Anda di halaman 1dari 14

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Dsayasayaggsayasaya
ttsebuahsebuahakul ReeppHaiHaisssayasayattHaiHairrkamuy UnnsayasayavveerrsssayasayattsebuahsebuahssJJee

Jurnal Teknologi
Pendidikan Online Turki

NC

TOJET
01.12.2017
Dsayasayaggsayasayattsebuahsebuahakul ReeppHaiHaisssayasayattHaiHairrkamuy Unnsayasayavveerrsssayasayattsebua

Asisten Editor
Asosiasi Prof Dr Eric Zhi - Feng Liu

ISSN: 2146 - 7242

Diindeks oleh
Pusat Informasi Sumber Daya Pendidikan –ERIC
SCOPUS - ELSEVIER
DsayaHAI
Tsayag
Jsaya g aku
Esayat
aku
:sebuah
Th ss
Re pHai
e TkamukeadalahhHAI
Ttsebuah nli nesaya
p Hai Jsayat
kamuHai tHai
kamuucHai
rnrsebuahr
Hai
aku
nkamu nAl
sebuahn eer r tss J
vv
f EdT
tiosayasaya
e hscnsHaiakuHai
kamu saya
sayat
- TidakvJemee
gsebuah
kamusebuah bbeer
r 20
menjadim1 7, Spermasalah sosial untuk
INTE 2017

SEBUAH ,
e ,
w

C
Prof. Dr. Aytekin MAN
TOJET, Pemimpin Redaksi
Sakarya-Turki

hak cipta©Jurnal Teknologi Pendidikan Online Turki


DsayaHAI
Tsayag
Jsaya g aku
Esayat
aku
:sebuah
Th ss
Re pHai
e TkamukeadalahhHAI
Ttsebuah nli nesaya
p Hai Jsayat
kamuHai tHai
kamuucHai
rnrsebuahr
Hai
aku
nkamu nAl
sebuahn eer r tss J
vv
f EdT
tiosayasaya
e hscnsHaiakuHai
kamu saya
sayat
- TidakvJemee
gsebuah
kamusebuah bbeer
r 20
menjadim1 7, Spermasalah sosial untuk
INTE 2017

Dewan Redaksi

Editor
Prof. Dr. Aytekin man - Universitas Sakarya, Turki
Prof. Dr. Jerry Willis - ST John Fisher University di Rochester, AS
Prof. Dr. J. Ana Donaldson - Presiden AECT

Editor Asosiasi
Asisten.Prof.Dr. Fahme Dabaj - Universitas Mediterania Timur, TRNC

SEBUAH

SEBUAH

E
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
Prof.Dr. Hafize Keser - Universitas Ankara, Turki Prof.Dr. Halil
brahim Yaln - Universitas Gazi, Turki Prof.Dr. Heli Ruokamo -
Universitas Lapland, Finlandia Prof.Dr. Henry HH Chen -
Universitas Pingtung Nasional, Taiwan Prof.Dr. Inggris Giovanni
Adorni - Universitas Genova, Italia Prof.Dr. J. Ana Donaldson -
Presiden AECT
Prof.Dr. J. Michael Spector - Universitas Texas Utara, AS Prof.Dr. Jerry
Willis - ST John Fisher University di Rochester, AS Prof.Dr. Jie-Chi Yang
- Universitas Pusat Nasional, Taiwan Prof.Dr. Kinshuk - Universitas
Athabasca, Kanada
Prof.Dr. Kiyoshi Nakabayashi - Institut Teknologi Chiba, Jepang

hak cipta©Jurnal Teknologi Pendidikan Online Turki


Dsayasayaggsayasayattsebuahsebuahakul ReeppHaiHaisssayasayattHaiHairrkamuy Unnsayasayavveerrsssayasayattsebuah

Ahmet AHİN, Nazmi BAYKÖSE, Selma CİVAR YAVUZ

Peran Self-Talk dan Tingkat Self-Efficacy Atlet Kuliah di FIP dalam Memprediksi 591
Ketangguhan Mental
Nazmi BAYKÖSE, Selma CİVAR YAVUZ, mer ZER, Ahmet AHİN

Peran Iklan Sosial dalam Kontinuitas dengan Sistem Nilai Remaja Remaja Dr. 596
Marcela GTTLICHOVÁ

Peran Pembelajaran Musikal dalam Pengembangan Kemampuan Sosial dan Kognitif. Sebuah Ulasan 604
Giusi Antonia TOTO

Keterampilan Menulis Akademik


Sri Hermawati Dwi ARINI

Untuk Pertanyaan tentang Organisasi Lingkungan Pembelajaran untuk Pengembang Perangkat Lunak On-Board 700
Cross-Platform untuk Kendaraan Udara Tak Berawak
Igor KOVALEV, Vasiliy LOSEV, Mikhail SARAMUD, Petr KUZNETSOV, Mariam PETROSYAN

Jurusan Pariwisata dan Hubungan Antara Memilih Pariwisata Sebagai Jurusan, Kepuasan 706
dan Komitmen Utama, dan Keputusan Karir Self-Efficacy
KyuMee KIM, NamJo KIM
Dsayasayaggsayasayattsebuahsebuahakul ReeppHaiHaisssayasayattHaiHairrkamuy Unnsayasayavveerrsssayasayattsebua

Proses Berpikir Kecerdasan Visual-Spasial Siswa Berusia 15 Tahun dalam Menyelesaikan


Masalah Standar Pisa

Dian KURNIATI
Program Studi Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Jember, Indonesia
dian.kurniati@unej.ac.id

sunardi
S
F
kamu
s

D
S
F
kamu
d

T
S
F
kamu
t

M
S
F
kamu
sebuah

SEBUAH

V aku
saya n
d g
P e
r
saya h
c r
sebuah

d
s
t f
b
c s
p
t

Kata kunci:Proses berpikir, kecerdasan visual-spasial, masalah standar PISA

PENGANTAR
Progamme for International Students Assessment (PISA) merupakan kajian penilaian tingkat internasional terhadap siswa berusia 15
tahun terkait dengan pengetahuan dan keterampilan siswa yang dibagi menjadi 3 penilaian utama yaitu IPA, membaca dan matematika
(OECD, 2014). Studi PISA bertujuan untuk memberikan evaluasi terhadap sistem pendidikan di suatu negara di seluruh dunia dengan
menguji kemampuan dan keterampilan siswa dalam sains, membaca, dan matematika. Berdasarkan hasil PISA tahun 2015, diketahui
bahwa siswa Indonesia menduduki peringkat 63 dari 70 negara dalam hal keterampilan dan kemampuan matematika dengan persentase
siswa perempuan lebih dominan dibandingkan siswa laki-laki (OECD, 2016).

686
Dsayasayaggsayasayattsebuahsebuahakul ReeppHaiHaisssayasayattHaiHairrkamuy Unnsayasayavveerrsssayasayattsebua

Selanjutnya, kemampuan siswa di Indonesia dalam menyelesaikan masalah kognitif standar PISA masih rendah sehingga tidak
mampu berefleksi dengan memberikan solusi lain (Kurniati & Annizar, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dan
keterampilan literasi matematika siswa di Indonesia masih sangat rendah. Padahal kemampuan literasi matematika sangat
penting bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya ketika memecahkan masalah sehari-hari yaitu kemampuan
merancang, merencanakan, mendiagnosis, mengevaluasi, merangkum, menggeneralisasi, dan memberi saran (Goksu & Gulcu,
2016).

Kecerdasan adalah bakat alami yang diberikan Tuhan kepada manusia. Setiap individu memiliki keunikan dan tingkat kecerdasan
yang berbeda-beda. Kecerdasan setiap anak diklasifikasikan ke dalam 8 jenis kategori kecerdasan yang dikenal dengan Multiple
Intelligence Theory (Smith, 2002, 2008). Kedelapan kecerdasan tersebut antara lain 1) Kecerdasan Verbal/Linguistik, (2)
Kecerdasan Logis-Matematika, (3) Kecerdasan Visual Spasial, (4) Kecerdasan Kinestetik Jasmani, (5) Kecerdasan M

T SEBUAH

c aku
c

V d
m aku
saya
sebuah

sebuah '
v e
s aku
sebuah kamu
Hai p
e n
f s
t

T SEBUAH

s d
t d
R m
kamu aku
saya aku
saya Hai
r

V d
p e
saya d
t s
sebuah

sebuah )
S e
c aku
c t
saya s
sebuah e
c e
strategi pemecahan masalah yang berbeda. Dari definisi tersebut dapat dirumuskan indikator-indikatornya sebagai berikut: 1)
Siswa mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan; 2) Siswa mampu memiliki strategi divergen dalam menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan masalah materi geometri berstandar PISA; 3) Siswa mampu menuliskan langkah-langkah
pengerjaan dengan benar 4) Siswa mampu menuliskan jawaban akhir dengan benar. Ciri-ciri pencarian pola adalah kemampuan
pribadi untuk menemukan berbagai pola yang berkaitan dengan masalah geometri. Dari definisi tersebut dapat dirumuskan
indikatornya sebagai berikut 1) Siswa mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan; 2) Siswa mampu memiliki strategi
divergen dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan masalah standar PISA materi geometri; 3) Siswa mampu
menuliskan langkah-langkah dengan benar; 4) Siswa mampu menuliskan jawaban akhir dengan benar. Indikator tersebut
digunakan untuk menganalisis jawaban tes siswa dan memetakan tingkat kecerdasan visualspasial siswa. Ke-12 kategori
pemerataan kecerdasan visual-spasial dijelaskan pada Tabel 1.

687
Dsayasayaggsayasayattsebuahsebuahakul ReeppHaiHaisssayasayattHaiHairrkamuy Unnsayasayavveerrsssayasayattsebua

Tabel 1. Leveling Kecerdasan Visual-Spasial untuk Setiap Karakteristik


Keterangan Tingkat

Siswa mampu menyebutkan semua langkah dengan benar serta jawaban 1


akhir yang benar.
Siswa mampu menyebutkan semua langkah dengan benar tetapi 2
jawaban akhir salah.
Siswa dapat menyebutkan semua langkah dengan benar tetapi tidak ada yang final 3

L h
c w
c SEBUAH

M
T e
t f
r s
b

T t
w n
sebuah

SEBUAH s
w n
t kamu
p
sebuah d
t .
Selanjutnya untuk meningkatkan validitas data peneliti melakukan triangulasi data hasil tes dengan data hasil
wawancara. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi metode. Data hasil triangulasi dianalisis dengan
melihat ketercapaian indikator dari masing-masing karakteristik kecerdasan visual-spasial.

HASIL DAN DISKUSI


Berdasarkan hasil analisis data uji diperoleh data ketercapaian indikator peserta penelitian dari masing-masing
karakteristik kecerdasan visual-spasial sebagai berikut.

688
Dsayasayaggsayasayattsebuahsebuahakul ReeppHaiHaisssayasayattHaiHairrkamuy Unnsayasayavveerrsssayasayattsebua

Tabel 2. Indikator Pencapaian dari Setiap Karakteristik Kecerdasan Visual-Spasial


Indikator dari Indikator Kecerdasan Visual-Spasial
Pencapaian Membayangkan Mengkonseptualisasikan Pemecahan Masalah Pencarian Pola
1 23 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Puas 49 61 8 20 56 51 44 45 58 5 29 27 59 65 54 66
Tidak puas 18 6 59 47 11 16 23 22 9 62 38 40 8 2 13 1
Berdasarkan Tabel 2 di atas, peserta penelitian dapat dikategorikan ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah seperti pada Tabel 3
dan Tabel 4 di bawah ini.

Rendah S34, S36, S40, S11, S44, S48 S08, S40


S42, S44

Setelah menganalisis hasil data tes, selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada siswa yang dipilih secara acak
dengan memperhatikan tingkat kejenuhan data. Jumlah siswa yang mengikuti wawancara sebanyak 11 orang dengan
rincian 6 siswa laki-laki 5 siswa perempuan. Berdasarkan analisis data wawancara, diketahui bahwa ada perubahan level
pada partisipan penelitian setelah diwawancarai. Sebagai contoh, peserta penelitian S05, setelah melakukan tes
karakteristik imajinasi, konseptualisasi, dan pemecahan masalah, ia hanya berada pada level sedang, sedangkan untuk
karakteristik pencarian pola, ia berada pada kategori level tinggi, sehingga kecerdasan visual-spasial penelitian secara
keseluruhan. peserta S05 berada pada kategori tingkat sedang. Namun, setelah wawancara, terdapat kategori
perubahan level pada karakteristik berimajinasi dan pemecahan masalah menjadi kategori level tinggi. Hal tersebut
menyebabkan kategori tingkat visual-spasial peserta penelitian S05 menjadi kategori tingkat tinggi.

689
Dsayasayaggsayasayattsebuahsebuahakul ReeppHaiHaisssayasayattHaiHairrkamuy Unnsayasayavveerrsssayasayattsebua

Umumnya perubahan level ini disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya siswa tidak menuliskan langkah-langkah atau tidak semua
langkah disebutkan dengan benar dalam mengerjakan tes tetapi siswa mampu menyebutkan semua langkah dengan benar dalam
wawancara. Siswa kurang teliti dalam menuliskan jawaban akhir tetapi siswa mampu menyebutkan langkah dengan benar dalam
wawancara. Para siswa kehabisan waktu; sehingga siswa tidak menuliskan langkah-langkah pengerjaan dan jawaban akhir dalam
mengerjakan tes, tetapi siswa mampu menyebutkan langkah-langkah dengan benar dalam wawancara.

Dalam karakteristik berimajinasi, partisipan penelitian cenderung berada pada kategori level sedang dengan kecenderungan
siswa pada level 5. Hal ini terjadi karena pada karakteristik ini siswa cenderung mampu menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan, serta mampu menuangkan informasi tentang masalah. ke dalam bentuk gambar. Siswa tidak menuliskan langkah-
langkah kerja pada saat tes, tetapi dalam wawancara, siswa mampu menyebutkan langkah-langkah kerja dengan benar. Selain
itu, siswa cenderung kurang teliti dalam menuliskan jawaban akhir. Ubah level sebelum dan sesudah wawancara adalah q
,
S t
s e
d aku
c 3
sebuah g
c n
v s
aku

Saya e
t e
w Hai
w e
s e
w
w e
aku e
saya d
c d
S f
t Hai
m e
w Hai
t
c g
p

HAI e
t Hai
w r
c sebuah

sebuah s
m m
s g
c 5
s aku
sebuah aku
sebuah s
mampu memenuhi semua indikator yang diberikan terutama indikator kedua. Berdasarkan hasil tes dan wawancara
dapat diketahui bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal disebabkan oleh beberapa alasan yaitu siswa tidak
mampu menghubungkan masalah dengan konsep, sehingga tidak mampu merumuskan pemecahan masalah. strategi
dengan benar atau siswa kurang teliti dalam menuliskan langkah-langkah dan jawaban akhir; sehingga langkah atau
jawaban akhir salah.

Pada karakteristik pattern-seeking, peserta penelitian cenderung berada pada kategori level tinggi dengan kecenderungan siswa
pada level 1. Hal ini terjadi karena pada karakteristik ini siswa cenderung mampu menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan, serta mampu menemukan pola-pola yang terdapat dalam masalah. Selain itu, siswa juga mampu menuliskan
langkah-langkah pengerjaan dan jawaban akhir dengan benar. Berdasarkan hasil analisis data uji dan

690
Dsayasayaggsayasayattsebuahsebuahakul ReeppHaiHaisssayasayattHaiHairrkamuy Unnsayasayavveerrsssayasayattsebua

wawancara, dapat diketahui bahwa kemampuan siswa laki-laki dalam memecahkan relatif sama dengan siswa perempuan.
Perubahan tingkat karakteristik pencarian pola relatif lebih sedikit yang hanya terjadi pada 2 siswa, yaitu siswa S02 dan S08.
Demikian pula dengan perubahan level pada dua karakteristik sebelumnya, pada karakteristik pencarian pola, perubahan level
terjadi karena kedua siswa tidak menuliskan langkah-langkah kerja pada saat tes, tetapi mampu menyebutkan langkah-langkah
kerja dengan benar saat wawancara. Berdasarkan hasil tes dan wawancara terlihat bahwa dalam menyelesaikan soal-soal yang
berkaitan dengan karakteristik pencarian pola, siswa cenderung tidak mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa
yang berada pada kategori tingkat tinggi.

Berdasarkan uraian kecenderungan masing-masing karakteristik di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak
terlalu berpengaruh terhadap kecerdasan visual-spasial siswa. Faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap kecerdasan
visual-spasial siswa seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan memecahkan masalah siswa. Ini C
e
d r
r e
( e
sebuah

H f
v aku
c

B ,
s d
c s
w n
h .
F d
sebuah n
sebuah

karakteristik konseptualisasi, siswa cenderung berada pada level 1, hanya sebagian siswa yang tidak berada pada level 1.
Hal ini terjadi karena siswa salah dalam mengaitkan masalah dengan konsep matematika; sehingga langkah-langkah
pengerjaan salah tulis, namun mampu menuliskan jawaban akhir dengan benar. Pada karakteristik pemecahan masalah,
siswa pada kategori tingkat tinggi cenderung mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan secara lengkap
dan benar. Siswa juga mampu menghubungkan masalah dengan konsep matematika, sehingga mampu menuliskan
langkah-langkah kerja dan jawaban akhir dengan benar. Namun pada umumnya siswa pada kategori tingkat tinggi
cenderung hanya mampu merumuskan satu strategi untuk menyelesaikan masalah. Dari 32 siswa tingkat tinggi, hanya 5
siswa yang mampu merumuskan strategi solusi divergen. Sebagai tambahan, ada juga beberapa siswa dengan kategori
tingkat tinggi kurang teliti dalam menulis jawaban akhir; sehingga jawaban akhirnya salah. Pada karakteristik pencarian
pola, siswa kategori tinggi cenderung mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan. Siswa juga mampu
menemukan pola pada soal, sehingga mampu menuliskan langkah-langkah pengerjaan dan penyelesaiannya

691
Dsayasayaggsayasayattsebuahsebuahakul ReeppHaiHaisssayasayattHaiHairrkamuy Unnsayasayavveerrsssayasayattsebua

jawab dengan benar. Pada karakteristik pencarian pola, siswa kategori tinggi tampak tidak mengalami kesulitan dalam
memecahkan masalah yang berkaitan dengan karakteristik pencarian pola. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa kategori level
tinggi yang berada pada level 1.

Kategori level sedang adalah kategori level untuk siswa yang cenderung berada pada level 5 sampai dengan 8 untuk masing-
masing karakteristik kecerdasan visual-spasial. Gambar 2 merupakan contoh jawaban salah satu siswa yang berada pada
kategori tingkat sedang.

B ,
m Hai
p f
w g
c d
t
t aku
sebuah e
d h
t r
c 7
Hai aku
c e
t ,
t d
c e
s Hai
f e
s s
saya ;
s e
f e
kategori tingkat menengah. Namun demikian, kecenderungan siswa tingkat sedang dapat ditentukan
berdasarkan pencapaian indikator dari tingkat 5 sampai tingkat 8. Siswa dalam kategori tingkat sedang
cenderung mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan. Siswa juga dapat menemukan pola pada soal
tetapi semua langkah kerja dan jawaban akhir salah.

Kategori level rendah adalah kategori level untuk siswa yang cenderung berada pada level 9 sampai 12 untuk masing-masing
karakteristik kecerdasan visual-spasial. Gambar 3 merupakan contoh jawaban salah satu siswa dengan kategori tingkat rendah.

692
Dsayasayaggsayasayattsebuahsebuahakul ReeppHaiHaisssayasayattHaiHairrkamuy Unnsayasayavveerrsssayasayattsebua

B e
aku t
sebuah d
t e
s t
sebuah Hai
s aku
c e
p e
f e
s t
m aku
c w
aku Hai
r e
s e
kamu e
m g
c t
t ,
t s
c e
t s
n

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data tes dan wawancara dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kecerdasan visual-spasial kategori tinggi cenderung mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, mampu
menuangkan informasi masalah ke dalam gambar, mampu menghubungkan informasi dengan konsep matematika, tidak
mampu merumuskan strategi penyelesaian divergen, mampu menemukan pola, dan mampu menuliskan langkah-langkah
kerja dan jawaban akhir dengan benar.

2. Kecerdasan visual-spasial kategori sedang cenderung mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, mampu
menuangkan informasi masalah ke dalam gambar, mampu menghubungkan informasi dengan matematika.

693
Dsayasayaggsayasayattsebuahsebuahakul ReeppHaiHaisssayasayattHaiHairrkamuy Unnsayasayavveerrsssayasayattsebua

konsep, tidak mampu merumuskan strategi penyelesaian divergen, mampu menemukan pola, dan tidak mampu menuliskan
langkah-langkah kerja dan jawaban akhir dengan benar.

3. Kecerdasan visual-spasial kategori rendah cenderung mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, tidak mampu
menuangkan informasi pada soal ke dalam gambar, tidak mampu menghubungkan informasi tersebut dengan konsep matematika,
tidak mampu merumuskan strategi penyelesaian divergen, mampu untuk menemukan pola, tidak ada langkah-langkah pengerjaan,
dan tidak dapat menuliskan jawaban akhir dengan benar.

REFERENSI

Gardner, H. (2006).Mengubah Pikiran. Seni dan ilmu untuk mengubah pikiran kita sendiri dan orang lain.

G
f

H ,

K m

HAI :

HAI aku

S n

S .

kamu
f

694

Anda mungkin juga menyukai