Anda di halaman 1dari 8

Angka Fertilitas Umum (General Fertility Rate/GFR) dan Angka Kelahiran Menurut Umur

(ASFR) DI Provinsi Yogyakarta

PENDAHULUAN

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas adalah rata rata umur pada kelahiran
anak pertama. Wanita yang menikah pada usia muda lebih lama menghadapi resiko kehamilan.
Oleh karena itu pada umumnya ibu yang melahirkan pada usia muda mempunyai anak banyak dan
mempunyai resiko kesehatan yang tinggi. Angka Fertilitas Umum adalah angka yang
menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1.000 penduduk perempuan berumur 15-
49 tahun pada pertengahan tahun yang sama. Pembangunan penduduk usia remaja merupakan salah
satu sasaran dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
ASFR 15-19 tahun merupakan salah satu indikator keberhasilan kinerja program Kependuduk-an,
Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang dicetuskan oleh Badan
Kependuduk-an dan Keluarga Nasional (BKKBN) di seluruh tingkatan wilayah. Tingkat fertilitas
merupakan salah satu faktor demografi yang paling menentukan dalam penurunan tingkat
pertumbuhan penduduk di Indonesia. GFR juga bisa digunakan Sebagai indikator untuk
membandingkan keberhasilan antar wilayah dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonomi,
menunjukkan tingkat keberhasilan program KB, membantu para perencana program pembangunan
untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, meningkatkan program pelayanan kesehatan yang
berkaitan dengan pelayanan ibu hamil dan perawatan anak, serta mengembangkan program
penurunan tingkat kelahiran.

Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) adalah angka yang
menunjukkan banyaknya kelahiran dari perempuan pada suatu kelompok umur pada satu tahun
tertentu per 1.000 perempuan pada kelompok umur (15-49 tahun) dan pertengahan tahun yang
sama. ASFR bisa digunakan Sebagai dasar rujukan pembangunan kependudukan terkait kelahiran
misalnya SDGs goal 3, dan angka kelahiran usia remaja (wanita umur 15-19 tahun).
ANGKA KELAHIRAN MENURUT UMUR DI
PROVINSI d.I YOGYAKARTA TAHUN 1971-
2017
300

250
ANGKA PER 1000 WANITA

200

150

100

50

0
1 5 -1 9 2 0 -2 4 2 5 -2 9 3 0 -3 4 3 5 -3 9 4 0 -4 4 4 5 -4 9
SDKI 1971-1975 SDKI 1976-1979 SDKI 1981-1984 SDKI 1986-1989
UMUR
SDKI 1991 SDKI 1994 SDKI 1997 SDKI 2002-2003
SDKI 2007 SDKI 2012 SDKI 2017

ANALISIS
ASFR Dan GFR WANITA UMUR 15 – 49 Di PROVINSI D.I YOGYAKARTA 1971-2017

UMUR SAAT SDKI SDKI SDKI SDKI SDKI SDKI SDKI


MELAHIRKAN 1971- 1976- 1981- 1986- 1991 1994 1997
1975 1979 1984 1989
15-19 102 96 90 69 58 54 50
20-24 248 220 179 158 143 134 128
25-29 232 206 170 151 148 130 117
30-34 177 154 126 114 106 103 96
35-39 118 104 89 75 73 68 66
40-44 57 46 37 31 23 31 24
45-49 18 13 10 9 7 4 6
UMUR SAAT SDKI 2002- SDKI 2007 SDKI 2012 SDKI 2017
MELAHIRKAN 2003
15-19 48 42 32 15
20-24 105 102 98 83
25-29 256 232 206 126
30-34 91 89 87 133
35-39 118 104 89 64
40-44 57 46 37 12
45-49 18 13 10 5

Tabel Diatas menggambarkan ASFR dan GFR di DI.Yogyakarta tahun 1971-2017.


Berdasarkan data hasil SDKI Tahun 1971 diketahui ASFR 15-19 sebesar 102, Artinya angka
kelahiran dari wanita yang berumur 15-19 tahun di Provinsi Yogyakarta per 1000 wanita pada
tahun 1971 sebanyak 102 jiwa. angka ini cenderung menurun bila dibandingkan dengan hasil SDKI
dari tahun 1971-2017. Berdasarkan data SDKI 2017, diketahui ASFR 15-19 sebesar 15, artinya angka
kelahiran wanita yang berumur 15-19 tahun per 1000 wanita tahun pada tahun 2017 sebanyak 15
jiwa. Berdasarkan data Hasil SDKI 1971 ,ASFR 20-24 yaitu sebesar 248 menunjukkan angka yang
cukup besar , namun angka ini menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2017 yaitu
sebesar 66,5 % . di mana angka GFR ternyata lebih tinggi di perkotaan dibandingkan di perdesaan,
padahal selama ini diperkirakan angka-angka tersebut lebih besar di perdesaan, sehingga program
terkait dengan KB lebih diarahkan untuk perdesaan sedang wilayah perkotaan “kurang” mendapat
perhatian, terbukti dari hasil yang ditunjukkan oleh SDKI 2007. Apabila dilihat dari angka ASFR,
terlihat bahwa kontribusi terhadap lebih tingginya angka TFR di perkotaan terjadi pada kelompok
umur 15-19 ; 20-24; dan 25-29 tahun. Demikian pula pada kelompok umur 40-44 tahun dan 45-49
tahun. Pada kelompok umur muda dan tua ternyata ASFR di perkotaan lebih tinggi dibandingkan
dengan di perdesaan. Keadaan ini memberikan suatu dugaan bahwa pada periode 3 tahun sebelum
survei yaitu

Angka ASFR memberikan gambaran pola fertilitas menurut kelompok umur, sedang TFR
menunjukkan jumlah anak yang akan dilahirkan seorang wanita sampai akhir masa reproduksinya
bila ia mengikuti pola ASFR saat ini. GFR dinyatakan dalam jumlah kelahiran hidup per 1.000
wanita umur 15-44 dalam satu tahun, dan CBR dinyatakan dalam jumlah kelahiran hidup per 1.000
penduduk dalam satu tahun. Hasil SDKI 2012 menunjukkan ASFR 25-29 sebesar 256 , Artinya angka
kelahiran dari wanita yang berumur 25-29 tahun di provinsi Yogyakarta per 1000 wanita pada tahun
2012 sebanyak 256 jiwa. yang berarti seorang wanita di Indonesia rata-rata melahirkan 2,6 anak
selama hidupnya. terdapat pula perbedaan pola ASFR di daerah perkotaan dan daerah perdesaan.
Puncak umur melahirkan wanita di daerah perkotaan adalah 25-29 tahun (145 anak per 1.000
wanita), sedangkan di daerah perdesaan adalah 20-24 tahun (156 anak per 1.000 wanita). Pola
ASFR untuk wanita umur 25 tahun ke atas untuk daerah perkotaan dan perdesaan hampir sama, hal
ini menunjukkan bahwa perbedaan TFR untuk daerah perkotaan dan perdesaan disebabkan oleh
perbedaan fertilitas pada kelompok umur di bawah 25 tahun. Secara umum perbedaan ASFR di
daerah perkotaan dan perdesaan karena wanita muda di perdesaan lebih banyak yang telah
melahirkan daripada wanita diperkotaan. Menghitung ASFR dapat dilihat pada Tabel diatas untuk
menghitung tingkat fertilitas kumulatif pada kelompok umur 15-24 tahun dan 25-29 tahun. Tabel
diatas juga menunjukkan angka kelahiran umum (GFR) adalah 66 kelahiran per 1000 wanita umur
15-49 tahun,. Tren fertilitas untuk kelompok umur yang berbeda dapat dilihat pada grafik diatas.
Pola ASFR mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Puncak umur melahirkan bergeser dari
kelompok umur 20-24 tahun ke kelompok umur 25-29 tahun. Tabel diatas juga menunjukkan bahwa
perubahan tingkat fertilitas terbesar terdapat pada kelompok umur 20-24 tahun, yaitu dari 162 anak
per 1.000 wanita ,pada SDKI 1991 menjadi 138 anak per 1.000 pada SDKI 2012. Fertilitas usia ibu
muda masih tinggi, hal ini disebabkan antara lain oleh faktor rendahnya umur perkawinan,
pendeknya masa tidak subur, masih banyaknya pemakaian kontrasepsi non metode kontrasepsi
terutama pil dan suntik serta pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang yang masih rendah.
Jurnal Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 2, Juli 2008 : 135 - 151 137 Upaya pengendalian
fertilitas melalui beberapa peningkatan berbagai kegiatan penyampaian pesan kepada seluruh
lapisan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan. Perubahan sikap dan perilaku untuk
menerima dan mempraktekkan Keluarga Berencana sudah semakin menunjukkan keberhasilannya
dalam mengajak para wanita status kawin yang berumur 15-49 tahun untuk menjadi akseptor KB.
PENDAHULUAN :

Anak Masih Hidup (AMH) Adalah Jumlah anak masih hidup yang dimiliki seorang wanita
sampai saat wawancara dilakukan. Kegunaannya adalah Untuk mengetahui jumlah anak yang
dimiliki seorang wanita secara riil, sebab dari seluruh anak yang lahir hidup tidak seluruhnya dapat
terus hidup. Perbedaan antara ALH dan AMH merupakan jumlah anak yang meninggal. Data ini
menjadi dasar penghitungan Angka Kematian Bayi dengan mengubahnya menjadi probabilitas bayi
mati (proportion of dying).

ANALISIS :

Distribusi persentase semua wanita dan berstatus kawin umur 15-49 tahun menurut jumlah anak
lahir hidup (ALH), rata-rata anak lahir hidup, dan rata-rata anak masih hidup menurut kelompok
umur, Daerah Istimewa Yogyakarta 2017
Dari data SP, SUSENAS 22017 menunjukkan bahwa , rata-rata jumlah anak masih hidup
yang dimiliki seorang wanita di provinsi Yogyakarta pada wanita kelompok umur tua adalah antara
2 dan 3 anak masih hidup.sedangkan pada wanita kelompok umur 20-34 tahun adalah antara 1 dan
2 anak .

PENUTUP

Setelah dilakukan analisis pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan yang dapat
diuraikan sebagai berikut. 1. ASFR 15-19 tahun di Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2017
adalah sebesar 15 kelahiran per 1000 wanita usia 15-19 tahun. Nilai tersebut telah memenuhi target
yang telah ditetapkan oleh BKKBN yaitu 36 kelahiran per 1000, namun hal tersebut tidak berlaku
pada beberapa provinsi yang nilainya sangat jauh dari target tersebut. Hal tersebut menandakan
bahwa sudah menuju kearah pemerataan pembangunan dan juga keberhasilan program tersebut
BKKBN. Apabila dilihat dari angka ASFR, terlihat bahwa kontribusi terhadap lebih tingginya
angka TFR di perkotaan terjadi pada kelompok umur 15-19 ; 20- 24; dan 25-29 tahun. Demikian
pula pada kelompok umur 40-44 tahun dan 45-49 tahun. Pada kelompok umur muda dan umur tua
ternyata ASFR di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan.
Daftar Pustaka

Mantra, Ida Bagoes. (2000). Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik (BPS)- Statistics Indonesia (BPS) [Indonesia]. 2013. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012. BPS.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) [Indonesia]. 2011. Rencana
Strategis Kependudukan dan KB Nasional 2010-2014. Jakarta, Indonesia: BKKBN

Sukamdi , 1988. Angka kelahiran di Indonesia Perkembangan Selama Dua DasaWarsa Terakhir
Fakultas Geografi UGM.Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai