Anda di halaman 1dari 2

ETIOLOGI EPISTAKSIS

Oleh :
dr. Audiza Luthffia
Share To Social Media:
  
Etiologi epistaksis dapat dikelompokkan menjadi lokal dan sistemik. Faktor
lingkungan dan penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat mencetuskan
terjadinya epistaksis.[1-4] Sebagian besar kasus epistaksis terjadi secara spontan
dan sulit untuk menentukan etiologi yang spesifik. Meskipun cukup jarang terjadi,
adanya neoplasma dan malformasi vaskular tetap perlu dipikirkan pada setiap
kasus epistaksis .[2,4]

Faktor Lokal
Epistaksis merupakan manifestasi dari perubahan pada kondisi fisiologis mukosa
hidung dan pembuluh darahnya. Trauma, inflamasi, kelainan struktural dan
neoplasma merupakan faktor lokal yang menyebabkan epistaksis.[1-4]

Manipulasi hidung dengan jari, mengorek atau mengupil secara berulang


merupakan trauma minor yang paling sering menyebabkan epistaksis, terutama
pada populasi anak dan balita. Jenis trauma lain yang menyebabkan
epistaksis, antara lain benda asing pada hidung dan benturan pada hidung atau
wajah. Trauma juga dapat bersifat iatrogenik akibat penggunaan jangka panjang
dari nasal kanul, pemasangan pipa nasogastrik, serta tindakan invasif seperti
pembedahan.[1,3,4]
Penyakit sinusitis kronis, rhinitis alergi, penyakit granulomatosa, serta infeksi virus
maupun bakteri dapat menyebabkan terjadinya epistaksis. Kelainan lokal lain yang
menyebabkan epistaxis adalah deviasi septum, perforasi septum tumor atau
neoplasma, dan malformasi vaskular.[1,3]
Faktor Sistemik
Penyebab sistemik dari epistaxis umumnya merupakan proses patologi yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan darah dan gangguan sistem koagulasi.
Beberapa studi menunjukkan bahwa hipertensi berhubungan dengan kejadian
epistaksis. Namun, hubungan sebab akibat antara hipertensi dan epistaksis masih
perlu dikaji lebih jauh.[2,5,6]
Sepertiga pasien dengan epistaksis berulang diketahui memiliki gangguan
koagulasi. Diantaranya adalah defisiensi faktor-faktor koagulasi (vitamin A, D, E,
K), hemofilia, penyakit Von Willebrand, telangiektasia hemoragik
herediter, leukemia, dan disfungsi platelet lainnya. Gangguan fungsi liver (sirosis
hepatis) dan intoksikasi alkohol juga dapat menyebabkan epistaksis. [2]
Faktor Risiko Lain
Faktor risiko lain yang turut berpengaruh dalam terjadinya epistaksis adalah:

Penggunaan Obat-Obatan Tertentu

Penggunaan obat-obatan yang memengaruhi fungsi platelet atau proses koagulasi


meningkatkan risiko terjadinya epistaksis. Obat-obatan tersebut yaitu, golongan
obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti diklofenak; antiplatelet,
seperti aspirin; dan antikoagulan, seperti warfarin. Penggunaan obat dekongestan,
seperti efedrin dan steroid intranasal juga dapat meningkatkan risiko epistaksis.
[1,2]
Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang meliputi tingkat kelembapan, suhu, serta kontak dengan
zat iritan atau alergen juga dapat berkaitan dengan insidensinya. Kejadian
epistaksis dilaporkan meningkat pada kondisi lingkungan yang kering dan saat
musim dingin. Hal tersebut dikarenakan mukosa hidung yang kering lebih rentan
terhadap trauma.[4]

Anda mungkin juga menyukai