Nama saya Adib Akhmad Shohibul Huda, biasa dipanggil Adib. Saya anak kedua dari empat
bersaudara, ayah saya seorang perantau dari pulau Jawa yang mengikuti program transmigrasi pada tahun
1990. Ayah saya di tempatkan di daerah pedalaman Kalimantan tepatnya di Desa Bumi Asih, Kabupaten
Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Tempat tersebut berada di tengah-tengah pulau Kalimantan yang
Selama saya kecil saya dibesarkan di Desa tersebut. Desa yang memiliki segala keterbatasan jauh
dari keramain dan layanan publik, serta pelayanan kesehatan, jarak antara Desa dengan rumah sakit
umum Daerah Kabupaten Kotabaru kurang lebih 119 km dan untuk sampai ke rumah sakit harus
menyeberangi laut menggunakan kapal ferry atau menggunakan perahu masyarakat, walaupun ada pilihan
rumah sakit lain yang lebih dekat dengan desa yaitu di Kabupaten Tanah Bumbu namun jarak yang
ditempuh juga jauh sekitar 88 km atau kurang lebih memerlukan waktu tiga jam untuk bisa sampai kesana
Ditengah-tengah kesibukan sekolah saya sering menemai Ayah dikebun membantu merawat
bibit, merawat pohon yang mulai berbuah, membersihkan rumput liar yang tumbuh disekitar pohon.
Suatu ketika saat saya menemani Ayah di Kebun perut saya tiba-tiba sakit, BAB cair dan muntah-muntah.
Kemudian Ayah membawa saya ke Puskesmas yang ada di Desa, Puskesmas tersebut tidak memiliki
dokter, saya di tangani oleh seorang mantri dengan obat-obatan seadanya, setelah satu jam ditempat
Pengalaman buruk lainnya tentang keterbatasan Sumberdaya Tenaga Kesehatan juga dialami
Paman saya yang kakinya tertusuk paku berkarat sehingga menyebabkan luka, setelah dirawat selama 2
hari oleh mantri Puskesmas, Pak Mantri menganjurkan untuk dibawa ke Rumah Sakit untuk
memeriksakan kaki Paman Saya ke Dokter mengingat keterbatasan alat, obat dan kondisi luka semakin
memburuk. Keluarga saya pun bergegas untuk pergi ke Rumah Sakit menempuh jarak yang jauh dan
biaya yang tidak sedikit. Melihat kejadian tersebut hati saya terpanggil untuk menjadi seorang dokter dan
mengabdi ke tempat saya di besarkan agar dapat memenuhi pelayanan Kesehatan Masyarakat di Desa
tersebut sehingga pengalaman buruk yang saya alami tidak terulang kembali di Masyarakat.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat tenaga kesehatan yaitu dokter
yang ada saat ini belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Hal itu disebabkan pola distribusi dokter
yang belum merata, kebanyakan dokter-dokter yang ada saat ini berpusat di perkotaan, sehingga ada
kesenjangan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat pedalaman terutama
Jumlah dokter di Indonesia tercatat mencapai 123.691 ribu per 31 Desember 2020, menurut
laporan Kementerian Kesehatan. Persebaran dokter nasional masih berpusat di Jawa. Jumlahnya sebanyak
71.286 dokter atau menyumbang sekitar 57,63% total dokter di Tanah Air . Sebaran dokter yang ada di
Tanah Air seharusnya bisa lebih merata di tiap wilayah maupun daerah supaya hak untuk mendapatkan
Seiring berjalannya waktu sepertinya sulit untuk menggapai cita-cita itu, saat saya naik ke kelas
XI Ayah meninggal dunia karena terinfeksi virus Covid 19 beliau adalah tulang punggung di keluarga
kami, saat ini tanggung jawab tersebut diambil oleh Ibu. Disisi lain saya memiliki dua orang adik yang
juga masih membutuhkan biaya Pendidikan. Namun setelah ada kesempatan mendapatkan beasiswa
Fakultas Kedokteran Khusus Putra Putri Pedalaman Kalimantan oleh ASTRA Financial saya bersemangat
kembali untuk meraih cita-cita, mengenyam pendidikan dan menjadi bagian di Universitas Pelita Harapan
Salam hangat dan salam sehat untuk kita semua dari saya Putra Pedalaman Kalimantan Selatan,
semoga saya dapat menjadi agen perubahan terutama dalam bidang Kesehatan di Negeri.