Anda di halaman 1dari 2

PATOFISIOLOGI EPISTAKSIS

Oleh :
dr. Audiza Luthffia
Share To Social Media:
  
Patofisiologi epistaksis adalah robekan pada lapisan mukosa dan pembuluh darah
yang memvaskularisasi area hidung. Epistaxis diklasifikasikan menjadi
epistaksis anterior dan posterior berdasarkan lokasi anatomis dari sumber
perdarahan. Identifikasi sumber perdarahan pada epistaksis sangat penting, karena
akan berpengaruh terhadap pemilihan tata laksana.[1]

Epistaxis Anterior
Sebanyak 90-95% kasus merupakan epistaksis anterior. Perdarahan pada
epistaksis anterior umumnya berasal dari pleksus Kiesselbach, disebut juga
sebagai Little area, yang terletak di bagian anterior septum hidung.[2,3]
Pleksus Kiesselbach merupakan sebuah anyaman pembuluh darah yang terdiri dari
cabang terminal beberapa pembuluh darah yang memvaskularisasi rongga hidung,
yaitu arteri etmoidalis anterior, arteri sfenopalatina, arteri palatina mayor, dan
arteri labialis superior.[1,4]

Oleh karena terletak di sekitar pintu masuk rongga hidung, anastomosis pembuluh
darah ini sangat rentan terhadap paparan suhu dan kelembapan ekstrem, serta
sangat berpotensi mengalami trauma. Selain itu, area ini juga memiliki lapisan
mukosa yang sangat tipis.[4]

Epistaxis Posterior
Epistaksis posterior berasal dari pembuluh darah pada area posterior rongga
hidung. Beberapa pembuluh darah tersebut merupakan cabang dari arteri
maksilaris interna, arteri sfenopalatina, arteri palatina descendens, dan arteri
ethmoidalis posterior.[1]

Hanya 5-10% dari seluruh kasus saja yang termasuk dalam epistaksis posterior [3].
Epistaksis posterior umumnya terjadi pada individu dengan komorbid atau faktor
predisposisi tertentu. Hipertensi, tumor, gangguan vaskular atau pembekuan darah,
dan penggunaan obat-obatan yang memengaruhi proses koagulasi merupakan
beberapa contoh kondisi yang berperan dalam terjadinya epistaxis posterior.[4]

Anda mungkin juga menyukai