3. Padaprinsipnya,Kriptografimemiliki4komponenutamayaitu:
Plaintext, yaitu pesan yangdapat dibaca
Ciphertext, yaitu pesan acak yangtidkadapat dibaca
Key, yaitukunciuntukmelakukanteknik kriptografi
Algorithm, yaitu metode untuk melakukan enkrispi dan dekripsi
Kemudian, proses yang akan dibahas dalam artikel ini meliputi 2 proses dasar pada
Kriptografi yaitu:
Enkripsi (Encryption)
Dekripsi (Decryption)
dengan key yangdigunakan sama untukkedua proses diatas. Penggunakankey
yang sama untuk kedua proses enkripsi dan dekripsi ini disebut juga dengan Secret
Key, Shared Key atau Symetric KeyCryptosystems.
Berikut adalah ilustrasi 4 komponen dan 2 proses yang digunakan dalam teknik
kriptografi.
Enkripsi
Enkripsi (Encryption) adalah sebuah proses menjadikan pesan yang dapat dibaca
(plaintext) menjadi pesan acak yang tidak dapat dibaca (ciphertext). Berikut adalah
contoh enkripsi yang digunakan oleh Julius Caesar, yaitu dengan mengganti
masing- masinghurufdengan3
hurufselanjutnya(disebutjugaAdditive/SubstitutionCipher):
Plaintext Ciphertext
rumah xasgn
motor suzux
kompor qusvux
dst…
Dekripsi
Dekripsi merupakan proses kebalikan dari enkripsi dimana proses ini
akanmengubah ciphertext menjadi plaintext dengan menggunakanalgortima
‘pembalik’ dan key yang sama. Contoh:
Ciphertext Plaintext
xasgn rumah
suzux motor
qusvux kompor
dst…
4. A. KRIPTANALIS
Kriptanalisis adalah ilmu dan seni untuk memecahkan cipherteks menjadi plainteks
tanpa mengetahui kunci yang diberikan. Jadi, kriptanalisis adalah kebalikan dari
kriptografi. Pelakunya disebut Kriptanalis. Kriptologi adalah studi mengenai kriptografi
dan kriptanalisis. Seorang kriptanalis mempelajari metode enkripsi dan cipherteks
dengan tujuan menemukan plainteksnya
Contoh:
6.
7. Dunia telah memasuki era di mana konektivitas tak terbatas antara perorangan atau
sistem, akan tetapi juga meliputi seisi kota, bahkan negara. Termasuk di Indonesia, telah
banyak kota mengambil inisiatif menuju Smart City, kota maju yang menggunakan Teknologi
Informasi Komunikasi (TIK).
Pondasi Smart City adalah konektivitas. Internet of Things (IoT) sebagai salah satu buah
dari konektivitas, banyak dibahas sebagai salah satu dasar terciptanya Smart City. IoT
adalah sebuah jaringan dari berbagai obyek yang dilengkapi elektronik, perangkat lunak,
sensor, dan konektivitas internet, yang memungkinkan obyek itu mengumpulkan dan
bertukar data.
Cisco memperkirakan sektor publik global akan memiliki potensi senilai 4,6 triliun USD, dan
jika digabungkan dengan perkiraan Cisco terhadap sektor swasta senilai 14,4 triliun USD,
maka akan mencapai nilai sebesar 19 triliun USD di sepanjang tahun 2013 – 2022.
Dengan Indonesia memasuki era digitalisasi, potensi dan nilai ekonomi konektivitas dan IoE
mulai terlihat. Berdasar riset 2014 dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII), pengguna internet di Indonesia tumbuh 16,9 juta orang sejak tahun 2013. Secara
keseluruhan, jumlahnya mencapai 88,1 juta. Ini merupakan indikasi besarnya potensi
konektivitas untuk Indonesia, dan bagaimana konektivitas dapat jadi pondasi
pengembangan kota dan negara lebih cerdas.
Menurut Cisco, keamanan merupakan persoalan di jaringan sistem manapun. Terlebih jika
sistem mencakup seluruh kota, ancaman keamanan perlu ditangani serius. Makin banyak
sistem terhubung akan menyebabkan makin kompleks pula penanganan. Beberapa bagian
infrastruktur Smart City biasanya ditangani lembaga berbeda, tanpa pengelolaan pusat yang
mampu menetapkan standar pengelolaan cybersecurity di seluruh organisasi.
Masalah lainnya adalah banyaknya perangkat yang terhubung ke jaringan atau sistem
Smart City, dari pompa air hingga lampu lalu lintas, yang pada mulanya tidak dirancang
untuk terhubung pada internet, sehingga tidak dibangun dengan pendekatan cybersecurity.
Ahli tata kota perlu mengutamakan kekhawatiran terhadap akses pada sistem-sistem
penting.