Anda di halaman 1dari 41

TWK - Pilar Negara ( Pancasila )

Arti dan Pengertian Ideologi

1. Arti kata ideologi

ldeologi berasal dari kata idea dan logos. Idea artinya pemikiran, konsep atau gagasan. Logos artinya
pengetahuan.

2. Pengertian Ideologi

Secara sederhana ldeologi berarti pengetahuan tentang ide, keyakinan, atau gagasan. Secara luas
ldeologi adalah seperangkat prinsip-prinsip yang dijadikan dasar untuk memberikan arah dan tujuan
yang ingin dicapai dalam melangsungkan dan mengembangkan kehidupan nasional suatu bangsa dan
negara.

Dasar dan ideologi Negara Republik Indonesia

1. Pancasila sebagai dasar negara

Pancasila sebagai dasar negara tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.

2. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia

Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia dapat diartikan sebagai suatu konsep tentang sistem nilai
yang secara individu maupun kebersamaan dipandang sebagai prinsip hidup ideal yang dicita-citakan
dan diinginkan untuk diwujudkan dalam kehidupan masyarakat dan negara.

3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dipergunakan sebagai petunjuk atau pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara yang meliputi berbagai bidang kehidupan. Selain itu, Pancasila
juga memiliki nilai-nilai dan memberikan arah serta tujuan menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Nilai-nilai Pancasila

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara memiliki nilai-nilai sebagai berikut.

1. Nilai-nilai ketuhanan yang Maha Esa

Indonesia merupakan negara yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Negara melindungi warga negaranya untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

2. Nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab

Setiap warga negara mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban antara sesama manusia
sebagai asas kebersamaan bangsa Indonesia.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

3. Nilai-nilai persatuan Indonesia

Setiap warga negara mengutamakan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

4. Nilai-nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

Selalu mengutamakan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan suatu persoalan.


Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.

5. Nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Seluruh warga negara bersama-sama menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan


bermasyarakat.
Memupuk sikap saling menghormati dan bersikap adil antar-sesama manusia.

Perbandingan Ideologi

No. Komunisme Liberalisme Pancasila


1 HAM diabaikan HAM dijunjung secara mutlak HAM dilindungi tanpa melupakan kewajiban asa
2 Nasionalisme ditolak Nasionalisme diabaikan Nasionalisme dijunjung tinggi
Keputusan di tangan Keputusan melalui suara Keputusan melalui musyawarah mufakat. Apabil
3
pimpinan partai terbanyak (voting) tercapai mufakat maka diadakan pemungutan sua
4 Dominasi partai Dominasi mayoritas Tidak ada dominasi
5 Tidak ada oposisi Ada oposisi Ada oposisi dengan alasan (sebagai penyeimbang
Tidak ada perbedaan
6 Ada perbedaan pendapat Ada perbedaan pendapat, dan dihargai
pendapat
7 Kepentingan negara Kepentingan mayoritas Kepentingan seluruh rakyat

Sikap Positif terhadap Pancasila

Berikut adalah sikap positif terhadap Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan.

1. Sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan politik

Mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab.


Menjalankan pemerintahan secara jujur dan konsekuen.

2. Sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan ekonomi

Memanfaatkan sumber daya alam secara baik.


Menjalankan kegiatan perekonomian secara jujur.

3. Sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan lokal

Menghormati dan menghargai sesama manusia tanpa melihat asal usul, agama, ras, dan latar
belakang kehidupannya.
Bersikap adil dan tidak mengambil hak orang lain.
TWK - Pilar Negara ( Bhinneka Tunggal Ika )

A. Sejarah Penemuan Bhinneka Tunggal lka

Sesanti atau semboyan Bhinneka Tunggal lka diungkapkan pertama kali oleh Mpu Tantular, pujangga
agung kerajaan Majapahit yang hidup pada masa pemerintahan Raja Hayamwuruk pada abad XIV
(1350-1389).
Sesanti tersebut terdapat dalam karyanya, kakawin Sutasoma yang berbunyi "Bhinna ika tunggal ika,
tan hana dharma mangrwa" yang artinya, "Berbeda-beda, tak ada pengabdian yang mendua" Kutipan
tersebut berasal dari pupuh 139, bait 5, kekawin Sutasoma.

Semboyan yang kemudian dijadikan prinsip dalam kehidupan dalam pemerintahan kerajaan Majapahit itu
mengantisipasi adanya keanekaragaman agama yang dipeluk oleh rakyat Majapahit pada waktu itu.
Meskipun mereka berbeda agama, mereka tetap satu pengabdian.

Sasanti yang merupakan karya Mpu Tantular diharapkan dijadikan acuan bagi rakyat Majapahit dalam
berdharma, sedangkan oleh bangsa Indonesia dijadikan semboyan dan pegangan bangsa dalam membawa
diri dalam hidup berbangsa dan bernegara.

B. Landasan Hukum Bhinneka Tunggal lka

Pada 1951 semboyan Bhinneka Tunggal lka ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai semboyan
resmi Negara Republik Indonesia dengan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1951.
Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1951 menyatakan bahwa:
Sejak 17 Agustus 1950, Bhinneka Tunggal lka sebagai semboyan yang terdapat dalam Lambang
Negara Republik Indonesia, Garuda Pancasila. Kata bhinna ika kemudian dirangkai menjadi satu kata
bhinneka.
Pada perubahan UUD 1945 yang kedua, Bhinneka Tunggal lka dikukuhkan sebagai semboyan resmi
yang terdapat dalam lambang negara, dan tercantum dalam pasal 36A UUD 1945.

Seperti halnya Pancasila, istilah Bhinneka Tunggal lka juga tidak tertera dalam UUD 1945 (asli), namun
esensinya terdapat di dalamnya. Sebagai contoh:

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, terdiri atas
anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), ditambah dengan utusan-utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan.
Penjelasan UUD 1945 yang menyatakan:
Di daerah yang bersifat otonom, akan diadakan badan perwakilan daerah, oleh karena di daerah pun
pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan. Dalam teritori negara Indonesia terdapat
lebih kurang 250 zelfbesturende Jandschappen dan voksgemeenschappen. Daerah-daerah itu
mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.

Makna dari contoh di atas adalah dalam menyelenggarakan kehidupan kenegaraan perlu ditampung
keanekaragaman atau kemajemukan bangsa dalam satu wadah, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. Lambang Negara Indonesia

Dalam Konstitusi RIS dan UUDS 1950, Pasal 3 Ayat (3) menentukan perlunya ditetapkan lambang
negara oleh pemerintah.
Sebagai tindak lanjut dari pasal tersebut, terbit Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951 tentang
Lambang Negara.
Baru setelah diadakan amandemen UUD 1945, dalam pasal 36A menyebutkan bahwa lambang negara
ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal lka.
Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951, menyebutkan lambang negara terdiri atas tiga
bagian, yaitu

a. Burung Garuda yang menengok dengan kepala lurus ke sebelah kanannya.


b. Perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda.
c. Semboyan yang ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Di atas pita, tertulis dengan
huruf latin sebuah semboyan dalam bahasa Jawa Kuno yang berbunyi "Bhinneka Tunggal lka"

Bhinneka Tunggal lka tidak dapat dipisahkan dari Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan Dasar Negara
Pancasila. Hal ini sesuai dengan komponen yang terdapat dalam Lambang Negara Indonesia.

D. Konsep Dasar Bhinneka Tunggal lka

Bhinneka Tunggal lka merupakan semboyan yang merupakan kesepakatan bangsa yang ditetapkan dalam
UUD-nya. Oleh karena itu, untuk dapat dijadikan acuan secara tepat dalam hidup berbangsa dan bernegara,
makna Bhinneka Tunggal lka perlu dipahami secara tepat dan benar untuk selanjutnya dipahami cara untuk
mengimplementasikan secara tepat dan benar pula.

Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal lka di kehidupan bangsa Indonesia, perlu mengacu pada prinsip yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mengutamakan kepentingan bangsa, bukan kepentingan
individu. Berikut isi dalam Pembukaan UUD 1945:

a. Sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa.


b. Kemerdekaan yang dinyatakan oleh bangsa Indonesia supaya rakyat dapat berkehidupan kebangsaan
yang bebas.
c. Salah satu misi negara Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Salah satu dasar negara Indonesia adalah Persatuan Indonesia yang merupakan wawasan kebangsaan.
e. lngin diwujudkan dengan berdirinya negara Indonesia yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Dari isi dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut, jelas bahwa prinsip kebangsaan mewarnai kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia. lstilah individu atau konsep individualisme tidak terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan kata lain, Bhinneka Tunggal lka yang diterapkan di Indonesia tidak
berdasar pada individualisme dan liberalisme.

E. Prinsip Bhinneka Tunggal lka

Prinsip Bhinneka Tunggal lka, yaitu Asas yang mengakui adanya kemajemukan bangsa dilihat dari
segi agama, keyakinan, suku bangsa, adat budaya, keadaan daerah, dan ras.
Beberapa cara menyikapi kemajemukan di antaranya adalah:
Kemajemukan dihormati dan dihargai serta didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat
mengikat keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh.
Kemajemukan bukan dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi
kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa.
Kemajemukan diikat secara sinergi menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam
menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa.

F. Paham Bhinneka Tunggal lka


Paham Bhinneka Tunggal lka oleh Ir. Sujamto disebut sebagai paham Tantularisme, bukan paham
sinkretisme. Paham Bhinneka Tunggal lka dicoba untuk mengembangkan konsep baru dari unsur asli dengan
unsur dari luar.

Contoh:
Adat istiadat tetap diakui eksistensinya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan
kebangsaan.

G. Prinsip-Prinsip yang Terkandung dalam Bhinneka Tunggal lka

Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhineka Tunggal lka, yaitu:

1. Toleransi
Pembentukan kesatuan dari keanekaragaman (bukan pembentukan konsep baru dari keanekaragaman)
pada unsur atau komponen bangsa. Contoh: terdapat keanekaragaman agama dan kepercayaan.
Artinya:

Ketunggalan Bhinneka Tunggal lka tidak dimaksudkan untuk membentuk agama baru.
Setiap agama diakui seperti apa adanya, tetapi dicari common denominator dalam kehidupan
beragama di Indonesia.
Common denominator adalah prinsip-prinsip yang ditemui dari setiap agama yang memiliki
kesamaan.
Common denominator ini dipegang sebagai ketunggalan yang dipergunakan sebagai acuan
dalam hidup berbangsa dan bernegara.

2. Bhinneka Tunggal lka tidak bersifat sektarian dan eksklusif, melainkan bersifat inklusif

Bhinneka Tunggal lka tidak bersifat sektarian dan eksklusif


Artinya: Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak dibenarkan merasa dirinya yang
paling benar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan martabat pihak lain.
Kelemahan pandangan sektarian dan eksklusif (tertutup):
Menghambat terjadinya perkembangan dalam menghadapi arus globalisasi dan
keanekaragaman budaya bangsa.
Memicu terbentuknya keakuan yang berlebihan.
Cirinya: tidak atau kurang memperhitungkan pihak lain, memupuk kecurigaan,
kecemburuan, dan persaingan yang tidak sehat.
Cara menyikapi pandangan sektarian dan eksklusif:
Perlu adanya sifat terbuka yang terarah agar memungkinkan terbentuknya masyarakat
yang pluralistik secara koeksistensi, mamiliki sifat saling menghormati, tidak merasa
dirinya yang paling benar, dan tidak memaksakan kehendak pribadi kepada pihak lain.
Sehingga dapat berkembangnya menjadi masyarakat modern.
Bhinneka Tunggal lka bersifat inklusif.
Artinya: Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan bernegara tidak memaksakan
kehendaknya pada golongan minoritas.
Kelebihan:
Kelebihan dari Bhinneka Tunggal lka yang bersifat inklusif ada pada segala peraturan
perundang-undangan khususnya peraturan daerah dibuat agar mampu :
Mengakomodasi masyarakat yang pluralistik dan multikultural dengan tetap berpegang
teguh pada dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
Menghindari hal-hal yang memberi peluang terjadinya perpecahan bangsa.

3. Bhinneka Tunggal lka tidak bersifat formalitas yang hanya menunjukkan perilaku semu
Bhinneka Tunggal lka dilandasi oleh sikap saling mempercayai, saling menghormati, saling mencintai,
dan rukun. Hanya dengan cara demikian, keanekaragaman ini dapat dipersatukan.

4. Bhinneka Tunggal lka bersifat konvergen (tidak divergen)

Hal ini bermakna bahwa perbedaan yang terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk dibesar-besarkan,
melainkan dicari titik temu dalam bentuk kesepakatan bersama. Kesepakatan tersebut akan terwujud
jika dilandasi oleh sikap toleran, nonsektarian, inklusif, akomodatif, dan rukun.

5. Terbuka
6. Koeksistensi damai dan kebersamaan
7. Kesetaraan
8. Musyawarah disertai dengan penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda.

Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut, secara konsistensi akan terwujud masyarakat yang damai,
aman, tertib, dan teratur sehingga kesejahteraan dan keadilan akan terwujud.

H. Penerapan Bhinneka Tunggal lka dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea pertama disebutkan bahwa:


"Sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."

Awalnya, kemerdekaan atau kebebasan diberi makna bebas dari penjajahan negara asing, namun saat ini
memiliki makna yang lebih luas yaitu menyangkut harkat dan martabat manusia, serta hak asasi manusia,
karena di era globalisasi berkembang neoliberalisme dan neokapitalisme. Paham neoliberalisme dan
neokapitalisme menyebabkan penjajahan dalam bentuk baru, yaitu penjajahan dalam bidang ekonomi,
politik, sosial budaya, dan bidang kehidupan yang lain. Dengan begitu, kemerdekaan dimaknai sebagai
bebas dari berbagai eksploitasi manusia oleh manusia dalam segala dimensi kehidupan, baik dari luar
maupun dari dalam negeri.

Manusia memiliki kebebasan dalam berpikir, berkehendak, memilih, dan bebas dari segala macam ketakutan
yang merupakan aktualisasi dari konsep hak asasi manusia, yaitu menundukkan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya.

Sementara itu, penerapan Bhinneka Tunggal lka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus berdasar
pada Pancasila (dasar negara) yang telah ditetapkan oleh bangsa Indonesia. Dengan demikian, penerapan
Bhinneka Tunggal lka harusdijiwai oleh konsep religiositas, humanitas, nasionalitas, sovereinitas, dan
sosialitas. Hanya dengan ini maka Bhinneka Tunggal Ika akan teraktualisasi.
TWK - Pilar Negara ( Pembukaan UUD 1945 )

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan
selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia,
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawatan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
TWK - Pilar Negara ( 45 Butir Pengalaman Pancasila )

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA

(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing - masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda - beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuh an Yang
Maha Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan
pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing - masing.
(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda -
bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
(5) Mengembangkan sikap tidak semena - mena terhadap orang lain.
(6) Menjunjung tinggi nilai - nilai kemanusiaan.
(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
(8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3. PERSATUAN INDONESIA
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM


PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN

(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai - nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil - wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
(4) Menghormati hak orang lain.
(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha - usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal - hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
(9) Suka bekerja keras.
(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
TWK - Pilar Negara ( Perundang-undangan Nasional )

A. Tata Urutan Perundang-undangan Nasional

1. Undang-Undang Dasar 1945

UUD 1945 merupakan peraturan negara tertinggi dan sebagai hukum dasar tertulis yang memuat dasar
dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara.

2. Ketetapan MPR

Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang-sidang MPR. Terdapat dua
macam putusan MPR, yaitu sebagai berikut.

Ketetapan
Yaitu putusan MPR yang mengikat ke dalam dan ke luar majelis.
Keputusan
Yaitu putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja.

3. Undang-Undang (UU)

Undang-undang merupakan produk bersama antara DPR dan presiden untuk melaksanakan UUD 1945
dan Ketetapan MPR.

4. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu)

Perppu merupakan peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam hal kepentingan yang memaksa
(sumber: Pasal 22 UUD 1945).
Ketentuannya adalah:

Perppu harus diajukan ke DPR dalam persidangan berikut.


DPR dapat menerima atau menolak Perppu dengan tidak mengadakan perubahan.
Jika ditolak DPR, Perppu harus dicabut.

5. Peraturan Pemerintah (PP)

Peraturan pemerintah merupakan peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk melaksanakan UU.

6. Keputusan presiden (Keppres)

Keppres merupakan peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk menjalankan fungsi.

7. Peraturan daerah (Perda)

Perda merupakan peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah (Pemda) untuk melaksanakan aturan
hukum di atasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan.
Jenis-jenis Perda:

Perda provinsi
Perda provinsi dibuat oleh DPRD provinsi bersama dengan gubernur.
Perda Kabupaten/Kota
Perda Kabupaten/Kota dibuat oleh DPRD Kabupaten/Kota bersama dengan Bupati.
Peraturan desa atau yang setingkat
Peraturan desa atau yang setingkat dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa atau lembaga
yang setingkat.

B. Fungsi dan Kedudukan Peraturan Perundang-undangan

1. Fungsi peraturan perundang-undangan

Untuk memberikan kepastian hukum.


Untuk melindungi dan mengayomi hak-hak warga negara.
Untuk memberikan rasa keadilan.
Untuk menciptakan ketertiban dan ketenteraman.

2. Kedudukan peraturan perundang-undangan

Sebagai hukum bagi warga negara.


Menjamin hak-hak dan kewajiban warga negara.

C. Proses Pembuatan Peraturan Perundang-undangan Nasional

1. Asas penyusunan peraturan perundang-undangan

Asas hierarki
Artinya, suatu peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.
Undang-undang tidak dapat diganggu gugat
Artinya, hanya boleh diuji oleh lembaga yang berwenang (DPR dan MK).
Undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan undang-undang yang bersifat umum.
Peraturan perundang-undangan yang masih berlaku hanya dapat dicabut atau diubah oleh
peraturan yang sederajat atau lebih tinggi.
Undang-undang tidak berlaku surut
Artinya, peraturan tidak berlaku di waktu sebelum diundangkannya, kecuali dinyatakan secara
tegas dalam peraturan terse but.
Undang-undang yang baru mengesampingkan undang-undang yang lama.
Konsistensi
Artinya, tidak ada pasal-pasal yang bertentangan, baik dalam peraturan maupun atau dengan
peraturan lain.

2. Alur proses penyusunan peraturan perundang-undangan

Proses penyiapan Rancangan Undang-Undang (RUU)


RUU yang berasal dari presiden
RUU yang berasal dari presiden dipersiapkan oleh presiden dan diproses serta dibahas
oleh pembantunya dan staf ahli menjadi draf RUU untuk kemudian diajukan kepada DPR.
RUU yang berasal dari DPR RUU yang berasal dari DPR akan diproses oleh Panitia Ad
Hoc DPR yang selanjutnya dimasukkan dalam agenda pembahasan rapat DPR.
Proses pengajuan RUU
RUU diajukan oleh presiden kepada DPR dan oleh DPR itu sendiri.
DPR berwenang untuk mengubah, baik menambah maupun mengurangi RUU tersebut
sehingga menjadi Undang-Undang (UU).
Proses pembahasan RUU
RUU yang diajukan oleh presiden atau oleh DPR diproses melalui permusyawaratan dalam
masa persidangan DPR.
Proses penetapan RUU menjadi UU
RUU diproses untuk ditetapkan menjadi UU oleh DPR dalam forum rapat pleno DPR.
Pengesahan dan pemberlakuan UU
Setelah DPR menetapkan RUU menjadi UU, UU tersebut disahkan oleh presiden untuk
diundangkan oleh menteri sekretaris negara dalam lembaran negara tentang berlakunya UU
tersebut.

3. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan peraturan perundang-undangan

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Presiden

4. Kerangka peraturan perundang- undangan

Judul
Pada bagian ini berisi:
jenis,
nomor,
tahun perundangan, dan
nama peraturan perundang-undangan.
Pembukaan
Pada bagian ini berisi:
Kata-kata "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa':
jabatan pembentuk peraturan perundang-undangan,
konsideran, dasar hukum, dan
dictum.
Batang tubuh atau isi
Pada bagian ini terdiri atas:
bab,
pasal,
ayat,
ketentuan peralihan,
ketentuan penutup,
pengesahan, dan
pengundangan.
TWK - Bela Negara

BELA NEGARA

Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara
tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan
mempertahankan eksistensi negara tersebut.

Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam masalah pembelaan negara. Hal tersebut
merupakan wujud kecintaan seorang warga negara pada tanah air yang sudah memberikan kehidupan
padanya. Hal ini terjadi sejak seseorang lahir, tumbuh dewasa serta dalam upayanya mencari penghidupan.

Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari
pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai
upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral,
sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.

Dalam pelaksanaan pembelaan negara, seorang warga bisa melakukannya baik secara fisik maupun non
fisik. Pembelaan negara secara fisik diantaranya dengan cara perjuangan mengangkat senjata apabila ada
serangan dari negara asing terhadap kedaulatan bangsa.

Sementara, pembelaan negara secara non fisik diartikan sebagai semua usaha untuk menjaga bangsa serta
kedaulatan negara melalui proses peningkatan nasionalisme. Nasionalisme adalah rangkaian kecintaan dan
kesadaran dalam proses berkehidupan dalam negara dan bangsa, serta upaya untuk menumbuhkan rasa cinta
pada tanah air. Selain itu, pembelaan bisa dilakukan dengan cara menumbuhkan keaktifan dalam berperan
aktif untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara.

Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari konsep ini adalah tentara atau
perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan
tanpa sadar (wajib militer). Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) dan Singapura memberlakukan wajib
militer bagi warga yang memenuhi syarat (kecuali dengan dispensasi untuk alasan tertentu seperti gangguan
fisik, mental atau keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak
memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan krisis perekrutan selama masa
perang.

Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris, bela negara dilaksanakan
pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam sebulan. Mereka dapat melakukannya sebagai individu
atau sebagai anggota resimen, misalnya Tentara Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa kasus milisi bisa
merupakan bagian dari pasukan cadangan militer, seperti Amerika Serikat National Guard.

Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel, wajib untuk beberapa tahun
setelah seseorang menyelesaikan dinas nasional. Sebuah pasukan cadangan militer berbeda dari
pembentukan cadangan, kadang-kadang disebut sebagai cadangan militer, yang merupakan kelompok atau
unit personel militer tidak berkomitmen untuk pertempuran oleh komandan mereka sehingga mereka
tersedia untuk menangani situasi tak terduga, memperkuat pertahanan negara.

Pengertian Bela Negara di Indonesia


Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan syarat-syarat tentang
pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada
negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling
halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama
menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang
terbaik bagi bangsa dan Negara.
Di Indonesia proses pembelaan negara sudah diatur secara formal ke dalam Undang-undang. Diantaranya
sudah tersebutkan ke dalam Pancasila serta Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal 30. Didalam pasal
tersebut, dijelaskan bahwa membela bangsa merupakan kewajiban seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.

Dengan melaksanakan kewajiban bela bangsa tersebut, merupakan bukti dan proses bagi seluruh warga
negara untuk menunjukkan kesediaan mereka dalam berbakti pada nusa dan bangsa, serta kesadaran untuk
mengorbankan diri guna membela negara. Pemahaman bela negara itu sendiri demikian luas, mulai dari
pemahaman yang halus hingga keras.

Diantaranya dimulai dengan terbinanya hubungan baik antar sesama warga negara hingga proses kerjasama
untuk menghadapi ancaman dari pihak asing secara nyata. Hal ini merupakan sebuah bukti adanya rasa
nasionalisme yang diejawantahkan ke dalam sebuah sikap dan perilaku warga negara dalam posisinya
sebagai warga negara. Didalam konsep pembelaan negara, terdapat falsafah mengenai cara bersikap dan
bertindak yang terbaik untuk negara dan bangsa.

Unsur Dasar Bela Negara

Didalam proses pembelaan bangsa, ada beberapa hal yang menjadi unsur penting, diantaranya adalah :

Cinta Tanah Air Kesadaran Berbangsa & bernegara Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara Rela
berkorban untuk bangsa & Negara Memiliki kemampuan awal bela Negara

Contoh-Contoh Bela Negara :

Melestarikan budaya
Belajar dengan rajin bagi para pelajar
taat akan hukum dan aturan-aturan Negara
Dan lain-lain.
Dari unsur yang ada tersebut, bisa disebutkan mengenai beberapa hal yang menjadi contoh proses pembelaan
negara.
Beberapa contoh tersebut diantaranya adalah : Kesadaran untuk melestarikan kekayaan budaya, terutama
kebudayaan daerah yang beraneka ragam. Sehingga hal ini bisa mencegah adanya pengakuan dari negara
lain yang menyebutkan kekayaan daerah Indonesia sebagai hasil kebudayaan asli mereka. Untuk para
pelajar, bisa diwujudkan dengan sikap rajin belajar. Sehingga pada nantinya akan memunculkan sumber
daya manusia yang cerdas serta mampu menyaring berbagai macam informasi yang berasal dari pihak asing.
Dengan demikian, masyarakat tidak akan terpengaruh dengan adanya informasi yang menyesatkan dari
budaya asing. Adanya kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku. Hal ini sebagai perwujudan rasa
cinta tanah air dan bela bangsa. Karena dengan taat pada hukum yang berlaku akan menciptakan keamanan
dan ketentraman bagi lingkungan serta mewujudkan rasa keadilan di tengah masyarakat. Meninggalkan
korupsi. Korupsi merupakan penyakit bangsa karena merampas hak warga negara lain untuk mendapatkan
kesejahteraan. Dengan meninggalkan korupsi, kita akan membantu masyarakat dan bangsa dalam
meningkatkan kualitas kehidupan.

Dasar Hukum

Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :

Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional. Undang-Undang
No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang
Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988. Tap MPR No.VI
Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan
POLRI. Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3. Undang-Undang No.3 tahun 2002
tentang Pertahanan Negara.Undang-Undang No.56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih

Untuk mewujudkan kesadaran dan menyatukan konsep pembelaan negara di tengah masyarakat, salah
satunya dilakukan melalui penciptaan lagu Mars Bela Negara. Mars ini digubah oleh salah seorang musisi
Indonesia yang memiliki nasionalisme, yaitu Dharma Oratmangun.

Selain itu, dalam upaya menjaga kesadaran bela negara, dibuatlah sebuah momen untuk memperingatinya.
Hari yang sudah ditetapkan sebagai hari Bela Negara dipilih tanggal 19 Desember. Penetapan ini dimulai
tahun 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang dituangkan melalui Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006.

Fungsi dan Tujuan Bela Negara

Tujuan bela negara, diantaranya:

Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara


Melestarikan budayaMenjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Menjaga identitas dan integritas bangsa/ negara

Sedangkan fungsi bela negara, diantaranya:

Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman; Menjaga keutuhan wilayah negara; Merupakan
kewajiban setiap warga negara. Merupakan panggilan sejarah;
Manfaat Bela Negara
Berikut ini beberapa manfaat yang didapatkan dari bela negara:

Membentuk sikap disiplin waktu,aktivitas,dan pengaturan kegiatan lain.


Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan diri.
Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

Contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di berbagai lingkungan:

Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan keluarga)
Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga)
Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan sekolah)Kesadaran untuk menaati tata tertib
sekolah (lingkungan sekolah)
Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan masyarakat)
Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat)
Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara)
Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara)

Itulah penjelasan bela negara dengan fungsi dan tujuan mengapa bela negara dilakukan, semoga dengan
melakukan hal itu manfaat nya bisa dirasakan dan bisa menjadi salah satu bagian dalam menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita cintai ini.

sumber: www.wantannas.go.id
TWK - Bela Negara 2

Sebagai warga Negara Indonesia kita wajib untuk membela Negara kita tercinta ini dari setiap ancaman baik
dari dalam maupun luar negara. Meskipun bangsa indonesia sekarang telah merdeka, namun kita tetap
memiliki tugas untuk menjaga dan membelanya, salah satunya adalah dengan mengisi kemerdekaan
tersebut. Salah satu Warisan terbesar dari pendiri bangsa ini yang dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam
mengisi kemerdekaan adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar.

Pengertian Bela Negara

Bela Negara adalah tekad, perilaku dan sikap warga negara yang dilakukan secara menyeluruh, teratur dan
terpadu serta dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI , kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta
mempunyai keyakinan atas kesaktian Pancasila berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin
kelangsungan (eksistensi) hidup Bangsa dan Negara.

Bela Negara juga dapat diartikan sebagai suatu konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi sebuah negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu
negara dalam kepentingan menjaga dan mempertahankan keberlangsungan negara tersebut. Secara fisik, hal
ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang
mengancam eksistensi negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diterjemahkan sebagai upaya
untuk turut serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik lewat moral, sosial, pendidikan,
maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.

sedangkan Upaya Bela Negara adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap warna negara sebagai penuaian
hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan keselamatan negara.

Di Indonesia proses pembelaan negara sudah diatur secara formal ke dalam Undang-undang. Diantaranya
sudah tersebutkan ke dalam Pancasila serta Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal 30. Didalam pasal
tersebut, dijelaskan bahwa membela bangsa merupakan kewajiban seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
Untuk penjabaran lebih lengkap mengenai dasar hukum undang-undang tentang upaya bela negara adalah
sebagai berikut:

1. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. pada pasal ini usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata).
2. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa semua warga Negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara.

Hakikat Petahanan dan Keamanan


adalah perlawanan rakyat semesta untuk menghadapi setiap bentuk ancaman terhadap keselamatan bangsa
dan negara, yang penyelenggaraannya disusun dalam sistem pertahanan keamanan rakyat semesta dan
didasarkan pada kesadaran akan tanggung jawab tentang hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan
akan kekuatan sendiri, keyakinan akan kemenangan dan tidak kenal menyerah, baik penyerahan diri maupun
penyerahan wilayah.

Unsur Dasar Bela Negara

Didalam proses pembelaan bangsa, ada beberapa hal yang menjadi unsur penting, diantaranya adalah:

1. Cinta Tanah Air


2. Rela berkorban untuk bangsa & Negara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara
4. Kesadaran Berbangsa & bernegara
5. Memiliki kemampuan awal bela Negara

Fungsi dan Tujuan Bela Negara

Terdapat beragam Fungsi bela negara, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menjaga keutuhan wilayah negara.


2. Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman.
3. Merupakan panggilan sejarah.
4. Merupakan kewajiban setiap warga negara.

Terdapat beragam Tujuan bela negara, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara.


2. Menjaga identitas dan integritas bangsa/ negara.
3. Melaksanakan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
4. Melestarikan budaya.
5. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Manfaat Bela Negara

Berikut ini berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari bela negara:

1. Membentuk perilaku jujur, adil, tegas, tepat, dan kepedulian antar sesama.
2. Menghilangkan sikap negatif seperti tidak disiplin, egois, malas, boros dan apatis.
3. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
4. Berbakti pada agama, orang tua dan bangsa.
5. Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
6. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
7. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan diri.
8. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
9. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
10. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas dan pengaturan kegiatan lain.
Contoh Bela Negara dalam Kehidupan Sehari-hari

Contoh beberapa bentuk bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di berbagai
lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara)


2. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara)
3. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat)
4. Melestarikan budaya yang ada (lingkungan masyarakat)
5. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan masyarakat)
6. Kesadaran untuk menaati tata tertib sekolah (lingkungan sekolah)
7. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan sekolah)
8. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga)
9. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan keluarga)

Dasar Hukum Bela Negara

Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara adalah sebagai berikut:

1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.
2. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
3. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
6. Undang-Undang No.56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih
7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
8. Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.

Dalam upaya menjaga kesadaran bela negara, dibuatlah sebuah momen untuk memperingatinya. Hari yang
sudah ditetapkan sebagai hari Bela Negara dipilih tanggal 19 Desember. Penetapan ini dimulai tahun 2006
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang dituangkan melalui Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 28 Tahun 2006.

Selain itu, Untuk mewujudkan kesadaran dan menyatukan konsep bela negara di tengah masyarakat, salah
satunya dilakukan melalui penciptaan lagu Mars Bela Negara. Mars ini digubah oleh salah seorang musisi
Indonesia yang mempunyai nasionalisme, yaitu Dharma Oratmangun.
TWK - Integritas Nasional 1

Pengertian Integritas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integritas diartikan sebagai keadaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan kewibawaan. Berdasarkan
pengertian tersebut, ada dua kalimat yang dapat dijadikan kunci untuk memahami tentang Integritas, yaitu:

1. Integritas adalah keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh.

Bila kita cermati kalimat ini, maka kita akan mengetahui bahwa integritas tercipta dari dua unsur atau lebih
yang membentuk suatu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur tersebut bisa berupa apa saja tergantung dari kata
integritas dilekatkan.

Bila kata integritas dilekatkan dengan konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, maka unsur-unsur
tersebut bisa berupa masyarakat dari dua suku atau lebih yang berbeda yang membentuk suatu kesatuan utuh
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Integritas di Indonesia

Setelah kita mengetahui pengertian tentang Integritas, maka kita akan hubungkan integritas tersebut dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia, Integritas dapat menyatukan keanekaragaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.

Suku-suku yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: suku Sunda, suku Batak, suku Madura,
suku Bugis, suku Betawi, suku Baduy, suku asmat, Suku dani, Suku Ambon, suku Minangkabau, dan lain-
lain.

Agama yang tersebar di Indonesia, yaitu: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Kong
Hu Chu. Ras yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: ras Melayu Mongoloid, ras Weddoid, ras
Negroid, ras Papua Melanezoid

Budaya yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: tari daerah, lagu daerah dan bahasa daerah.
Bahasa yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Betawi,
bahasa Madura, bahasa Batak, bahasa Melayu, dan lain-lain.

Keanekaragaman unsur-unsur yang terdapat di wilayah Indonesia harus disatukan dalam suatu bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan semboyan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tapi satu tujuan)
sehingga tercipta Integritas (kesatuan yang utuh) yang dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa
sesuai dengan Pancasila.
TWK - Integritas Nasional 1

Pengertian Integritas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integritas diartikan sebagai keadaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan kewibawaan. Berdasarkan
pengertian tersebut, ada dua kalimat yang dapat dijadikan kunci untuk memahami tentang Integritas, yaitu:

1. Integritas adalah keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh.

Bila kita cermati kalimat ini, maka kita akan mengetahui bahwa integritas tercipta dari dua unsur atau lebih
yang membentuk suatu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur tersebut bisa berupa apa saja tergantung dari kata
integritas dilekatkan.

Bila kata integritas dilekatkan dengan konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, maka unsur-unsur
tersebut bisa berupa masyarakat dari dua suku atau lebih yang berbeda yang membentuk suatu kesatuan utuh
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Integritas di Indonesia

Setelah kita mengetahui pengertian tentang Integritas, maka kita akan hubungkan integritas tersebut dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia, Integritas dapat menyatukan keanekaragaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.

Suku-suku yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: suku Sunda, suku Batak, suku Madura,
suku Bugis, suku Betawi, suku Baduy, suku asmat, Suku dani, Suku Ambon, suku Minangkabau, dan lain-
lain.

Agama yang tersebar di Indonesia, yaitu: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Kong
Hu Chu. Ras yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: ras Melayu Mongoloid, ras Weddoid, ras
Negroid, ras Papua Melanezoid

Budaya yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: tari daerah, lagu daerah dan bahasa daerah.
Bahasa yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Betawi,
bahasa Madura, bahasa Batak, bahasa Melayu, dan lain-lain.

Keanekaragaman unsur-unsur yang terdapat di wilayah Indonesia harus disatukan dalam suatu bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan semboyan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tapi satu tujuan)
sehingga tercipta Integritas (kesatuan yang utuh) yang dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa
sesuai dengan Pancasila.
TWK - Integritas Nasional 2

INTEGRITAS

Integritas yaitu konsistensi atau keteguhan yang tidak bisa tergoyahkan dalam menjunjung nilai-nilai
keyakinan dan prinsip.
Pengertian lain dari integritas adalah konsep yang menunjukkan konsistensi atau keteguhan perbuatan
dengan nilai-nilai dan prinsip.

Pada etika integritas bisa diartikan sebagai kebenaran dan kejujuran perbuatan yang dilakukan seseorang.
Fungsi dari integritas antara lain yaitu:

• Cognitive functions of integrity


Yang mencakup kecerdasan moral dan self insight. Sedangkan self insight itu sendiri mencakup self
knowledge dan self reflection. Artinya, integritas fungsinya memelihara moral dan akhlak seseosran yang
selanjutnya mendorong dia untuk mempunyai pengetahuan yang luas.

• Affective functions of integrity


Yang mencakup conscience dan self regard. Dalam konteks ini integritas fungsinya memelihara nurani
seseorang supaya tetap hanif sebagai seorang hamba agar jelas perbedaan diantara dirinya dengan hewan.
Seba secara biologis manusian dan hewan, samasama memiliki hepar “hati”, tetapi hewan tidak mempunyai
qalb, sesuatu yang ada di diri setiap manusia.

Tujuan dari integritas adalah sebagai berikut:


• Integritas adalah salah satu kunci untuk meraih keberhasilan atau kesuksesan
• Integritas menjadikan manusia bisa memimpin dan dipimpin
• Integritas membuat lahirnya kepercayaan
• Integritas bisa melahirkan prestasi

Manfaat Integritas

• Manfaat Secara Fisik


Diri kita akan merasa fit, sehat dan bugar. Kita setiap saat merasa siap melaksanaan kegiatan atau pekerjaan
sehari-hari

• Manfaat Secara Intelektual


Dengan mental dan pengetahuan kita bisa memaksimalkan kemampuan otak kita
• Manfaat Secara Emosional
Diri menjadi lebih penuh motivasi, sadar diri, empati, simpati, solidaritas tinggi, dan penuh kehangatan
emosional dalam interaksi kerja

• Manfaat Secara Spiritual


Membuat diri seseorang menjadi lebih bijaksana dalam menilai segala sesuatu termasuk pengalaman-
pengalaman hidup, baik yang menyenangkan atau yang tidak membuat senang seperti keberhasilan,
kegagalan, dan penderitaan.

• Manfaat Secara Sosial


Kita akan mampu membuat berkembang suatu hubungan baik satu sama lainya dalam lingkungan
masyarakat, bisa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan yang menuntut kekompakan dan
kerja sama yang baik, mempunyai kepekaan hati dan perasaan untuk selalu memberi tempat untuk orang lain
di dalam hati kita.

Ciri-ciri seseorang yang memiliki integritas adalah sebagai berikut:


• Apabila berjanji selalu menepati
• Tidak plin plan dan taat asa
• Memiliki komitmen yang teguh dan bertanggung jawab
• Satu kata satu perbuatan
• Jujur dan terbuka
• Menghargai waktu
• Menjaga prinsip dan nilai-nilai yang telah diyakini
• Dan lain sebagainya
TWK - Nasionalisme 1

Pengertian Nasionalisme

Untuk memahami tentang hal, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengetahui
terlebih dahulu pengertian dari hal yang akan kita pelajari. Adapun dalam hal ini, hal yang akan
kita pelajari berkaitan dengan Nasionalisme. Apa yang dimaksud dengan Nasionalisme?

Secara etimologi asal kata Nasionalisme berasal dari kata latin natio yang berarti kelahiran, dan
suku. dalam perkembanganya kemudian dikembangkan menjadi nation (bahasa Inggris, Jerman,
dan Belanda) yang artinya adalah bangsa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Nasionalisme diartikan sebagai paham (ajaran)
untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua kalimat
yang dapat dijadikan kunci untuk memahami tentang Nasionalisme, yaitu :

1. Nasionalisme adalah sebuah paham atau ajaran.

2. Nasionalisme mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa dan negaranya sendiri.

Dalam pengertian antropologis dan sosiologis, Bangsa adalah suatu persekutuan hidup yang
berdiri sendiri dan masing-masing anggota persekutuan hidup merasa satu kesatuan ras, bahasa,
agama, sejarah dan adat-istiadat. Sedangkan dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam
suatu daerah yang sama, dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu
kekuasaan tertinggi keluar dan kedalam.

Nasionalisme di Indonesia

Setelah kita mengetahui bahwa Nasionalisme merupakan sebuah paham, maka paham tersebut
harus dianalisis apakah cocok diterapkan di Indonesia atau tidak ? Bila dilihat dari isinya, maka
Nasionalisme adalah sebuah paham yang cocok untuk diterapkan di Indonesia. Alasannya,
paham Nasionalisme ini sangat mendukung sila ke 3 Pancasila yaitu, Persatuan Indonesia dan
butir-butir pengamalannya yang terdiri dari :

1. mampu menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan;

2. sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan;

3. mengembangkan rasa cinta kepada tanah air Indonesia;

4. mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia;

5. memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan
sosial;

6. mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika;


7. memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa;

Berdasarkan uraian tersebut, maka kita bisa membuat pengertian Nasionalisme lebih terperinci
menjadi sebuah paham yang mengajarkan seseorang untuk mampu menempatkan kepentingan
bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan, sanggup rela berkorban, memiliki
rasa cinta tanah air dan kebanggaan menjadi suatu bangsa tertentu dengan tetap memelihara
ketertiban dunia demi mengembangkan dan memajukan persatuan dan kesatuan bangsa.

Menanamkan Nasionalisme di Indonesia

Nasionalisme adalah sebuah paham yang cocok diterapkan di Indonesia. Oleh sebab itu, perlu
adanya upaya untuk menanamkan Nasionalisme dalam hati dan pikiran semua bangsa Indonesia
yang dapat dilakukan melalui :

1. Memasukkan Nasionalisme dalam pelajaran di sekolah maupun perkuliahan;


2. Menayangkan acara televisi yang dapat meningkatkan semangat Nasionalisme;
3. Mendorong pelaku usaha melalui pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan kualitas
produk dalam negeri sehingga masyarakat Indonesia tertarik membeli, menggunakan dan bangga
menggunakan produk dalam negeri tersebut;
4. Memberikan teladan kepada masyarakat melalui kepemimpinan pejabat pemerintah yang
memiliki semangat Nasionalisme;

Dengan menanamkan Nasionalisme dalam hati dan pikiran semua bangsa Indonesia, maka
diharapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki persatuan dan kesatuan bangsa
yang kuat, memiliki pemikiran-pemikiran cerdas dan unggul untuk memajukan Indonesia.

Nasionalisme Ekstrem
Nasionalisme adalah sebuah paham yang bersifat positif dan sesuai dengan Pancasila. Namun,
apabila dalam pelaksanaannya tidak memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban
maka akan lahir Nasionalisme Ekstrem, yaitu :

1. Chauvinisme
Chauvinisme adalah sebuah paham yang mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa dan
negaranya sendiri dengan cara mengagungkan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa lain.
Berdasarkan pengertian tersebut, Chauvinisme memiliki persamaan dengan Nasionalisme yaitu
sama-sama mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa dan negaranya sendiri.

Namun, terdapat perbedaan yang besar antara Chauvinisme dan Nasionalisme yaitu dalam
tindakan, ucapan atau sikap yang ditunjukkan dalam mencintai bangsa dan negaranya tersebut.
Orang yang menganut paham Chauvinisme akan berusaha mencintai dan memajukan bangsa
dan negaranya walaupun dengan cara menindas bangsa dan negara lain serta terlalu berlebihan
merasa bangga dengan bangsa dan negaranya sehingga menganggap bangsa dan negara lain
lebih rendah martabatnya.

2. Fasisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Fasisme adalah paham golongan nasionalis
esktrem yang menganjurkan pemerintahan otoriter. Berdasarkan pengertian tersebut, artinya
fasisme memiliki keterkaitan dengan Nasionalisme. Keterkaitan antara Fasisme dan Nasionalisme
yaitu sama-sama sebagai paham yang dilandasi rasa cinta terhadap bangsa dan negaranya
sendiri.

Namun, terdapat perbedaan besar antara Fasisme dan Nasionalisme yaitu dalam
mengungkapkan rasa cintanya, orang yang menganut Fasisme menggunakan paksaan agar
masyarakat mencintai bangsa dan negaranya sedangkan Nasionalisme menumbuhkan kesadaran
masyarakat untuk mencintai bangsa dan negaranya.

Paksaan yang dilakukan oleh orang yang menganut Fasisme diwujudkan melalui kepemimpinan
seseorang yang bersifat otoriter dan absolut. Kekuasaan harus dipegang oleh satu orang
(pemusatan kekuasaan) serta segala perintah yang dikeluarkan harus dipatuhi oleh semua
masyarakat tanpa terkecuali.

Apabila ada masyarakat yang tidak mematuhi peraturan, maka ia akan dianggap sebagai musuh
sehingga dalam Fasisme identitas harus seragam (harus sama mengikuti perintah) dan musuh
negara itu tidak hanya berasal dari luar akan tetapi dari dalam (masyarakat itu sendiri bisa
dianggap sebagai musuh).
TWK - Patriotisme Dan Nasionalisme

Bangsa Indonesia merupakan negara yang memiliki sejarah yang panjang. Mulai dari zaman kerajaan,
penjajahan sampai ke zaman kemerdekaan. Tentunya tak mudah untuk mencapai kemerdekaan, Perjuangan
yang kuatlah yang dapat membawa bangsa indonesia mewujudkan cita citanya. Peran serta seluruh rakyat
Indonesia tak lepas dalam perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan. Karena Sifat Nasionalisme dan
Patriotisme Rakyat merupakan kunci penting untuk memperoleh kemerdekaan dan mempersatukan seluruh
elemen bangsa Indonesia.

Pengertian Patriotisme

Patriotisme berasal dari kata "Patriot" dan "isme" dalam bahasa Indonesia yang berarti jiwa kepahlawanan
atau sifat kepahlawanan. serta kata "Patriotism" dalam bahasa Inggris yang berarti sikap pantang menyerah,
gagah berani, dan rela berkorban demi bangsanya. Patriotisme merupakan sikap yang bersumber dari
perasaan cinta tanah air, sehingga menimbulkan rasa rela berkorban untuk bangsanya.

Terdapat dua bentuk Patriotisme:

Constructive Patriotisme (Patriotisme Konstruktif) keterikatan kepada bangsa atau negara dengan tetap
menjunjung tinggi toleran terhadap kritikan, sehingga bisa membawa perubahan positif bagi kesejahteraan
bersama.

Blind Patriotism (Patriotisme Buta) keterikatan kepada bangsa atau negara tanpa memperdulikan toleran
terhadap kritik, seperti dalam ungkapan: "benar atau salah, apapun yang dilakukan bangsa harus didukung
sepenuhnya". sehingga hal tersebut bisa membawa peperangan dan kehancuran dunia.

Perwujudan sikap patriotisme dapat dilaksanakan pada:

Masa Damai (Pasca kemerdekaan) Sikap patriotisme pada masa damai dapat diwujudkan salah satunya
dengan cara: memajukan pendidikan, menegakkan hukum dan kebenaran, memberantas kemiskinan dan
kebodohan, memelihara persaudaraan maupun persatuan,

Masa Perang (Darurat) Sikap patriotism pada masa perang (darurat) dapat diwujudkan dengan cara: ikut
berperang secara fisik melawan penjajah, petugas logistik, menjadi petugas dapur umum, menolong tentara
(TNI) yang terluka, dsb.

Pengertian Nasionalisme

Nasionalisme bersumber dari kata "nasional" dan "isme" yaitu paham kebangsaan yang memiliki arti:
semangat dan kesadaran cinta tanah air, memelihara kehormatan bangsa, mempunyai kebanggaan sebagai
penduduk bangsa, mempunyai rasa solidaritas kepada musibah dan kekurang terhadap saudara sebangsa dan
senegaranya.
Menurut Encyclopedia Britania

Nasionalisme merupakan keadaan jiwa setiap ndividu yang merasa bahwa setiap orang memiliki kesetiaan
dalam keduniaan (sekuler) tertinggi kepada negara kebangsaan

Menurut International Encyclopedia of the Social Sciences

Nasionalisme adalah suatu ikatan politik yang mengikat kesatuan masyarakat modern dan memberi
keabsahan terhadap klaim (tuntutan) kekuasaan.

Sedangkan Menurut Ensiklopedi Bahasa Indonesia: Nasionalisme merupakan sikap sosial dan politik dari
sekelompok bangsa yang memiliki kesamaan bahasa, wilayah, kebudayaan serta kesamaan tujuan dan cita-
cita dengan meletakkan kesetiaan yang tinggi terhadap kelompok negaranya.

Bentuk-Bentuk Nasionalisme

Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil)

adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya,
“kehendak rakyat”; “perwakilan politik ”.

Nasionalisme etnis

adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis
sebuah masyarakat.

Nasionalisme romantik

(juga disebut nasionalisme organik ,nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana
negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi (“organik”) hasil dari bangsa atau ras; menurut
semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang
menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik.

Nasionalisme Budaya

adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan
bukannya “sifat keturunan” seperti warna kulit, ras dan sebagainya.
Nasionalisme Kewarganegaraan

selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih
keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik
dengan prinsip masyarakat demokrasi.

Nasionalisme agama

ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun
begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.

Terdapat Dua macam nasionalisme:

Nasionalisme dalam arti luas

Paham kebangsaan yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu terhadap bangsa dan tanah airn nya dengan
memandang bangsanya itu merupakan bagian dari bangsa lain di dunia. Nasionalisme arti luas mengandung
prinsip-prinsip: kebersamaan, persatuan, kesatuan, dan demokrasi.

Nasionalisme dalam arti sempit

Merupakan Paham kebangsaan yang sangat berlebihan (over) dengan menganggap bangsanya sendiri lebih
hebat dari bangsa lain. Paham ini biasa disebut dengan istilah "Chauvinisme". Istilah tersebut pernah dianut
di Jerman (pada masa Adolf Hitler), Jepang (pada masa Tenno Haika), Italia (pada masa Bennito Mussolini).

Contoh bentuk nasionalisme:

Nasionalisme kewarganegaraan merupakan sejenis nasionalisme dimana negara mendapat kebenaran


politik dari penyertaan (partisipasi) aktif rakyatnya

Nasionalisme agama adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari
persamaan agama. Misalnya, di India Nasionalisme bersumber seperti yang diamalkan oleh pengikut partai
BJP bersumber dari agama Hindu. sedang di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan
agama mereka yaitu Katolik.

Nasionalisme etnis merupakan sejenis nasionalisme dmana negara mendapat kebenaran politik dari etnis
atau budaya asal sebuah masyarakat.

Nasionalisme kenegaraan adalah variasi nasionalisme kewarganegaraan, yang selalu digabungkan dengan
nasionalisme etnis.

Nasionalisme Budaya merupakan sejenis nasionalisme dimana negara mendapat kebenaran politik dari
budaya bersama dan tdak bersifat turun tmurun seperti ras, bahasa atau warna kulit.
Nasionalisme romantik (biasah disebut nasionalisme identitas atau nasionalisme organik) merupakan
nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik sebagai suatu yang alamiah yang merupakan
ekspresi dari sebuah ras atau bangsa.

Penerapan Nasionalisme dan Patriotisme dalam Kehidupan Berbangsa

Nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme dapat diterapkan dalam berbagai lingkungan kehidupan yang
cakupannya meliputi negara dan bangsa. Bentuk paling menonjol dari penerapan nilai-nilai tersebut adalah
berani berkorban untuk memajukan masyarakat, bangsa maupun negara.

Agar dapat menerapkan nilai patriotisme dan nasionalisme, seseorang harus mengutamakan kepentingan
bersama diatas kepentingan pribadi. Melihat begitu pentingnya patriotisme dan nasionalisme dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak mengherankan jika kedua hal tersebut perlu ditanamkan pada
seluruh komponen bangsa.

Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menanamkan jiwa patriotisme dan nasionalisme kepada
semua elemen Bangsa (Indonesia):

Memelihara semangat, disiplin, tekad, dan meningkatkan partisipasi aktif dalam


pelaksanaan pembangunan.
Meningkatkan disiplin nasional dan tanggung jawab sosial dalam rangka menumbuhkan sikap mental
kesetiakawanan sosial, tepa selira, tenggang rasa, dan rasa tanggung jawab.
Melakukan pendidikan politik dalam rangka meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai
warga negara yang memiliki tanggung jawab.

Selain ketiga cara diatas, penerapan prinsip patriotisme dan nasionalisme dapat dilakukan dengan cara
Pewarisan dan Keteladanan.

Cara Pewarisan

Cara pewarisan dilakukan dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang dapat menumbuh kembangkan
jiwa patriotisme dan nasionalisme pada generasi muda. Kegiatan tersebut seperti mengenal perjuangan
tokoh-tokoh pahlawan, mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti museum, dan tapak tilas perjuangan
bangsa.

Sikap nasionalisme dan patriotisme hanya didapat pada orang yang meletakkan nasionalisme dan patriotisme
sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Sikap tersebut perlu ditanamkan sejak dini. dan dapat diwujudkan
di berbagai lingkungan, baik di sekolahan, lingkungan keluarga, masyarakat maupun berbangsa dan
bernegara.

Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan keluarga:

mendengarkan nasihat orang tua.


membantu orang tua.
menghormati dan menghargai orang tua.
menjaga nama baik keluarga.
Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan sekolah:

menghormati guru;
mengikuti upacara bendera dengan baik;
menjaga keamanan lingkungan kelas.
melaksanakan tata tertib sekolah;

Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan masyarakat, berbangsa, dan bernegara:

menghargai lagu kebangsaan;


bangga memiliki kebudayaan nasional;
menghormati bendera kenegaraan;
mencintai produksi dalam negeri;
berani membela kebenaran dan keadilan.
menjaga dan melestarikan benda-benda bersejarah;
menghormati jasa para pahlawan;

Cara Keteladanan

Dalam hal ini generasi sebelumnya memberikan keteladanan (contoh) sikap hidup yang mencerminkan
patriotisme dan nasionalisme. Keteladanan dapat diberikan di berbagai aspek lingkungan, seperti
masyarakat, sekolah dan keluarga.

Keteladanan di lingkungan keluarga biasanya diberikan oleh ibu, ayah, atau anak yang lebih tua. Contoh
keteladanan di lingkungan keluarga:

seorang kakak yang memberi teladan / contoh yang baik dalam hal kegiatan keagamaan.

Keteladanan di lingkungan sekolah biasanya diberikan oleh Senior kelas (Kakak Kelas), guru maupun
kepala sekolah. Contoh keteladanan di lingkungan.

Turut serta secara aktif pada gerakan pramuka.

Keteladanan di lingkungan masyarakat biasanya diberikan oleh tokoh masyarakat. Contoh keteladanan di
lingkungan masyarakat.

Turut serta secara aktif pada gerakan Karang Taruna.


TWK - Sejarah Pembentukan Pancasila Sebagai Ideologi Dan Dasar Negara

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca
berarti lima dan ??la berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Lima sendi utama (Sila)
penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke 4 Preambule (Pembukaan)
UUD1 945.

Pancasila sebagai Sejarah - Sejarah pembentukan pancasila erat kaitannya dengan Perjuangan bersenjata
bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda dan jepang.

Penjajahan Belanda usai pada 8 Maret 1942, Sejak itu Indonesia diduduki oleh Jepang. Namun Jepang tidak
lama melakukan pendudukan di Indonesia. Karena Sejak tahun 1944, tentara Jepang mulai kesulitan dalam
menghadapi tentara Sekutu.

Untuk mendapat simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu,
Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada rakyat indonesia. Janji ini diucapkan pada tanggal 7
September 1944 oleh Perdana Menteri Kaiso.

Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji
kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan
dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura)

Dalam maklumat tersebut juga dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas BPUPKI adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul
untuk selanjutnya diberikan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan
Indonesia.

Keanggotaan BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama BPUPKI
pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai
calon dasar negara untuk bangsa Indonesia setelah merdeka nanti. Pada sidang pertama Ir. Soekarno dan
Muhammad Yamin mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka.

Muhammad Yamin (29 Mei 1945)

Muhammad Yamin memberikan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selain itu Muhammad Yamin juga memberikan usul secara tertulis yang juga terdiri dari lima hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Bung Karno (1 Juni 1945)

Pada Tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno (Ir. Soekarno) di depan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengusulkan calon dasar negara yang terdiri dari lima asas, oleh bung
karno kelima asas tersebut diberi nama Pancasila, inilah awal terbentuknya dasar negara Pancasila, yang
kemudian pada tanggal tersebut dikenang sebagai hari lahirnya Pancasila. 1 Juni menjadi tanggal yang
sangat penting, karena di situlah Pancasila telah lahir, dan inilah hari lahir dasar negara Indonesia. berikut
kelima asas yang diusulkan Bung Karno sebagai calon dasar negara:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal tersebut oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Kemudian Bung Karno mengemukakan bahwa
kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan

Berikutnya tiga hal tersebut menurutnya juga bisa diperas lagi menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.

Selesai sidang 1 BPUPKI, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk
sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul yang masuk dan memeriksanya serta
melaporkan dalam sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara
tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri dari 8
orang, yaitu:

Mr. Muh. Yamin


Ir. Soekarno
K.H. Wachid Hasjim
Ki Bagus Hadikusumo
M. Sutardjo Kartohadikusumo
R. Otto Iskandar Dinata
Mr. A.A. Maramis
Drs. Muh. Hatta
Kemudian Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota
BPUPKI yang berada (berasal) di Jakarta. Hasil yang dapat dicapai antara lain adalah dibentuknya sebuah
Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul / Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:

Mr. Muh. Yamin


Ir. Soekarno
Mr. A.A. Maramis
Drs. Muh. Hatta
K.H. Wachid Hasyim
Mr. Ahmad Subardjo
Abikusno Tjokrosujoso
Abdul Kahar Muzakkir
H. Agus Salim

Panitia Kecil yang beranggotakan 9 orang ini pada tanggal tersebut juga melanjutkan sidang dan berhasil
merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam
Jakarta”.

Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-14 juli 1945, Agenda sidang BPUPKI kali ini membahas tentang
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang
Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, serta pendidengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang
kedua ini, anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu
antara lain adalah: Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno Tjokrosoejoso), Panitia
Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno) dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai
oleh Drs. Mohammad Hatta).

Kemudian Pada tanggal 7 Agustus dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang
menggantikan BPUPKI. Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan
sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh para pemimpin bangsa
Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari
setelah proklamasi kemerdekaan PPKI menggelar sidang, dengan acara utama memilih Presiden dan Wakil
Presiden dan mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya).

Untuk pengesahan Pembukaan (Preambul), terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan
Preambul (pembukaan), Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945
sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang
menemuinya.

Inti dari pertemuan tersebut adalah, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat
preambul, di belakang kata "ketuhanan" yang berbunyi "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya" dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri
dari Indonesia yang baru saja diproklamasikan, hal tersebut karena mayoritas penduduk di indonesia bagian
timur beragama non-muslim.
Usul kemudian disampaikan oleh Muh. Hatta pada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota
tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada KH. Wakhid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo dan Teuku Muh. Hasan.
Muh. Hatta kemudian berusaha meyakinkan tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.

Setelah dilakukan Musyarah dan Mufakat serta Oleh karena pendekatan yang intens dan demi persatuan dan
kesatuan, akhirnya dihapuslah kata "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya" di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan "Yang Maha Esa".
TWK - Pilar Negara ( Undang-Undang Dasar 1945 )

A. Hakikat Konstitusi

Pengertian Konstitusi

Dalam arti sempit

Konstitusi adalah hukum dasar yang memuat aturan pokok atau aturan-aturan dasar negara.

Dalam arti luas

Konstitusi adalah keseluruhan sistem aturan yang menetapkan dan mengatur kehidupan kenegaraan
melalui sistem pemerintahan negara dan tata hubungan secara timbal balik antarlembaga negara dan
antara negara dengan warga negara.

B. Macam-Macam Konstitusi

Macam-macam konstitusi sebagai berikut.

1. Konstitusi tertulis disebut Undang-Undang Dasar.


2. Konstitusi tidak tertulis disebut konvensi.

C. Sifat Konstitusi

Sifat konstitusi berdasarkan jumlah pasalnya sebagai berikut.

Fleksibel (luwes)

Artinya, pasal-pasal dalam konstitusi jumlahnya sedikit sehingga mudah diubah dan disesuaikan
dengan perkembangan zaman.

Rigid (kaku)

Artinya, pasal-pasal dalam konstitusi jumlahnya banyak dan sulit diubah-ubah.

D. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia

Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)

UUD 1945 atau UUD Proklamasi, berlaku pada 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949.
UUD 1945 ditetapkan dan disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945.
Pada saat ditetapkan, sistematika UUD 1945 terdiri dari:
Pembukaan
Ada empat alinea.
Batang tubuh, terdiri dari:
ada 16 bab,
37 pasal,
4 ayat aturan peralihan, dan
2 ayat aturan tambahan.
Penjelasan, terdiri dari:
penjelasan umum, dan
penjelasan khusus (pasal demi pasal).
Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945.
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945.
Sistem pemerintahan adalah kabinet presidensial. Presiden sebagai kepala negara sekaligus
sebagai kepala pemerintahan. Dalam menjalankan tugasnya, presiden dibantu oleh wakil
presiden dan para menteri.

2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 (UUD RIS 1949) berlaku pada 27 Desember
1949 - 17 Agustus 1950.
Sistematika UUD RIS 1949 terdiri dari sebagai berikut.
Mukadimah
Terdiri dari empat alinea.
Batang tubuh, terdiri dari:
6 bab, dan
197 pasal.
Bentuk negara Indonesia adalah serikat atau federasi.
Bentuk pemerintah Indonesia adalah republik, berdasarkan Pasal 1 Ayat (2) Konstitusi RIS.
Sistem pemerintahan adalah kabinet parlementer. Presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri
sebagai kepala pemerintahan.

3. Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950)

UUDS 1950 berlaku pada 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959.


Sistematika UUDS 1950 terdiri dari:
Mukadimah, terdiri dari empat alinea.
Bab I : Negara Republik Indonesia
Bab II : Alat-alat kelengkapan negara
Bab III : Tugas alat-alat kelengkapan negara
Bab IV : Pemerintahan dan daerah-daerah swapraja
Bab V : Konstituante
Bab VI : Perubahan, ketentuan-ketentuan peralihan, dan ketentuan-ketentuan penutup
Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) UUDS 1950.
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) dan Mukadimah
alinea IV UUDS 1950.
Sistem pemerintahan adalah kabinet parlementer dengan demokrasi liberal yang masih bersifat
semu. Berdasarkan sistem ini, DPR dapat membubarkan kabinet, sedangkan presiden memiliki
kedudukan yang kuat dan dapat membubarkan DPR.

4. UUD 1945 hasil Dekret Presiden

UUD 1945 hasil Dekret Presiden disebut juga UUD 1945 periode kedua, berlaku pada 5 Juli
1959-2000.
Gagalnya Badan Konstituante dalam menetapkan rancangan Undang-Undang Dasar berdampak
pada keadaan politik yang tidak stabil sehingga pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekret Presiden. Salah satu isi dekret tersebut memberlakukan kembali UUD
1945.
Ketentuan mengenai bentuk negara, bentuk pemerintahan, pembagian kekuasaan, dan sistem
pemerintahan sama seperti yang tercantum dalam UUD 1945.
5. UUD 1945 hasil amandemen

UUD 1945 hasil amandemen berlaku dari tahun 2000 sampai sekarang.
Sistematika UUD 1945
Amandemen terdiri dari:
Pembukaan, ada empat alinea.
Batang tubuh, terdiri dari:
37 pasal, dan
16 bab.
Beberapa perubahan mendasar dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, antara lain:
Kedudukan yang sejajar dan proporsional antara Presiden dan DPR.
Masa jabatan presiden diatur dengan tegas, yaitu maksimal dapat dipilih untuk dua kali
masa jabatan.
Dilaksanakannya otonomi daerah.
Penyelenggaraan pemilu oleh lembaga nonpemerintahan yang netral dan mandiri.

E. Hakikat Konstitusi

Berikut adalah berbagai penyimpangan terhadap konstitusi yang pernah terjadi di Indonesia.

1. UUD 1945 hasil amandemen

Kekuasaan presiden tidak terbatas


Masa awal proklamasi dianggap sebagai masa peralihan sehingga pada masa ini, kekuasaan
presiden sangat luas. Selain menjalankan kekuasaan eksekutif, presiden juga menjalankan
kekuasaan MPR dan DPR.
Di samping presiden, hanya ada wakil presiden dan KNIP sebagai pembantu presiden.
Pergantian sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer menjadikan para menteri
diangkat dan bertanggung jawab kepada parlemen/DPR.

2. Penyimpangan terhadap UUD RIS 1949

Penyimpangan bentuk negara Bentuk negara serikat bertentangan dengan konsep Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pergantian UUD 1945 menjadi UUD RIS.
Pemerintahan parlementer tidak sesuai dengan semangat UUD 1945.

3. Penyimpangan terhadap UUDS 1950

Persaingan tidak sehat


Dengan ditetapkannya demokrasi liberal, ditafsirkan sebagai kebebasan mutlak bagi setiap
individu dan partai politik sehingga timbulnya persaingan tidak sehat yang mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa.
lnstabilitas nasional
Terjadinya instabilitas nasional akibat dari sering berganti-gantinya kabinet sehingga program-
program yang disusun sebelumnya tidak berjalan.

4. Penyimpangan terhadap UUD 1945 periode 1959-1965 (Orde Lama)

Presiden membubarkan DPR Presiden membubarkan DPR karena tidak menyetujui RAPBN yang
disusulkan pemerintah.
Penetapan pidato presiden yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita/Manifesto Politik
Republik Indonesia (Manipol) menjadi GBHN yang bersifat tetap oleh MPRS.
Pengangkatan presiden seumur hidup
Pengangkatan presiden seumur hidup melalui Tap MPR No.Ill/ MPRS/1963.
Rangkap jabatan
Pimpinan lembaga tinggi dan tertinggi negara diangkat sebagai menteri negara.
Kekuasaan presiden tidak terbatas
Kekuasaan presiden melebihi wewenang yang ditetapkan dalam UUD 1945.
Tidak berjalannya hak bujet DPR karena pemerintah tidak mengajukan rancangan undang-undang
APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.

5. Penyimpangan terhadap UUD 1945 periode 1965 (Orde Baru)


Berikut adalah penyimpangan terhadap UUD 1945 periode 1965, yaitu pada masa orde baru sampai
munculnya Gerakan Reformasi 1998.

Sistem demokrasi yang dijalankan bersifat feodalisme.


Pembatasan aspirasi
Kebebasan berbicara terutama yang berkaitan dengan arah kebijakan pemerintah dibungkam.
Ekonomi kerakyatan tidak berjalan
Ekonomi kerakyatan berubah menjadi ekonomi kapitalisme, monopoli oleh negara berubah
menjadi monopoli oleh keluarga.
Supremasi hukum tidak berjalan Supremasi hukum berubah menjadi supremasi kekuasaan
presiden.
Lembaga legislatif tidak berjalan Lembaga legislatif tidak mewakili rakyat bahkan tidak
inspiratif karena hasil rekayasa politik.
Bermunculnya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

F. Amandemen UUD 1945

Amandemen adalah penambahan atau perubahan pada sebuah konstitusi yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari naskah aslinya.

1. Kesepakatan dasar dalam mengamandemen UUD 1945

Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945.


Tetap mempertahankan bentuk nyata Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tetap mempertahankan sistem presidensial.
Penjelasan UUD 1945 yang bersifat normatif dimasukkan ke dalam pasal-pasal.
Perubahan dilakukan secara "addendum"

2. Tujuan amandemen UUD 1945

Memenuhi tuntutan-tuntutan reformasi.


Untuk merevisi ulang UUD 1945.
Agar isi UUD 1945 lebih jelas setelah diamandemen.

3. Perbaikan dan perubahan (amandemen UUD 1945) yang dimaksud adalah:

Adanya pembatasan-pembatasan atas kekuasaan Presiden di Indonesia.


Memperkuat dan menegaskan kembali peran kekuasaan legislatif di Indonesia.
Mencantumkan Hak Asasi Manusia Indonesia.
Menegaskan kembali hak dan kewajiban negara ataupun warga negara.
Otonomi daerah dan hak-hak rakyat di daerah.
Perbaruan lembaga-lembaga negara sehingga tidak ada lagi istilah lembaga tertinggi negara dan
lembaga tinggi negara.
4. Tahap-tahap amandemen UUD 1945
1. Tahap pertama

Diputuskan dalam Sidang MPR pada 19 Oktober 1999.


Menyangkut 5 persoalan pokok:
Perubahan tentang lembaga pemegang kekuasaan membuat undang-undang.
Perubahan masa jabatan presiden.
Perubahan tentang hak prerogatif presiden.
Perubahan tentang fungsi menteri.
Perubahan redaksional.
9 pasal yang diamandemen adalah: Pasal 5,7,9, 13, 14, 15, 17, 20, dan 21.

2. Tahap kedua

Diputuskan dalam Sidang MPR pada 18 Agustus 2000.


Menyangkut 9 persoalan pengaturan mengenai:
Wilayah negara.
Hak-hak asasi manusia.
DPR.
Pemerintahan Daerah.
Pertahanan dan keamanan.
Lambang negara.
Lagu kebangsaan.
5 bab dan 25 pasal yang diamandemen adalah:
Bab IXA, X, XA, XII, dan XV.
Pasal 18, 18A, 18B, 19, 20, 20A, 22A, 22B, 25E, 26, 27, 28A, 28B, 28C, 28D, 28E, 28F,
28G, 28H, 281, 28J, 30, 36B, 36C, dan 36A.

3. Tahap ketiga

Diputuskan dalam Sidang MPR pada 9 November 2001.


Berkenaan dengan 16 persoalan pokok, meliputi:
Kedaulatan rakyat.
Tugas MPR.
Syarat-syarat Presiden dan Wakil Presiden.
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung.
Pemberhentian Presiden.
Presiden berhalangan tetap.
Kekosongan Wakil Presiden.
Perjanjian internasional.
Kementerian negara.
Pemilihan umum.
APBN, pajak, dan keuangan negara.
Komisi Yudisial.
Mahkamah Konstitusi.
3 bab dan 22 pasal yang diamandemen adalah:
Bab VIIA, VIIB, dan VIIIA.
Pasal 1, 3, 6, 6A, 7A, 78, 7C, 8, 11, 17, 22C, 22D, 22E, 23, 23A, 23C, 23E, 23F,
23G, 24, 24A, 24B, dan 24C.

4. Tahap keempat

Diputuskan dalam Sidang MPR pada 10 Agustus 2002.


Berkenaan dengan 12 persoalan sebagai berikut.
Komposisi keanggotaan MPR.
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat menjalankan kewajiban dalam masa
jabatan secara bersamaan.
Dewan Pertimbangan yang bertugas memberi nasihat Presiden.
Mata uang.
Bank sentral.
Badan-badan lain dalam kekuasaan kehakiman.
Pendidikan.
Kebudayaan.
2 bab dan 13 pasal yang diamandemen adalah:
Bab XIII, dan XIV.
Pasal 2, 6A, 8, 11, 16, 23B, 23O, 24, 31, 32, 33, 34, dan 37.

Rangkuman setelah 4 kali amandemen UUD 1945

1. Sebanyak 25 butir tidak diubah.


2. 46 butir diubah atau ditambah dengan ketentuan lainnya.
3. Secara keseluruhan, saat ini berjumlah 199 butir ketentuan, 174 ketentuan baru.

Anda mungkin juga menyukai