Anda di halaman 1dari 36

Laporan Kasus

G3P2A0 H37-38 MINGGU JTHIU LETAK


LINTANG + INPARTU KALA I FASE LATEN +
TBJ 3100 GRAM
Oleh :

dr. Dwi Rezki Amalia

Pembimbing :
dr. Rini Restiyati
P
E Letak lintang adalah salah satu malposisi
N janin yang ditandai dengan sumbu panjang
D janin yang tegak lurus/hampir tegak lurus
A terhadap sumbu panjang ibu.(1)(2)(3)
H
U
L
U Insiden letak lintang berkisar antara 1:500.
A Insiden ini meningkat sebelum janin
N mencapai aterm, yakni 1:50 pada usia
gestasi 32 minggu.(2)

1. Dashe JS, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL. Williams Obstetrics. McGraw Hill Professional; 2018.
2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
3. Onwuhafua PI. Transverse lie in labor: A study from Kaduna, Northern Nigeria. Tropical Journal of Obstetrics and Gynaecology. 2012;29(1):50-4.
P
Prognosis kasus letak lintang sangat tergantung pada tatalaksana yang
E dilakukan. (2)
N
D
A Hasil yang baik akan didapatkan apabila diagnosis dini dan tatalaksana
dilakukan dengan benar. (2)
H
U
L Kelalaian dalam penanganan kasus ini hampir seluruhnya menyebabkan
U bahaya yang serius bahkan kematian pada ibu dan janin. (2)
A
N Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang tenaga medis untuk
mengetahui kasus letak lintang secara komprehensif

2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
Pada laporan kasus ini disajikan kasus seorang wanita berusia 26
tahun yang yang dirawat sejak tanggal 6 Januari 2020 dengan
diagnosis G3P2A0 H42 minggu + JTHIU + letak lintang + inpartu
kala I fase laten + TBJ 3100 gram.
LAPORAN KASUS
 Nama pasien : Ny. E
 Umur : 26 tahun
 Pendidikan : SLTA
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
IDENTITAS  Agama : Islam
 Suku : Banjar
 Tanggal MRS : 6 Januari 2020
ANAMNESIS

KU • Kencang-kencang

• Pasien datang atas rujukan Puskesmas dengan diagnosis G3P2A0


H42 mg + inpartu kala I fase laten + letak lintang. Pasien
mengeluhkan kencang-kencang sejak 7 jam sebelum masuk rumah
RPS sakit, keluar lendir darah (+) sejak 3 jam sebelum masuk rumah
sakit, tetapi belum ada keluhan keluar air-air. Gerak janin (+) aktif.
Pasien telah disarankan untuk dilakukan SC pada usia gestasi 37
minggu, tetapi pasien menunda karena ingin mencoba normal.
ANAMNESIS
RPD • Asma (-), hipertensi (+), DM (-)

RPK • Asma (-), hipertensi (+), DM (-)

R/ haid • Menarche usia 13 tahun, selama 6-7 hari, siklus 28 hari teratur.

R/pernikahan • Menikah sebanyak satu kali, selama 11 tahun

R/KB •-
Anak
Tempat Jenis
No bersalin/ Tahun Kehamilan Persa- Penyulit Nifas
penolong linan Berat Keadaan

ANAMNESIS :
R/OBSTETRI 1. Bidan 2010 Aterm
Spt-
- Normal 2900gr hidup
BK

Spt-
2. Bidan 2016 Aterm - Normal 2700gr hidup
BK
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : GCS E4V5M6
Bentuk badan : Normal
Tanda Vital :
 Tekanan darah : 120/90 mmHg
PEMERIKSAAN  Nadi : 89 x/menit
FISIK
 Respirasi : 20 x/menit
 Suhu : 36,7o C
BB : 55 kg
TB : 151 cm
IMT : 24,1 kg/m2
Status generalis head to toe dalam
batas normal
STATUS OBSTETRI
INSPEKSI • Abdomen meninggi tampak sesuai dengan masa gestasi

• Leofold I : teraba melengkung, TFU 31 cm


• Leofold II : kepala kanan, punggung superior
• Leofold III : Bagian kecil
PALPASI • Leofold IV : Belum masuk PAP
• TBJ (Johnson) : 3100 gram
• His : 3 kali/10 menit, selama 30 detik

AUSKULTASI • DJJ = 148 kali/menit, reguler

• Portio : konsistensi lunak, arah posterior


• Pembukaan : 3 cm
• Kulit ketuban : intak
PEMERIKSAAN DALAM • Bagian terbawah : bagian kecil (kaki?)
• Penurunan : Hodge I
• Petunjuk : Sacrum
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN Hemoglobin 11.2 12,00 – 16,00 g/dl
PENUNJANG : Leukosit 10,1 4,00 – 10,5 ribu/ul
DLO Eritrosit 4.57 4,00 – 5,30 juta/ul
Hematokrit 37,0 37,00 – 47,00 vol%
Trombosit 168 150 – 450 ribu/ul
 G3P2A0 H42 minggu + JTHIU + letak
DIAGNOSIS lintang inpartu kala I fase laten + TBJ
3100 gram
Pro SC Cito atas pertimbangan :
PENATALAKSANAAN  letak lintang
 inpartu
PEMBAHASAN
 Letak lintang adalah salah satu malposisi janin yang ditandai
dengan sumbu panjang janin yang tegak lurus/hampir tegak lurus
terhadap sumbu panjang ibu. (1)(2)(3)

DEFINISI

1. Dashe JS, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL. Williams Obstetrics. McGraw Hill Professional; 2018.
2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
3. Onwuhafua PI. Transverse lie in labor: A study from Kaduna, Northern Nigeria. Tropical Journal of Obstetrics and Gynaecology. 2012;29(1):50-4.
Insiden letak lintang berkisar antara
1:500. Insiden ini meningkat sebelum
janin mencapai aterm, yakni 1:50 pada
usia gestasi 32 minggu. (2)

EPIDEMIOLOGI
Sumber lainnya menyebutkan insiden
letak lintang yang lebih tinggi. Suatu
penelitian yang dilakukan di Klinik Mayo
dan Rumah Sakit Universitas Lowa
menunjukkan insiden letak lintang adalah
1:322 persalinan tunggal. (1)

1. Dashe JS, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL. Williams Obstetrics. McGraw Hill Professional; 2018.
2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
TEORI (1)(2)(4) KASUS

 Multiparitas yang
menyebabkan terjadinya
ETIOLOGI relaksasi dinding abdomen.

DAN FAKTOR  Plasenta previa, ginjal


ektopik, neoplasma di pelvis,
RISIKO kehamilan ganda, anomali  Multiparitas (G3P2A0)
janin, Pelvis yang sempit dan
anatomi uterus yang
abnormal.
 Janin preterm dan
hidramnion

1. Dashe JS, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL. Williams Obstetrics. McGraw Hill Professional; 2018.
2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
3. Ezeobi SU, Edet IE, Ekandem GJ, Archibong VB. A review of abnormal birth positions and complications in Uyo, Akwa Ibom State. Journal of Experimental and Clinical
Anatomy. 2016 Jan 1;15(1):5.
TEORI
PX ABDOMEN
KASUS
1. Penampakan perut asimetris
2. Sumbu panjang janin melintang perut
ibu, sehingga perut ibu tampak lebih
lebar dibandingkan kehamilan pada
umumnya.
DIAGNOSIS : 3. Tinggu fundus uterus lebih rendah
 Leofold I : teraba
melengkung, TFU 31 cm
dibandingkan dengan periode
LETAK kehamilannya  Leofold II : kepala kanan,
LINTANG (1)(2) 4. Pada palpasi fundus tidak ditemukan
adanya kepala ataupun bokong
punggung superior
5. Kepala dapat teraba pada sisi kanan  Leofold III : Bagian kecil
atau kiri ibu, sedangkan bokong
dapat teraba di sisi yang lainnya.  Leofold IV : Belum masuk
6. Apabila posisi punggung berada di PAP
anterior, maka akan teraba bagian
panjang dan keras janin, sedangkan
jika posisi punggung posterior, maka
akan teraba bagian-bagian kecil janin.

1. Dashe JS, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL. Williams Obstetrics. McGraw Hill Professional; 2018.
2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
TEORI KASUS

 Portio : konsistensi lunak,


PEMERIKSAAN DALAM :
DIAGNOSIS :  Tidak teraba kepala ataupun
arah posterior
 Pembukaan : 3 cm
LETAK bokong dan presentasi janin
 Kulit ketuban: intak
tinggi
LINTANG(1)(2)  Jari pemeriksa mungkin  Bagian terbawah : bagian
dapat meraba adanya bahu, kecil (kaki?)
tangan, tulang rusuk,  Penurunan : Hodge I
ataupun punggung janin.
 Petunjuk : Sacrum

1. Dashe JS, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL. Williams Obstetrics. McGraw Hill Professional; 2018.
2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
TEORI KASUS

ULTRASONOGRAFI
DIAGNOSIS : Pemeriksaan ultrasonografi  KESIMPULAN USG :
dapat dengan pasti
LETAK menentukan posisi janin, Posisi janin melintang dengan
sekaligus menemukan faktor kepala berada di sisi kanan dan
LINTANG(1)(2) yang mungkin menyebabkan dorsal berada di superior, TBJ
letak lintang, misalnya 3000 gram
plasenta previa maupun
abnormalitas lain pada pelvis.

1. Dashe JS, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL. Williams Obstetrics. McGraw Hill Professional; 2018.
2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
TEORI KASUS
 Hipertensi yang berkembang
pada kehamilan >20 minggu
 Diikuti dengan satu atau
DIAGNOSIS : lebih hal berikut : proteinuria,  Hipertensi pada usia gestasi
disfungsi organ maternal
PREEKLAMPSIA (termasuk renal, hepar,
38 minggu
(7,8)  R/HT sebelum kehamilan (-)
hematologi, atau neurologi),
atau adanya perkembangan  LDH : ↑↑↑
janin terhambat.
 Proteinuria (-)
 Penegakan diagnosis
preeklampsi tidak
mewajibkan adanya
proteinuria.

7. Duhig K, Vandermolen B, Shennan A. Recent advances in the diagnosis and management of pre-eclampsia. F1000Research. 2018;7.
8. Umasatyasri Y, Vani I, Shamita P. Role of LDH (lactate dehydrogenase) in preeclampsia eclampsia as a prognostic marker: An observational study. IAIM. 2015;2(9):88-93.
Tatalaksana sebelum persalinan

TATALAKSANA Tatalaksana selama persalinan


LETAK
LINTANG:
Tatalaksana pasien dengan letak
TEORI (1)(2)
lintang yang persisten

Tatalaksana pasien dengan letak


lintang yang neglected
1. Dashe JS, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL. Williams Obstetrics. McGraw Hill Professional; 2018.
2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
• Lakukan pemeriksaan untuk memastikan
diagnosis letak lintang dan menyingkirkan
kelainan janin dan panggul
Tatalaksana
sebelum • Jika kehamilan belum aterm diharapkan janin
persalinan akan kembali ke posisi normal secara spontan
(INPARTU) • Jika kehamilan telah aterm, maka dapat dicoba
dilakukan versi eksternal untuk
mengembalikan janin ke posisi normal

1. Dashe JS, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL. Williams Obstetrics. McGraw Hill Professional; 2018.
2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
Gambar. Teknik versi eksternal(5)

5. Lerner HM. External cephalic version: How to increase the chances for success.OBG Management.2017;29(9).
 Kekhawatiran tentang status janin, termasuk tes non stres yang
tidak reaktif, skor profil biofisik <6/8, pertumbuhan intrauterin
terhambat yang parah, penurunan aliran darah umbilikal pada
akhir diastolik
 Plasenta previa
KONTRAINDIKASI  Kehamilan multifetal sebelum kelahiran janin yang pertama
VERSI  Oligohidramnion yang berat
EKSTERNAL(5)  Preeklamsia berat
 Anomali janin yang signifikan
 Malformasi uterus yang diketahui
 adanya riwayat insisi pada uterus (kontroversial)
 obesitas maternal (indeks massa tubuh >40 kg/m2) (kontroversial)

5. Lerner HM. External cephalic version: How to increase the chances for success.OBG Management.2017;29(9).
Tatalaksana
• Pada tahap awal persalinan, versi eksternal juga
selama dapat dicoba, dan jika berhasil, presentasi yang
persalinan (1) baru dipertahankan dengan menggunakan
(2)
pengikat perut hingga janin masuk ke pelvis

1. Dashe JS, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL. Williams Obstetrics. McGraw Hill Professional; 2018.
2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
• letak lintang dikatakan persisten apabila posisi janin tidak
berubah setelah dilakukan versi luar atau letak lintang
Tatalaksana menetap hingga pasien inpartu.
pasien • persalinan pervaginam merupakan hal yang tidak mungkin
dengan dilakukan, kecuali jika janin memiliki berat <800 gram, janin
letak lintang sangat premature, dan ukuran pelvis ibu besar
yang • sectio caesaria merupakan pilihan tatalaksana yang paling
persisten (1)(2) baik yang paling aman untuk ibu dan janin.
(6) • tidak ada tempat untuk dilakukan versi internal ataupun
ekstraksi

1. Dashe JS, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL. Williams Obstetrics. McGraw Hill Professional; 2018.
2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
6. Sultana S, Rather S, Anam S, Mufti S, Qureshi A, Wani I. Management of Term Singleton Transverse Lie : A Prospective Study. International Journal of Scientific Study.
2018;6(4):53–6.
•Merupakan keadaan gawat darurat akibat letak lintang
persisten yang dipaksa dilahirkan pervaginam
•Dalam kasus seperti ini, manajemen kasus sangatlah sulit.
Tatalaksana •Operasi caesar dan terapi intensif dengan antibiotik
pasien dengan dilakukan bahkan jika bayi sudah meninggal
letak lintang •Jika infeksi parah dan menyebar, histerektomi mungkin
yang neglected diperlukan setelah operasi caesar
(1)(2) •Versi internal ataupun ekstraksi tidak memiliki tempat
dalam keadaan ini karena dapat meningkatkan risiko
ruftur uterus.

1. Dashe JS, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL. Williams Obstetrics. McGraw Hill Professional; 2018.
2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
Gambar. Letak Lintang yang Neglected. (1)

1. Dashe JS, Bloom SL, Spong CY, Hoffman BL. Williams Obstetrics. McGraw Hill Professional; 2018.
Pasien telah terdiagnosis letak lintang
dan datang ke RS dalam keadaan
inpartu  letak lintang persisten

TATALAKSANA :
KASUS Pro SC Cito atas pertimbangan :
letak lintang
Inpartu
TEORI KASUS

KOMPLIKASI
(2)(4)
Tidak ada

2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
4. Ezeobi SU, Edet IE, Ekandem GJ, Archibong VB. A review of abnormal birth positions and complications in Uyo, Akwa Ibom State. Journal of Experimental and Clinical Anatomy.
2016 Jan 1;15(1):5.
 Prognosis tergantung pada tatalaksana yang
dilakukan. Hasil yang baik akan didapatkan apabila
diagnosis dini dan tatalaksana dilakukan dengan benar.
PROGNOSIS (2) Kelalaian dalam penanganan kasus ini hampir
seluruhnya menyebabkan bahaya yang serius bahkan
kematian pada ibu dan janin.

2. Posner GD, Jones GD, Black AY, Dy J. Oxorn foote human labor and birth. McGraw Hill Professional; 2013.
THANK YOU …

Anda mungkin juga menyukai