Anda di halaman 1dari 49

JURNAL FARMASI UDAYANA

VOLUME I, NOMOR 1, AGUSTUS 2012

VOLUME I
NOMOR 1
HALAMAN 1 - 95
EDISI AGUSTUS 2012

PENERBIT JURUSAN FARMASI FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA


BUKIT JIMBARAN - BALI
JURNAL FARMASI UDAYANA
INFORMASI BAGI PENULIS
DAFTAR ISI

 Deskripsi
 Pembaca
 Editor
 Petunjuk Penulisan

DESKRIPSI
Jurnal Farmasi Udayana merupakan jurnal elektronik yang dikelola oleh jurusan
Farmasi FMIPA Udayana. Jurnal ini yang merupakan media publikasi penelitian
dan review article pada semua aspek ilmu farmasi yang bersifat inovatif , kreatif,
original dan didasarkan pada scientific. Artikel yang dimuat dalam jurnal ini
meliputi penemuan obat, sistem penghantaran obat serta pengembangan obat.
Jurnal ini memuat bidang khusus di farmasi seperti kimia medisinal, farmakologi,
farmakokinetika, farmakodinamika, analisis farmasi, sistem penghantaran obat,
teknologi farmasi, bioteknolofi farmasi, obat herbal dan komponen aktif tanaman
serta evaluasi klinik obat.

PEMBACA
Ilmuwan di bidang kimia medisinal, farmasetika dan biofarmasetika,
farmakologi, kimia analisis, farmakologi klinik, mikrobiologi, bioteknologi, kimia
dan statistika

EDITOR
Penanggungjawab : Dr.rer.nat. I M.A.G. Wirasuta, M.Si., Apt
Ketua Dewan Redaksi : Cokorda Istri Sri Arisanti, S.Farm, M.Si., Apt
Wakil Dewan Redaksi : Ni Kadek Warditiani, S.Farm., M.Sc., Apt
Anggota
Ni Nyoman Wahyu Udayani, S.Farm., M.Sc., Apt
Ni Made Widi Astuti, S.Farm., M.Si.
Mitra Bestari:
Ketua : Drs. I N.K. Widjaja , M.Si., Apt
Wakil Ketua : Luh Putu Febryana Larasanty, S.Farm.,M.Sc., Apt
Anggota:
a. Ni PutuAriantari, S.Farm., M.Farm., Apt (Biologi Farmasi)
b. Ni Putu Ayu Dewi Wijayanti, S.Farm., M.Si., Apt (Teknologi Farmasi)
c. I G. N. Agung Dewantara, S.Farm., M.Sc., Apt (Teknologi Farmasi)
d. Rasmaya Niruri, S.Si., M.Farm.Klin., Apt (Biomedik dan Farmakologi)
e. Ni Made Pitri Susanti, S.Farm., M.Si. Apt (Kimia Farmasi)

EMAIL
jurnalfarmasiudayana@gmail.com

INFORMASI UNTUK PENULIS Agustus 2012 i


PETUNJUK PENULISAN

PENDAHULUAN

Naskah yang diajukan ke jurnal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1)
topik artikel akan melewati proses review terlebih dahulu oleh editor, dan (2)
artikel belum dipublikasikan atau akan dipublikasikan seluruhnya atau sebagian di
jurnal lain atau media publikasi yang lain.

Tipe artikel

Artikel hasil penelitian

Review article

Naskah review article harus memuat: judul, abstrak dan kata kunci (3-6 kata),
pendahuluan, pembahasan khusus oleh penulis, kesimpulan, ucapan terima kasih,
daftar pustaka, gambar dan tabel. Tiap pokok bahasan dari pendahuluan sampai
kesimpulan harus diberi nomor. Sub pokok bahasan juga harus dinomori dengan
1.1., 1.2., 1.3., dan seterusnya. Setiap halaman harus diberi nomor dan judul harus
diberi halaman 1.

FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN

Conflict of interest
Semua penulis wajib menghindari terjadinya Conflict of interest yang meliputi
pembiayaan atau hubungan dengan orang lain atau badan paling lama tiga tahun
sebelum pengajuan artikel ke jurnal yang dapat mempengaruhi secara langsung
maupun tidak langsung penelitian yang bersangkutan

Contoh hal yang potensial menyebabkan Conflict of interest antara lain pekerja,
konsultan, kepemilikan bahan, honor, pengajuan registrasi/paten, hibah atau
sumber dana yang lain.

Verifikasi Artikel
Artikel yang diajukan ke Jurnal Farmasi Udayana belum pernah dipublikasikan
sebelumnya (kecuali dalam bentuk abstrak atau sebagai bagian dari skripsi), tidak
dalam posisi akan diterbitkan pada jurnal lain, artikel telah mendapat persetujuan
semua penulis yang tercantum di dalam artikel yang bersangkutan dan secara
eksplisit telah mendapat persetujuan dari tempat dimana penulis melakukan
penelitian dan jika diterima, artikel tidak dipublikasikan di tempat lain dalam
bentuk yang sama dalam bahasa Indonesia atau bahasa lainnya untuk menghindari
plagiarisme

Konstribusi
Semua penulis harus berpartisipasi di dalam penelitian dan atau penyipan naskah,
sehingga fungsi dari masing-masing penulis harus didefinisikan.

INFORMASI UNTUK PENULIS Agustus 2012 ii


Kepemilikan artikel
Semua penulis harus memiliki peran penting pada setiap tahap pengajuan artikel
yang meliputi: (1) konsep dan desain penelitian, pengolahan data atau
menganalisis atau menginterpretasi data, (2) memperbaiki naskah, (3) menyetujui
draf akhir yang akan dipublikasikan

Perubahan penulis
Pada jurnal ini dimungkingkan untuk menambahkan, pengurangi, mengubah
urutan penulis untuk naskah yang diterima. Hal-hal yang perlu dilakukan antara
lain: membuat permintaan untuk dapat menambahkan, mengurangi atau
mengubah urutan penulis kepada pengelola jurnal yang diajukan oleh
corresponding author yang dicantumkan di dalam naskah yang diajukan dan
meliputi: (a) alasan mengapa nama penulis harus ditambahkan, dikurangi atau
diubah susunannya (b) konfirmasi tertulis (e-mail, fax, surat) dari semua penulis
yang menyatakan persetujuan dengan perubahan tersebut di atas

Bahasa
Penulisan menggunakan bahasa Indonesia sesuai ejaan yang disempurnakan.

PERSIAPAN
Penggunaan program miscrosoft word. File dibuat dalam format asli
menggunakan program miscrosoft word. Teks harus dibuat dalam format satu
kolom, huruf font Times new roman 11, 1 spasi, ditulis dalam kertas ukuran A4.

Struktur Artikel
Sub pokok bahasan-penomoran
Artikel dibagi menjadi pokok bahasan dengan penomoran yang jelas. Sub pokok
bahasan harus diberi nomor 1.1 (kemudian 1.1.1, 1.1.2,...), 1.2 dan seterusnya.
Abstrak tidak dimasukkan dalam sistem penomoran.

Pendahuluan
Nyatakan tujuan dan landasan penelitian, hindari tinjauan pustaka yang terperinci
atau kesimpulan dari hasil penelitian

Bahan dan metode


Ungkapkan bahan dan metode secara terperinci untuk kemungkinan keterulangan
penelitian. Metode yang umum digunakan cukup menunjukkan sumber pustaka,
hanya modifikasi yang relevan yang harus dideskripsikan

Hasil
Pengungkapan hasil harus jelas dan ringkas

Pembahasan
Bagian ini harus merupakan kajian mendalam dari hasil penelitian, jangan
mengulang pengungkapan hasil. Hindari kutipan dan pembahasan yang berlebihan
dari penelitian sebelumnya

INFORMASI UNTUK PENULIS Agustus 2012 iii


Kesimpulan
Kesimpulan utama dari penelitian sebaiknya ditampilkan dalam kalimat yang
singkat dan jelas, yang dapat menjadi bagian tersendiri di dalam pokok bahasan
kesimpulan atau menjadi bagian dari pembahasan atau hasil

Appendik

Jika apendik lebih dari satu maka harus dibuat sebagai A, B dan seterusnya.
Persamaan matematika harus diberi nomor terpisah: Pers. (A.1), Pers. (A.2) dan
seterusnya. Hal yang sama juga berlaku untuk tabel dan gambar: Tabel A.1;
Gambar. A.1

Informasi penting dalam struktur artikel


Judul
Ringkas, jelas dan informatif. Jika dimungkinkan hindari pencantuman persamaan
matematika dan singkatan

Nama penulis dan institusi


Ungkapkan institusi tempat bekerja (tempat dimana penelitian dilakukan) di
bawah nama penulis. Tunjukkan institusi penulis dengan supercript di belakang
nama penulis dan didepan nama institusi. Tuliskan alamat lengkap termasuk kode
pos dan nama kota, jika perlu disertakan alamat email masing-masing penulis

Alamat korespondensi
Tunjukkan dengan jelas siapa yang bertanggung jawab terhadap korespondensi
semua tahap dari pengajuan, revisi, publikasi maupun sampai pasca publikasi.
Cantumkan nomor telepon disamping alamat email, kode pos. Kontak terperinci
harus tetap diperbaharui oleh korespondensi penulis

Alamat penulis
Jika alamat penulis berbeda dibandingkan dengan tempat penelitian semula, maka
alamat terbaru atau tetap penulis sebagai catatan kaki dari nama penulis. Alamat
dimana penelitian semula dilakukan oleh penulis tetap digunakan sebagai alamat
utama. Penulisan catatan kaki untuk alamat terbaru maupun alamat tetap
menggunakan supercrip dengan penomoran Arabic

Abstrak
Dibutuhkan abstrak yang jelas, ringkas dan sesuai fakta penelitian. Abstrak harus
menunjukan tujuan penelitian secara tegas, hasil yang penting dan kesimpulan
umum. Untuk memenuhi persyaratan abstrak ini, disarankan untuk tidak
menyertakan tinjauan pustaka, tetapi jika sangat diperlukan wajib mengutip nama
penulis dan tahun. Disamping itu dihindari pencantuman singkatan yang tidak
umum tetapi jika sangat diperlukan maka harus dijelaskan pada awal abstrak itu
sendiri

Gambar
Gambar harus dibuat untuk menyimpulkan isi dari artikel secara jelas untuk dapat
menarik perhatian pembaca yang berasal dari berbagai bidang yang berhubungan

INFORMASI UNTUK PENULIS Agustus 2012 iv


dengan farmasi. Gambar harus dibuat dalam bagian terpisah dari artikel. Ukuran
gambar: sediakan gambar dengan minimal setara 531x1328 pixel atau lebih, tetapi
dapat tetap terbaca pada layar 200x500 pixel (pada 91 dpi yang sama dengan 5
x13 cm). Program yang digunakan dapat berupa pdfatau MS Word

Kata kunci
Kata kunci maksimal 6 kata diletakkan langsung di bawah abstrak, hindari
penggunaan frase dan penghubung (dan, dari dan sebagainya)

Singkatan
Deskripsikan singkatan yang tidak umum sebagai catatan kaki pada halaman
pertama artikel. Singkatan yang menjadi keharusan untuk diungkapkan pada
abstrak diwajibkan didefinisikan pada bagian sebelum singkatan tersebut ditulis.
Penulisan singkatan harus konsisten pada seluruh artikel.

Ucapan terima kasih


Cantumkan ucapan terima kasih pada bagian terpisah di bagian akhir artikel
sebelum daftar pustaka, hindari penyertaan ucapan terima kasih pada judul,
sebagai catatan kaki judul atau bagian artikel lainnya. Buatlah rincian orang yang
berkontribusi di dalam penelitian (penerjemah, pengetik atau pembaca dan lain
sebagainya)

Unit
Gunakan satuan internasional (SI). Jika satuan diungkapkan dalam unit yang
berbeda, sebaikknya diungkapkan kesetaraan dengan SI

Tabel
Penomoran tabel diurut berdasarkan urutan munculnya di dalam artikel. Tabel
dibuat dengan tiga garis horisontal, hindari penggunaan garis vertikal dan data
yang diungkapkan di dalam tabel tidak diungkapkan berulang pada bagian lain
dari artikel

Daftar pustaka
Pastikan daftar pustaka tercantum di dalam artikel. Hasil yang belum
dipublikasikan dan personal communication tidak direkomendasikan dimasukkan
di dalam daftar pustaka. Pustaka yang ditandai dengan In Press menunjukan
bahwa artikel tersebut telah disetujui untuk dipublikasikan dan dapat digunakan
sebagai sumber pustaka. Penulisan pustaka mengikuti aturan penulisan pustakan
jurnal ini.

Aturan penulisan pustaka


Daftar pustaka harus diurut berdasarkan alfabetis dan kronologi. Jika terdapat
lebih dari satu sumber yang berasal dari penulis yang sama pada tahun yang sama,
maka harus ditambahkan a, b, c dan seterusnya di belakang tahun terbit.

Penulisan buku
Penulis, A.A., Penulis, B.B., & Penulis, C.C. (tahun terbit). judul buku: sub judul.
(Edisi [jika bukan edisi pertama}). tempat terbit: penerbit

INFORMASI UNTUK PENULIS Agustus 2012 v


Contoh:
Buku dengan satu penulis
Nama penulis (tanpa singkatan). (tahun terbit). judul buku. Tempat terbit: penerbit
Reynords Hadi. (2000). Black pioners. Ringwood,Vic: Penguin

Buku dengan banyak penulis


Dua-enam penulis
Dua penulis: kedua penulis. (tahun terbit). judul buku. Tempat terbit: penerbit
Gilbert, R., & Gilbert, P. (1998). Maculinity goes to school. St. Leonards, N.S.W.:
Allen & Unwin
Lebih dari 6 penulis
Setelah nama dan singkatan nama penulis ke-enam gunakan dkk

Buku yang memiliki editor


Broinowski, A. (Ed.) (1990). ASEAN into 1990s. London: Macmillan
Nugent, S.L., Shore, C. (Eds.). (1997). Anthropologyband cultural study. London:
Pluto Press

Buku yang memiliki penulis dan editor


Valery, P. (1957). Oeuvres (J. Hytier, Ed). Paris: Gallimard

Bab yang terdapat di dalam buku


Penulis, singkatan nama penulis. (tahun terbit). judul bab:sub judul. editor. judul
buku. (hal. x-y). tempat terbit: penerbit

Artikel jurnal
Penulis, singkatan nama penulis. (tahun terbit). judul artikel. singkatan jurnal,
volume (issue), halaman

Skipsi/Tesis/Disertasi
Nama penulis, singkatan nama penulis. (tahun terbit). judul. skrispi/tesis/disertasi.
Universitas, kota

Sumber penulisan singkatan jurnal


Index Medicus journal abbreviations: http//www.nlm.nih.gov/tsd/serials/lji.html
List of titlle word abbreviations: http//www.issn.org/2-22661-LTWA-online.php
CAS (Chemical Abstract Service): http//www.cas.org/sent.html

Submission checklist
Daftar isian di bawah ini dapat digunakan untuk memudahkan pemeriksaan akhir
sebelum artikel dikaji oleh editor.
Satu orang penulis ditunjuk sebagai corresponding author:
 alamat email
 kode pos
 nomor telepon atau fax
Semua file yang dibutuhkan telah diupload
 Kata kunci
 Gambar

INFORMASI UNTUK PENULIS Agustus 2012 vi


 Tabel (termasuk judul, deskrispi, catatan kaki)
Hal selanjutnya yang harus diperhatikan
 Gunakan penomoran baris (tiap 5 baris) untuk memudahkan pengkajian
naskah
 Naskah telah dicek tata bahasa dan pengucapannya
 Pustaka telah ditulis sesuao format di dalam jurnal ini
 Semua pustaka yang ditulis di dalam daftar pustaka disinggung di dalam
teks
 Izin telah didapat dari untuk materi yang memiliki hak cipta yang berasal
dari sumber lain (termasuk web)

SETELAH ARTIKEL DITERIMA


Perbaikan
Naskah yang telah dikoreksi akan dikirimkan kembali dalam bentuk pdf kepada
corresponding author (melalui alamat email) sehingga penulis dapat mengunduh
untuk keperluan pribadi. Gunakan perbaikan ini untuk mengecek urutan
penulisan, mengedit, menyempurnakan dan memperbaiki tulisan, tabel dan
gambar. Pengiriman naskah yang telah diperbaiki menyertakan koreksi pertama
dari editor ini. Perubahan signifikan dari artikel yang disetujui untuk
dipublikasikan dalam jurnal ini harus mendapat persetujuan dari penerbit. Kami
akan berusaha untuk mempublikasikan artikel anda akurat dan cepat sehingga
diharapkan kami menerima hasil koreksi anda paling lambat 5 hari kerja. Sangat
penting koreksi artikel dilakukan dalam satu kali komunikasi sehingga cermati
hal-hal yang harus dikoreksi sebelum dikirimkan kembali ke editor jurnal.

Naskah yang dipublikasikan


Artikel akan diberikan kepada corresponding author dalam bentuk pdf melalui
email. Penulis akan menerima artikel sesuai format yang terbit di dalam jurnal dan
disertai dengan cover jurnal.

INFORMASI UNTUK PENULIS Agustus 2012 vii


DAFTAR ISI

hal
Halaman Judul …………………………………………………………………………..... i
Deskripsi Jurnal Farmasi Udayana .................................................................................... i
Petunjuk Penulisan ........................................................................................................... ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………….. viii
1 Derivatisasi Morfin Menggunakan Dansil Klorida untuk Meningkatkan Kepekaan
Deteksi Morfin pada Metode KLT-Spektrodensitometer ……………………………… 1
2 Kajian Interaksi Obat pada Pengobatan Pasien Gagal Ginjal Kronis Hipertensi di Unit
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar Tahun 2007 ……………………. 9
3 Kajian Kelengkapan Resep Pediatri Rawat Jalan yang Berpotensi Menimbulkan
Medication Error di Rumah Sakit Ari Canti Mas Ubud Gianyar …………………… 16
4 Metode Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif LDL-C Menggunakan Elektroforesis
Agorase Dapar TAE-Spektrofotodensitometri ………………………………………… 22
5 Pengaruh Variasi Kepolaran Fase Gerak Aseton-Diklorometana: Metanol-Asam
Asetat terhadap % Distribusi (+)-Katekin dari Gambir dengan Metode Kromatografi
Cair Vakum …………………………………………………………………………….. 31
6 Pengaruh Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan Penghancur
terhadap Sifat Fisik Tablet Vitamin E untuk Anjing ………………………………….. 39
7 Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan terhadap Sifat Fisik Amilum
Singkong Pregelatin yang Ditujukan sebagai Eksipien Tablet ………………………… 43
8 Sifat Fisik Granul Amilum Jagung yang Dimodifikasi secara Enzimatis dengan
Lactobacilus acidophilus pada Berbagai Waktu Fermentasi ………………………….. 61
9 Studi Pendahuluan Derivatisasi BEberapa Senyawa dengan Gugus Amin
Menggunakan Dansil Klorida pada KLT-Densitofotometer …………………………… 69
10 Uji Aktivitas Penangkapan Radikal DPPH Ekstrak Produk Teh Hitam (Camellia
sinensis(L.) O.K.) dan Gambir (Uncariagambir(Hunter) Roxb) serta Profil KLT-
Densitometernya ……………………………………………………………………….. 80

INFORMASI UNTUK PENULIS Agustus 2012 viii


Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

PENGARUH RASIO AMILUM :AIR DAN SUHU PEMANASAN TERHAD AP


SIFAT FISIK AMILUM S INGKO NG PREGELAT IN YANG DI TUJUKAN
SEBAGAI EK SIPIEN TABLET

Kadek Lenny Kar isma Sar i, I G.N. Je mmy Anton Pr asetia, Cok. Istr i Sri Arisanti
Ju r usan Far masi Faku ltas Matemat ika dan Ilmu Pengetahu an Alam Universitas
Udayana

ABSTRACT

Cassava starch is the common type of starch with enormous application in


pharmac eutical industries. However, cassava starch has poor compressibility and
flowing hard. Therefore, it is need to be modified. One of starch modification methods is
physical method like gelatinization because easier than the other method. A good
pregelatin starch will be formed by the addition of water and use the proper temperature.
This research aimed todetermine the effect ofratio starch:waterandhe atingtemperature of
cassavastarchtowardphysical charac teristic ofpregelatinized cassavastarchintendedasa
tabletexcipient.
This research was conducted through several stage. First, the manufacture of
pregalatini zed cassava starch by using rati o starch:water t hat are 1:0,5 ; 1:0,75, 1:1 and
heating temperature are 50°C ; 55°C ; 60°C. Furthermore , cassava starch and
pregelatinized cassava starch preliminary tested. Starch which meets the standard then
tested their physical properties including moisture testing, particle size distribution test,
flow properties test dan compressibility test. Starch with physical properties t hat meet the
requirements then compressed with direct compression method and tested. Testing
includes weight uniformity, hardness, friability and disintegrant time. Data were analyzed
with one-way ANOVA and LSD with 95% confidence level.
The result indicated, the addition of water and heating temperature gives a
significance influence (P<0,05) toward the flow characte ristic and compressibility of
pregelatinized cassava starch. Increasing the amount of water and heating temperature
causes decreasing of compressibility. Decreasing of compressibility make flow properties
is better. Based on physical properties of test criteria tablet, then selected rati o 1:1
(50°C) as selected formula for tablet excipient direct compression method.

Key words : Pregelatinized cassava starch, flow characteristic andc ompressibility

PENDAHULUAN sebagai eksipien dalam formulasi sediaan


Dalam formulasi suatu tablet, terdapat farmasi karena harganya murah dan inert
hal yang perlu diperhatikan yaitu dari segi (Hastuti, 2008). Amilum dapat digunakan
pemilihan eksipien. Hal ini sangat penting sebagai bahan pengisi, pengikat, dan
agar terbentuk tablet dengan sifat fisik penghancur dalam sediaan oral seperti
yang memenuhi syarat. dalam pembuatan tablet (Samsuri, 2008).
Eksipien yang sering digunakan dalam Apabila ditinjau dari proses
industri farmasi adalah amilum. Amilum pembuatan, terdapat dua jenis amilum
adalah karbohidrat yang berasal dari hasil yang sering digunakan dalam industri
proses fotosintesis tanaman, disimpan farmasi yaitu amilum yang diolah secara
dalam bagian tertentu tanaman dan tradisional dan amilum modifikasi.
berfungsi sebagai cadangan makanan Amilum yang diolah secara tradisional
(Soebagio dkk., 2009). Amilum digunakan adalah amilum yang diambil langsung dari

50
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

bagian tanaman dan dalam proses Menurut penelitian Yusuf dkk (2008)
pembuatannya belum mengalami yang melakukan modifikasi amilum
perubahan secara fisika atau kimia. singkong secara pregelatin dengan metode
Ditinjau dari bentuk fisiknya, amilum yang cetak langsung membuktikan bahwa
diolah secara tradisional masih berbentuk modifikasi amilum secara pregelatin
serbuk. Amilum tersebut memiliki mampu memperbaiki sifat alir amilum
kekurangan yaitu tidak mempunyai sifat alami dan kompaktibilitas tablet. Amilum
alir yang baik (Soebagio dkk., 2009). Sifat yang dihasilkan memiliki kecepatan alir
alir ini sangat penting saat proses yang baik yaitu 14,63 g/detik. Hal ini
pengempaan tablet khususnya dalam sesuai dengan pustaka, dimana kecepatan
formulasi tablet kempa langsung karena alir yang baik adalah lebih besar dari 10
jika tidak dapat mengalir secara baik dapat g/detik (Siregar, 2008). Sudut diam yang
memberikan bobot tablet yang berbeda. dihasilkan yaitu antara 250 sampai 400,
Bobot tablet yang berbeda berpengaruh berarti memiliki sifat alir yang baik. Dari
terhadap keseragaman kandungan tablet, hasil pemeriksaan kompaktibilitas
sehingga efek yang ditimbulkan oleh diperoleh hasil sebesar 11,49%, bila
masing-masing tablet akan berbeda pula di dihubungkan dengan sifat alir maka
dalam tubuh. Selain itu, sifat alir juga amilum singkong pregelatin ini memiliki
dapat mempengaruhi kompaktibilitas sifat alir yang sangat baik.
tablet. Tablet yang terlalu keras akan Amilum pregelatin yang baik akan
memiliki waktu hancur yang lama, terbentuk dengan perbandingan air dan
sedangkan tablet yang terlalu rapuh amilum serta penggunaan suhu yang tepat.
akanmemiliki waktu hancur yang terlalu Menurut penelitian Alebiowu dan Itiola
cepat (Hastuti, 2008). (2001), melakukan pembuatan amilum
Amilum modifikasi merupakan pregelatin dengan menggunakan
amilum tradisional yang telah mengalami perbandingan amilum dan air sebesar 1:1
pengolahan secara fisika atau kimia. Salah dan dengan suhu 550C. Dari penelitian
satu cara modifikasi amilum secara fisika tersebut, akan dilakukan pembuatan
yaitu dengan cara pregelatin, dimana amilum pregelatin dengan memvariasikan
amilum yang diolah secara tradisional lalu rasio amilum:air dengan perbandingan
diberikan perlakuan tambahan melalui 1:0,5 ; 1:0,75 ; 1:1. Masing-masing
penambahan air dengan jumlah yang tepat amilum pregelatin yang dibuat dengan
dan pemanasan pada suhu yang sesuai variasi jumlah penambahan amilum dan air
(Rowe dkk., 2009).Amilum modifikasi di atas, kemudian akan dipanaskan pada
secara pregelatin memiliki keunggulan variasi suhu yang berbeda-beda yaitu
daripada amilum tradisional yaitu mampu 500C, 550C dan 600C. Variasi suhu serta
meningkatkan sifat alir karena amilum rasio amilum:air tersebut dilakukan untuk
pregelatin yang terbentuk dari proses memperoleh amilum singkong pregelatin
penyatuan partikel-partikel serbuk yang memenuhi persyaratan sehingga
menghasilkan amilum dengan ukuran yang dapat dijadikan eksipien dalam pembuatan
lebih besar yaitu granul. Massa granul ini tablet.
akan memberikan sifat alir yang lebih baik
daripada dalam bentuk serbuknya sehingga BAHAN DAN ME TO DE
cocok untuk dikempa langsung. Massa Bahan
granul dengan ukuran yang seragam Bahan-bahan yang digunakan dalam
tersebut juga akan memberikan daya penelitian ini adalah amilum singkong dan
kompaktibilitas tablet yang baik sehingga aquades.
dapat menghasilkan tablet kompak
(Hastuti, 2008). Alat

51
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

Alat-alat yang digunakan dalam Tabel 1. Variasi Rasio Jumlah Amilum:Air


penelitian ini adalah mesin tablet single dan Suhu Pemanasan yang Digunakan
punch, alat penguji waktu hancur tablet
(Erweka Tipe ZT X 20), alat penguji Amilum:air Amilum (g) Air (mL) Suhu (0C)
200 100 50
kekerasan tablet (Erweka Tipe TBH 225),
1 : 0,5 200 100 55
alat penguji kerapuhan tablet (Erweka Tipe 200 100 60
TA/TR 120), neraca analitik (Adam AFP- 200 150 50
360L), stopwatch (Casio), mikroskop 1 : 0,75 200 150 55
(Yazumi XSP-12), jangka sorong, 200 150 60

seperangkat alat uji waktu alir dan sudut 200 200 50


1:1 200 200 55
diam, seperangkat alat uji distribusi ukuran
200 200 60
partikel dengan pengayak mesh no. 20, 40,
60, 80, termometer, pH-meter (Oakton pH
C. Uji Pendahuluan Amilum
510 series) dan oven. 1. Uji organoleptik
Amilum ditimbang sebanyak 1 gram,
Prosed ur Pe nelitian kemudian diamati warna, bau dan rasa
A. Kontrol Kualitas Bahan Baku amilum (Depkes RI, 1995).
Uji kualitas bahan dilakukan dengan cara
pemeriksaan secara menyeluruh sesuai
2. Uji mikroskopik
dengan data CoA (Certificated of Analysis)
Ditimbang amilum sebanyak 100 mg
dari amilum singkong. dan diletakkan pada gelas objek.
Selanjutnya ditambahkan 2 tetes aquadest,
B. Pembuatan Amilum Singkong
lalu diamati susunan amilum, bentuk hilus
Pregelatin dan lamela dari amilum singkong di bawah
Pembuatan amilum singkong pregelatin
mikroskop dengan perbesaran 400x
dikerjakan dengan menggunakan rasio (Depkes RI, 1995).
amilum:aquadest yaitu 1:0,5 ; 1:0,75 ; 1:1
dan variasi suhu pemanasan yaitu 500C, 3. Uji makroskopik
550C dan 600C. Berikut ini merupakan cara Ditimbang amilum sebanyak 100 gram
kerja pembuatan amilum singkong kemudian dilakukan pengayakan
bertingkat dengan mesh no. 20, 40, 60 dan
pregelatin dengan perbandingan rasio
80. Ukuran kehalusan amilum dapat dilihat
amilum:aquadest sebesar 1:0,5 serta melalui no mesh dari ayakan bertingkat
dengan suhu pemanasan 500C. Aquadest tersebut (Depkes RI, 1995).
sebanyak 100 mL dipanaskan sampai suhu
500C, lalu ditambahkan dengan amilum 4. Uji kadar air
singkong sebanyak 200 g dan suhu dijaga Amilum ditimbang sebanyak 1 gram dan
selama 10 menit hingga terbentuk massa dimasukkan dalam botol timbang dangkal
bertutup yang sebelumnya telah
kental. Massa kental tersebut dikeringkan
dipanaskan pada suhu 105oC selama 30
di oven pada suhu 500C selama 48 jam. menit dan telah ditara. Amilum
Setelah kering, amilum lalu diayak dengan dimasukkan ke dalam botol timbang
ayakan mesh no 20. Dengan cara yang tersebut dan botol timbang ditimbang
sama dilakukan pula pada rasio jumlah beserta isinya. Amilum diratakan sampai
amilum:aquadest serta variasi suhu setinggi 5 mm. Lalu dimasukkan ke dalam
pemanasan yang lain, seperti pada tabel di oven, sumbat dibuka dan dibiarkan sumbat
ini di dalam oven. Dikeringkan pada suhu
bawah ini: 105oC hingga bobot tetap. Setelah
pengeringan dibiarkan botol dalam
keadaan tertutup mendingin (Depkes RI,
52
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

1995). Kadar air dapat dihitung a. Bobot jenis nyata


berdasarkan persamaan 2.1. Amilum ditimbang sebanyak 100
gram. Amilum tersebut dimasukkan ke
5. Pengukuran pH dalam gelas ukur 250 mL dan dicatat
Dicampurkan 1 gram amilum dengan volumenya (Aulton, 1988).
10 mL air bebas CO2. Amilummemiliki pH b. Bobot jenis mampat
sekitar 4,5-7,0 (Depkes RI, 1995). Amilum ditimbang sebanyak 100
D. Uji Sifat Fisik Amilum gram. Amilum tersebut dimasukkan ke
Uji sifat fisik amilum ini dilakukan dalam gelas ukur 250 mL kemudian
pada amilum singkong dan amilum dilakukan pengetapan sebanyak 500x.
singkong pregelatin. Ujinya meliputi:
5. Pengujian kompaktibilitas
1. Pengujian kelembaban Kompaktibilitas adalah kemampuan
Ditimbang 5 gram amilum kemudian suatu bahan dimana volumenya akan
dimasukkan ke dalam oven pada suhu berkurang pada saat mendapat tekanan.
1050C selama 15 menit. Lalu berat amilum Kompaktibilitas yang baik yaitu sebesar
tersebut diukur dan dihitung kandungan 5%-20% (Siregar, 2008).
lembabnya yang dinyatakan dalam MC
atau Moisture Content. Kandungan lembab 6. Distribusi ukuran partikel
yang baik adalah 1-5% (Voigt, 1995). Ditimbang 100 gram amilum.
Dilakukan pengayakan secara bertingkat
2. Pengujian waktu alir mulai dari mesh no. 20, 40, 60, 80 selama
Sebanyak 100 gram amilum 15 menit. Hasil pengayakan dari masing-
ditimbang. Kemudian, amilum tersebut masing mesh ditimbang. Persentase fines
dituang melalui tepi corong secara yang dikehendaki adalah 10%-20%
perlahan-lahan ke dalam corong yang (Jenkins dkk., 1957).
bagian bawahnya tertutup. Tutup corong
bagian bawah dibuka secara perlahan- E. Pengempaan Tablet
lahan dan amilum dibiarkan mengalir Amilum singkong pregelatin dicetak
keluar. Dicatat waktu yang diperlukan dengan metode cetak langsung dengan
(detik) sampai semua amilum melewati menggunakan mesin tablet single punch.
corong dengan menggunakan stopwatch.
Kecepatan alir yang baik adalah tidak F. Evaluasi Tablet
kurang dari 4 gram/detik (Voigt, 1995). 1. Pengujian organoleptik
Diamati penampilan fisik dari tablet
3. Pengujian sudut diam meliputi keseragaman ukuran, diameter,
Sebanyak 100 gram amilum bentuk dan warna tablet yang dihasilkan.
ditimbang. Amilum tersebut kemudian
dituang melalui tepi corong secara 2. Pengujian keseragaman bobot
perlahan-lahan ke dalam corong yang Diambil 20 tablet secara acak,ditimbang
bagian bawahnya tertutup. Tutup corong seluruhnya dengan seksama, kemudian
bagian bawah dibuka secara perlahan- dihitung bobot rata-ratanya. Tablet
lahan dan amilum dibiarkan mengalir tersebut lalu ditimbang kembali satu per
keluar hingga membentuk kerucut. Tinggi satu tablet lalu dibandingkan dengan bobot
amilum yang berbentuk kerucut tersebut rata-rata tablet sehingga diperoleh nilai
dan jari-jari amilum lalu diukur. Sudut penyimpangan bobot tablet. Tidak boleh
diam amilum yang baik berkisar antara lebih dari 2 tablet yang bobotnya
250-400 (Voigt, 1995). menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
besar dari 5% dan tidak satu pun yang
4. Pengujian bobot jenis

53
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata sama (homogen). ANOVA digunakan


lebih dari 10%(Depkes RI, 1995). untuk melihat pengaruh rasio amilum:air
(1:0,5 ; 1:0,75 ; 1:1) dan variasi suhu yaitu
3. Pengujian kekerasan tablet 500C, 550C dan 600C terhadap sifat fisik
Sebanyak 10 tablet diambil secara amilum pregelatin yang dihasilkan dilihat
acak, kemudian diuji kekerasannya. Tablet dari nilai signifikansi (á) pada output
yang baik mempunyai kekerasan antara 4 SPSS. Apabila hasil uji ANOVA
kg-8 kg daya (Lachman dkk., 2008). menunjukkan adanya perbedaan signifikan
dari rasio amilum:air dan suhu pemanasan
4. Pengujian kerapuhan tablet terhadap sifat fisik amilum pregelatin,
Tablet dibersihkan terlebih dahulu lalu maka selanjutnya dilakukan uji LSD
ditimbang. Dilakukan penimbangan tablet (Least Significance Different) untuk
sampai bobotnya mendekati 6,5 g. Seluruh mengetahui perbedaan dari masing-masing
tablet dimasukkan ke dalam friabilat or dan rasio amilum:air dan suhu pemanasan.
alat dijalankan selama 4 menit dengan HASI L DAN PEMBAHASAN
kecepatan 25 rpm. Setelah selesai, tablet A. Uji Pendahuluan Amilum
lalu dibersihkan dari debu dan ditimbang 1. Uji organoleptik
kembali dengan seksama. Dihitung % Uji organoleptik bertujuan untuk
bobot tablet yang hilang. Bobot tablet yang memastikan bahwa bahan yang digunakan
hilang tidak boleh lebih dari 1% (Ansel, benar merupakan amilum dilihat dari ciri-
2005). ciri fisiknya yaitu warna, bau dan rasa.
Hasil pengujian organoleptik amilum
5. Pengujian waktu hancur tablet singkong yaitu berwarna putih, tidak
Diambil 6 tablet secara acak.
berbau dan tidak berasa. Uji organoleptik
Sebanyak 1 tablet dimasukkan pada
masing-masing tabung dari keranjang alat dari sembilan amilum pregelatin
Erweka Disintegrator tester ZT X20 dan menunjukkan hasil yang tidak berbeda dari
dimasukkan satu cakram pada tiap tabung. hasil uji organoleptik amilum singkong
Di dalam tabung digunakan air bersuhu yaitu berwarna putih, tidak berbau dan
(37 ± 2)0Csebagai media. Dihitung waktu tidak berasa. Hal ini sesuai dengan
hancur tablet mulai saat keranjang tercelup Farmakope Indonesia IV (1995), yang
sampai semua tablet harus hancur
menyatakan bahwa amilum berwarna
sempurna. Persyaratan waktu hancurnya
yaitu tidak lebih dari 15 menit (Depkes putih, tidak berbau dan tidak berasa. Hasil
RI,1995). uji organoleptik di atas menunjukkan
bahwa bahan yang digunakan benar adalah
G. Analisis Data amilum, terlihat dari warna, bau dan rasa
Data yang diperoleh dari hasil yang dihasilkan sesuai dengan ciri-ciri
pengujian pendahuluan, sifat fisik amilum amilum dalam Farmakope Indonesia IV
dan sifat fisik tablet kemudian dianalisis
(1995).
secara statistik menggunakan software
SPSS for windows 17.0dengan metode
2. Uji mikroskopik
Analysis of Variance (ANOVA) One-Way,
Pada uji mikroskopik amilum singkong
dengan taraf kepercayaan 95%.Sebelum
dan amilum singkong pregelatin dilakukan
data diuji ANOVA, terlebih dahulu
pengamatan mengenai susunan amilum,
dilakukan uji prasyarat One-Way ANOVA.
bentuk hilus dan lamela. Hasil pengujian
Dua syarat yang harus dipenuhi agar bisa
mikroskopik ditunjukkan pada gambar 1.
dilakukan uji One-Way ANOVA yaitu
sebaran data harus normal dan varians data
54
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

Mikroskopik amilum

Hilus

Amilum singkong

Rasio amilum:air Variasi suhu pemanasan dalam pembuatan amilum singkong pregelatin
dalam pembuatan
amilum singkong 50°C 55°C 60°C
pregelatin
Hilus Hilus Hilus

1:0,5

Hilus Hilus Hilus

1:0,75

Hilus Hilus Hilus

1:1

Gambar 1. Mikroskopik amilum singkong dan amilum singkong pregelatin


perbesaran 400x

55
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa yang sesuai, menyebabkan granul-granul


amilum singkong memiliki susunan amilum mengembang lalu pecah menjadi
amilum yang tunggal, letak hilusnya di susunan yang bergerombol. Namun,
tengah, bentuk hilusnya bercabang tiga dan karena uji ini menggunakan mikroskop
lamela tidak terlihat. Hasil tersebut sesuai cahaya dengan perbesaran 400x, maka
dengan pustaka yaitu letak hilus amilum gambar amilum yang pecah tidak terlihat
singkong yaitu berada di tengah yang jelas atau mungkin saling tumpang tindih.
dapat berupa titik, garis lurus atau Semakin tinggi suhu pemanasan dan
bercabang tiga dan lamela tidak jelas penambahan air maka akan semakin
(Wicaksono, 2008). Susunan amilum yang sempurna proses gelatinasi, ditandai
tunggal karena amilum singkong masih dengan semakin banyaknya granul-granul
berada dalam bentuk alaminya yang belum yang bergerombol (Kurniadi, 2010).
mengalami perlakuan tambahan seperti Susunan yang bergerombol ini
pada amilum singkong pregelatin. menghasilkan amilum dengan ukuran
Dari hasil uji mikroskopik, terlihat partikel berbentuk granul. Bentuk granul
bahwa amilum singkong pregelatin menghasilkan amilum dengan sifat alir dan
memiliki susunan yang bergerombol, letak kompaktibilitas yang memenuhi syarat.
hilusnya di tengah, bentuk hilusnya ada
yang berupa titik, garis lurus serta terdapat 3. Uji makroskopik
yang bercabang tiga. Susunan amilum Uji makroskopik dilakukan untuk
singkong pregelatin menjadi bergerombol mengetahui ukuran amilum. Uji ini
diakibatkan adanya pemanasan dan menggunakan bantuan ayakan bertingkat
penambahan air sehingga terjadi proses dengan mesh no. 20, 40, 60 dan 80. Hasil
gelatinisasi. Proses gelatinasi adalah
proses pembentukan gel akibat adanya pengujian makroskopik dapat dilihat pada
penambahan air dan pemanasan pada suhu tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Makroskopik Amilum Singkong dan Amilum Singkong Pregelatin

Replikasi Ukuran amilum (µm)


Amilum singkong pregelatin dengan rasio amilum:air dan suhu pemanasan
Amilum 1:0,5 1:0,5 1:0,5 1:0,75 1:0,75 1:0,75 1:1 1:1 1:1
singkong (50°C) (55°C) (60°C) (50°C) (55°C) (60°C) (50°C) (55°C) (60°C)

1 250- 250- 250- 250- 250- 250- 250- 250- 250-


≤180 850 850 850 850 850 850 850 850 850
2 ≤180 250- 250- 250- 250- 250- 250- 250- 250- 250-
850 850 850 850 850 850 850 850 850
3 ≤180 250- 250- 250- 250- 250- 250- 250- 250- 250-
850 850 850 850 850 850 850 850 850

Dari tabel 2, terlihat bahwa ukuran serbuk µm dan tergolong serbuk kasar (coarse
amilum singkong yaitu ≤180 µm dan powder). Penggolongan serbuk di atas
tergolong serbuk sangat halus (very fine berdasarkan pada penggolongan serbuk
powder). Hal ini sesuai pada Farmakope yang ditetapkan oleh Ansel (2005).
Indonesia IV (1995) yang menyatakan Semakin besarnya ukuran amilum
bahwa amilum alami berbentuk serbuk singkong pregelatin disebabkan karena
sangat halus. Sedangkan, ukuran amilum proses gelatinasi yang terjadi. Proses
singkong pregelatin yaitu 250 µm – 850 gelatinasi mengakibatkan granul-granul
amilum pecah dan berubah menjadi
56
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

susunan yang bergerombol (Kurniadi, <0,05). Uji kadar air ini dilakukan untuk
2010). Amilum singkong pregelatin yang menetapkan jumlah air yang menguap
sampai diperoleh bobot konstan, dimana
berbentuk granul ini lebih baik daripada merupakan salah satu syarat uji
amilum singkong yang masih berbentuk pendahuluan amilum.
serbuk. Bentuk granul lebih mudah 5. Uji pH
mengalir sehingga dapat dimanfaatkan Dilakukan pengukuran pH terhadap
sebagai eksipien tablet cetak langsung. amilum singkong maupun amilum
singkong pregelatin, hasil pengukuran pH
4. Uji kadar air dapat dilihat pada tabel 4.
Pengujian kadar air bertujuan untuk
menetapkan jumlah air yang menguap
pada kondisi tertentu (Depkes RI, 1995). Tabel 4. Hasil Uji pH Amilum Singkong
Pengujian kadar air dilakukan pada dan Amilum Singkong Pregelatin
amilum singkong dan amilum singkong
pregelatin. Hasil pengujian kadar air dapat Rasio pH
amilum:air Amilum Variasi suhu pemanasan
dilihat pada tabel 3. dalam singkong amilum singkong
pembuatan pregelatin
amilum °
50 C 55°C 60°C
singkong
pregelatin
Tabel 3. Hasil Uji Kadar Air Amilum 1:0,5 6,14 6,14 6,14
± ± ±
Singkong dan Amilum Singkong 0,02 0,01 0,04
Pregelatin 1:0,75 6,36 6,13 6,14 6,14
± ± ± ±
Rasio Kadar air (%) 0,07 0,01 0,04 0,01
amilum:air Amilum Variasi suhu pemanasan 1:1 6,14 6,13 6,14
dalam singkong amilum singkong pregelatin ± ± ±
pembuatan 50°C 55°C 60°C 6,14 0,01 0,01
amilum
singkong
pregelatin
1:0,5 11,50 11,17 9,40 Hasil pengukuran pH di atas menunjukkan
± ± ±
0,50 0,12 0,30
bahwa pH amilum singkong maupun
1:0,75 11,87 11,50 11,40 10,73 amilum singkong pregelatin sesuai dengan
± ± ± ± pustaka yaitu antara 4,5 sampai 7,0 (Rowe
0,15 0,30 0,30 0,64
1:1 11,80 11,45 11,40
dkk., 2009).Hal ini berarti, saat
± ± ± penyimpanan amilum akan stabil atau
0,10 0,51 0,10 dapat bertahan lama.Hasil uji ANOVA
Dari tabel 3, terlihat bahwa baik menunjukkan bahwa rasio amilum:air dan
amilum singkong maupun amilum variasi suhu pemanasan berpengaruh
singkong pregelatin telah memenuhi signifikan terhadap penurunan pH amilum
persyaratan yaitu kadar air amilum tidak pregelatin (P<0,05).
diperbolehkan lebih dari 15% (b/b)
(Depkes RI, 1995). Kadar air yang tinggi B. Uji Sifat Fisik Amilum
dapat memicu reaksi enzimatik maupun 1. Uji kelembaban
pertumbuhan mikroba sehingga dapat Tujuan pengujian kelembaban (Moisture
terjadi pembusukan atau degradasi Content) adalah untuk mengetahui
senyawa yang ada di dalam amilum kandungan lembab dalam amilum.
tersebut (Depkes RI, 1994). Berdasarkan Kandungan lembab yang diperbolehkan
hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa yaitu 1%-5%. Pengujian kelembaban
rasio amilum:air dan variasi suhu dilakukan terhadap amilum singkong dan
pemanasan berpengaruh signifikan amilum singkong pregelatin. Persentase
terhadap kadar air amilum pregelatin (P nilai kelembaban dari amilum singkong
57
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

maupun amilum singkong pregelatin mungkin diakibatkan oleh pecahnya ikatan


ditunjukkan seperti tabel 5. amilosa dari amilum (Wicaksono, 2008).
Konsistensi gel diakibatkan oleh
Tabel 5. Hasil Uji Kelembaban peningkatan jumlah amilopektin dari
Amilum Singkong dan Amilum Singkong amilum pregelatin. Semakin sempurna
Pregelatin proses pregelatin maka struktur amilum
akan semakin amorf atau renggang
(Soebagio dkk., 2009). Bentuk amorf ini
menyebabkan air lebih mudah lepas
sehingga kelembabannya akan semakin
rendah seiring dengan peningkatan suhu
dan jumlah air seperti terlihat pada tabel
5.Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa
rasio amilum:air dan variasi suhu
pemanasan berpengaruh signifikan
terhadap kelembaban amilum pregelatin (P
<0,05).

2. Uji distribusi ukuran partikel


Distribusi ukuran partikel mempengaruhi
Gambar mikroskopik amilum pregelatin kemampuan alir dari amilum. Distribusi
dengan variasi rasio amilum:air dan suhu ukuran yang luas mengakibatkan aliran
pemanasan dapat dilihat pada gambar1. yang tidak seragam ke dalam ruang
Terlihat bahwa seiring dengan kompresi sehingga dapat mempengaruhi
penambahan air dan peningkatan suhu
keseragaman bobot tablet (Fudholi, 1983).
pemanasan menghasilkan susunan amilum
yang semakin bergerombol. Susunan Hasil uji distribusi ukuran partikel amilum
bergerombol ini karena amilum singkong maupun amilum singkong
mengembang akibat adanya penambahan pregelatin ditunjukkan seperti gambar di
air dan pemanasan. Pemanasan bawah ini:
mengakibatkan pembentukan gel, yang

58
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

Dari gambar 2, dapat dilihat bahwa terayak pada ayakan mesh no. 80 yaitu
amilum singkong menunjukkan distribusi sebesar 99,88%. Hal ini sesuai pada
yang sempit karena lebih dari 50% mampu Farmakope Indonesia IV (1995) yang
59
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

menyatakan bahwa amilum singkong perlakuan tambahan berupa proses


berbentuk serbuk sangat halus yang pregelatinasi. Pregelatinasi adalah proses
mampu melewati ayakan mesh no. 80. pembentukan gel akibat adanya
Amilum singkong tergolong serbuk sangat penambahan air dan pemanasan yang
halus karena belum mengalami perubahan menyebabkan granula-granula
ukuran partikel, sehingga masih dalam mengembang dan membentuk suatu massa
bentuk serbuknya. Bentuk serbuk ini kental. Proses pregelatinasi menghasilkan
tergolong fines karena dapat menyebabkan amilum dengan ukuran yang lebih besar
capping bila dicetak menjadi tablet. yaitu berbentuk granul. Granul ini semakin
Jumlah fines yang diperbolehkan yaitu keras atau susah untuk diayak seiring
10%-20% (Jenkins, 1956). Berarti amilum dengan peningkatan suhu dan jumlah air.
singkong tidak dapat dijadikan tablet Akibatnya adalah jumlah fines yang
karena memiliki jumlah fines lebih dari dihasilkan dari proses pengayakan akan
20%. semakin berkurang. Jumlah fines yang
Dari gambar 3 ; 4 ; 5, terlihat bahwa berada dalam rentang 10%-20% ini masih
seiring dengan penambahan air dan suhu diperbolehkan sehingga amilum singkong
pemanasan menghasilkan distribusi pregelatin dapat digunakan sebagai
amilum yang semakin sempit. Distribusi eksipien tablet cetak langsung.
yang semakin sempit ini ditandai dengan
semakin bertambahnya persentase amilum 3. Uji sifat alir
yang tertambat pada mesh no. 40. Hal ini a. Uji waktu alir
sesuai dengan penggolongan serbuk Uji waktu alir merupakan salah satu uji
menurut Ansel (2005), bahwa amilum yang digunakan untuk menentukan sifat
singkong pregelatin tergolong serbuk kasar alir suatu bahan. Hasil uji waktu alir
yang mampu terayak pada mesh no. 20. amilum singkong dan amilum singkong
Amilum singkong pregelatin tergolong pregelatin ditunjukkan seperti tabel 6.
serbuk kasar karena sudah mengalami
Tabel 6. Hasil Uji Waktu Alir Amilum Singkong dan Amilum Singkong Pregelatin
Rasio amilum:air Hasil uji waktu alir (g/detik)
dalam pembuatan Amilum singkong Variasi suhu pemanasan amilum singkong pregelatin
amilum singkong 50°C 55°C 60 °C
pregelatin
1:0,5 8,70 9,62
12,66 ±
± ±
0,16
0,08 0,10
1:0,75 Tidak mampu 9,71
10,79 ± 13,05 ±
mengalir ±
0,18 0,26
0,09
1:1 10,53 ± 11,96± 13,70±
0,11 0,30 0,38

Dari tabel 6, terlihat bahwa amilum suhu 50°C memiliki sifat alir yang baik
singkong tidak mampu mengalir karena dengan rentang (4-10) gram/detik (Aulton,
amilum singkong memiliki ukuran partikel 1988). Amilum singkong pregelatin
yang kecil (≤ 180 µm) (Depkes RI, 1995). dengan rasio amilum:air sebesar 1:1 suhu
Ukuran partikel yang kecil ini 50°C, 1:0,75 suhu 55°C dan rasio 1:0,5 ;
menyebabkan tidak adanya rongga udara 1:0,75 ; 1:1 dengan suhu 60°C memiliki
antarpartikel, sehingga amilum tidak dapat sifat alir yang sangat baik karena mampu
mengalir (Voigt, 1995). Sedangkan, mengalir > 10 gram/detik (Aulton, 1988).
amilum singkong pregelatin dengan rasio Amilum singkong pregelatin dapat
amilum:air berturut-turut 1:0,5 ; 1:0,75 mengalir karena berbentuk granul dengan
dengan suhu 50°C dan rasio 1:0,5 dengan ukuran partikel 250 µm - 850 µm yang
60
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

menyebabkan adanya rongga udara dengan ukuran partikel 250 µm - 850 µm


antarpartikel, sehingga amilum dapat akan semakin banyak menyebabkan
mengalir (Ansel, 2005). peningkatan waktu alir. Setelah dilakukan
Seiring dengan peningkatan suhu uji ANOVA menunjukkan bahwa rasio
pemanasan dan jumlah air menyebabkan amilum:air dan variasi suhu pemanasan
peningkatan waktu alir amilum. Bila berpengaruh signifikan terhadap waktu alir
dilihat dari distribusi ukuran partikel amilum pregelatin (P<0,05).
amilum singkong pregelatin, peningkatan
suhu pemanasan dan jumlah air b. Uji sudut diam
menyebabkan distribusi yang semakin Uji sudut diam adalah salah satu uji
sempit. Distribusi yang semakin sempit (> yang digunakan untuk menentukan
50%) ini menunjukkan semakin besar kecepatan alir dari suatu bahan (Voigt,
persentase amilum yang tertambat pada 1995). Hasil uji sudut diam amilum
mesh no. 40 dan jumlah fines punsemakin singkong dan amilum singkong pregelatin
berkurang. Hal ini berarti, jumlah amilum ditunjukkan seperti tabel 7.
singkong pregelatin yang berbentuk granul

Tabel 7.Hasil Uji Sudut Diam Amilum Singkong dan Amilum Singkong Pregelatin

Rasio amilum:air Hasil uji sudut diam (°)


dalam pembuatan Amilum singkong Variasi suhu pemanasan amilum singkong pregelatin
amilum singkong 50°C 55°C 60°C
pregelatin
1:0,5 39,44 ± 0,10 35,45 ± 0,07 33,69 ± 0,20
Tidak terbentuk
1:0,75 30,60 ± 0,30 29,67 ± 0,07 26,54 ± 0,40
sudut diam
1:1 28,66 ± 0,27 26,56 ± 0,18 25,62 ± 0,34
amilum:air menyebabkan waktu alir yang
Dari tabel 7, terlihat bahwa amilum semakin cepat. Semakin cepat waktu
singkong tidak mampu membentuk sudut alirnya menyebabkan sudut diam yang
diam. Sedangkan, amilum singkong terbentuk semakin kecil (Candra, 2008).
pregelatin rasio 1:0,5 (50°C, 55°C, 60°C)
dan 1:0,75 (50°C) memiliki sudut diam 4. Uji kompaktibilitas
antara 30° – 40° berarti memiliki waktu Uji kompaktibilitas amilum dilakukan
alir yang cukup. Untuk amilum singkong dengan menghitung bobot jenis nyata dan
pregelatin rasio 1:0,75 (55°C, 60°C) dan bobot jenis mampat amilum. Nilai
1:1 (50°C, 55°C, 60°C) memiliki sudut kompaktibilitas dipengaruhi oleh distribusi
diam antara 25°–30°, berarti memiliki ukuran partikel. Hasil uji kompaktibilitas
waktu alir yang baik (Aulton, 1988). amilum singkong dan amilum singkong
Semakin datar kerucut yang dihasilkan, pregelatin ditunjukkan seperti tabel 8.
artinya sudut kemiringan semakin kecil,
semakin baik daya aliran serbuk tersebut
(Voigt, 1995). Setelah dilakukan uji
ANOVA, menunjukkan bahwa rasio
amilum:air dan variasi suhu pemanasan
berpengaruh signifikan terhadap sudut
diam amilum pregelatin (P<0,05).
Peningkatan suhu pemanasan dan
jumlah air menyebabkan penurunan derajat
sudut diam amilum karena dilihat dari sifat
alirnya yaitu semakin kecil rasio

61
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

Tabel 8. Hasil Uji Kompaktibilitas Amilum Singkong dan Amilum Singkong


Pregelatin

Rasio amilum:air Kompaktibilitas (%)


dalam pembuatan Amilum singkong Variasi suhu pemanasan amilum singkong pregelatin
amilum singkong °
50 C 55°C 60°C
pregelatin
1:0,5 24,76 ± 21,59 ± 12,95 ±
2,5 0,83 0,72
1:0,75 44,65 19,24 ± 11,78 ±
15,13 ± 1,23
± 1,24 0,86
1:1 0,86 8,54
17,56 ± 12,56 ±
±
0,90 0,05
1,30

Dari tabel 8, terlihat bahwa nilai kecil nilai kompaktibilitas maka sifat
kompaktibilitas amilum singkong paling alirnya akan semakin baik. Hasil uji
besar karena ukuran partikelnya yang kecil ANOVA menunjukkan bahwa rasio
sehingga akan memiliki kompaktibilitas amilum:air dan variasi suhu pemanasan
yang lebih besar. berpengaruh signifikan terhadap
Amilum singkong pregelatin rasio kompaktibilitas amilum pregelatin (P
1:0,5 (50°C) memiliki nilai kompaktibilitas <0,05).
24,76%, berarti memiliki sifat alir yang
kurang dan memiliki fines dengan jumlah C. Uji Sifat Tablet
yang paling besar yaitu 19,26% sehingga 1. Uji organoleptik
nilai kompaktibilitasnya besar. Amilum Uji organoleptik diamati dengan
singkong pregelatin rasio 1:0,75 (50°C) melihat bentuk dan permukaan, warna,
dan rasio 1:0,5 (55°C) memiliki nilai bau, diameter dan ketebalan tablet yang
kompaktibilitas antara 18%-23%, berarti dihasilkan. Peningkatan suhu pemanasan
memiliki sifat alir yang cukup dengan dan rasio amilum:air tidak memberikan
jumlah fines yaitu 17,95% dan 17,94%. perbedaan hasil uji organoleptik yaitu
Amilum singkong pregelatin rasio 1:1 tablet yang dihasilkan memiliki bentuk
(50°C, 55°C), 1;0,75 (55°C) dan 1:0,5 bulat pipih, permukaan rata dan tidak
(60°C) memiliki nilai kompaktibilitas capping dengan warna putih berdiameter
antara 12%-18%, berarti memiliki sifat alir 12 mm dan memiliki ketebalan tablet 3,2
yang baik dengan jumlah fines berturut- mm dan tidak berbau.
turut yaitu 16,46% ; 14,80% ;16,13% ;
12,18%. Amilum singkong pregelatin rasio 2. Uji keseragaman bobot tablet
1:1 (60°C), 1;0,75 (60°C) memiliki nilai Rata–rata keseragaman bobot tablet
kompaktibilitas antara 5%-12%, berarti dengan amilum singkong pregelatin
memiliki sifat alir yang sangat baik dengan ditunjukkan oleh tabel 9.
jumlah fines 12,71% dan 11,06%.
Peningkatan jumlah air dan suhu
pemanasan menyebabkan penurunan nilai
kompaktibilitas amilum. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah fines, dimana semakin
meningkatnya jumlah air dan suhu
pemanasan mengakibatkan jumlah fines
semakin menurun pula. Semakin besar
jumlah fines maka semakin besar nilai
kompaktibilitasnya (Siregar, 2008).
Apabila dilihat dari sifat alirnya, semakin
62
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

Tabel 9. Rata-Rata dan Penyimpangan Keseragaman Bobot Tablet

Hasil evaluasi keseragaman bobot tablet Tabel 10. Rata-Rata Kekerasan Tablet
ditunjukkan pada tabel 4.8 menunjukkan Rasio Kekerasan tablet (kg)
amilum:air Variasi suhu pemanasan amilum singkong
bahwa tablet yang dihasilkan memenuhi dalam pregelatin
ketentuan Farmakope Indonesia Edisi IV pembuatan
(Depkes RI, 1995), yang menyatakan tidak amilum
50°C 55°C 60°C
singkong
boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya pregelatin
menyimpang dari bobot rata lebih besar 1:0,5 4,35 ± 0,16 5,44 ± 0,17 6,37 ± 0,13
dari 5% dan tidak ada satu tablet pun yang 1:0,75 5,37 ± 0,16 6,44 ± 0,17 7,84 ± 0,12
1:1 6,84 ± 0,13 7,74 ± 0,17 8,83 ± 0,15
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata
lebih dari 10%. Tabel di atas menunjukkan, semua tablet
Hasil keseragaman bobot ditentukan amilum pregelatin memenuhi persyaratan
oleh sifat alir amilum. Sifat alir amilum kekerasan yang baik yaitu antara 4 kg - 8
singkong pregelatin yang berada dalam kg (Lachman dkk., 2008). Hasil uji
rentang baik sampai sangat baik ANOVA menunjukkan bahwa rasio
menyebabkan amilum dapat mengisi ruang amilum:air dan variasi suhu pemanasan
cetak secara konstan sehingga tablet yang berpengaruh signifikan terhadap kekerasan
dihasilkan dapat memenuhi keseragaman tablet amilum pregelatin (P>0,05).
bobot yang baik. Hasil uji ANOVA Peningkatan suhu pemanasan dan
menunjukkan bahwa rasio amilum:air dan jumlah air menghasilkan kekerasan tablet
variasi suhu pemanasan tidak berpengaruh yang semakin meningkat. Hal ini
signifikan terhadap keseragaman bobot menunjukkan, bahwa peningkatan jumlah
tablet amilum pregelatin (P >0,05). air dan suhu mengakibatkan amilum
singkong pregelatin yang terbentuk
3. Uji kekerasan tablet semakin sempurna sehingga daya ikat
Kekerasan tablet merupakan amilopektin akan semakin kuat. Semakin
parameter untuk menilai ketahanan tablet kuat daya ikat amilopektin maka kekerasan
terhadap goncangan pada saat pembuatan, tablet akan bertambah besar. Bila dilihat
pengepakan maupun pendistribusiannya dari nilai kompaktibilitasnya, dimana
kepada konsumen (Lachman dkk., 2008). peningkatan suhu pemanasan dan jumlah
Rata–rata kekerasan tablet dari amilum air mengakibatkan nilai kompaktibilitas
singkong pregelatin ditunjukkan oleh tabel semakin menurun.Semakin menurunnya
10. kompaktibilitas maka kekerasan tablet
akan semakin meningkat pula (Siregar,
2008).

63
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

4. Uji kerapuhan tablet menjadi partikel-partikel penyusunnya dan


melepaskan obatnya. Faktor-faktor yang
Kerapuhan tablet menunjukkan kekuatan mempengaruhi antara lain adalah jumlah
ikatan partikel-partikel pada bagian tepi bahan pengikat, jumlah bahan penghancur
atau permukaan tablet yang ditandai serta tekanan pada saat pengempaan
sebagai masa partikel yang terlepas dari (Sheth dkk., 1980). Rata–rata waktu
tablet. Harga kerapuhan yang tinggi dapat hancur tablet ditunjukkan oleh tabel 12.
terjadi karena ikatan partikel pada bagian
tepi tablet kurang kuat, sehingga adanya Tabel 12. Rata-Rata Waktu Hancur Tablet
gesekan pada bagian tersebut
Rasio Waktu hancur tablet (menit)
menyebabkan partikel lepas dengan mudah amilum:air Variasi suhu pemanasan amilum singkong
(Lachman dkk., 2008).Rata–rata dalam pregelatin
kerapuhan tablet ditunjukkan oleh tabel 11. pembuatan
amilum
50°C 55°C 60°C
singkong
Tabel 11. Rata-Rata Kerapuhan Tablet pregelatin
1:0,5 1,88 ± 0,09 3,25 ± 0,09 4,30 ± 0,06
Rasio Kerapuhan tablet (%) 1:0,75 2,17 ± 0,02 4,40 ± 0,05 5,78 ± 0,10
amilum:air Variasi suhu pemanasan amilum singkong 1:1 4,85 ± 0,02 5,69 ± 0,02 7,89 ± 0,10
dalam pregelatin
pembuatan
amilum Dari tabel 12, terlihat bahwa semua tablet
50°C 55°C 60°C amilum singkong pregelatin menghasilkan
singkong
pregelatin waktu hancur yang memenuhi persyaratan
1:0,5 0,89 ± 0,08 0,80 ± 0,05 0,61 ± 0,01
1:0,75 0,78 ± 0,05 0,67 ± 0,09 0,49 ± 0,05 yaitu kurang dari menit 15 menit (Depkes
1:1 0,72 ± 0,09 0,64 ± 0,04 0,32 ± 0,05 RI,1995). Hasil uji ANOVA menunjukkan
bahwa rasio amilum:air dan variasi suhu
Dari tabel 11, terlihat bahwa semua tablet pemanasan berpengaruh signifikan
memenuhi persyaratan kerapuhan yang terhadap waktu hancur tablet amilum
baik yaitu tidak lebih dari 1% (Lachman pregelatin (P >0,05).
dkk., 2008). Amilum pregelatin memiliki Peningkatan suhu pemanasan dan
kemampuan mengikat sehingga tablet jumlah air menghasilkan waktu hancur
menjadi tahan terhadap guncangan atau tablet yang semakin lama. Peningkatan
tidak rapuh (Ansel, 2005). Hasil uji tersebut diakibatkan karena peningkatan
ANOVA menunjukkan bahwa rasio suhu pemanasan dan jumlah air
amilum:air dan variasi suhu pemanasan mengakibatkan nilai kekerasan tablet
berpengaruh signifikan terhadap semakin meningkat. Semakin
kerapuhan tablet amilum pregelatin meningkatnya kemampuan amilum
(P>0,05). singkong pregelatin untuk mengikat
Peningkatan suhu pemanasan dan partikel-partikel amilum di dalam tablet
jumlah air menghasilkan kerapuhan tablet maka semakin lama proses disintegrasi dan
yang semakin menurun. Penurunan deagregasi menjadi lebih lama sehingga
tersebut diakibatkan oleh peningkatan suhu memperlambat waktu hancur tablet
pemanasan dan jumlah air mengakibatkan (Lachman dkk., 2008).
nilai kekerasan tablet semakin meningkat.
Semakin meningkatnya kekerasan tablet D. Penentuan Formula Terpilih
maka kerapuhan tablet pun akan semakin Penentuan formula terpilih pada penelitian
menurun pula. ini dilakukan dengan cara melihat hasil
pengujian tabletdari masing-masing
perlakuan. Formula terpilih memenuhi
5. Uji waktu hancur tablet kriteria uji sifat fisik tablet. Berikut adalah
Waktu hancur tablet merupakan waktu tabel hasil uji tablet dari masing-masing
yang diperlukan untuk hancurnya tablet rasioamilum:air dan suhu pemanasan:
64
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

Tabel 13. Hasil Pengujian Tablet Masing-Masing Rasio Amilum:Air dan Suhu Pemanasan

Tabel 13, menunjukkan hanya rasio Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan
amilum:air 1:1 (60°C) yang tidak memenuhi Farmasi .Edisi Keempat. Jakarta : UI-
kriteria parameter uji sifat fisik tablet. Apabila Press. Hal : 203-216.
dilihat dari segi kepraktisan dan ekonomis,
maka terpilihlah rasio 1:1 dengan suhu Aulton, M.E. 1988. Pharmac eutic The Science
pemanasan 50°C sebagai formula terpilih. Dari of Dosage Form Design. Hongkong :
segi kepraktisannya, amilum dengan rasio dan ELBS. Hal : 356-370.
suhu tersebut sangat mudah dikerjakan dan
memerlukan tenaga pengadukan yang rendah. Candra, D. 2008. Pengaruh Variasi
Selain itu, dari segi ekonomisnya amilum Konsentrasi Asam Tartrat terhadap Sifat
singkong pregelatin dengan rasio dan suhu Fisik dan Respon Rasa Tablet
tersebut dapat digunakan sebagai bahan Evervescent Ekstrak Tanaman Ceplukan
pengikat dan bahan penghancur sekaligus (Physalis angulata L.) (skripsi).
dalam formulasi tablet secara optimal dan Surakarta: Universitas
menggunakan suhu yang rendah dapat Muhahammadiyah Surakarta.
menghemat waktu dan biaya pembuatan tablet
Depkes RI. 1994. Keputusan Menteri
KE SIMPULAN Kesehatan Republik Indonesia Nomor
661-MENKES/SK/VII-1994 Tentang
1. Peningkatan jumlah air serta suhu Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta:
pemanasan menghasilkan amilum dengan DIrektorat Jendral Pengawasan Obat dan
sifat alir dan kompaktibilitas yang Makanan Departemen Kesehatan RI.
memenuhi persyaratan. Nilai
kompaktibilitas yang rendah menyebabkan Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia.Edisi
peningkatan sifat alir amilum. IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
2. Berdasarkan kriteria uji sifat fisik tablet Republik Indonesia. Hal : 107, 175, 741,
maka terpilihlah rasio 1:1 dengan suhu 771, 784, 1086.
pemanasan 50°C sebagai formula terpilih
untuk eksipien tablet kempa langsung. Firmansyah, Y. Deswita, dan E.S. Ben. 2007.
Ketersediaan Hayati Tablet
Parasetamol dengan Menggunakan Pati
Nangka (Arthocarpus heterophyllus
DAFTAR P USTAKA Lamk) sebagai Bahan Pembantu
(skripsi). Sumatra Barat:Universitas
Alebiowu, G. dan Itiola. 2001. Pharmac eutical Andalas.
Technology. Effects of Natural
andPregelatinized Sorghum,Plantain, Fudholi, A. 1983. Metodologi Formulasi
and Corn Starch Binderson the dalam Kompresi Direk. Jakarta :
Compressional Characteristics of Kongres XI ISFI. Hal : 98-105.
aParacetamol Tablet Formulation.
Nigeria : Faculty of Pharmacy.
65
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

Gunawan, D., S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat


Alam (Farmakognosi).Jilid 1. Jakarta : Siregar, C. J. P. 2008. Teknologi Farmasi
Penebar Swadaya. Hal : 38-40. Sediaan Tablet. Jakarta : Kedokteran
ECG. Hal : 145-182, 256-262.
Hastuti, M. 2008. Pengaruh Perbedaan Suhu
dalam Metode PembuatanAmilum Soebagio, B., Sriwododo, Adhika, A. S. 2009.
Singkong Pregelatinasi Terhadap Sifat Pengujian Sifat Fisikokimia Pati Biji
FisikTablet Chlorpheniramin Maleat Durian (Durio Zibethinus Murr) Alami
secara Kempa Langsung (skripsi). dan Modifikasi cecara Hidrolisis Asam
Surakarta: Universitas (skripsi). Bandung: Universitas
Muhahammadiyah Surakarta. Padjadjaran

Jenkins. 1957. Scoville’s The Art Of Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi
Compounding.9th Edition. London : The Farmasi. Yogyakarta : Gajah Mada
Blankiston Division MC Graw Hiill University Press. Hal : 116-189.
Book Company. Hal : 257.
Yusuf, H., A. Radjaram dan D. Setyawan.
Kurniadi, T. 2010. Kopolimerasi Grafiting 2008.Modifikasi Pati Singkong
Monomer Asam Aklirat pada Onggok Pregelatin sebagai Bahan Pembawa
Singkong dan Karakteristiknya (skripsi). Cetak Langsung (skripsi). Surabaya:
Bogor: Institut Pertanian Bogor. Universitas Airlangga.

Lachman, L., H. A. Lieberman dan J. L. Wicaksono, A. 2008. Suksinalisasi Pati


Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi (skripsi). Jakarta: Universitas Indonesia
Industri. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.
Hal : 101- 246.
Siregar, C. J. P. 2008. Teknologi Farmasi
Parrott, E. L. 1971. Pharmac eutical Sediaan Tablet. Jakarta : Kedokteran
Technology Fundamental ECG. Hal : 145-182, 256-262.
Pharmac eutics. 3rd Edition. Mineapolis :
Burgess Publishing Company. Hal : 67- Soebagio, B., Sriwododo, Adhika, A. S. 2009.
77. Pengujian Sifat Fisikokimia Pati Biji
Durian (Durio Zibethinus Murr) Alami
Rowe, R.C., Paul, J. S., Marian, E. Q. 2009. dan Modifikasi cecara Hidrolisis Asam
Handbook of (skripsi). Bandung: Universitas
Pharmac euticalExcipients.Sixth Edition. Padjadjaran
USA : Pharmaceutical Press.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi
Samsuri, B. 2008. Penggunaan P ragelatini sasi Farmasi. Yogyakarta : Gajah Mada
Literatur (skripsi). Jakarta: Universitas University Press. Hal : 116-189.
Indonesia.
Yusuf, H., A. Radjaram dan D. Setyawan.
Saputra, A. dan D. K. Ningrum. 2009. 2008.Modifikasi Pati Singkong
Pengeringan Kunyit Menggunakan Pregelatin sebagai Bahan Pembawa
Microwave dan Oven (skripsi). Cetak Langsung (skripsi). Surabaya:
Semarang : Universitas Diponegoro. Universitas Airlangga.

Sheth, B. B., Bandelin F. J., Shangraw R. F. Wicaksono, A. 2008. Suksinalisasi Pati


1980. Pharmac eutical Dosage Forms, (skripsi). Jakarta: Universitas Indonesi
Tablets. Volume I. New York: Marcel
Dekker Inc. Hal: 67.

66
Pengaruh Rasio Amilum: Air dan Suhu Pemanasan (Lenny K.S., Jemmy A.P., Sri A.)

67
PENGARUH RASIO
AMILUM:AIR DAN SUHU
PEMANASAN TERHADAP
SIFAT FISIK AMILUM
SINGKONG PREGELATIN
YANG DITUJUKAN SEBAGAI
EKSIPIEN TABLET
by I G N Jemmy Anton Prasetia

FILE 5191-8199-1-SM.PDF (1.01M)


T IME SUBMIT T ED 20-APR-2016 01:37PM WORD COUNT 6672
SUBMISSION ID 662357870 CHARACT ER COUNT 38366
PENGARUH RASIO AMILUM:AIR DAN SUHU PEMANASAN
TERHADAP SIFAT FISIK AMILUM SINGKONG PREGELATIN
YANG DITUJUKAN SEBAGAI EKSIPIEN TABLET
ORIGINALITY REPORT

13 %
SIMILARIT Y INDEX
12%
INT ERNET SOURCES
1%
PUBLICAT IONS
3%
ST UDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
www.hargacrusher.com
Int ernet Source 3%
2
www.farmasi.unud.ac.id
Int ernet Source 2%
3
Submitted to Universitas Muhammadiyah
Surakarta
1%
St udent Paper

4
digilib.ump.ac.id
Int ernet Source 1%
5
Submitted to iGroup
St udent Paper 1%
6
www.transformator-ru.ru
Int ernet Source 1%
7
mayani14.wordpress.com
Int ernet Source <1%
8
perpusnwu.web.id
Int ernet Source <1%
9
maruaryriskaterz-pharmacy.blogspot.com
Int ernet Source

<1%
10
jstf.ffarmasi.unand.ac.id
Int ernet Source <1%
11
mro.massey.ac.nz
Int ernet Source <1%
12
etd.eprints.ums.ac.id
Int ernet Source <1%
13
blogkesehatan.net
Int ernet Source <1%
14
laporanakhirpraktikum.blogspot.com
Int ernet Source <1%
15
repository.unand.ac.id
Int ernet Source <1%
16
etheses.uin-malang.ac.id
Int ernet Source <1%
17
pangan.unisri.ac.id
Int ernet Source <1%
18
sunarti-syam.blogspot.com
Int ernet Source <1%
19
www.fkunissula.ac.id
Int ernet Source <1%
20
Bouffard, Jonathan, Meagan Kaster, and
Hubert Dumont. "Influence of Process
<1%
Variable and Physicochemical Properties on
the Granulation Mechanism of Mannitol in a
Fluid Bed Top Spray Granulator", Drug
Development and Industrial Pharmacy, 2005.
Publicat ion

21
id.scribd.com
Int ernet Source <1%
22
jurnal-online.um.ac.id
Int ernet Source <1%
23
www.oilfield.de
Int ernet Source <1%
24
es.slideshare.net
Int ernet Source <1%
25
www.docstoc.com
Int ernet Source <1%
26
www.apollonia.de
Int ernet Source <1%

EXCLUDE QUOT ES ON EXCLUDE MAT CHES OFF


EXCLUDE ON
BIBLIOGRAPHY

Anda mungkin juga menyukai