Anda di halaman 1dari 18

Tugas Individu

HIV/AIDS

Dosen Pengampu :

Ns. Debbie Nomiko, S.Kep, M.Kep

Ns. Yellyanda, S.Kep, M.Kep

Disusuh Oleh :

Pita Ayu Lestari ( PO71202220035 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


"PERKEMBANGAN HIV DAN AIDS DI INDONESIA"

Seperti diketahui bahwa penggunaan narkotik dan obat terlarang di Indonesia


semakinmeningkatsetiaptahunnya. Merebaknyakasusnarkotikdanobatmembuat ledakan HIV-
AIDS di Indonesia mulai terjadi. Berbagai kenyataan di lapangan menunjukkan, 30-50%
pecandu narkotik bisa terinfeksi HIV-AIDS (Kompas, 30 Nopember 1999). Walaupun pengaruh
narkoba terhadap penularan HIV-AIDS bersifat tak langsung, namun dampaknya cukup luas
dirasakan dalam masyarakat. Selama pengedaran narkoba masih tetap berlangsung, makajumlah
penduduk yang terinfeksi HIV akan semakin meningkat.

Maraknyapemakaiannarkobadikalanganremajaperludiwaspadai. Sebagaimana dipersepsikan oleh


banyak orang bahwa pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik secara komunal akan
memudahkan untuk tertular infeksi HIV-AIDS. Sebaliknya, kelompok pengguna narkoba tanpa
menggunakanjarum suntik (non-IVDU) resikonya lebih kecil karena tidak adanya kontak darah
di antara pengguna narkoba non-IVDU. Persepsi demikian perlu diluruskan karena beberapa
basil studi menyatakan bahwa penggunaan narkoba merupakan salah satu pemicu munculnya
kecenderungan untuk terjadinya kegiatan seksual pranikah yang tidak aman. P~rilaku seksual
demikian tidak kalah efektifuya dalam penyebaran infeksi HIV-AIDS.

Estimasi yang menggambarkan besamya jwnlah penderita HIV-AIDS di Indonesia kiranya tidak
terlampau berlebihanjika dikaitkan dengan maraknya pemakaian narkoba
terutamamelaluijarumsuntikyangtidaksterildikalanganpendudukIndonesia. Jika sebelumnya
kalangan yang mempunyai resiko tinggi terhadap HIV-AIDS adalah melalui hubungan seksual,
terutama bagi mereka yang sering ganti-ganti pasangan (heteroseksual}, maka saat ini entitas
pengguna Napza suntik (penasun) jumlahnya semakin meningkat. Mengingat besamya potensi
penduduk Indonesia yang menggunakan narkoba, maka tidaklah mengherankan jika ada prediksi
yang suram yang mengatakan bahwa Indonesia akan kehilangan generasi mudanya sebagai
akibat pemakaian obat terlarang tersebut.

Seperti diketahui bahwa penularan HIV pada mereka yang memakai narkoba tersebut lebih
banyak ditularkan melalui jarum suntik tidak steril daripada hubungan seksual. Pemakaian jarum
suntik bagi junkies merupakan tindakan yang sangat berbahaya apalagi dipakai tidak steril dan
berganti-ganti. Jarum suntik tersebut merupakan agen penularan penyakit HIV-AIDS, hepatitis
dan berbagai penyakit lainnya. Padahal bagi pecandu narkoba jika sedang ketagihan mereka
tidak lagi berpikir, apakah alat suntik mereka steril atau tidak.

Di Indonesia, virus HIV telah menginfeksi penduduk usia produktifantara 15-24 tahun. Dengan
melihat masa Iaten dari HIV menjadifol/ blown AIDS yang memakan waktu sekitar 5 hingga 10
tahun dapat diperkirakan bahwa penularan HIV ini sudah terjadi pada usia lebih dini. Hal ini
sangat mengkhawatirkan karena akan merusak generasi penerus bangsa dan berdampak buruk
pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang akan datang. Oleh karena itu perlu adanya
respons yang memadai dengan cakupan program yang tinggi.

Dengan struktur penduduk Indonesia yang mengarah pada usia muda berarti proporsi penduduk
kelompok seksual aktifjuga besar. Bila penduduk usia muda tersebut termasuk dalam kelompok
berperilaku risiko tinggi terhadap penularan HIV-AIDS, maka hal tersebut akan mengancam
kehidupan sosial ekonomi penduduk Indonesia. Apalagi mengingat kecenderungan akhir-akhir
ini yang menunjukkan bahwa penduduk kelompok usia muda merupakan kelompok yang paling
beresiko untuk menularkan dan tertular infeksi HIV-AIDS.

dan tertular infeksi HIV-AIDS.

Dari data yang dilaporkan, kasusAIDS paling banyak diketemukan pada pengguna jarum suntik
di mana jumlahnya mencapai hampir separuhnya. Urutan kedua yang banyak terpapar AIDS
adalah penduduk yang melakukan seks tidak aman pada pasangannya (heteroseksual). Meskipun
angkanya masih relatif kecil, kasus AIDS karena perinatal sudah mulai diketemukan di beberapa
wilayah di Indonesia. Data menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kasus HIV-AIDS
karena perinatal. Hal ini perlu mendapat perhatian serius mengingat kelompok yang dianggap
beresiko

rendah telah banyak yang terpapar HIV-AIDS.

Mengingat bahwa epidemi HIV terus meningkat maka diperlukan kepedulian

dari semua pihak yang terkait dengan program penanggulangan HIV-AIDS untuk secara
proaktifterlibat dalam komunikasi, penyebaran informasi maupun melakukan edukasi kepada
masyarakat khususnya kelompok risiko tinggi. Dengan semakin meningkatnya kasus AIDS pada
penduduk usia muda, penyebaran informasi untuk meningkatkan public awareness mengenai
adanya bahaya HIV-AIDS nampaknya tidak dapat ditunda lagi. Selama ini kelompok usia muda
tersebut masih kurang mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang peduli terhadap
penanggulangan HIV- AIDS. Hal ini antara lain disebabkan persepsi orang bahwa kelompok usia
muda relatif masih 'aman' hila dibandingkan dengan pekerja seks. Persepsi demikian tidak
selamanya benar karena dari studi kualitatifyang telah dilakukan ternyata kelompok usia
muda/anak baru gede (ABG) ini telah terlibat dalamjaringan seksual multi-partner

dengan kelompok usia yang diperkirakan telah terpapar dengan infeksi PMS termasuk HIV-
AIDS. Oleh karena itu perilaku seksual remaja ini perlu mendapat perhatian dari kegiatan
serosurvey sehingga kasus-kasus perubahan status sero negatip menjadi positip HIV di kalangan
remaja ini dapat secepatnya terdeteksi dengan baik. Di samping itu, perlu diadakan pendekatan
yang lebih terfokus pada kelompok-kelompok ini. Hal ini dapat dilakuk.an dengan penyebaran
leaflet-leaflet dengan bahasa yang komunikatif di tempat yang biasa dipakai untuk mangkal para
'ABG' atau juga lewat sekolah- sekolah dan universitas-universitas.

Program untuk memutus mata rantai penyebaran HIV-AIDS perlu memperhatikan kelompok
umur penduduk dan disesuaikan dengan jenis intervensi. Program penyuluhan yang berkaitan
dengan upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran akan perilaku seksual yang positip perlu
diikuti dengan upaya peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang antara
lain mencakup pelayanan KB dan penanggulangan PMS. Hal ini perlu ditekankan pada
kelompok remaja karena di satu sisi kelompok remaja ini rentan dalam penularan penyakit,
namun di sisi lain pelayanan bagi kelompok ini kurang terstruktur karena pelayanan kesehatan
yang berkaitan dengan kegiatan seksuaVreproduksi umumnya ditujukan bagi kelompok orang
dewasa dan sudah menikah. Sikap prejudice terhadap remaja yang mencari pertolongan
kesehatan reproduksi di fasilitas pelayanan kesehatan umum perlu diluruskan agar remaja ini
tidak canggung dan malu untuk datang berkonsultasi atau berobat. Bila hal ini dilakukan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIV IBU HAMIL

A. Pengkajian

1) Data yang dapat dikumpulkan pada klien yaitu data sebelum dan selama kehamilan

1. Identitas pasien

2. Riwayat Kesehatan

( )Masa lalu ( ) Sekarang

( )Menstruasi ( ) Reproduksi

3. Keluhan Utama

Pasien mengeluh BAB encer, lemas, mual muntah, nafsu makan menurun,takut pada kondisi
bayi yang dikandungnya.

2) Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)

a. Aktivitas / Istirahat

Kaji respon klien, apakah mengalami kesulitan bergerak,reflek pergerakan. pada ibu hamil
kebutuhan akan kalsium meningkat,periksa apabila ada resiko osteoporosis. Hal itu dapat
memburuk dengan bumil HIV/AIDS.

Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.

Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan
TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).

b. Sirkulasi

Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan virus HIV/AIDS. Penurunan sel T limfosit;


jumlah sel T4 helper; jumlah sel T8 dengan perbandingan 2:1 dengan sel T4; peningkatan
nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV); peningkatan kadar IgG, Ig M dan Ig A;
reaksi rantai polymerase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi
sel perifer monoseluler; serta tes PHS (pembungkus hepatitis B dan antibodi,sifilis, CMV
mungkin positif).

Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.

Tanda : Perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis,


perpanjangan pengisian kapiler.

c. Integritas dan Ego

Kondisi ibu hamil dengan HIV / AIDS takut akan penularan pada bayi yang dikandungnya.

Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan mengkuatirkan penampilan, mengingkari


doagnosa, putus asa, dan sebagainya.

Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.

d. Eliminasi

Keadaan sisitem pencernaan pada bumil akan mengalami gangguan. Kebanyakan


gangguan tersebut adalah diare yang lama. Hal itu disebabkan oleh penurunan sistem imun
yang berada di tubuh sehingga bakteri yang ada di saluran pencernaan akan mengalami
gangguan. Hal itu dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan.

Kaji tingkat urin klien apakah ada kondisi patologis seperti perubahan warna urin, jumlah
dan bau. Hal itu dapat mengidentifikasikan bahwa ada gangguan pada sistem perkemihan.
Biasanya saat imunitas menurun resiko infeksi pada uretra klien.

Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal,
nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi

Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri
tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah, warna,dan karakteristik
urine.
e. Makanan / Cairan

Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia

Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema.

f. Hygiene

Gejala : Tidak dapat menyelesaikan aktifitas sehari-hari Tanda : Penampilan tidak rapi,
kurang perawatan diri.

g. Neurosensori

Tingkat kesadaran bumil dengan HIV/AIDS terkadang mengalami penurunan karena


proses penyakit. Hal itu dapat disebabkan oleh gangguan imunitas pada bumil.

Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kerusakan status indera, kelemahan
otot, tremor, perubahan penglihatan.

Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal, tremor,
kejang, hemiparesis, kejang.

h. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.

Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak, pincang.

i. Pernafasan

Kaji pernafasan bumil, apabila ibu telah terinfeksi sistem pernafasan maka sepanjang jalur
pernafasan akan mengalami gangguan. Misal RR meningkat, kebersihan jalan nafas.

Gejala : ISPA sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.

Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.


j. Keamanan

Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan,luka, transfuse darah, penyakit defisiensi imun,
demam berulang, berkeringat malam.

Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar
limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.

k. Seksualitas

Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido, penggunaan pil
pencegah kehamilan.

Tanda : Kehamilan, herpes genetalia

l. Interaksi Sosial

Bagi keluarga pasien cenderung untuk menjauh sehingga akan menambah tekanan
psikologis pasien.

Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya trauma AIDS

Tanda : Perubahan interaksi

m. Penyuluhan / Pembelajaran

Kurangnya pemahaman tentang pengobatan, perawatan serta prognosis tentang HIV.

Gejala : Kegagalan dalam perawatan, prilaku seks beresiko tinggi, penyalahgunaan obat-
obatan IV, merokok, alkoholik.

Diagnosa Keperawatan :

1. Risiko Hipovolemia ( D.0034)

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorsi nutrien, AIDS


(D.0019)
3. Ansietas berhubungan dengan transmisi dan penularan interpersonal ( pada bayi )
(D.0080)

4. Defisit pengetahuan tentang manajemen penyakit berhubungan dengan Kurang terpapar


informasi tentang penyakit Kronis (D.0111)

Rencana Keperawatan (Intervensi)


Diagnosa

Tujuan kriteria hasil

Intevensi

Risiko hipovolemi Faktor risiko

-Kehilangan cairan secara aktif

- Gangguan absorbsi cairan

- Status hipermetabolik

-Kekurangan intake cairan

Kondisi terkait - AIDS

- Muntah - Diare

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x..... diharapkan status cairan membaik
(L.03028)

Kriteria hasil

- Kekuatan nadi meningkat

-Turgor kulit meningkat

- Output urine meningkat

- Otopnea menurun
- Dispnea menurun

- Frekuensi nadi membaik

- Tekanan darah membaik

- Membran mukosa

membaik

Manajemen Hipovolemi: Observasi :

a. Periksa tanda dan gejala

hipovolemi( Frekuensi nadi

meningkat,nadi lemah,tekanan menurun,turgor menurun,membran kering,volume urin menurun)

b. Monitor intake dan Autput cairan

Terapeutik

c. Hitung kebutuhan cairan

d. Berikan asupan cairan oral

e. Berikan posisi modified trendelenburg

Edukasi

f. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

g. Anjurkan menghidari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

h. Kolaborasi dengan tim medis

dalam pemberian terapi cairan.

traba darah kulit mukosa


Diagnosa keperawatan

Tujuan kriteria

Intervensi

hasil

Defisit Nutrisi (D.0019) Penyebab:

 Ketidak mampuan

mengabsorsi

nutrie.

 Ketidakmampua

n menelan makan

- Ketidakmampua

n mencerna

makanan

- Peningkatan

kebutuhan

metabolisme Tanda dan gejala

mayor

-Berat badan

menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

Tanda gejala minor

- Cepat kenyang
setelah makan

- Kram/nyeri

abdomen

 Nafsu makan menurun

 Bising usus hiperaktif

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x..... diharapkan Status nutrisi


membaik(L.03030 )

Kriteria hasil

 Porsi makan yang

dihabiskan Cukup meningkat

 Sariawan berkurang

 Diare berkurang

 Berat badan membaik

 Frekuensi makan

membaik

 Membran

 mukosa membaik

Manajemen Nutrisi

a. Identifikasi status

nutrisi,alergi dan intoleransi makanan,makanan yang disukai,kebutuhan kalori dan jenis nutrien.

b. Monitor asupan makanan


c. Monitor berat badan.

d. Fasilitasi menentukan pedoman diet.

e. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang disesuaikan.

f. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.

g. Ajarkan diet yang diprogramkan

h. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan.

i. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai kebutuhan kalori dan nutrien.

Membran mukosa pucat

 Sariawan

 Serum albumin

turun

 Diare

Kondisi terkait AIDS

Diagnosa

Tujuan kriteria hasil

Intervensi

Ansietas (D.0080) Penyebab :

 Krisis situasional

 Ancaman terhadap

konsep diri

- Ancaman terhadap
kematian Tanda dan gejala mayor

- Merasa bingung

- Merasa khawatir

dengan akibat

kondisi yang

dihadapi

- Tampak gelisah

dan tegang

- Sulit tidur

Tanda gejala minor

- Mengeluh pusing  Anoreksia

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x..... diharapkan Tingkat ansietas menurun
(L09093)

Keriteria hasil:

•Perasaan kebingungan

dan khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

• Perilaku gelisah

menurun

• perasaan tegang

menurun

• Konsentrasi membaik
• Pola tidur membai k.

Reduksi Ansietas

a. Monitor tingkat

kecemasan pasien

b. Identifikasi kemampuan

mengambil keputusan.

c. Dorong pasien untuk

mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

d. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

e. Diskusikan perencanaan realistis tentang

peristiwa yang akan datang

f. Jelaskan prosedur,termasuk sensasi yang mungkin dialami

Palpitasi

-Merasa tidak

berdaya

-Frekuensi napas

meningkat

- Frekuensi nadi meningkat

- Tremor

- Muka tampak

pucat
-Suara bergetar

g. Informasikan secara faktual mengenai diagnosa,pengobatan,da n prognosis

h. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

i. Latih penggunaan

mekanisme pertahanan

diri yang tepat

j. Ajarkan pasien dalam

menggunakan teknik

relaksasi

k. Kolaborasi dengan tim

medis dalam pemberian terapi

Diagnosa

Tujuan kriteria hasil

Intervensi

Defisit pengetahuan (D.0111)

Penyebab

- Keterbatasan kognitif

- Kekeliruan mengikuti

anjuran

- Kurang terpapai

informasi Tanda gejala Mayor


- Menanyakan masalah yang

dihadapi

- Menunjukan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x..... diharapkan tingkat pengetahuan membaik
(L.12111)

Kriteria hasil

- Perilaku sesuai anjuran

meningkat

- Perilaku sesuai pengetahuan

meningkat

- Pertanyaan tentang

Edukasi kesehatan

Identifikasi kemampuan

informasi

- Identifikasi

kesiapan dan meneriam

faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan

sehat

- Sediakan media

kesehatan

- Jadwalkan
kesehatan kesepakatan

materi dan pendidikan

pendidikan sesuai beri

Implementasi

Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara aktual, resiko, atau potensial. Kemudian
dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai.

F. Evaluasi

a. Dapat tidur/beristirahat adekuat

b. Membran mukosa pasien lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil,

haluaran urine adekuat

c. Menunjukkan nilai laboratorium dalam batas normal

d. Menunjukkan perbaikan energi yang adekuat.

Anda mungkin juga menyukai