Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam pembelajaran di kelas, satu komponen penting yang dapat menentukan
kualitas pendidikan adalah guru, karena peran mereka sangat sentral, terutama sebagai
pemegang kendali dalam proses pembelajaran. Berdasarkan UU RI No.14 Tahun 2005,
Tentang Guru dan Dosen Bab I pasal 1 ayat 1 menegaskan bahwa “guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. (Undang-Undang Guru
dan Dosen, 2009: 3)
Untuk mengoptimalkan peran guru tersebut, peningkatan kualitas guru itu sendiri
menjadi sebuah keharusan. Diantara tanda-tanda guru yang berkualitas, apabila dapat
menunjukkan kemampuan pengelolaan pembelajaran yang bermutu. Dengan demikian,
penguasaan konsep dan pengalaman empirik menguasai strategi pembelajaran inovatif
menjadi penting bagi guru.
Sebagian besar seluruh aktivitas pembelajaran di sekolah diisi dengan ceramah
oleh guru, bahkan untuk mata pelajaran keterampilan sekalipun seperti penjas dan seni
budaya. Dampaknya sekolah lebih banyak menghasilkan siswa yang berpengetahuan
tetapi minim keterampilan/kompetensi. Pengetahuan diperoleh dari proses menghafal
informasi yang disampaikan guru/buku, bukan dari hasil menemukan (discovery) atau
konstruksi berdasarkan aktivitas yang dialaminya. Hasilnya siswa menjadi generasi yang
miskin keterampilan dan kreativitas.
Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam pembelajaran yang menggunakan metode
ceramah, siswa hanya dijadikan sebagai pendengar dari ceramah guru. Guru lebih
mendominasi dalam proses pembelajaran sehingga menjadikan siswa bosan dan jenuh
dengan materi pelajaran yang diajarkan dan kesulitan dalam memahami suatu konsep dari
materi yang diajarkan, serta hasil hasil pembelajaran IPA rendah.
Seorang guru yang menginginkan proses pembelajarannya berhasil dengan baik
maka harus memilih metode dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
materi yang akan disampaikannya dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapainya. Jadi, Penentuan metode dan model dalam proses pembelajaran itu memang
sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.

1
Adapun salah satu cara untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar yaitu dengan menerapkan berbagai model pembelajaran yang mengarah pada
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Model make a match merupakan salah satu alternatif yang bisa diterapkan oleh
guru dalam pembelajarannya. Penerapan model ini dapat dilakukan dalam kelas besar
yang berjumlah 20, 30 atau 40 orang. Dalam model ini memerlukan kartu-kartu,
dimana terdapat kartu yang berisi pertanyaan, dan kartu berisi jawaban. Model
pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran
(1994). Cooperative learning tipe Make A Match merupakan salah satu model
pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi keterbatasan sarana dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran ini dapat digunakan oleh para guru sebagai upaya
melaksanakan pembelajaran dengan baik dan sebagai suatu alternatif dalam usaha
meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menerapkan cooperative learning tipe Make A-
Match diharapkan kegiatan pembelajaran lebih kondusif, sederhana, bermakna dan
menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas serta masih
rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 55 Lubuklinggau, Kecamatan
Lubuklinggau selatan II, Kota Lubuklinggau terlihat dari nilai mata pelajaran IPA yang
belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) atau belum memuaskan. Maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENINGKATKAN HASIL
BELAJAR IPA MATERI ORGAN PERNAPASAN PADA HEWAN MELALUI
MODEL COOPERATIVE LEARNING DENGAN TIPE MAKE A MATCH PADA
SISWA KELAS V SD NEGERI 55 LUBUKLINGGAU TAHUN 2021”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana
meningkatkan hasill belajar IPA materi organ pernapasan hewan dengan model
Cooperative Learning tipe Make a Match pada siswa kelas V SD Negeri 55
Lubuklinggau tahun 2021?”.

2
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
keberhasilan menggunakan model Cooperative Learning tipe Make a Match dalam
meningkatkan pelajaran IPA materi organ-organ pernapasan hewan.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian tentang penerapan model make a match untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi Organ-organ pernapasan pada hewan pada
siswa kelas V SD Negeri 55 Lubuklinggau tahun 2021, adalah:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadikan pengembangan ilmu pengetahuan
tentang penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe make a match terhadap hasil
belajar IPA.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
- Dengam model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat membuat
siswa menjadi lebih termotivasi dalam proses pembelajaran IPA
- Dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran IPA
- Dapat mencapai hasil pencapaian prestasi yang memuaskan
- Dapat membuat siswa lebih menyenangi pelajaran IPA
b. Bagi Guru
- Dapat meningkatkan gairah guru dalam menciptakan kondisi belajar yang
menarik dan menyenangkan dalam pelajaran IPA
- Dapat meningkatkan kretifitas guru dalam pencapaian pembelajaran yang
berkualitas
- Dapat mencapai tujuan yang diinginkan
- Dapat memotivasi guru untuk terus dalam menggali dan menemukan metode
pembelajaran yang menarik
c. Bagi Sekolah
- Dapat dijadikan sebagai kebijakan dalam perbaikan proses pembelajaran
- Dapat meningkatkan prestasi sekolah dengan meningkatnya hasil belajar siswa

Anda mungkin juga menyukai