BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang
telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang cepat
dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan
untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik
dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD Puskesmas Tirtoyudo
khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat darurat di IGD
harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat Puskesmas Tirtoyudo.
B.Ruang Lingkup
D. Landasan Hukum :
Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang berlakunya
Standar Pelayanan di Rumah Sakit
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS / GDE / VII / 1991
Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
BAB 2 – STANDAR KETENAGAAN.
A. Kualifikasi SDM.
1) Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :
Nama
Nomor Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan
SKp / SKM /
Pengelolah Setingkat
1 IGD Bersertifikat BLS/BTCLS/PPGD
Para Medis
Penanggung Bersertifikat BLS/BTCLS/PPGD
3 Jawab Shift D III Keperawatan
Bersertifikat
Para Medis D III BLS/BTCLS/PPGD
4 IGD Keperawatan/Kebidanan
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi:yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal
bersertifikat BLS.
2. Untuk Dinas Sore dan Malam:yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar
minimal bersertifikat BLS.
Pengaturan Jaga.
1. Pengaturan Jaga Paramedis IGD.
Pengaturan jadwal dinas paramedis IGD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
pengelolah IGD.
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke paramedis
IGD setiap satu bulan..
Untuk tenaga paramedis yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
paramedis tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
Setiap tugas jaga / shift harus ada paramedis penanggung jawab shift ( PJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan atau Kebidanan dan memiliki
sertifikat tentang kegawat daruratan.
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore dan malam, lepas malam, libur dan
cuti.
Apabila ada tenaga paramedis jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka paramedis yang
bersangkutan harus memberitahu Pengelolah IGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam
sebelum dinas sore dan malam. Sebelum memberitahu Pengelolah IGD, diharapkan
paramedis yang bersangkutan sudah mencari paramedis pengganti, Apabila
paramedis yang bersangkutan tidak mendapatkan paramedis pengganti, maka
Pengelolah IGD akan mencari tenaga paramedis pengganti yaitu paramedis yang
hari itu libur.
Apabila ada tenaga paramedis tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka Pengelolah IGD akan mencari paramedis
pengganti yang hari itu libur atau perawat IGD. Apabila paramedis pengganti tidak
di dapatkan, maka paramedis yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.(Prosedur pengaturan jadwal dinas perawat IGD sesuai SOP
terlampir).
2. Pengaturan Jaga Dokter IGD
Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka Instalasi Gawat
Darurat dan disetujui Pengelolah IGD.
Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan (On Call) serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga
di mulai.
Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan
jadwal yang telah di tetapkan maka :
A. Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Pengelolah Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga,
serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga
B. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Pengelolah Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan
dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka Pengelolah Instalasi Gawat Darurat wajib
untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga
yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila
dokter jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya
wajib untuk menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD
sesuai SOP terlampir).
C. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Pengelolah Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan
dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka Pengelolah Instalasi Gawat Darurat wajib
untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga
yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila
dokter jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya
wajib untuk menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD
sesuai SOP terlampir).
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana.
IGD Puskesmas Tirtoyudo terdiri dari ruangan Triase, ruang resusitasi , ruang tindakan
bedah , ruangan tindakan non bedah dan ruangan observasi.
Ruangan resusitasi terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur , ruangan tindakan bedah terdiri dari
satu (1 ) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur,
ruangan observasi terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur.
2. Peralatan.
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat
Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien
Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung
seperti monitor dan defribrilator.
Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Puskesmas Tirtoyu saat ini memiliki 2
( dua ) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian
umum.
37 Meylon 25 ml Flacon 9
1. Tablet
Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
Anti hypertensi/
1. Adalat 5 mg Tablet 10 Betabloker
Anti hypertensi /
2. Adalat 10 mg Tablet 10 Betabloker
Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
1. Asering Kolf 4
7. Kaen 3 B Kolf 1
8. Kaen 3 A Kolf 1
9. Larutan 2 A Kolf 7
# Suppositoria
Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
Anti piretik,
4. Paracetamol Sup Supp 1 Analgetik
Anti piretik,
5. Propyretic 160 mg Supp 1 Analgetik
Anti piretik ,
6. Proris Sup Supp 6 Analgetik
2. OBAT PENUNJANG
3. Injeksi
1. Obat tablet
3. Inopamil Tablet 5
8. Norit Tablet 15
– Tensimeter
Perangkat Kerja
– Formulir Persetujuan Tindakan
Perangkat Kerja
– Ambulan
1.
Senter
Stetoscope
EKG
Surat Kematian
BAB V – LOGISTIK
Asesmen resiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
Karena “ keberuntungan”
Karena “ pencegahan ”
Karena “ peringanan ”
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,
seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
1. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden Keselamatan”