Anda di halaman 1dari 12

PEMBAHASAN

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN NON SOLID


DAN STERIL

“PERSIAPAN AWAL FORMULASI SEDIAAN STERIL”

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021/2022
A. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mampu melakukan pencuciandan


sterilisasi karet, ampul, vial, dan botol infus.
2. Mahasiswa diharapkan dapat memahami, mengetahui, dan menguasaibatasan
wadah gelas yang digunakan untuk injeksi dan cara pengujiannya.

B. Tinjauan Pustaka

Sterilisasi adalah sebuah proses yang dirancang untuk mencapai keadaan steril.
Secara tradisional kondisi steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dari semua mikroorganisme hidup. Formulasi sediaan steril merupakan salah
satu bentuk sediaan farmasi yang paling banyak dipakai terutama saat pasien dioperasi,
diinfus, disuntik, mempunyai luka terbuka yang harus diobati dan sebagainya. Semuanya
membutuhkan kondisi steril karena pengobatan yang bersentuhan langsung dengan sel
tubuh, lapisan mukosa organ tubuh, dan dimasukkan langsung kedalam cairan atau rongga
tubuh memungkinkan terjadinya infeksi bila obat tidak steril. Karena itu, dibutuhkan sediian
obat yang steril dan jugadalam kondisi isohidris dan isotonis agar tidak mengiritasi.
Produk steril adalah sediaan teraseptis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk
obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa
kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh
yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari
kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurniaan
tinggi dan luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk
ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik,
kimia atau mikrobiologi.
Bentuk sediaan steril bisa berbagai bentuk, yaitu cair, padat, atau semi padat. Proses
pembuatannya sama dengan sediaan non steril. Namun, dalam pembuatan sediaan steril kita
perlu mengetahui proses sterilisasinya yang berkaitan dengan stabilitas bahan aktif maupun
bahan-bahan tambahannya. Dengan demikian, dalam pembuatan sediaan steril bekal
pengetahuan tidak sekedar pengetahuan formulasi sediaan, tetapi juga pemahaman kimia
fisika yang berkaitan dengan stabilitas proses pembuatan, sehingga menghasilkan sediaan
yang dikehendaki.
C. Alat Dan Bahan

• Percobaan uji wadah gelas untuk injeksi

Alat

1. Autoclave 2. Botol infus kaca

3. Glassware 4. Alumunium foil

5. Bunsen 6. Tabung reaksi

7. Penjepit Kayu

Bahan

1. Air bebas CO2 2. Indikator metal merah

3. H2SO4 0,01 N 4. Asam hipofosfit encer

5. Aquadest 6. Asam Klorida

7. Aceton 8. Natrium Sulfida

• Percobaan washing and sterilization of rubber stopper, ampoule, Vial,


and infuse bottle

Alat

1. Autoclave 2. Ampul

3. Glassware 4. Vial

5. Botol infus kaca 6. Tutup karet

7. Las ampul

Bahan

1. Tapol 2. Aquadest

3. Alkohol 4. HCl encer


D. Cara Kerja Skematis

1. Percobaan uji wadah gelas untuk injeksi

• Batas kebasaan
• Batas arsen

• Batas timbal

2. Percobaan washing and sterilization of rubber stopper, ampoule, Vial,


and infuse bottle

• Cara mencuci karet botol infus


Catatan : untuk karet berkualitas tinggi, Langkah 1 dan 2 dapat dilewati

• Cara mencuci ampul/vial/botol infus (glassware)

E. Pembahasan Cara Kerja

Pada Percobaan pratikum ini Untuk uji Metode kebasaan dilakukan dengan pembilasan gelas
dengan aquadest dan aqua bebas CO2. Aqua bebas CO2 dibuat dengan memanaskan air dan
setelah mendidih ditutup dan diharapkan tidak ada udara yang masuk. Botol di autoklav pada
115°C selama 15 menit, atau disebut dengan sterilisasi panas basah. Mekanisme sterilisasi dengan
membunuh mikroorganisme lewat tekanan uap yang merusak kerja sel penyusun mikroorganisme
pada pembentukan koagulasi protein, ini dilakukan pada 3 botol infuse.

Setelah itu, diambil 100 mL isi dan dituang dalam Erlenmeyer dan ditambah indikator
metil merah, lalu dititrasi dengan H2SO4 0,01 N. Titrasi ini direplikasi 3 kali untuk tiap botol
infus. Blanko dibuat dengan cara mentitrasi aqua bebas CO2 dengan titran H2SO4.

Batas timbal merupakan batasan kualitatif dengan menambahkan Asam Klorida PPb dan
Natrium Sulfida P dalam air. Warna yang timbul jika mengandung timbal adalah coklat.

Batas Arsen dipipet 5 ml air dari wadah yang dikerjakan menurut cara yang tertera pada batas
kebasaan, kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 ml Asam Hipofosfit encer P As Dipanaskan
diatas penangas air selama 30 menit Dilihat ada tidaknya warna coklat

F. Hasil Percobaan
a. Uji Wadah Gelas untuk Injeksi

1. Uji batas kebasaan


Volume botol = 500 mL
Volume sampel = 100mL
Hasil titrasi

Sampel Volume H2SO4 (mL) Volume H2SO4 – Vol


Blanko 2,85 Volume blanko rata-rata
(mL) (mL)
Sampel 1 5,001 4,420 4,540 2,151 1,57 1,69 1,81 (mL)
(mL) (mL) (mL)
Sampel 2 3,220 3,100 3,160 0,37 0,25 0,31 0,72 (mL)
(mL) (mL) (mL)
Sampel 3 3,440 4,820 4,220 0,59 1,97 1,37 3,01 (mL)
(mL) (mL) (mL)
Keterangan :

Perhitungan : Hasil = volume sampel – volume blanko


Sampel 1 :
5,001-2,85 : 2,151 (mL)
4,420-2,85 : 1,57 (mL)
4,540-2,85 : 1,69 (mL)
Rata-rata : 1,81 (mL)

Sampel 2
3,220-2,85 : 0,37 (mL)
3,100-2,85 : 0,25 (mL)
3,160-2,85 : 0,31 (mL)
Rata-rata : 0,72 (mL)
Syarat pada farmakope : syarat kebasaan untuk
Sampel 3 volume botol lebih dari 100 mL H2SO4 yang
3,440-2,85 : 0,59 (mL) dibutuhkan tidak lebih dari 0,5
4,820-2,85 : 1,97 (mL)
4,220-2,85 : 1,37 (mL)
Rata-rata :-3,01 (mL)
2. Uji batas timbal
Tidak terbentuk warna coklat pada larutan uji

Kesimpulan : tidak ada timbal, karena tidak menimbulkan warna coklat

3. Uji batas arsen


Tidak terbentuk warna coklat pada larutan uji

Kesimpulan : tidak ada arsen, karena tidak menimbulkan warna coklat


b. Washing And Sterilization Of Rubber Stopper, Ampoule, Vial

a. Pencucian tutup karet

No. Pencucian menggunakan Kejernihan

1. Teepol 1% (2 kali) Keruh

2. Aquadest Jernih

3. Aquades : spiritus (1: 1) Jernih

Keterangan : Tidak ada bercak kering pada tutup karet yang disterilkan
Kesimpulan : Karena pencucian dengan larutan Teepol beberapa kali (2x)dapat
membuat wadah jernih, serta tidak adanya bercak pada tutup karet.

Pembahasan : Untuk mencuci dan mensterilkan botol infus, ampul, dan vial digunakan
metode sterilisasi panas kering. Mikroorganisme akan mengalami kekeringan jika
dipaparkan pada suhu tinggi dan akibatnya sel akan lisis dan mati. Kekurangan sterilisasi
panas kering yaitu masih bertahannya endospora bakteri. Setelah direndam dan dididihkan
dengan Teepol 1% lalu dicuci dengan aquadest dan di sterilkan pada temperatur 2000C oven
selama 1 jam. Oven merupakan alat sterilisasi yang menggunakan udara panas kering,
dimana fungsi oven adalah mensterilkan alat-alat gelas yang tidak berskala. Prinsip oven
yaitu menghancurkan lisis mikroba menggunakan panas udara kering. Untuk sterilisasi
panas kering sangat diperhatikan penempatan bahan yang akan disterilisasi, yaitu sebisa
mungkin tidak renggang atau seminimal mungkin hindari adanya celah agar aliran udara
tidak dapa menembus dan terdistribusi, selain itu agar bahan tidak pecah atau retak karena
bahan tersebut akan memuai pada pemanasan.
b. Pencucian ampul, vial dan botol infuse

No. Pencucian menggunakan Kejernihan

1. Teepol 1% (2 kali) Keruh

2. Aquadest Jernih

Keterangan : Tidak ada bercak kering pada wadah gelas yang disterilkan
Kesimpulan : belum steril sepenuhnya jika belum dioven

Pembahasan : Untuk mencuci dan mensterilkan botol infus, ampul, dan vial digunakan
metode sterilisasi panas kering. Mikroorganisme akan mengalami kekeringan jika
dipaparkan pada suhu tinggi dan akibatnya sel akan lisis dan mati. Kekurangan sterilisasi
panas kering yaitu masih bertahannya endospora bakteri. Setelah direndam dan dididihkan
dengan Teepol 1% lalu dicuci dengan aquadest dan di sterilkan pada temperatur 2000C oven
selama 1 jam. Oven merupakan alat sterilisasi yang menggunakan udara panas kering,
dimana fungsi oven adalah mensterilkan alat-alat gelas yang tidak berskala. Prinsip oven
yaitu menghancurkan lisis mikroba menggunakan panas udara kering. Untuk sterilisasi
panas kering sangat diperhatikan penempatan bahan yang akan disterilisasi, yaitu sebisa
mungkin tidak renggang atau seminimal mungkin hindari adanya celah agar aliran udara
tidak dapat menembus dan terdistribusi, selain itu agar bahan tidak pecah atau retak karena
bahan tersebut akan memuaipada pemanasan.
G. Pembahasan

Uji Wadah Gelas untuk Injeksi


Gelas dipakai sebagai wadah untuk injeksi harus dapat menjaga pH larutan sehingga tidak
menaikkan pH karena pengeluaran alkali, oleh karenanya gelas harus bersifat netral. Wadah yang
telah mengalami perubahan fisika- kimia sehingga menyebabkan mungkin tidak lagi memenuhi
syarat. Syarat yang lain untuk wadah sediaan injeksi yaitu untuk ampul harus mudah dilebur, pada
waktu menutup ampul, tidak mudah pecah, dan untuk ampul pada waktu dipotong tidak mengeluarkan
pecahan gelas yang lembut. Dan untuk tutup karet harus memenuhi syarat-syarat mengenai sifat fisis
maupun khemis dan diperhatikan keadaan bahwa tutup karet akan kontak dengan larutan-larutan
pada tekanan dan suhu yang tinggi, harus elastis, dapat menutup baik pada pencoblosan atau
larutan tak keluar dari samping jarum, dan apabila jarum ditarik, akan menutup lagi, permukaan
lapisan karet harus licin dan tak berlubang agar dapat dicuci bersih, dan tutup karet harus dibuat
sedemikian rupa, hingga sehabis sterilisasi karena penurunan tekanan dalam yang dengan
demikian menjamin penutupan wadah itu dengan sempurna (Anief, 2007).
Batas yang perlu diuji untuk wadah gelas untuk injeksi yaitu batas kebasaan, batas arsen,
dan batas timbal. Pada percobaan ini dilakukan percobaan batas kebasaan. Batas kebasaan
dibagi dalam dua metode yaitu metode serbuk gelas dan metode permukaan. Batas kebasaan
yang digunakan pada percobaan ini adalah metode permukaan, yaitu metode gelas ini diisi dengan
air bebas CO2 dan mengandung sejumlah HCl atau H2SO4 dan menggunakan indicator yaitu metil
merah. Pada metode kebasaan dilakukan dengan pembilasan gelas dengan aquadest dan aqua bebas
CO2. Pembuatan aqua bebas CO2 dapat dilakukan dengan memanaskan air dan setelah mendidih
ditutup dan diharapkan tidak ada udara yang masuk. Air H2O bila ditambahkan dengan Aqua bebeas
CO2 akan berubah menjadi H2O2 yang sifatnya asam sehingga kebasaan menjadi berkurang. Reaksi:
H2O2 + CO2® H2CO3. Gelas diisi dengan air bebeas CO2 sebanyak 90% dan ditutup dengan
aluminium foil yang telah dibilas aseton. Kegunaan aseton yaitu sebagai desinfektan dan sifatnya
mudah menguap. Dilakukan steril panas basah dengan cara botol di autoklav pada 121°C selama 15
menit. Hal ini berfungsi untuk membunuh mikroorganisme lewat tekanan uap yang merusak kerja sel
penyusun mikroorganisme pada pembentukan koagulasi protein, ini dilakukan pada 3 botol infus.
Pada tahap pentitrasian, titik akhir titrasi ditandai dengan adanya warna merah yang konstan (tidak
hilang pada pengojokan). Titrasi ini direplikasi 3 kali untuk tiap botol infus. Pembuatan blangko
dengan cara mentitrasi aqua bebas CO2 dengan titran H2SO4. Volume H2SO4 sampel dikurangi
dengan volume blangko sehingga diperoleh volume H2SO4 yang ekuivalen dengan kebasaan. Ini
bisa diketahui volume H2SO4 harus lebih besar dari volume blanko karena batas kebasaan ini
bisa diketahui kadar kebasaan harus di bawah 0,5.
Untuk uji batas timbal, diambil 10,0 mL air, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan Asam Klorida PPb dan 3 tetes larutan Natrium Sulfida P, hasilnya tidak terbentuk
warna coklat. Jika warna berubah menjadi coklat berarti terdapat timbal, warna coklat berasal
dari reaksi antara timbal dengan Natrium Sulfida. Reaksinya : Pb + NaS è PbS. Pbs inilah yang
menimbulkan warna coklat pada uji batas timbal. Jika terdapat timbal atau warna coklat maka
akan menimbulkan efek toksik. Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menimbulkan
kerusakan pada jaringan tubuh. Hal itu disebabkan karena senyawa timbal dapat memberikan efek
racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat di dalam tubuh. Jadi, dari hasil percobaan
wadahdinyatakan bebas timbal.
Untuk Batas Arsen dipipet 5 ml air dari wadah yang dikerjakan menurut cara yang tertera
pada batas kebasaan, kedalam tabung reaksi Ditambahkan 5 ml Asam Hipofosfit encer P As
Dipanaskan diatas penangas air selama 30 menit Dilihat adatidaknya warna coklat.
Uji Washing And Sterilization Of Rubber Stopper, Ampoule, Vial
Untuk mencuci dan mensterilkan botol infus, ampul, dan vial digunakan metode
sterilisasi panas kering. Mikroorganisme akan mengalami kekeringan jika dipaparkan pada suhu
tinggi dan akibatnya sel akan lisis dan mati. Kekurangan sterilisasi panas kering yaitu masih
bertahannya endospora bakteri. Setelah direndam dan dididihkan dengan Teepol 1% lalu dicuci
dengan aquadest dan di sterilkan pada temperatur 2000C oven selama 1 jam. Oven merupakan alat
sterilisasi yang menggunakan udara panas kering, dimana fungsi oven adalah mensterilkan alat-alat
gelas yang tidak berskala. Prinsip oven yaitu menghancurkan lisis mikroba menggunakan panas
udara kering. Untuk sterilisasi panas kering sangat diperhatikan penempatan bahan yang akan
disterilisasi, yaitu sebisa mungkin tidak renggang atau seminimal mungkin hindari adanya celah agar
aliran udara tidak dapa menembus dan terdistribusi, selain itu agar bahan tidak pecah atau retak
karena bahan tersebut akan memuai pada pemanasan.

Anda mungkin juga menyukai