TAHUN 2021
PASAL 1
1. Pedoman Dasar MUI Bab VIII pasal 11 tentang Musyawarah dan Rapat-rapat.
2. Pedoman Dasar Rumah Tangga MUI pasal 1 tentang Kepengurusan dan Pasal 7 tentang
Musyawarah Daerah.
3. Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia Nomor : Kep-702/MUI/XII/2015 Tentang Pedoman
Pemilihan Pengurus Majelis Ulama Indonesia Pasal 3 Ayat 4.
PASAL 2
PESERTA
e. Anggota Pleno MUI dan Komisi serta Lembaga MUI KECAMATAN CIAMBAR.
2. Peserta adalah mereka yang mendapat undangan resmi dari Panitia dan telah terdaftar
dalam daftar hadir peserta untuk mengikuti MUSDA MUI KECAMATAN CIAMBAR TAHUN
2021.
PASAL 3
1. Setiap peserta wajib menghadiri sidang-sidang pleno maupun komisi dan mematuhi Tata
Tertib MUSDA serta peraturan lain yang ditetapkan Panitia.
a. Mengajukan pertanyaan/berbicara setelah mendapat izin dari pimpinan sidang baik dalam
sidang pleno maupun sidang komisi berdasarkan tata tertib persidangan yang telah
ditetapkan.
b. Memberikan pendapat dan atau mengajukan usul/saran secara lisan atau tulisan yang
disampaikan melalui pimpinan sidang.
PASAL 4
PEMBENTUKAN KOMISI
2. Anggota Sidang Komisi terdiri dari peserta MUSDA yang dibagi secara proporsional.
3. Bila dipandang perlu pimpinan MUSDA dapat menetapkan Sidang Sub Komisi.
PASAL 5
SIDANG-SIDANG MUSDA
1. Sidang-sidang yang dilaksanakan pada MUSDA MUI KECAMATAN CIAMBAR TAHUN 2021
terdiri dari, sidang pleno, sidang komisi, sidang formatur dan sidang paripurna.
c. Sidang Pleno III tentang laporan pertanggungjawaban DP Daerah MUI KECAMATAN
CIAMBAR Masa Khidmat 2016-2021;
f. Sidang Pleno VI tentang Pembentukan Tim Formatur dan Rapat Tim Formatur;
g. Sidang Pleno VII tentang Pengumuman Hasil Sidang Formatur dan Penetapan Ketua Umum
dan Pengurus Harian Terpilih Masa Khidmat 2021 - 2026;
4. Sidang-sidang MUSDA dianggap qourum apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah peserta yang
diundang.
5. Apabila ketentuan nomor 2 tidak terpenuhi, sidang diundur selama 30 menit untuk
selanjutnya sidang dinyatakan sah.
PASAL 6
PIMPINAN MUSDA
1. MUSDA dipimpin oleh Dewan Pimpinan MUI KECAMATAN CIAMBAR sebagai Pimpinan
Sidang Pengantar dan dibantu oleh Pimpinan Sidang Tetap yang dipilih melalui sidang pleno
dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan.
2. Pimpinan MUSDA bertugas memimpin jalannya sidang-sidang MUSDA agar tetap dalam
suasana kebersamaan dengan dilandasi semangat ukhuwah untuk mencapai mufakat
dengan berpedoman kepada akhlaqul karimah.
PASAL 7
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PASAL 8
1. Pemilihan Ketua Umum dilaksanakan melalui sistem formatur dengan tahapan sebagai
berikut :
Untuk Tingkat Kecamatan, jumlah formatur ditetapkan sebanyak 7 (tujuh) orang, dan 1 (satu)
perwakilan MUI Kabupaten/Kota yang ditugaskan sebagai pendamping. Adapun 7 (tujuh) terdiridari:
a) 2 (dua) orang unsur Pimpinan MUI Kecamatan demisioner (Ketua dan Sekretaris).
b) 1 (satu) orang unsur Dewan Pertimbangan.
c) 4 (empat) orang unsur pimpinan Pondok Pesantren dan/atau tokoh masyarakat yang dipilih
secara proporsional.
2. Komposisi Formatur terdiri dari :
a. Seorang Ketua merangkap anggota;
b. Seorang Sekretaris merangkap anggota; dan
c. Anggota-anggota.
3. Tugas Formatur
(1) Memilih Ketua Umum.
(2) Memilih Ketua Dewan Pertimbangan.
(3) Formatur bersama-sama Ketua Umum terpilih menyusun Pengurus Harian.
(4) Susunan lengkap Pengurus Harian Dewan Pimpinan Majelis Ulama diumumkan dalam Sidang
Pleno MUSDA
PASAL 9
RISALAH PERSIDANGAN
Untuk setiap persidangan harus dibuat risalah, yakni laporan jalannya sidang secara tertulis
sebagai keputusan sidang yang berisi :
PASAL 10
KETENTUAN PENUTUP
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Tata Tertib ini, akan diputuskan oleh MUSDA
sejauh tidak bertentangan dengan PD/PRT MUI.
2. Tata Tertib ini mulai berlaku sejak disahkan sampai dengan selesainya MUSDA.
Sidang Komisi-komisi, meliputi Sidang Komisi A, Sidang Komisi B, Komisi C, dan Komisi
D.
Untuk Komisi B yang membahas Program, meliputi: Program Bidang Dakwah, Ukhwah
Islamiyah, Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Pendidikan dan Kaderisasi,
Pemberdayaan Perekonomian Umat, Hukum dan Perundang-undangan, Kerukunan Antar
Umat Beragama, Pemberdayaan Perempuan, Remaja dan Keluarga, Pengkajian dan
Pengembangan, Komunikasi – informasi – Pemeliharaan Dokumen, Pembinaan Seni Budaya
Islam, Hubungan Luar Negeri.
Sedangkan Komisi C yang membahas soal Fatwa, meliputi: pembahasan soal Kriteria dan
Tata Cara Penentuan Awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah; Pendayagunaan harta zakat,
infaq, sedekah dan wakaf untuk pembangunan sarana air bersih dan sanitasi bagi masyarakat;
Pemaksaan Hubungan Suami-Istri.
Komisi D yang membahas Rekomendasi diantara meliputi: sekte ekstrim yang ada di setiap
agama dan kelompok radikal kiri, termasuk tragedy Tolikara. Selain itu, juga disingggung
suku Uighur di Xin Jiang, Rohingya di Myanmar, Thailand Selatan.
Kemudian juga direkomendasikan soal UU dan regulasi yang merugikan pemerintah dan
rakyat Indonesia, penguasaan tanah yang menjurus kepada ranah konflik SARA, membenahi
tata kelola niaga seperti sapi, penegakan hukum oleh Polri, Kejakgung, KPK, dan MA, serta
perdaran narkoba dan pemberdayaan ekonomi umat. (Desastian/Islampos)