Di zaman Tuhan Yesus, lelaki sangat superior, sedangkan perempuan inferior.
Perempuan relatif menjadi "sub ordinatnya" kaum lelaki. Statusnya rendah. Bahkan rendah sekali. Kesaksian merekapun tidak dapat dibenarkan. Mereka tidak dibolehkan bersaksi di pengadilan sekalipun. Itulah sebabnya, ketika para perempuan itu membawa kabar tentang kebangkitan Yesus bahwa kubur telah terbuka dan kosong serta mayat Yesus tidak ada lagi, semua orang tidak percaya. Termasuk para murid Yesus sendiri. Para perempuan itu ialah Maria dari Magdalena, Yohana dan Maria ibu Yakobus serta sejumlah perempuan lain yang bersama mereka. Kepolosan hati mereka, justru "dipandang hina" oleh para rasul. Seakan mereka berbicara omong kosong tentang kubur kosong dan berbagai tanda yang menyertai dan membuktikan kebangkitan Kristus. Mereka semuanya tidak percaya dengan kesaksian perempuan-perempuan, karena posisi mereka dan juga peristiwanya yang melampaui akal kepikiran mereka. Selain dianggap rendah, para perempuan ini juga dianggap sebagai perempuan biasa yang tidak punya kedudukan apa-apa di kalangan masyarakat maupun dalam pelayanan. Maka hal itu, tidak dianggap oleh mereka. Mereka sendiri sudah lupa dan tidak tahu, bahwa Yesus sendiri datang ke dunia untuk membawa perubahan. Yesus menyetarakan dan menyamakan status perempuan dengan lelaki. Itulah sebabnya, perempuan-lah yang Dia pakai sebagai alat kesaksian pertama dan pemberita Injil pertama di antara semua manusia yang ada di kolong langit ini. Tuhan membalikkan keadaan bahwa apa yang dipandang rendah oleh manusia, akan diangkat-Nya menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan. Apa yang biasa, dibuat-Nya luar biasa. Mereka adalah perempuan biasa, tapi dipakai oleh Tuhan Yesus secara luar biasa dalam memberitakan Injil Kristus. Maka para perempuan biasa ini menjadi perempuan luar biasa. Mereka yang lemah ini ternyata merekalah orang-orang yang paling berani dan paling kuat. Perempuan- perempuan inilah yang justru berani pergi ke kubur Yesus pagi-pagi benar. Para rasul yang adalah lelaki, justru tidak ada. Mereka hanya mendengarkan cerita dari perempuan-perempuan ini. Itupun mereka tidak percaya dan menganggapnya sebagai omong kosong. Padahal, perempuan- perempuan yang benar. Dan merekalah yang omong kosong. Karena para perempuan itu berpegang pada perkataan Yesus dalam pengajaran semasa hidup-Nya. Sahabat Kristus, terkadang kita juga terjebak pada pemahaman yang keliru tentang seseorang. Kita menilai seseorang atau orang lain menurut perspektif dan kepentingan kita. Kita menganggap rendah orang lain, dan menganggap kita lebih hebat dalam berbagai hal, sehingga mengabaikan bahkan tidak menganggap sesama dan memandang rendahnya. Kita melihat orang dari "kulitnya" saja. Kisah tentang para perempuan ini mengingatkan kita agar jangan salah kaprah dengan keberadaan seseorang yang menurut pandangan jasmani kita lemah tak berdaya. Sebab orang-orang seperti itulah yang biasanya dipakai Kristus untuk mempermalukan orang yang merasa diri hebat dan memakai mereka untuk kemuliaan-Nya. Janganlah kita menganggap diri lebih baik seperti para rasul. Kita jadi lupa diri karena menganggap diri paling benar dan memandang rendah orang lain dalam kelemahannya itu. Sebaliknya, marilah kita bersama semua orang percaya lain memberitakan Injil dalam segala situasi dan kondisi untuk kemuliaan nama Tuhan. Sebagai keluarga Kristen, kita harus saling melengkapi dalam melayani bahkan dalam hidup bersama di dalam Kristus. Jangan menganggap dirimu bijak dan paling baik. Satukan-lah langkah dan tekad kita untuk melayani Tuhan lebih sungguh lagi, sehingga dari hidup kita terpancar cahaya api Injil Kristus kepada semua orang. Dengan demikian, semakin banyak orang mengenal Kristus dari prilaku hidup kita, dan mereka menjadi percaya kepada-Nya. Maka Tuhan Yesus pasti menyertai dan memberkati hidup kita bersama keluarga. Amin