SALINAN
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 93 TAHUN 2021
TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALlS RADIOLOGI
MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG
STANDAR PENDIDlKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS
RA.DlOLOGl.
Pasal l
Konsil Kedokteran Indonesia mengesahkan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi.
Pasal2
(1) Standar Pendiclikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi
disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan
Kedokteran.
(2) Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Radiologi;
b. Standar lsi;
c. Standar Proses Pencapaian Kompetensi
Berdasarkan Tahap Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis Radiologi;
d. Standar Rumah Sakit Pendidikan;
e. Standar Wahana Pendidikan Kedokteran;
f. Standar Dasen;
g. Standar Tenaga Kependidikan;
h. Standar Penerimaan Calon Mahasiswa;
i. Standar Sarana clan Prasarana;
j. Standar Pengelolaan;
k. Standar Pembiayaan;
1. Standar Penilaian Program Pendidikan Dokter
Spesialis Radiologi;
m. Standar Penelitian Dokter Spesialis Radiologi;
n. Standar Pengabdian kepada Masyarakat;
o. Stand.ar Kontrak Kerja Sama Rumah Sakit
Pendidikan dan/atau Wabana Pendidikan
Kedokteran dengan Perguruan Tinggi Penyelenggara
Pend.idikan Kedokteran;
-· -4 -
Pasal 3
(1) Perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
profesi dokter spesialis radiologi harus menerapkan
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi,
termasuk dalam mengembangkan kurikulum.
(2) Perguruan tinggi yang akan mengembangkan kurikulum
pendidikan profesi dokter spesialis kedokteran radiologi
harus mengacu pada St.andar Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis Radiologi untuk menjamin mutu program
pendidikan dokter spesialis kedokteran radiologi.
Pasal 4
Perguruan tinggi harus memenuhi Standar Pendidikan Profesi
Dokter Spesialis Radiologi sebagai kriteria minimal pada
penyelenggaraan pendidikan profesi dokter spesialis radiologi.
Pasal 5
(1) Konsil Kedokteran Indonesia melakukan pemantauan
dan evaluasi terhadap penerapan Standar Pendidikan
Profesi Dokter Spesialis Radiologi pada penyelenggaraan
pendidikan profesi dokter spesialis radiologi.
(2) Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Konsil Kedokteran
Indonesia dapat memberikan rekomendasi kepada
perguruan tinggi untuk mengembangkan sistem
penJamman mutu internal sebagai proses penjaminan
mutu pendidikan profesi dokter spesialis radiologi.
-5-
Pa8816
Pada saat Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini mulai
berlaku, Peratunm Kon&il Kedoktetan Indonesia Nomor
50/KKI/PER/XII/2010 tentang Stander Kompetensi Dokter
Spesialis Radiologi, dicabut clan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal7
Peraturen Konsil Kedokteran Indonesia ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
-6-
Diteta.pkan di Jakarta
pada tanggal 3 Februari 2021
ttd .
Diundangkan di Jakarta
padatanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBUK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
tdd.
LAMPIRAN l
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 93 TAHUN 2021
TENTANG
STANDAR PENOIDIKAN PROFESJ DOKTER
SPESIALIS RADIOLOGI
BABI PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. SEJARAH
C. VISI, MISJ, NILAJ DAN TUJUAN PENDIDlKAN
D. MANFAAT STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
SPESIALIS RADIOLOGI
BAB m PENUTUP
LAMPIRANU
-9-
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. SEJARAH
Program Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia dimulai
sejak tahun 1955 oleh Almarhum Prof Dr. Sjahriar Rasad, Prof. Dr.
Asmino dan Prof. Dr. Gani llyas, yang dilanjutkan oleh era Majelis Penguji
Radiologi Indonesia (MPRI) dengan lulusan pertama di tahun 1971. Pada
tahun 2000 saat Kongres Nasional Radiologi Indonesia di Bogor, MPRI
kemudian berganti nama menjadi Badan Penguji Nasional Radiologi
Indonesia (BPNRI) dan mengacu pada Peraturan Menteri Ristek dan Dikti
Nomor 30 Tahun 2014, tentang Tata Cara Pelaksanaan Uji Kompetensi
Mahasiswa Program Profesi Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis dan
Dokter Gigi Spesialis, kemudian berubah menjadi Kornisi Ujian Nasional
Kompetensi Radiologi Indonesia (KUNKRI) yang berlanjut hingga
sekarang.
Pada era KUNKRJ dilakukan kerjasama (MOU) dengan pihak luar
negeri, antara lain dari Malaysia dan Taiwan untuk melibatkan penguji
asing saat dilakukan ujian nasional radiologi.
Sampai saat ini jumlah dokter spesialis radiologi di Indonesia
berkisar 1720 (seribu tujuh ratus dua puluh ribu) orang dengan status
aktif melakukan resertifikasi sejumlah 1454 (seribu empat ratus lima
puluh empat) orang. Yang tidak aktif antara lain disebabkan oleh
meninggalnya dokter yang bersangkutan.
- 11 -
BABII
STANDAR PENDJDlKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI
b. PENGUASAAN PENGETAHUAN:
1) Menguasai filosofi ilmu radiologi;
2) Menguasai etika dalam pelayanan r&d1ologi;
3) Menguasai proses dan langkah dalam melakukan
penelitian radiologi;
4) Mengua.sai konsep Evidence Based Medicine di bidang
radiologi;
5) Menguasai penggunaan inforrnasi teknologi dalam bidang
radiologi;
6) Menguasai pengetahuan tentang Health Technology
Assessment;
7) Menguasai epidemiologi klinik dan aplikasinya dalam
bidang radiologi;
8) Menguasai konsep-konsep manajemen pelayanan radiologi;
9) Menguasai prinsip-prinsip Good Clinical Practice;
10) Menguasai profesionalisme dalam pelayanan radiologi;
11) Menguasai konsep bias dalam radiologi;
12) Menguasai konsep fisika dasar dan fisika terapan dalam
bidang radiologi tentang:
a) Prinsip pencitraan diagnostik medis;
b) Tema um.urn untuk semua modalitas pencitraan;
c) Bahan dan radiasi;
d) Dosis radiasi pengion;
e) Radiografi;
t) Fluoroskopi;
g) Keamanan dalam radiografi dan fluoroskopi;
h) Radioaktivitas;
i) Pencitraan radionuklida planar;
j) Keamanan dalam pencitraan radionuklida planar;
k) Kebijaka.n Pemerintah Republik Indonesia terhadap
proteksi radiasi pengion;
1) Rekonstruksi tomografi;
m) Computed Tomography;
n) Single photon emission computed tomography;
o) Positron emission tomography;
p) Magnetic resonance imaging;
q) Keamanan pada magnetic resonance imaging;
.. - 17 -
r) Fisika ultrasonografi;
s) Pencitraan dan Keamanan ultrasonografi;
t) Pcncitraan optic;
u) Functional dan molecular imaging (FMI); dan
v) Prinsip-prinsip dari proaes biologis yang dapat
diperiksa menggunakan functional dan molecular
imaging.
c. KETERAMPILAN
Kompetensi: Neuroradiologi dan Kepala Leher
1) Mampu mengintegrasikan anatomi yang berkaitan dengan
pemeriksaan pencit.raan kranial dan spinal;
2) Mampu mengetahui penyebab umum patologi kranial akut
dan tata laksananya;
3) Mampu mengetahui penyebab umum patologi spinal akut
dan tata laksananya;
4) Mampu mengintegrasikan 1magmg pathway dalam
hubungannya dengan patologi intrakranial;
5) Mampu mengintegrasikan imaging pathway dalam
hubungannya dengan patologi spinal;
6) Mampu mengintegrasikan pemeriksaan pencitraan yang
relevan terhadap neuroradiologi dan peranannya masing
masing, seperti pemerik.saan radionuklida, PET-CT,
perfusion imaging, MR spectroscopy, myelografi, angiografi
serebral dan spinal;
7) Mampu mengintegrasikan pengetahuan tentang tindakan
PET/ CT kepala-leher;
8) Mampu melakukan dan membuat ekspertise CT dan MRI
kepala tanpa penyulit;
9) Mampu melakukan dan membuat ekspertise CT dan MRI
kepala dengan penyulit;
10) Mampu melakukan dan mcmbuat ekspertise perneriksaan
Diffusion Weighted Imaging (DWI) kepala;
11} Mampu memberikan laporan definitif untuk kasus-kasus
sederhana dan laporan provisional untuk temuan yang
lebih kompleks;
- 18 -
B. STANDAR 1S1
F. STANDAR DOSEN
e. buku;
f. buku elektronik;
g. repositori;
h. peralatan pendidikan;
1. peralatan laboratoriwn keterampilan;
j. media pendidikan; dan
k. kasus sesuai dengan materi pembelajara.1.
7. Sarana pembelajaran program pendidikan dokter spesialis radiologi
dilengkapi dengan teknologi yang sesuai dengan bidang, level
kompetensi, dan kualifika.si.
8. Prasarana pembelajaran program pendidikan dokter spesialis
radiologi fakultas kedokteran paling sedikit terdiri atas lahan dan
bangunan.
a. Laban berada dalam lingkungan yang nyaman dan sehat, serla
membangun suasana akademik untuk menunjang proses
pembelajaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
b. Bangunan memiliki:
1I standar kualitas kelas A atau setara dan memenuhi
persyaratan berdasarkan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pekerjaan umum;
2) memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyam
anan 1 dan keamanan;
3) instalasi listrik dan air yang memadai; dan
4) pengelolaan limbah domestik dan limbah khusus sesua1
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Bangunan terdiri atas:
1) ruang kuliah;
2) ruang tutorial atau ruang diskusi kelompok kecil;
3) ruangjaga mahasiswa;
4) ruang praktikum atau laboratorium;
5) ruang keterampilan klinis;
6) ruang komputer;
7) ruang dosen;
8) ruang pengelola pendidikan;
9) perpustakaan; dan
- 25-
J. STANDAR PENGELOLAAN
K. STANDAR PEMBIAYAAN
g. akuntabel; dan
h. transparan.
4. Penetapan standar penilaian sesuai dengan rencana dan capa1an
pembelajaran.
5. Pelaksanaan penilaian aelama pr o■e• pendidikan dilakukan oleh
dosen dan/ atau tim dosen.
6. Program pendidikan dokter spesialis radiologi menetapkan rumus
untuk menentukan penilaian akhir hasil pembelajaran mahasiswa
berdasarkan hasil penilaian dari setiap pelakE-lmaan penilaian.
7. Setiap mahasiswa program pendidikan dokter spesialis radiologi
wajib mengikuti uji kompetensi pada akhir pendidikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
8. Mahasiswa program pendidikan dokter spesialis radiologi dinyatakan
lulus apabila telah menempuh 1Seluruh beban belajar yang
ditetapkan dan memiliki capaian pembelajaran lulusan yang
ditargetkan oleh program studi, serta lulus uji kompetensi.
9. Mahasiswa yang dinyatakan lulus berhak memperoleh sertifikal
profcsi dan sertifikat kompetensi sesuai dengan ket.entuan peraturan
perundangan-undangan.
BAB III
PENUTUP
ttd .
LAMPIRAN II
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 93 TAHUN 2021
TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN
PROFESI DOKTER
SPESJALIS RADIOLOGJ
DAFI'AR LAMPIRAN
KOMPETENSI
I i 2 3 4
Risiko radiasi 4
oroskop'•
Detektor radiasi dan pengukuran dosis 4
Pengukuran dosis absorbsi dan laju dosis di 4
udara
Perkiraan dosis absorbsi pasien 4
Produk dosis-area, dosis pcrmukaan masuk 4
dan dosis efektif pada radiografi dan
fluorosko • i
Indikator dosis dctektor 4
Faktor yang mempengaruhi dosis radiasi
Waktu, jarak, dan perlindungan untuk rcduksi 4
I
dosis
P as 4
1---
ien
,--- - - a na k-a na k, st af, da n ibu h am il -- - -Jl- -+
- - - - - - -
-+-- - - - - - - - --
-
Perkiraan dan kontrol dari radiasi tl
terhada star dan an - Ota mas
Kuantitaa dosis operasional 4
Dosimetri personal 4
4
Stabilitas nuklir 4
Mekanisme tran&fonnasi radioaktif 4
Keadaan energi. nuklir dan emisi gamma 4
Aktivitas dan peluruhan radioaktif 4
Radioaktivitas alami 4
Radionuklida buatan dan cara produksinya 4
- 36 -
..a -1 ;.;
Konstruksi fungsi, dan operasional
-
dari
II
la. n'dt:•6t•' '•- -
--
4
--
....
radiofarmaka
Pencitraan statik, seluruh-tubuh, dinamis, dan 4
(11 ri 4. :p•Ianar ti
Pengukuran aktivitas dengan kalibrator 4
radionuklida
Perkiraan dosis absorbsi pasien
Aktivitas tipikal dan dosis efektif
4
4 -
,_
Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis 4
radiasi
Waktu, jarak, dan perlindungan bagi reduksi 4
dosis
Anak-anak dan konsepsi, kehamilan, den 4
:oa sien-p a sien yang menvusui
Estimasi dan kontrol dosis radiasi dari staf 4
dan an Efeo ta masv m-
ak:at Staff yang sedang 4
hamil 4
Monitoring kontaminasi clan laju dosis
lin alru noan 4
I Penyimpanan, penanganan dan transportasi
bahan-bahan radioaktif I
'
Penyimpanan dan pembuangan sampah 4
- radioaktif
---..-•--:'.-,•,,.•1,-,,•1••=· - - - -
, 1 •l· ■■
11 •••• di'P,;p'to teksltr a.si :Aengion
1 ......
Sifat ultrasonografi 4
Propagasi dan interaksi ultrasonografi dalam 4
zat
Scattering gelombang ultrasonografi 4
Efek Piezoelektrik 4
Desain dan konstruksi transduser 4
ultrasono · a.ti
Gelombang kontinyu dan pulsasi 4
ultrason-o afi
Beam shaped dari tranduser single den 4
annular arra
4
1
Konstruksi, fungsi dan operaai scanner B-mode 4
real time
Akuisisi clan rekonstruksi ga.mbar 4
M-mode 4
Bahan kontras microbubble dan suspensi 4
artikel
Harmonic imaging 4
Pengukuran aliran menggunakan 4
ultrasono afi Do ler
Duplex scanner 4
Color-flow dan power Doppler imaging 4
3 4:
C. RADIOLOGI ANAK
KOMPETENSI
1 2 3 4
e Mengintegra.sikan ilmu embriologi, anatomi dan fisiologi dalam menginterpretasikan pencitraan
4
nefrologi, neonatolo
gastrohepatologi,
· neurologi,dan
2. 4
bedah anak a:da kasus bedah elektif dan akut
3. Idengintegrasikan pengetahuan tentang 2
tindakan PET-CT pada pasien anak
D.
KOMPETENSI
J ,:: l; 2 , 3 4
. emen bd.om'en
4
KOMPETENSI
Mengintegrasikanpengetahuan mengenai 4
modalitasencitraanada muskuloskeletal
3. Mengintegrasikan pengctahuan mcngenai 4
prinsip karakterisasi lesi tulang, sendi dan jaringan lunak pada kasus-kasus trauma muskuloskelet
4. Mengintegrasikan pengetabuanmengenai 4
sta,- : . tumor
..
- 43 -
F.
314
-
radioanatomipayudaradanreproduksi
_ e :rem uan
2 . - - Mampu mengintegrasikan dalam praktek klinis fisiologi terkait radiologi
4 pencitraan payudara da
3. Mampumengidentifikasijenisclandasar2
emeriksaan Patolo· Anatomi
4. Mampu mengintegrasikan daJaro praktek klinis dasar pemeriksaan4 mamografi, USG, CT-scan, MR
6. Mampumengintegrasikan pengetahuan 4
men enaiindikasidan kontraindikasi
- 45 -
-
a. Fote polos abdomen/pelvis 4
b. Histerosalfine:o afi 4
-
c. U3G dengan turunannya (elastografi, 4 '
volumetric breast ultrasound)
d. Com.outed Tomoaraohu dengan turunannva 4
e. Magnetic Resonance Imaging dengan 4
turunannva
21. Mampu mengintegrasikan pengetahuan
mengenai follow-up kelainan payudara
menimunakan pemeriksaan rad.iololris:
a. Mamografi dengan turunannya {polos dan 4
kon tr as l
b. Ultrasonografi (USG} dengan turunannya 4
I
-
(elas to a:fi, volumetric breast u ltnasoumfi
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan '
3
t u ru nannva
22. Mampu mengintegrasikan pengetahuan
mengenai follow-up kelainan organ
reproduksi/ obstetri perempuan menggunakan
pemeriksaan radioloms:
a. Foto polos a bdo men / pelvis 4
b. His t :ros e:rafi 4
alfingo,,
c.USG dengan turunannya (elastografi, 4
v.:,lumetric b-r:east u lt .
rasound)
d . Comu uted Tom.ogra,phu den , an tu .run ann ya 4
- 47 -
KOMPETENSI
l 2 3 4
4
anatomi yang relevan pada
toraks dan dia osis radiolo·
2. Mengintegrasikan pengetahuan tentang fisiologi 4
dan a toraks
3. Mengintegrasikan pengetahuan tentang 4
· ncitraan akit· antun
4. Mengintegrasikan pengetahuan tentang 2
tindakan PET-CT pad.a rongga toraks
-;,r• ·· - .n- ,1 I 2 3 4
l. Me ami kelainan klinia yang aignifikan terkait 4
dengan gambaran kegawatdaruratan clan
hubune.an dene:an kem u naln m .. diasmosis
1
KOMPETENSI
1234
_Q
Emboli Pam
Efusileura masif 4
Pneumothorax 4
Paro Kola s 4
- 49 -
4
4
4
4
4
4
4
nterocolitis 4
Malrotasi 4
Stenosislorus 4
ROS 4
4
I Hernia diafra 4
Atresia ani
: 1.,
I
,. .. , 1 2 3 4
Mengintegrasikan pengetahuan dasar terhadap
berbagai pemeriksaan yang d.ilakukan dalam
Pencitraan Funesional dan Molekuler:
a. Radioloei radionuklida 4
b. Functional MRI 4
c. USG - microbubble 2
d. Optical imaging - pencitraan fluoresens dan 2
bioluminesens
e. Hybrid imaging-SPECT-CT, PET-CT, PET-MRI 3
dan tekn oloID hibrida lainnya
2. Mengintegrasikan pengetahuan terhadap 2
perancane:a:n probe oenci tr aan molekuler dasar
3. Mengintegrasikan pengetahuan dasar
pemeriksaan fungsional dan molekuler yang
dilakukan dalam kondisi:
I a. Res oonp era d an 1?.an dan kekebalan 3
b. Proliferasi dan p_e m ben tu kan tumor 3
c. Perubahan Un,gkunaan
, ekstraseluler I 3
d. Metabolisme 3
e. Infeksi 3
f. Remodell ina vaskuler dan en, lli.o£renesis 3
r! . oksia 3
HiD_
h. Trombosis 3
i. Stres dan kematian sel 3
i. Proses-proses degeneratif 3
k. Perbaikan jann"'an 3
4. Merekomendasikan penggunaan teknik-teknik 4
pemeriksaan dalam berbagai skenario klinis: PET-
CT, DWI-MRI, CT-perjusion, micro-bubble
ultrasound
5. Melakukan pemeriksaan dan pembuatan 3
eksoed ise pemeriksaan PET-CT
6. Melakukan pemeriksaan dan pembuatan 4
eks0ertise oomeriksaan DWI l(epal a
KOMP,ETE SI
I 2 3 4
Kimia dasar perancangan
.encitraan molekuler
- 51 -
a. Prinsio-orinsio USG 4
b. USG micro-bubble 3
6. Pencitraan optik (optical imaainal
a. Bioluminesen 2
I b. Pencitraan fluoresens 2
C. Soe ktr o s kopi Raman 2
d. Pencitraan ohoto-akustik 2
7. Pencitraan hibrida {hJJbrid im.aginnl
.
a. SPECT-CT 4
b. PET-CT 4
C. PET-MRI 4
d. Teknolo2i hibrida lainnva 4
8. Pro es-proses biologis dari penyakit yang dapat
diperiksa oleh Pencitraan Fungsional clan
Molckuler dan peran Pencitraan dan Terapi
Molekuler pada:
a. Teraoi radionuklida 2 - -
b. Farmakokinetik, farmakodinamilc dan 2 - - -
pencitraan ·
c. Pencitraan dan penelitian obat 2 ,_
d. Theranostic: menggabungkan pencitraan dan 2
teraoi. contohnya drug delivery
e. Teraoi az:en dan vektor virus 2 -
f. Teraoi stem cell 2 -
jl;. Personalized medicine 2 --
9. Metodolo oenelitian dalam pencitraan --
a. Prinsip-prinsip pencitraan in vitro 2 --
b. Prinsip-prinsip pencitraan ore-klinis in vivo 2 -
c. Prinsip--prinsip pencitraan dan penelitian 2 - -
klinis
d. Prosedur regulasi dalam penelitian klinis 2
(CGP, GMP, IMP, MHRA, IRAS, Ethical
_ ooroval, ARSAC)
e. Pemrosesan sinyal 2
f. ModellinR data 2
Jit. Co-relristrasi 2
h. Metode-m.etode ana1isis citra 2
L Pendeka.tan-pendckatan statistik terhadap 2
uencitraan
i. Peran dari su pervisor pan ean , CI. Pl 2
la,
k. Prinspi -p rln si p RECIST 2
1. Proses-proses -pendanaan atau aplikasi bibah 2
tt d .