Anda di halaman 1dari 3

Matematika Ratunya Ilmu Pasti

ELYDAR, S.Pd
(Guru) SMPN 1 Bukittinggi

Matematika bukan merupakan suatu hal asing yang terdengar di telinga kita, setiap saat pasti kita
selalu dihadapkan dengan yang namanya matematika. Matematika merupakan ratunya ilmu,
semua cabang ilmu pasti memerlukan perhitugan dan membutuhkan daya pikir yang tinggi.

Menurut salah satu ahli matematika, Johnson dan Rising (1972). menyatakan matematika adalah
pola fikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan
simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Dari uraian diatas dapat kita pahami alasan banyak orang yang menganggap matematika salah
satu pelajaran yang paling susah dan membosankan, dari pengalaman yang kita hadapi pada
proses pembelajaran matematika di sekolah, peserta didik terlihat tidak begitu antusias dalam
mengerjakan soal matematika yang diberikan, mereka bekerja seadanya, bahkan mencontoh apa
yang dikerjakan oleh teman-temannya, tanpa memperhitungkan yang dibuat teman mereka itu
sudah benar atau tidak, pada kertas lembaran kerja mereka lebih banyak ditemukan goresan
/ukiran gambar-gambar, yang pasti bukan rumus matematika yang diinginkan untuk menemukan
jawaban dari soal matematika tersebut.

Logikanya, para guru matematika punya tantangan besar untuk mampu membawa peserta
didiknya agar menyenangi matematika, seperti yang kita kenal; matematika adalah pelajaran
angka, jika seorang guru hanya terpaku pada angka dan rumus baku, maka jalannya proses
belajar akan terasa membosankan, kalau sudah begini, siswa akan bosan, ngantuk, dan tidak lagi
fokus pada pelajaran, aturan main pelajaran matematika sangat sederhana, kalau tidak salah ya
benar, meskipun sudah menjabarkannya dengan rumus canggih dan penjelasan panjang lebar,
tapi kalau jawaban akhir salah, maka ya salah, setiap orang suka bercerita, apalagi jika kisah itu
bagus, pasti banyak orang yang mau mendengarkannya, namun seringkali guru matematika tidak
menambahkan cerita ketika sedang mengajar, alhasil, matematika terasa membosankan,
membangun cerita ketika sedang mempelajari sesuatu adalah metode yang kerap dipakai untuk
mengajar. Hampir semua mata pelajaran punya kisah yang dapat diceritakan. Namun matematika
tetaplah pelajaran logika dan fakta, tidak semuanya mengandung cerita menarik, ada banyak
rumus untuk memecahkan soal sederhana; seperti untuk memperoleh angka 20 saja, bisa dengan
rumus 5x4, 15+5, 25-5 atau, 100:5 maksudnya, untuk memecahkan persoalan matematika, bisa
memakai berbagai rumus untuk mendapatkan suatu jawaban yang sama.

Inilah yang terkadang membuat peserta didik kebingungan. Belum lagi ada berbagai rumus dan
turunannya. Dalam suatu kondisi, kita pasti pernah merasa kebingungan memilih rumus yang
hendak kita gunakan, tidak tahu fungsi dan korelasi satu sama lain, tiada hari tanpa rumus,
logika, dan konsep dalam matematika yang terkadang tidak memiliki keterkaitan satu topik
dengan lainnya. Yang perlu kita lakukan adalah memahami konsep, menemukan rumus yang
tepat, kemudian menyelesaikan persoalan, pada akhirnya, meski kita sudah benar dalam
menjawab soal dan mendapat kepuasan batin, ada pertanyaan yang mungkin mengganjal di
benak kita: Apakah rumus-rumus itu berguna untuk kehidupan sehari-hari? Jika iya, bagaimana
penerapannya?, tidak bisa di hafal hampir semua pelajaran memiliki metode pembelajaran
dengan hapalan, contohnya Geografi, Biologi, Sejarah, atau Bahasa Inggris. Lain halnya dengan
matematika, meskipun kita sudah hapal rumus-rumusnya di luar kepala, belum tentu
penerapannya berjalan mulus, setiap hari kita mungkin sudah latihan menggunakan berbagai
jenis rumus, namun ketika ujian tiba, kita nggak bakal menemui soal yang sama, rumus boleh
sama, tapi soalnya beda, itulah matematika, bagi anak-anak yang masih berusia dini, berhasil
menorehkan prestasi memiliki kebahagiaan tersendiri, mereka belum terbiasa dengan kegagalan.
Ketika gagal, mereka akan gampang menyerah dan nggak akan mau mencoba lagi. Sama halnya
ketika mereka belajar matematika. Mereka akan kehilangan minat terhadap pelajaran ini ketika
salah dalam menjawab soal. Oleh karenanya, sangat penting untuk memahami bahwa
matematika bukan sekadar soal hitung-hitungan, tapi uji mental agar tidak gampang putus asa.

Alasan utama kenapa banyak orang benci dengan matematika adalah karena terpengaruh
omongan orang lain. Secara tidak langsung, otak kita akan tersugesti oleh omongan negatif
terhadap mata pelajaran ini; sepert; orangtua kita mungkin pernah bilang begini, "Ayah dulu
pelajaran matematika cuma dapat nilai 5!" Sementara itu, saudara kita mengatakan," Guru
matematikaku dulu killer dan pelit nilai banget." Ucapan-ucapan miring seputar matematika
tersebut bakal membuat kita ikut-ikutan tidak suka kepada mata pelajaran tersebut, takut
disalahkan jika berbuat salah. “Jangan takut berbuat salah”, mungkin kita sering mendengar
ungkapan tersebut. Namun bagi anak-anak, salah tetaplah salah dan mereka bakal
menganggapnya sebagai sesuatu yang serius dan kepikiran terus-menerus. Kalau tidak diberikan
pemahaman yang tepat, anak-anak akan berhenti mencoba ketika mereka berbuat salah. Mereka
akan takut disalahkan ketika berbuat salah, pemahaman konsep dasar dalam matematika
sangatlah penting. Kalau kita tidak bisa memahami konsep perkalian dasar atau perhitungan
campuran, maka kita akan kesulitan memecahkan soal tingkat lanjut. Matematika dianggap
sebagai mata pelajaran sulit salah satunya karena faktor ketidak pahaman konsep.

Anda mungkin juga menyukai