NRP : 5008211164
A. JENIS-JENIS PEWARNAAN
1. Dyes and Simple Staining
Pewarnaan sederhana adalah pemberian warna pada bakteri atau jasad renik lain
menggunakan satu macam zat warna untuk mewarnai dinding sel bakteri yang bertujuan
untuk melihat bentuk sel. Sebelum dilakukan pewarnaan harus dilakukan fiksasi dengan
cara melewatkan gelas objek di atas nyala api sebanyak 3-4 kali. Berdasarkan sifat gugus
muatannya, pewarna pada jenis ini dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Pewarna dasar (bersifat basa/alkalin)
• Methylene blue, basic fuchsin, crystal violet, safranin, dan malachite green.
• Sifat basa pada pewarna dasar memiliki muatan positif (+) dan akan mudah
bereaksi dengan dinding sel bakteri yang bermuatan negative (-).
b. Pewarna asam (bersifat asam)
• Eosin, rose bengal, dan acid fuchsin
• Sifat asam pada pewarna asam memiliki muatan negative (-) dan akan mudah
bereaksi dengan dinding sel bakteri yang bermuatan positif (+).
Prosedur pewarnaan sederhana :
• Perbedaan dinding sel bakteri gram positif dan bakteri gram negatif :
b. Acid-fast Staining
• Teknik pewarnaan ini digunakan untuk bakteri yang tahan asam yaitu bakteri
yang kandungan lemaknya sangat tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan
pewarnaan biasa
• Kelompok bakteri tahan asam dapat mempertahankan zat warna pertama
sewaktu dicuci dengan larutan pemucat.
• Golongan bakteri biasanya bersifat pathogen pada manusia, seperti :
Mycobacterium tuberculosis.
• Metode yang sering digunakan dan efektif adalah metode Zieh;-Neelsen.
Metode ini dilakukan dengan proses pemanasan dan pemberian zat warna
khusus seperti basic fuchsin.
• Ilustrasi metode Acid-fast Staining :
b. Endospore staining
• Endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang
mengalami penebalan serta memiliki beberapa lapisan tambahan
• Ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora, yaitu genus Bacillus
dan genus Clostridium
• Beberapa metode pewarnaan spora bakteri, diantaranya yaitu metode Schaeffer-
Fulton dan metode Dorner.
• Metode Schaeffer-fulton, pewarna yang digunakan adalah hijau malaksit dan
safranin, sedangkan pada metode Dorner, pewarna yang digunakan adalah
carbol fuchsin yang dipanaskan dan negrosin
• Prosedur Schaeffer-Fulton :
• Prosedur Schaeffer-Fulton :
c. Flagella staining
• Flagel merupakan salah satu alat gerak bakteri. Berdasarkan jumlah dan letak
flagelnya, bakteri dibedakan menjadi monotrik, lopotrik, amfitrik, peritrik dan
atrik.
• Prinsip pewarnaan flagella adalah membuat organel tersebut dapat dilihat
dengan cara melapisinya dengan mordant dalam jumlah yang cukup.
• Dua metode pewarnaan flagella, yaitu metode Gray dan metode Leifson.
• Metode Gray digunakan untuk mendapat hasil yang lebih baik dan mengena
walaupun dalam metode ini tidak dilakukan pencelupan yang khusus.
• Pada pewarnaan flagella larutan kristal violet bertindak sebagai pewarna utama,
sedangkan asam tannic dan alumunium kalium sulfat bertindak sebagai
mordant. Kristal violet akan membentuk endapan disekitar flagel, sehingga
meningkatkan ukuran nyata flagel.
• Prosedur flagel staining dan contoh hasil pengamatan :
B. PERBEDAAN WARNA BAKTERI GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF