Pendahuluan
1 Kedung Sutomo
2 Tawar Siswanto
3 Mambang Sikan
4 Towo
Suwarno
5 Mabang
1 Juprianto Ketua
2 Sampurno Sekretaris
3 Rusman Anggota
4 Sapari Anggota
5 Wardji Anggota
6 Anggota
7 Anggota
8 Anggota
9 Anggota
1 Ketua
2 Sekretaris
3 Anggota
4 Anggota
5 Anggota
6 Anggota
7 Anggota
8 Anggota
9 Anggota
1
Data dihimpun dari Papan Informasi dan Profil Desa, pada sabtu 1 Agustus 2019 pukul 09.30
WIB, di Balai Desa Cangkring.
2
Data dihimpun dari Papan Informasi dan Profil Desa, pada sabtu 1 Agustus 2019 pukul 09.30
WIB, di Balai Desa Cangkring.
Laki-laki : 664 Orang
Perempuan : 709 Orang
4. Luas Wilayah menurut penggunaan total 446.495,47 yang terdiri dari :
a. Luas tanah sawah : 159.249,00 Ha
b. Luas tanah kering : 18.642,70 Ha
c. Luas tanah basah : 0,00 Ha
d. Luas tanah perkebunan : 0,00 Ha
e. Luas fasilitas umum : 24.418 Ha
f. Luas tanah hutan : 616.310,00 Ha
D. Sejarah desa
Kata Kedungmentawar berasal dari kata Kedung dan tawar, kedung berarti
bagian sungai yang terdalam. Tawar yang berarti Towo atau tidak terasa asin.
Menurut cerita, bahwa dahulu kala semasa kejayaan kerajaan Majapahit.
Setiap waktu mengadakan pertemuan besar atau persewakan agung.Dan setiap
kerajaan kecil di seluruh Nusantara hadir. Pada suatu ketika rombongan dari
kerajaan Bojonegoro datang ke Mojopahit adalah melalui kawasan ini. Dan waktu
rombongan pulang kehabisan bekal terutama air sehingga rombongan
kehausan,dan disepanjang jalan mencari air dan mendapatkannya Akhirnya
berhenti di suatu tempat dan menemukan sebuah telaga atau jurang yang tidak
begitu luas tetapi cukup dalam dan airnya sangat jernih. Para prajurit langsung
meminum air tersebut dan mereka berteriak airnya tawar- airnya tawar. Dan setiap
lewat para prajurit berhenti untuk minum dan mengambil untuk bekal dalam
perjalanan.dan menamakan tempat itu dengan sebutan Kedung- Tawar. Semenjak
itulah dan sampai sekarang tempat itu menjadi kampung dengan nama
Kedungmentawar. tidak
Desa Kedungmentawar merupakan desa mayoritas penduduk tergolong
miskin dengan mata pencaharian mayoritas sebagai petani.
E. Tradisi Desa
Antusiasme masyarakat Desa kedungmentawar terhadap tradisi
leluhur memang begitu besar hal ini nampak dari banyaknya kegiatan
masyarakat yang berhubungan dengan kesenian dan kebudayaan seperti
berikut3 :
1. Sedekah Bumi
Sedekah bumi merupakan salah satu dari tradisi masyarakat Desa
kedungmentawaryang sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang
dan masih terus dilestarikan hingga sekarang. Tradisi ini dilakukan
sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah, yang
dilakukan setiap musim panen tiba.
Pada zaman dahulu, tradisi sedekah bumi ini dilakukan oleh
para warga di suatu tempat khusus seperti masjid atau lapangan. Namun
seiring dengan perkembangan, tradisi ini mengalami suatu perubahan
kebiasaan yakni melakukan sedekah bumi di rumah-rumah warga yang
memang punya hajatan untuk menggelar tradisi ini. Tradisi sedekah
bumi di Desa kedungmentawar ini hanya dilakukan oleh warga yang
masih menjaga tradisi dan kelestarian budaya.
Menurut pengakuan Mbah Uti (68 tahun) salah satu warga Desa
Bluluk, mengungkapkan bahwa sedekah bumi hanya dilakukan oleh
sebagian penduduk yang mampu. Karena dalam tradisi ini
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit sehingga membuat masyarakat
enggan untuk melaksanakannya. Mengingat kebutuhan hidup yang
semakin meningkat dan panen yang tak menentu, maka warga Desa
Cangkring lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat primer.4
Makanan yang disajikan dalam tradisi sedekah bumi adalah berupa
nasi putih lengkap dengan lauk pauk seperti ikan, telur, tempe, dan
tahu. Terdapat pula sayuran berupa lalap timun, kubis, dan daun
kemangi yang kesemuanya dibungkus dengan memakai daun jati.
Makanan ini akan dibagikan setelah doa dan tahlil dibaca secara
bersama dengan dipimpin sesepuh desa atau seorang tokoh agama yang
ada
2. Langen Tayub
3
Informasi diperoleh dari Kusdarianto, Sekretaris Desa Cangkring, pada 31 Juli 2019, pukul
18.30 WIB
4
Hasil wawancara dengan salah satu warga Mbah Uti pada tanggal 02 Agustus 2019
Langen Tayub merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang
hidup secara turun temurun. Langen Tayub juga merupakan tari
pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat.
Langen Tayub merupakan bagian dari seni tari. Langen Tayub berasal
dari kata “ta” (ditata) dan “yub” (ben guyub) yang artinya diatur agar
tetap rukun bersahabat dengan rasa persaudaraan.
Langen Tayub di Desa kedungmentawar Kecamatan ngimbang
Kabupaten Lamongan disuguhkan untuk hiburan masyarakat pada acara
bersih desa dan acara-acara pernikahan. Langen Tayub yang disajikan
pada acara bersih desa, dilakukan di sebuah tempat yang oleh
masyarakat sekitar disebut dengan panggang. Panggang merupakan
sebuah tempat yang dianggap oleh masyarakat Desa kedungmentawar
sebagai tempat yang dahulunya digunakan tempat berteduh danyang
desa atau babat desa karena di panggang terdapat wet gede agrom.
Apabila dalam acara bersih desa tidak mengadakan Langen Tayub, pasti
akan mendatangkan musibah, di antaranya yaitu penduduk desa
kampira (kePolamanpan), hasil panen tidak sukses, dan padi tidak dapat
tumbuh dengan baik. Hal tersebut menjadi bukti bahwa kepercayaan
masyarakat Desa kedungmentawar masih sangat kental dengan adat
tradisi dan kepercayaan terhadap leluhur. Keyakinan masyarakat akan
tradisi warisan leluhur dan latar belakang masyarakat Desa Cangkring
sebagai masyarakat agraris, menjadikan masyarakat sampai saat ini
masih melaksanakan upacara bersih desa dengan menyajikan Langen
Tayub.
Langen Tayub memiliki makna yang sangat dipercayai dan
dipegang teguh oleh masyarakat Desa Cangkring. Oleh karena itu setiap
bagian dari pelaksanaan pertunjukan Langen Tayub Dusun Mlaten
dilaksanakan sesuai dengan tradisi warisan leluhur agar tidak mengubah
makna yang terkandung dalam acara tersebut. Misalnya sebelum acara
pokok bersih desa dimulai, seluruh anggota masyarakat yang terlibat
harus melakukan upacara ritual di panggang dengan maksud dan tujuan
untuk menghormati arwah leluhur Desa Cangkring. Seperti yang
dikatakan oleh Bapak Ruslan bahwa “Upacara bersih desa pertamakali
harus dilaksanakan di panggung sebagai penghormatan terhadap arwah
leluhur. Setelah itu diikuti oleh acara-acara selanjutnya”.
F. Aspek Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam sebuah peradaban
manusia, Kemajuan suatu masyarakat salah satunya dapat dilihat dari aspek
tinggi rendahnya pendidikan yang ada dalam masyarakat tersebut. Dengan
adanya pendidikan akan mampu menjadikan masyarakat terdidik dan
berperilaku mulia. Dengan demikian, mengingat begitu pentingnya fungsi
pendidikan dalam masyarakat, pendidikan sangat pantas menjadi sorotan
utama dalam menopang perkembangan dan kemajuan dalam suatu
masyarakat.
Desa Cangkring memiliki beberapa lembaga pendidikan yaitu RA
yang berada di Dusun Cangkring, PAUD, TK, dan SDN 01 Cangkring yang
lokasinya berada di Dusun Mlaten. Disamping itu pendidikan non formal
masih jarangg seperti TPQ sedangkan Madin belum berdiri. Pengkaderan
pendidik khususnya untuk pendidik TPQ memang sangat sulit dilaksanakan
karena setiap anak yang sudah masuk ke sekolah setingkat SMP sudah tidak
mau aktif di TPQ lagi. TPQ di Desa Cangkring peminatnya akan meningkat
saat momen-momen tertentu, seperti ketika ada kegiatan di Desa tersebut
misalnya kegiatan KKN/KPM dari berbagai Perguruan Tinggi.5
G. Aspek Kesehatan
Kesehatan masyarakat menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan
oleh pemerintah terutama perangkat Desa di dalam lingkup wilayah desa
karena kesehatan adalah hak setiap warga masyarakat dan merupakan hal
yang penting bagi peningkatan kualitas masyarakat kedepannya. Masyarakat
yang produktif harus didukung oleb kondisi kesehatan yang baik. Salah
satunya dengan adanya fasilitas kesehatan yang cukup memadai. Di Desa
Cangkring ini belum memiliki fasilitas untuk kesehatan seperti Posyandu atau
5
Hasil wawancara dengan Bpk Supiono (Takmir Masjid Desa Cangkring) dan Dari Bpk Sukimin
(Tokoh Agama Desa Cangkring), pada 01 Agustus 2019, pukul 18.15 WIB.
Polindes, akan tetapi pihak pemerintah desa mengadakan Posyandu satu
bulan sekali di setiap dusun dengan bidan dari puskesmas kecamatan.
H. Aspek Ekonomi
Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Cangkring adalah Rp.
650.000 – Rp. 750.000. Secara umum mata pencaharian warga masyarakat
Desa Cangkring dapat terindentifikasi ke dalam beberapa factor yaitu sebagai
petani, jasa atau perdagangan, dan lain-lain.
Tabel 1.6
Mata Pecaharian Masyarakat Desa Cangkring
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani 430
2 Tukang Kayu 16
3 Tukang Batu 24
4 PNS/TNI/ABRI 36
5 Pedagang 14
6 Sopir 8
528
6
Hasil Bincang santai Bersama Bapak Agus Dusun Mlaten Pada tanggal 09 Agustus 2019 Pukul
18.30
7
Wawancara Bersama ibu Rumbati pada tanggal 5 Agustus 2019 pukul 17.00
Desa Cankring merupakan desa yang sangat luas, hal ini
mengakibatkan Desa cangkring sulit untuk dikondisikan, terutama
perangkat-perangkat desa. Perangkat desa di Desa Cangkring sangat sulit
untuk diajak kumpul.
Kondisi Pendidikan juga sangat memprihatinkan, karena hanya
terdapat satu Lembaga formal dalam satu desa. Hal ini dianggap kurang
oleh masyarakat karena letaknya yang sangat jauh.
Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap Pendidikan agama
terhadap anaknya menjadi factor utama bagi perkembangan TPQ di Desa.
Orang tua kurang mengetahui kewajibanya untuk memerintahnya anaknya
agar memiliki ilmu khusus agama atau agar bisa mengaji dan membaca al-
qur’an dengan baik dan benar.
Kompetisi guru TPQ juga menjadi permasalahan bagi perkembangan
TPQ. Kebanyakan guru TPQ tidak terlalu menguasai metode pembelajaran
dan Teknik pembalajaran, karena kuranya pelatihan guru TPQ. Selain itu
kurangnya motivasi dan dukungan terhadap anak-anak TPQ sehingga anak
tidak mempunyai semangat dalam belajar ilmu agama.