Anda di halaman 1dari 4

Problematika Pendidikan di Pulau Legundi

Perkembangan zaman selalu menampilkan persoalan baru yang kerap tidak terpikirkan
sebelumnya. Cita-cita kemerdekaan yang diusung oleh para pendiri bangsa menjadi tanggung
jawab kita bersama untuk melanjutkan tonggak-tonggak perjuangan pergerakan nasional
tersebut. Proses pendidikan yang telah dijalani selama hampir 76 tahun kemerdekaan Republik
Indonesia tidak serta merta membuat perubahan secara signifikan terhadap pola pikir
sumberdaya manusianya (Wardi, 2013). Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai salah satu
ikon penting kehidupan bermasyarakat perlu terus dilakukan pembaharuan menuju masa
depan yang baik kedepannya. Indonesia dahulu dipuji sebagai salah satu negara yang berhasil
menaikkan Indeks Pembangunan Manusia secara fantastis. Pada era 60-an banyak tenaga
pendidik/pengajar yang berasal dari Indonesia diperbantukan untuk memberikan pengajaran di
Negara tetangga dan ada juga mahasiswa dari negara tetangga menempuh studi di Indonesia
(Rembagy, 2008).

Pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa
supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki
pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual
keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
dijelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata “didik” dan mendapat imbuhan berupa awalan
‘pe’ dan akhiran ’an’ yang berarti proses atau cara perbuatan mendidik. Maka definisi
pendidikan menurut bahasa adalah perubahan tata laku dan sikap seseorang atau sekelokmpok
orang dalam usahanya mendewasakan manusia lewat pelatihan dan pengajaran (Amelia, 2019).

Dengan adanya pendidikan diharapkan dapat melahirkan generasi penerus bangsa dengan
pribadi yang cerdas dan berkualitas yang artinya generasi yang mampu memanfaatkan
kemajuan yang ada dengan sebaik mungkin. Dan juga tercipta generasi yang memiliki sifat
nasionalisme yang tinggi. Tanpa adanya pendidikan, tidak akan ada yang namanya kemajuan.
Maka dari itu, pendidikan sangat penting dan wajib diberikan kepada setiap warga negara sejak
dini. Pendidikan juga merupakan suatu hal penting bagi sebuah negara agar dapat berkembang
pesat. Negara-negara yang maju biasanya negara yang memprioritaskan pendidikan bagi warga
negaranya. Dengan harapan dengan adanya pendidikan, maka kesejahteraan warga negaranya
akan terjamin. Tetapi, pendidikan juga tidak akan berbuah kemajuan apabila sistem dari
pendidikan tersebut tidak tepat. Sama hal nya seperti di Indonesia (Fitri, 2021).pendidikan tidak
pernah lepas dari berbagai permasalahan. Menurut Fajri, masalah yang di hadapi pendidikan itu
terbagi menjadi 2 yakni masalah mikro dan masalah makro. Masalah mikro merupakan masalah
yang ditimbulkan dalam komponen dalam pendidikan itu sendiri sebagai suatu sistem, seperti
masalah kurikulum. Sedangkan masalah makro, merupakan masalah yang ditimbulkan dari
dalam pendidikan itu sebagai suatu sistem dengan sistem lainnya yang lebih luas mencakup
seluruh kehidupan manusia, seperti tidak meratanya penyelenggaraan pendidikan di setiap
daerah. Permasalahan itu menjadi penyebab utama dalam rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia (Fitri, 2022).

Masih banyaknya anak-anak yang tidak bersekolah. Indonesia belum mampu mewujudkan
salah satu cita-citanya yaitu pendidikan untuk semua orang (education for all). Selain itu, juga
masih terdapat masalah ekonomi yang mendasari anak dari kelompok yang tidak mampu atau
miskin yang keluar dari sekolah ketika belum menyelesaikan jenjang pendidikannya. Hal-hal
tersebut berhubungan dengan pemerataan atau ketimpangan kualitas dan penyedia jasa
pendidikan yang ada di Indonesia (Safarah & Wibowo, 2018). Kurangnya sarana dan prasarana
pendukung yang disediakan oleh Pemerintah masih tergolong minim untuk wilayah-wilayah
tertentu menjadikan kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk ditengah-tengah
perkembangan Globalisasi yang sangat pesat saat ini. Ketiadaan dukungan sarana belajar sering
manjadi kambing hitam tidak masksimalnya kualitas pendidikan. Faktanya memang demikianlah
yang terjadi berbagai sekolah-sekolah di pelosok negeri ini. Kurangnya kapasitas ruang belajar
dan jumlah guru membuat pembagian kelas menjadi sangat biasa terjadi di sekolah-sekolah
pelosok.

Bukan hanya kekurangan ruang belajar, sekolah-sekolah di pelosok negri ini kekurangan tenaga
pengajar. Tenaga pengajar atau guru ini biasanya bukan dari penduduk asli sekitar sekolah
melainkan dari berbagai daerah di Indonesia. Tak layaknya gaji dan tunjangan bahkan sulitnya
menjangkau sekolah-sekolah menjadikan guru-guru disana enggan mengajar karena sulitnya
jalan yang akan mereka lewati (Yuniati, 2019). Dengan kondisi kualitas pendidikan Indonesia
yang terbilang sangat kurang dibandingkan negara-negara lain di dunia, banyak yang menjadi
faktor penghambat kemajuan pendidikan di Indonesia. Menurut Kurniawan, faktor yang
menjadi penentu keberhasilan suatu sistem pendidikan juga bisa dikarenakan oleh peserta
didiknya, peran seorang guru, kondisi ekonomi, sarana dan prasarana, lingkungan, serta masih
banyak faktor yang lainnya (Kurniawan: 2016).

Hal demikian dirasakan oleh masyarakat di pulau Legundi, pendidikan masyarakat di pulau
Legundi masih memprihatinkan dengan keterbatasan sarana dan prasarana maupun sumber
daya guru yang mengajar di pulau tersebut. Dengan keterbatasan yang ada di pulau Legundi
menjadikan kualitas pendidikan di desa tersebut dapat dikatakan tertinggal. Oleh karena itu,
peneliti ingin mengkaji lebih lanjut problematika pendidikan yang terdapat di pulau Legundi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan menjadi masalah
penelitian yang akan diteliti, yakni: Jelaskan lokasi dan sejarah singkat pulau Legundi?
Bagaimana permasalahan pendidikan di pulau Legundi?.

Referensi

Amelia, C. (2019). PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA. Prosiding Seminar Nasional


Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Vol. 3. hal 775 - 779.

Wardi, M. (2013). Problematikan Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya. Tadris, 8(1).

Yuniati. (2019). DAMPAK SOSIAL PENDIDIKAN MASYARAKAT TERPENCIL (KAJIAN SOSIOLOGI


PENDIDIKAN DI DUSUN CENRE KECAMATAN SINJAI BARAT. Skripsi. FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR.

Fitri, S.F.N. (2021). Problematika Kualitas Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pendidikan Tambusai,
5(1). pp 1617-1620.
Rembagy, M. (2008). Pendidikan Transformatif Pergulatan Kritis merumuskan pendidikan di
Tengah Pusaran Arus Globalisasi. Yokyakarta: Teras.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Safarah, A.A., & Wibowo, U.B. (2018). PROGRAM ZONASI DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI UPAYA
PEMERATAAN KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA. LENTERA PENDIDIKAN, 21(2). pp 206-213.

Kurniawan, R.Y. (2016). Identifikasi Permasalahan Pendidikan Di Indonesia Untuk Meningkatkan


Mutu Dan Profesionalisme Guru. Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) (Pp. 2 - 5).
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Kurniawati, F.N.A. (2022). MENINJAU PERMASALAHAN RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN DI


INDONESIA DAN SOLUSI. AoEJ: Academy of Education Journal, 13(1). pp 1-13.

Anda mungkin juga menyukai