Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER

Managament Keamanan Sistem


“Dosen Pengampu : Mirajul Rifqi.M.cs”

 Nama : RIANUL HIDAYAT


Nim : 1736053

Fakultas Ilmu Komputer


Program Study Sistem Informasi
Universitas Pasir Pengaraian
1. Mengapa Keamanan Komputer dibutuhkan….?
a) Melindungi system dari kerentanan, kerentanan akan menjadikan system kita
berpotensi untuk memberikan akses yang tidak diizinkan bagi orang lain yang tidak
berhak.
b) Mengurangi resiko ancaman, hal ini biasa berlaku di institusi danperusahaan
swasta. Ada beberapa macam penyusup yang dapat menyerang system yang kita
miliki.
c Melindungi system dari gangguan alam seperti petir dan lain-lainnya.
d)Menghindari resiko penyusupan, kita harus memastikan bahwa system tidak
dimasuki oleh penyusup yang dapat membaca, menulis dan menjalankan program-
program yang bisa mengganggu atau menghancurkan system kita.

2. Kriptografi merupakan ilmu yang berperan penting di dalam bidang keamanan


informasi. Kriptografi digunakan untuk menjaga keamanan pesan atau informasi,
baik informasi yang ditransmisikan melalui saluran komunikasi maupun informasi
disimpan di dalam media penyimpanan. Bahkan, kehidupan kita saat ini dilingkupi
oleh kriptografi; mulai dari transaksi di mesin ATM, transaksi di dalam perdagangan
elektronis (e-commerce), transaksi dengan kartu kredit, percakapan melalui telepon
genggam, mengakses internet, sampai mengaktifkan peluru kendali pun
menggunakan kriptografi. Begitu pentingnya kriptografi untuk keamanan informasi,
sehingga jika berbicara mengenai masalah keamanan yang berkaitan dengan
penggunaan komputer, maka orang tidak bisa memisahkannya dengan kriptografi.

3. Padaprinsipnya,Kriptografimemiliki4komponenutamayaitu:
Plaintext, yaitu pesan yangdapat dibaca
Ciphertext, yaitu pesan acak yangtidkadapat dibaca
Key, yaitukunciuntukmelakukanteknik kriptografi
Algorithm, yaitu metode untuk melakukan enkrispi dan dekripsi
Kemudian, proses yang akan dibahas dalam artikel ini meliputi 2 proses dasar pada
Kriptografi yaitu:
Enkripsi (Encryption)
Dekripsi (Decryption)
dengan key yangdigunakan sama untukkedua proses diatas. Penggunakankey
yang sama untuk kedua proses enkripsi dan dekripsi ini disebut juga dengan Secret
Key, Shared Key atau Symetric KeyCryptosystems.
Berikut adalah ilustrasi 4 komponen dan 2 proses yang digunakan dalam teknik
kriptografi.

Enkripsi
Enkripsi (Encryption) adalah sebuah proses menjadikan pesan yang dapat dibaca
(plaintext) menjadi pesan acak yang tidak dapat dibaca (ciphertext). Berikut adalah
contoh enkripsi yang digunakan oleh Julius Caesar, yaitu dengan mengganti
masing- masinghurufdengan3
hurufselanjutnya(disebutjugaAdditive/SubstitutionCipher):
Plaintext Ciphertext
rumah xasgn
motor suzux
kompor qusvux
dst…
Dekripsi
Dekripsi merupakan proses kebalikan dari enkripsi dimana proses ini
akanmengubah ciphertext menjadi plaintext dengan menggunakanalgortima
‘pembalik’ dan key yang sama. Contoh:
Ciphertext Plaintext
xasgn rumah
suzux motor
qusvux kompor
dst…

4. A. KRIPTANALIS

Kriptanalisis adalah ilmu dan seni untuk memecahkan cipherteks menjadi plainteks
tanpa mengetahui kunci yang diberikan. Jadi, kriptanalisis adalah kebalikan dari
kriptografi. Pelakunya disebut Kriptanalis. Kriptologi adalah studi mengenai kriptografi
dan kriptanalisis. Seorang kriptanalis mempelajari metode enkripsi dan cipherteks
dengan tujuan menemukan plainteksnya

Contoh:

Chipper text : PHHW PH DIWHU WKH WRJD SDUWB

Kunci chipper diurutkan dari 0,25,…1

B. METODE VIGENERE CHIPHER


C. METODE BEUFORD CHIPER

5. Menggunakan konsep asimetris key, bagaimana cara si A ketika


ingin mengirimkan pesan ke B ?

6.
7. Dunia telah memasuki era di mana konektivitas tak terbatas antara perorangan atau
sistem, akan tetapi juga meliputi seisi kota, bahkan negara. Termasuk di Indonesia, telah
banyak kota mengambil inisiatif menuju Smart City, kota maju yang menggunakan Teknologi
Informasi Komunikasi (TIK).

Pondasi Smart City adalah konektivitas. Internet of Things (IoT) sebagai salah satu buah
dari konektivitas, banyak dibahas sebagai salah satu dasar terciptanya Smart City. IoT
adalah sebuah jaringan dari berbagai obyek yang dilengkapi elektronik, perangkat lunak,
sensor, dan konektivitas internet, yang memungkinkan obyek itu mengumpulkan dan
bertukar data.

Dalam keterangannya, Cisco mendefinisikannya sebagai Internet of Everything (IoE),


jaringan koneksi antara manusia, proses, dan obyek. Sebagai perbandingan, IoT mengacu
pada jaringan koneksi dari obyek fisik, namun tak termasuk manusia dan proses.
Interkonektivitas dari IoE memungkinkan otomatisasi dalam memperluas area Smart City,
yang meliputi layanan pemerintah, transportasi, kesehatan, air dan limbah.

Berkembangnya teknologi seperti layanan cloud, IoT, dan penggunaan smartphone


membuat konektivitas luas ini membawa potensi ekonomi besar. Pada penelitian IoE Value
at Stake dari Cisco, diprediksi bahwa dengan mewujudkan konektivitas baru antara
masyarakat, proses, data, dan perangkat, lembaga pemerintah dapat hemat biaya,
meningkatkan produktivitas, menghasilkan pendapatan baru tanpa menaikkan pajak, selagi
mendatangkan keuntungan bagi masyarakat.

Cisco memperkirakan sektor publik global akan memiliki potensi senilai 4,6 triliun USD, dan
jika digabungkan dengan perkiraan Cisco terhadap sektor swasta senilai 14,4 triliun USD,
maka akan mencapai nilai sebesar 19 triliun USD di sepanjang tahun 2013 – 2022.

Dengan Indonesia memasuki era digitalisasi, potensi dan nilai ekonomi konektivitas dan IoE
mulai terlihat. Berdasar riset 2014 dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII), pengguna internet di Indonesia tumbuh 16,9 juta orang sejak tahun 2013. Secara
keseluruhan, jumlahnya mencapai 88,1 juta. Ini merupakan indikasi besarnya potensi
konektivitas untuk Indonesia, dan bagaimana konektivitas dapat jadi pondasi
pengembangan kota dan negara lebih cerdas.

Tantangan Keamanan pada Smart City

Menurut Cisco, keamanan merupakan persoalan di jaringan sistem manapun. Terlebih jika
sistem mencakup seluruh kota, ancaman keamanan perlu ditangani serius. Makin banyak
sistem terhubung akan menyebabkan makin kompleks pula penanganan. Beberapa bagian
infrastruktur Smart City biasanya ditangani lembaga berbeda, tanpa pengelolaan pusat yang
mampu menetapkan standar pengelolaan cybersecurity di seluruh organisasi.

Masalah lainnya adalah banyaknya perangkat yang terhubung ke jaringan atau sistem
Smart City, dari pompa air hingga lampu lalu lintas, yang pada mulanya tidak dirancang
untuk terhubung pada internet, sehingga tidak dibangun dengan pendekatan cybersecurity.
Ahli tata kota perlu mengutamakan kekhawatiran terhadap akses pada sistem-sistem
penting.

Anda mungkin juga menyukai