Anda di halaman 1dari 1

Manifestasi Klinik

Sirosis termasuk dalam silent disease, sebagian besar pasien yang mengalami sirosis tidak
mengalami gejala sampai kegagalan fungsi organ hepar terjadi. Gejala yang ditimbulkan dari
sirosis yang masih berada tahap awal biasanya tidak ada. Namun, bila sirosis berlangsung
secara lama dan semakin parah serta tidak ada penanganan khusus, maka gejala dan
komplikasi akan muncul. Gejala yang ditimbulkan dari sirosis, antara lain kelelahan atau rasa
lelah, tubuh menjadi lemah, gatal-gatal, kehilangan selera makan, penurunan berat badan,
mual atau muntah, pembuluh darah berbentuk seperti laba-laba yang disebut spider angiomas
pada kulit, dan jaundice yang merupakan suatu kondisi yang menyebabkan kulit dan putih
mata menjadi kuning (American Liver Foundation, 2014). Gejala lain juga terjadi
asimtomatik, hepatomegali, splenomegali, pruritus, palmar eritema, hiperpigmentasi,
ginekomastia, mengurangi libido, efusi pleura, kesulitan pernafasan, malaise, anoreksia, dan
ensefalopati (Dipiro & Schiwinghammer, 2015).

Komplikasi

Komplikasi sirosis hepatis yang dapat terjadi, antara lain edema dan asites, Spontaneous
Bacterial Periotonitis (SBP), perdarahan varises esofagus, sindroma hepatorenal, sindroma
hepatopulmoner, hipersplenisme, ensefalopati hepatikum, kanker hati, dan hipertensi portal.
Komplikasi yang akan dibahas lebih lanjut, yaitu perdarahan varises esofagus. Perdarahan
varises esofagus pada sirosis hati menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada hati yang
dapat menghambat aliran darah dari usus menuju ke jantung, sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan di dalam vena porta (hipertensi porta). Bila tekanan di dalam vena porta
meningkat cukup tinggi, maka hal ini akan membuat darah mencari jalan lain untuk kembali
ke dalam jantung, yaitu melalui pembuluh darah balik di sekitar hati yang memiliki tekanan
yang lebih rendah. Pembuluh darah yang seringkali dilewati darah sebagai jalan pintas
menuju jantung merupakan pembuluh darah di bagian bawah tenggorokan (esofagus) dan
pembuluh darah di bagian atas lambung. Akibat dari peningkatan aliran darah di dalam
pembuluh darah balik tersebut, maka tekanan di dalam pembuluh darah balik inipun
meningkat, sehingga terjadi pelebaran di kedua pembuluh darah balik tersebut (varises).
Semakin tinggi tekanan di dalam vena porta, maka semakin lebar varises yang terbentuk dan
semakin tinggi risiko perdarahan akibat varises ini. Perdarahan akibat varises biasanya cukup
berat dan bila tidak segera diobati dapat berakibat fatal. Beberapa gejala perdarahan akibat
varises adalah muntah darah (hematemesis) atau berak darah (melena), tinja berwarna gelap
dan lengket, pusing atau pingsan saat berdiri (karena penurunan tekanan darah, hal ini
terutama terjadi saat perubahan posisi dari duduk ke berdiri). Walaupun belum ditemukan
penyebab pastinya, penderita sirosis yang mengalami perdarahan akibat varises memiliki
risiko mengalami peritonitis bakterial spontan yang lebih tinggi (Rajekar, 2015).

Daftar Pustaka:
American Liver Foundation (2014). Cirrhosis. Accessed from
http://www.liverfoundation.org/downloads/alf_download_133.pdf.
Dipiro, J.T., and Schwinghammer, T.L. (2015). Cirrhosis and Portal Hypertension. In:
Pharmacotherapy Handbook. 9th Edition, Chapter 21. United States: The McGraw-Hill
Companies, Inc, p.185-193.
Rajekar, H. (2015). Complication of Cirrhosis Portal Hypertension: A Review. J Liver, Vol.
4, p.188: 1 -7.

Anda mungkin juga menyukai