutan, Lahan dan Air
pada Kawasan Lindung
Pasal 14
(1) Pemanfaatan dan penggunaan hutan, lahan dan air pada Kawasan
Lindung dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kelestarian
ekosistem.
(2) Pemanfaatan dan penggunaan hutan, lahan dan air pada Kawasan
Lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
cara :
a. menunjang dan mempertahankan kelestarian lingkungan yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan;
Paragraf 3
Pasal 15
Paragraf 4
Pasal 16
Paragraf 5
Pasal 17
Paragraf 6
Pasal 18
BAB VI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
BAB VII
PENANGGULANGAN KERUSAKAN DAS
Bagian Kesatu
Pencegahan
Pasal 23
Bagian Kedua
Penanganan
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 29
Pasal 30
(2) Sistem informasi pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dijabarkan secara makro dalam Pola Umum Kriteria dan Standar
Pengelolaan DAS.
BAB IX
PENGORGANISASIAN
Pasal 32
Pasal 33
BAB X
PENDANAAN
Pasal 34
BAB XI
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
BAB XII
SANKSI DAN PIDANA
Pasal 38
b. peringatan tertulis;
f. pencabutan izin.
(5) Sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39
Ditetapkan di Pangkalpinang
pada tanggal
GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
dto
RUSTAM EFFENDI
Diundangkan di Pangkalpinang
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,
dto
YAN MEGAWANDI
ATAS
TENTANG
I. UMUM
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS yang tersebar
di seluruh wilayah Kepulauan Bangka Belitung, merupakan kesatuan
ekosistem alami yang utuh dari hulu hingga hilir beserta kekayaan sumber
daya alam dan sumber daya buatan merupakan karunia Tuhan Yang Maha
Esa kepada bangsa Indonesia. Sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
perlu disyukuri, dilindungi dan diurus dengan sebaik-baiknya, DAS wajib
dikembangkan dan didayagunakan secara optimal dan berkelanjutan
melalui upaya pengelolaan daerah aliran sungai bagi sebesar-besarnya
kesejahteraan seluruh rakyat Kepulauan Bangka Belitung.
Guna mewujudkan daya guna dan hasil guna yang tinggi, konsepsi
pengelolaan DAS perlu dipahami meliputi beberapa dimensi yaitu
pendekatan sistem yang terencana, proses manajemen dan keterkaitan
aktivitas antar sektor, antar wilayah administrasi, dan masyarakat secara
terpadu serta penanganannya dilakukan secara utuh mulai dari hulu
sampai hilir.
Selain itu, keragaman etnis, dan budaya serta nilai adat istiadat yang
cukup tinggi dalam komunitas masyarakat Kepulauan Bangka Belitung
merupakan kekayaan yang memiliki nilai tersendiri, termasuk dalam
pemanfaatan hutan, tanah, dan air yang memerlukan kehati-hatian dalam
memanfaatkannya. Tingginya keragaman etnolinguistik yang ada
mempunyai kontribusi langsung terhadap tingkat keragaman penafsiran
dan persepsi tentang hutan, tanah, air, dan sumberdaya alam. Revitalisasi
nilai sosial budaya (kearifan lokal) merupakan salah satu peluang strategis
yang bisa dimanfaatkan dalam mendukung upaya tersebut, karena nilai
sosial budaya memiliki sustainabilitas yang tinggi dan hanya akan berakhir
ketika manusia tidak lagi mau berbudaya atau beradab.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (3)
Kerusakan DAS yang terjadi sebagai akibat dari perubahan
tata guna lahan, pertambahan jumlah penduduk serta
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian
lingkungan DAS. Kerusakan DAS yang terjadi
mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi
fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau. Selain itu
juga penurunan cadangan air serta tingginya laju
sedimentasi dan erosi. Dampak yang dirasakan kemudian
adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan
kekeringan di musim kemarau. Serta daya tampung beban
pencemaran sungai.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
huruf a
Inventarisasi karakteristik DAS dimaksudkan
untuk memperoleh data dan informasi tentang
biofisik, sosial, ekonomi dan kelembagaan
masyarakat dalam suatu kawasan DAS.
huruf b
Identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui
struktur permasalahan yang berhubungan dengan
huruf c
Identifikasi berbagai mitra kerja bertujuan untuk
mengetahui tugas dan fungsi serta keterkaitan
aktivitas unsur pemerintah, swasta, maupun
masyarakat dalam Pengelolaan DAS.
huruf d
Perumusan Tujuan dan Sasaran sebagaimana
bertujuan untuk mewujudkan kondisi DAS yang
ingin dicapai pada akhir periode rencana
Pengelolaan DAS yang dinyatakan dalam kriteria
dan indikator tertentu.
huruf e
Perumusan kebijakan dan program dilaksanakan
untuk menyusun dan menyepakati kebijakan,
program dan kegiatan lintas sektor, lintas wilayah
administratif pemerintahan serta lintas disiplin
ilmu, guna mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama.
huruf f
Perumusan bentuk dan struktur kelembagaan
bertujuan untuk menganalisis dan menyepakati
peran masing-masing pihak terkait dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pemantauan dan pengendalian serta evaluasi
pengelolaan.
huruf g
Perumusan sistem pemantauan dan evaluasi
dilaksanakan untuk menyusun dan menyepakati
peran berbagai pihak, kriteria, indikator dan
metode pengukuran serta mekanisme pelaporan
kinerja Pengelolaan DAS .
huruf h
Perumusan sistem insentif dan disinsentif
bertujuan untuk menyepakati perangkat kebijakan
yang memberikan dorongan terhadap kegiatan
yang selaras dengan rencana Pengelolaan DAS
dan untuk membatasi pertumbuhan atau
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Huruf b
Huruf c
Huruf d
Pasal 28
Huruf a
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Rorak adalah lubang-lubang buntu dengan ukuran
tertentu yang dibuat pada bidang olah dan sejajar
dengan garis kontur. Fungsi rorak adalah untuk
menjebak dan meresapkan air ke dalam tanah serta
menampung sedimen-sedimen dari bidang olah.
Pembuatan rorak dapat dikombinasikan dengan mulsa
vertikal untuk memperoleh kompos. Selain itu Rorak
adalah bangunan konservasi tanah dan air yang relatif
mudah diuat. Adanya rorak akan menjebak aliran
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Pasal 39
Cukup jelas.