Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andini Valentina Putri

NIM : 2010853003
Mata Kuliah : Teori Hubungan Internasional II

UAS TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL


1. Kritik dari critical theory, feminism, dan green theory terhadap rational approaches
(Realism dan Liberalism).
- Critical theory. Mengkritik teor-teori mainstream HI. Didalam teori tradisional ada
kepentingan yang ingin dicapai. Adanya kritik terhadap dominasi. Kritiknya
terhadap realisme adalah struktur sosial (anarkis) seperti yang diberikan,
mengabaikan asal dan isi sosial dari struktur, khususnya penentu sosial kepentingan
negara dan motif interaksi. Dalam critical theory modernitas hasil peradaban
manusia atau akal manusia. Modernitas mau mengangkat harkat martabat manusia.
Critical theory menjelaskan pergerakan dalam tata Kelola emoriris dinais dari
pemerintah. Membantu menjelasakn kritik social dan event-event. Critical theory
menawarkan penyelesaian, berfokus pada ide membebaskan manusia. Dialektika
dalam critical theory. Tesa yaitu problematika yang terjadi, antitesa yaitu relasi atau
respon terhadap tesa, kemudian sintesa yaitu kesimpulan dimana ini munculnya
critical theory. Didalam critical theory berusaha menyamaratakan atau tidak adanya
kelas, memiliki hak yang sama, dan bersama dan keseimbangan. Disini Robert Cox
seorang pemikir critical thoery menenkankan bahwa politik global tidak hanya
tentang kekuatan,keamanan, dan perperangan antar negara. ia menekankan bahwa
perlunya melihat politik global sebagai hasil konstruksi sosial dari interaksi antar
negara. Lalu, critical theory juga mengkritik bagaiman lumrahnya penggunaan
kekerasan dan paksaan di sistem internasional yang diusung oleh realisme itu
sendiri. critical theory juga mengkritik konsep anarki yang dibawakan oleh
realisme.
- Feminism. Lahir untuk memperbaiki struktur yang patriarki, didalam feminisme
ada movementa tau gerekan dan ada perspektif. Negara cendrung bersifat patriaki
(masculinity). Negara hadir dengan cara patriarki maka dia akan ekspansi, superior,
dan mengedepankan power. Feminist meneliti bagaimana konflik militer dan
perilaku Negara-negara dalam system internasional dikonstruk melalui hubungan
structural gender yang timpang sehingga mempengaruhi individu. Feminist sepakat
dengan pendapat Robert Cox bahwa teori selalu “for some one and for some
purpose”. Teori feminism memperkenalkan gender sebagai kategori empiris yang
relevan dan alat analisis untuk memahami hubungan global power dengan
menggunakan posisi yang normatif guna membentuk alternative tatanan dunia.
Feminisme memang berbeda dengan pandagan klasik seperti realism dan liberalism
yang berhubngan dengan fenomenafenomena yang ada dalam HI. Namun
penambahan prespektif dari feminisme juga tidak dapat dihiraukan. Feminisme juga
menuntut konseptualitas yang jelas dari studi hubungan internasional.
- Green Theory. Menetapkan lingkungan sebagai fokus. Green theory muncul dari
sebuah movement atau green poliical movement yang dipengaruhi oleh green
perspektif. Green perspective ,uncul dari Global North (Eropa, Amerika utara).
Asumsi ini muncul di Eropa karena negara-negara di Eropa it Post individualist
Society. Green Critics mengarahkn pada perhatian kritis tujuan normative yang
medebat neorealis dan neoliberalis dengan mengekspos asumsi-asumsi lingkungan
dan nilai-nilai etika. Green Theory dalam hubungan internasional membahas peran
aktor non negara. Green theory memandang bagaimana negara memandang
lingkungan untuk mempengaruhi negara tersebut. Kritik green theory terhadap
realisme ialah realisme yang terlalu fokus terhadap isu pertahanan dan keamanan.
Kaum realisme sangat mengesampingkan isu lingkungan baik di dalam national
interest maupun permasalahan didalam negaranya sendiri. Kritik green theory
terhadap liberal lebih berfokus kepada kapitalisme yang diusung oleh liberalisme.
Kapitalisme dianggap menjadi penyebab utama permasalahan lingkungan muncul
di dunia. Liberalisme yang terlalu fokus kepada kerjasama ekonomi menyebabkan
susahnya terbentuk rezim dibidang lingkungan itu sendiri.
2. Fenomena globalisasi mempengaruhi perkembangan dari teori-teori hubungan
internasional adalah:
Adanya globalisasi telah melahirkan banyak teori baru. Hubungan internasional
merupakan ilmu baru yang muncul setelah Perang Dunia II. Teori hubungan
internasional pada awalnya hanya membahas politik tingkat tinggi di mana negara
adalah satu-satunya aktor. Seiring waktu, teori-teori hubungan internasional
sebelumnya tidak efektif dalam menangani isu-isu tertentu. Contohnya antara lain
realisme yang hanya mementingkan kepentingan nasional, dan liberalisme yang
mengungkapkan bahwa kerjasama antar bangsa dapat membawa perdamaian.
Globalisasi merupakan fenomena dimana semakin banyak negara yang berinteraksi
dengan negara lain, menyebabkan batas antar negara menjadi hilang. Globalisasi pada
akhirnya mempengaruhi perkembangan teori hubungan internasional. Adanya
perkembangan internasional telah melahirkan banyak teori baru. Teori baru ini
didasarkan pada masalah yang akan atau akan dipecahkan. Yang pertama adalah teori
kritis. Teori kritis adalah teori yang mengkritik teori-teori sebelumnya karena mereka
percaya bahwa teori-teori sebelumnya hanya memberikan penjelasan tanpa gerakan
atau implementasi langsung. Lalu ada teori hijau. Green theory adalah teori yang fokus
membahas tentang lingkungan. Seiring berkembangnya zaman, perkembangan industri
pun semakin luas. Yang terakhir adalah feminisme. Feminisme adalah sebuah teori
yang berfokus pada kesetaraan gender. Kesetaraan gender bertujuan untuk mendukung
kesetaraan ekonomi, sosial dan pendidikan. Feminisme hadir untuk menyadari bahwa
tidak hanya laki-laki yang bisa melakukan pekerjaan di atas, tetapi perempuan juga
berhak melakukannya. Dari teori yang dijelaskan, kita dapat melihat bahwa globalisasi
bekerja dengan baik dengan fokus khusus untuk menjelaskan dan memecahkan masalah
kontemporer.
3. Isu kontemporer.
Pemanasan global merupakan isu yang sedang hangat dibicarakan dalam
hubungan internasional. Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata bumi.
Pemanasan global disebabkan oleh efek rumah kaca yang disebabkan oleh karbon
dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil. Dampak pemanasan global tidak hanya di
negara maju, tetapi juga di negara berkembang termasuk Indonesia. Efek rumah kaca
terjadi karena adanya gas buang Atmosfer bumi. Ini juga bisa diartikan sebagai Saat
pemanasan berlangsung ketika gas terjadi secara alami terjebak dalam radiasi termal
Bumi. Efek rumah kaca meningkat Atmosfer menyebabkan refleksi Matahari tidak
menghangatkan bumi sempurna, harus bisa menghangatkan bumi. Kemudian bumi
memantul kembali panas ke tanah. Namun, panas tidak dapat lagi dipantulkan ke bumi
dikarenakan terhalang oleh efek rumah kaca yang terdapat dalam atmosfer.
Sebelumnya, Green Theory adalah teori di mana kita dapat merubah struktur
yang telah ada demi merubah lingkungan menjadi lebih baik. Menetapkan lingkungan
sebagai fokus. Menurut Green Theory juga harus adanya sebuah lembaga dalam negara
hingga dunia internasional agar dapat menjaga kelestarian lingkungan dengan
didasarkan oleh aturan dan adanya sanksi tegas jika melakukan pelanggaran. Indonesia
telah menyatakan komitmennya pada Conference of Parties (COP) 15 tahun 2009 untuk
menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Menurut green theory perlu adany
pemerhatian terhadap isu lingkungan. Permasalahan lingkungan ini bisa diselesaikan
dengan menggunakan pendekatam Green Theory dan bisa melibatkan actor non negara
dalam penyelesaiannya. Pemerintah dapat menanamkan ide-ide ke masyarakat dan
menjadikannya kesadaran masyarakat. Kesadaran masyarakat ini harus ditumbuhkan
agar masalah lingkungan awal hanya dapat diselesaikan oleh pemerintah dan menjadi
tanggung jawab bersama.

Anda mungkin juga menyukai