Anda di halaman 1dari 53

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

SALINAN
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 93 TAHUN 2021
TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALlS RADIOLOGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Menimbang a. bahwa untuk menghasilkan dokter spesialis yang


memiliki kemampuan akademik dan profesional dalarn
memberikan pelayanan di bidang radiologi diperlukan
standaI" pendidikan profesi bagi dokter spesialis radiologi;
b. bahwa Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
Radiologi telah disusun oleh Kolegium Radiologi
Indonesia berkoordinasi dengan kementerian terk.ait, dan
pemangku kepentingan terkait serta telah diusulkan
kepada Konsil Kedokteran lndonesia untuk disahkan;
c. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf b
dan Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran, Konsil Kedokteran
Indonesia memiliki tugas untuk mengesahkan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi sebagai
salah satu standar pendidikan di bidang ilmu kedokteran;
..

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
tentang Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
Radiologi;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran {Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang
Pendidikan Kedokteran (Lembaran Negara Repu blik
lndonesia Tahun 2013 Nomor 132, Tambahan Lembaran
Negara Republik lndonesia Nomor 5434);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2017 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 303,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6171);
4. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 1 Tahun
2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Konsil
Kedokteran lndonesia {Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 351) sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 36 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 1 Tahun 2011 ten tang Organisasi dan Tata Kerja
Konsil Kedokteran Indonesia (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1681);
5. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Nomor 18 Tahun 2018 tentang Standar Nasional
Pendidikan Kedokteran (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 693)i
.. -3-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG
STANDAR PENDIDlKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS
RA.DlOLOGl.

Pasal l
Konsil Kedokteran Indonesia mengesahkan Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi.

Pasal2
(1) Standar Pendiclikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi
disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan
Kedokteran.
(2) Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Radiologi;
b. Standar lsi;
c. Standar Proses Pencapaian Kompetensi
Berdasarkan Tahap Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis Radiologi;
d. Standar Rumah Sakit Pendidikan;
e. Standar Wahana Pendidikan Kedokteran;
f. Standar Dasen;
g. Standar Tenaga Kependidikan;
h. Standar Penerimaan Calon Mahasiswa;
i. Standar Sarana clan Prasarana;
j. Standar Pengelolaan;
k. Standar Pembiayaan;
1. Standar Penilaian Program Pendidikan Dokter
Spesialis Radiologi;
m. Standar Penelitian Dokter Spesialis Radiologi;
n. Standar Pengabdian kepada Masyarakat;
o. Stand.ar Kontrak Kerja Sama Rumah Sakit
Pendidikan dan/atau Wabana Pendidikan
Kedokteran dengan Perguruan Tinggi Penyelenggara
Pend.idikan Kedokteran;
-· -4 -

p. Standar Pemanta.uan dan Pelaporan Pencapaian


Program Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi; dan
q. Standar Pola Pemberian Insentif untuk Mahasiswa
Program Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi.
(3} Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi
yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Konsil Kedokteran
Indonesia ini.

Pasal 3
(1) Perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
profesi dokter spesialis radiologi harus menerapkan
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi,
termasuk dalam mengembangkan kurikulum.
(2) Perguruan tinggi yang akan mengembangkan kurikulum
pendidikan profesi dokter spesialis kedokteran radiologi
harus mengacu pada St.andar Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis Radiologi untuk menjamin mutu program
pendidikan dokter spesialis kedokteran radiologi.

Pasal 4
Perguruan tinggi harus memenuhi Standar Pendidikan Profesi
Dokter Spesialis Radiologi sebagai kriteria minimal pada
penyelenggaraan pendidikan profesi dokter spesialis radiologi.

Pasal 5
(1) Konsil Kedokteran Indonesia melakukan pemantauan
dan evaluasi terhadap penerapan Standar Pendidikan
Profesi Dokter Spesialis Radiologi pada penyelenggaraan
pendidikan profesi dokter spesialis radiologi.
(2) Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Konsil Kedokteran
Indonesia dapat memberikan rekomendasi kepada
perguruan tinggi untuk mengembangkan sistem
penJamman mutu internal sebagai proses penjaminan
mutu pendidikan profesi dokter spesialis radiologi.
-5-

(3) Pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan Standar


Pendidikan Pro(esi Dokter Spesialis Radiologi
dila.ksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
penmdang-undangan.

Pa8816
Pada saat Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini mulai
berlaku, Peratunm Kon&il Kedoktetan Indonesia Nomor
50/KKI/PER/XII/2010 tentang Stander Kompetensi Dokter
Spesialis Radiologi, dicabut clan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal7
Peraturen Konsil Kedokteran Indonesia ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
-6-

Agar setiap orang mengetahuinya. memerintahkan


pengundangan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini
dengan penempatannya daJarn Serita Negara Republik
Indonesia.

Diteta.pkan di Jakarta
pada tanggal 3 Februari 2021

KE1UA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

ttd .

PUTU MODA ARSANA

Diundangkan di Jakarta
padatanggal

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBUK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBIJK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 140

Salinan sesuai dengan aslinya


KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
Sektretaris Konsil Kedokteran Indonesia

tdd.

Moh. Nur Nasiruddin


NIP. 196410211992121001
-7 -

LAMPIRAN l
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 93 TAHUN 2021
TENTANG
STANDAR PENOIDIKAN PROFESJ DOKTER
SPESIALIS RADIOLOGI

BABI PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. SEJARAH
C. VISI, MISJ, NILAJ DAN TUJUAN PENDIDlKAN
D. MANFAAT STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
SPESIALIS RADIOLOGI

BAB ll STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI


A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS RADIOWGI
B. STANDAR [SI
C. STANDAR PROSES PENCAPAIAN KOMPETENSI
BERDASARKAN TAHAP PENDIDJKAN PROFESI DOKTER
SPESJALlS RADIOLOGI
D. STANDAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
E. STANDAR WAHANA PENDIDIKAN KEDOKTERAN
F. STANDAR DOSEN
G. STANDAR TENAGA KEPENDIDIKAN
H. STANDAR PENERIMAAN CALON MAHASISWA
I. STANDAR SARANA DAN PRASARANA
J. STANDAR PENGELOLAAN
K. STANDAR PEMBIAYMN
L. STANDAR PENILAIAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER
SPESIALIS RADIOLOGI
M. STANDAR PENELITIAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI
N. STANDAR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
0. STANDAR KONTRAK KERJA SAMA RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
DAN/ATAU WAHANA PEND[DIKAN KEDOKTERAN DENGAN
PERGURUAN TINGGI PENYELENGGARA PENDIDIKAN
KEDOKTERAN
-8-

P. STANDAR PEMANTAUAN DAN PELAPORAN PENCAPAIAN


PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI
Q. STANDAR POLA PEMBERIAN INSENTIF UNTUK MAHASISWA
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI

BAB m PENUTUP
LAMPIRANU
-9-

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pencapaian kesehatan optimal sebagai hak asasi manusia


meru akan salah satu unsur kesejahteraan umum yang akan turut
menjamin terwujudnya pembangunan kesehatan dalam meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.
Untuk mencapai hal tersebut perlu diciptakan berbagai upaya kesehatan
kepada seluruh masyarakat.
Dokter Spesialis Radiologi sebagai salah satu komponen pemberi
pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai peran yang sangat pen ting
dan terkait secara langsung dengan proses pelayanan kesehatan dan
mutu. pelayanan yang diberikan. Ilmu pengetahuan, keterampi]an, sikap
dan perilaku sebagai kompetensi yang didapat selama pendidikan akan
merupakan landasan utama bagi Dokter Spesialis Radiologi untuk dapat
melakukan tindakan kedokteran dalam upaya pelayanan kesehatan.
Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi pada dasamya bertujuan untuk
meningkatkan mutu kesehatan bagi seluruh masyarakat.
Pendidikan dokter, dokter spesialis dan dokter subspesialis
(konsultan) ialah pendidikan berbasis akademik dan profesi. Program
Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Radiologi ialah jenjang lanjut dari
Program Pendidikan Profesi Dokter. Sedangkan Program Pendidikan
Dokter Subspesialis Radiologi merupakan jenjang lanjut pendidikan dari
Program Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi. PPDS Radiologi akan
menghasilkan Dokter Spesialis Radiologi (Sp.Rad) yang profesional dan
beretika sesuai proses yang terstandarisasi dalam Standar Kompetensi
dan Kurikulum PPDS Radiologi Indonesia. Dokter Spesialis Radiologi akan
berperan dalam membcrikan layanan dalam berbagai bidang radiologi
yang meliputi neuroradiologi dan kepala-leher, radiologi anak, radiologi
abdomen, radiologi muskuloskeletal, radiologi intervensi, radiologi
pencitraan payudara dan reproduksi perempuan, radiologi toraks, serta
radionuklir dan pencitraan molekuler.
.•

PPDS Radiologi diselenggarakan oleh lnstitusi Pendidikan Dokter


Spesialis (IPDS) Radiologi yang memiliki izin melakukan proses pendidikan
terhadap calon Dokter Spesialis Radiologi serta mengikuti kurikulu.--n
nasional terstandar. Standar Pcndidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi
Indonesia ini disusun oleh Kolegium Radiologi Indonesia (KRI) dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan disahkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI), serta dapat digunakan sebagai panduan
masing-masing program studi untuk mengembangkan kurikulum PPDS
Radiologi di masing-masing IPDS Radiologi. World Federation of Medical
Education (WFME) mempromosikan suatu standar keilmuan dan etika
yang tinggi, menerapkan metoda pembelajaran dan sarana instruksional
baru, serta manajemen yang inovatif pada pendidikan kedokteran, dan
dapat digunakan sebagai rujukan tambahan dalam menyusun kurikulum
pada masing-masing program studi.

B. SEJARAH
Program Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia dimulai
sejak tahun 1955 oleh Almarhum Prof Dr. Sjahriar Rasad, Prof. Dr.
Asmino dan Prof. Dr. Gani llyas, yang dilanjutkan oleh era Majelis Penguji
Radiologi Indonesia (MPRI) dengan lulusan pertama di tahun 1971. Pada
tahun 2000 saat Kongres Nasional Radiologi Indonesia di Bogor, MPRI
kemudian berganti nama menjadi Badan Penguji Nasional Radiologi
Indonesia (BPNRI) dan mengacu pada Peraturan Menteri Ristek dan Dikti
Nomor 30 Tahun 2014, tentang Tata Cara Pelaksanaan Uji Kompetensi
Mahasiswa Program Profesi Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis dan
Dokter Gigi Spesialis, kemudian berubah menjadi Kornisi Ujian Nasional
Kompetensi Radiologi Indonesia (KUNKRI) yang berlanjut hingga
sekarang.
Pada era KUNKRJ dilakukan kerjasama (MOU) dengan pihak luar
negeri, antara lain dari Malaysia dan Taiwan untuk melibatkan penguji
asing saat dilakukan ujian nasional radiologi.
Sampai saat ini jumlah dokter spesialis radiologi di Indonesia
berkisar 1720 (seribu tujuh ratus dua puluh ribu) orang dengan status
aktif melakukan resertifikasi sejumlah 1454 (seribu empat ratus lima
puluh empat) orang. Yang tidak aktif antara lain disebabkan oleh
meninggalnya dokter yang bersangkutan.
- 11 -

C. VISI, MISI, NILA.I DAN TUJUAN PENDIDIKAN


1. Visi Pendidikan
Menghasilkan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia yang kompeten
dengan kemampuan akademik profesional universal diseluruh IPDS
dan mampu bersaina secara rew;ional, nasional maupun
intemasional.
2. Misi Pendidikan
a. Mewujudkan proses pendidikan Dokter Spesialis Radiologi
Indonesia yang berkualitas, mamp'.l belajar terus-menerus secara
mandiri, siap mengikuti pendidikan kedokteran berkelanjutan dan
mempunyai kemampuan yang merata diseluruh IPDS.
b. Mempersiapkan Dokter Spesialis Radiologi yang marnpu
memberikan pelayanan, pendidikan dan penelitian dalam
bidang Radiologi serta mampu belajar terus-menerus secara
mandiri untuk pengembangan pro(esi demi kebutuhan regional,
nasional maupun global clan berperan penting dalam peningkatan
kesehatan masyarakat khususnya di Indonesia
3. Nilai
a. lnovatif
b. Mutakhir
c. Aplikatif
d. General
e. Edukatif
4. Tujuan Pendidikan
R. Tujuan umum
Setelah melalui proses belajar untuk menyelesaikan suatu
standar pendidikan yang telah ditentukan, maka IPDS akan
menghasilkan lulusan Dokter Spesialis Radiologi dengan
kem.ampuan akademik dan keahlian klinik seorang profesional
sebagai berikut:
1) Mempunyai rasa tanggung-jawab dalam pengamalan ilrnu
kesehatan sesuai dengan kebijakan pemerintah, serta
berwawasan global.
2) Mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidangnya serta
mempunyai keterampilan dan sikap profesional sehingga
sanggup memahami dan memecahkan masalah kesehatan
- 12 -

secara ilmiah dan dapat mengamalkan ilmu kesehatan kepada


masyarakat yang sesua1 dengan bidang keahliannya secara
optimal.
3) Mampu menentukan, merencanakan dan melaksanakan
pendidikan dan penelitian secara mandiri dan
mengembangkan ilmu ketingkat akademik yang lebih
tinggi.
4) Mampu mengembangkan sikap pribadi sesuai dengan etika
ilmu dan etika profesi.
b. Tujuan khusus
Setelah melalui proses belajar dengan menyelesaikan suatu
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi yang telah
ditentukan, menghasilkan lulusan yang mampu:
1) Meningkatkan kualitas profesionalisme yang lebih tinggi
dalam disiplin llmu Radiologi. Pendidikan harus mampu
meningkatkan kemandirian profesi sehingga Dokter
Spesialis Radiologi mampu memberikan pelayanan terbaik
bagi pasien dan masyarakat.
2) Hasil akhir pendidikan harus memenuhi kompetensi yang
tercantum dalam Standar Pendidikan Profesi Dokter
Spesialis Radiologi.
3) Kompetensi yang dicapai sesua1 dengan standar
kompetensi Dokter Spesialis Radiologi. Rincian kompetensi,
termasuk tingkat kompetensi yang harus dicapai peserta
PPDS ditentukan oleh Kolegium Radiologi Indonesia.
4) Mengembangkan sikap pribadi kehidupan profesional yang
sesuai dcngan Kode Etik Kedokteran di Indonesia.
5) Mengembangkan pengalaman belajar dengan memilih
sumber belajar yang tepat menjurus ke tingkat profesi dan
akademik yang lebih tinggi.
6J Memahami sistem metodologi penelitian ilmiah dan mampu
melaksanakan serta menyusun suatu publikasi ilmiah.
Memahami sistem pendidikan, mampu mengajarkan ilmu
yang didapatkan kepada mereka yang memerlukan.
- 13 -

D. MANFAAT STANDAR PENDIDKAN PROFESI DOKTER SPESIALJS


RADIOLOGI

Standar Pendidik.an Profesi Dokter Spesialis Radiologi merupakan


pedoman bagi perkembangan pendidikan Dokter Spesialis Radiologi di
Indonesia. Berikut ini beberapa manfaat dari Standar Pendidikan Profesi
Dokter Spesialis Radiologi bagi pemangku kepentingan (stakeholders).
1. Bagi institusi pendiclikan kedokteran
Standar Pendidik.an Profesi Dokter Spe8ialis Radiologi
merupakan kerangka acuan utama bagi institusi pendidikan
kedokteran dalam mengembangkan kurikulumnya masing-masing.
Sehingga, walaupun kurikulum yang telah dikembangkan berbeda,
tetapi Dokter Spesialis Radiologi yang dihasilkan dari berbagai
institusi diharapkan memiliki kesetaraan dalam hal penguasaan
kompetensi.
2. Bagi pengguna
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi dapat
dijadikan kcrangka acuan utama bagi Kementerian Kesehatan
maupun Dinas Kesehatan Provinsi ataupun Kabupaten dalam
pengembangan sumbcr daya manusia kesehatan, dalam hal ini
Dokter Spesialis Radiologi, agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang baik.
Dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi,
Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan, lDI dan KKI sebagai
pihak yang akan memberikan penJinan dapat mengetahui
kompetensi yang telah dikuasai oleh Dokter Spesialis Radiologi dan
kompetensi yang perlu ditarnbah, sesuai dengan kebutuhan spesifik
di tempat kerja.
3. Bagi penyandang dana
Dengan Standar Pendidikan Profes.i Dokter Spesialis
Radiologi, maka penyandang dana dapat mengetahui secara jelas
kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik dan
mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan. Hal ini sebagai
bentuk akuntabilitas publik.
- 14 -

4. Bagi peserta didik


Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi dapat
digunakan oleh peserta didik untuk mengarahkan proses belajar
mengajar, karena peserta didik mengetahui sejak awal kompetensi
yang harus dikuasai di akhir penclidikan. Dengan demikian proses
pendidika.n diharapkan dapat berjalan lebih efektif clan efisien.
5.. Bagi Kemenristekdikti clan Lembaga Akreditasi
Standar Pendidikan Profcsi Dokter Spesialis Radiologi dapat
dikembangkan lebih lanjut menjadi kriteria pada akreditasi Program
Studi Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi.
6 . Bagi Kolegium Radiologi Indonesia
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi dapat
dijadikan acuan dalam menyelenggarakan program pengembangan
profesi secara berkelanjutan dan untuk kepentingan akreditasi
Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi.
7.. Bagi Kolegiwn-Kolegium Spesialis lain
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi dapat
dijadikan acuan dalam merumuskan kompetensi dokter spesialis lain
dalarn pendidikannya, sehingga tidak terjadi tumpang tindih pada
pelayanan kesehatan.
8. Program Adaptasi bagi Lulusan Luar Negeri
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi dapat
digunakan sebagai acuan untuk menilai penyetaraan kompetensi
Dokter Spesialis Radiologi lulusan luar negeri.
..

BABII
STANDAR PENDJDlKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS RADIOLOGl

1. Program studi pendidikan dokter spesialis radiologi bertujuan untuk


menghasilkan lulusan dokter spesialis radiologi dengan kemampuan
akademik dan keahlian klinik seorang professional sesuai KKNI
jenjang 8 {delapan).
2. Adapun capaian pembelajaran lulusan yang harus dicapai meliputi:
a. SIKAP:
1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu
menunjukkan sikap religius;
21 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan
tugas berdasarkan agama, moral dan etika;
3) Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan
bermasyarakat. berbangsa dan bernegara, dan kemajuan
peradaban berdasarkan Pancasila;
4) B rperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta
tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggungjawab
pada negara dan bangsa;
5) Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama,
dan kepercayaan, serta pendapat atau temua orisinal orang
lain;
6) Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta
kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan;
7) Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarukat
dan bemegara;
8) Mengintemalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
9) Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di
bidang keahliannya secara mandiri; dan
10) Mengintemalisasi semangat kemandirian, kejuangan dan
kewirausahaan.
- 16 -

b. PENGUASAAN PENGETAHUAN:
1) Menguasai filosofi ilmu radiologi;
2) Menguasai etika dalam pelayanan r&d1ologi;
3) Menguasai proses dan langkah dalam melakukan
penelitian radiologi;
4) Mengua.sai konsep Evidence Based Medicine di bidang
radiologi;
5) Menguasai penggunaan inforrnasi teknologi dalam bidang
radiologi;
6) Menguasai pengetahuan tentang Health Technology
Assessment;
7) Menguasai epidemiologi klinik dan aplikasinya dalam
bidang radiologi;
8) Menguasai konsep-konsep manajemen pelayanan radiologi;
9) Menguasai prinsip-prinsip Good Clinical Practice;
10) Menguasai profesionalisme dalam pelayanan radiologi;
11) Menguasai konsep bias dalam radiologi;
12) Menguasai konsep fisika dasar dan fisika terapan dalam
bidang radiologi tentang:
a) Prinsip pencitraan diagnostik medis;
b) Tema um.urn untuk semua modalitas pencitraan;
c) Bahan dan radiasi;
d) Dosis radiasi pengion;
e) Radiografi;
t) Fluoroskopi;
g) Keamanan dalam radiografi dan fluoroskopi;
h) Radioaktivitas;
i) Pencitraan radionuklida planar;
j) Keamanan dalam pencitraan radionuklida planar;
k) Kebijaka.n Pemerintah Republik Indonesia terhadap
proteksi radiasi pengion;
1) Rekonstruksi tomografi;
m) Computed Tomography;
n) Single photon emission computed tomography;
o) Positron emission tomography;
p) Magnetic resonance imaging;
q) Keamanan pada magnetic resonance imaging;
.. - 17 -

r) Fisika ultrasonografi;
s) Pencitraan dan Keamanan ultrasonografi;
t) Pcncitraan optic;
u) Functional dan molecular imaging (FMI); dan
v) Prinsip-prinsip dari proaes biologis yang dapat
diperiksa menggunakan functional dan molecular
imaging.

c. KETERAMPILAN
Kompetensi: Neuroradiologi dan Kepala Leher
1) Mampu mengintegrasikan anatomi yang berkaitan dengan
pemeriksaan pencit.raan kranial dan spinal;
2) Mampu mengetahui penyebab umum patologi kranial akut
dan tata laksananya;
3) Mampu mengetahui penyebab umum patologi spinal akut
dan tata laksananya;
4) Mampu mengintegrasikan 1magmg pathway dalam
hubungannya dengan patologi intrakranial;
5) Mampu mengintegrasikan imaging pathway dalam
hubungannya dengan patologi spinal;
6) Mampu mengintegrasikan pemeriksaan pencitraan yang
relevan terhadap neuroradiologi dan peranannya masing
masing, seperti pemerik.saan radionuklida, PET-CT,
perfusion imaging, MR spectroscopy, myelografi, angiografi
serebral dan spinal;
7) Mampu mengintegrasikan pengetahuan tentang tindakan
PET/ CT kepala-leher;
8) Mampu melakukan dan membuat ekspertise CT dan MRI
kepala tanpa penyulit;
9) Mampu melakukan dan membuat ekspertise CT dan MRI
kepala dengan penyulit;
10) Mampu melakukan dan mcmbuat ekspertise perneriksaan
Diffusion Weighted Imaging (DWI) kepala;
11} Mampu memberikan laporan definitif untuk kasus-kasus
sederhana dan laporan provisional untuk temuan yang
lebih kompleks;
- 18 -

12) Mampu menginterpretasi foto polos, CT dan MRI spinal


dasar;
13) Mampu melakukan ultrasonografi intrakranial;
14) Mampu melakukan utrasonografi Doppler transkranial
15) Mampu melakukan prosedur dakriografi;
16) Mam.pu melakukan prosedur sialografi;
l 7) Mampu melakukan Aspirasi Jarum Halus dipandu
ultrasonografi dari organ dan limfonodi kepala-leher;
18) Mampu melakukan Biopsi Inti di kepala•leher; dan
19) Mampu melakukan dan membuat ekspertise angiografi
invasif dan radiologi intervensi di kepala-leher.

Kompetensi Radiologi Anak


1) Mampu mengintegrasikan ilmu embriologi, anatomi dan
fisiologi dalam menginterpretasikan pencitraan anak dalam
bidang pulmonologi, kardiologi, nefrologi, gastrohepatologi,
neurologi, dan neonatologi;
2) Mampu mengintegrasikan pengetahuan dasar ilmu bedah
anak pada kasus bedah elektif dan akut;
3) Mampu mengintegrasikan pengetahuan tcntang tindakan
PET-CT pada pasien anak;
4) Mampu melakukan dan membuat ckspertise pcmeriksaan
pencitraan radiografi konvensional polos seluruh sistem
organ pada anak;
5) Mampu melakukan dan membuat ekspertise pemeriksaan
radiografi konvensional dengan kontras seluruh sistem
organ pada anak;
6) Mampu melakukan dan membuat ekspertise USG dan
turunannya untuk seluruh sistem organ pada anak;
71 Mampu melakukan dan membuat ekspertise CT dan
turunannya untuk seluruh sistem organ pada anak;
8) Mampu melakukan dan mcmbuat ekspertise Mampu mRI
dan turunannya untuk seluruh sistem organ pada anak;
9} Mampu melakukan tindakan intervensi reduksi
intususepsi;
10) Mampu melakukan aspirasi jarurn halus dan drainase
cairan bebas pada kasus anak; dan
- 19 -

11) Mampu melakukan dan membuat ekspertise angiografi


invasif dan radiologi intervensi untuk seluruh sistem organ
pada anak.

B. STANDAR 1S1

1. Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran bersifat


kumulatif dan integratif, serta akan dituangkan pada bahan kajian
yang terstruktur dalam bentuk modul sesuai pembagian divisi
radiologi.
2. Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi yang disusun
mengacu pada kebutuhan Dokter Spesialis Radiologi dalam rangka
mencapai Indonesia Sehat. Kompetensi Dokter Spesialis Radiologi
disusun berdasarkan sistem organ dan sistem non-organ dengan
menggunakan peralatan radiologi pengion dan non-pengion, meliputi
radiografi konvensional, dental radiology ,panoramik, cephalometry,
intra-oral), fluoroskopi, C-Ann, DSA, marnografi dengan
turunannya, bone densitometry dengan turunannya, CT-Scan dengan
turunannya, MRI dengan turunannya, ultrasonografi (USG} dengan
turunannya, PET-Scan dan hibridanya, SPECT dan hibridanya,
pencitraan molekuler dan semua peralatan yang berkaitan dengan
pencitraan. Sistem organ dan non-sistem organ yang dimaksud
terdiri dari :
a. Neuroradiologi dan kepala-leher.
b. Radiologi anak.
c. Radiologi abdomen.
d. Radiologi muskuloskeletal.
e. Radiologi intervensi.
f. Radiologi pencitraan payudara dan reproduksi perempuan.
g. Radiologi toraks dan kardiovaskuler.
h. Radionuklir dan pencitraan molekuler yang terintegrasi pada
semua sistem.
1. Radiologi emergensi yang terintegrasi pada semua sistem.
j. Radiologi forensik yang terintegrasi pada semua sistern.
..
- 20 -

3. StaT"..dar kompetensi terdiri atas 4 (empat) level kompetensi yang


diturunkan dari gambaran tugas, peran dan fungsi seorang Dokter
Spesialis Radiologi, mengikuti Segitiga Miller (1990). Setiap level
kompetensi ditctapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti.
Setiap level kompetensi dijabarkan menjadi bebcrapa komponen
kompetensi, yang diperinci lebih lanjut menjadi kemampuan.
a. Tingkat 1: mengetahui ilmu pengetahuan dan teknologi
radiologi termasuk dasar-dasar radiologi secara teoritis.
b. Tingkat 2: mampu melakukan pemeriksaan radiologi,
menganalisis, membuat ekspertise radiologi dengan supervisi
Dokter Spesialis Radiologi Konsultan terkait.
c. Tingkat 3: mampu melakukan pemeriksaan radiologi,
menganalisis, membuat ekspertise radiologi secara mandiri dan
menilai kasus•kasus yang harus dikonsultasikan dengan Doktcr
Spesialis Radiologi Konsultan terkait.
d. Tingkat 4: mampu melakukan pemeriksaan dan tindakan
radiologis, menganalisis, dan membuat ekspertise secara
mandiri.

C. STANDAR PROSES PENCAPAIAN KOMPETENSI BERDASARKAN TAHAP


PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI

1. Karakteristik proses pembelajaran PPDS radiologi bersifat interaktif,


holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik (sesuai dengan
divisi-divisi radiologi), efektif, kolaboratif, dan berpusat pada
pasien.
2. Proses pendidikan profesi dilaksanakan dengan strategi
pembelajaran yang berpusat pad.a pasien berdasarkan masalah
kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang terintegrasi
secara horizontal dan vertikal, elektif, serta terstruktur dan
sistematik, dengan pendekatan pendidikan interprofesi kesehatan
berbasis praktik kols.boratif yang komprehen if.
3. Beban belajar mahasiswa dan capaian pembelajaran lulusan pada
proses Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi dinyatakan dalam
- 21 -

sistem modul sesuai divisi yang disetarakan dengan satuan kredit


semester scjumlah minimal 114 (seratus cmpat belas) SKS.
4.. PPDS Radiologi dilaksanakan paling singkat 3,5 tahun (7 semester).

D. STANDAR RUMAH SAK.IT PENDIDIKAN

Rum.ah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang mempunyai


fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan keehatan
secara terpadu dalam bidang Pendidikan Kedokteran, pendidikan
berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan !ainnya secara multiprofesi.
Ru.mah sakit harus meroenuhi persyaratan dan standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undanga untuk mendapatkan penetapan
sebagai ruma.li sakit pendidikan oleh Menteri Kesehatan.

Jenis dan Kriteria Rumah Sakit Pendidikan adalah:


1. Rumah Sal<it Pendidikan Utama
Rumah Sakit Pendidikan Utama untuk penyelenggaraan pendidikan
profesi dokter spesialis Radiologi adalah Rumah Sakit Umum untuk
memenuhi seluruh ata.u sebagian besar kurikulum dalam mencapai
kompetensi dengan kriteria:
a. Klasifikasi A;
b. terakreditasi tingkat tertinggi nasional dan internasional dan
c. memiliki dokter spesialis Radiologi paling sedikit 2 {dua)
orang;
2. Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi
Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi untuk penyelenggaraan pendidikan
profesi dokter spesialis Radiologi adalah Rumah Sakit Khusus atau
Rumah Salcit Umum dengan unggulan untuk memcnuhi kurikulum
dalam mencapai kompetensi, dengan kriteria memiliki sarana serta
alat yang cukup untuk melaksanakan proses belajar mengajar dan
telah divisitasi oleh Tim Kolegium Radiologi Indonesia dengan hasil
memenuhi syarat.
a. Klasifikasi A;
b. terakreditasi tingkat tertinggi nasional dan internasional; dan
c. 1nemiliki dokter spesialis Radiologi paling sedikit 2 (dua) orang.
..
- 22 -

E. STANDAR WAHANA PENDIDIKAN KEDOKTERAN

Pendidikan Dokter Spesalis Radiologi harus memiliki wahana praktik bagi


peserta didik berupa satu rumah sakit pendidikan utama, rumah sakit
satelit, dan rumah sakit afiliasi.

F. STANDAR DOSEN

Dosen pengampu Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi {sesuai


Pennenristekdikti Nomor 51 Tahun 2018) minimal berjumlah 5 (lima) orang,
dengan 3 (tiga) orang di antaranya adalah sebagai dosen tetap dengan
kualifikasi lulusan subspesialis atau konsultan setara dengan jenjang 9
(sembilan) KKNI puma waktu pada rumah sakit pendidikan utama.

G. STANDAR TENAGA KEPENDIDIKAN

1. Standar tenaga kependidikan pada pendidikan profesi sesuai dengan


Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
2. . Tenaga kependidikan memiliki kualifikasi akudemik paling
rendah lulusan program diploma 3 (tiga) y&ng dinyalakan
dengan ijazah sesuai dengan kualifika.si tugas pokok dan fungsinya.
3. Tenaga kependidikan dikecualikan bagi tenaga administrasi. Tenaga
administrasi memiliki kualifJ.kasi akademik paling rendah SMA
atau sederajat.
4. Tenaga kependidikan yang memerlu.kan keahlian khusus wajib
memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan bidang tugas dan
keahliannya.

H. STANDAR PENERIMAAN CALON MAHASISWA

1. Fakultas kedokteran melaksanakan seleksi penenmaan caJon


mahasiswa program pendidikan dokter spesialis radiologi sesuai
- 23 -

dengan prinsip etika, akademik, transparansi, berkeadilan, dan


afinnatif.
2. Seleksi penerimaan calon mahasiswa terdiri atas tes akademis, tes
kesehatan, tes bakat, tes kepribadian, dan persyaratan yang
ditetapkan oleh perguruan ting&i.
3 . Fakultas kedokteran dapat menyelenggarakan seleksi penerimaan
calon mahasiswa program pendidikan dokter pesialis radiologi
melaluijalur khusus dalam rangka program afirmasi.

I. STANDAR SARANA DAN PRASARANA

1. Program pendidikan dokter spesialis radiologi memiliki kriteria


minimal tentang sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan isi
dan proses pembelajaran dalam rangka pemenuhan capaian
pembelajaran lulusan pendidikan dokter spesialis radiologi pada
fakultas kedokteran.
2. Jumlah, jenis, dan spesifikasi sarana dan prasarana ditetapkan
berdasarkan rasio penggunaan sarana dan prasarana sesuai dengan
karakteristik metode dan bentuk pembelajaran, serta menjamin
terselenggaranya proses pembelajaran dan pelayanan administrasi
akademik.
3. Ruangan laboratorium memenuhi persyaratan keselamatan,
kesehatan, kenyarnanan, dan keamanan sesuai dcngan ketenluan
peraturan perundang-undangan.
4. Run1ah sakit pendidikan menyediakan sarana, prasarana, dan
peralatan yang memadai untuk pelaksanaan pembelajaran scsuai
dengan modul pendiclikan.
5. Kriteria sarana dan prasarana pada nunah sakit pcndidikan scsua1
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Sarana pembelajaran pendidikan profesi dokter spesialis radiologi
pada rumah saJcit pendidikan paling sedikit terdiri alas:
a. sistem infomasi rumah sakit;
b. teknologi informasi;
c. sistem dokumentasi;
d. audiovisual;
-24 -

e. buku;
f. buku elektronik;
g. repositori;
h. peralatan pendidikan;
1. peralatan laboratoriwn keterampilan;
j. media pendidikan; dan
k. kasus sesuai dengan materi pembelajara.1.
7. Sarana pembelajaran program pendidikan dokter spesialis radiologi
dilengkapi dengan teknologi yang sesuai dengan bidang, level
kompetensi, dan kualifika.si.
8. Prasarana pembelajaran program pendidikan dokter spesialis
radiologi fakultas kedokteran paling sedikit terdiri atas lahan dan
bangunan.
a. Laban berada dalam lingkungan yang nyaman dan sehat, serla
membangun suasana akademik untuk menunjang proses
pembelajaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
b. Bangunan memiliki:
1I standar kualitas kelas A atau setara dan memenuhi
persyaratan berdasarkan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pekerjaan umum;
2) memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyam
anan 1 dan keamanan;
3) instalasi listrik dan air yang memadai; dan
4) pengelolaan limbah domestik dan limbah khusus sesua1
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Bangunan terdiri atas:
1) ruang kuliah;
2) ruang tutorial atau ruang diskusi kelompok kecil;
3) ruangjaga mahasiswa;
4) ruang praktikum atau laboratorium;
5) ruang keterampilan klinis;
6) ruang komputer;
7) ruang dosen;
8) ruang pengelola pendidikan;
9) perpustakaan; dan
- 25-

10) penunjang kegiatan kemahasiswaan.


d. Ruang tutorial atau ruang diskusi kelompok kecil menampung
10 hingga 15 (lima belas) mahasiswa dan dilengkapi dengan
sarana untuk berdiskusi.
e. Ruang keterampilan klinis digunakan untuk pelatihan
keterampilan klinis bagi maksimum 10 (sepuluh) mahasiswa
pada setiap sesi dan memiliki peralatan sesuai dengan panduan
uji kompetensi nasional.

J. STANDAR PENGELOLAAN

1. Fakultas kedokteran yang menyelenggarakan program pendidikan


dokter spesialis radiologi merupakan unit kerja di bawah universitas
atau institut.
2.. Pengelolaan fakultas kedokteran didasarkan pada prinsip tata
kclola yang baik mencakup transparansi, akuntabilitas, ber1<ea d ila n,
obyektif, dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Fakultas kedokteran dipimpin oleh seorang dekan yang memiliki
kompetensi di bidang kedokteran.
4. Fakultas kedokteran paling sedikit memiliki struktur organisasi yang
mempunyai fungsi:
a. penyusunan kebijakan strategis;
b. penyusunan kebijakan taktis dan operasional;
c. pelaksanaan kebijakan; dan
d. pelaksanaan sistem penjaminan mutu internal.
5. Fakultas kedokteran yang menyelenggarakan program pendidikan
dokter spesialis radiologi memili.ki pengelompokan disiplin ilmu
pengetahuan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
telmologi.
6. Fakultas kedokteran membuat prosedur operasional standar yang
mencakup pengembangan, implementasi, evaluasi kebijakan
strategis, dan operasional.
7.. Fakultas kedokteran memiliki sistem penganggaran, melaksanakan
analisis realisasi anggaran pada setiap tahun anggaran. dan
- 26 -

menyampaikan laporan keuangan auditan kepada pemangku


kepentingan tcrkait.
8. Fakultas kedokteran yang menyelcnggarakan program pendidikan
dokter spesialis radiologi menerapka.n sistem penjaminan mutu
internal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. Fakultas kedokteran menyampaika.n la poran kinerja program
pendidikan dokter spesialis radiologi, minimal mclalui Pangkalan
Data Pendidikan Tinggi..
10. Hasil sistem penjaminan mutu internal digunakan untuk
peningkatan mutu fakultas kedokteran secara berkelanjutan.

K. STANDAR PEMBIAYAAN

1. Pembiayaan Pendidikan Kedokteran pada program pendidikan dokter


spe ialis radiologi merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah, fakultas kedokteran, rumah
sakit pendidikan, dan/ atau masyarakat.
2. Fakultas kedokteran yang menyelenggarakan program pendidikan
dokter spesialis radiologi menyusun perencanaan dan
mengalokasikan dana untuk program
pendidikan dan
pengembangan inovasi pcndidikan sesuai dengan ketentuan
penmdang-undangan.
3. Fakultas kedokteran menyusun satuan biuya yang dikeluarkan
untuk biaya investasi, biaya pegawai, biaya operasional, dan biayf1
perawatan secara transparan, serta melaporkannyn kcpad Menteri
melalui pemimpin perguruan tinggi.
4. Perguru.an tinggi menetapkan biaya pendidikan yang terjangkau
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Standar biaya yang menjadi acuan penetapan biaya Pendidikan
diatur dengan Peraturan Menteri.
6. Biaya investasi untuk program pendidikan dokter spesialis radiologi
meliputi:
a. biaya penyediaan sarana dan prasarana;
b. pengembangan sumber daya manusia; dan
c. modal kerja tetap.
- 27 -

7. Biaya operasional meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh


pemerintah pusat, pemerintah daerah, fakulta kedokteran, rumah
sakit pendidikan, dan/atau masyarakat untuk proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan.
8. Biaya operasional paling sedikit terdiri atas:
a. gaji dosen dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang
melekat pada gaji;
b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai; dan
c. biaya operasional pendidikan tak la.ngsung berupa daya listrik,
air, jasa telekomunikasi, pemelihare.an sarana dan prasarana,
uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, dan asuransi.

L. STANDAR PENILAIAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


RADIOLOGJ

1. Standar penilaian pada program pendidikan dokter spesialis


radiologi merupakan kriteria minimal tentang penilaian proses dan
hasil belajar mahasiswa dalam rangka pemenuhan capaian
pembelajaran lulusan.
2. Fakultas kedokteran yang menyelenggarakan pendidikan profesi
han1s menetapkan pedoman mengenai:
a. prinsip penilaian;
b. regulasi penilaian;
c. metode dan instrumen penilaian;
d. mekanisme dan prosed'ur penilaian;
e. pelaksanaan penilaian;
f. pelaporan penilaian; dan
g. kelulusan mahasiswa.
3. Prinsip penilaian mencakup:
a. valid;
b. and.al;
c. edukatif;
d. otentik;
e. objektif;
f. adil;
- 28 -

g. akuntabel; dan
h. transparan.
4. Penetapan standar penilaian sesuai dengan rencana dan capa1an
pembelajaran.
5. Pelaksanaan penilaian aelama pr o■e• pendidikan dilakukan oleh
dosen dan/ atau tim dosen.
6. Program pendidikan dokter spesialis radiologi menetapkan rumus
untuk menentukan penilaian akhir hasil pembelajaran mahasiswa
berdasarkan hasil penilaian dari setiap pelakE-lmaan penilaian.
7. Setiap mahasiswa program pendidikan dokter spesialis radiologi
wajib mengikuti uji kompetensi pada akhir pendidikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
8. Mahasiswa program pendidikan dokter spesialis radiologi dinyatakan
lulus apabila telah menempuh 1Seluruh beban belajar yang
ditetapkan dan memiliki capaian pembelajaran lulusan yang
ditargetkan oleh program studi, serta lulus uji kompetensi.
9. Mahasiswa yang dinyatakan lulus berhak memperoleh sertifikal
profcsi dan sertifikat kompetensi sesuai dengan ket.entuan peraturan
perundangan-undangan.

M. STANDAR PENELITIAN DOKTER SPESIALlS RADIOLOGl

1. Standar penelitian program pendidikan dokter spesialis radiolagi


merupakan kriteria minimal mengenai istem penelitian pada
fakultas kedokteran.
2. Fakultas kedokteran melaksanakan penelitian dalam ruang lingkup
ilmu kedokteran yang disesuaikan dengan perkembangan ilrnu
kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
3. Penelitian yang menggunakan manusia dan hewan percobaan
sebagai subjek penelitian harus lolos kaji etik dari komite etik bidang
kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
4. Fakultas kedokteran memiliki kebijakan yang mendukung
keterkaitan antara penelitian dengan pendidikan dan pengabdian
kepada masyarakat serta menetapkan prioritas penelitian beserta
sum.her daya penunjangnya.
5.. Fakultas kedokteran menyelenggarakan program penelitian
untuk mahasiswa sesuai dengan jenjang pendidikan di bawah
bimbingan dosen.
6. Fakultas kedokteran mengalokasikan anggaran untuk menJam1n
aktivitas penelitian yang mendukung Pendidikan Kedokteran paling
sedikit 5% (lima persen) dari anggaran operasional fakultas
kedokteran.

N. STANDAR PENGABDlAN KEPADA MASYARAKAT

1. Star.dar pengabdian kepada masyarakat program pendidikan dokter


spesialis radiologi merupakan kriteria minimal tentang penerapan,
pengamalan, dan pembudayaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakal berbt·ntuk
pelayanan kesehatan kepada masyarakat mengutamakan kesclamatan
pasicn dan masyarakat.
3. Kegi..ttan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh
fakultas kedokteran merupakan bagia,, dari penyelenggaraan
program pendidikan dokter spesialis radiologi.
4. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan oleh dosen
berdasarkan penugasan perguruan tinggi sesuai dcngan peraturan
perundang-undangan.

0 . STANDAR KONTRAK KERJA SAMA RUMAH SAKIT PENDIDIKAN


DAN/ATAU WAHANA PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN PERGURUAN
TINGGJ PENYELENGGARA PENDIDIKAN KEDOKTERAN

1. Kontrak kerja sama dilakukan oleh fakultas kedokteran yang


menyelenggarakan pendidikan dokter spesialis radiologi atas nama
perguruan tinggi dengan rumah sakit pendidikan dan/atau wahana
- 30-

pendidikan kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
2. Kontrak kerja sama paling sedikit memuat:
a. jaminan ketersediaan sumber daya yang mendukung
terlaksananya proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat;
b. penyelenggaraan proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat;
c. pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan 1 penelitianJ dan
pengabdian masyarakat;
d. penciptaan suasana aka.demik yang kondusif; dan
e. medikolegal, manajemen pendidikan, dan daya tampung peserta
didik.

P. STANDAR PEMANTAUAN DAN PELAPORAN PENCAPAIAN PROGRAM


PROFESI DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI

1. Program pendidikan dokter spesialis radiologi diakreditasi oleh


Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAMP'r Kes).
2. Fakultas kedoktera.11 yang menyelcnggarakan pendidikan profesi
dokter spesialis radiologi melakukan pemantauan dan pelaporan
implementasi kurikulum secara berkala.
3. Hasil pemantauan dan pelaporan implementasi pendidikan profesi
dokter spesialis radiologi oleh fakultas kedokteran digunakan sebagai
bahan perbaikan Standar Pendidikan Profcsi Dokter Spc8ialis
Radiologi sesuai dengan kebutuhan masyarakul dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Fakult.as kedokteran menyampaikan data penyelenggaraan
Pendidilcan Kedokteran melalui Pangkalan Data Pendidikan Tinggi.
- 31-

Q. STANDAR POLA PEMBERIAN INSENTIF UNTUK MAHASISWA


PROGAAM
DOKTER SPESIAJJS RADIOLOOI

1. Rumah sakit pendidikan memberikan insentif kepada mahasiswa


program dokter spesialis radiologi ataa jasa pelayanan medis yang
dilakukan seauai dengan kompetensi.
2. Stand.ar pola pemberian insentif Wltuk mahasiswa program dokter
spesialis radiologi didasarkan pada tingkat kewenangan klinis, beban
kerja, tanggung jawab dan kinerja dalam rangka pencapaian
kompetensi.
3. Standar po1a pemberian ineentif clan beaaran insentif sesuai dengan
peratumn perundang-undangan.
4. Standar Nasional Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi dievaluasi
secara berkala.
- 32 -

BAB III
PENUTUP

Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Radiologi ini merupakan


suatu panduan yang dapat digunakan sebagai standarisasi mutu lulusan 1PDS
Radiologi se-Indonesia. Buku ini dimaksudkan sebagai pegangan
pengembangan kurikulum-kurikulum di masing-masing program studi yang
mungkin akan lebih spesifik.
Dalam rangka mendukung Standai- Pendidikan Proresi Dokter Spesialis
Radiologi ini, maka sangat diperlukan sumber daya manusia yang
berkualifil:asi dan profesional, yang ditunjang dengan sarana•prasarana yang
memadai. Peningkatan jumlah staf pendidik dengan kualifikai maksimal
berupa S3 atau Konsultan Subspesialis rnerupakan hal yang wajib dilakukan
oleh seluruh IPDS Radiologi di Indonesia. Peningkatan jumlah staf pendidik
dengan kualifikasi S2 atau S3 Pendidikan Kcdokteran juga akan mampu
meningkatkan mutu evaluasi dan pengembangan kurikulum nasional.
Demi mendukung tercapainya standar pendidikan yang Lelah dituangkan
dalam buku ini1 maka seyogyanya masing-masing lPDS Radiologi memiliki
paling tidak 8 (delapan) divisi yang tertuang dalam buku ini, yaitu
neuroradiologi dan kcpala-leher, radiologi anak, radiologi abdomen, radiologi
muskuloskeletal, radiologi intervensi, radiologi pencitraan payudara dan
rcproduksi perempuan, radiologi toraks, serta radionuklir dan pencitraan
molekuler dengan masing-masing divisi terisi oleh 3 (tiga) staf konsuJtan.
Perkembangan ilmu radiologi yang sangat cepat dan dinamis Jugu
memerlukan evaluasi dan rcvisi yang rutin dari Standar Pcndidikan Profesi
Dokter Spesialis Radiologi. Proses tersebut harus dilaksanakan secara teralur,
terstruktur, profesional, dan berorientasi pada perkembangan ilmu radiologi
di Indonesia serta bertujuan akhir pada peningkatan taraf kesehatan Bangsa
Indonesia.
Proses evaluasi dan revisi Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
Radiologi tentulah tidak sempuma serta masih memiliki kekurangan yang
hendaknya dapat diperbaiki secara teratur. Seperti kata pepatah, 'tiada gading
yang tak retak', maka buku ini pun masih memiliki banyak
ketidaksempumaan.
Akhir kata, tim penyusun dan konbibutor buku ini mengucapkan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung proses revisi ini.
Semoga pendidikan radiologi di Indonesia makin berkembang, dan Sukses
Selalu Dokter Spesialis Radiologi Indonesia.

KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

ttd .

PUTU MODA ARSANA


-34-

LAMPIRAN II
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 93 TAHUN 2021
TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN
PROFESI DOKTER
SPESJALIS RADIOLOGJ

DAFI'AR LAMPIRAN

A. FISlKA RADIOWGI DAN PROTEKSl RADIASI

KOMPETENSI
I i 2 3 4

Citra proyeksi (planar)/ Coto polos clan


tomn aft
_Citra analog clan digital 4
1
Struktur dari citra digital 4
' Pemrosesan, fusi, transmisi, dan penyimpanan 4
- _gtra di. tal
. Tampilan dari citra analog dan digital_ 4
Picture Archiuing and Communications System 4
PACS
Quality assurance 4
Konscp pencitraan hibrid 4
ci aan ,
Pembentukan citra 4
Kualitas citra - kontras, noise, resolusi 4
kontras dan resolusi s asial
_Agen-agen kontras 4
Pemrosesan dan analisis citra 4
Pengukuran performa peralatan, objek 4
en . ' ' ian dan kontrol kualitas
Artefak pencitraan 4
Bahaya, ri.siko, dan keamanan 4

Struktur bahan, atom dan nukleus 4


Sifat ala.mi dari partikel bermuatan dan radiasi 4
elektromagnetik
Interaksi dari elektron dengan bahan 4
Produksi x-ray 4
lnteraksi dari foton energi tinggi dengan bahan 4
Filtrasi dari sin.ar x-ray 4
Energi elektron dalam bahan padat 4
Luminesensi 4
- 35 -

Dosis absorbsi dan energi kinetik yang 4


dile askan ke bahan
Efek dari radiasi pengion pada jaringan 4
makhluk hidu ·
-------+---4
1---
- - -- + -- -- - - - -
d an dD osis
o sis e kuiv
e fek ti f al en

Risiko radiasi 4

Konstruksi, fungsi, dan operaai dari sistem 4


radio, terkom- utasi dan di _ al
Tabung x-ray dan sinar x-ray 4
Rcseptor pencitraan untuk computed dan 4
di ital radio h·
Rcjeksi sinar ham.bur 4
Media kontras - iodin, barium, dan udara 4
Radiografi dual-energi 4
Mamografi 4
Tomografi radiografi dan tomosintesis 4

Konstruksi, fungsi, clan operasi dari sistem 4


fluorosko i
Rescptor pencitraan - intensifi.kasi citra dan 4
detektor anel datar
Rejeksi hamburan 4
Kontrol kecerahan otomatis 4
Digitisaai citra 4
Angiografi dengan media kontras, termasuk 4

oroskop'•
Detektor radiasi dan pengukuran dosis 4
Pengukuran dosis absorbsi dan laju dosis di 4
udara
Perkiraan dosis absorbsi pasien 4
Produk dosis-area, dosis pcrmukaan masuk 4
dan dosis efektif pada radiografi dan
fluorosko • i
Indikator dosis dctektor 4
Faktor yang mempengaruhi dosis radiasi
Waktu, jarak, dan perlindungan untuk rcduksi 4
I
dosis
P as 4
1---
ien
,--- - - a na k-a na k, st af, da n ibu h am il -- - -Jl- -+
- - - - - - -
-+-- - - - - - - - --
-
Perkiraan dan kontrol dari radiasi tl
terhada star dan an - Ota mas
Kuantitaa dosis operasional 4
Dosimetri personal 4
4

Stabilitas nuklir 4
Mekanisme tran&fonnasi radioaktif 4
Keadaan energi. nuklir dan emisi gamma 4
Aktivitas dan peluruhan radioaktif 4
Radioaktivitas alami 4
Radionuklida buatan dan cara produksinya 4
- 36 -

..a -1 ;.;
Konstruksi fungsi, dan operasional
-

dari
II
la. n'dt:•6t•' '•- -
--
4
--

v;uksm kamera ;;i:amma d lmtal


Kolimator pencitraan
Reseptor pencitraan - detektor skintilasi
4
Rejeksi hamburan
4
4
4
Mekanisme dan kuantifikasi dari lokalisasi 4

....
radiofarmaka
Pencitraan statik, seluruh-tubuh, dinamis, dan 4

(11 ri 4. :p•Ianar ti
Pengukuran aktivitas dengan kalibrator 4
radionuklida
Perkiraan dosis absorbsi pasien
Aktivitas tipikal dan dosis efektif
4
4 -
,_
Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis 4
radiasi
Waktu, jarak, dan perlindungan bagi reduksi 4
dosis
Anak-anak dan konsepsi, kehamilan, den 4
:oa sien-p a sien yang menvusui
Estimasi dan kontrol dosis radiasi dari staf 4
dan an Efeo ta masv m-
ak:at Staff yang sedang 4
hamil 4
Monitoring kontaminasi clan laju dosis
lin alru noan 4
I Penyimpanan, penanganan dan transportasi
bahan-bahan radioaktif I
'
Penyimpanan dan pembuangan sampah 4
- radioaktif
---..-•--:'.-,•,,.•1,-,,•1••=· - - - -
, 1 •l· ■■
11 •••• di'P,;p'to teksltr a.si :Aengion
1 ......

Hirarki rekomenclasi, legislasi dan panduan 4


Justiflkasi, optimisasi dan pembatasan dosis "1 -
Regulasi Radiasi Pcngion dan Kode 4
Pelaksanaan vane: dite ta pkan I

Penilaian resiko, restriksi paparan dan 4


monitor:na dosis
Penasehat Proteksi Radiasi dan Penyelia 4
Proteksi Radiasi
Peraturan-peraturan lokal dan prosedur kerja 4
Perancangan area kerja dan klasifikasi
pekerja Bat.as batas dosis dan pembatasan
4
4
-
dosis Pemberi kenyamanan dan perawatan
4
Regulasi radiasi pengion (paparan medis) 4 -
Pelatihan para pelaksana tugas dan 4
kewajiban mereka
Prosedur pemberi kerja 4
Tingkat referensi diagnostik -·
- 4
Paparan untuk tujuan penelitian, penapisan 4
medis, dan medikolee.al
Registrasi untuk menyimpan bahan-bahan 4
radioaktif
Pemberitahuan dan pelaporan kecelakaan- 4
kecelakaan radiasi
- 37 -

Angula,- dan linear sampling dari proyeksi da_!a 4


Back-projection yang terfilter dan filter-filter I 4
rekonstruksi
Proses lromputa.si (iterative) rekonstruksi 4

Konstruksi, fungsi clan operasional aebuah CT 4


_ scan
Helical dan multi-slice scanner 4
Rekonstruksi gambar 4
CT angi.ografi, CT fluoroskopi dan gated 4
ima , in ·
CT perlusi dan prinsip-prinsip fisiologis 4
terhada: ,_e meriksaan fun 'onal
Dosis radiasi terhadap pasien, staf dan 4
mas araka.t umum
Keselamatan radiasi dan faktor-faktor yang 4
mem ·en arum dosis radiasi
graphy
Konstruksi, fungsi dan operasi dari rotating 4
multi-head amma camera
Rekonstruksigambar 4
SPECT-CT 4
Keselamatan radiasi dan faktor-faktor yang 4
mew .· . i dosis radiasi
' Akt
.
i vitas tipikal dan dosis efektif terhadap 4

· Konstruksi, fungs-i dan operasi dari rotating 4


multi-head amm.a camera
I Akuisisi 2D dan 3D 4
1 Rekonstruksi gambar 4
Standardized uptake value ISUV) 4
PET-CT 4
Keselame.tan radiasi dan faktor-faktor yang 4
mem en.· aruhi _d osis radiasi
Aktivitas tipikal dan dosis-dosis efektif 4
terha da· ' asien staf dan mas arak at umum
Memahami jalur metabolisme terhadap 4
, en _ · naan Fluorine-18 FDG efek War bur
tt::;; ;::---- ...J--L,,.......-'---------...

Momentum putaran anguler nuklir dan 4


momen ma,· etik nuklir
Magnetisasi keseluruhan d.an efek dari 4
kekuatan med.an ma et
Presisi pad.a medan magnet dan persamaan 4
Lam.or
Resonansi dengan pulsasi radiofrekuensi 4
Mekanisme relaksasi dan waktu-waktu 4
::-elaksasi
Sinyal induksi peluruhan bebas 4
Konstruksi, fungsi dan operasi dari 4
su erl:mn duksi MRI scanner
Magnet permanen dan resistif 4
Radiofrequency receiver coils 4
Seku.ens pulsasi spin-echo 4
Lokalisaai spasial terhadap sinyal 4
K-space, akuisisi gambar dan rekonstruksi 4
,·.am.bar
Teknik-teknik multi-eclw, fast spin.echo dan 4
si le shot
Gradient echo imaging - teknik-telmik basic 4
s oiled dan non-s .oiled
Metode-metode supresi jaringan - short Tl 4
inversion recovery (STIR), fluid-attenuated
inversion recove .F LAIR dan at saturation
Bahan kontras ruang ekstraseluler gadolinium 1
4
standar
Bahan kontras MR lainnya 4
Magnetic resonance angiography tMRA) 4
Prinsip-prinsip dasar teknik clifusi dan 4
di _ · ion we· hted ima ·
Dynamic contrast enhancement dan perfusion 4
ima i
Prinsip-prinsip magnetic resonance 4
s ectrosco · RS
Spatial misregistration, perubahan kimiawi, 4
suseptibilitas, gerakan, aliran dan artefak
artcfak lainn. a
Prinsip-prlnsip biologi terkait dynamic contrast 4
enhanced dan di' ion w· hted MR1

Medan magnet statis - projectiles, induced 4


volta -e i lants
Fringe field dan area terkontrol 4
Time-varying gradient field - eddy currents, 4
stimul asi im Iant'ed device noise akustik
Medan radiofrekuensi - laju absorpsi spesifik, 4
efek _ man as an
' Kes elamatan pasien, staf dan anggota 4
m as, ar .ak:at
Pasien yang sedang hamil 4
Shielding dan desain ruangan pencitraan 4
Panduan keamaan untuk penggunaan MRI 4
dalam indikasi klinis

Sifat ultrasonografi 4
Propagasi dan interaksi ultrasonografi dalam 4
zat
Scattering gelombang ultrasonografi 4
Efek Piezoelektrik 4
Desain dan konstruksi transduser 4
ultrasono · a.ti
Gelombang kontinyu dan pulsasi 4
ultrason-o afi
Beam shaped dari tranduser single den 4
annular arra
4

A-mode dan B-mode imaging 4


Time-gain compensation 4
- 39 -

1
Konstruksi, fungsi dan operaai scanner B-mode 4
real time
Akuisisi clan rekonstruksi ga.mbar 4
M-mode 4
Bahan kontras microbubble dan suspensi 4
artikel
Harmonic imaging 4
Pengukuran aliran menggunakan 4
ultrasono afi Do ler
Duplex scanner 4
Color-flow dan power Doppler imaging 4

Efek fisilc - pemanasan, streaming, cavitation 4


dan kerusakan mekanis
Batas-batas intensitas dan energi 4
lndeks termal dan indeks mekanis 4
Pengukuran output power 4
Keselamatan pasien, staf dan anggota 4
mas arakat
Petunjuk kesel.ainatan 4

Basic fluorescent imaging 4


Basic bioluminescent imaging 4
Perbedaan antara teknik-teknik optical imaging 4
Xedalaman penetrasi 4
Aplikasi-aplikasi klinis 4
gingl(F.MI)
Arti dan pronsip dari .functional imaging dan 4
molecular ima ·n
Proses-proses biologis dan fisiologis - aliran, 4
1 rfusi, difusi u · ta ke. ekslaesi dll
Perbandingan modalitas pencitraan untu.lc FMI 4
- sensitivitas resolusi s asial dll
Penggunaan target-target ekstraseluler, 4
ermukaan sel dan intra eluler
· _,e,iggun an' j;mcttonal
,,

Respon inflamasi dan imun 4


Pembentukan tumor dan proliferasi 4
Perubahan lingkungan ekstraseluler 4
Metabolisme 4
Infeksi 4
7 Remodeling vaskuler dan angiogenesis 4
Hipoksia 4
Trombosis 4
Stress dan kematian sel 4
Proses-proses degeneratif 4
Perbaikan jaringan 4
- 40 -

B. NEURORADIOLOGI DAN KEPALA-LEHER

3 4:

1. Mengintegrasika.n anatomi yang berkaitan 4


dengan pemeriksaan pencitraan kranial dan
s inal
Mengetahui penyebab umum patologi kranial 4
akut dan tata laksanan a
M ngetahui penyebab umum patologi spinal 4
akut dan ta.ta laksanan a
Mengintegrasikan imaging pathway dalam 4
hubu ann a den an tolo· intrakranial
Mengintegrasikan imaging pathway dalam
4
hubun ann a den an atolo · s inal
Mengintegrasikan pemeriksaan pencitraan yang 4
relevan terhadap neuroradiologi dan
peranannya masing-masing, scperti
pemeriksaan radionuklida, PET-CT. perfusion
imaging, MR spectrosoopy, myelografi,
angiografi serebral dan s· nal
Mengintegrasikan pengetahuan tentang 2
tirtdakan PET CT ke ala-leher

Melakukan dan membuat ekspertise CT dan 4


MRI ke ala tan a en ·t
Melakukan dan membuat ekspertise CT dan 3
MRI ke ala den an en ·t
Melakukan dan membuat ekspertise 4
pemeriksaan Diffusion Weighted Im.aging (DWI)
ke ala _
Memberikan laporan definitif untuk kasus 4
kasus sederhana dan laporan provisional untuk
temuan-temuan an lebih kom leks
Mcnginterpretasi foto polos, CT dan MRl spinal 4
dasar
Melakukan ultrasonografi intrakranial 4
Melakukan utrasonografi Doppler transkranial 3
Melakukan prosedur dakriografi 4
Melakukan prosedur sialografi 4
li +-
Melaku kan Aspirasi Jarwn Halus dipandu 4
ultrasonografi dari organ dan limfonodi kepala leher
Melakukan Biopsi Inti di kepala-leher 3
Melakukan dan membuat ekspertise angiografi 2
invasif dan radiolo · · intcrvensi di ke1 ala-leher

C. RADIOLOGI ANAK
KOMPETENSI
1 2 3 4
e Mengintegra.sikan ilmu embriologi, anatomi dan fisiologi dalam menginterpretasikan pencitraan
4

nefrologi, neonatolo
gastrohepatologi,
· neurologi,dan

2. 4
bedah anak a:da kasus bedah elektif dan akut
3. Idengintegrasikan pengetahuan tentang 2
tindakan PET-CT pada pasien anak

4. Melakukan dan membuat ekspertise 4


pemeriksaan pencitraan radiografi konvensional los seluruh sistem o anda anak
Melakukandanmembuatekspertise4
5. pemeriksaanradiografikonvensionaldengan
kontras seluruh sistem or anda anak
Melakukan dan membuat ekspertise USO dan4
6. turunannya untulc seluruh sistem organ pad.a
anak
7. Melakukan danmembuat ekspertise CT dan 4
turunannya untuk seluruh sistem organ pada
anak
8. Melakukan clan membuat ekspertise MRI dan turunannya untuk seluruh
3 sistem organ pada anak

9. Meblcukan tindakan intervensi reduksi 4


1 intususe si
I 10. I Melakukan aspirasi jarum halus clan drainase cairan bebas . ad'-3kasus anak
1 Melakukan dan membuat ekspertise angiogt"afi
11. - invasif dan radiologi intervensi untuk seluruh 2
sistem oan - ada anak

D.
KOMPETENSI
J ,:: l; 2 , 3 4

. emen bd.om'en
4

2. Mengintegrasikan pengetabuan tentang 2


tindakan PET-CT pada penyakit rongga
abdomen
3. Mengintegrasikan pengetahuan tentang 4
tindakan PTBD

4. Mengerjakan clan membuat ekspertise 4


pemeriksaan radiografi konvensional (polos dan
kontras) dan turunannya, USG dan
turunannya, CT dan turunannya, serta MRI dan
turunannya dari traktus digestivus (gaster. usus
halus, dan kolon) dalam kasus infeksi,
inflamasi, neoplasma, kongenital, trauma dan
vaskuler 4
5. Mengerjakan danmembuat ekspertise
pemeriksaan radiografi konvensional (polos dan kontras)danturunannya,USGdan turunannya

6. Mengerjakan dan membuat ekspertise 4


emeriksaan radio afi konvensional , ol os dan
- 42 -

kontras) dan turunannya, USO dan


turunannya, CT dan turunannya, serta MRI clan
turanannya dari pankreas dalam kasua infeksi,
inflamasi, neoplasma, kongenital, trauma dan
vaskuler
7. Mengerjakan dan membuat ekspertise 4
pemeriksaan radiografi konven&ional (polos dan
k ontras) dan turunannya, USG dan
turunannya, CT dan turunannya, serta MRI dan
turunannya dari peritoneum dalam kasus
infeksi, inflamasi, neoplasm.a, kongenital,
trauma dan vaskuler
8. Mengerjakan dan membuat ekspertise 4
pemeriksaan radiografi konvensional (polos dan
kontras) dan turunannya, USG dan turunannya,
CT dan turunannya, serta MRI dan turunannya
dari sistem limfatik dalam kasus
infeksi, in!lamasi, neoplasma, kongenital,
trauma dan vaskuler
9. Mengerjakan dan membuat ekspertise 4
pemeriksaan radiografi konveneional (polos dan
kontr as ) dan tunmannya, USG dan
turunannya, CT dan turunannya, serta MRI dan
turunannya dari traktus urinarius dalam kasus
infeksi, inflamasi, neoplasma, kongenital,
trauma dan vaskuler
10. Mengerjakan dan membuat ekspertise 4
fis tul o 2tafi
11. Mengerjakan guiding biopsi dan pungsi hepar 3
dan ascites
12. MenRe riakan T-Tube Chofo.nmoarcmhu 4
13. Menee ri1akan ERCP 4
14. Melakukan dan membuat ekspertise angiografi 2
invasif dan radiologi intervcnsi pada rongga
abdomen ,_

KOMPETENSI

1. Mengintegrasi.kan pengetahuan anatomi normal danvariannya,


1 4 scrta patofisiologi yang releva

2. Mengintegrasikan pengetahuan mengenai terminologi yang relevan


4 dengan pencitraan muskuloa

Mengintegrasikanpengetahuan mengenai 4
modalitasencitraanada muskuloskeletal
3. Mengintegrasikan pengctahuan mcngenai 4
prinsip karakterisasi lesi tulang, sendi dan jaringan lunak pada kasus-kasus trauma muskuloskelet

4. Mengintegrasikan pengetabuanmengenai 4
sta,- : . tumor
..
- 43 -

I 5 . Mengintegrasikan pengetahuan mengenali 4


resentasi ati ikal dari kondisi um.um
6. Mengintegrasikan pengetahuan mengenru
pengetahuan klinis, protokol dan temuan basil
encitraan muskuloskeletal ad.a:
a. Radiologi konvensional muskuloskelet.al dan 4
turunann a
b. USG muskuloekeletal dan turunann 4
c. CT-acan muskuloskeletal dan turunann a 4
d. MRI muskuloskeletal clan turunannya tanpa 4
"t
e. muskuloskeletal dan turunnannya 3
den an n lit
f. Densitometri dan turunann 4
g. Radiologi intervensional di bidang 2
muskuloskeletal
7. Mengintegrasikan pengetahuan tentang 2
tindakan PET-CT ada sistem muskuloskeletal
8. Melakukan penelitian dan menulis artikel ilmiah 3
berupa telaah jumal ilmiah, tinjauan pustaka,
laporan kasus dan atau tesis yang terkaJt
muskuloskeletal

9. Menginterpretasikan clan membuat ekspertise 4


dengan benar basil pencitraan muskuloskeletal
pada kasus-kasus trauma muskuloskeletal,
kelainan degeneratif, kelainan metabolik,
infeksi tumor dan kelainan kon enital
10. Diagnosis kelainan vaskuler pada sistem
muskuloskeletal,dengan menggunakan
modalitas radiolo· seb ai berikut:
4
4
c. CT-scan dan turu 4
d. MRI dan tunmann 4
3
f. Radiologi intervensional di bidang 2
muskuloskeletal
11. Melakukan pencitraan yang optimal, 4
interpretasi dan membuat ekspertise
emeriksaan USG muskuloskeletal dasar.
12. Mendiagnosis penyakit muskuloskeletal yang 3
disertai penyulit dengan memberikan saran
meriksaan selan'utn a
13. Melakukan Aspixasi Jarum Halus menggunakan 4
anduan USG atau CT
4
15. Melakukan dan membuat ekspertise angiografi 2
invasif dan radiologi intervensi pada sistem
muskuloskeletal

F.
314
-

Terlibat dalam tim medik


kasus-kasus i11tervensi
..
- 44 -

2. Mengelola lnstalasi Radiologi Diagnostik yang 4


1 1

terkait den tindakan intervensi


3.. Melakukan penelitian dan menulia artikel ilmiah 4
berupa telaah jumal ilmiah, tinjauan pustaka,
laporan ka.sus dan atau tesis yang terkait
intervensi

I4 . Melakukan persiapan pasien pra-tindakan 4


radiolo· intervensi
5. Melakukan evaluasi dan follow-up pasien paska 4
tindakan radiolo· intervensi
6. Melakukan persiapan, tindakan dan interpretasi 4
hasil modalitas non-invasif seperti USG
Doppler, CTA, MRA untuk evaluasi vaskuler .
dan memanfaatkannya untuk perencanaan
tindakan intervensi
7. Melakukan tindakan biopsi inti (core needle 3
bio s den an anduan encitraan
8. Melakukan tindakan drainase pigtail pad.a kasus 2
aku.mulasi cairan abnormal
9. Melalrukan tindakan DSA diagnostik dengan 4
optimal dan melakukan interprctasi dan
membuat eks ertisen
10. Melakukan tindakan intervensi vaskuler 2
(embolisasi, angioplasti} tanpa penyulit dengan
SU . i 1an SU
11. Melakukan tindakan intervensi non-vaskuler 2
(PTBD, ablasi) tanpa penyulit dengan supervisi
Ian sun
12. Melakukan dan membuat ekspertise USG 4
Doppler, CTA, MRA untuk evaluasi kelainan
vaskuler secara non-invasif

G. RADIOLOGI PENCITRAAN PAYlJOARA DAN REPRODUKSI.E_EREMPUAN


KOMPETENSI
l 2 3 4

1. Mampu mengintegrasikan dalam praktek khnis pengetahuan ilmu


4 dasar tentang embriologi payud

radioanatomipayudaradanreproduksi
_ e :rem uan
2 . - - Mampu mengintegrasikan dalam praktek klinis fisiologi terkait radiologi
4 pencitraan payudara da

3. Mampumengidentifikasijenisclandasar2
emeriksaan Patolo· Anatomi
4. Mampu mengintegrasikan daJaro praktek klinis dasar pemeriksaan4 mamografi, USG, CT-scan, MR

5.. Mam.pu mengintegrasikan pengetahuan dasar fisika pencitraan (termasu.k


4 Quality Assurance dan Q
terhada '. kualitas citra

6. Mampumengintegrasikan pengetahuan 4
men enaiindikasidan kontraindikasi
- 45 -

pemeriksaan radiologi payudara dan reproduksi


· --
pere:m.ou an
7. Mampu mengintegrasikan mengenai kelebihan 4
dan keterbatasan modalitas radiolo:iris
8. Mampu mengintegrasi.kan pengetahuan 4
n1"""oenal media kontras dalam praktek klinis
9. Mampu mengintegrasikan pengetahuan
mcngcnai gcjala klinia dan patogenesis kelainan
payud.ara dan perluasannya serta kaitannya
dem,an 2am bar an :
a. Mamografi dengan turunarmya (polos dan 4
kon tra sl
I b. Ultrasonografi (USG) dengan turunannya 4
Celas to ID"afi. volumetric breast u ltr qspund) -
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dcngan 3
turunannva
10. Mampu mengintegrasil«m pengetahuan
mengenai gejala klinis dan patogenesis kelainan
organ reproduksi perempuan serta kaitannya
dene:an Q:am b aran :
a. Fotop oles a bdom en / pe lvis 4
b. Histeros alfin o m:-afi 4
c. USG dengan turunannya (elastografi, 4
volumetric breast ultra sound)
d. Compu ted TomoaraoJw denl!a.Il tu n:mannva 4
e. Magnetic Resonance Imaging dengan 4
tunmannva
11. Mengetahui Pedoman Nasional Tatalaksana 2
Kanker Payudara dan kanker organ reproduksi
peremm.1an
12. I Mampu mengaplikasikan pengetahuan 4
men 2en ai mam a,Jrrafi s krini.ng
13. Mengintegrasikan pengetahuan tentang 2
tindakan PET-CT pad.a payudara dan organ
-,. ,. '""
"' . I ••
.
I ' f:
14. Mampu mengintegrasikan teknik pemeriksaan
pencitraan payudara dalam praktek klinis
sehin.n a me m per9-leh hWlil yanop timalp ad a :
a. Mamografi dengan turunannya (polos dan 4
kon tr u )
b. Ultr as on ografi (USG) dengan turunannya 4
,relas to lU'afi, volumetric breast ultr asound!
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan 3
tu run an nva
15. . Mampu mengintegrasikan dalam praktek klinis
teknik pemeriksaan pencitraan organ reproduksi
perempuan sehingga memperoleh hasil yang
ontimal tiada:
a. Foto 1100 10 s a bdom en / oelvis 4
b. His teros alfine:oe:rafi 4
c. USG d,engan tu ru nann ya 4
d. ComQuted Tomoarav h.u d en ean tu rn n ann va 4
e. Magnetic Resonance Imaging dcngan 4
turunannva
16. Mampu mengaplikasikan prinsip dasar deteksi 4
dini kelainan -pavu d ara
17. Mam p u me.mzaolikasUranp rlnsio dasar dalam
- 46 -

membedakan payudara normal, abnormal


termasuk lesi iinak den ganas oada:
a. Mamografi dengan turunannya (polos clan 4
kontras)
b. Ultrasonografi (USG) dengan turunannya 4
felastou a:fi. volumetric breast ultrasoundl
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan 3
turunannva
18. 1
Mampu mengintegrasikan pengetahuan
mengenai prinsip membedakan organ
reproduksi perempuan norm.al, abnormal
termasuk lesi iinak dan an.a pada:
a. Foto oolos abdomen/oelvis 4
b. HisterosalfinlIDflrafi 4
c. USG dengan turunannya {elastografi, 4
uolumetric breast ultrasound)
d. Comvuted Tomoar-a.ohu dene:an turunannya 4
e. Magnetic Resonance Imaging dengan 3
turunannva
19. Mampu mengintegrasikan pengetahuan
mengenai staging kanker payudara
men nakan modalitas radioloRi:
a. Radiololri konvensional dan turunannva 4
b. Mamografi dengan turunannya (polos dan 4
kontrasl
C. USG dengan turunannya (elastografi, 4
volumetric breast ult r,asoun dl
d. CT denuan turunannya 4
e. MRI denJ?:an turunannva 4
20. Mampu mengintegrasikan pengetahuan
mengenai staging kanker organ reproduksi
perempuan menQ' akan modalitas radiololris:

-
a. Fote polos abdomen/pelvis 4
b. Histerosalfine:o afi 4

-
c. U3G dengan turunannya (elastografi, 4 '
volumetric breast ultrasound)
d. Com.outed Tomoaraohu dengan turunannva 4
e. Magnetic Resonance Imaging dengan 4
turunannva
21. Mampu mengintegrasikan pengetahuan
mengenai follow-up kelainan payudara
menimunakan pemeriksaan rad.iololris:
a. Mamografi dengan turunannya {polos dan 4
kon tr as l
b. Ultrasonografi (USG} dengan turunannya 4
I
-
(elas to a:fi, volumetric breast u ltnasoumfi
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan '
3
t u ru nannva
22. Mampu mengintegrasikan pengetahuan
mengenai follow-up kelainan organ
reproduksi/ obstetri perempuan menggunakan
pemeriksaan radioloms:
a. Foto polos a bdo men / pelvis 4
b. His t :ros e:rafi 4
alfingo,,
c.USG dengan turunannya (elastografi, 4
v.:,lumetric b-r:east u lt .
rasound)
d . Comu uted Tom.ogra,phu den , an tu .run ann ya 4
- 47 -

e. Magnetic Resonance Imaging dengan 4


I turunannva
23. Mam.pu mengerjakan prosedur wire localizer da.."l 2
stereotactic auided bior,su
24. Mampu mengerjakan prosedur 2
scinti.ma,r;_,..:_ -anhu dan sentinel node bioosu
25. Melakukan dan membuat ekspertise angiografi 2
invasif dan radiologi intel'Vensi di payudara dan
oNTan renroduksi neremouan

KOMPETENSI
l 2 3 4

4
anatomi yang relevan pada
toraks dan dia osis radiolo·
2. Mengintegrasikan pengetahuan tentang fisiologi 4
dan a toraks
3. Mengintegrasikan pengetahuan tentang 4
· ncitraan akit· antun
4. Mengintegrasikan pengetahuan tentang 2
tindakan PET-CT pad.a rongga toraks

5. Melakukan pemeriksaan dan ekspertise Coto 4


olos toraks
6. Melakukan pemeriksaan dan ekspertisc CT 4
toraks tanpa penyulit
7. Melakukan pemeriksaan dan ekspertise CT 3
toraks denR:an penvulit
8. Melakukan pemeriksaan dan ekpertise MRI 3
toraks
9. Melakukan pemeriksaan dan ekspertise PET-CT 3
toraks
10. Melakukan pemeriksaan dan ekspertise Cardiac 4
CT dan Cardiac MRI tan a en lit
11. Melakukan pemeriksaan dan ekspertise Cardiac 3
CT clan Cardiac MRI deni,;,m. penyulit
12. Melakukan pemeriksaan dan ekspertise USG 3
jantung dan rongga toraks
13. Melakukan ekspertise tampilan dan posis1 4
peralatan medis yang terpasang, antara lain:
selang lambung, selang infus, selang dada, dan
lain-lain.
14. Menentukan pemeriksaan pencitraan yang 4
optimal dengan memperhitungkan indikasi
klinis dan im likasi
15. Membangun diagnosis pembanding yang 4
• beralasan dan rin s
16. Mengidentifikasi dan karakterisasi tanda dasar 4
dari penyakit emergensi rongga toraks, meliputi:
leura aru. dan 'antun
17. Melaku.kan tindakan drainase pleura dengan 4
panduan modalitas radiolo ·
18. Melakukan aspirasi jarum halus pad.a limfonodi
supraklavikular/ servilcal dengan panduan 4
modalitas radiolo ·
- 48-

19. Melakukan dan membuat ekspertise angiografi 2


_ in yasif dan radiolo· intervensi di roa toraks

I. RADJOLOG[ EMERGENSJ TERINTEGRASI PADAi.!S!=EMU:; . ;A;..;;.,ST=""I'S.T...=E,.;M....i.)-----------=


-= . ,
mc.",'f •, - - " '· KOMPETENSI
7 -
H l l
._. 14" AJ1 M H 11

-;,r• ·· - .n- ,1 I 2 3 4
l. Me ami kelainan klinia yang aignifikan terkait 4
dengan gambaran kegawatdaruratan clan
hubune.an dene:an kem u naln m .. diasmosis
1

2. Menerapkan anatomi yang tepat untuk 4


menteriemahkan oencitraan darurat
3. Memahami peran radiologi dalam keadaan 4
nenvakit akut
4. Menentukan pemeriksaan pencitraan yang 4
ootimal
5. Melakukan dan membuat ekspertise radiografi 4
dan memnertimbaruzkan keterbatasan modalitas
6. Melakukan dan membuat ekspertise studi 4
contrast meal, oonstrast enema
7, Melakukan dan membuat ekspertise 4
ultrasonormm abdomen dasar / FAST
8. Melakukan dan membuat ekspertise CT dan MRI 4
ememensi
9. Mela.kukan dan membuat ekspcrtise tir..dakan 4
radioloei. intervensi emere:ensi
10. Mengenali gambaran atipikal khas pada kondisi 4
umum emen::ensi
11. Mengenali/mencari kumpulan gambaran untuk 4
diamosa emere:ensi lebih laniut
12. Mengenali prioritas klinis pada gambaran 4
radiololli.s van2 ielas
13. Mengetahui pengaruh diagnosis radiologis 4
terhadao oerialanan manaiemen pasien
14. Mencari gambaran klinis tambahan yang aesuai 4
den2:an kasus
15. Menghubungkan pemeriksaan dengan kondisi 4
klinis
16. Memulai oemeriksaan tambahan vane: sesuai. 4
17. Merumuskan diaenosis bandine. vane: sesuai 4

KOMPETENSI
1234

-2 .- - P-erd- ar-ah-an-In-tra-kra-ni-al - - - - - - - - -•!,


- ---- 4 ----+----1-+- -+- -4
3.Trombosis Sinus Duramater 4
4. Hemiasi intrakranial Trauma intrakranial Acute Spinal 4
5. Tr mtras in.al _ 4
6. Cord, Cauda Equina. 4

_Q
Emboli Pam
Efusileura masif 4
Pneumothorax 4
Paro Kola s 4
- 49 -

4
4
4

15. Trauma Pembuluh Darah Oldusi Pembuluh Darah Akut 4


16. 4
17. Trombosis Obstruksi Vena
18. Perdarahan: Pada seluruh kasus

19. Trauma Ot an Dalam Abdomen-Pelvis 4


20. Abdomen akut: perforasi, pancreatitis, obatruksi, 4
se sibatu saluran kemih, torsio testie

4
4
4

4
nterocolitis 4
Malrotasi 4
Stenosislorus 4
ROS 4
4
I Hernia diafra 4
Atresia ani

I. Memahami kelainan post-mortem yang signifikan 3


terkait dengan gambaran radiologis dan
hubungan dengan kemungkinan penyebab
kematian
2. Mengintegrasikan pengetahuan anatomi yang 3
relevan untuk interpretasi pcncitraan post
mortem
3 Memahami peran radiologi dawn bidang 4
kedokteran forensik
4. Menentukan pemeriksaan pencitraan yang 4
0 timal
5.. Melakukan dan membuat ekspertise radiografi 3
kasus radiologi forensik dan mengatasi
keterbatasan modalitas
6. Melakukan dan membuat ekspertise er dan MRI 4
terhada · kondi!ii ost mortem
7. Melakukan perbandingan hasil pemeriksaan 3
radiolo· ante-mortem and , est-mortem
8. Memberikan infonnasi pencitraan menggunakan 2
rekonstru ksi kom uter 1

9. Melakukan rekonstruksi wajah manusia 2


men nakan eralatan radiolo ·
10. Melakukan otopsi virtual whole body er atau 3
MRI
- 50 -

2. I Luka tembak (aunshot1 4


3. Bencana ma.ssal dan kecelakAen pesawat 2
4. Identifikasi individu 2
5. Traumatolo2i 4
6. Kekerasan riada anak fohild abus 3
7. Cedera akibat listrik 2
8. Kebakaran 3
9. Te ne:e:elam .
4
10. Jeratan 4
11. Informatika pencitraan berbasis komou ter 2
12. ekonstruksi waiah manusia 2
13. Otoosi virtual ienazah CT atau MRI 2
dene:an .

K. RADIONUKLIR DAN PENClTRAAN MOLEKULER (TERINTEGRASI PADA


SEMUA SISTEM
-
i {)1 119u: -·:"·. :
,,
,
,:
i,
0.-: .7-:t . -.1. . ETE-NSl
KOMP

: 1.,
I
,. .. , 1 2 3 4
Mengintegrasikan pengetahuan dasar terhadap
berbagai pemeriksaan yang d.ilakukan dalam
Pencitraan Funesional dan Molekuler:
a. Radioloei radionuklida 4
b. Functional MRI 4
c. USG - microbubble 2
d. Optical imaging - pencitraan fluoresens dan 2
bioluminesens
e. Hybrid imaging-SPECT-CT, PET-CT, PET-MRI 3
dan tekn oloID hibrida lainnya
2. Mengintegrasikan pengetahuan terhadap 2
perancane:a:n probe oenci tr aan molekuler dasar
3. Mengintegrasikan pengetahuan dasar
pemeriksaan fungsional dan molekuler yang
dilakukan dalam kondisi:
I a. Res oonp era d an 1?.an dan kekebalan 3
b. Proliferasi dan p_e m ben tu kan tumor 3
c. Perubahan Un,gkunaan
, ekstraseluler I 3
d. Metabolisme 3
e. Infeksi 3
f. Remodell ina vaskuler dan en, lli.o£renesis 3
r! . oksia 3
HiD_
h. Trombosis 3
i. Stres dan kematian sel 3
i. Proses-proses degeneratif 3
k. Perbaikan jann"'an 3
4. Merekomendasikan penggunaan teknik-teknik 4
pemeriksaan dalam berbagai skenario klinis: PET-
CT, DWI-MRI, CT-perjusion, micro-bubble
ultrasound
5. Melakukan pemeriksaan dan pembuatan 3
eksoed ise pemeriksaan PET-CT
6. Melakukan pemeriksaan dan pembuatan 4
eks0ertise oomeriksaan DWI l(epal a

KOMP,ETE SI
I 2 3 4
Kimia dasar perancangan
.encitraan molekuler
- 51 -

a. Prinsio-orinsio tar2et. orobe. dan label 2


b. Amolifikasi sinya] 2
C. ll labellina 2
d. Proses labeliaasi dalam radiologi 2
raclionuklida, MRI, USG. dan uencitraan optik
2. Prinsip-prinsip radiologi radionuklida PET (18F'- 2
labelled tracer, FDG-PET tracer, NonFDG-
PET tracer, Non 18F-labelled tracer); SPECT; dan
radioteraoi molekuler
3 MRI I
a. Prinsio-orinsio MRI 4
b. Diffusion weiahted imaaina 4
I c. Dunamic contrast-enhanced MRI 4
d. S ue ktr os ko pi 4
e. Metode-metode lain: transfer magnetisasi, 4
CEST. hi .. uvlarisasi
4. CT
a. Prinsio-orinaio CT 4
b. Duna.mic contrast-enhanced CT fCT-oerlu.sion) 4
5. USG I

a. Prinsio-orinsio USG 4
b. USG micro-bubble 3
6. Pencitraan optik (optical imaainal
a. Bioluminesen 2
I b. Pencitraan fluoresens 2
C. Soe ktr o s kopi Raman 2
d. Pencitraan ohoto-akustik 2
7. Pencitraan hibrida {hJJbrid im.aginnl
.
a. SPECT-CT 4
b. PET-CT 4
C. PET-MRI 4
d. Teknolo2i hibrida lainnva 4
8. Pro es-proses biologis dari penyakit yang dapat
diperiksa oleh Pencitraan Fungsional clan
Molckuler dan peran Pencitraan dan Terapi
Molekuler pada:
a. Teraoi radionuklida 2 - -
b. Farmakokinetik, farmakodinamilc dan 2 - - -
pencitraan ·
c. Pencitraan dan penelitian obat 2 ,_
d. Theranostic: menggabungkan pencitraan dan 2
teraoi. contohnya drug delivery
e. Teraoi az:en dan vektor virus 2 -
f. Teraoi stem cell 2 -
jl;. Personalized medicine 2 --
9. Metodolo oenelitian dalam pencitraan --
a. Prinsip-prinsip pencitraan in vitro 2 --
b. Prinsip-prinsip pencitraan ore-klinis in vivo 2 -
c. Prinsip--prinsip pencitraan dan penelitian 2 - -
klinis
d. Prosedur regulasi dalam penelitian klinis 2
(CGP, GMP, IMP, MHRA, IRAS, Ethical
_ ooroval, ARSAC)
e. Pemrosesan sinyal 2
f. ModellinR data 2
Jit. Co-relristrasi 2
h. Metode-m.etode ana1isis citra 2
L Pendeka.tan-pendckatan statistik terhadap 2
uencitraan
i. Peran dari su pervisor pan ean , CI. Pl 2
la,
k. Prinspi -p rln si p RECIST 2
1. Proses-proses -pendanaan atau aplikasi bibah 2

KE1UA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

tt d .

PUTU MODA ARSANA

Anda mungkin juga menyukai