Anda di halaman 1dari 64
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI BEDAH RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK AZALIA BENER MERIAH 2019 iw RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ¢ AZALIA JI. Empun Bayak, Bale Atu - Bener Meriah 24581 Email : rsia azalia@email.com Hp 082262154630 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAKAZALIA NOMOR : 027/SK/DIR/RSIAAZALIA/VII1/2019 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI BEDAH DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK AZALIA Menimbang —:_a._bahwa dalam rangka mengoptimalkan fungsi rumah sakit sebagai pemberi pelayanan pasien dalam Koni pembedahan dilaksanakan oleh Instalasi Bedah b. bahwa untuk melakukan fungsinya sebagai pelayanan gawat darurat diperlukan acuan dalam pelayanan Instalasi Bedah © bahwa untuk maksud tersebut pada butir a dan b maka perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak Azalia Mengingat : 1, Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran 2. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VII/ 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit 6. Surat Keputusan Menteri_ Kesehatan Nomor 267/Menkes/SK/I/2010 tentang Penetapan Road Map Reformasi Kesehatan Masyaraka 7. Surat Keputusan — Menteri_ Kesehatan Nomor 659/Menkes/per/VIII/2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia( World Class Hospital) 9 Anggaran Dasar PT. TALITHA AZALIA HUSADA (Akte Notaris Henni Emalia, SH.M.Kn No. 11 Tahun 2015). wt Menetapkan Kesatu Kedua MEMUTUSKAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK AZALIA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI BEDAH Pedoman pelayanan Instalasi Bedah Sentral dijadikan acuan dalam pelaksanaan pelayanan di Instalasi Bedah Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari temnyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diadakan perbaikan kembali sebagaimana mestinya, Ditetapkan di : Bener Meriah Pada tanggal : 28 Agustus 2019 RSIA AZALIA Direktur ”] “ KATA SAMBUTAN Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjetkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya maka Pedoman pelayanan Instalasi Bedah Rumah Sakit Ibu Dan Anak ‘Azalia tahun 2019 telah selesai. Buku panduan ini sangatlah penting untuk membantu kelanearan pelaksanaan pelayanan kesehatan terutama berkaitan dengan proses pembedahan di Instalasi bedah Rumah Sakit Ibu Dan Anak Azalia Pedoman ini merupakan kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana pelayanan di Instalasi Bedah dilakukan, dengan demikian proses pembedahan mencakup pre, intra dan post operatif bisa terlaksana dengan baik oleh petugas kamar bedah Insya Allah, Panduan in dapat memberikan manfaat bagi petugas Instalasi Bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia pada khususnya dan seluruh petugas Rumah Sakit pada umumnya, Dan tentunya evaluasi berkala terhadap pedoman ini harus terus dilakukan sesuai perkembangan proses pelayanan Instalasi Bedah. Bener Meriah : 28 Agustus 2019 RSIA AZALIA Direktur KATA PENGANTAR ‘Tindakan pembedahan atau tindakan operasi merupakan tindakan yang menimbulkan gangguan Psikologi (Stress) pada pasien dan keluarga. Orang yang mengalami pembedahan mempunyai risiko integritas atau keutuhan tubuh terganggu bahkan dapat merupakan ancaman kehidupan, Penyulit dapat disebabkan oleh aspek manusia/tenaga, fasilitas/alat dan Jingkungan yang tidak memenuhi persyaratan Untuk menghindari hal tersebut diatas maka pihak rumah sakit sebagai penyelenggara layanan Kesehatan mengupayakan prasyarat standar untuk fasilitas, ketenagaan dan upaya kegiatan yang dapat menghindari hal yang tidak diinginkan dalam pemberian layanan di Kamar Operasi. Untuk menunjang pelayanan yang sesuai harapan maka dibutuhkan pedoman agar pelaksanaan pelayanan di Instalasi Bedah yang diberikan oleh setiap staf! petugas bisa seragam dan berjalan dengan baik sehinga menghasilkan apresiasi yang baik dari pasien, keluarga, masyarakat atau lingkungan sekitar rumah sakit Semoga buku pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Rumah Sakit bu dan Anak Azalia ini dapat bermanfaat bagi setiap petugas Instalasi bedah Kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga menjadi uumpan balik yang dapat meningkatkan mutu terkait dengan pelayanan Instalasi Bedah Rumah Sakit fbu dan Anak Azalia Bener Meriah :28 Agustus 2019 RSIA AZALIA Ns.Ruhdi Artin Instalasi Bedah BABI PENDAHULUAN A, Latar belakang Tindakan pembedahan atau tindakan operasi merupakan tindakan yang ‘menimbulkan gangguan Psikologi (Stress) pada pasien dan keluarga. Orang yang mengalami pembedahan mempunyai risiko integritas atau keutuhan tubuh terganggu bahkan dapat merupakan ancaman kehidupan. Penyulit dapat disebabkan oleh aspek manusia/tenaga, fasilitas/alat dan lingkungan yang. tidak ‘memenuhi persyaratan, Untuk menghindari hal tersebut diatas maka pihak rumah sakit sebagai penyelenggara layanan Kesehatan harus mengupayakan prasyarat standar untuk fasilitas, ketenagaan dan upaya kegiatan yang dapat menghindari hal yang tidak diinginkan dalam pemberian layanan di Kamar Operasi Sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 1691/MENKES/PER/VII/2011BAB IV pasl 8 ayat 1 dan 2 tentang Sasaran Keselamatan Pasien Rumah sakit, yang menyatakan Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien. Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut: 1. Ketepatan identifikasi pasien; Peningkatan komunikasi yang efektif, Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;, Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi; Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan aun Pengurangan risiko pasien jatuh, Upaya pemenuhan standar fasilitas Kamar Operasi juga harus dilakukan sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, seperti tertuang dalam Pasal 28 Bagian H, ayat (1) telah menegaskan bahwa setiap orang bethak memperoleh pelayanan keschatan kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) ee rn Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 1 « C. Ruang Rumah Sakit Ibu Dan Anak Azalia memberikan pelayanan bedah 24 jam pethari, kup Pelayanan dari senin sampai minggu, adapun pelayanan bedah yang diberikan bersifat emergency dan elektif serta one day Care (ODC). Jenis tidakan yang dapat dilakukan di Instalasi Bedah Rumah Sakit Ibu Dan Anak Azalia adalah golongan tindakan kecil, sedang dan Besar Pelayanan pembedahan diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat terutama Bener Meriah dan sekitarnya, dengan selalu. mengutamakan peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien maupun staf serta lingkungan D. Batasan Operasional Jenis tindakan pembedah yang dapat dilakukan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Azalia Meliputi Bedah Umum dan Obgyn, Pelayanan Instalasi Bedah dilakukan oleh anggota Tim bedah (perawat, penata, dokter anestesi, dan dokter operator yang akan menangani pasien dalam prosedur pembedahan). FE. Landasan Hukum 1, Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 2. Pedoman Ruang Operasi Rumah Sakit dari Kementrian Kesehatan~ RI Direktorat Jendral Bina Upaya Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan 2012 3. Peraturan Mentri_ Kesehatan Republik Indonesi_-—- Nomer 1691/MENKES/PER/VII1/2011 4, Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomer 971/MENKES/PER/X1/2009 Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan 5. Pedoman Perancangan kamar bedah RS. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Sarana dan Peralatan Medik Tahun 2000 Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 3 PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI BEDAH Si RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK AZALIA BENER MERIAH 2019 wen RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ¢ AZALIA JL Empun Bayak, Bale Atu - Bener Meriah 24581 Email :rsia.azalia@gmail, com Hp : 082262154630 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAKAZALIA NOMOR : 027/SK/DIR/RSIAAZALIA/VIIU/2019 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI BEDAH DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK AZALIA Menimbang —: a. bahwa dalam rangka mengoptimalkan fungsi rumah sakit sebagai pemberi pelayanan pasien dalam kondisi pembedahan dilaksanakan oleh Instalasi Bedah b. bahwa untuk melakukan fungsinya sebagai pelayanan gawat darurat diperlukan acuan dalam pelayanan Instalasi Bedah ¢ bahwa untuk maksud tersebut pada butir a dan b maka perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak Azalia Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 4, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIIV 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit 6. Surat Keputusan Menteri_—- Kesehatan Nomor 267/Menkes/SK/I/2010 tentang Penetapan Road Map Reformasi Kesehatan Masyaraka 7. Surat Keputusan Menteri__-Keschatan_ Nomor 659/Menkes/per/VII1/2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia( World Class Hospital) 9 Anggaran Dasar PT. TALITHA AZALIA HUSADA (Akte Notaris Henni Emalia, SH.M.Kn No. 11 Tahun 2015). Menetapkan Kesatu Kedua MEMUTUSKAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK AZALIA TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI BEDAH Pedoman pelayanan Instalasi Bedah Sentral dijadikan acuan dalam pelaksanaan pelayanan di Instalasi Bedah Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diadakan perbaikan kembali sebagaimana mestinya Ditetapkan di : Bener Meriah Pada tanggal : 28 Agustus 2019 RSIA AZALIA Direktur m) 4 KATA SAMBUTAN Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya maka Pedoman pelayanan Instalasi Bedah Rumah Sakit Ibu Dan Anak Azalia tahun 2019 telah selesai. Buku panduan ini sangatlah penting untuk membantu kelancaran pelaksanaan pelayanan kesehatan terutama berkaitan dengan proses pembedahan di Instalasi bedah Rumah Sakit Ibu Dan Anak Azalia Pedoman ini merupakan kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana pelayanan di Instalasi Bedah dilakukan, dengan demikian proses pembedahan mencakup pre, intra dan post operatif bisa terlaksana dengan baik oleh petugas kamar bedah. Insya Allah, Panduan in dapat memberikan manfaat bagi petugas Instalasi Bedah Rumah Sakit fbu dan Anak Azalia pada khususnya dan seluruh petugas Rumah Sakit pada ‘umumnya, Dan tentunya evaluasi berkala terhadap pedoman ini harus terus dilakukan sesuai perkembangan proses pelayanan Instalasi Bedah, Bener Meriah : 28 Agustus 2019 RSIA AZALIA KATA PENGANTAR, Tindakan pembedahan atau tindakan operasi merupakan tindakan yang menimbulkan ‘gangguan Psikologi (Stress) pada pasien dan keluarga. Orang yang mengalami pembedahan ‘mempunyai risiko integritas atau keutuhan tubuh terganggu bahkan dapat merupakan ancaman kehidupan. Penyulit dapat disebabkan oleh aspek manusia/tenaga, fasilitas/alat dan Jingkungan yang tidak memenuhi persyaratan Untuk menghindari hal tersebut diatas maka pihak rumah sakit sebagai penyelenggara layanan Kesehatan mengupayakan prasyarat standar untuk fasilitas, ketenagaan dan upaya kegiatan yang dapat menghindari hal yang tidak diinginkan dalam pemberian layanan di Kamar Operasi, Untuk menunjang pelayanan yang sesuai harapan ‘maka dibutuhkan pedoman agar pelaksanaan pelayanan di Instalasi Bedah yang diberikan oleh setiap staf? petugas bisa seragam dan berjalan dengan baik schinga menghasilkan apresiasi yang baik dari pasien, keluarga, masyarakat atau lingkungan sekitar rumah sakit ‘Semoga buku pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia ini dapat bermanfaat bagi setiap petugas Instalasi bedah. Kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun schingga menjadi umpan balik yang dapat meningkatkan mutu terkait dengan pelayanan Instalasi Bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia Bener Meriah 28 Agustus 2019 RSIA AZALIA Ka. Instalasi Bedah BABI PENDAHULUAN Latar belakang Tindakan pembedahan atau tindakan operasi_ merupakan tindakan yang menimbulkan gangguan Psikologi (Stress) pada pasien dan keluarga. Orang yang mengalami pembedahan mempunyai risiko integritas atau keutuhan tubuh terganggu bahkan dapat merupakan ancaman kehidupan, Penyulit dapat disebabkan oleh aspek manusia/tenaga, fasilitas/alat dan lingkungan yang tidak ‘memenubi persyaratan Untuk menghindari hal tersebut diatas maka pihak rumah sakit sebagai penyelenggara layanan kesehatan harus mengupayakan prasyarat standar untuk fasilitas, ketenagaan dan_upaya kegiatan yang dapat menghindari hal yang tidak diinginkan dalam pemberian layanan di Kamar Operasi Sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 1691/MENKES/PER/VII/2011BAB IV pasl 8 ayat I dan 2 tentang Sasaran Keselamatan Pasien Rumah sakit, yang menyatakan Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien. Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut 1. Ketepatan identifikasi pasien; Peningkatan komunikasi yang efektif, Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;, Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;, Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan keschatan; dan CORE Ca Users} Pengurangan risiko pasien jatuh Upaya pemenuhan standar fasilitas Kamar Operasi juga harus dilakukan sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, seperti tertuang dalam Pasal 28 Bagian H, ayat (1) telah menegaskan bahwa setiap orang. berhak memperoleh pelayanan keschatan kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) — Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 1 dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Dalam rangka mendukung — Undang-Undang No. 44 dan 1691/MENKES/PER/VIII/2011tersebut, maka harus disusun _persyaratan Pelayanan kamar operasi rumah sakit yang memenuhi standar pelayanan, keamanan, keselamatan, kemudahan dan kenyamanan. Schingga Ruang Operasi yang merupakan tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif ‘maupun akut, yang membutubkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya dapat dilaksanakan dengan sebenar-benamya sesuai persyaratan teknis dalam pedoman ini B. Tujuan Pedoman 1, Tujuan umum ‘Terwujudnya pelaksanaan pelayanan pembedahan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Azalia dalam upaya mendukung pemberian pelayanan unggulan secara prima dan manusiawi serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dengan selalu mengutamakan keselamatan pasien 2. Tujuan khusus a, Mewujudkan pelayanan pembedahan yang berorientasi pada pelanggan, yang meliputi seluruh lapisan masyarakat b. Meningkatkan keamanan tindakan pembedahan dengan menciptakan standar prosedur yang aman c. Mengurangi tingkat mortalitas, morbiditas dan disabilitas/kecacatan akibat komplikasi prosedur pembedahan. 4. Meningkatkan layanan penangganan pasien, meningkatkan kepuasan pasien dan tim Bedah. ¢. Mewujudkan pelayanan pembedahan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang berdampak pada peningkatan pendapatan rumah sakit dan kesejahteraan karyawan a Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 2 C. Ruang Lingkup Pelayanan Rumah Sakit Ibu Dan Anak Azalia memberikan pelayanan bedah 24 jam perhari, dari senin sampai minggu, adapun pelayanan bedah yang diberikan bersifat emergency dan elektif serta one day Care (ODC). Jenis tidakan yang dapat dilakukan di Instalasi Bedah Rumah Sakit Ibu Dan Anak Azalia adalah golongan tindakan kecil, sedang dan Besar Pelayanan pembedahan diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat terutama Bener Meriah dan sekitarnya, dengan selalu- mengutamakan peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien maupun staf serta lingkungan, D. Batasan Operasional Jenis tindakan pembedah yang dapat dilakukan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Azalia Meliputi Bedah Umum dan Obgyn, Pelayanan Instalasi Bedah dilakukan oleh anggota Tim bedah (perawat, penata, dokter anestesi, dan dokter operator yang akan menangani pasien dalam prosedur pembedahan) E. Landasan Hukum 1. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 2. Pedoman Ruang Operasi Rumah Sakit dari Kementrian Kesehatan— RI Direktorat Jendral Bina Upaya Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan 2012 3. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesi Nomer 1691/MENKES/PER’VIII/2011 4. Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomer 971/MENKES/PER/X1/2009 Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan 5. Pedoman Perancangan kamar bedah RS. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Sarana dan Peralatan Medik Tahun 2000 Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 3 ringan (ansiolitik)/sedang (anestesi lokal); akan tetapi tidak untuk sedasi berat atau anestesi umum. Perawat dan asisten anestesi harus bekerja dengan supervisi langsung oleh dokter yang kompeten dan terlatih baik. b) Prasyarat, meliputi > Pendidikan Berijazah pendidikn formal DIII keperawatan Anestesi yang terakreditasi . > Sertifikasi farmakologi anestesi » Memiliki sertifikat pelatihan BTCLS b, Staf Perawat Kamar operasi, terdiri da 1) Perawat Kepala Instalasi Bedah a) Pengertian Seorang tenaga perawat_ profesional yang bertanggung jawab dan berwenang dalam mengelola serta ademistrasi dalam kegiatan pelayanan keperawatan di Instalasi Bedah. b) Persyaratan, meliputi > Pendidikan Diutamakan Strata 1 atau lulusan DIII Keperawatan yang terakreditasi > Memiliki SIPP > Memiliki sertifikat managemen Kamar bedah > Memiliki sertifikat Pelatihan dasar Kamar Bedah (HIPK ABI) > Memiliki Sertifikat Pelatihan BTCLS - > Mempunyai Pengalaman Kerja di kamar operasi minimal 5 tahun > Memiliki Kemampuan Kepemimpinan 2) Perawat Penanggung Jawab Shift : a) Pengertian : Seorang tenaga perawat profesional yang. bertanggung jawab dan berwenang dalam mengatur kegiatan pelayanan kamar bedah dalam satu shif, b) Persyaratan, meliputi ne nn Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 6 > Pendidikan lulusan DIII Keperawatan atau Strata 1 Keperawatan yang terakreditasi Memiliki SIPP Memiliki sertifikat Pelatihan dasar Kamar Bedah Memiliki Sertifikat Pelatihan BTCLS. v Vv Vv v Mempunyai Pengalaman Kerja di kamar operasi minimal 3 tahun Y Memiliki Kemampuan Kepemimpinan 3) Perawat Pelaksana a) Pengertian : Seorang tenaga perawat yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan sehari-hari atau rutin kamar bedah sesuai dengan arahan yang diberikan penanggung jawab setiap shif, b) Persyaratan, meliputi > Pendidikan lulusan DI Keperawatan atau Strata 1 Keperawatan yang terakreditasi >» Memiliki SIPP > Diutamakan memiliki sertifikat Pelatihan dasar Kamar Bedah (HIPKABI) > Memiliki Sertifikat Pelatihan BTCLS > Diutamakan mempunyai Pengalaman Kerja di kamar operasi minimal 1 (satu) tahun atau di UGD minimal 3 (tiga) tabun B. Distribusi Ketenagaan Ketenagaan Instalasi Bedah terdiri dari kepala ruang, penanggung jawab shifi, penata anestesi, perawat bedah pelaksana, dengan system penugasan didalam satu shift sesuai dengan kompetensi staf dan tingkat kunjungan pasien. C. Pengaturan Jaga 1, Jadwal Kerja Untuk memastikan operasional Instalasi Bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia 24 jam perhari, senin-minggu, Pola ketenagaan mengikuti pola shift kompetensi sesuai tingkat kunjungan dan non shift: nn a Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 7 a, Sihft kerja yaitu Shift Pagi dari jam 08.00-17.00 WIB , dan Shift malam 17.00-08.00 WIB, shift kerja ini diperuntukan tenaga Perawat bedah dan Perawat anestesi, b. Non Shift Jam kerja 7 jam sehari diperuntukan untuk Kepala Ruang Kamar bedah (jam 08.00-15.00 WIB) jam kerja ini di peruntukan (sesuai kebutuhan) 2. ‘Tugas- tugas ketenagaan Instalasi Bedah . Tugas Tim Bedah 1) Pembiusan dilakukan oleh ali anestesi dan asistennya 2) Penyediaan alat-alat untuk keperluan bedah yang sedang dilaksanakan oleh Perawat pelaksana 3) Persiapan penggunaan instrumen dikerjakan oleh perawat instrumen. 4) Pembedahan dilaksanakan oleh ahli bedah dan asistennya, b, Tugas dan Tanggung Jawab Perawat 1) Kepala kamar Bedah harus bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan di dalam kamar Bedah tersebut. 2) Penanggung Jawab shiff Kamar Bedah bertugas penuh terhadap kelancaran tugas-tugas pegawai dari masing-masing staff, memberi tuntunan praktis terhadap siswa yang ada, 3) Staff Perawat kamar bedah adalah perawat-perawat yang bertanggung jawab penuh terhadap tugas-tugas yang diberikan, misalnya: a) Inventarisasi b) Penyedian peralatan dan instrumen ©) Sterilisasi 4) Desinfeksi ) Dan menjamin kebersihan alat di kamar operasi Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 8 3. Waktu Pemberian pelayanan a, Dokter Anastesi memberikan pelayanan 1x24 jam yang terdiri dari 1 (satu) dokter anestesi tetap dan 1 dokter nestesi On Call b. Perawat tim Bedah memberikan pelayanan 1 x 24 jam degan pola penjadwalan 2 shiff (pagi, malam) ¢. Perawat anestesi memberikn pelayanan 1 x 24 jam yang terdiri dari 1 (satu) perawat anestesi tetap _—- Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 9 BABII STANDAR KETENAGAAN A. Kual fikasi sumber daya manusia 1, Jenis Tenaga a. Tim Bedah, terdiri dari: 1) Ali bedah 2) Asiten ahli Bedah 3) Perawat instrumen (scrub nurse) 4) Perawat sirkuler 5) Abii anestesi 6) Perawat anestesi b. Staf perawat kamar operasi, terdiri dari: 1) Perawat Kepala Instalasi Bedah 2) Perawat Penanggung jawab Shiff 3) Perawat Pelaksana 4) Prawat Pj CSSD 2, Kualifikasi a. Tim Bedah, terdiri dari : 1) Abli Bedah a) Pengertian : Seorang dokter yang telah menyelesaikan program studi spesialis Bedah atau Obgyn yang terakreditasi ) Prasyarat, meliputi > Memiliki SIP > Lulus Proses Kredensial 2) Abli Anestesi a) Pengertian : Merupakan seorang dokter yang telah menyelesikan program studi spesialis dibidang anestesi yang terakreditasi b) Prasyarat > Memiliki SIPP er Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 4 a — Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 5 BAB IIL STANDAR FASILITAS A. Denah Ruang Instalasi Bedah KETERANGAN: Zone ketat-terbatas /restrected ‘Zone Semi ketat (semi restrected area ‘Zone Bebas terbatas (unrestrected) en i ne Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 10 n Kamar berdasarkan Zone Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari a. Zone Bebas terbatas (unrestrected) Pada area ini hanya orang-orang yang berkepentingan boleh berada di zone ini, Baju luar diperbolehkan, Area bebas terbatas meliput 1) Ruang Ganti baju 2) Ruang Istirahat 3) Ruang Linen 4) Ruang Transisi Pada area ini petugas pasien tidak perlu menggunakan pakain khusus kamar operasi b. Zone Semi ketat (semi restrected area) Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian kahusus kamar operasi yang ‘erdiri atas topi, masker, baju dan celana operasI. Area semi ketat meliputi 1) Ruang persiapa atau premedikasi 2) Ruang Koridor 3) Ruang Pulil/RR 4) Ruang penyiapan alat steril 5) Ruang Penyimpanan alat tIdak steril 6) Ruang pencucian alat bekas pakai 7) Ruang sterilisasi 8) Ruang Penyimpanan obat 9) Ruang pembuangan Limbah operasi 10) Ruang Cuei tangan operasi ¢. Zone ketat-terbatas /restrected ada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap ddan melaksanakan prosedur aseptik. Area ketat meliputi : Kamar Operasi Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 11 2. Pembagian Sarana Ruang Operasi Rumah Sakit berdasarkan Zona a. Ruangan-ruangan pada bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit dapat dibagi kedalam beberapa zona (lihat gambar 1). Keterangan : 5 = Area Nuklei Steril (Meja Operasi) 4 = Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan prefilter, medium filter dan hepa filter, Tekanan Positif) 3 = Zona Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter) ‘ona Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter) = Zona Tingkat Resiko Rendah (Normal) Gambar Ila ~ Pembagian zona pada bangunan (sarana) Ruang Operasi Rumah Sakit 1) Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal). Zona ini terdiri dari area ruang tunggu keluarga pasien, ruang utilitas kotor. 2) Zona 2, Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter). Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, Ruang Tunggu Pasien Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 12 (holding) ruang transfer dan ruang loker (ruang ganti pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi antara zona | dengan zone 2. 3) Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter). Zona ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang persiapan (preparation), peralatan/instrument steril, ruang induksi, area scrub up,ruang pemulihan (recovery), ruang resusitasi neonatus, ruang linen, ruang pelaporan bedah, ruang penyimpanan perlengkapan bedah, ruang penyimpanan peralatan anastesi, implant orthopedi dan emergensi serta koridor-koridor di dalam kompleks ruang operasi. Merupakan area dengan kebersihan ruangan kelas 100,000 (ISO 8 ~ 1S014644-1 clean room standards, Tahun 1999) 4) Zona 4, Tingkat Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan Pre Filter, MediumFilter, Hepa Filter)Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Merupakan area dengan kebersihan ruangan kelas 10.000 (ISO 7 -1SO 14644-1clean room standards, Tahun 1999) 5) Area Nuklei Steril Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah (claminair air flow) dimana bedah dilakukan. Merupakan area dengan kebersihan ruangankelas 1,000 sampai dengan 10,000 (ISO 6 s/d 7 ~ ISO 1464-1 clean room standards, Tahun 1999), Sistem zonasi pada bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit bertujuan untukmeminimalisir risiko penyebaran infeksi (infection control) oleh micro-organismedari rumah sakit (area kotor) sampai pada kompleks ruang operasi Sistem zonasi tersebut menyebabkan penggunaan sistem air conditioning padasetiap zona berbeda-beda. Ini berarti bahwa petugas dan pengunjung datangdari koridor kotor mengikuti ketentuan berpakaian dan ketentuan tingkah lakuyang diterapkan pada zona. Aliran (flow) bahan-bahan yang masuk dan keluar Ruang Operasi Rumah Sakitjuga harus memenuhi ketentuan yang spesifik —_——$$$$S— Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 13 €. Aspek esensial dari system zonasi dan layout/denah bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit adalah mengatur arah dari tim bedah, tim anestesi, pasiendan setiap pengunjung serta aliran bahan steril dan kotor. f, Dengan menerapkan sistem zonasi ini dapat meminimalkan risiko infeksi padapaska bedah. B. Standar fa 1. Standar Fasilitas dan Peralatan Instalasi Bedah a, Ruang persiapan/premedikasi Ruang yang digunakan untuk mempersiapkan pasien bedah sebelum memasuki pan, petugas Ruang Operasi Rumah Sakit membersihkan tubuh pasien bedah, dan mencukur bagian tubuh yang perlu ruang operasi. Di ruang pe dicukur, Petugas Ruang Operasi Rumah Sakit mengganti pakaian pasien bedah dengan pakaian khusus pasien Ruang Operasi Rumah Sakit. Selanjutnya pasien bedah dibawa ke ruang Operasi. Ruang persiapan/premedikasi mempunyai peralatan sebagai beriukut 1) Brancard/kereta dorong 2) Standar Infus 3) Rak baju pasien 4) Saction Pump 5) Tabung Oksigen lengkap 6) Sampiran 7) Termometer 8) Tensi Meter 9) Stetoscope 10) Bengkok 11) Pispot 12) Urinal 13) Alat Cukur Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 14 14) Alat kedokteran dan alat kesehatan lainnya yang harus tersedia di ruang persiapan tergantung kondisi rumah sakit setempat. b. Ruang pulih Ruang pemulihan ditempatkan berdekatan di area ruang operasi dan diawasi oleh perawat anestesi. Pasien operasi yang ditempatkan di ruang pemulihan secara terus menerus dipantau karena pembiusan normal atau ringan, Daerah ini memerlukan perawatan berkualitas tinggi yang dapat secara cepat menilai pasien tentang status : jantung, pernapasan dan physiologis, selanjumnya melakukan tindakan dengan memberikan pertolongan yang tepat. Setiap tempat tidur pasien pasca operasi dilengkapi dengan masing masing satu outlet Oksigen, suction, Compressed Air, kotak kontak listrik, dan peralatan monitor. Kereta darurat (emergency cart) secara terpusat disediakan dan dilengkapi dengan defibrillator, airway, obat-obatan darurat, dan persediaan lainnya. Komunikasi ruang PACU (Post Anaesthetic Care Unit) langsung ke ruang dokter bedah dan perawat bedah Tombol panggil darurat ditempatkan diseluruh ruangan Ruang Operasi Rumah Sakit ¢. Ruang Cuci Tangan Scrub station, adalah bak cuci tangan bagi Dokter ahli bedah dan petugas medik yang akan mengikuti langsung pembedahan di dalam ruang operasi. Bagi petugas medik yang tidak terlibat tidak perlu mencuci tangannya discrub station. Scrub station sebaiknya berada disamping atau di depan ruang operasi Beberapa persyaratan dari scrub station yang harus dipenuhi, antara lain 1) Terdapat kran siku atau, minimal untuk 2 (dua) orang, 2) Aliran air pada setiap kran cukup 3) Dilengkapi dengan tempat cairan desinfektan. Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 15 4) Dilengkapi sikat kuku. Gambar Scrub stati n untuk 2 orang , Ruang Tindakan (Kamar operasi Mayor) Kamar Besar menyediakan lingkungan yang steril untuk melakukan tindakan bedah dengan pembiusan lokal, regional atau total. Ruang operasi besar dapat digunakan untuk tindakan pembedahan yang membutuhkan peralatan besar dan memerlukan tempat banyak, termasuk diantaranya untuk bedah Neuro, bedah orthopedi. Area ruang operasi besar minimal 50 m2 dengan ukuranpanjang x lebar x tinggi adalah 7.2m x 7m x 3m. 1) Peralatan kesehatan utama minimal yang berada di kamar ini antara lain Peralatan kesehatan utama yang diperlukan, antara lain a) 1 (meja operasi khusus) b) 1 (satu) lampu operasi c) 1 (satu) ceiling pendant untuk outlet gas medik dan outlet listrik 4) 1 (satu) ceiling pendant untuk monitor, mesin anestesi, dan sebagainya e) 2 (dua) set Peralatan Pendant (digantung), masing-masing untuk pendan anestesi dan pendan bedah #) 1 (satu) mesin anestesi 8) Film Viewer h) Jam dinding i) Instrument Trolley untuk peralatan bedah ji) Tempat sampah klinis k) Tempat linen kotor Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 16 e. Persyaratan umum komponen pada ruang operasi antara lain : 1) Komponen penutup lantai ) Lantai tidak licin, tahan terhadap goresan/ gesekan peralatan dan tahan tethadap api b) Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia dan anti bakteri c) Penutup lantai dari bahan anti statik, yaitu vinil anti statik 4) Permukaan dari semua lantai tidak porous, tetapi cukupkeras untuk pembersihan dengan penggelontoran (flooding), danpem-vakuman basah e) Penutup lantai berwama cerah dan tidak menyilaukan mata f) Hubungan/ pertemuan antara lantai dengan dinding menggunakan bahan yang tidak siku, tetapi melengkung untukmemudahkan pembersihan lantai (Hospital plint) ) Tinggi plint, maksimum 15 em 2) Komponen dinding Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut a) Dinding mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahankimia, tidak berjamur dan anti bakteri b) Lapisan penutup dinding non porosif (tidak mengandung pori-pori) sehingga dinding tidak menyimpan debu. ) Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata. 4) Hubungan/pertemuan antara dinding dengan dinding tidak siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan dan juga untuk melancarkan arus aliran udara e) Bahan dinding keras, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan. Alternatif lain bahan dinding yaitu dinding sandwich galvanis, 2(dua) sisinya dicat dengan cat anti bakteri dan tahan terhadapbahan kimia, Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 17 dengan sambungan antaranya harus di-seal dengansilicon anti bakteri sehingga memberikan diding tanpa sambungan 3) Komponen langit-langit a) Mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur serta anti bakteri b) Memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga tidak menyimpan debu. ) berwama cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan. 4) Tempat lampu operasi menggantung, 4) Pintu Ruang operasi. a) Pintu berbentuk jendela ayun (swing), dan mengayun kedalamruang operasi. b) Pintu tidak boleh dibiarkan terbuka baik selama pembedahan maupun diantara pembedahan-pembedahan, untuk itu pintu dilengkapi dengan. ) Lebar pintu 1100 mm, dari bahan kaca, anti bakteri/ jamur dan terang. — oe t —- Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 18, Gambar layout ruang operasi umum f. Ruang Resusitasi Bayi Ruangan yang dipergunakan untuk menempatkan bayi baru lahir melalui operasi caesar, untuk dilakukan tindakan resusitasi terhadap bayi. Pada = ruangan ini dilengkapi dengan tempat tidur bayi dan inkubator/ infan warmer perawatan bayi. Pada tiap incubator/infan warmer harus dilengkapi dengan 1 (satu) outlet oksigen dan vacuum. Di ruang ini bayi hanya tinggal sementara dan akan dipindahkan ke ruang bayi bersama ibunya setelah bayi tersebut stabil ke ruang perawatan, Ruangan ini terletak di dekat ruang operasi g, Alat kedokeran untuk anestesi ) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) | 9) Mesin anestesi Laryngoscope Magy! forcep Hares Air Viva Recervoir bag berbgai ukuran Brush tube Gudel Endrotracheal tube 10) Kanule 11) Xylocain jelly 12) Face mak 13) Konector 14) Trolley (meja dorong) 15) Suction pump. 16) Resusitasi bayi Obat-obatan dan Cairan Page 19 1) Obat-obatan untuk anastesi dan obat lain yang diperlukan 2) Cairan infus berbagai jenis 3) Cairan desinfeksi 4) Bangkwdingklik 5) Sandal khusus h, Set standar pembedahan 1). Set alat tenun: a) Set operasi umum yang terdiri dari Laken pembungkus berlapis (1), Laken Operasi (2), Duk operasi (5) atau lebih, Sarung cauter(1), Sarung meja mayo (1) Kain kasa 10 Jembar, Depper 5 buah, Perlak (zeil) besar/kecil (1/1) Set jas operasi, terdiri dari: Laken pembungkus berlapis(!), Jas operasi (4), Handuk tangan kecil(4). b) Set operasi khusus terdiri dari Laken pembungkus berlapis (1), Duk operasi (6),Laken kecil (1),Sarung meja Mayo (1), Kain kassa (1). ¢) Set operasi khusus Bedah syaraf terdiri dari Laken pembungkus berlapis (1), Duk operasi (6),Laken besar (1),Laken Kecil (3), Laken Bolong (1) Sarung meja mayo (1),Sarung kauter (1), Kain kasa besar(Slembar), Kain kasa kecil (50 lembar), Set Jas operasi terdiri dari : Laken pembungkus (1), Jas Operasi (3), Handuk tangan (3) 2) Set instrumen dasar: a) Gagang pisau nd. .omnemnnnnsinnnnnninnneannnnees V b) Gagang pisauno. 4... Serene eee] ¢) Gunting jaringan 19,Sem, 4) Gunting bengkok tumpul 17cm... —————— Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 20 Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah ) Gunting bengkok tajam 16,5. Seer] ) Pincet anatomi 14/13em ae Mu #) Pincet chirurgie 13/14em sae 7 h) Arteri klem pean Bengkok Idem... 10 i) Arteri klem pean lurus 14 em. 10 4) Klem jaringan 15em oes ae: k) Arteri klem kocher I4em Screen ena) 1) Penjepit jarum (nald volder) 20em ‘m)Spatel perut besar/kecil nn) Duk klem 14cm ohare cetera nite oa 6 ©) Wound haak berdaun panjang/langenback 22,5 ... p) O hak 22,5 eed q) Wound Haak bergigi tumpul 4 22,5 1) Prepare klem (450,600,900) .. a WAM ) Ujung Suction A 1) Nierbekken (bengkok)............ - sansa a u) Mangkok desinfektan Beene ez v) Slang suction (2,5 ~ 3)... arepunieeeneeeena a ‘w) Gunting benang a pense? x) Jarum dan tempatnya........ - saint sc Iset Page 21 BABIV TATA LAKSANA PELAYANAN A. Penjadwalan Operasi/Block Time Kamar bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia memiliki alokasi waktu yang. efektif dalam pemberian pelayanan, namun secara umum kamar bedah Rumah sakit Ibu dan Anak Azalia memberikan pelayanan 24 jam dalam satu hari, tujuh hari dalam satu minggu. waktu pemberian pelayanan berdasarkan kriteria dan urgmitas tindakan operasi, tindakan operasi elektif dan One Day Care (ODC) dapat dilakukan setiap hari dari mulai pukul 08.00 sampai dengan 21.00, sedang tindakan operasi non elektif dapat dikerjakan didalam ataupun diluar jam elektif sesuai ketentuan, Ada waktu khusus yang dialokasikan untuk tindakan pemeliharaan (Pembersihan) Instalasi bedah dan isinya, waktu pemeliharaan ini dilakukan setiap hari jumat jam 08.00 sampai dengan jam 13.00, pada saat tindakan pemeliharaan Kamar bedah berlangsung maka tindakan operasi elektif tidak dijadwalkan pada hari tersebut, untuk tindakan emergensi_ dapat menggunakan OK Kasus non elektif (emergensi,prioritas, dan urgent) mungkin dapat terjadi dalam waktu yang bersamaan, maka pasien _diprioritaskan _berdasarkan kegawatdaruratannya dan dipertimbangkan berdasarkan masing-masing keilmuan. ‘Ada empat prinsip dalam menyusun prioritas pasien untuk kamar operasi, yaitu: keselamatan pasien, akses dokter bedah dan pasien ke tempat tindakan, memaksimalkan efisiensi kamar bedah, dan meminimalkan waktu tunggu pasien ‘Ada beberapa cara untuk memaksimalkan jadwal kamar operasi, antara lain 1. Menggunakan proses paralel, misalnya induksi anestesi dapat mulai dilakukan di kamar lain/kamar persiapan_sementara menunggu proses pemindahan pasien sebelumnya ke ruang pemulihan 2. Menggadakan klinik preoperatif untuk memastikan pasien siap menjalani operasi Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 22 3. Kerjasama yang baik dalam tim bedah Memanfaatkan teknologi untuk ‘menangani proses, misalnya telepon seluler, whiteboard, dan lain-lain 4. On-time dalam memulai tindakan operasi Dalam penjadwalan tindakan perlu diperhatikan Kapasitas penggunaan kamar operasi dalam 24 jam, ini digunakan untuk menentukan jumlah pelayanan yang dapat diberikan secara opetimal kepada pasien. Maksimal Tindakan Operasi elektif yang dapat dilakukan di kamar Bedah per hari < adalah 12 tindakan . Berikut adalah kriteria tindakan operasi dalam penyusunan jadwal tindakan operasi: a. Tindakan operasi Elektif/non Urgent. Tindakan Operasi elektif? non urgent adalah prosedur yang bisa dikerjakan setelah 24 jam, tindakan non Urgent dapat dilakukan setiap hari pada jam 08.00 s/d jam 21.00, kecuali pada hari jumat dapat dilakukan pada jam 08.00 s/d jam 12.00. dan break dari jam 12.00 s/d jam 14.00 dan dapat di Jakukan operas dari jam 14,00 s/d 21 wib. Dokter bedah dapat menentukan tindakan operasi elektif pada jam yang telah ditentukan, Pendaftaran Tindakan operasi dapat dilakukan 7 sampai 1 hari sebelum tindakan operasi dilakukan, : Jika dokter bedah telah menentukan jam tindakan operasi dan tidak memenuhi jadwal tersebut, maka dokter bedah akan kehilangan kesempatan penggunaan kamar operasi. Yang termasuk kategori ini adalah 1) Pasien yang direncanakan operasi oleh DPJP Bedah dari klinik Spesialis (Bedah dan Kandungan,) 2) Pasien yang direncanakan operasi oleh DPJP Bedah pada saat pasien dirawat Inap. 3) Pasien yang dilaksanakan operasi tanpa membutuhkan rawat inap (One day care) Se Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 23 b. Tindakan Operasi Urgen Tindakan Operasi Urgen adalah prosedur yang harus dikerjakan dalam 4 jam sampai 24 jam, Yang termasuk kategori Urgen adalah operasi yang telah ditentukan jadwalnya oleh dokter DPJP Bedah saat pasien membutuhkan persiapan di unit Rawat Inap unuk perbaikan keadaan umum pasien atau pasien diperlukan tindakan observasi oleh DPJP Bedah). ¢. Tindakan Operasi prioritas Tindakan Operasi prioritas adalah prosedur yang harus dikerjakan dalam 30 menit sampai 4 jam (operasi yang masuk kategori prioritas adalah operasi yang pasiennya telah dipersiapkan dari IGD dan VK) 4d, Tindakan Operasi emergensi Tindakan Operasi emergensi adalah prosedur yang mengancam nyawa atau tungkai dan harus selesai dikerjakan dalam 30 menit (operasi yang harus segera dilaksanakan untuk menyelamatkan nyawa pasien livesafeing). Untuk mengatur penjadwalan secara Efektif, Jadwal sedapat mungkin diatur agar tidak penuh di awal minggu dan kosong di hari-hari berikutnya. Pemulangan pasien-pasien post operatif dikoordinasikan dengan dokternya agar tidak selalu menunggu waktu visit dokter. Hal ini dimaksudkan untuk mengefisienkan waktu perawatan pasien dan tempat tidur pasien tersebut dapat segera dialokasikan untuk pasien lain yang membutuhkan. 2. Penggunaan kamar Tindakan /Kamar operasi Alokasi tempat khusus tindakan Ugrent, Prioritas dan emergensi, memprioritaskan kamar tindakan (OK)di gunakan untuk tindakan emergensi, prioritas, dan urgent. Jika ada tindakan emergensi yang lebih dari satu tindakan, maka tindakan operasi dapat lainya dapat dilakukan dengan memundurkan jadwal operasi elektif yang telah terdaftar. Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 24 3. Alur Pendaftaran dan Penjadwalan Tindakan operasi a. Pasien dari IGD, Klinik, VK, HCU, RI yang direncanakan operasi dan sudah memenuhi kelengkapan Administrasi akan didaftarkan oleh petugas ke Instalasi Bedah dengan menyebutkan nama pasien, tanggal lahir, Nomer Rekam Medis, diagnosa, rencana tindakan/Prosedur (termasuk sisi yang akan dioperasi). b. Petugas Instalasi bedah akan memperhatikan Kategori rencana tindakan operasi yang akan dilaksanakan, apabila termasuk dalam kategori emergensi akan segera menjadwalkan dengan menggeser jadwal tindakan operasi yang telah terdaftar dengan kegori elektif dengan konfirmasi terlebih dahulu dengan DPJP Bedah yang telah merencanakan operasi elektif. ©. Apabila kategori rencana operasi buka emergensi, Petugas Instalasi bedah akan melihat daftar rencana operasi apakah waktu yaang diminta tersedia atau tidak, apabila waktu yang diminta tersedia petugas Instalasi bedah akan menulis penjadwalan yang diminta tersebut dipapan “daftar rencana operasi”. 4, Apabila jadwal yang diminta sudah terisi oleh rencana tindakan operasi yang Jain petugas Instalasi bedah akan menjadwalakan ulang dengan melakukan konfirmasi terlbih dahulu dengan DPJP Bedah , Petugas kamar operasi memberikan informasi jadwal rencana tindakan pada petugas di unit yang bersangkutan setelah mendapatkan koonfirmasi DPJP Bedah £, Pendaftaran tindakan operasi elektif dilakukan jam 08.00 sampai dengan jam 21.00 4. Evaluasi Penjadwalan tindakan Operasi Evaluasi dilakukan secara berkala setiap bulan pada awal bulan berikutnya, dengan melakukan analisis tethadap penjadwalan yang telah dilakukan dan pelaksanaan tindakan operasi ee i ce Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 25 5. Pembatalan sebelum waktu operasi yang sudah dijadwalkan a, Pembatalan tindakan operasi elektif dilakukan sekurang-kurangnya 4 jam sebelum jam tindakan operasi dilakukan. b, Pembatalan tindakan operasi urgent dilakukan minimal 2 jam sebelum tindakan operasi dilakukan, es ¢. Pembatalan tindakan Operasi Prioritas dan Emergensi dilakukan 30 menit sebelum operasi dilakukan. B. Penerimaan dan Penyerahan pasien roses penerimaan dan pemulangan pasien operasi dari ruang rawat inap atau rawat jalan yang dilakukan diruang penerimaan pasien (Ruang transisi) di Instalasi bedah 1, Tujuan tindakan serah terima pasien adalah : a. Pelayanan tepat waktu sesuai jadwal dan adanya proses serah terima pasien yang menjamin kesinambungan pengelotaan pasien operas b. Verifikai pra-operasi terhadap: Benar pasien, benar lokasi operasi, dan benar prosedur operasi . Verifikasi pra-operasi. bahwa semua dokumen dan peralatan yang dibutubkan diterima dengan benar dan berfungsi dengan baik 2. Alur Penerimaan dan Pemulangan pasien di Instalasi Bedah a. Pasien rencan operasi dikirim ke Instalasi bedah setelah_mendapatkan panggilan dari petugas Instalasi bedah b, Pasien rencana operasi dikirim ke Instalasi Bedah mengunakan sarana transportasi sesuai dengan kondisi pasien oleh perawat dari unit asal pasien : dirawat. ¢. Serah terima pasien dilakukan di ruang transisi oleh petugas pengantar pasien dan petugas Instalasi Bedah. 4. Serah terima pasien berpedoman pada “catatan Keperawatan Peri-Operatif| (Pra-operasi). Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 26 e. Melakukan tindakan Verifikasi pra-bedah yang terdiri dari identitas pasien, penandaan sisi operasi, kelengkapan dokumentasi, inform consent, kelengkapan alat/implan, serta hasil pemeriksaan penunjang dan riwayat alergi dan peralatan yang diterima dalam kondisi benar dan berfungsi dengan baik £ Pada kondisi khusus penerimaan dan pemulangan pasien mengikutsertakan DPIP anestesi atau Bedah . Pada pasien anak, pasien resiko tinggi atau pasien yang memerlukan alat bantu khusus proses penerimaan dan pemulangan pasien dilakukan dengan ‘mempertimbangkan kondisi medis dan psikologis pasien. . Persiapan Operasi ‘Memonitor performa kamar operasi /ruang tindakan sebelum prosedur dimulai, harus dilakukan persiapan ruangan, Hal ini meliputi_menciptakan lapangan steril, menyiapkan alat-alat, dan memeriksa kelengkapannya. 1. Per iapan Tempat ‘Tempat operasi sesuai dengan rencana penempatan tindakan saat penjadwalan, tempat operasi (Kamar Tindakan operasi harus dalam kondisi siap pakai) dengan melakukan pengecekan sebelum persiapan alat pada a, Pengecekan kebersihan b. Pengecekan suhu c. Pengecekan sumber Gas d. Pengecekan Sumber Listrik, dan €. Pengecekan exhous fan 2. Persiapan alat: a. Ada empat tahap proses persiapan alat, yaitu: Pencucian dan dekontaminasi, desinfeksi, sterilisasi, dan penyimpanan atau pemindahan ke lapangan steril. Ada beberapa jenis sterilisasi, yaitu ‘menggunakan steam, uap kering dan Uap formalin. Se tee RR Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 27 a. Nama b. Jumlah/konsentrasi . Pelarut dan volumenya d. Jam dan Tanggal diberikan 6. Pe japan Pasien a. Persiapan pasien dapat dilakukan dengan mengkaji faktor risiko pasien diantaranya adalah : 1) Alergi 2) Riwayat kesehatan sebelumnya (misalnya tekanan darah tinggi, asma, masalah jantung atau pernapasan) 3) Penggunaan tembakau (karena rokok meningkatkan risiko infeksi) 4) Penggunaan alkohol dan narkotika 5) Pengalaman pribadi pasien dengan sedasi dan anestesi sebelumnya 6) Berat badan 7) Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini 8) Ada tidaknya risiko untuk anestesi dan sedasi 9) Permintaan khusus dari pasien untuk jenis anestesi dan sedasi 10) Kecemasan pasien 11) Delirium 12) Status nutrisi 13) Risiko potensial untuk deep vein thrombosisAkses Intra Vena b. Persiapan lapangan operasi yang steril dan cara_mempertahankan sterilits 1) Desinfeksi lapangan operasi a) Menggunakan antiseptik yang dapat -—menguragi_jumlh mikroorganisme dengan cepat, aman terhadap kulit, dan- mampu mengilangkan atau mengehapus sisa dari organik lain (sabun, detergen dan lemak) nce en net Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 29 b) Menggunakan instrumen steril yang terdiri dari 2. mangkok cairan anti seeptik, I satu neirbekeken, forcep, dan kassa, ©) Pencucian dilakukan setelah pasien teranastesi 4) Daerah operasi digosok menggunakan sabun sebelun dicuci desinfektan e) Daerah umbilikal dibersihkan sampai kedalam dengan lidi kapas. ) Pencucian dimulai dari tengah menuju perifer dengan cara memutar. 8) Kain kassa yang dipakai setelah sampai di perifer harus dibuang ke tempat sampah. h) Dilakukan pengolesan tiga kali i) Jika exteremitas yang akan didesinfeksi maka xtremitas tersebut hasus dipegang oleh seorang asisten bedah dan seluruh kelilingnya diolesi dengan betadin j) Jika jari-jari yang akan dibersihkan gunakan kassa kecil diantara jari- jari k) Desinfeksi dibiarkan kering di udara. 1) Menempatkan duk steril di sekeliling area operasi dan pada tempat alat-alat m)Semua personel harus mengenakan pakaian steril rn) Hanya lat steril dan orang-orang yang telah steril yang diperbolehkan memasuki lapangan steril 6} Jangan menempatkan alat-alat steril di dekat pintu yang terbuka ) Letakkan alat steril hanya pada lapangan steril 4) Pastikan tangan telah discrub sebelum menyentuh alat steril 1) Orang yang telah steril tidak diperkenankan menyentuh alat-alat tidak steril atau pergi ke tempat yang tidak steril s) Perlu diingat bahwa ujung kemasan dari alat-alat steril adalah tidak steril 1) Perlu diingat bahwa sekali batas steril telah dilewati, hal ini telah dianggap terkontaminasi Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 30 ) Jika ada keraguan tentang status sterilitas sesuatu alat atau area, harus dianggap telah terkontaminasi 2) Memastikan kualitas udara dan ventilasi : 2) Ventilasi kamar operasi harus positive-pressure b) Udara harus masuk ke ruangan melalui ventilasi langit-langit yang tinggi dan keluar dari ruangan melalui exhaust air outlet dekat lantai yang berseberangan dengan ventilasi masuk ©) Mengatur agar sedikitnya terjadi 15 kali pertukaran udara perjamnya, di mana 3 di antaranya harus udara segar 4) Penyaringan udara yang diresirkulasi dan udara segar melaluifilter yang baik dengan efisiensi minimum 90% e) Ruangan hanya diijinkan dibuka untuk perpindahan alat, personeltim bedah, dan pasien; selebihnya pintu dijaga agar selalu tertutup D. Kerjasama Antar Disiplin 1, Pre operasi a. Pengisian Informed Consent 1) Sebelum melakukan tindakan PembedahanDP!P Bedah akan memberikan Informasi tentang rencana tindakan sesuai denganmeliputi_ penjelasan tentang Diagnosis, keadaan pasien, penjelasan tentang tindakan kedokteran yang dilakukan, penjelasan tentang risiko dan komplikasi, penjelasan tentang prognosis, dan tentang alternatif tindakan sampai pasien/keluarga mengerti, 2) Persetujuan Tindakan Kedokterandilakukan oleh pasien atau keluarga terdekat/wali yang sah sesuai dengan Pedoman Tindakan kedokteran Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia 3) Persetujuan Tindakan Kedokteranmencakup Nama Pasien, Nomer Rekam Medis dan Diskripsi yang benar tentang prosedur a Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 31 4) Bila pasien dan keluarga menyetujui tindakan kedoteran yang akan dilkukan pasien akan menandatangani formulir persetujuan tindakan kedokteran (pada pada lampiran) 5) DPJP Bedah akan menandatangani Formulir Persetujuan tindakan Inform Consent setelah pasien setuju dilaksanakan tindakan kedokteran 6) Penanda tanganan Formulir Inform Consent disaksikan oleh saksi dari pihak keluarga dan RS. Persetujuan tertulis diperlukan Rumah sakit jika tindakan yang dilakukan merupakan tindakan yang berissiko kecacatan dan kematian, berikut daftar: Poses verifikasi 1) Proses verifikasi_ dilakukan pada saat pasien _dipindah tangankan/ditransfer, sebelum pasien memasuki kamar operasi/ruang tindakan operasi, dan sebelum dilakukan induksi anestesi 2) Tindakan verifikasi preoperasi harus dijelaskan tujuanya kepada pasien dan atau keluarga dan poin apa saja yang akan diferifikasi (Identitas nama dan tanggal lahir, Prosedur, lokasi/sisi operasi, dan hasil Penunjang) 3) Verifikasi preoperatif dilakukan secara terpisah oleh minimal 2 orang yaitu tenaga kesehatan kamar operasi (Perawat preoperasi dan penata anestesi) 4) Verifikasi melibatkan pasien sebagai korektor 5) Bila terdapat ketidaksesuaian, harus dilakukan riview 6) Riview dilakukan oleh DPJP Bedah . Tindakan verifikasi 1) Verifikasi identitas pasien a) verifikasi/ pengecekan identitas pasien pre-operasi dilakukan pada saat pasien tiba dikamar Bedah (saat operan), pada saat akan memberikan bat, pada saat pemberian darah atau produk darah, sebelum Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 32 pengambilan darah, sebelum masuk kamar operasi/tindakan, sebelum tindakan_pembiusan/Narkose/sedasi, sebelum prosedur_pembedahan dimulai, dan sebelum pasien dipindahkan kerung perawatan atau pulang. b) Pengecekan identitas pasien menyertakan pasien atau keluarga pasien (Bila pasien tidak sadar atau pasien anak) ©) Pengecekan dilakukan oleh petugas kesehatan dan pasien atau keluarga 4) Petugas kesehatan menggunakan alat bantu Rekam medis pasien dan gelang/peneng identitas yang digunakan pasien. e) Pasien dan atau keluarga diminta mendengarkan dan mengklarifikasi jika ada kesalahan. f) Petugas geschatan membaca identitas pasien yang ada di paneng dan menyesuaikan dengan rekamedis pasien g) Jika tidak sesuai antara identitas rekam medis, peneng, atau dari informasi pasien atau keluarga (salah penulisan) maka dilakukan Klerifikasi dan koreksi ke bagian pendaftaran Rawat Inap dan ‘menginformasikan adanya ketidak sesuaian kepada DPJP Bedah, h) Jika identitas pasien yang dibaca sama sekali berbeda dengan identitas pasien (bukan pasien yang bersangkutan) maka dilakukan klarifikas ke Ruang perawatan. 1) Jika identitas benar maka tindakan selanjutnya bias dilakukan pada pasien, 2) Verifikasi Prosedur Operasi Verifikasi prosedur opersi dilakukan dengan menyesuaikan catatan medis, rencana tindakan yang telah terjadwal, dan melibatkan DPJP Bedah dan pasien sebagai korektor. 3) Verifikasi Hasil Radiologi a) Verifikasi Hasil radiologi melibatkan dua orang yang berbeda b) Hasil radiologi dipasang pada lampu khusus pembaca hasil Radiologi ee ee Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 33 c) Dua orang berbeda melihat hasil radiologi dan menginformasikan hasil radiologi 4d. Penandaan Lokasi yang akan dilakukan operasi 1) Bagian tubuh yang akan dioperasi ditandai setelah disesuaikan dengan semua catatan yang terkait 2) Bagian tubuh yang akan dioperasi ditandai setelah pasien atau walinya yang sah mengerti penjelasan mengenai prosedur yang akan dilakukan. 3) Bagian tubuh yang akan operasi ditandaioleh dokter Bedah. 4) Penandaan lokasi operasi melibatkan pasien dan dilakukan saat pasien terjaga dan sadar. 5) Untuk pasien anak dan pasien yang tidak kooperatif penendaan lokasi operasi harus melibatkan keluarga pasie/wali sahnya 6) lokasi operasi pada pasien neonatus dan pasien Iuka bakar tidak diberikan marking namun digambar dalam rekam medis pasien. 7) Tanda lokasi operasi berupa gambar Bulat dengan ketentuan seberapa besar jaringan yang akan di operasi* QO. * 8) Penandaan lokasi operasi menggunakan spidol marker berwama hitam yang tidak hilang setelah proses pencucian lokasi operasi, 9) Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level (tulang belakang). 10) Penandaan dilakukan sebelum dilakukan tindakan pembiusan_lokal maupun regional 11) Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaa n: a) Kasus organ tunggal (misalnya, Operasi caesar) b) Kasus Bedah c) Kasus yang melibatkan gigi 12) Penandaan dilakukan sebelum pasien dikirim ke Unit kamar bedah, atau dilakukan di Instalasi Bedah a Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 34 13) Jika pasien menggunakan balutan luka, beri tanda pada pembungkus luka/perban, 14) Jika pasien atau keluarga/Wali sah melakukan penolakan penandaan, maka keluarga pasien harus membuat surat penolakan tindakan secara tertulis dan menerima semua risiko yang akan dialami oleh pasien setelah mendapatkan penjelasan oleh dokter Bedah, ¢. Pemberian Antibiotik profilaksis Antibiotik Profilaksi dibutuhkan untuk mencegah terjadinya infeksi 1) Antibiotik profilaksi harus diberikan secara rutin pada kasus bedah yang memiliki kemungkinan terkontaminasi dan dipertimbangkan pada kasus bedah tanpa terkontaminasi 2) Pemberian antibiotik profilaksi dalam kurun waktu satu jam sebelum insisi dilakukan dan diberikan dalan dosisi yang sesuai untuk patogen yang bisa mengkontaminasi prosedur tersebut, 3) Sebelum insisi kulit tim bedah haru mengkonfirmasi pemberian antibiotik profilaksi tersebut sudah diberikan satu jam sebelumnya. f. Persiapan Tim Bedah 1) Tidak dalam Kondisi sehat (menderita penyakit menular) 2) Penggunaan Baju dalam (khusus digunakan di Ruang operasi) 3) Menggunakan Alat pengaman diri (sepatu, Masker, penutup kepala, apron, dan kacamata). 4) Melakukan cuei tangan Pembedahan menggunakan sabun antiseptik dengan mengosok tangan dan lengan selama 2-5 menit dan menggunakan alkohol atau cairan antiseptik yang berbasis alkohol. 5) Menggeringkan tangan dengan lap steril 6) Menggunakan gaun steril/ jas operasi. 7) Mempertahankan keseterilan ———S.- Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 35 g. Penghitungan Lengkap/full coun 1) Penghitungan dilakukan sebelum dan sesudah tindakan operasi 2) Penghitungan dilakukan untuk semua tindakan operasi terutama tindakan operasi yang melibatkan kavitas peritonial, retroperitoneal, pelvis, dan toraks. 3) Enda yang dihitung (Kassa, alat-alat tajam, instrumen, klip) 4) Penghitungan dilakukan oleh sekurang-kurangnya dua orang perawat yang sama. 5) Sebelum penghitungan selesai, tidak boleh mengeluarkan alat dari kamar oprasi meskipun ada alat yang jatuh, 6) Bila karena suatu dan lain hal penghitungan terputus, mulai lagi pengitungan dari awal 7) Idealnya hasil penghitungan dicatat dan disertakan dalam setatus pasien. 8) Kassa di pak per 10, pak yang ditemukan ternyata tidak seuai harus ditandai, dipak ulang, dipindahkan dari lapang steril, dan dipisabkan dari kassa lain 9) Jarum jahit diletakan ditempat jarum atau berada pada alat pemegang jarum dan dihitung jumlahnya, tidak boleh meletakan jarum dalam kondisi bebas diatas meja 10) Semua alat harus dihitung per jenis itemnya, demikian juga bila ada alat yang rusak, 11) Bila terjadi miskalkulasi, alat atau barang yang hilang harus dicar 12) Bila alat atau barang yang hilang tidak diketemukan, lakukan X-ray 13) Hasil X-Ray Harus disertakan di setatus pasien. a Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 36 1) 2 3) 4) 5) 6) 7? 8) 9) ime Out ‘Time Out dilakukan sebelum ahli bedah melakukan insisi kulit. Jika sayatan kulit tidak diperlukan maka Time Out dilakukan sebelum prosedur invasive dilakukan Jika pasien tidak perlu dilakukan pembiusan secara umum Time Out menyertakan pasien untuk berpartisipasi Untuk pasien dengan beberapa tindakan Abli bedah, Time out dilakukan setiap prosedur tindakan dan setiap pergantian dokter bedah, Jika pasien dilakukan reposisi dikamar operasi maka lokasi operasi harus dilakukan pengecekn kembali oleh tim bedah. Time Out di koordinir/dipimpin oleh sirkuler dengan pedoman chek list keselamatan pembedahan dibawah tanggung jabwab doker operator. Semua anggota Tim bedah harus hadir di ruang operasi_ dan berpartisipasi dengan menghentikan semua kegiatan yang lain saat Time Out dilakukan kecuali bantuan pernafasan. Isyarat Time Out “meletakkan kedua tangan membentuk huruf “ dilakukan oleh Instrumen. Bila dalam proses time out belum sempurna, anggota tim operasi dapat menghentikan prosedur itu, Semua anggota tim mempunyai tanggung jawab untuk bicara jika mereka mempunyai informasi yang dapat mempengaruhi keselamatan pasien, Prosedur belum dapat dimulai jika masalah belum terpecahkan. 2. Durante operasi a. Me lonitoringi pasien Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan monioring intra operatif: a) Mengkomunikasikan risiko sebelum memulai prosedur Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 37 2) Memastikan kompetensi yang meliputi : memasukan obat sesuai level anestesi yang diminta, memonitor pasien untuk mempertahankan level anestesinya, memberhentikan anestesi, dan menyelamatkan pasien jika mereka masuk “terlau dalam” 3) Menyiapkan obat-obatan emergensi dan anti dotum, 4) Mempersiapkan efeksamping obat (medication error) 5) Memantau tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan ritme, frekuensi pemnafasan, saturasi oksigen, akses intravena yang adekuat, nyeri) 6) Mempertimbangkan pemanfaatan teknologi untuk teknis anestesi. 7) Menggunakan Mnemonic a) Circulation, capnograph,color (saturasi) b) Oksigen. ) Ventilasi dan Vaporasi. 4) Review monitor dan peralatan e) Airway f) Breating 8) Circulation h) Drugs i) Awareness j) Swift check (pasien, dokter bedah, proses dan respon) 8) Awareness anestesi: kasus-kasus dimana pasien bangun ditengah-tengah anestesi (intraoperatif) 4) Mengidentifikasi pasien-pasien berisiko ) Perawatan peralatan b. Memasukan Obat Hal yang perlu diperhatikan untuk mengurang risiko 1) Mengientifikasi pasien dan mengkonfirmasi alergi obat yang dimiliki 2) Memverifikasi obat sebelum memasukan obat Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 38 3. Post Operasi a, Pengisian Laporan Anstesi Penata Anestesi/ dokter anestesi membuat kesimpulan keadaan klinis pasien selama operasi dengan mengisi setatus anestesi yang berisi tanda-tanda vital s (bila ada) dan instruksi paska operasi serta memberitahukan instruksi untuk tata intra opertif, obat dan cairan yang dimasukan, kejadian instab Jlaksana selanjutnya. b. Pengisian laporan pembedahan Harus dibuat laporan pembedahan dengan sekurang-kurangnya dokter bedah mencantumkan nama prosedur (utama dan tambahan), nama asisten, detail prosedur dan kehilangan darah intra operatif, serta pemeriksaan spesimen jika dibutuhkan. . Pengisian catatan keperawatan Paska operasi Mencantumkan hitungan alat/instrumen, nama pengitung, alat-alat/kassa yang sengaja ditinggalkan dalam tubuh. . Observasi paska operasi Setelah Prosedur selesai maka harus dilakukan tindakan pengkajian di ruang pemulihan berikut adalah tindakan observasi yang harus dilakukan 1) Setatus mental pasien yang dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada pasien a) Tanggal Hari ini b) Hari apa hari ini ) Nama dan tempat pasien berada saat ini 4) Nomer telepon pasien e) Nama jalan tempat tinggal ) Berapa umur pasien g) Nama gadis Ibu Kandung h) Berapa hasil 20 dikurrang 3 dan hasilnya dikurang lagi 3 dst sampai berulang-ulang 2) Tingkat kesadaran dengan menggunakan Glasko Coma Skill (GCS) Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 40 Untuk nilai Mata , Motorik, dan verbal 3) Mengkaji Setatus Fisik Pasien dapat dilakukan dengan memeriksa tanda- tanda vital, derajat nyeri, adanya pembengkakan, fungsi respirasi, drainage luka, efek samping anestesi, atau deep vein thrombosisi 4) Mengkaji obat-obatan yang dibutuhkan, hal ini meliputi obat-obatan apa yang harus diteruskan dari operasi, atau mana yang harus distop atau obat-obatan baru, termasuk darah dan komponen-komponen darah yang diperlukan, Peresepan dan pemberian obat-obatan tersebut harus dicatat dengan baik sesuai urutanya, semua perintah verbal diulang kembali, dan dilabel secara benar, 5) Pemberian therapi oksigen 6) Kondisi kulit pasien dapat dikaji dengan melihat kuliat sekitar area operasi dan kulit tempat pemasangan Elektroda adakah Iuka bakar, dan daerah bekas pemasangan tali pengaman 7) Sirkulasi anggota badan 8) Posisi pasien sesuai tindakan pembiusan 9) Tanda-tanda vital pasien dan pemberian cairan infus e. Pembersihan lingkungan Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait pembersihan lingkungan operasi 1) Pembuangan sisa-sisa bekas operasi a) Sisa patologi manusia yang meliputi jaringan, organ, bagian tubuh dan cairan dibuang ke sampa medis. b) Darah manusia dan komponen darah manusia yang meliputi serum, plasma, dan komponen darah. ¢) Benda tajam 4) Sisa-sia alat atau benda yang terkontaminasi pasien e) Benda-benda tajam yang tidak terpakai Ketika menangani si -sisa bekas operasi, petugas (perawat atau POS yang menangani sisa-sisa bekas operasi) harus memakai alat pelindung Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 41 diri untuk mencegah pajanan, setelah sisa-sisa tersebut terkumpul harus ditranspor ke area penyimpanan yang sesuai. Selama transport harus memperhatikan bahwa benda yang terkontaminasi tidak kontak dengan alat steril, untuk mencegah penyebaran infeksi. 2) Transportasi laundry terkontaminasi Sebelum membersihkan ruangan, linen kotor harus diangkat terlebih dahulu, linen dan perlak yang terkontaminasi harus dipindahkan dengan Kontak seminimal mungkin dengan udara, permukaan, dan personel didalam ruangan, sebelum memindahkan laundry dari permukaan, harus diperhatikan benda tajam dan barang non laundry lainya telah dipisahkan untuk memastikan keamanan transportasi dan trauma benda tajam. Dalam ‘melipat linen pastikan bagian terkontaminasi berada ditenggah schingga bagian yang berisi berperaan sebagai pelindung terhadap bagian yang kootor. Laundry yang terkontaminasi ditempatkan di kontener berwarna merah, laundry yang basah harus ditempatkan di kantong yang anti bocor. Dalam Transportasi, personel loudry tidak boleh memegang kantong berisi laundry terkontaminasi dengan tubuhnya atau memeras kantongnya, untuk mencegah tertusuk jarum atau benda tajam lain yang tanpa sengaja tertinggal 3) Membersihkan Area Kamar operasi a) Kamar operasi harus dibersihkan setiap 24 jam bila tidak ada kegiatan atau ruangan tidak dipakai b) Bila area terkontaminasi, maka _—_kontaminasi_—_harus dibersihkan/diangkat terlebih dahulu baru area dibersihkan dengan desinfektan karena banyak kontaminan mengaktifkan desinfektan ) Bila kontaminasi basah, uas, dan infeksius maka harus diletakan kain yang dapat menyerap cairan dan desinfektan dituang diatas kain tersebut sampai semuanya basah terendam. 4) Bahan desinfekatan terhadap darah dan cairan tubuh yang direkomendasikan adalah yang efektif terhadap virus hepatitis B dan Be Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 42 HIV, Tuberkolosis, dan yang cocok untuk segala jenis permukaan, isalnya bepori atau non-pori ) Debu harus ditangani dengan menggunakan kain khusus debu atau alat pel yang mencegah terbangnya debu, untuk area yang lebuh tinggi dari bahu ptugas kebersihan harus menggnakan alat yang khusus didesain untuk permukaan tinggi, alat pembersi debu tidak boleh digoyang-goyangkan karena spora jamur bisa berterbangan ke udara, f) Untuk menghindari terpelesetnya atau tersandung, ada beberapa hal yang harus diperhatikan - Area yang licin harus ditutup untuk sementara, untuk semua karyawan, ~ Tutup pintu dan tempatkan tanda dilarang masuk - Mulai dari area yang paling bersih ke area yang paling kotor - Gunakan Wax atau alas bergerigi untuk menciptakan permukaan anti slip ~ Pindahkan tanda larangan “Dilarang masuk” hanya saat lantai kering sempurna - Tim bedah harus menggunakan alas kaki anti slip - Keset harus anti slip dan bila keset tercampur dengan cairan harus segera diganti ~ Pastikan kabel-kabel tidak melintang di tengah jalan kabel harus dibundel sebaiknya dilangit-langit jika memungkinkan ~ Alat-alat dan monitor harus ditempatkan sedemikian rupa sebingga akses jalan tidak terhalang dan lantai dapat terlihat, - Pencahayaannya harus diatur dengan baik agar dapat melihat dengan jelas di dalam ruangan operasi f. Pemulangan Pasien Berikut kunci pemulangan pasien : 1) Komunikasi sedini mungkin dan sesering mungkin dengan pasien Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 43 b. Evaluasi Pre-Anestesi Pasien 1) Semua pasien harus dievaluasi jalan nafasnya sebelum induksi anastesi untuk menilai potensi bahaya 2) Penata/Dokter anestesi harus memiliki strategi penanganan jaln nafas dan siap melakukannya pada saat-saat yang diperlukan 3) Apabila ditemukan kasus sulit jalan nafas harus tersedia asisten atau (orang kedua) untuk segera membantu dan harus selalu ada rencana Back up, seperti anestesi regional atau intubasi sadar dibawah pengaruh anestesi Lokal 4) Seluruh penata/dokter anestesi harus mempertahankan dan meninhkatkan kemampuannya dalam hal tata laksana jalan nafas, terutama untuk kasus- kasus sulit 5) Setelah intubasi Penata atau dokter anestesi selalu mengecek penempatan ETT dengan mendengarkan suara nafas yang simetris dan_ventilasi lambung, serta memantau oksigenasi pasien dengan oksimetri denyut. 6) Pasien yang akan menjalani operasi elektif harus dipuasakan dan untuk pasien yang berisiko aspirasi harus diberikan obat untuk mengurangi sekresi lambung dan mennigkatkan PH. Suatu evaluasi pre Anestesi memungkinkan terwujudnya perencanaan anestesi yang baik, dimana perencanaan tersebut juga mempertimbangkan Kondisi dan penyakit pasien yang dapat mempengaruhi_ tindakan Anestesia Meskipun petugas non-dokter dapat berkontribusi dalam pengumpulan dan pencatatan data pre-operatif pasien, anastesiologis lah yang meme gang tanggung jawab terhadap evaluasi keseluruhan pasien. ¢. Perencanaan Tindakan anestesi 1) Anastesiologi bertanggung jawab dalam menyusun rencana tindakan Anestesi yang bertujun untuk mewujudkan kualitas pelayanan pasien yang terbaik dan tercapai keselmatan pasien dengan optimal Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 45 2) Koordinasi proses pemulangan dengan unit terkait 3) Melibatkan pasien dalam proses pemulangan 4) Edukasi pasien dan keluarga 5) Rekonsilisian pengobatan, lakukan double-check untuk obat-obatan terakhir yang diberikan untuk dirumah, berikan kepada pasien daftar obat- obaatan yang akan dikonsumsi dirumah, daftar tersebut_mencakup diskripsi obat, indikasi, dosis, jadwal pemberian, dan efek samping yang mungkin ditimbulkan 6) Pasien dianjurkan membawa daftar obat saat kontrol Serta dilakukan pencatatan informasi yang berkaitan dengan pasien dan tindakan yang telah dilakukan ke dalam Register Tindakan operasi. E. Pelayanan Anetesia 1. Pra anestesia a. Pengecekan Peralatan Anestesi 1) Pengecekan dilakukan oleh penata/dokter anes tesi sebelum tindakan anestesi yang terdiri dari a) Mesin atau aparatus yang mensuplai gas, uap, anestesi lokal atau intravena untuk menginduksi maupun mempertahankan anestesi. b) Alat-alat yang diperlukan untuk potensi jalan nafas c) Mesin monitor yang diperlukan untuk mengevaluasi kontinyu pasien 2) Pengecekan dilakukan setiap hari diawah hari operasi, sebelum melakukan setiap tindakan anestesi, dan setelah setiap adanya perbaikan atau pemeliharaan, atau setiap pembelian alat baru 3) Penata atau dokter anestesi memastikan oksimetri denyut sudah terpasang dengan baik pada pasien 4) Penyediaan suplai dan pemeliharaan mesin, perlengkapan anestesi, dan obat-obatan anestesi adalah tanggung jawab pihak menegemen. 5) Penata/dokter anestesi mengisi cheklist format “daftar ceklist keselamatan sebelum tindakan Anestesi (Format terlampir) ne Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 44 2) Anestesiologi sebaiknya melakukan diskusi dengan pasien (jika kondisi pasien memungkinkan) mengenai risiko tindakan Anestesi, keuntungan dan alternatif yang ada dan memperoleh izin persetujuan_tindakan (informd consend). 3) Ketika terdapat situasi dimana suatu bagian dari layanan anastesi akan dilakukann oleh petugas anestesi kompeten lainya, spesialis anestesi harus memberitahukan kepada pasien bahwa penelegasian tugas ini termasuk dalam pelayanan anastesi oleh tim Anestesi |. Analisa kebutuhan darah 1) Sebelum induksi —anestesi___penata/dokter_ —anestesi_—_harus ‘mempertimbangkan kemungkinan kehilangan darah masif dan bila hal itu termasuk berisiko, harus disiapkan secara matang, 2) Bila resiko tidak diketahui_—penata/dokter _—_anestesi_harus mengkomunikasikan hal ini dengan dokter bedah sehubungan dengan kemungkinan terjadinya. 3) Sebelum insisi kulit tim bedah harus mendiskusikan kemungkinan adanya kihilangan darah masif ini dan memastikan akses intravena yang adekuat untuk mengatasinya 4) Seorang anggota Tim bedah seharusnya mengkonfirmasi ketersediaan darah jika sewaktu-waktu diperlukan selama operai berlangsung Persiapan Farmakologi Obat-obatan 1) Penata/Dokter anestesi harus sepenuhnya memahami farmakologi obat- cobatan yang ia berikan termasuk toksisitasnya. 2) Setiap pasien yang akan diberikan obat sebelumnya harus dilakukan identifikasi secara jelas dan explisit oleh orang yang akan memberikan obat 3) Identifikasi meliputi riwayat penggunaan obat yang jelas, informasi ‘megenai riwayat allergi dan reaksi hipersensitif lainya. Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 46 4) Obat-obatan harus berlebel (mencakup nama obat, Konsentrasi, tanggal kedaluarsa) dan harus diperika kesesuaianya dengan dicek ulang sebelum pemberian, terlebih yang kan dimasukan kedlam jarum suntik, 5) Sebelum setiap pemberian obat, harus dikomunikasiakan agar terjadi kesesuaian pemahaman mengenai indikasi, konta indikasi dan informasi lainya yang relevan. 6) Harus dipastikan tidak ada kesalahan pemberian obat baik arena tertukar atau Karena nama yang mirip atau kemasan serupa. Obat-obatan yang beerbahaya sebaiknya dipisahkan tempat penyimpananya dan disusun secara sistematik 7) Setiap Kesalahan pemberian obat yang terjadi selama anestesi harus dilapurkan dan dibahas, 2, Durante Anestesi a. Manajemen tindakan anestesi bergantung pada banyak faktor, termasuk kondisi medis setiap pasien dan prosedur yang akan dilakukan, b. Anastesiologi harus menentukan tugas peri-operatif mana yang dapat didelegasikan, ©. Anestesioligi dapat mendelegasikan tugas spesifik kepada petugas non- dokter yang tergabung dalam tim Anestesi, dengan syarat_kuaalitas pelayanan pasien dan keselamatan pasien tetap terjaga dengan baik, tetap berpatisipasi dalam bagian-bagian penting tindakan anestesi, dan tetap siap sedia untuk menangani situasi emergensi dengan cepat. d. Melakukan Monitoring Anestesi dan Sedasi 3. Paska anestesi a, Perawatan Paska Anestesi 1) Perawatan pasca-anastesi rutin didelegasikan kepada perawat —pasca anastesi Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 47 2) Evaluasi dan tatalaksana komplikasi paska-anestesi merupakan tanggung Jawab anastesilogis F, Laporan Operasi dan anestesi: 1. Pengisian Laporan Anstesi Penata Anestesi/ dokter anestesi membuat kesimpulan keadaan klinis pasien selama operasi dengan mengisi setatus anestesi yang berisi tanda-tanda vital intraopertif, obat dan cairan yang dimasukan, kejadian instabilitas (bila ada) dan instruksi paska operasi serta memberitahukan instruksi untuk tata laksana selanjutnya. (Format terlampir) 2. Pengisian laporan pembedahan Harus dibuat laporan pembedahan dengan sekurang-kurangnya dokter bedah mencantumkan nama prosedur (utama dan tambahaan), nama asisten, diteil prosedur, dan kehilangan darah intra operatif, serta pemeriksaan spesimen jika dibutuhkan. (Format terlampir) Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 48 BABV LOGISTIK Kebutuhan Logistik kamar bedah ada dua yaitu Logistik obat-Alat kesehatan dan Logistik ATK A. Kebutuhan Obat dan alat Kesehatan 1, Obat-Obat dan Alat kesehatan Habis Pakai Semua kebutuhan disuplai dari Gudang farmasi yang di adakan setiap hari sabtu sesuai dengan hasil perencanaan, obat (Barang Habis pakai) dan alat kesehatan diminta dengan mengisi Formulir permintaan barang, dan di ketahui oleh Sub Bidang SDM dan Alkes yang selanjutya ditujukan kepada Bagian Gudang Farmasi 2. Obat-Obat dan dan alat kesehatan sekali pakai Semua kebutuhan obat-obat dan alat kesehatan sekali pakai disuplai dari farmasi obat dalam bentuk paket obat dan Alkes operasi dimana setiap paket berbeda- beda sesuai dengan jenis tindakan operasi. 3. Obat-Obat Narkotika Jenis obatobatan narkotika yang dipakai di kamar operasi adalah Petidin dan fentanil, kedua obat diadakan di kamar operasi dalam jumlah terbatas, Penggunaan obat narkotika harus melalui peresepan (oleh dokter anestesi atau DPJP Bedah yang menggunakan obat narkotika sebagai therapi) yang selanjutnya diserahkan kepada pihak apotik untu dilakukan penginputan untuk ‘mengurangi stok computer obat narkotika di kamar bedah, jumlah pemakaian obat narkotika akan diakumulasikan, jika sudah terakumulasi menjadi satuan Kemasan (Vial atau ampul) obat narkotika akan diganti oleh pihak Apotik dan pihak apotik akan menambahkan jumlah stok komputer obat narkotika di kamar bedah sesui dengan jumlah fisik 4, Alat Kesehatan tidak habis pakai Alat Kesehatan ini disuplai oleh Sub Bagian SDM dan Alat kesehatan berdasarkan yang telah diberikan kepada unit kamar Bedah, Perencanaan tahunan yang telah dibuat oleh unit kamar operasi yang Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 49 pengadaannya dilakukan sesuai jadwal perencanaan atau adanya kebutuhan alat yang bersifat insidenti. Pengadaan alat dibuat dengan menggunakan alat bantu format permintaan barang yang di tujukan ke Sub Bidang SDM dan Alkes. B. Kebutuhan Logistik Alat perkantoran Kebutuhan alat perkantoran disuplai dari Gudang ATK, permintaan dibuat dengan format permintaan barang ditujukan ke Bagian Gudang ATK, berdasarkan perencanaan mingguan yang dibuat oleh Unit Kamar bedah. Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 50 BAB VI PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN A. PENINGKATAN MUTU 1. Definisi Mutu pelayanan Rumah Sakit adalah derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersesedia secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosiobudaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan RS dan konsumen, Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan Instalasi Bedah, maka dibuat program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien yang merupakan program terintegrasi dengan Program peningkatan mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Berdasarkan ketetapan direktur tentang Program PMKP Rumah Sakit, maka ditetapkan program PMKP prioritas yang tertuang dalam Standar Pelayanan Minimal Instalasi Bedah, Selain itu ada indikator area klinis dan sasaran keselamatan pasien a. Standar Pelayana Minimal 1) Tidak adanya kejadian kematian di atas meja operasi 2) Tidak adanya kejadian operasi salah orang 3) Tidak adanya kejadian operasi salah sisi 4) Tidak adanya kejadian operasi salah prosedur/ tindakan 5) Tidak ada kejadian tertinggalnya benda asing didalam tubuh pasien b. Indikator Area Klinis 1. Angka penundaan operasi 2) Angka keterlambatan dimulainya operasi 3) Angka kelengkapan IC Pmebedahan 4) Angka kelengkapan Laporan Pembedahan ee a Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 51 5) Angka kelengkapan Laporan Anestesi 6) Kepatuhan melakukan proses Time Out pada pasien operasi 7) Ketidak sesuaian diagnosis pra dan pasca bedah B, KESELAMATAN PASIEN . 1. Definisi Keselamatan Pasien mah sakit adalah suatu suatu proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman, yang termasuk didalanya adalah : assesment resiko, identifikasi dan manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan unutk belajar dan menindak lanjuti insiden dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta ‘meminimalisit resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, 2. Tujuan 1, Terciptanya budaya keselamatan pasien di kamar bedah rumah sakit ibu dan anak azalia 2. Meningkatya akuntabilitas kamar bedah Rumah Sakit ibu dan anak azalia terhadap pasien dan masyarakat 3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di kamar bedah Rumah Sakit ‘ Ibu dan Anak Azalia 4, Terlaksanakannya program-program penceghan sehingga tidak terjadi insiden yang sama pada waktu mendatang 3. Tatalaksana Keselamatan Pasien Program keselamatan pasien dan tenaga kesehatan di bagian kamar operasi pada umumnya merupakan bagian dari standar pelayanan kamar operasi yang dipergunakan untuk penilaian akreditasi bagian kamar operasi yang terdiri dari 6 sasaran 1, Ketepatan Identifikasi Pasien nn errno Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 52 Instalasi Bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia mengembangkan peningkatan ketelitian identifikasi pasien sesuai dengan pedoman identifikasi pasien di Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia, dimana identifikasi pasien dilakukan pada saat pasien dilakukan transfer, sebelum pasien dilakukan induksi, sebelum pasien dilakukan insisi operasi atau tindakan invasif, pemberian obat, pemberian darah atau produk darah, pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis Identifikasi pasien dilakukan dengan cara menuliskan nama lengkap pasien ddan tanggal lahir atau nama ibu kandung. Peningkatan Komunikasi Yang Efektif Instalasi Bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia meningkatkan cfektifitas komunikasi antar para pemberi pelayanan dengan cara a. Melakukan komunikasi yang efektif (fepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami oleh pasien). b. Melaksanakan kebijakan atau prosedur perintah membaca kembali (read back) saat mendapatkan perintah lisan dan telepon dengan cara informasi atau perintah yang didapat dikonfirmasi kembali (caranya informasi atau perintah yang didapat dituliskan dan dibaca ulang dengan akurat). 3. Instalasi Bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia memperbaiki keamanan_ obat-obat yang perlu diwaspadai dengan cara menjalankan kebijakan atau prosedur yang dikembangkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia yang ‘memuat tentang proses identifikasi,penemapatan lokasi, pemberian label dan penyimpanan elektrolit kosentrat. 4. Instalasi Bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien dengan cara a. Melaksanakan kebijakan atau prosedur yang efektif untuk mengeliminasi masalah salah lokasi, salah prosedur dan salah pasien sesuai dengan panduan surgical safety checklist dari WHO yang berisikan tentang penandaan sisi operasi (site marking), tindakan verifikasi (lokasi, et RT Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 53 BAB VII KESELAMATAN KERJA. A. PENGERTIAN Pengertian Kesehatan Keselamatan kerja Rumah sakit Ibu dan Anak Azalia < adalah suatu upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi sumber daya manusia (SDM) rumah sakit, pasien, Pengunjung atau pengantar pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit sesuai dengan Undang-undang No. 44 tahun 2009 pasal 40 ayat 1 B. TUJUAN 1, Terlindunginya pekerja atau SDM rumah sakit dan mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja Terlindunginya pasien dan pengunjung Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia Meningkatkan produktivitas Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia Meningkatkan derajat kesehatan kerja 3 4 5 ‘ATALAKSANA KESELAMATAN KERJA 1. Instalasi bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Azalia melaksanakan kebijakan dan . prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan limbah padat, cair dan gas 2. Melaksanakan kebijakan dan prosedur Pengeolaan Kesehatan kerja (pengajuan pelaksanaan pemeriksaan kesehatan secara berkala, dan imunisasi Hepatitits B) 3. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi Kesehatan lingkungan di Instalasi Bedah. : 4, Melaksanakan kebijakan dan prosedur berkaitan dengan pelayanan keselamatan kerja (penggunaan alat keselamatan/pelindung diri, peemeliharaan dan sertifikasi peralatan) 5. Melaksanakan program tanggap darurat (Bencana Kebakaran dan Bencana rumah sakit), Pedoman Pelayanan instalasi Bedah Page 55 a. Keselamatan dan Keamanan petugas 1) Melakukan pemeriksaan secara periodik sesuai ketentuan. 2) Beban kerja harus sesuai dengan kemampuan dan kondisi keschatan petugas 3) Perlu adanya keseimbangan antara kesejahteraan, penghargaan dan ‘e pendidikan berkelanjutan, - 4) Melakukan pembiinaan secara terus —menerus dalam _rangka mempertahankan hasil kinirja. 5) Membina hubugan kerja sama yang baik inter dan antar profesi, dalam pencapaian tujuan tindkan pembedahan. . Keselamatan dan Keamanan alat-alat 1) Menyediakan pedoman/manual dalam bahasa Indonesia tentang cara penggunaan alat-alat dan menggantungkanya pada alat tersebut 2) Memeriksa secara rutin kondisi alat dan memberi label khusus untuk alat yang rusak 3) Semua petugas harus memahami penggunaan alat dengan tepat. 4) Melaksanakan pelatihan tentang cara penggunaan dan pemeliharaan alat secara rutin dan berkelanjutan 5) Memeriksa setiap hari ada tidaknya ketersediaan gas _medis. Pemeriksaan dilakukan oleh petugas IPSRS ~ 6) Memeriksa alat ventilasi udara agar berfungsi dengan baik. 7) Memasang simbol khusus untuk daerah rawan bahaya atau mempunyai : resiko mudah terbakar. 8) Menggunakan diatermi tidak boleh bersamaan dengan pemakaian obat bius ether. 9) Memeriksa alat pemadam kebakaran agar dalam keadaan siap pakai 10) Pemeriksaan secara rutin alat elektro medis yang dilakukan oleh petugas IPSRS, ee nn nr ene Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Page 56

Anda mungkin juga menyukai