Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN KADAR LIMFOSIT DAN MONOSIT DENGAN TINGKAT

KEPARAHAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS EKSTRA PARU

Raihanah Nabilah1

1
Program Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstract: Relationship of Lymphocyte and Monocyte Levels with Severity in


Patients with Extra Lung Tuberculosis. Tuberculosis (TB) is still a health
problem in the world, which ranks second as the most infectious disease that
causes death after Human Immunodeficiency Virus (HIV). Mycobacterium
tuberculosis attacks the organs of the lungs 80%, while the other 20% attacks
external organs such as the lining of the brain, bones, kidneys, abdominal cavity,
lymph nodes or other body parts including the skin and pleura. The spread of TB to
extrapulmonary organs depends on the cellular immune system, especially T-helper
cells (TH1 response). Cellular immunity plays a more active role than humoral
because cellular immunity as the main function of leukocytes is activated and there
is an increase as the body's immune defense system that functions to hold or get
rid of potentially harmful foreign objects. However, based on the classification of
severity in extra-pulmonary TB can affect the relationship of lymphocyte and
monocyte levels that patients with severe TB will experience a decrease in the
number of CD 4+ and CD 8+. This is a sign of suppression of cellular immunity in
patients.
Keywords : Lymphocyte, Monocyte, Extra-Pulmonary TB

Abstrak: Hubungan Kadar Limfosit dan Monosit dengan Tingkat Keparahan


Pada Pasien Tuberkulosis Ekstra Paru. Tuberkulosis (TB) masih merupakan
masalah kesehatan di dunia yang menempati urutan kedua sebagai penyakit infeksi
penyebab kematian terbanyak setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Mycobacterium tuberculosis menyerang organ paru-paru 80%, sedangkan 20%
lainnya menyerang organ luar paru seperti selaput otak, tulang, ginjal, rongga
perut, kelenjar getah bening ataupun bagian tubuh lainnya termasuk kulit dan
pleura. Penyebaran TB ke organ ekstra paru tergantung pada sistem kekebalan
tubuh seluler, terutama sel T – helper (respon TH1). Imunitas seluler lebih
berperan aktif daripada humoral dikarenakan imunitas seluler sebagai fungsi utama
leukosit diaktifkan dan terjadi peningkatan sebagai sistem pertahanan imun tubuh
yang berfungsi untuk menahan atau menyingkirkan benda asing yang berpotensi
merugikan. Namun, berdasarkan klasifikasi tingkat keparahan pada TB ekstra paru
dapat mempengaruhi hubungan kadar limfosit dan monosit bahwa pasien TB berat
akan mengalami penurunan jumlah CD 4+dan CD 8+. Hal ini merupakan tanda
terjadinya supresi imunitas seluler pada pasien.

Kata Kunci : Limfosit, Monosit, Tuberkulosis Ekstra Paru

PENDAHULUAN penyakit infeksi penyebab kematian


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit terbanyak setelah (HIV) (Dotulong,
menular yang disebabkan oleh bakteri 2015). kasus baru TB dengan insiden
Mycobacterium tuberculosis. TB sekitar 122 per 100.000 penduduk.
ditransmisikan melalui droplet nuclei Pada tahun 2012 insiden tertinggi
yang dikeluarkan oleh penderita TB ditemukan di ASIA (58%) dan Afrika
aktif ketika batuk, bersin, atau (27%). Indonesia masuk dalam 10
berbicara. TB masih merupakan negara dengan insiden TB tertinggi
masalah kesehatan di dunia, yang mulai dari India, China, Afrika Selatan,
menempati urutan kedua sebagai dan Indonesia menduduki posisi

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 514
keempat pada tahun 2012 (Dotulong, dari makrofag dan limfosit dengan
2015). Kasus tuberkulosis di Indonesia pusat nekrotik (pusat caseous).
pada tahun 2015 paling banyak Granuloma berfungsi untuk mencegah
ditemukan pada kelompok umur 25-34 pertumbuhan lebih lanjut dan
tahun yaitu sebesar 18,65% diikuti penyebaran Mycobacterium tuberculosis
kelompok umur 45-54 tahun sebesar (Azizi, 2014).
17,33% dan pada kelompok umur 35- Pemeriksaan hitung jenis leukosit
44 tahun sebesar 17,18% (Kemenkes dapat digunakan untuk menunjang
RI tahun 2015). Di Provinsi Lampung, diagnosis infeksi TB khususnya pada
insiden kasus TB dari tahun ke tahun penelitian yang akan saya lakukan pada
mengalami peningkatan, seperti pada limfosit dan monosit karena fungsi
penelitian yang telah dilakukan pada utama limfosit untuk mengenali dan
daerah Lampung khususnya metro menghilangkan ancaman bagi tubuh.
penderita TB di Kota Metro Lampung Terdapat dua jenis limfosit, limfosit B
lebih dari 1000 tiap tahunnya dan (menghasilkan antibodi yang
kurang dari 10% adalah penderita bertanggung jawab dalam imunitas
dengan Bakteri Tahan Asam (BTA) humoral atau yang diperantarai oleh
positif (Rachmawati, 2015). antibodi) dan Limfosit T (tidak
Menurut World Health memproduksi antibodi, sel ini secara
Organization (WHO) pada tahun 2012, langsung menghancurkan sel sasaran
memperkirakan bahwa jumlah kasus TB spesifiknya dengan beragam zat kimia
di dunia 8,6 juta Berdasarkan klasifikasi atau yang dinamakan imunitas seluler).
secara patologis TB dibedakan menjadi Sedangkan, pada monosit fungsi
dua yaitu: TB primer adalah partikel utamanya memproses dan
infeksi terhisap pada manusia yang mempresentasikan antigen.
sehat sedangkan TB sekunder adalah Peningkatan monosit biasanya terjadi
bakteri yang bersifat dormant (tidur) karena infeksi penyakit granulosit dan
pada TB primer yang akan muncul gangguan mieloproliferatif (Suciyani,
bertahun-tahun kemudian sebagai 2017).
infeksi endogen menjadi TB dewasa Tujuan penelitian ini adalah untuk
dikarenakan imunitas tubuh menurun. mengetahui hubungan kadar limfosit
Keluhan secara umum pada pasien dan monosit dengan tingkat keparahan
tuberkulosis paru, yaitu demam, pada pasien tuberkulosis ekstra paru.
malaise berat badan turun, dan rasa METODE
lelah, sedangkan keluhan pada Dengan cara mengumpulkan
pernapasannya yaitu batuk darah, beberapa artikel ilmiah penelitian
sesak nafas, nyeri dada dan sering sebelumnya untuk mendapatkan
terkena flu (Sudoyo, 2014). informasi dan membuat ringkasan
Mycobacterium tuberculosis paling berupa review artikel ilmiah.
banyak menyerang organ paru-paru
pada manusia karena paru-paru HASIL
merupakan organ yang langsung Sistem imun merupakan sistem
berinteraksi dengan lingkungan di luar pertahanan tubuh terhadap benda
tubuh manusia dan menyebabkan asing atau patogen. Sistem imun
infeksi sedangkan yang terkena pada manusia terdiri dari imunitas alami dan
organ di luar paru-paru seperti adaptif. Imunitas alami sudah ada dan
menyerang selaput otak, tulang, ginjal, berfungsi sejak lahir, imunitas ini
rongga perut, kelenjar getah bening memiliki respons langsung dan cepat
ataupun bagian tubuh lainnya termasuk terhadap adanya patogen pada
kulit dan pleura (Jordi, 2018). individu yang sehat (Baratawidjaja,
Penyebaran TB ke organ ekstra paru 2013).
tergantung pada sistem kekebalan Imunitas ini berperan sebagai
tubuh seluler, terutama sel T – helper lini pertama pertahanan tubuh
(respon TH1). Sel T dan makrofag terhadap patogen tanpa diperlukan
membentuk granuloma terutama terdiri pajanan sebelumnya, karena tidak

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 515
spesifik imunitas ini tidak adekuat Imunitas yang diperantarai sel T
untuk melawan patogen yang berperan mungkin dalam infeksi
potensial. Imunitas ini dibagi menjadi Mycobacterium tuberculosis (Ahmad,
imunitas humoral dan seluler. 2017). Imunitas seluler lebih berperan
Komponen yang berperan dalam aktif daripada humoral dikarenakan
imunitas humoral adalah komplemen, imunitas seluler sebagai fungsi utama
interferon, protein fase akut, dan leukosit diaktifkan yaitu sebagai sistem
kolektin. Sedangkan pada imunitas pertahanan imun tubuh yang berfungsi
seluler komponen yang berperan untuk menahan atau menyingkirkan
adalah sel fagosit mononuklear dan benda asing yang berpotensi
polimorfonuklear, sel natural killer merugikan. Maka dari itu respon imun
(NK) serta sel mast (Baratawidjaja, alami yang terjadi terhadap bakteri
2013). intraseluler adalah fagositosis, namun
Imunitas adaptif mempunyai karena bakteri intraselular relatif
kemampuan untuk mengenali patogen. resisten terhadap degradasi dalam
Pada pajanan yang pertama, patogen makrofag, menyebabkan tidak
akan dikenali dan terjadi sensitisasi sel efektifnya respon imun alami sehingga
imun yang berperan pada imunitas ini. infeksi menjadi kronik (Suciyani, 2017).
Setelah adanya sensitisasi, patogen Terdapat dua jenis limfosit yaitu,
yang terpajan kembali akan lebih limfosit B (menghasilkan antibodi yang
cepat dikenali dan dihancurkan. Sama bertanggung jawab dalam imunitas
halnya dengan imunitas alami, humoral atau yang diperantarai oleh
imunitas adaptif juga dibagi menjadi antibodi) dan Limfosit T (tidak
imunitas humoral dan seluler yang memproduksi antibodi, sel ini secara
masing-masing diperankan oleh sel langsung menghancurkan sel sasaran
limfosit B dan limfosit T (Abbas, spesifiknya dengan beragam zat kimia
2013). atau yang dinamakan imunitas seluler).
Mycobacterium tuberculosis Sedangkan pada monosit fungsi
merupakan bakteri intraseluler. Bakteri utamanya
ini berbentuk batang dan bersifat tahan memproses dan mempresentasikan
asam. Mycobacterium tuberculosis 64 antigen. Peningkatan monosit biasanya
(MPT64) merupakan protein yang terjadi karena infeksi penyakit
dihasilkan oleh salah satu protein granulosit dan gangguan
terbaik ditandai antigen dari wilayah mieloproliferatif (Suciyani, 2017).
RD2, mampu menginduksi tingkat Berdasarkan judul jurnal yaitu
tanggapan Interferon (IFN) yang tinggi Hubungan Kadar Limfosit dan Monosit
pada pasien (Pomandia, 2017). dengan Tingkat Keparahan Pada Pasien
Bakteri yang masuk ke paru-paru Tuberkulosis Ekstra Paru. Tuberkulosis
akan difagosit oleh makrofag kemudian Ekstra Paru dibagi berdasarkan pada
dihancurkan. Epitop dari hasil tingkat keparahan penyakitnya sesuai
penghancuran bakteri tersebut akan dengan letak anatomi, yaitu: a. TB
berikatan dengan protein pada Ekstra Paru Ringan (misalnya: TB
membran makrofag yaitu Major kelenjar limpha, pleuritis eksudativa
Histocompatibility Complex (MHC) kelas unilateral, tulang kecuali tulang
I dan II untuk dipresentasikan ke sel belakang, sendi, dan kelenjar adrenal)
limfosit T, kemudian terjadi aktivasi b. TB Ekstra Paru Berat (misalnya:
dan proliferasi limfosit T. Respon imun meningitis, millier, perikarditis,
utama terhadap bakteri intraseluler peritonitis, pleuritis eksudativa duplex,
yaitu Cell Mediated Immunity (CMI). TB tulang belakang, TB usus, TB alat
Mekanisme imunitas ini diperankan oleh kelamin) (Kowalak,2011).
sel limfosit T tetapi fungsi efektornya Mycobacterium tuberculosis yang
untuk eliminasi bakteri diperankan oleh menyerang organ Ekstra paru
makrofag yang diaktivasi oleh sitokin berhubungan dengan adanya factor
yang diproduksi sel T (Suciyani, 2017). genetic yaitu NRAMP1 dan faktor
lingkungan serta jumlah CD4 yang

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 516
rendah. Kasus tuberkulosis PEMBAHASAN
polimorfisme yang berkembang karena Pada infeksi bakteri intraseluler
tidak adanya respon imun yang efektif. seperti Mycrobacterium tuberculosis
Pada gen NRAMP 1 (Natural Resistance tubuh tidak dapat melawan dengan
Associated Macrophage Protein-1) hanya mengandalkan imunitas alami
adalah protein transmembran yang tapi juga membutuhkan imunitas
ditemukan di endosom dan lisosom adaptif terutama imunitas seluler yang
yang berfungsi memompa kation diperankan oleh sel limfosit T. Limfosit
divalent (misalnya Fe2+) dari lisosome T dibentuk di sumsum tulang,
tersebut. Gen NRAMP1 dapat proliferasi dan pematangannya terjadi
menghambat pertumbuhan mikroba di dalam organ timus sebagai organ
dengan membatasi ketersediaan ion limfoid primer, sel−sel itu kemudian
yang dibutuhkan oleh bakteri (Azizi, masuk ke peredaran darah menuju ke
2014). jaringan/organ limfoid sekunder untuk
Menurut penelitian yang bermukim sementara dan kemudian
dilakukan oleh Azzahra (2017) dilanjutkan dengan bermigrasi lagi ke
mengenai pengaruh jumlah hitung jenis peredaran darah. Limfosit T dengan
limfosit dan monosit yaitu didapatkan subpopulasi Th (CD4+) dan Tc (CD8+)
bahwa pasien TB berat mengalami akan berpartisipasi dalam respons imun
penurunan jumlah CD4+ dan CD8+. Hal adaptif khususnya respons imun
ini merupakan tanda terjadinya supresi seluler. Awalnya sel−sel ini merupakan
imunitas seluler pada pasien. Akan naif yang dapat berubah menjadi sel
tetapi mereka belum dapat efektor saat teraktivasi. Sel akan
menyimpulkan apakah penurunan teraktivasi apabila terdapat ikatan
CD4+ dan CD8+ ini disebabkan oleh antara ligan (epitop+MHC) yang
TB atau malah sebagai faktor disajikan oleh APC dengan reseptor
predisposisi terjadinya TB (Azzahra, yang ada pada permukaan limfosit T itu
2017). sendiri (Abbas, 2013).
Penurunan ini terjadi pada Fungsi utama respons imun
pasien dengan TB berat yang ditandai seluler adalah pertahanan terhadap
dengan adanya kadar serum albumin bakteri intraseluler, virus, jamur,
yang rendah, hematokrit yang rendah, parasit, dan keganasan. Sel T terdiri
indeks massa tubuh yang rendah, atau atas beberapa subset dengan fungsi
gambaran radiologi TB paru yang luas. yang berbeda yaitu sel T helper 1
Penjelasan yang paling mungkin yaitu (Th1), T helper 2 (Th2), T
pasien dengan TB berat kemungkinan delayed−type hypersensitivity (Tdth),
besar mengalami penurunan jumlah cytotoxic T lymphocyte (CTL atau Tc),
limfosit total dan CD4+ dan pada regulatory T lymphocyte (Th3 atau
penelitian ini juga dijelaskan bahwa TB Tregs). Cluster of differentiation 4
paru ringan jumlah limfosit normal, (CD4+) merupakan penanda bagi sel T
kemungkinan hal ini terjadi pasien tidak helper dan cluster of differentiation 8
mengalami adanya penurunan kadar (CD8+) merupakan penanda dari
albumin, hematokrit, dan indeks masa cytotoxic T lymphocyte yang terdapat
tubuh serta tidak adanya gambaran pada membran protein sel
radiologi TB paru yang luas (Suciyani, (Baratawidjaja, 2013).
2017). Fungsi dari masing−masing
Penelitian lain telah menunjukkan subset yaitu: a. T helper (mengenali
bahwa penurunan limfosit ini dapat antigen yang disajikan oleh APC dan
kembali normal setelah pemberian juga sekresi sitokin yang akan
terapi anti tuberkulosis selama 1 bulan. merangsang mekanisme imunitas lain
Didapatkan juga pada penelitian yang dan juga respons inflamasi) b. T
dilakukan oleh Brenda dkk penurunan cytotoxic (mengenali antigen pada sel
jumlah CD4+ pada pasien TB yang terinfeksi dan akan membunuh sel
HIV−negatif (Suciyani, 2017). yg terinfeksi tersebut apoptosis) c. T
regulator (menekan dan mencegah

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 517
respons imun pada antigennya sendiri) dan makrofag yang ada di dalam
d. Natural killer (mengenali antigen dan jaringan yang menyebabkan
membunuh sel yang transformasi sel-sel tersebut menjadi
terinfeksi)(Baratawidjaja, 2013). sel epiteloid. Monosit merupakan sel
Limfosit B atau sel B berperan utama dalam pembentukan tuberkel.
dalam sistem imun spesifik humoral Aktivasi pembentukan tuberkel ini
yang akan menghasilkan antibodi. Sel B dapat tergambar dengan adanya
akan teraktivasi dengan pajanan monositosis di dalam darah. Monosit
antigen oleh APC melalui MHC kelas II merupakan sel utama dalam
yang kemudian berproliferasi dan pembentukan tuberkel. Aktivasi
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang pembentukan tuberkel ini dapat
dapat memproduksi antibodi spesifik. tergambar dengan adanya monositosis
Fungsi utama antibodi yaitu sebagai di dalam darah (Oehadin, 2003).
pertahanan terhadap infeksi
ekstraseluler, virus dan bakteri serta KESIMPULAN
menetralisir toksin yang dihasilkan oleh Dari beberapa jurnal mengenai
bakteri. Sel B memiliki reseptor yang hubungan kadar limfosit dan monosit
spesifik untuk tiap molekul antigen dan dengan tingkat keparahan pada pasien
dapat dideteksi melalui metode tertentu TB ekstra paru yaitu didapatkan bahwa
melalui marker seperti cluster of pasien dengan tingkat keparahan TB
differentiation 19 (CD19+), cluster of ekstra paru berat mengalami
differentiation 21 (CD21+) dan MHC II. penurunan jumlah CD 4+dan CD 8+
(Baratawidjaja, 2013). Hal ini merupakan tanda terjadinya
Peningkatan jumlah limfosit atau supresi imunitas seluler pada pasien.
limfositosis dapat menunjukkan adanya Penurunan ini terjadi pada pasien
respon inflamasi terhadap bakteri dengan TB berat yang ditandai dengan
penyebab penyakit TB dan adanya kadar serum albumin yang
menunjukkan adanya proses rendah, hematokrit yang rendah,
penyembuhan TB. Interleukin-2 yang indeks massa tubuh yang rendah, atau
telah merangsang limfosit T yang gambaran radiologi TB paru yang luas
menjadi sel T reaktif terhadap sedangkan TB paru ringan jumlah
Mycobacterium tuberculosis kemudian limfosit normal, pasien tidak mengalami
akan menghasilkan IFN, TNF, IL-2, IL- adanya penurunan kadar albumin,
4, IL-5, IL-10 sama dengan sitokin hematokrit, dan indeks masa tubuh
yang dihasilkan oleh sel T, selain itu serta tidak adanya gambaran radiologi
supernatan dari sel T yang dirangsang TB paru yang luas.
oleh Mycobacterium tuberculosis akan
meningkatkan agregasi makrofag dan SARAN
selanjutnya berperan pada Perlu dilakukan penelitian lebih
pembentukan granuloma. Makrofag lanjut dan spesifik mengenai hubungan
yang teraktivasi menunjukkan sistem imunitas seluler dengan tingkat
peningkatan fungsi dalam fagositosis keparahan pada pasien tuberkulosis
(Wirawan, 2011). ekstra paru untuk mengetahui
Meningkatnya jumlah monosit kemungkinan lain yang terjadi untuk
dapat terjadi karena sel monosit yang pengembangan ilmu pengetahuan.
berperan penting dalam respon imun
pada infeksi TB, sehingga saat bakteri DAFTAR PUSTAKA
penyebab penyakit TB ini masuk ke Abbas AK., Lichtman AH., Pillai S.
dalam tubuh monosit memperbanyak (2013). Cellular and molecular
diri untuk memfagositkannya. Bakteri immunology. 7th rev. ed. Baker
Mycobacterium tuberculosis penyebab DL, ilustrator. Philadelphia:
penyakit TB ini memiliki fosfolipid pada Saunders Elsevier. Hlm. 350-415
selnya,sehingga sebagian fosfolipid dari Ahmad., Putri, O., Agus, Rosana.,
Mycobacterium tuberculosis ini Masai, M.N., Ahyar. (2017).
mengalami degradasi oleh sel monosit Produksi Protein Rekombinan

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 518
Mpt64 Dari Mycobacterium Suciyani, S., Naim, N., & Armah, Z.
tuberculosis Sebagai (2018). Analisis Kuantitas dan
Immunodiagnostik Tuberkulosis Hitung Jenis Leukosit pada
Laten. Departemen Biologi Petugas Radiologi di Balai Besar
Fakultas Matematika dan Ilmu Kesehatan Paru Masyarakat
Pengetahuan Alam. Makassar: (BBKPM) Makassar. Media
Universitas Hasanuddin. Kesehatan Politeknik Kesehatan
Azzahra, F. A. Profil limfosit pada Makassar, 12(1), 59-65.
pasien tuberkulosis paru kasus Sudoyo AW., Setiyohadi B., Alwi I.,
baru di RSUD Tangerang Selatan Simadibrata. (2014). Buku Ajar
(Bachelor's thesis, UIN Syarif Ilmu Penyakit Dalam. dalam
Hidayatullah Jakarta: Fakultas Tuberkulosis Paru. Jilid II edisi V.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jakarta: Interna Publishing.
2017). Wirawan, R. (2011). Pemeriksaan
Azizi, F. H., Husin, U. A., & Rusmartini, Laboratorium Hematologi.
T. (2014). Gambaran Jakarta : Badan Penerbit FKUI.
Karakteristik Tuberkulosis Paru
Dan Ekstra Paru Di BBKPM
Bandung Tahun 2014.
Universitas Islam Bandung.
Baratawidjaja, K.G., Rengganis, I.
(2013). Imunologi Dasar. Edisi
ke-10. Jakarta; FKUI. Hlm. 222-
33.
Dotulong, J., Sapulete, M. R., &
Kandou, G. D. (2015). Hubungan
faktor risiko umur, jenis kelamin
dan kepadatan hunian dengan
kejadian penyakit TB Paru di
Desa Wori Kecamatan Wori.
Jurnal Kedokteran Komunitas
dan Tropik, 3(2).
Kemenkes. (2015). Profil Kesehatan
Indonesia 2015. Indonesia
Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B.
(2011). Buku ajar patofisiologi.
Jakarta: EGC, 233.
Oehadin, A. (2003). Aspek Hematologi
Tuberkulosis. Bandung :
Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran. [Skripsi]
Pomandia, N. M., Waworuntu, O. A., &
Homenta, H. (2017). Hasil
Diagnostik Mycobacterium
tuberculosis pada Pasien Batuk
≥2 Minggu dengan Pewarnaan
Ziehl Neelsen di Poliklinik Interna
RSU Pancaran Kasih Manado.
eBiomedik, 5(2).
Rachmawati, F. (2015). Prevalensi
Penyakit Tuberculosis Paru di
Kota Metro Provinsi Lampung
Tahun 2011-2013. Jurnal Biotek
Medisiana Indonesia, 4(1), 25-
31.

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 7, Nomor 3, Juli 2020 519

Anda mungkin juga menyukai