Vibrating Fluidizied Bed Dryer
Vibrating Fluidizied Bed Dryer
net/publication/311001853
CITATIONS READS
2 501
3 authors, including:
Abadi Jading
Papua University, Indonesia
27 PUBLICATIONS 50 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Abadi Jading on 21 March 2018.
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian, Universitas Negeri Papua
Jl. Gunung Salju, Amban Manokwari Papua Barat 98314
Email:a_jading@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengujian terhadap alat pengering pati berbasis sagu model cross flow
vibrofluidized bed bertenaga biomassa.Tahapan penelitian meliputi pengujian alat pengering menggunakan tungku
biomassa berbahan bakar tempurung kelapa dengan melakukan pengamatan suhu selama pengeringan, penurunan kadar
air, waktu pengeringan, kebutuhan energi, efisiensi pengering, dan analisis finansial. Konstruksi alat pengering pati sagu
model vibro fluidized bed bertenaga biomassa berukuran panjang, lebar dan tinggi masing-masing (200x50x1500) cm,
serta memiliki daya tampung atau kapasitas maksimum pati sagu basah 35 kg/proses. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa alat pengering ini mampu mengeringkan pati sagu selama 7 jam, dengan konsumsi bahan bakar tempurung
kelapasebanyak 70 kg/proses (1274MJ), kebutuhan daya listrik untuk tenaga blower dan vibrator(37,80 MJ), serta
mampu menurunkan kadar air pati sagu dari 42%bb menjadi 12%bb dengan suhu dalam ruang vibratoradalah40-60oC,
RH 50%, suhu lingkungan 30oC dan efisiensi pemanasan (pengeringan) 46,02%.Hasil analisis finansial menunjukan
bahwa investasi alat pengering vibro fluidized bedsangat layak dilaksanakan berdasarkan kriteria NPV = Rp. 16.002.858,
BCR= 1,53, IRR= 35%, dan PBP tertutupi setelah 3,51 tahun.
Kata kunci: Aliran silang, vibro fluidized bed dryer, tungku biomassa, pati sagu, analisis finansial
ABSTRACT
The purpose of this research was to evaluate performance of vibro cross flow fluidized bed dryer using biomass fuel for
drying sago starch. The phase of research were evaluation of dryer heated by a biomass stove using coconut shell as a fuel
and observation of the drying temperature, moisture content, drying time, energy analysis, and drying effiviency, as well as
calculation of its economic analysis. The dryer has dimension of 200x50x1500 cm3 for length, width, hight, respectively,
and working capacity of 35kg/process. The results showed that biomass fuel consumption for drying sago starch for 7
hours was 12740,00 MJ (70 kg/process) and electricity consumption for blower and vibrator was 37,80 MJ. Furthermore,
the dryer reduced moisture content of sago starch from 42% (wb) to 12% (wb) with temperature in the vibrator chamber
of 40-60oC and relative humidity of 50%, as well as ambient temperature of 30oC and drying efficiency of 46,02%.
Economic analysis showed that the dryer had NPV of Rp. 16.002.858, BCR of 1,53, IRR of 35%, and PBP of 3,51 years.
Keywords: Cross flow, vibro fluidized bed dryer, biomass stoves, sago starch, financial analysis
448
AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 2014
Pengembangan alat pengering fluidized bed konven- tempat pemasukan pati sagu basah (hopper), dan tempat
sional menjadi modified fluidized bed telah dilakukan dengan keluaran pati sagu kering. Bagian dari alat pengering yang
adanya penambahan pengadukan (agitated). Alat pengering telah mengalami pengembangan pada penelitian ini adalah plat
ini mampu bekerja lebih baik apabila dibandingkan dengan distribusi yang dilengkapi dengan vibrator. Proses fluidisasi
alat pengering fluidized bed konvensional, namun mengalami terjadi akibat adanya hembusan blower yang mendorong
kelemahan yaitu proses fluidisasi masih agak lambat (Jading udara panas dari ruang pemindah panas pada tungku biomassa
dkk., 2011c). Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu melalui pipa menuju ke ruang vibrator sehingga udara tersebut
adanya penambahan getaran padaalat pengering fluidized bed bercampur dengan pati sagu yang masih basah. Kontinyuitas
konvensional untuk lebih mempercepat proses fluidisasi, dan aliran pati sagu berdasarkan sistem getaran oleh vibrator yang
waktu pengeringan. dikombinasikan dengan plat distribusi. Aliran bahan akan
Alat pengering vibro fluidized bed telah dikembangkan bersilangan dengan udara panas dan bercampur saat terjadi
untuk pengeringan padi oleh Wetchama dkk. (2000), dan proses fluidisasi.
pengeringan produk berbentuk bubuk oleh Bukarova dkk. Alat pengering CFVFB terdiri dari dua bagian, yaitu
(1976). Sedangkan Jading dkk. (2012a) telah mengembangkan bagian pengering dan tungku biomassa. Bagian pengering
rancangan alat pengering cross flow vibro fluidized bed memiliki kapasitas pati sagu basah sebanyak 25-35 kg/proses.
(CFVFB) untuk pengeringan pati sagu. Berdasarkan ukuran Panjang bagian pengering 200 cm, lebar 50 cm, dan tinggi
dan bentuknya, maka pati sagu termasuk dalam kelompok 200 cm. Bagian pengering terdiri dari rangka, bed pengering
cohesive (C) sehingga menyebabkan proses fluidisasi secara berbentuk empat persegi, pintu kontrol, hopper untuk input
tidak sempurna apabila menggunakan alat pengering fluidized bahan, blower (220V, 750watt, 1 phasa), dan output bahan.
bed model konvensional (Jadingdkk., 2011c). Fungsi vibrator Bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian
adalah untuk mengatur proses fluidisasi dan laju aliran bahan pengering adalah plat besi ukuran 0,2 cm dan besi siku ukuran
sehingga waktu tinggal bahan tidak terlalu lama terutama (4x4) cm tipe B. Selain itu, pada bed pengering menggunakan
terhadap bahan yang memiliki bentuk dan ukuran yang lebih bahan plat stainless steel 0,2 cm berlubang yang dilapisi
besar, sertamemisahkan bahan yang lengket atau lembab. dengan kawat kasa tahan karat ukuran 100 mesh sesuai
Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengujian dengan ukuran pati. Tujuan penambahan kawat kasa adalah
terhadap kinerja alat pengering pati berbasis sagu model untuk mencegah kehilangan pati selama proses pengeringan.
CFVFB bertenaga biomassa serta mengetahui tingkat Bed pengering bergetar (ruang vibrator) dilengkapi
kelayakan investasi dengan metode analisis finansial. dengan tenaga penggerak motor listrik 220V, 1 phasa, 750
watt yang dihubungkan melalui sistem transmisi pulley
dan belt. Sedangkan sumber panas yang dibutuhkan untuk
METODE PENELITIAN pengeringan berasal dari tungku biomassa.
Tungku biomassa yang digunakan adalah jenis cross
DeskripsiAlat Pengering CFVFB
down draft yang memiliki keunggulan yaitu dapat mengurangi
Skema rancangan alat pengering CFVFB seperti pada asap pembakaran, dapat dijalankan secara kontinyu, dan
Gambar 1. Bagian-bagian dari alat pengering terdiri dari bed sangat cocok untuk daerah pedesaan karena menggunakan
pengering dengan plat distribusi bergetar (vibrator), blower, bahan bakar limbah hasil pertanian (Jading dkk., 2012b).
Bagian tungku biomassa terdiri dari ruang pembakaran
(60x60x60) cm, hopper bahan bakar (50x78x40) cm, saluran
udara luar, ruang pemindah panas (60x60x150) cm yang
dilengkapi pipa besi sebanyak 10 batang dengan panjang
masing-masing berukuran 150cm berdiameter 3,81 cm (1,5
inci). Selain itu ruang pemindah panas dilapisi dengan isolator
tahan panas untuk mencegah supaya asap hasil pembakaran
bahan bakar pada ruang pembakaran tidak masuk ke dalam
ruang tersebut. Bahan bakar yang digunakan adalah limbah
hasil pertanian. Khusus dalam penelitian ini, limbah biomassa
yang digunakan sebagai bahan bakar adalah tempurung
kelapa.
Pembakaran bahan bakar dilakukandi dalam ruang
pembakaran yang terletak pada bagian bawah ruang pemindah
Gambar 1. Skema rancangan alat pengering CFVFB panas. Ruang pembakaran dilengkapi dengan pintu kontrol
449
AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 2014
aliran udara dan pintu pembuangan abu hasil pembakaran. Analisis Teknis
Udara panas yang dihasilkan dalam ruang pembakaran Analisis yang dilakukan adalah menghitung
dialirkan secara konveksi alami tanpa bantuan kipas atau kebutuhan energi untuk mengetahui efisiensi pemanasan
blower penghembus udara melalui lubang pipa pemindah atau pengeringan dan efisiensi alat pengering. Perhitungan
panas, sedangkan asap hasil pembakaran keluar melalui energi meliputi energi pembakaran tempurung kelapa pada
cerobong asap. tungku biomassa, energi listrik (blower dan penggerak
Panas yang dihasilkan dalam ruang pemindah panas vibrator),energi untuk memanaskan pati sagu, energi untuk
sudah terpisah dengan asap pembakaran, sehingga panas menaikkan suhu air dan menguapkan air dalam pati sagu,
tersebut merupakan suhu udara pengering yang langsung
dihisap ke dalam ruang vibrator menggunakan blower qB mtk xhtk …..................................................................................................(1)
penghembus. Besarnya suhu yang dihasilkan dalam ruang qL VxIxt ……………………………………………………..…….…...(2)
q ps mps xC ppsx(To Ti ) ………..………………………………….…….……(3)
pemindah panas adalah 75-80oC, sedangkan suhu terukur
qa ma xca x(Tpi Tpo ) ……….…….………….………………..………....…(4)
dalam ruang vibrator 40-60oC. Hasil perancangan dan
qua mw xh fg ………………….………………..………………....………… (5)
konstruksi alat dapat dilihat pada Gambar 2a.
qu u xVu xcu x(Ti To ) .................................................................................. (6)
q ps qa qau
p
qu . …………………………………….………...…..……..(7)
q ps qa qau
ap ……………………….……………..……………....…..(8)
qB qL
M ps .( M psi M pso )
ma x100% …………….…………....…….…….…......(9)
100 M pso
C pps 1.424mcar 1.549m pro 1.675m fat 0.837mash 4.187M ps
………..… (10)
Keterangan:
qB = energi dari tungku biomassa (J/kg)
qL = energi listrik (J)
qa = energi untuk menaikkan suhu air di dalam pati sagu (J)
qps = energi untuk memanaskan pati sagu (J)
qua = energi untuk menguapkan air dalam pati sagu (J)
qu = energi yang diberikan udara untuk memanaskan pati sagu (J)
mtk = massa tempurung kelapa (kg)
htk = panas jenis tempurung kelapa (kJ/kg.oC)
Gambar 2. Prototipe alat pengering CFVFB: (a) unit tungku biomassa, (b) V = tegangan listrik (V)
unit pengering I = arus listrik (A)
t = waktu pengoperasian alat pengering(s/detik)
Prosedur Penelitian mps = massa pati sagu basah (kg)
Cpps = panas jenis pati sagu (kJ/kg.oC)
Tahapan penelitian meliputi pengujian alat pengering Ti = suhu awal pengering (oC)
menggunakan tungku biomassa berbahan bakar tempurung To = suhu akhir pengering (oC)
kelapa dengan melakukan pengamatan suhu selama Tpi = suhu awal pati sagu (oC)
Tpo = suhu akhir pati sagu (oC)
pengeringan, penurunan kadar air, waktu pengeringan,
Vu = volume udara pengering (m3)
kebutuhan energi, efiesiensi pemanasan (pengeringan), cu = panas jenis udara pengering (kJ/kg oC)
efisiensi alat pengering dan analisis finansial. ca = panas jenis air (kJ/kg oC)
Untuk mengetahui kemampuan kinerja alat pengering, ρu = densitas udara pengering (kg/m3)
maka dilakukan pengujian sebanyak tiga kali pengulangan mw = jumlah air yang diuapkan (kg)
ma = jumlah air (kg)
menggunakan pati sagu basah, masing-masing sebanyak
hfg = panaslaten penguapan (kJ/kg.oC)
35 kg.Variabel yang diamati adalah suhu lingkungan, suhu Mpsi = kadar air awal pati sagu (% bb)
udara pengeringan, dan kadar air pati sagu. Kadar air pati Mpso = kadar air akhir pati sagu (% bb)
sagu diukur menggunakan metode gravimetri (oven) untuk ηp = efisiensi pemanasan atau pengeringan (%)
mengetahui perubahan kadar air selama proses pengeringan. ηp = efisiensi alat pengering (%)
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara tabulasi dan mcar = kadar karbohidrat (%)
mpro = kadar protein (%)
grafis, kemudian dibahas secara deskriptif.
mfat = kadar lemak (%)
mash = kadar abu (%)
Mps = kadar air pati sagu (%)
450
AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 2014
serta energi yang diberikan udara pengering ke dalam ruang gelatinisasi terhadap pati sagu. Gelatinisasi sangat dihindari
vibrator. Persamaan yang digunakan untuk menghitung energi dalam proses pengeringan pati sagu karena menyebabkan
tersebut adalah persamaan 1 sampai 6, sedangkan efesiensi kegagalan dalam proses pembuatan pati. Selanjutnya Khatir
pemanasan (pengeringan) dan efisiensi alat pengering dkk. (2011) mengemukakan bahwa salah satu faktor utama
dihitung menggunakan persamaan 7 dan 8. Nilai massa air yang mempengaruhi pengeringan yang berhubungan dengan
dalam pati sagu (ma) dapat dihitung menggunakan persamaan udara pengering adalah temperatur (suhu).
9, sedangkan persamaan 10 digunakan untuk menghitung Perubahan suhu dalam ruang vibrator terjadi karena
panas jenis pati sagu berdasarkan nilai komposisi kimia sumber panas yang digunakan adalah hasil pembakaran
dalam pati sagu tersebut (Jading dkk., 2011b; Jading dkk., biomassa (tempurung kelapa) sehingga besarnya suhu
2012a). Panas jenis atau panas spesifik (specific heat) untuk pengeringan sangat ditentukan oleh proses pengumpanan
bahan yang diketahui komposisinya seperti pati (starch) dapat bahan bakar ke dalam ruang pembakaran pada tungku
dihitung menggunakan persamaan empiris (Dickerson, 1969; biomassa. Proses pengeringan yang menggunakan suhu udara
dalam Singh dan Heldman, 2001). pengering hasil pembakaran biomassa sangat sulit untuk
mendapatkan suhu konstan dalam ruang pengering (Jading
Analisis Ekonomis atau Finansial dkk., 2012b).
Untuk mengetahui nilai jual alat, maka dilakukan
Penurunan Kadar Air, Waktu dan Laju Pengeringan Pati
analisis finansial. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam
Sagu
melakukan suatu evaluasi terhadap investasi proyek adalah
Net Present Value (NPV), Internal Rate off Return (IRR), Net Gambar 4 menunjukkan penurunan kadar air pati sagu
Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Break Event Point (BEP), dan selama proses pengeringan. Penurunan kadar dari ketiga
Pay Back Period (PBP) (Husnan dan Suwarsono, 1977). perulangan tidak berbeda yaitu dari 42%bb menjadi 12%bb
selama 7 jam. Pada akhir pengeringan kadar air pati sagu
yang diperoleh adalah 12%bb, dengan massa kering pati sagu
HASIL DAN PEMBAHASAN 20,3 kg, dan massa air yang diuapkan sebesar 14,7 kg dengan
laju pengeringan 7,10 kg/jam atau 4,29%. Waktu pengeringan
Distribusi Suhu pada Alat Pengering CFVFB
agak lambat hal ini disebabkan tingkat kepadatan dan daya
Sebaran suhu dalam ruang vibrator dapat dilihat pada lengket pati sagu yang tinggi sehingga mempengaruhi kinerja
Gambar 3. Perubahan suhu pada tiga perulangan yaitu antara vibrator. Vibrator tidak dapat memisahkan gumpalan pati
Gambar 3. Distribusi suhu dalam ruang vibrator
40-60oC, suhu lingkungan 30oC, sedangkan kelembaban sagu secara sempurna sehingga menghasilkan butiran-butiran
relatif (RH) 50%. pati sagu. Butiran-butiran tersebut menghambat proses
perpindahan panas ke dalam bahan.
Gambar 3. Distribusi suhu dalam ruang vibrator Gambar 4. Perubahan kadar air pati selama pengeringan
Gambar3.3.Distribusi
Distribusisuhu
suhudalam
dalamruang
ruangvibrator
vibrator Gambar 4. Perubahan kadar air pati selama pengeringan
Gambar
Suhu tersebut mampu mengeringkan 35 kg pati sagu Dari grafik terlihat bahwa waktu pengeringan sangat
selama 7 jam. Besarnya nilai suhu tersebut sudah sesuai mempengaruhi penurunan kadar air selama proses pengeringan.
dengan suhu yang dibutuhkan untuk pengeringan pati Semakin lama pengeringan semakin berkurang kadar air
sagu. Menurut Jading dkk. (2011b) suhu maksimum yang dalam pati sagu. Menurut Khatir dkk. (2011) semakin lama
diperlukan untuk pengeringan pati sagu adalah 70-75oC, atau proses pengeringan semakin rendah kadar air tepung. Selain
yang disebut suhu gelatinisasi. Jika suhu dalam ruang vibrator waktu, suhu juga sangat berpengaruh terhadap penurunan
melebihi suhu maksimum tersebut, maka akan terjadi proses kadar air, meskipun pada penelitian tidak dilakukan variasi 1
451
AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 2014
suhu pengeringan. Menurut Adi dkk. (2013) semakin tinggi 5 adalah 28,43 MJ.Kecepatan udara terukur yang masuk ke
suhu pengeringan akan diperoleh kadar air semakin rendah, dalam ruang vibrator melalui pipa berpenampang 0,0046 m2
hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini. adalah 17,80 m/s. Besarnya debit udara dalam ruang vibrator
adalah 0,0811 m3/s, sehingga kebutuhan volume udara selama
Analisis Energi pengeringan adalah 2044,60 m3.
Bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan suhu
Efisiensi Pemanasan (Pengering) dan Alat Pengering
pengering adalah tempurung kelapa. Menurut Palungkun
(1999) dalam Safrizal dkk. (2012) nilai kalor tempurung Efisiensi pemanasan atau pengeringan adalah hasil
kelapa adalah 18,20-19,30 MJ/kg. Pada pengujian dengan alat perbandingan dari energi yang dibutuhkan untuk menguapkan
pengering CFVFB, massa tempurung kelapa yang digunakan air terhadap energi yang diberikan oleh udara pengering.
sebanyak 70 kg untuk mengeringkan 35 kg pati sagu hingga Hasil perbandingan tersebut diperoleh nilai efisiensi sebesar
mencapaikadar air akhir 12%bb selama 7 jam. Berdasarkan 46,02%. Sedangkan efisiensi alat pengering sebesar 2,34%
hasil analisis menggunakan persamaan 1 dengan nilai panas yang merupakan perbandingan dari energi yang dibutuhkan
tempurung kelapa 18,20 MJ/kg, maka dihasilkan 1274,00 MJ untuk menguapkan air terhadap energi yang diberikan kepada
energi pembakaran (qB). alat pengering. Hal ini menunjukan bahwa efisiensi pemanasan
Panas yang dihasilkan pada proses pembakaran atau pengering dan alat pengeringmasih rendah disebabkan
tempurung kelapa dalam tungku, kemudian dialirkan ke ruang oleh kurang efektifnya tungku biomassa, kehilangan panas pada
pemindah panas secara alami melalui pipa. Panas tersebut saluran udara pengering ke dalam ruang vibrator, dan kapasitas
telah terpisah dengan asap, kemudian dihisap ke dalam ruang vibrator yang masih rendah. Menurut Soponronnarit
ruang vibrator menggunakan blower bertenaga motor listrik dkk. (2000) untuk mendapatkan pengoperasian yang optimum
dengan daya 750 W. Pengoperasian blower selama proses maka diperlukan konsumsi energi yang lebih rendah.
pengeringan adalah7 jam (25.200 s), sehingga nilai energi
listrik yang dibutuhkan sebesar18,90 MJ. Analisis Finansial
Untuk mempercepat proses fluidisasi maka diperlukan Tujuan analisis finansial terhadap alat pengering pati
vibrator bertenaga motor listrik dengan daya 750 W yang bekerja model CFVFB adalah untuk mengetahui kelayakan alat
selama 7 jam selama proses pengeringan. Nilai energi yang tersebut apabila akan diintroduksikan di masyarakat. Analisis
digunakan berdasarkan persamaan 2 adalah 18,90 MJ, sehingga dilakukan berdasarkan kapasitas produksi alat pengering
kebutuhan energi listrik keseluruhan (qL) yang diperlukan yaitu 35 kg pati sagu basah yang mampu menghasilkan 20,3
selama pengoperasian alat pengering adalah 37,80 MJ. kg pati sagu kering. Harga pati sagu basah Rp. 5.000,-/kg dan
Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk memanaskan harga pati sagu kering Rp. 20.000,-/kg dengan dana investasi
pati sagu atau panas sensibel (qps) sebanyak 35 kg dibutuhkan awal Rp. 30.000.000,-. Umur ekonoms 5 tahun. Hasil analisis
energi sebesar 0,84 MJ, hal ini berdasarkan persamaan 3 finansial dapat dilihat pada Tabel 1, 2,3, 4 dan 5.
dengan nilai panas jenis pati sagu 1,2 kJ/kgoC (Persamaan Tabel 1 menunjukan bahwa nilai depresiasi pada tahun
7). Sedangkan energi yang diperlukan untuk menaikkan suhu ke 5 sebesar Rp. 5.248.000,-, cash flow Rp. 16.393.560,- dan
air (panas sensibel air) adalah 1,85 MJ (persamaan 4) dan ARR 66,06%. Sedangkan nilai pengembalian modal (nilai
untuk menguapkan air atau panas laten penguapan air (qua) investasi) dapat tercapai setelah 3,51 tahun pengoperasian
dalam pati saguberdasarkan hasil perhitungan persamaan alat.
452
AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 2014
EAT
Umur ekonomis Investasi awal (Rp) Penyusutan Cash flow Keterangan
(Laba setelah pajak)
(a) (b) (c) (d) (e = c+d) (f = b-e)
Tahun ke-1 30.000.000 2.793.555 5.248.000 8.041.555 21.958.445 Belum Tertutupi
Tahun ke-2 9.529.880 5.248.000 14.777.880 7.180.565 Belum Tertutupi
Tahun ke-3 9.529.880 5.248.000 14.777.880 -7,597,315 Kelebihan
Tahun ke-4 16.545.560 5.248.000 21.793.560
Tahun ke-5 11.145.560 5.248.000 16.393.560
Tabel 2 menunjukan nilai BEP yaitu jumlah hasil Tabel 4 menujukan nilai NPVdari hasil analisis adalah
penjualan minimal yang harus dilampaui, sedangkan PBP Rp. 16.002.858, berarti investasi alat pengering CFVFB
merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk layak dilaksanakan. NPV adalah metode untuk menghitung
melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi selisih antara nilai sekarang investasi dengannilai sekarang
seluruh pengeluaran investasi. Hasil analisis berdasarkan penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun
Tabel 2, menunjukkan bahwa nilai kelebihan bulan 6,17 dan terminal cash flow) di masa yang akan datang. Jika NPV
PBP 3,51 tahun. lebih besar dari nol maka proyek layak untuk dilaksanakan
sebaliknya jika lebih kecil dari nol tidak layak untuk
Tabel 3. Penilaian proyek dengan internal rate of return dilaksanakan.
Umur EAT
Investasi awal (Rp) Penyusutan Cash flow IRR
ekonomis (Laba setelah pajak)
Estimasi
(a) (b) (c) (d) (e = c+d) Aktual (%)
(%)
Tahun ke-1 30.000.000 2.793.555 5.248.000 8.041.555
Tahun ke-2 9.529.880 5.248.000 14.777.880 17 35
Tahun ke-3 9.529.880 5.248.000 14.777.880
Tahun ke-4 16.545.560 5.248.000 21.793.560
Tahun ke-5 11.145.560 5.248.000 16.393.560
Nilai IRR aktual yang diperoleh pada Tabel 3 adalah Nilai Profitability Index atau Net B/C pada Tabel 5
35%, hal ini menujukan bahwa alat pengering CFVFB layak adalah 1,53, hal ini menunjukan bahwa investasi untuk
untuk dilaksanakan. IRR adalah tingkat diskonto pada saat penerapan alat pengering CFVFB layak dilaksanakan. Nilai
NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen. Proyek Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah PV
dinyatakan layak apabila nilai IRR lebih tinggi dari suku yang bernilai positif dengan jumlah PV yang bernilai negatif.
bunga yang berlaku. Kriteria kelayakan proyek adalah jika Net B/C lebih besar
sama dengan satu dan tidak layak jika Net B/C kurang dari
Tabel 4. Penilaian proyek dengan net present value satu.
Umur EAT
Investasi awal (Rp) Penyusutan Cash flow NPV
ekonomis (Laba setelah pajak)
Suku
(a) (b) (c) (d) (e = c+d) Nilai NPV (Rp)
bunga (%)
Tahun ke-1 30.000.000 2.793.555 5.248.000 8.041.555
Tahun ke-2 9.529.880 5.248.000 14.777.880 17 16.002.858
Tahun ke-3 9.529.880 5.248.000 14.777.880
Tahun ke-4 16.545.560 5.248.000 21.793.560
Tahun ke-5 11.145.560 5.248.000 16.393.560
453
AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 2014
Tabel 5. Penilaian proyek dengan profitability index atau benefit cost ratio
Umur EAT
Investasi awal (Rp) Penyusutan Cash flow Net B/C (PI)
ekonomis (Laba setelah pajak)
(a) (b) (c) (d) (e = c+d) Nilai NPV (Rp) PI
454
AGRITECH, Vol. 34, No. 4, November 2014
Seminar Hasil Penelitian Strategis Nasional, 9-10 Singh, R.P. dan Heldman, D.R. (2001). Introduction to
November, Surabaya. Food Engineering. Food Science Technology Series.
Jading, A., Payung, P. dan Tethool, E.F. (2012b). Modifikasi Academic Press. London.
tungku gasifikasi untuk pemanfaatan limbah biomassa Soponronnarit, S., Wetchama, S., Trutassanawin, S. dan
sebagai sumber energi alternatif pada proses pengeringan Jariyatontivait, W. (2000). Design, Testing, and
hasil pertanian. Jurnal ISTECH 4(2): 67-70. Optimization of Vibro-Fluidized Bed Paddy Dryer.
Khatir, R., Ratna dan Wardani. (2011). Karakteristik Proceeding of The 12th International Drying Symposium
pengeringan tepung beras menggunakan alat pengering IDS2000, August 28-31, Noodwijkerhout Netherlands.
tipe rak. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi 3(2):1-4. Wetchacama, S., Soponronnarit, S. dan Jariyatontivait, W.
Safrizal, R., Syah, H. dan Khathir, R. (2012). Analisis efisiensi (2000). Development of a Commercial Scale Vibro-
pada sistem pengeringan bunga rosella (Hibiscus Fluidized Bed Paddy Dryer. Journal Natural Science
sabdariffa L) menggunakan alat pengering tipe lemari. 34: 423-430.
Rona Teknik Pertanian 5(2):364-367.
455