com
DOI 10.15294/ijeces.v3i1.9476
Jurusan Pendidikan Guru Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang, Indonesia
Bagaimana mengutip
Fitriyani, H., & Tasu'ah, N. (2014). Penggunaan Puzzle Tiga Dimensi Sebagai Media
untuk Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Usia 5-6 Tahun.Jurnal Studi
Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia, 3(1), 47-53. doi:10.15294/ijeces. v3i1.9476
pengetahuan anak tentang warna dan bentuk Masih terdapat kekurangan pada kecerdasan
dalam dua dimensi. Sedangkan teka-teki tiga visual-spasial anak, anak belum banyak mengenal
dimensi dapat meningkatkan kemampuan warna dan belum mengenal bentuk geometris juga.
mengenal warna, bentuk, posisi dan konsep spasial Selain itu, pengetahuan tentang konsep spasial
secara lebih detail menyerupai benda nyata. Anak anak masih kurang, misalnya pengetahuan tentang
yang memiliki kecerdasan visual-spasial akan ukuran, arah dan posisi. Konsep keruangan dapat
mampu memecahkan masalah ruang (spasial). Anak ditingkatkan dengan menggunakan media
mampu mengamati dunia spasial secara akurat, permainan edukatif. Untuk mengasah kecerdasan
bahkan membayangkan bentuk dan geometri tiga anak, guru harus lebih kreatif dalam memanfaatkan
dimensi, serta kemampuan memvisualisasikan alat dan permainan edukatif serta mendorong anak
grafik atau gagasan ruang (spasial). Anak-anak peka untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru
terhadap tanda-tanda alam dan dipelajari dengan tidak hanya terpaku pada media yang tersedia di
seksama. Kemudian mereka akan dengan mudah sekolah. Masih banyak media yang jarang
dan cepat memahami konsep visual-spasial dan digunakan dalam pembelajaran yang dapat
terlihat antusias saat melakukan aktivitas yang dimanfaatkan sebagai puzzle tiga dimensi.
berhubungan dengan kemampuan visual-spasial
seperti puzzle, lego, balok, menggambar dan Kecerdasan visual-spasial itu sendiri adalah
mewarnai, serta membuat peta. kemampuan mempersepsikan pola, ruang, warna, garis dan
Anak usia 5-6 tahun termasuk dalam tahap pra- bentuk serta mewujudkan ide visual dan spasial secara grafis
skema perkembangan kecerdasan visual-spasial. (Armstrong, 1994; Gardner, 1993; Lazear, 1991). Kecerdasan ini
Tahap ini ditandai dengan kemampuan untuk digunakan oleh anak untuk berpikir dalam bentuk visualisasi
membuat bentuk yang dapat dikenali, tetapi bentuk dan gambar untuk memecahkan masalah atau menemukan
tidak detail dan tidak memiliki tema. Anak-anak jawaban. Menurut Armstrong (2002), visual-spasial adalah
mampu menyusun teka-teki sederhana, mampu kemampuan untuk memvisualisasikan suatu gambaran dalam
menciptakan bentuk yang dapat dikenali sebagai pikiran seseorang. Sedangkan Suyadi (2009) berpendapat
hasilnya, dan mulai mengatur tubuh dengan baik saat bahwa kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan melihat
bergerak di dalam ruangan dan di sekitar orang lain. suatu objek dengan sangat detail. Kemudian anak mampu
Fakta menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada merekam apa yang terlihat di otaknya dalam jangka waktu
umumnya lebih menekankan pada bentuk-bentuk kecerdasan yang sangat lama. Apalagi jika suatu saat anak ingin
matematis logis dan linguistik sedangkan kurang menjelaskan apa yang dilihat orang lain, ia mampu
memperhatikan bentuk-bentuk kecerdasan lain yang mungkin menggambarkannya di secarik kertas dengan sempurna.
dimiliki peserta didik seperti kinestetik, visual-spasial,
interpersonal, intrapersonal, dan intrapersonal. Menurut Priyatna (2013) visual-spasial
48
Huda Fitriyani & Neneng Tasu'ah / Jurnal Studi Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia 3 (1) (2014) 47-53
Kecerdasan adalah kemampuan untuk membentuk model setiap pertandingan. Puzzle dapat melatih kecerdasan
mental dari dunia spasial dan beroperasi menggunakan visual-spasial, kreativitas, keteraturan dan konsentrasi
model, membuat citra mental dan kemudian mengubah anak.
citra tersebut untuk menciptakan pengalaman visual tanpa Seorang anak yang cerdas dalam visual spasial
memerlukan bantuan rangsangan fisik yang relevan, dan memiliki kepekaan terhadap warna, garis, bentuk,
mampu menghasilkan persamaan grafis dari suatu ruang, dan bangunan. Anak memiliki kemampuan
informasi spasial yang diterima anak. Kemudian Musfiroh untuk membayangkan sesuatu, melahirkan ide visual
(2004) berpendapat bahwa kecerdasan visual-spasial dan spasial (dalam bentuk gambar atau bentuk yang
berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah, tidak terlihat oleh mata) (Armstrong, 1996). Anak yang
ruang secara akurat. memiliki kecerdasan visual-spasial seperti mencoret-
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat coret, menggambar, mewarnai, dan menyusun elemen
disimpulkan bahwa kecerdasan visual-spasial adalah seperti puzzle dan building block. Kecerdasan visual-
kemampuan anak dalam mempersepsikan pola, ruang, warna, spasial memiliki manfaat yang luar biasa dalam
garis, bentuk, serta membangun dan memvisualisasikan suatu kehidupan manusia. Bagi anak-anak, kecerdasan
ide dalam pikirannya secara detail. visual-spasial yang tinggi merupakan tanda kreativitas
Pada dasarnya, anak dalam masa pertumbuhan yang mengesankan. Anak-anak memiliki kemampuan
harus selalu diberikan sesuatu yang dapat merangsang untuk membuat bentuk, seperti bentuk pesawat
pertumbuhan otak dan berubah menjadi jenius. Menurut terbang, rumah, mobil, menunjukkan bahwa ada unsur
Alquran Jakarta (dalam Anonim, 2012) Puzzle 3D transformasi bentuk yang rumit.
merupakan salah satu sarana yang paling tepat yang Menurut Musfiroh (2005:62) guru dapat
dapat membina perkembangan otak anak. Awalnya, teka- merangsang kecerdasan visual-spasial melalui
teki 3D adalah nama merek dari teka-teki jigsaw tiga berbagai program seperti melukis, membentuk
dimensi produksi Hasbro, yang sebelumnya diproduksi sesuatu dengan plastisin, mengecap, dan
oleh teka-teki 3D Wrebbit Inc., tidak seperti teka-teki menyusun potongan gambar. Guru perlu
tradisional yang terdiri dari serangkaian potongan datar menyiapkan berbagai fasilitas untuk
yang ketika disatukan, membuat satu gambar terpadu. memungkinkan anak mengembangkan
Namun, Teka-teki 3D adalah serangkaian teka-teki yang imajinasinya, seperti alat-alat konstruktif (puzzle
terdiri dari busa plastik, dengan bagian gambar yang dan lego), termasuk puzzle tiga dimensi.
diterapkan pada kertas kaku yang direkatkan ke potongan Kecerdasan visual-spasial pada anak akan
busa di bawahnya, dan dipotong agar sesuai dengan meningkat ketika anak senang bermain puzzle tiga
dimensi bagian tersebut. Ketika potongan-potongan itu dimensi. Dengan membayangkan beberapa bentuk
disatukan, mereka membuat struktur. potongan puzzle dan membentuknya menjadi objek
Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) yang berbeda, anak akan dilatih untuk lebih kreatif.
kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti puzzle Berdasarkan penjelasan di atas dapat
atau disassembly, puzzle adalah media sederhana yang disimpulkan bahwa puzzle dapat dimainkan oleh
dimainkan dengan cara dibongkar, sedangkan puzzle 3D balita hingga remaja, namun tingkat kesulitannya
memiliki panjang, lebar, dan tinggi. Berdasarkan harus disesuaikan dengan usia anak yang bermain.
pengertian teka-teki sebagai media, dapat disimpulkan Selain itu, stimulus dengan menggunakan media
bahwa permainan puzzle tiga dimensi merupakan sarana puzzle tiga dimensi dapat meningkatkan
pendidikan yang dapat merangsang kemampuan anak, kecerdasan visual-spasial anak meliputi, kepekaan
yang dimainkan dengan cara membongkar potongan- terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan
potongan teka-teki yang memiliki ukuran panjang, lebar, bangunan. Selain dapat meningkatkan kecerdasan
dan tinggi berdasarkan ukurannya. cocok. visual-spasial, teka-teki tiga dimensi juga dapat
meningkatkan kreativitas dan imajinasi anak,
Pramono (2012:48) menyatakan bahwa permainan terutama pada anak usia 5-6 tahun.
puzzle dapat dimainkan oleh balita hingga remaja, namun Berdasarkan permasalahan di atas, maka
tentunya tingkat kesulitannya harus disesuaikan dengan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
usia anak yang bermain. Teka-teki merupakan media mengetahui peningkatan kecerdasan visual-
sederhana yang dilakukan dengan cara memasangkan spasial anak usia 5-6 tahun setelah diberikan
korek api. Sedangkan puzzle 3D memiliki panjang, lebar, perlakuan menggunakan puzzle tiga dimensi di
dan tinggi. Berdasarkan pengertian teka-teki dapat TK PGRI 25 Karangrejo Semarang. Peneliti akan
disimpulkan bahwa permainan puzzle tiga dimensi fokus pada penelitian ”Penggunaan Puzzle Tiga
merupakan sarana edukasi yang dapat merangsang Dimensi Sebagai Media untuk Meningkatkan
kemampuan anak, yang dimainkan dengan cara Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia 5-6 Tahun
membongkar potongan-potongan puzzle yang memiliki (Studi Deskriptif S Kuantitatif di TK PGRI 25,
ukuran panjang, lebar, dan tinggi berdasarkan Karangrejo, Semarang)”.
49
Huda Fitriyani & Neneng Tasu'ah / Jurnal Studi Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia 3 (1) (2014) 47-53
50
Huda Fitriyani & Neneng Tasu'ah / Jurnal Studi Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia 3 (1) (2014) 47-53
51
Huda Fitriyani & Neneng Tasu'ah / Jurnal Studi Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia 3 (1) (2014) 47-53
tempat pada usia 4 sampai 7 tahun. Pada tahap ini, berusia 5-6 tahun. Persentase peningkatan kecerdasan
anak sudah mampu menyusun teka-teki sederhana visual-spasial adalah 8%. Hal ini dikarenakan faktor
dan mampu membuat bentuk dengan hasil yang dapat pengobatan yang dilakukan peneliti selama dua
dikenali. minggu bila waktu pengobatan diberikan sebulan atau
Perawatan dilakukan secara bertahap. Pertama, lebih maka persentasenya akan meningkat lebih tinggi
anak dikenalkan terlebih dahulu dengan teka-teki tiga lagi. Faktor media pendukung juga kurang memadai
dimensi. Misalnya, kursi, meja, tempat tidur, dan seperti tidak adanya media lego dan lain sebagainya
rumah berbentuk puzzle dengan atap biru, dinding yang dapat mendukung kecerdasan visual-spasial.
hijau, dan pintu oranye. Anak-anak diajari cara Kemudian faktor keluarga, peneliti kurang
membongkar potongan-potongan dan menyusun berkoordinasi dengan orang tua, sebaiknya selain
puzzle satu per satu. Kegiatan ini membutuhkan mendapatkan pengobatan di sekolah, orang tua di
konsentrasi. Di sini anak-anak diharuskan rumah juga terus memberikan stimulus untuk
menggunakan memori ketika mereka membongkar meningkatkan kecerdasan visualspasial anak.
kepingan-kepingan itu dan kemudian meletakkannya Dari penjelasan di atas, penggunaan puzzle
kembali untuk mengasah otak anak. Hal ini sejalan dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial
dengan pendapat Kusmayadi di halaman 97 bahwa anak, termasuk puzzle tiga dimensi yang dapat
bermain puzzle dapat mengasah otak anak. meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak. Teka-
Perlakuan diberikan terus menerus selama teki tiga dimensi menyerupai benda aslinya yang
dua minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memiliki panjang, lebar, dan tinggi sehingga anak
perlakuan menggunakan puzzle tiga dimensi dapat lebih cepat memahami konsep ruang.
sebagai media dalam proses pembelajaran dapat Kemudian kecerdasan visualspasial dapat
meningkatkan kecerdasan visual-spasial. Hal ini ditingkatkan dengan diberikan stimulus yang tepat
dikarenakan bermain puzzle tiga dimensi akan kepada anak sesuai dengan kebutuhan pada saat
menambah pengetahuan anak tentang konsep pembelajaran dengan menggunakan permainan
spasial seperti mengenalkan bentuk geometris, edukatif seperti puzzle dua dimensi, puzzle tiga
ukuran, pola, serta arah dan posisi. dimensi, balok, lego,
Anak-anak mampu mengenali dan labirin. bentuk
geometris ketika ditanya tentang bentuk geometris dan
KESIMPULAN
geometri seperti segitiga, persegi panjang, lingkaran, dalam hal
bentuk yang lebih kompleks, tabung dan bola. Juga mengenal
warna, yaitu ketika anak disuruh menyebutkan warna atapBerdasarkan
biru hasil pembahasan dapat
dan dinding hijau, mereka bisa menyebut warna dengandisimpulkan
cepat, bahwa penggunaan media puzzle
serta pencampuran warna, tiga dimensi menimbulkan kecerdasan visual-
spasial anak usia 5-6 tahun. Kecerdasan visual-
misalnya pintu berwarna oranye. Oranye adalah spasial anak meningkat setelah diberikan
perpaduan antara merah dengan kuning. Anak treatment menggunakan puzzle tiga dimensi.
sudah mengetahui konsep bahwa mereka dapat Hal ini terlihat dari hasil perhitungan kecerdasan
membedakan ukuran kaki kursi lebih pendek dari visual-spasial yang meningkat sebesar 8%.
panjang kaki meja, serta mampu membedakan Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan
ukuran potongan puzzle seperti besar dan kecil. media puzzle tiga dimensi dalam penelitian ini
Kemudian anak juga memahami konsep efektif dalam meningkatkan kecerdasan visual-
pola, yaitu ketika memasang atap rumah yang spasial anak usia 5-6 tahun di taman kanak-
memiliki pola papan catur warna jingga dan kanak.
putih, anak dapat menyebutkan pola warnanya.
Mengenal posisinya, anak mengerti bahwa atap REFERENSI
ada di atas, pintu di depan, dan jendela di
samping. Kemudian mengenal arahnya, yaitu Amstrong, T. (1996).Multiple Intelligences di Kelas-
saat menata meja makan berbentuk puzzle, anak kamar. Virginia: Asosiasi Pengembangan
52
Huda Fitriyani & Neneng Tasu'ah / Jurnal Studi Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia 3 (1) (2014) 47-53
53