HIV/AIDS
Dosen Pengampu :
Disusuh Oleh :
Estimasi yang menggambarkan besamya jwnlah penderita HIV-AIDS di Indonesia kiranya tidak
terlampau berlebihanjika dikaitkan dengan maraknya pemakaian narkoba
terutamamelaluijarumsuntikyangtidaksterildikalanganpendudukIndonesia. Jika sebelumnya
kalangan yang mempunyai resiko tinggi terhadap HIV-AIDS adalah melalui hubungan seksual,
terutama bagi mereka yang sering ganti-ganti pasangan (heteroseksual}, maka saat ini entitas
pengguna Napza suntik (penasun) jumlahnya semakin meningkat. Mengingat besamya potensi
penduduk Indonesia yang menggunakan narkoba, maka tidaklah mengherankan jika ada prediksi
yang suram yang mengatakan bahwa Indonesia akan kehilangan generasi mudanya sebagai
akibat pemakaian obat terlarang tersebut.
Seperti diketahui bahwa penularan HIV pada mereka yang memakai narkoba tersebut lebih
banyak ditularkan melalui jarum suntik tidak steril daripada hubungan seksual. Pemakaian jarum
suntik bagi junkies merupakan tindakan yang sangat berbahaya apalagi dipakai tidak steril dan
berganti-ganti. Jarum suntik tersebut merupakan agen penularan penyakit HIV-AIDS, hepatitis
dan berbagai penyakit lainnya. Padahal bagi pecandu narkoba jika sedang ketagihan mereka
tidak lagi berpikir, apakah alat suntik mereka steril atau tidak.
Di Indonesia, virus HIV telah menginfeksi penduduk usia produktifantara 15-24 tahun. Dengan
melihat masa Iaten dari HIV menjadifol/ blown AIDS yang memakan waktu sekitar 5 hingga 10
tahun dapat diperkirakan bahwa penularan HIV ini sudah terjadi pada usia lebih dini. Hal ini
sangat mengkhawatirkan karena akan merusak generasi penerus bangsa dan berdampak buruk
pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang akan datang. Oleh karena itu perlu adanya
respons yang memadai dengan cakupan program yang tinggi.
Dengan struktur penduduk Indonesia yang mengarah pada usia muda berarti proporsi penduduk
kelompok seksual aktifjuga besar. Bila penduduk usia muda tersebut termasuk dalam kelompok
berperilaku risiko tinggi terhadap penularan HIV-AIDS, maka hal tersebut akan mengancam
kehidupan sosial ekonomi penduduk Indonesia. Apalagi mengingat kecenderungan akhir-akhir
ini yang menunjukkan bahwa penduduk kelompok usia muda merupakan kelompok yang paling
beresiko untuk menularkan dan tertular infeksi HIV-AIDS.
Dari data yang dilaporkan, kasusAIDS paling banyak diketemukan pada pengguna jarum suntik
di mana jumlahnya mencapai hampir separuhnya. Urutan kedua yang banyak terpapar AIDS
adalah penduduk yang melakukan seks tidak aman pada pasangannya (heteroseksual). Meskipun
angkanya masih relatif kecil, kasus AIDS karena perinatal sudah mulai diketemukan di beberapa
wilayah di Indonesia. Data menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kasus HIV-AIDS
karena perinatal. Hal ini perlu mendapat perhatian serius mengingat kelompok yang dianggap
beresiko
dari semua pihak yang terkait dengan program penanggulangan HIV-AIDS untuk secara
proaktifterlibat dalam komunikasi, penyebaran informasi maupun melakukan edukasi kepada
masyarakat khususnya kelompok risiko tinggi. Dengan semakin meningkatnya kasus AIDS pada
penduduk usia muda, penyebaran informasi untuk meningkatkan public awareness mengenai
adanya bahaya HIV-AIDS nampaknya tidak dapat ditunda lagi. Selama ini kelompok usia muda
tersebut masih kurang mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang peduli terhadap
penanggulangan HIV- AIDS. Hal ini antara lain disebabkan persepsi orang bahwa kelompok usia
muda relatif masih 'aman' hila dibandingkan dengan pekerja seks. Persepsi demikian tidak
selamanya benar karena dari studi kualitatifyang telah dilakukan ternyata kelompok usia
muda/anak baru gede (ABG) ini telah terlibat dalamjaringan seksual multi-partner
dengan kelompok usia yang diperkirakan telah terpapar dengan infeksi PMS termasuk HIV-
AIDS. Oleh karena itu perilaku seksual remaja ini perlu mendapat perhatian dari kegiatan
serosurvey sehingga kasus-kasus perubahan status sero negatip menjadi positip HIV di kalangan
remaja ini dapat secepatnya terdeteksi dengan baik. Di samping itu, perlu diadakan pendekatan
yang lebih terfokus pada kelompok-kelompok ini. Hal ini dapat dilakuk.an dengan penyebaran
leaflet-leaflet dengan bahasa yang komunikatif di tempat yang biasa dipakai untuk mangkal para
'ABG' atau juga lewat sekolah- sekolah dan universitas-universitas.
Program untuk memutus mata rantai penyebaran HIV-AIDS perlu memperhatikan kelompok
umur penduduk dan disesuaikan dengan jenis intervensi. Program penyuluhan yang berkaitan
dengan upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran akan perilaku seksual yang positip perlu
diikuti dengan upaya peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang antara
lain mencakup pelayanan KB dan penanggulangan PMS. Hal ini perlu ditekankan pada
kelompok remaja karena di satu sisi kelompok remaja ini rentan dalam penularan penyakit,
namun di sisi lain pelayanan bagi kelompok ini kurang terstruktur karena pelayanan kesehatan
yang berkaitan dengan kegiatan seksuaVreproduksi umumnya ditujukan bagi kelompok orang
dewasa dan sudah menikah. Sikap prejudice terhadap remaja yang mencari pertolongan
kesehatan reproduksi di fasilitas pelayanan kesehatan umum perlu diluruskan agar remaja ini
tidak canggung dan malu untuk datang berkonsultasi atau berobat. Bila hal ini dilakukan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIV IBU HAMIL
A. Pengkajian
1) Data yang dapat dikumpulkan pada klien yaitu data sebelum dan selama kehamilan
1. Identitas pasien
2. Riwayat Kesehatan
( )Menstruasi ( ) Reproduksi
3. Keluhan Utama
Pasien mengeluh BAB encer, lemas, mual muntah, nafsu makan menurun,takut pada kondisi
bayi yang dikandungnya.
a. Aktivitas / Istirahat
Kaji respon klien, apakah mengalami kesulitan bergerak,reflek pergerakan. pada ibu hamil
kebutuhan akan kalsium meningkat,periksa apabila ada resiko osteoporosis. Hal itu dapat
memburuk dengan bumil HIV/AIDS.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan
TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
b. Sirkulasi
Kondisi ibu hamil dengan HIV / AIDS takut akan penularan pada bayi yang dikandungnya.
d. Eliminasi
Kaji tingkat urin klien apakah ada kondisi patologis seperti perubahan warna urin, jumlah
dan bau. Hal itu dapat mengidentifikasikan bahwa ada gangguan pada sistem perkemihan.
Biasanya saat imunitas menurun resiko infeksi pada uretra klien.
Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal,
nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri
tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah, warna,dan karakteristik
urine.
e. Makanan / Cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema.
f. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan aktifitas sehari-hari Tanda : Penampilan tidak rapi,
kurang perawatan diri.
g. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kerusakan status indera, kelemahan
otot, tremor, perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal, tremor,
kejang, hemiparesis, kejang.
h. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
i. Pernafasan
Kaji pernafasan bumil, apabila ibu telah terinfeksi sistem pernafasan maka sepanjang jalur
pernafasan akan mengalami gangguan. Misal RR meningkat, kebersihan jalan nafas.
Gejala : ISPA sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan,luka, transfuse darah, penyakit defisiensi imun,
demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar
limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
k. Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido, penggunaan pil
pencegah kehamilan.
l. Interaksi Sosial
Bagi keluarga pasien cenderung untuk menjauh sehingga akan menambah tekanan
psikologis pasien.
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya trauma AIDS
m. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan, prilaku seks beresiko tinggi, penyalahgunaan obat-
obatan IV, merokok, alkoholik.
Diagnosa Keperawatan :
Intevensi
- Status hipermetabolik
- Muntah - Diare
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x..... diharapkan status cairan membaik
(L.03028)
Kriteria hasil
- Otopnea menurun
- Dispnea menurun
- Membran mukosa
membaik
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Tujuan kriteria
Intervensi
hasil
Ketidak mampuan
mengabsorsi
nutrie.
Ketidakmampua
n menelan makan
- Ketidakmampua
n mencerna
makanan
- Peningkatan
kebutuhan
mayor
-Berat badan
- Cepat kenyang
setelah makan
- Kram/nyeri
abdomen
Kriteria hasil
Sariawan berkurang
Diare berkurang
Frekuensi makan
membaik
Membran
mukosa membaik
Manajemen Nutrisi
a. Identifikasi status
nutrisi,alergi dan intoleransi makanan,makanan yang disukai,kebutuhan kalori dan jenis nutrien.
Sariawan
Serum albumin
turun
Diare
Diagnosa
Intervensi
Krisis situasional
Ancaman terhadap
konsep diri
- Ancaman terhadap
kematian Tanda dan gejala mayor
- Merasa bingung
- Merasa khawatir
dengan akibat
kondisi yang
dihadapi
- Tampak gelisah
dan tegang
- Sulit tidur
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x..... diharapkan Tingkat ansietas menurun
(L09093)
Keriteria hasil:
•Perasaan kebingungan
• Perilaku gelisah
menurun
• perasaan tegang
menurun
• Konsentrasi membaik
• Pola tidur membai k.
Reduksi Ansietas
a. Monitor tingkat
kecemasan pasien
b. Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan.
Palpitasi
-Merasa tidak
berdaya
-Frekuensi napas
meningkat
- Tremor
- Muka tampak
pucat
-Suara bergetar
i. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
menggunakan teknik
relaksasi
Diagnosa
Intervensi
Penyebab
- Keterbatasan kognitif
- Kekeliruan mengikuti
anjuran
- Kurang terpapai
dihadapi
- Menunjukan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x..... diharapkan tingkat pengetahuan membaik
(L.12111)
Kriteria hasil
meningkat
meningkat
- Pertanyaan tentang
Edukasi kesehatan
Identifikasi kemampuan
informasi
- Identifikasi
faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan
sehat
- Sediakan media
kesehatan
- Jadwalkan
kesehatan kesepakatan
Implementasi
Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara aktual, resiko, atau potensial. Kemudian
dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai.
F. Evaluasi
b. Membran mukosa pasien lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil,