Anda di halaman 1dari 16
DESAIN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL (KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA) Muh. Hanif Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, Abstract: Full day school is a school organization of different alternatives to the con- ventional school learning program. Although there are weaknesses such as fa- tigue, boredom, an excessive burden, but there are a lot of benefits, namely edu- cation providers can educate the students as a whole in the aspect of knowledge, skills, attitudes, strengthening religious, and can deliver the educational goals out- lined by UNESCO, namely learning to know, learning to do, learning to be and learning to live together. Implementation of full day school curriculum refers to the Ministry of Education and Culture and the curriculum of the Department of Reli- gion. Organizing the curriculum is integrated and interdisciplinary, with a cargo of general studies, religious studies, local content leadership, the NU’s, Muhammadiyah’s, and love of nature. Keywords: Curriculum Design, Education, Full Day School. Abstrak: Fulf day schooladalah penyelengaraan sekolah alternatif yang berbeda dengan program pembelajaran sekolah konvensional. Walaupun ada kelemahannya seperti kelelahan, kebosanan, beban berlebihan, namun terdapat banyak manfaatnya, yakni penyelenagara pendidikan dapat mendidik siswa secara utuh pada aspek penge- tahuan, keterampilan, sikap, penguatan keagamaan, dan dapat mengantarkan tujuan pendidikan yang digariskan oleh UNESCO yaitu fearning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Penyelenggaraan furll day schoo! mengacu pada kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan kurikulum Departeman Agama. Pengorganisasian kurikulum secara integrated dan interdisipliner, dengan muatan pelajaran umum, pelajaran agama, muatan lokal kepemimpinan, ke-NU-an, ke-Muhammadiyahan, dan cinta alam. Kata Kunci: Desain Kurikulum, Pembelajaran, Full Day School. PENDAHULUAN Menteti pendidikan dan kebudayaan, Muhadjir Darwin menawarkan kebi- jakan fu/f day schoo! untuk diterapkan pada pendidikan tingkat SD dan SLTP di Indonesia. “Dengan sistem fulf day schoofini secara perlahan anak didik 226 Insani - Desember 2016 , Vol. 21, No. 2, Jul Desain Kurikulum dan Pembelajaran Full Day School(Kelebihan dan Kekurangannya) akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja,” kata Mendikbud di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (7/8/2016). Menurut dia, kalau anak~ anak tet ap berada di sekolah, mereka bisa menyelesaikan tugas-tugas sekolah sampai dijemput orangtuanya seusai jam kerja, Selain itu, anak-anak bisa pulang bersama-sama orangtua mereka sehingga ketika berada di rumah mereka tetap dalam pengawasan, khususnya oleh orangtua (Kompas.com edisi 8-8-2016). Menurut Muhadjir Darwin porsi pendidikan karakter di level pendidikan dasar dan menengah belum memadai, sehingga perlu ada penambahan dengan menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler, Rencananya, anak pulang sekolah pukul lima sore mengikuti rata-rata jam pulang kerja orang tua. Mereka di- harapkan bisa pulang bersama-sama orang tua, atau setidaknya ketika mereka pulang sekolah ada orang tua yang mengawasi kegiatan mereka (Winuriani S., 2016: 9) Ada peningkatan penyclenggaraan sistem pendidikan ful day sehool di Indonesia. Banyak lembaga pendidikan yang menerapkan sistem ini dengan model yang sangat variatif. Istilah yang digunakan juga beragam, seperti; Arif day school, boarding school, dan program mavhad. Beberapa lembaga yang menerapkan sistem pembelajaran fiul/ day school antara lain; SMU Taruna Nusantara di Magelang, SMU Plus Muthabhari di Bandung, SMU Madania Parung Bogor, lembaga kursus bahasa asing di Pare Kediri, UIN Malang (melalui program ma ‘had), dan MAPK (Madrasah Aliyah Program Khusus) (Hasan N, 2006: 112). DEFINISI FULL DAY SCHOOL Istilah fu! day schoofberasal dari bahasa Inggris yakni dari kata ful/ day dan school. Full artinya penuh, day artinya hari, dan schoo/ artinya sekolah. Jadi, full day school artinya sekolah sehari penuh (Echols & Shadily, 2005) ‘Walaupun satu hari itu berjumlah 12 jam, namun Menurut Saefudin (2011:43) dalam Azizah Afni Rizky (2015:21-22) rata-rata penyelenggaraan fill day school hanya dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.30 atau sebanyak 8 jam 30 menit. Dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali. Sekolah bisa leluasa meng- atur jadwal pelajaran menyesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan model-model pendalamannya, Ful/ day school yang dimaksud adalah program sekolah yang proses pembelajaran dilaksanakan schari penuh di sckolah. Dengan kebijakan seperti ini maka waktu dan kesibukan anak-anak lebih banyak dihabiskan di lingkungan sekolah daripada di rumah, Anak-anak dapat berada ISSN 1410-0053 227 Muh. Hanif di rumah lagi setelah menjelang sore. Ful/ day schoolmerupakan model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran agama secara intensif yaitu dengan memberi tambahan waktu khusus untuk pendalaman agama siswa, tambahan * dilaksanakan pada jam setelah sholat dhuhur sampai sholat ashar. Adapun pada sekolah-sckolah umum, anak biasanya sckolah sampai pukul 13.00 WIB. Menurut Wiwik Sulistyaningsih (2008: 65) dalam Regella Septiana (2011: 5), full day school merupakan pembelajaran yang menggabungkan antara pembe- lajaran agama dan pembelajaran umum. Pelajaran agama dianggap sebagai materi tambahan bagi siswa. Oleh sebab itu, pembelajaran dimulai pukul 07.00 WIB dan pulang pada pukul 15.00 WIB. Sedangkan pada sekolah-sckolah unum, anak biasanya sekolah sampai pukul 13.00 WIB. Dalam pelaksanaan fu! day school, dilengkapi program rekreatif dalam pembelajaran agar tidak timbul kebosanan bagi siswa. Miller (2005:1) dalam Tiara Rosalina (2012:434) menjelaskan bahwa fu// day schoo/adalah sistem pembelajaran yang mengkondisikan para siswa datang ke sekolah sejak pagi hingga sore untuk belajar dan bersosialisasi. Jadi, siswa selama sehari penuh berada dalam sekolah dan melakukan segala aktivitas pembelajaran di sekolah. Jadi, fult day school adalah penyelenggaraan pendidikan sekolah dalam durasi hampir seharian penuh rata-rata dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.30, biasanya para siswa belajar mata pelajaran umum dan agama secara lebih lama, para siswa juga belajar bersosialisasi, ASAL-USUL DAN PENYEBAB MUNCULNYA FUEL DAY SCHOOL Kalau kita menilik sejarah pendidikan di Indonesia ke belakang, fill day schoolsudah ada pada sistem pendidikan pesantren yaitu melalui sistem asrama atau pondok, meskipun dalam bentuknya yang sangat sederhana, Bahkan jika ditarik ke belakang, sistem asrama telah dipraktikkan sejak masa pengaruh Hindu-Budha pra-Islam. Sistem asrama dalam tradisi pesantren sangat kaya dengan pendidikan utuh dan integral yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan formal lainnya. Lembaga pendidikan banyak menonjolkan aspek pengetahuan, kurang mengajarkan aspek keterampilan dan sikap. Di pesantren ketiga bidang tersebut akan selalu dapat dipraktikkan dengan modal sistem 24 jam tadi, Justru sangat mengutamakan pengamalan, oleh karena suatu ilmu tanpa ada pengamalan dicap sebagai yang tak bermanfaat (Mastuhu, 1999: 128- 131; Hasan N, 2006:112; Steembrink, K A, 1994:20). 228 Insania, Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2016 Desain Kurikulum dan Pembelajaran Full Day School (Kelebihan dan Kekurangannya) Menurut Driyarkara (1980:12) dalam Nor Hasan (2006:111-112), Auiday schoolsebagai jawaban atas kegelisahan terhadap keberadaan sekolah konven- sional yang hanya mengajarkan pengetahuan atau hanya berorientasi pad intelektual, namun kurang mengajarkan aspek sikap dan keterampilan, Hal demikian terjadi antara lain disebabkan karena sangat terbatasnya jumlah waktu yang diberikan oleh sekolah dan interaksinya yang serba formal mekanistis. Kendati demikian, sistem sekolah model konvensional dalam batas tertentu telah memberi kontribusi besar bagi pendidikan kita, yakni: a) sekolah melaksa- nakan tugas mendidik maupun mengajar anak serta memperbaiki dan mem- perluas tingkah laku si anak didik yang dibawa dari keluarga; b) sekolah mendidik maupun mengajar anak didik menjadi pribadi dewasa susila sekali gus warga negara susila; c) sekolah mendidik maupun mengajar anak didik menerima dan memiliki kebudayaan bangsa; d) lewat bidang pengajaran sekolah membantu anak didik mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan kerja, sehingga anak didik memiliki keahlian untuk bekerja dan ikut membangun bangsa dan negara. Secara umum, kehadiran fu/! day school dibutuhkan oleh pengguna jasa pendidikan dalam rangka untuk menjawab kerisauan terhadap hal-hal yang negatif seperti pergaulan bebas, dan untuk meningketkan performa akademik dan non akademik siswa, Secara detail, fisl/ day school didirikan karena adanya tuntutan di antaranya: Pertama, minimnya waktu orang tua di rumah karena tingginya tuntutan kerja. Orang tua akan memberikan kesibukan pada anaknya sepulang sekolah dengan jaminan keamanan dan manfaat yang banyak. Lain halnya jika orang tua kurang memperhatikan masalah anak, maka yang terjadi adalah anak akan mencari kegiatan negatif tanpa kendali bahkan bisa terjebak dalam lingkungan pergaulan sosial yang buruk. Kedua, perlunya pengawasan terhadap segala kebutuhan dan keselamatan anak, terutama bagi anak di usia dini selama orang tua bekerja. Ketiga, perlunya formalisasi jam-jam tambahan keagamaan karena dengan minimnya waktu orang tua di rumah maka secara otomatis pengawasan terhadap hal tersebut juga minim, Keempat, perlunya peningkatan kualitas pendidikan sebagai solusi berbagai permasalahan bangsa saat ini (Astuti M, 2013:134). Sclanjutnya, Lilies Widyowati (2014) menjelaskan bahwa munculnya ful! day schoof adalah karena: Pertama, banyak orang tua (ayah ibu) yang bekerja di luar rumah schingga kurang waktu untuk memberi perhatian pada anak, Kedua, perubahan dari sistem ekonomi agraris ke sistem industri berdampak pada perubahan sosial sehingga orang cenderung individualistis, kurang peduli ISSN 1410-0053 229 Muh. Hanif pada orang lain, Ketiga, perubahan sosial budaya memengaruhi pola pikir dan cara pandang masyarakat. Salah satu ciri masyarakat industri adalah mengukur. keberhasilan dengan materi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pola kchidupan masyarakat yang akhirnya berdampak pada perubahan peran. Peran ibu yang dahulu hanya sebagai ibu rumah tangga, dengan tugas utamanya mendidik anak, mulai bergeser. Peran ibu di zaman sekarang tidak hanya sebatas sebagai ibu rumah tangga, namun seorang ibu juga dituntut untuk dapat berkarier di luar rumah. Keempaé, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat schingga jika tidak dicermati, maka kita akan menjadi korban, terutama korban teknologi komunikasi. Dengan semakin canggihnya perkembangan di dunia komunikasi, dunia seolah-olah sudah tanpa batas (borderless world), dengan banyaknya program televisi serta menjamurnya stasiun televisi membuat anak- anak lebih enjoy untuk duduk di depan televisi. Karena beberapa alasan tersebut kehadiran fu// day school sangat penting. Jadi full day school merupakan program pendidikan altematif untuk men- jawab tantangan kontemporer, Sebagai solusi alternatif pelaksanaan full day schoof ditunjang dengan berbagai alasan yang patut dipertimbangkan dalam pendidikan siswa, Seperti yang dikemukakan oleh Clark (2001: 1) dalam Ida Nurhayati Setiyarini, dkk (2014:238) yaitu dalam pertumbuhannya program schari penuh diakibatkan oleh beberapa faktor, di dalamnya banyak orang tua tunggal dan orang tua yang keduanya bekerja yang membutuhkan program sehari penuh untuk anak mereka, di samping ada sebagian yang percaya bahwa program sehari penuh merupakan program sekolah yang dapat mempersiapkan anak- anak lebih baik. DESAIN TUJUAN PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL Baharuddin, (2009) menjelaskan ada beberapa tujuan full day schoolsebagai berikut: 1. Membentuk akhlak dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai yang positify 2. Mengembalikan manusia pada fitrahnya sebagai Ahalifah fif ard/ dan sebagai hamba Allah; 3. Memberikan dasar yang kuat dalam belajar di segala aspek. Program pendidikan ful/ day schoo! didesain untuk memaksimalkan per- kembangan anak yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Output dari full day school diharapkan siswa dapat menjadi manusia kreatif, penemu, 230 Insania, Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2016 Desain Kurikulum dan Pembelajaran Full Day School (Kelebiban dan Kekurangannya) dan penjelajah. Selain untuk membentuk jiwa yang mampu bersikap kritis, juga untuk membuktikan dan tidak menerima begitu saja apa saja yang diajarkan. Jadi, program fuul/ day schoolbertujuan untuk memberikan pendidikan yang" lebih utuh bagi para siswa, yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pendidikan sekolah dikembalikan sebagai tempat belajar sosialisasi untuk menjadi warga masyarakat yang baik, religius, dan berkeadaban. DESAIN KURIKULUM FULE DAY SCHOOL Sehudin (2005: 17) dalam Ida Nurhayati Setiyarini, dkk (2014: 238-239) menjelaskan bahwa garis-garis besar kurikulum fuu// day schoo! sebagai berikut: 1, Membentuk sikap yang Islami a, Pembentukan sikap yang Islami 1) Penget ahuan dasar tentang Iman, Islam, dan Ihsan 2) Penget ahuan dasar tentang akhlak terpuji dan tercela 3) Kecintaan kepada Allah dan Rosul-Naya 4) Kebanggaan kepada Islam dan semangat memperjuangkan b. Pembiasaan berbudaya Islam 1) Gemar beribadah 2) Gemar belajar 3) Disiplin 4) Kreatif 5) Mandiri 6) Hidup bersih dan sehat = 7) Adab-adab Islam 2, Penguasaan Pengetahuan dan Keterampilan a, Pengetahuan materi-materi pokok program pendidikan b. Mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari cc. Mengetahui dan terampil baca dan tulis al-Qur’an d, Memahami secara sederhana isi kandungan amaliyah sehari-hari. Kurikulum full day schoolmemiliki kurikulum inti yang sama dengan seko- lah konvensional, namun memiliki kurikulum tambahan seperti kepemimpinan dan cinta alam, Kurikulum lokal /eadership untuk melatih kepemimpinan para siswa, sedangkan green education merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada alam, Melalui alam, siswa diharapkan dapat menggali pengetahuan dengan baik tujuannya agar siswa lebih peka terhadap alam, Selain itu, ada juga ISSN 1410-0053 231 Muh, Hanif teknologi informatika, mengaji, dan lain-lain, Dengan demikian, kondisi siswa lebih matang dari segi materi akademik dan non-akademik. Dengan berbagai strategi yang dikembangkan oleh sekolah ful/ day school, siswa lebih tenang, tidak terburu-buru dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan memberikan pengalaman yang bervariasi. Sedangkan guru dapat memberikan kesempatan untuk mengukur dan mengobservasi perkembangan anak secara Ieluasa, dan terbinanya kualitas interaksi antara figur guru dan siswa secara lebih baik (Nanda, RW dan Mudzakkir, M, 2016). Pengembangan kurikulum fu/f day schoo/ dilakukan dalam proses yang kompleks dan berjangka panjang, terpadu dimana berbagai aspek yang tercakup dalam proses saling erat berkaitan satu sama lain dan bermuara pada terwu- judnya manusia yang memiliki nilai hidup, pengetahuan hidup dan keterampilan hidup. Dalam proses pendidikan kurikulum menempati posisi yang menentukan keberhasilan sistem pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik. Kuriku- lum terpadu (terintegrasi) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kurikulum perpaduan antara beberapa jenis kurikulum yang dilaksanakan dalam satu jenjang jenis pendidikan, Perpaduan beberapa jenis kurikulum tersebut di antaranya kurikulum Departemen Pendidikan Nasional (Diknas), kurikulum Kementerian Agama (Kemenag), kurikulum yayasan, dan kurikulum murid. Kurikulum meliputi rancangan seluruh mata pelajaran yang akan diberikan, lengkap dengan isi dan implementasinya (Widyowati L, 2014:145-146). Tabel 1, Konsep Pengembangan Kurikulum Terpadu Sistem Full day school dalam (Widyowati L, 2014:146) Aspek ‘SD MUTUAL SDIT SD TEMA Konsep Integrated Integrated Curriculum, Tategrated kurikulum Curriculum Inierdiseiplinary Curriculum Curriculum Tenis | Kurikulum Diknas, curikulum Diknas dan | Kurikahum kurikulum — | kurikulum kemenag, dan fkurikulum yayasan (JSIT) Diknas, kurikulum ‘urikum Kemenag, yayasan kurikulum pondok (Muhammadiyab) pesantren, dan kurikulum yayasan (Nahdatul ‘Ulama) Waktu belaiar | Full day schoo! Full day schoo! Full day school Kekhasan Mata pelajaran Mata pelajaran agama /Mata pelajaran Ke-NU-an| KeMuhammadiyahan | terintegrasi dengan mata | dan Mata pelajaran dan pelajaran umum dinniyah Hisbul Wathon 232 Insania, Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2016 Desain Kurikulum dan Pembelajaran Full Day Schoo! (Kelebihan dan Kekurangannya) Dalam hal perencanaan kurikulum: 1) yang menjadi acuan adalah kurikulum Kemendikbud dan Kemenag; 2) goa/kurikulum ditentukan melalui workshop di awal tahun ajaran dengan menganalisis muat an—muatan yang ada dalam kuri-" kulum Kemendikbud dan Kemenag ditambah dengan kurikulum JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu), 3) sarana dan prasarana cukup lengkap, pembiayaannya dikelola oleh Yayasan Konsorsium Mulia; 4) memadukan dua kurikulum yang, berbeda tersebut disahkan terlebih dahulu di Kemendikbud; 5) model pembe- jaran dibuat bervariasi sesuai kebutuhan siswa; 6) evaluasi kurikulum dila~ kukan oleh pengawas langsung dari Kemendikbud (Herawati E, 2013), Kurikulum diorganisir dan dilaksanakan dengan perincian sebagai berikut: 1) sasaran dan tujuan kurikulum telah dipahami oleh seluruh tenaga pengajar dan karyawan; 2) pengelolaan pokok-pokok permasalahan tentang kurikulum. dan kemajuan sckolah dilakukan pihak sekolah dengan koordinasi antara stakeholder melalui pertemuan rutin majelis taklim; 3) medel pembelajaran yang digunakan sangat bervariasi; 4) sarana dan prasarana digunakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing bidang studi; 5) evaluasi kurikulum dilakukan langsung oleh pengawas dari dinas. Dalam hal evaluasi kurikulum: 1) evaluasi terhadap pencapaian tujuan kurikulum dilakukan oleh kepala sekolah pada kegiatan yang bersifat akademik maupun non-akademik; 2) evaluasi terhadap penggarapan pokok-pokok permasalahan diamati melalui animo dan daya tampung yang diterima; 3) evaluasi penerapan model pembelajaran dilakukan oleh kepala sckolah dan guru; 4) evaluasi penggunaan sarana dan prasarana dilakukan oleh kepala sekolah dan guru (Herawati E, 2013). Konsep pengembangan kurikulum tefpadu merupakan pengintegrasian kurikulum Diknas yang diwarnai dengan nilai-nilai islami dengan penambahan bidang studi keislaman, dan untuk pelaksanaannya dengan menerapkan (U/l day school. Desain kurikulum terpadu berorientasi pada kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan masyarakat dan perkembangan IPTEK yang diorga- nisasikan dalam sebuah kurikulum, Implementasi kurikulum di sckolah dengan melibatkan peran kepala sekolah sebagai pelaksana kurikulum tingkat lembaga sekolah, guru sebagai pelaksana kurikulum di kelas dan waka kurikulum sebagai perencana kurikulum di sekolah, Implementasi kurikulum merupakan integrasi seeara fungsional antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Widyowati L, 2014). ISSN 1410-0053 233 Muh, Hanif DESAIN PROSES BELAJAR MENGAJAR FULL DAY SCHOOL Sidi (2001; 26) dalam Aji Sujudi (2012:4) menjelaskan bahwa proses pembelajaran full day school sejalan dengan paradigma baru dalam bidang pembelajaran yaitu dari mengajar ke belajar. Dengan perubahan ini proses pendidikan menjadi “proses bagaimana belajar bersama antara guru dan siswa”, schingga lingkungan sekolah akan tercipta masyarakat belajar. Paradigma ini sesuai dengan visi pendidikan versi Unesco yaitu pertama, /earning to think (belajar berpikir); kedua, learning to do (belajar berbuat); ketiga, /earning to live together (belajar hidup bersama); /earning to be (belajar menjadi diri sendiri). Ada keterkaitan antara unsur-unsur dalam pembelajaran seperti lingkungan tempat belajar, metode, strategi, teknologi, dan media dalam fu! day schoo! agar terjadi tindak belajar yang menekankan pada pembelajaran aktif (active learning), kreatif (creative learning), efektif (effective learning), dan menye- nangkan (fun /earning) dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Selain itu pembelajaran tersebut juga dilaksanakan secara lama (ful day schoo), aktivitas anak lebih banyak dilakukan di sckolah dari pada di rumah. Meskipun begitu, proses pembelajaran yang lebih lama di sckolah tidak hanya berlangsung di dalam kelas, karena konsep awal dibentuknya sistem ful! day schoo/ini bukan menambah materi ajar dan jam pelajaran yang sudah ditetapkan oleh Depdiknas seperti yang ada dalam kurikulum tersebut, melainkan tambahan jam sekolah digunakan untuk pengayaan materi ajar yang disampaikan dengan metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan, menyelesaikan tugas dengan bimbingan guru, pembinaan mental, jiwa dan moral anak. Dengan kata lain, konsep dasar dari sistem fil/ day schoofini adalah integrated curriculumdan integrated activity dalam upaya meningkatkan religiusitas peserta didik. Oleh karena itu, dalam penerapan kurikulum yang digunakan terdapat perpaduan antara pelajaran umum yang ditetapkan pemerintah dan pelajaran tambahan yang bertujuan untuk mewujudkan apa yang menjadi visi dan misi sekolah (Setiyarini, LN. dkk, 2014: 239-240). Proses pembelajaran ful! day school dilakukan secara menyenangkan dengan menerapkan pendekatan, model, dan metode yang tepat sehingga pembelajaran itu menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan schingga membuat peserta didik dinamis, seperti: mendengar dan berbicara, melihat dan membaca, bahkan melakukan peragaan atau melakukan aktivitas. Oleh karena itu, guru harus dapat berperan sebagai 234 Insania, Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2016 Desain Kurikulum dan Pembelajaran Full Day Schoo! (Kelebihan dan Kekurangannya) fasilitator, motivator, dan pencipta suasana yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Guru aktif memantau kegiatan belajar peserta didik, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, mempertanyakan’ gagasan peserta didik. Jika kondisi ini terjadi, maka peserta didik akan bisa menjadi aktif. Artinya, peserta didik dapat secara aktif membangun konsep, bertanya, bekerja, terlibat, dan berpartisipasi, menemukan dan memecahkan masalah, mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan. Di samping itu, guru harus kreatif, artinya guru dapat mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam, membuat alat bantu belajar, memanfaatkan lingkungan, mengelola kelas dan sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan, Guru harus mengembangkan suatu proses pembelajaran yang efektif, yaitu pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu tercapainya kompetensi peserta didik. Pembelajaran menyenangkan adalah kegiatan belajar yang menarik, me- nantang, meningkatkan motivasi peserta didik, mendapatkan pengalaman secara langsung, meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta tidak membuat peserta didik takut. Peserta didik senang belajar berarti mengkondisikan peserta didik untuk berani mencoba/berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat/gagasan, dan berani mempertanyakan gagasan orang lain. Hal tersebut dapat terwujud melalui penerapan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditori, Visual, dan Intelektual) (Setiyarini, ILN. dik, 2014: 240-241), Sistem pembelajaran fu/f day school mengaplikasikan antara kurikulum nasional dan kurikulum agama. Kurikuluni'yang disusun disesuaikan dengan perkembangan kepribadian siswa. Hal ini sejalan dengan implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berusaha menyampaikan pesan-pesan kurikulum kepada peserta didik untuk membentuk kompetensi sesuai dengan karakteristik dan kemampuannya (Mulyasa, 2009: 178; Sujudi A, 2012:4). Full day schoo! dapat dilaksanakan dengan sarana dan prasarana yang relatif terbatas. Yang sangat dibutuhkan sesungguhnya adalah tingkat komitmen dan kesungguhan pengelola dalam mewujudkan sistem demikian. Hal ini tidak berarti prasarana dan sarana tidak penting. Keberadaan prasarana dan sarana— apalagi lengkap dan memadai—amat menentukan terhadap efektivitas dan cfisiensi proses pembelajaran (Hasan N, 2006:113). Pola pembelajaran ful/day schoo/dapat saja menggunakan sistem kelompok (klasikal) sesuai dengan tingkat pengawasan siswa seperti tingkat pemmula, ting- kat menengah, dan tingkat mahir. Mereka ditempatkan dalam satu asrama ter- ISSN 1410-0053 235 ‘Muh. Hanif tentu dimana siswa diwajibkan menggunakan bahasa asing dalam berkomunikasi dengan sesama siswa maupun dengan pengasuh dan jika melanggar diberikan sanksi secara konsisten. Bagi siswa yang telah diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya itu diberi kesempatan untuk naik pada jenjang berikutnya tanpa terikat waktu, schingga mereka diberi kesempatan untuk mengoptimalisasikan kemampuan, waktu, dan kapasitas intelekt ualnya masing-masing untuk meraih prestasi tertinggi. Dengan kata lain, siswa diberi peluang belajar mandiri (Gndividual), namun tetap berada dalam pengawasan pengasuh. Pendek kata, dengan kemandiriannya pengasuh dapat mengoptimalisasi idealismenya dalam wujud strategi fill day schoo/terbaik, setelah—sudah tentu—melihat kondisi dan kapasitas lembaga dan siswanya (Hasan N, 2006:114). MANFAAT ATAU KEUNTUNGAN FULL DAY SCHOOL Beberapa penelitian yang dipublikasikan Harvard Family Research Project pada tahun 2003 menyimpulkan bahwa full day schoo! bisa meningkatkan perkembangan sosial dan kepribadian anak, di samping pencapaian akademik. Gott fredson ef af. yang telah melakukan penelitian terhadap siswa di Maryland pada tahun 1999-2000 mengungkapkan bahwa partisipasi siswa dalam full day schoof memang dapat menurunkan perilaku bermasalah, tetapi hal ini hanya terjadi pada siswa pendidikan menengah, bukan pada siswa pendidikan dasar (Winurini S, 2016:10). ‘Ada dua hal penting dalam hasil penelitiannya. Pertama, penurunan perilaku bermasalah tidak diperoleh dengan mempersempit ruang kosong pengawasan orang dewasa atau dengan meningkatkan keterlibatan siswa dalam aktivitas yang konstruktif. Penurunan perilaku bermasalah diperoleh dengan mening- katkan intensi mercka untuk menghindari obat-obatan terlarang serta bergaul dengan teman-teman yang tidak bermasalah. Kedua, kegiatan yang berkontribusi paling besar terhadap penurunan perilaku bermasalah adalah kegiatan pengembangan kompetensi sosial serta kepribadian. Hasil penelitian ini Koasisten dengan kesimpulan bahwa salah satu alasan yang mendasari absennya hasil positif pada program sekolah dasar adalah karena program pada sekolah dasar tidak menckankan kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan kompetensi sosial serta kepribadian (Winurini S, 2016:10), Menurut Elicker dan Marthur dalam Tiara Resalina (2012: 435) sisi positif full day school adalah anak yang mengikuti full day schoo! memiliki kesiapan belajar yang lebih tinggi daripada anak-anak yang sckolah sctengah hari, sehingga secata tidak langsung hal ini akan berpengaruh pada prestasi anak. 236 Insania, Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2016 Desain Kurikulum dan Pembelajaran Full Day Schooi(Kelebihan dan Kelcurangannya) Pembelajaran sekolah yang relatif lama terkadang siswa merasa bosan dan tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran, oleh karena itu guru membuat suatu manajemen pembelajaran fil! day school yang menyenangkan, Pull day school dapat untuk perbaikan akhlak. Sistem pendidikan SD Al- Hikmah adalah fis! day school dengan pendekatan integrated activity dan integrated curricutlum. Konsep full day schoo! ini telah memberikan jaminan kepada orang tua murid atas aktivitas yang dilakukan oleh anak-anak mereka. Karena waktu anak lebih banyak dihabiskan di sekolah. Sedangkan pendekatan integrated activity dan integrated curriculum memberikan kepastian kepada siswa dan wali murid bahwa aktivitas siswa selama di sekolah dalam waktu + 8-9 jam adalah dalam rangka proses pembelajaran yang telah didesain dengan sedemikian rupa sehingga dijamin kegiatan mereka adalah kegiatan positif’ (Musholin, 2012:320). Full day schoo/ dapat memberikan pendidikan secara utuh. Benyamin S. Bloon menyatakan bahwa sasaran (objectives) pendidikan meliputi tiga bidang yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada lembaga pendidikan konven- sional, sering dikecewakan karena hanya mampu membentuk segi kognitif, namun sangat lemah—bahkan nihil—pada segi afektif dan psikomotoriknya Melalui sistem asrama dan pola ful day school, tendensi ke arah penguatan pada sisi kognitif saja dapat lebih dihindarkan, dalam arti fu/I day schoo/aspek afektif siswa dapat lebih diarahkan. Demikian juga aspek psikomotoriknya Dalam konteks demikian inilah sistem pendidikan yang selama ini diterapkan di pesantren menemukan titik signifikansinya. Sehubungan dengan hal tersebut, Qodri Azizy mengemukakan bahwa sikap fotalitas santri sering tampak segi positifnya. Dengan sikap seperti itu kiai dengan mudah membina, membimbing, bahkan mencetak karakter santri. Disana konsep ibadah ada pada diri santri dan kiai, Santri merasa beribadah bila mematuhi sekaligus mengabdi kepada kyai. Demikian pula kiai merasa melakukan ibadah untuk membina atau melayani santrinya. Sikap seperti itu sangat mendukung mewujudkan sistem pendidikan 24 jam. Artinya penciptaan sistem 24 jam itu sangat mudah dilaksanakan setelah terwujudnya seperti di atas, sementara tempat tinggal santri berada di samping kiai yang sewaktu-waktu bisa secara langsung dibina oleh kiai (Qodri Azizi dan Zamaksari Dofier (1986) dalam Hasan N, 2006: 114- 115). Full day school dapat mengantarkan lebih konsentrasi untuk belajar, Di sekolah konvensional, waktu pelajaran maksimal hingga pukul 1-2 siang. Dalam full day school, ada waktu tambahan sekitar 4-5 jam siswa berada di sekolah. ISSN 1410-0053, 237 Muh. Hanif uumnya aktivitas yang dilakukan adalah mengikuti kegiatan ckstrakurikuler atau les tambahan yang disediakan sekolah. Hal ini sangat baik untuk mening- katkan kemampuan dan pemahaman siswa. Dengan mengikuti kegiatan ekstra~ kurikuler, siswa diharapkan memiliki kemampuan tambahan menurut kegiatan ckstrakurikuler yang diikutinya. Keuntungan lain yang bisa didapat adalah pihak sekolah akan lebih mudah mengontrol dan mengarahkan siswanya ke tujuan ‘yang ingin dicapai. Dengan menjaga siswa selama mungkin di sekolah, segala kegiatan siswa dapat terpantau dengan jelas. Hal ini juga memudahkan fungsi kontrol orang tua karena sekolah mode! seperti ini memberi kepastian akan aktivitas dan keberadaan sang anak selama satu hari. Oleh sebab itu, banyak orang tua yang memilih untuk memasukkan anaknya ke dalam ful/ day school. Sekolalt-sekolah yang menerapkan ful! day schoo/juga umumnya adalah sekolah yang memiliki fasilitas baik, tenaga pengajar berkualitas dan memiliki target yang jelas untuk setiap program pengajarannya, Dapat disimpulkan full! day schoo! adalah sekolah plus yaitu plus waktu belajar, plus fasilitas, dan plus yang lainnya (Septiana R, 2011:32-33). Full day schoo! lebih memungkinkan terwujudnya intensifikasi dan efek- tivitas proses edukasi. Fulf day schoo! dengan pola asrama yang tersentralisir dan sistem pengawasan 24 jam sangat memungkinkan bagi terwujudnya inten- sifikasi proses pendidikan dalam arti siswa lebih mudah diarahkan dan dibentuk sesuai dengan misi dan orientasi lembaga bersangkutan, sebab aktivitas siswa lebih mudah terpantau karena sejak awal sudah diarahkan. Ketiga, sistem fil day school merupakan lembaga yang terbukti efektif dalam mengaplikasikan kemampuan berbahasa asing, seperti dibuktikan di sejumlah lembaga semisal pesantren Gontor Ponorogo, al-Amin Sumenep, dan lembaga kursus bahasa asing di Pare Kediri (Hasan N, 2006:115). PROBLEM ATAU KERUGIAN FULL DAY SCHOOL Burdumy, Dynarski, dan Deke, melalui hasil penelitian yang dirilisnya pada tahun 2006, menyatakan bahwa ASP dapat meningkatkan perilaku negatif pada siswa laki-laki pendidikan dasar dan siswa yang sebelumnya memang memiliki masalah disiplin. Berbeda dengan Gottfiedson er af, hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pada siswa pendidikan menengah, terjadi peningkatan perilaku negatif secara signifikan meskipun tidak besar. Menurut mereka, hal ini berkaitan dengan perbedaan kebijakan disiplin yang diterapkan ASP dan sekolah, Sekolah memiliki peraturan yang ketat dengan menghukum siswa apabila melanggar peraturan (Winurini S, 2016:10) 238 Insania, Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2016 Desain Kurikulum dan Pembelajaran Full Day School (Kelebihan dan Kekurangannya) Problematika dalam pelaksanaan pembelajaran sistem Aul/ day school di antaranya yang pertama adalah masih ditemukan siswa yang belum mampu menyesuaikan diri dengan jam tambahan yang diberlakukan oleh sekolah, keduat adanya sebagian kecil siswa yang merasa kelelahan atau bosan karena scharian berada di sekolah, Xetiga dalam pelaksanaan proses tadarus dan do’a bersama pra KBM masih ditemukan siswa tidak sepenuhnya khidmat, keempat terkadang masih ditemukan pada saat pembelajaran kelas kosong ditinggal gurunya yang berhalangan, Kelima masih ditemukan siswa yang bermain-main pada saat pelaksanaan wudhu menjelang sholat dzuhur dan asyar (Rizky, A.A., 2015). Kekurangan yang terlihat menonjol dari model fu#/ day school adalah hilangnya waktu anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Dengan waktu sekolah yang hampir 12 jam, anak kembali ke rumah pada hari menjelang malam. Kondisi tubuh yang letih karena scharian berada di sekolah membuat anak malas untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Keadaan seperti ini akan menyebabkan anak kehilangan kehidupan sosialnya, Orang yang dia temui hanya teman satu sekolah. Anak hasil lulusan fiz! day schoo/ akan butuh adaptasi sedikit lama dengan lingkungan sekitar, karena waktunya dihabiskan di sekolah. Aroma kompetisi dengan dunia Iuar jarang dirasakan oleh anak lulusan fill day school, Hal ini cukup wajar karena memang dalam kesehariannya, dia tidak pernah bergaul dengan orang Luar (Septiana R, 2011:33). Pertama, sistem full day school acapkali menimbulkan rasa bosan pada siswa. Sistem pembelajaran dengan pola fiul/ day schoofmembutuhkan kesiapan, baik fisik, psikologis, maupun intelektual yang bagus. Jadwal kegiatan pem- belajaran yang padat dan penerapan sanksi yang konsisten, dalam batas tertentu akan menyebabkan siswa menjadi jenuh (Hasan N, 2006: 115-116). KESIMPULAN Full day schoofsebagai program pembelajaran alternatif dari program pem- belajaran sekolah konvensional walaupun ada kelemahannya seperti kelelahan Kebosanan, beban berlebihan, namun terdapat banyak manfaatnya, di mana penyelenggara pendidikan dapat mendidik siswa secara utuh pada aspek penge- tahuan, keterampilan, sikap, penguatan keagamaan, dan dapat mengantarkan tujuan pendidikan yang digariskan oleh UNESCO yaitu Jearning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. ISSN 1410-0053 239 Muh. Hanif DAFTAR PUSTAKA Astuti, Marfiah, 2013. “Implementasi Program Full day school Scbagai Usaha Mendorong Perkembangan Sosial Peserta Didik TK. Unggulan Al-Ya'lu Kota Malang”, Jumal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Volume 1, Nomor 2, Juli 2013; 133-140. Azizah, Annisa Nurul, 2014, “Program Full day schoo! Dalam Pengembangan Kemandirian Siswa Kelas [V di SDIT Insan Utama Bantul Tahun Ajaran 2013/ 2014”, Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan, ‘Universitas Negeri Yogyakarta Baharuddin. 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2005. Kamus Inggris indonesia: An English — Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia. Hasan, Nor. 2006, “Full day schoof(Model Alternatif Pembelajaran Bahasa Asing)". Tadrfs Volume 1, Nomor 1. Herawati, Erna. 2013. “Manajemen Kurikulum Full day schooidi SMPIT Abu Bakar Yogyakarta”. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Negeri ‘Yogyakarta. Mastuhu. 1999, Memberdayakam Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Logos. Mulyasa, E. 2009. Implementast Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Musholin. 2012. “Character Building di SD Al Hikmah 1 Surabaya”, Muansa, Vol. 9 No. 2 Juli —Desember 2012. Nanda, Renata Widya dan Moh. Mudzakkir, 2016, Transformasi Sistem Pendidikan Fuil day school di Era Globalisasi, Semarang: Unnes. Rizky, Azizah Afni. 2015. Problematika Pembelajaran Sistem Full day schoo/Siswa Kelas | SDIT Alrsyad Tegal, Skripsi (Semarang: IAIN Walisongo). Rosalina, Tiara. “Pengaruh Manajemen Pembelajaran Full Day School Tethadap Motivasi Belajar”. Manajemen Pendidikan Volume 23, Nomor 5, Maret 2012: 434-438. Septiana, Ragella. 2011. “Pengelolaan Pembelajaran Program Full day school di SD Budi Mulia Dua, Yogyakarta”. Sdripsf, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas ‘Negeri Yogyakarta Setiyarini, Ida Nurhayati. Sutarno Joyoatmojo, dan Sunardi. 2014. “Penerapan Sistem Pembelajaran “Fun & Full Day School” Untuk Meningkatkan Religiusitas Peserta Didikdi SDIT Al Islam Kudus”. Jumal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 2, No.2, hal. 231 - 244. 240 Insania, Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2016 Desain Kurikulum dan Pembelajaran Full Day Schoo! (Kelebihan dan Kekurangannya) Sujudi, Aji. 2012. Pengeiolaan Pembelajaran Full day school di Madrasah Ibtidaivah Negeri Wonogiri Kabupaten Wonogiri, Naskah Publikasi. Magister Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Steenbrink, Karel A. 1994, Pesantrea, Madrasah dan Sekolah; Pendidikan Islam dalam Knrun Moderen. Jakarta: LP3ES. Widyowati, Lilies. 2014. “Pengembangan Kurikulum Terpadu Sistem Full day school (Studi Multi Kasus di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang, SDIT Thsanul Fikri Kota Magelang dan SD Terpadu Ma’ arif Gunungpring Magelang)”. Program Pascasarjana. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Winurini, Sulis. 2016. “Wacana Penerapan Full day schoo! untuk Siswa SD dan SMP”. Majaiah info Singkat Kesefahteraan Sosial, Kajfan Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis. Vol. VIII, No. 15//P3DI/Agustus/2016. ISSN 1410-0053 24

Anda mungkin juga menyukai