Anda di halaman 1dari 20

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI


NOMOR PER - 1 /BC/2012

TENTANG

TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN PEMBETULAN


SURAT PENETAPAN TAGIHAN ATAS KEKURANGAN PEMBAYARAN BEA
MASUK DAN/ATAU SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, YANG
DISEBABKAN OLEH KESALAHAN TULIS, KESALAHAN HITUNG, KEKELIRUAN,
KEKHILAFAN, DAN/ATAU BUKAN KARENA KESALAHAN ORANG

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 6 Peraturan Menteri


Keuangan Nomor 143/PMK.04/2007 tentang Tata Cara Pengajuan
Permohonan Pembetulan Surat Penetapan Tagihan Atas Kekurangan
Pembayaran Bea Masuk Dan/Atau Sanksi Administrasi Berupa Denda
Yang Disebabkan Oleh Kesalahan Tulis, Kesalahan Hitung, Kekeliruan,
Kekhilafan, Dan/Atau Bukan Karena Kesalahan Orang, perlu
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal tentang Tata Cara Pengajuan
Dan Penyelesaian Permohonan Pembetulan Surat Penetapan Tagihan
Atas Kekurangan Pembayaran Bea Masuk Dan/Atau Sanksi
Administrasi Berupa Denda Yang Disebabkan Oleh Kesalahan Tulis,
Kesalahan Hitung, Kekeliruan, Kekhilafan, Dan/Atau Bukan Karena
Kesalahan Orang;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 93 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4661);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.04/2007 tentang
Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembetulan Surat Penetapan
Tagihan Atas Kekurangan Pembayaran Bea Masuk Dan/Atau
Sanksi Administrasi Berupa Denda Yang Disebabkan Oleh
Kesalahan Tulis, Kesalahan Hitung, Kekeliruan, Kekhilafan,
Dan/Atau Bukan Karena Kesalahan Orang;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL TENTANG TATA CARA


PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMOHONAN PEMBETULAN
SURAT PENETAPAN TAGIHAN ATAS KEKURANGAN
PEMBAYARAN BEA MASUK DAN/ATAU SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA DENDA, YANG DISEBABKAN OLEH KESALAHAN TULIS,
KESALAHAN HITUNG, KEKELIRUAN, KEKHILAFAN,
DAN/ATAU BUKAN KARENA KESALAHAN ORANG
-2-

Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini, yang dimaksud dengan:
1. Undang-Undang Kepabeanan adalah Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1995 Tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006.
2. Surat penetapan tagihan adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat
bea dan cukai yang berfungsi sebagai penetapan, pemberitahuan
dan penagihan yang mewajibkan orang untuk membayar
kekurangan pembayaran bea masuk dan/atau sanksi administrasi
berupa denda, yang dituangkan dalam bentuk Surat Penetapan
Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPTNP), Surat Penetapan Pabean
(SPP), atau Surat Penetapan Sanksi Administrasi (SPSA).
3. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
4. Direktur Audit adalah Direktur Audit pada Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
5. Kantor Wilayah adalah kantor wilayah pada Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
6. Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai yang selanjutnya disingkat
KPUBC adalah kantor pelayanan utama Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
7. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai yang selanjutnya
disingkat dengan KPPBC adalah kantor pengawasan dan pelayanan
pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
8. Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
9. Pemohon adalah Orang yang berhak mengajukan permohonan
pembetulan atau kuasanya.
10. Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan
tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan.

Pasal 2
Direktur Jenderal atas permohonan dari Pemohon dapat melakukan
pembetulan berupa:
a. menambah, mengurangi atau menghapus tagihan dalam surat
penetapan tagihan yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan
tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan
ketentuan Undang-Undang Kepabeanan yang tidak menimbulkan
perbedaan pendapat (dispute) antara pejabat bea dan cukai dengan
orang; atau
b. mengurangi atau menghapus sanksi administrasi berupa denda
dalam hal sanksi tersebut dikenakan pada orang yang dikenai sanksi
karena kekhilafan atau bukan karena kesalahannya.

Pasal 3
(1) Kesalahan tulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a antara
lain kesalahan yang dapat berupa nama, alamat, Nomor Pokok Wajib
Pajak, nomor surat penetapan tagihan, tanggal surat penetapan
tagihan, dan/atau tanggal jatuh tempo.
-3-

(2) Kesalahan hitung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a


antara lain kesalahan yang berasal dari penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan/atau pembagian suatu bilangan.
(3) Kekeliruan dalam penerapan ketentuan Undang-Undang
Kepabeanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a antara
lain kekeliruan dalam penerapan pembebanan dalam penetapan
tarif, dan/atau kekeliruan penerapan sanksi administrasi.
(4) Kekhilafan atau bukan karena kesalahannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf b yaitu orang yang dikenai sanksi ternyata
hanya melakukan kekhilafan bukan kesalahan yang disengaja atau
kesalahan dimaksud terjadi akibat perbuatan orang lain yang tidak
mempunyai hubungan usaha dengannya serta tanpa sepengetahuan
dan persetujuannya.

Pasal 4
(1) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2
diajukan secara tertulis kepada:
a. Direktur Jenderal u.p. Direktur Audit melalui Kepala KPUBC
atau Kepala KPPBC dalam hal surat penetapan tagihan
diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai pada Direktorat Audit;
b. Direktur Jenderal u.p. Kepala Kantor Wilayah melalui Kepala
KPUBC atau Kepala KPPBC dalam hal surat penetapan tagihan
diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai pada Kantor Wilayah;
c. Direktur Jenderal u.p. Kepala KPUBC dalam hal surat penetapan
tagihan diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai pada KPUBC;
atau
d. Direktur Jenderal u.p. Kepala KPPBC dalam hal surat penetapan
tagihan diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai pada KPPBC.
(2) Permohonan pembetulan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilampiri dengan:
a. fotokopi SPTNP, SPP, atau SPSA;
b. surat kuasa, apabila diajukan oleh orang yang diberi kuasa; dan
c. bukti dan/atau data pendukung yang diperlukan.
(3) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diterima dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak
tanggal surat penetapan tagihan.
(4) Permohonan pembetulan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menggunakan contoh format sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Jenderal ini.

Pasal 5
(1) Pemohon menyerahkan permohonan pembetulan secara tertulis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) kepada Pejabat Bea
dan Cukai di KPUBC atau KPPBC.
-4-

(2) Pejabat Bea dan Cukai di KPUBC atau KPPBC yang menerima
permohonan pembetulan memberikan tanda terima kepada
Pemohon sesuai contoh format sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 6
(1) Kepala KPUBC atau Kepala KPPBC, dalam jangka waktu paling
lambat dua hari kerja setelah tanggal tanda terima permohonan
pembetulan, meneruskan permohonan pembetulan kepada:
a. Direktur Jenderal u.p Direktur Audit, dalam hal penetapan
dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai pada Direktorat Audit;
atau
b. Direktur Jenderal u.p Kepala Kantor Wilayah, dalam hal
penetapan dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai pada Kantor
Wilayah.
(2) Kepala KPUBC atau Kepala KPPBC atas nama Direktur Jenderal
memutuskan untuk menolak dan tidak meneruskan permohonan
pembetulan dalam hal:
a. tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (2);
b. tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (3);
c. diajukan bukan atas surat penetapan tagihan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 2;
(3) Penerusan permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menggunakan surat sesuai contoh format sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 7
(1) Direktur Audit, Kepala Kantor Wilayah, Kepala KPUBC, atau Kepala
KPPBC, atas nama Direktur Jenderal memutuskan permohonan
pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dalam
jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal tanda
terima permohonan pembetulan.
(2) Keputusan atas permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berupa mengabulkan atau menolak yang
dituangkan dalam bentuk surat persetujuan atau surat penolakan
dengan menyebutkan alasannya.
(3) Dalam hal surat persetujuan pembetulan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) menambah atau mengurangi sebagian tagihan, Pejabat
Bea dan Cukai yang menerbitkan surat penetapan tagihan
membatalkan surat penetapan tagihan dan menerbitkan surat
penetapan baru sesuai dengan surat persetujuan.
(4) Dalam hal surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menghapus seluruh tagihan, Pejabat Bea dan Cukai tersebut
membatalkan surat penetapan tagihan.
-5-

(5) Bentuk surat persetujuan pembetulan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) menggunakan surat sesuai contoh format sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
(6) Bentuk surat penolakan pembetulan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) menggunakan surat sesuai contoh format sebagaimana
ditetapkan dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

Pasal 8
Terhadap permohonan pembetulan yang telah diterima sebelum
berlakunya Peraturan Direktur Jenderal ini, persetujuan atau
penolakannya tetap dilaksanakan oleh Direktur Jenderal.

Pasal 9
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Januari 2012
DIREKTUR JENDERAL,

ttd.

AGUNG KUSWANDONO
NIP 196703291991031001
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR
PER- 1 /BC/2012
TENTANG
TATACARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN
PERMOHONAN PEMBETULAN SURAT PENETAPAN
TAGIHAN ATAS KEKURANGAN PEMBAYARAN BEA MASUK
DAN/ATAU SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, YANG
DISEBABKAN OLEH KESALAHAN TULIS, KESALAHAN
HITUNG, KEKELIRUAN, KEKHILAFAN, DAN/ATAU BUKAN
KARENA KESALAHAN ORANG

CONTOH FORMAT SURAT PERMOHONAN PEMBETULAN

KOP SURAT
...........................(1)...........................

Nomor : ……….……(2).………… …………(3)…….…


Lampiran : ……….……(4).…………
Hal : Permohonan Pembetulan atas
……….……(5).…………

Yth. Direktur Jenderal Bea dan Cukai


u.p.
..............................(6)..........................

Berdasarkan Pasal 92A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang


Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006
dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 143/PMK.04/2007 Tentang Tata Cara Pengajuan
Permohonan Pembetulan Surat Penetapan Tagihan Atas Kekurangan Pembayaran Bea
Masuk Dan/Atau Sanksi Administrasi Berupa Denda Yang Disebabkan Oleh Kesalahan
Tulis, Kesalahan Hitung, Kekeliruan, Kekhilafan, Dan/Atau Bukan Karena Kesalahan
Orang, bersama ini dengan hormat kami:
Nama : ……………..(7)…………………
NPWP : ……………..(8)…………………
Alamat : ……………..(9)…………………,
mengajukan permohonan untuk memperoleh pembetulan ………(10)………..
sehubungan dengan adanya penetapan Kantor ................(11)............. berupa
..............(12)….......... nomor ......(13)…… tanggal ……(14)……. tentang .............(15).............
yang mengharuskan kami untuk membayar tagihan …………(16)…………….. sebesar
Rp. ………..........…(17)…………....….. (…..….……(18)…………….)

Bahwa permohonan tersebut kami ajukan dengan alasan:


a. ................(19).................
b. ................(20).................
c. ................(dst.)...............
Sebagai kelengkapan pengajuan permohonan pembetulan, bersama ini
dilampirkan:
1. Fotokopi tanda terima permohonan pembetulan;
2. Fotokopi surat penetapan tagihan;
3. Fotokopi dokumen pemberitahuan pabean;
4. Data pendukung lain berupa:
a...................…(21)................….
b......................(22).....................
c......................(dst)....................

Demikian disampaikan untuk mendapatkan keputusan.

...................…(23)................….

...................…(24)................….
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMOHONAN PEMBETULAN

Nomor (1) : Diisi nama kantor Pemohon yang mengajukan surat


permohonan pembetulan tagihan.

Nomor (2) : Diisi nomor surat.

Nomor (3) : Diisi tanggal surat diterbitkan.

Nomor (4) : Diisi dengan jumlah lampiran yang dilampirkan.

Nomor (5) : Diisi jenis penetapan yang diajukan permohonan pembetulan.


(SPTNP, SPP, atau SPSA).

Nomor (6) : Diisi nama jabatan dan alamat kantor tujuan permohonan
pembetulan, contoh “Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan
Bea dan Cukai Tipe A3 Ternate Jl. A. Yani Ternate Maluku
Utara”.

Nomor (7) Diisi nama Pemohon permohonan pembetulan.

Nomor (8) : Diisi NPWP Pemohon permohonan pembetulan.

Nomor (9) : Diisi alamat Pemohon permohonan pembetulan sesuai NPWP.

Nomor (10) : Diisi dengan jenis permohonan pembetulan (apakah termasuk


Pasal 2 huruf a atau huruf b).

Nomor (11) : Diisi nama Kantor Pabean yang menetapkan tagihan (Kantor
Pusat, Kantor Wilayah, KPUBC, atau KPPBC).

Nomor (12) : Diisi jenis surat penetapan yang diajukan permohonan (SPTNP,
SPP, atau SPSA).

Nomor (13) : Diisi nomor surat penetapan tagihan yang diajukan permohonan.

Nomor (14) : Diisi tanggal, bulan dan tahun surat penetapan tagihan yang
diajukan permohonan.

Nomor (15) : Diisi uraian tentang surat penetapan tagihan yang diajukan
permohonan pembetulan.

Nomor (16) : Diisi jenis surat penetapan yang diajukan permohonan (SPTNP,
SPP, atau SPSA).

Nomor (17) : Diisi nilai rupiah dengan angka dari tagihan sebagaimana
tersebut dalam surat penetapan.

Nomor (18) : Diisi nilai rupiah dengan huruf dari tagihan sebagaimana
tersebut dalam surat penetapan.

Nomor (19) : Diisi dengan alasan permohonan sebagaimana dalam Pasal 3


Peraturan Direktur Jenderal ini.

Nomor (20) : Diisi dengan alasan permohonan sebagaimana dalam Pasal 3


Peraturan Direktur Jenderal ini.

Nomor (21) : Diisi data dan/atau bukti teknis lainnya yang disertakan untuk
mendukung permohonan yang diajukan.
Nomor (22) : Diisi data dan/atau bukti teknis lainnya yang disertakan untuk
mendukung permohonan yang diajukan.

Nomor (23) : Diisi tanda tangan Pemohon.

Nomor (24) : Diisi nama Pemohon dan jabatannya.

DIREKTUR JENDERAL,

ttd.

AGUNG KUSWANDONO
NIP 196703291991031001
LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR
PER- 1 /BC/2012
TENTANG
TATACARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN
PERMOHONAN PEMBETULAN SURAT PENETAPAN TAGIHAN
ATAS KEKURANGAN PEMBAYARAN BEA MASUK DAN/ATAU
SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, YANG DISEBABKAN
OLEH KESALAHAN TULIS, KESALAHAN HITUNG,
KEKELIRUAN, KEKHILAFAN, DAN/ATAU BUKAN KARENA
KESALAHAN ORANG

CONTOH FORMAT TANDA TERIMA PERMOHONAN PEMBETULAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK LEMBAR 1


INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN Untuk disematkan
CUKAI pada berkas
..........................(1)...........................

TANDA TERIMA PERMOHONAN PEMBETULAN

Nomor Agenda : ..................(2).......................


Tanggal : ..................(3).......................
Waktu : ..................(4).......................

Permohonan pembetulan:
nomor surat : .....................................(5).......................................................
tanggal : .....................................(6).......................................................
nama perusahaan : .....................................(7).......................................................
telah diterima dengan lampiran:
1. SPTNP / SPP / SPSA : Ada / Tidak *)
2. Data pendukung :
a. ….…….......................(8).............................................
b. ………........................(9).............................................
c. ..................................(dst)............................................
Yang Menyerahkan Yang Menerima
…….....…(10)…………… …………...…(12)……………..
Stempel
Kantor
.................(11).................. ...................(13)..................
NIP.............(14)..................
*) Coret yang tidak perlu

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK


LEMBAR 2
INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN
Untuk Pemohon
CUKAI
..........................(1)...........................

TANDA TERIMA PERMOHONAN PEMBETULAN

Nomor Agenda : ..................(2).......................


Tanggal : ..................(3).......................
Waktu : ..................(4).......................

Permohonan pembetulan:
nomor surat : ..................................(5).....................................................
tanggal : ..................................(6).....................................................
nama perusahaan : ..................................(7)....................................................
telah diterima dengan lampiran:
1. SPTNP / SPP / SPSA : Ada / Tidak *)
2. Data pendukung :
a. ….…….......................(8).............................................
b. ………........................(9).............................................
c. ..................................(dst)............................................
Yang Menyerahkan Yang Menerima
…….....…..(10)…………… ………......…(12)……………..
Stempel
Kantor
.................(11).................. ...................(13)..................
NIP.............(14)..................
*) Coret yang tidak perlu
PETUNJUK PENGISIAN TANDA TERIMA PERMOHONAN
PEMBETULAN

Nomor (1) : Diisi nama kantor, tipe serta alamat kantor, misalnya “Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3 Ternate Jl. A.
Yani Ternate Maluku Utara”.

Nomor (2) : Diisi nomor agenda tata usaha surat masuk.

Nomor (3) : Diisi tanggal, bulan dan tahun terima surat masuk.

Nomor (4) : Diisi waktu terima surat masuk, misalnya “ Pk. 09.45 WIT”.

Nomor (5) : Diisi nomor surat permohonan pembetulan yang diajukan.

Nomor (6) : Diisi tanggal, bulan dan tahun surat permohonan pembetulan
yang diajukan.

Nomor (7) Diisi nama perusahaan yang mengajukan surat pembetulan.

Nomor (8) : Diisi data pendukung yang dilampirkan oleh Pemohon.

Nomor (9) : Diisi data pendukung yang dilampirkan oleh Pemohon.

Nomor (10) : Diisi tanda tangan orang pribadi yang menyerahkan surat
permohonan pembetulan.

Nomor (11) : Diisi nama orang pribadi yang menyerahkan surat permohonan
pembetulan dan jabatan / hubungan dengan Pemohon surat
permohonan pembetulan.

Nomor (12) : Diisi tanda tangan Pejabat Bea dan Cukai yang menerima surat
permohonan pembetulan.

Nomor (13) : Diisi nama dan jabatan Pejabat Bea dan Cukai yang
menerima surat permohonan pembetulan.

Nomor (14) : Diisi Nomor Induk Pegawai Pejabat Bea dan Cukai yang
menerima surat permohonan pembetulan.

DIREKTUR JENDERAL,

ttd.

AGUNG KUSWANDONO
NIP 196703291991031001
LAMPIRAN III
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR
PER- 1 /BC/2012
TENTANG
TATACARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN
PERMOHONAN PEMBETULAN SURAT PENETAPAN TAGIHAN
ATAS KEKURANGAN PEMBAYARAN BEA MASUK DAN/ATAU
SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, YANG DISEBABKAN
OLEH KESALAHAN TULIS, KESALAHAN HITUNG,
KEKELIRUAN, KEKHILAFAN, DAN/ATAU BUKAN KARENA
KESALAHAN ORANG

CONTOH FORMAT SURAT PENERUSAN PERMOHONAN PEMBETULAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
...........................(1)...........................

Nomor : ……….……(2).………… …………(3)………


Lampiran : ……….……(4).…………
Hal : Penerusan Permohonan Pembetulan atas
...............(5).............

Yth. Direktur
Jenderal
u.p.
..............................(6)......................................

Bersama ini dengan hormat diteruskan permohonan pembetulan yang


diajukan oleh
.….................…(7)…………….., sehubungan dengan adanya penetapan
................(8)............. berupa ..............(9).......... nomor ......(10)…… tanggal ……(11)…….
tentang .............(12)............. yang mewajibkan Pengusaha/Importir ………(13)………….
untuk membayar kekurangan bea masuk/cukai/sanksi administrasi berupa denda
dan/atau pajak dalam rangka impor sebesar
Rp. ………...........…(14)…………....….. (…..….……(15)…………….)

Surat pengajuan permohonan pembetulan diterima sesuai dengan Pasal 3


Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 143/PMK.04/2007 tanggal 22 November
2007 dengan tanda terima permohonan pembetulan pada tanggal
…….......….......(16)...............………

Sebagai kelengkapan pengajuan permohonan pembetulan, bersama ini


dilampirkan:
1. Surat permohonan pembetulan yang bersangkutan;
2. Fotokopi tanda terima permohonan
pembetulan;
3. Fotokopi surat penetapan
tagihan;
4. Fotokopi dokumen pemberitahuan
pabean;
5. Data pendukung lain
berupa:
a...................…(17)................…
b......................(18)....................
c......................(dst)...................
Demikian disampaikan untuk mendapatkan keputusan.
………...…(19)…………

………...…(20)…………
NIP …...…(21)…………
Tembusan:
1. Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai;
2. ………….....................…(22)….................………....
3. .........................................(23).....................................
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PENERUSAN PERMOHONAN PEMBETULAN

Nomor (1) : Diisi Kantor Wilayah DJBC/KPUBC/KPPBC disertai alamat


kantor yang meneruskan surat permohonan pembetulan.

Nomor (2) : Diisi nomor surat penerusan.

Nomor (3) : Diisi tanggal surat penerusan diterbitkan.

Nomor (4) : Diisi dengan jumlah lampiran yang dilampirkan.

Nomor (5) : Diisi jenis penetapan yang diajukan permohonan pembetulan.


(SPTNP, SPP, atau SPSA).

Nomor (6) : Diisi nama jabatan dan alamat kantor tujuan penerusan
permohonan pembetulan, contoh “Kepala Kantor Pengawasan
dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3 Ternate Jl. A. Yani
Ternate Maluku Utara”.

Nomor (7) Diisi nama perusahaan Pemohon pembetulan.

Nomor (8) : Diisi nama Kantor Pabean yang menetapkan tagihan


(Kantor Pusat/Kantor Wilayah/KPUBC/KPPBC).

Nomor (9) : Diisi jenis surat penetapan yang diajukan pembetulan (SPTNP,
SPP, SPSA atau penetapan pabean lainnya).

Nomor (10) : Diisi nomor surat penetapan yang diajukan pembetulan.

Nomor (11) : Diisi tanggal, bulan dan tahun surat penetapan yang diajukan
pembetulan.

Nomor (12) : Diisi uraian tentang surat penetapan yang diajukan pembetulan.

Nomor (13) : Diisi nama perusahaan/importir yang mengajukan pembetulan.

Nomor (14) : Diisi nilai rupiah dengan angka dari tagihan sebagaimana
tersebut dalam surat penetapan.

Nomor (15) : Diisi nilai rupiah dengan huruf dari tagihan sebagaimana
tersebut dalam surat penetapan.

Nomor (16) : Diisi tanggal, bulan dan tahun tanda terima permohonan
pembetulan.

Nomor (17) : Diisi data dan/atau bukti teknis lainnya yang disertakan
untuk mendukung pembetulan yang diajukan.

Nomor (18) : Diisi data dan/atau bukti teknis lainnya yang disertakan
untuk mendukung pembetulan yang diajukan.

Nomor (19) : Diisi nama jabatan Pejabat Bea dan Cukai yang menandatangani
surat penerusan pembetulan.

Nomor (20) : Diisi tanda tangan dan nama Pejabat Bea dan Cukai yang
menandatangani surat penerusan pembetulan.
Nomor (21) : Diisi Nomor Induk Pegawai Pejabat Bea dan Cukai yang
menandatangani surat penerusan pembetulan.

Nomor (22) : Diisi nama Kepala Kantor Pabean yang membawahi Kantor
Pabean yang meneruskan surat pembetulan.

Nomor (23) : Diisi nama Pemohon.

DIREKTUR JENDERAL,

ttd.

AGUNG KUSWANDONO
NIP 19670329199103100
LAMPIRAN IV
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR
PER- 1/BC/2012
TENTANG
TATACARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN
PERMOHONAN PEMBETULAN SURAT PENETAPAN
TAGIHAN ATAS KEKURANGAN PEMBAYARAN BEA MASUK
DAN/ATAU SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, YANG
DISEBABKAN OLEH KESALAHAN TULIS, KESALAHAN
HITUNG, KEKELIRUAN, KEKHILAFAN, DAN/ATAU BUKAN
KARENA KESALAHAN ORANG

CONTOH FORMAT SURAT PERSETUJUAN PERMOHONAN PEMBETULAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
...........................(1)...........................

Nomor : ……….……(2).………… …………(3)………


Lampiran : ……….……(4).…………
Hal : Persetujuan Pembetulan atas
……….……(5).…………

Yth.
...............(6)...............
..................................

Sehubungan dengan surat Saudara nomor: ..………(7)………, tanggal


..………..(8)………….,
hal: …………(9)………… dan menunjuk surat Kepala Kantor ………(10)………. *) nomor:
………(11)…. *) tanggal ………(12)…….. *), hal: Penerusan Permohonan Pembetulan atas
……….(13)……….. *), telah dilakukan penelitian atas permohonan pembetulan yang
Saudara ajukan.
Berdasarkan Pasal 92A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006,
dan Peraturan Menteri Keuangan RI nomor: 143/PMK.04/2007, kami menyetujui
permohonan pembetulan yang Saudara ajukan dan terhadap surat penetapan tagihan
nomor: ………(14)……… tanggal ……(15)……, dinyatakan: …..…….(16)………….

TERTULIS:
………………………(17)……………………… *)
DIBETULKAN:
………………………(18)……………………... *)

Demikian disampaikan.
………...…(19)…………

………...…(20)…………
NIP …...…(21)…………
Tembusan:
1. Direktur Jenderal;
2. ………….....................…(22)….................………....
3. .......................................(23).......................................

*) Diisi jika ada


PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERSETUJUAN PEMBETULAN

Nomor (1) : Diisi unit kerja DJBC disertai alamat kantor yang menerbitkan
surat persetujuan pembetulan.

Nomor (2) : Diisi nomor surat persetujuan.

Nomor (3) : Diisi tanggal surat persetujuan diterbitkan.

Nomor (4) : Diisi dengan jumlah lampiran yang dilampirkan.

Nomor (5) : Diisi jenis penetapan yang diajukan permohonan pembetulan.


(SPTNP, SPP, atau SPSA).

Nomor (6) : Diisi nama dan alamat kantor Pemohon.

Nomor (7) Diisi nomor surat permohonan pembetulan.

Nomor (8) : Diisi tanggal surat permohonan pembetulan.

Nomor (9) : Diisi sesuai hal pada surat permohonan pembetulan.

Nomor (10) : Diisi nama Kantor Pabean yang meneruskan surat permohonan
pembetulan.

Nomor (11) : Diisi nomor surat penerusan permohonan pembetulan.

Nomor (12) : Diisi tanggal surat penerusan permohonan pembetulan.

Nomor (13) : Diisi sesuai dengan hal pada surat penerusan permohonan
pembetulan.

Nomor (14) : Diisi nomor surat penetapan tagihan yang dibetulkan.

Nomor (15) : Diisi tanggal surat penetapan tagihan yang dibetulkan.

Nomor (16) : Diisi uraian pembetulan, misalnya:


a. “dibatalkan dan akan diterbitkan surat penetapan
tagihan yang baru” (apabila pembetulan surat
penetapan tagihan mengakibatkan pengurangan
sebagian tagihan).
b. “dibatalkan” (klausul ini digunakan apabila
pembetulan surat penetapan tagihan mengakibatkan
hapusnya seluruh tagihan)
c. “dilakukan pembetulan atas kesalahan tulis /
kesalahan hitung / kekeliruan dalam penerapan
ketentuan Undang-Undang Kepabeanan / kekhilafan.”
Nomor (17) : Diisi dengan bagian yang akan dibetulkan.

Nomor (18) : Diisi dengan bagian yang telah dibetulkan.

Nomor (19) : Diisi nama jabatan Pejabat Bea dan Cukai yang menandatangani
surat persetujuan.

Nomor (20) : Diisi tanda tangan dan nama Pejabat Bea dan Cukai yang
menandatangani surat persetujuan.
Nomor (21) : Diisi Nomor Induk Pegawai Pejabat Bea dan Cukai yang
menandatangani surat persetujuan.

Nomor (22) : Diisi nama Kepala Kantor Pabean yang terkait.

Nomor (23) : Diisi nama Kepala Kantor Pabean yang terkait.

DIREKTUR JENDERAL,

ttd.

AGUNG KUSWANDONO
NIP 196703291991031001
LAMPIRAN V
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR
PER- 1/BC/2012
TENTANG
TATACARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN
PERMOHONAN PEMBETULAN SURAT PENETAPAN
TAGIHAN ATAS KEKURANGAN PEMBAYARAN BEA MASUK
DAN/ATAU SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, YANG
DISEBABKAN OLEH KESALAHAN TULIS, KESALAHAN
HITUNG, KEKELIRUAN, KEKHILAFAN, DAN/ATAU BUKAN
KARENA KESALAHAN ORANG

CONTOH FORMAT SURAT PENOLAKAN PEMBETULAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
...........................(1)...........................

Nomor : ……….……(2).…………… …………(3)………


Lampiran : ……….……(4).……………
Hal : Penolakan Pembetulan atas
……….……(5).……………

Yth.
...............(6)...............
..................................

Sehubungan dengan surat Saudara nomor: ..………(7)………, tanggal


..………..(8)………….,
hal: …………(9)………… yang diteruskan oleh ………(10)………. *) dengan surat nomor:
………(11)…. *) tanggal ………(12)…….. *), hal: Penerusan Permohonan Pembetulan atas
……….(13)……….. *), dengan ini Kami memeriksa permohonan pembetulan yang
Saudara ajukan.
Berdasarkan Pasal 92A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006,
dan Peraturan Menteri Keuangan RI nomor: 143/PMK.04/2007, kami menolak
permohonan pembetulan yang Saudara ajukan dengan alasan: …..…….(14)…………., dan
terhadap surat penetapan tagihan nomor: ………(15)……… tanggal ……(16)……,
dinyatakan tetap berlaku.

Demikian disampaikan.
………...…(17)…………

………...…(18)…………
NIP …...…(19)…………
Tembusan:
1. Direktur Jenderal;
2. ………….....................…(20)….................………....
3. .......................................(21).......................................

*) Diisi jika ada


PETUNJUK PENGISIAN SURAT PENOLAKAN PEMBETULAN

Nomor (1) : Diisi unit kerja DJBC disertai alamat kantor yang menerbitkan
surat persetujuan pembetulan.

Nomor (2) : Diisi nomor surat persetujuan.

Nomor (3) : Diisi tanggal surat persetujuan diterbitkan.

Nomor (4) : Diisi dengan jumlah lampiran yang dilampirkan.

Nomor (5) : Diisi jenis penetapan yang diajukan permohonan pembetulan.


(SPTNP, SPP, atau SPSA).

Nomor (6) : Diisi nama dan alamat kantor Pemohon.

Nomor (7) Diisi nomor surat permohonan pembetulan.

Nomor (8) : Diisi tanggal surat permohonan pembetulan.

Nomor (9) : Diisi sesuai hal pada surat permohonan pembetulan.

Nomor (10) : Diisi nama Kantor Pabean yang meneruskan surat permohonan
pembetulan.

Nomor (11) : Diisi nomor surat penerusan permohonan pembetulan.

Nomor (12) : Diisi tanggal surat penerusan permohonan pembetulan.

Nomor (13) : Diisi sesuai dengan hal pada surat penerusan permohonan
pembetulan.

Nomor (14) : Diisi alasan penolakan permohonan pembetulan.

Nomor (15) : Diisi nomor surat penetapan tagihan yang dimohonkan.

Nomor (16) : Diisi tanggal surat penetapan tagihan yang dimohonkan.

Nomor (17) : Diisi nama jabatan Pejabat Bea dan Cukai yang menandatangani
surat persetujuan.

Nomor (18) : Diisi dengan bagian yang telah dibetulkan.

Nomor (19) : Diisi Nomor Induk Pegawai Pejabat Bea dan Cukai yang
menandatangani surat persetujuan.

Nomor (20) : Diisi nama Kepala Kantor Pabean yang terkait.

Nomor (21) : Diisi nama Kepala Kantor Pabean yang terkait.

DIREKTUR JENDERAL,

ttd.

AGUNG KUSWANDONO
NIP 196703291991031001

Anda mungkin juga menyukai