Anda di halaman 1dari 7
756 37-2-3 Fisiologi Apendiks menghasilkan lendir sebanyak 1-2 mL per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan sclanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis. Imunoglobulin sckretoar_ yang dihasilkan oleh GALT (gue associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna, termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin itu sangae efekcif sebagai pelindung tethadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak memengaruhi sistem imun tubuh kkarena jumlah jaringan limf di sini kecil sekali_jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh. 37-2-4 Apendisitis okut Epidemlologt Insidens apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang. Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu schari-hari. Bagan 37-1 Apendisitis BAGIAN III + Sistem Organ dan Tindak Bedahnya Apendisitis dapat ditemukan pada semua umuy hanya pada anak kurang dari sacu tahun jarang dilapor, kan. Insidens tertinggi pada kelompok umur 20.39 tahun, setelah itu menurun. Insidens pada lelaki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umuy 20-30 rahun, ketika insidens pada lelaki lebih tinggi. Etiologi Apendisitisakuc merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus. Di samping hiperplasia jaringan limf, fekalit*, cumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat parasit seperti E histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran ke- biasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang, berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan_me- ningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendi- sitis akuc (Jshat Bagan 37-1). Sembelit (1) ¥ Flora kuman kolon meningkat (4) Katuplleasekal kompeten (2). TTekanian di dalam sekum tinggi (3) is ae ‘Apendisitis mukosa (5) Erosi selaput lend (E.histolytica) (6) Pengosongan isi apendlks terharibat: (7) ~stenoss (@) : ~ pita/adhesi (9). Apendisitis komplet (10). = mesoapendiks pendek 2 Tekanan di dalam sekum akan meningket (3) jika katup lleosekal Kompeten (2). Kombinasttekanian tinggi di sekum dan peningiatan flora uman di kolon (4) akibat sembelrt (1) menjadi pencetus radang d'miukasa ependiks (5). Pencetus lain ialah erosi dan tukak keall di selaput lenin olgh Ehistlytica (6) dan penghambatan evakuas isi apendiks (7) Evakuasi isi ial terhambat oleh Stenosis (8) atou penyumbatan lumen ‘tad gangguan medias oleh pita, adhes! (9) dan faktor lin yang mengurangi geraksh bebas aperiiks Perkembangan dani apendistis mukosa reryadh apendsius komplet, yang meliput! semua lapisan dinding apendiks tentu dipengaruhi cleh becbagai faktor pencetus setempat ya19 ‘menghambat pengosongan lumen apendiks atau mengganggu motitas normal apéndiks (10). sane | felealit, Ls faex » sinja, lithos = baru Scanned with CamScanner BAO 57. + Usus Haus Apendks Koln, dan Anorektum Patologi Patol gi apendisitis dapar dimulai di mukosa dan kemudia n melibatkan seluruh lapisan dinding apendi dalam waktu 24-48 jam pertama, Upaya ated tubuh berusaha membatasi proses radang ini dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adncksa schingga rerbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infilerat apendiks. Di dalamnya, dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuke abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendiku- Jer akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat. ‘Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi_membentuk jaringan parut yang melengker dengan jaringan sekitarnya, Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Suacu seat, organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai mengalami eksaserbasi* akut. Gambaran Klinis Apendisitis akut sering -tampil dengan gejala khas yang didasati oleh terjadinya peradangan rmendadak pada umbai cacing yang memberikan tanda setempat, baik disertai -maupuri tidak disercai'dengan rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastcium di sekitar’ umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang ada muntah, Umumnya, nafsu_makan menurun, Dalam beberapa jam, nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik McBurney (lihat Gambar 37-24 dan 25). Di sini, nyeri dirasa lebih tajam dan lebih jelas letaknya schingga merupakan nyeri somatik secempat, Kadang tidak ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi schingga penderita merasa memerlukan obat pencahar, Tindakan itu diangeap berbahaya karena bisa memper? mudah terjadinya perforasi. Bila terdapat perangsangan peritoneum, biasanya pasien mengeluh sakic perut bila berjalan atau batuk. Bila apendiks terletak retrosekal retroperitoneal, tanda nycri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan 757 Gambar 37-28 Gejala dan tanda apendistis akut (1) perasaan kurang enak, nyeri, dan mual, (2) nyeri tekan, nyeri lepas, dan defans muskuler setempat di titik McBurney, (3) tanda Rovsing dan Blumberg. Gambar 37-25 Pemeriksaan colok dubur pada orang dewasa (1) tongga peritoneum, (2) peritoneum parietale, (3) sekum, (4) apendiks (apendisitis aku). tidak ada randa rangsangan peritoneal karena apendiks terlindung olels sekum. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan karena kontraksi oot psoas mayor yang menegang dari dorsal. Radang pada apendiks yang terletak di rongga pelvis dapat menimbullaan gejala dan canda rangsangan sigmoid atau rekcum sehingga peristalsis meningkat dan pengosongan rekcum menjadi lebih cepat serta berulang. Jika apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat cerjadi peningkatan frekuensi kencing | ehsaserbast, Lr ex- = auiclan untuk arti keluar acerbus ~ \ pabris; penwshis tambah berat P+ Blumberg, Blumberg, Morris, 1873-1955, abli bedih Jerman z = Scanned with CamScanner 758 akibar rangsangan apendiks tethadap dinding kandung kemih Gejala apendisitis akur pada anak tidak spesifik. Pada awalnya, anak sering hanya menunjukkan gejala rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Beberapa jam kemudian, anak akan muntah sehingga menjadi lemah dan lerargik. Karena gejala yang tidak khas tadi, apendisitis sering baru diketahui setelah terjadi perforasi. Pada bayi, 80-90% apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi. Tabel 37-11 Gambaran klinis apendisitis akut = "Tanda awal + + niyei mulai di epigastium atau regio urbilkus disertai riual dan anoreksi = Nyefipindah ke kanan bawah dan mendnjukkan tanda ‘angsangan peritoneum lokal dik McBurney + onyeritekan : + nyerilepas + defans muskuler ~ Nyeti rangsangan peritoneum tidak langsung + ryeti kanan baweh paca tekanan kisi Roving) > + ryeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kif cilepaskan +, (Blumbers) & s + ”-« nyeri kanan bawah bila peritoneum berg nnapas dalam, befalan, batuk, mefigedan ak, seperti Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit di- diagnosis sehingga tidak ditangani pada. waktunya dan texjadi komplikasi. Misalnya, pada orang berusia lanjur, gejalanya sering samar-samar saja sehingga lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah perforasi. Pada kehamilan, keluhan urama apendisitis adalah nyeri perut, musl, dan muntah, Hal ini perlu dicermati karena pada kehamilan trimester pertama sering juga terjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks rerdorong ke kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di perur kanan bawah tetapi lebih di regio lumbal kanan (lihat Gambar 37-26). Pemeriksaan Demam biasanya ringan dengan suhu sekitar 37,5- 38,5°C. Bila subu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal sampaj 19C. Pada inspeksi perur, tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada BAGIAN III. + Sistem Organ dan Tindak Bedahnya Gambar 37-26 Uterus hamil dapat mendorong sekum dengan apendiksnya ke kraniolateral; Titik McBurney, sepertiga jarak umbiikus—spina iliaka anterior superior. (1) posisi normal, (2) umbilikus, (3) posisi harnl tiga bulan, (4) posisi hamil ernpat bulan, (5) posisi hamil ima sampai delapan bulan. penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perur kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses petiapendikuler. Pada palpasi, didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeti lepas. Defans mus- kuler menunjukkan adanya rangsangan peritoneum pariecale. Nyeri cekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah, akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda Rovsing*, Pada apendisitis retrosekal atau retro- ileal, diperlulan palpasi dalam untuk menencukan adanya rasa nyeri (lihat Gambar 37-24). Karena terjadi pergeseran sekum ke kraniolatero- dorsal oleh uterus, keluhan nyeri pada apendisitis sewaktu hamil trimester II dan IIT akan bergeser ke kanan sampai ke pinggang kanan. Tanda pada ke- hamilan trimester I tidak berbeda dengan pada orang tidak hamil karena itu perlu dibedakan apakah keluban nyeri berasal dari uterus atau apendiks. Bila penderita miring ke kiri, nyeri akan berpindah sesuai dengan pergeseran uterus, terbukti proses bukan berasal dari apendiks. :.* Rovsing, Roving, Thorkild, 1862-1937, maha guru ilmu ? 1 bedah, Denmark, - : Ee eh ee UE ee Scanned with CamScanner BAB 37 + Usus Halus Apendiks, Kolon, dan Anorektum Peristalsis usus serin, isalsis 18 normal .teapi menghilang akibatadanya ileus paalitk pa generalisata yang disebabkan ol Pemeriksaan colok duby juga dapat a peritonitis leh apendisitis perforata, k dubur menyebabkan nyeti bila dicapai dengan jari telunjuk, misal- s pelvika (libat Gambar 37-25), ka, tanda perut seriny - kan; maka, kunci diagnosisadalah mee Teitiee cewibes dilakukan colok dubur. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengerahui lecak apendiks. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan arau flcksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menempel di oot psoas mayor, tindakan tersebur akan menimbulkan nyeri, Uji. obturator digunakan uncuk melihat bilamana apendiks yang meradang bersentuhan dengan otor obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi rerlentang akan menimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika. Diagnosis Meskipun pemerikszan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis Klinis apendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Kesalahan diagnosis lebih seting terjadi pada perempuan dibandingkan dengan lelaki, Hal ini dapat disadari mengingat pada perempuan, terutama yang masih muda, sering timbul gangguan yang menyerupai apendisitisakut. Keluhan iru berasal dari genitalia interna karena ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau penyakie ginckologik lain. Untuk menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisits akut, bila diagnosis meragukan, sebaiknya penderita diobservasi di rumah saktit dengan frekuensi setiap 1-2 jam. Foto barium kurang dapat dipercaya, Ultrasonograi dapat meningkatkan akurasi diagnosis. Demikian pula laparoskopi pada kasus yang meragukan (Bagan 37- 13). Laboratorlum Pemetiksaan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis apendisitis akut. Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan kom- plikasi. 759 Diagnosis banding Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu diper- timbangkan sebagai diagnosis banding. Gistaoewrenms. Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa nyeri. Nyeri peruc sifatnya lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Sering dijumpai adanya hiperperistalsis. Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut. Dewam vencue, Demam dengue? dapat dimulai dengan nyeri perut mirip peritonitis. Pada penyakit ini, didapatkan hasil tes positif untuk Rumpel* Lede, trombositopenia, dan peningkatan hematokrit. Lirapenms wesenreuKa. — Limfadenitis mesenterika yang biasa didahului oleh enteritis atau gastroenteritis, ditandai dengan nyeri perut, cerutama perut sebelah kanan, serta perasaan mual dan nyeri tekan perut yang sifacnya samar, terutama perut sebelah kanan. Kanan ovuisst, — Folikel ovarium yang pecah pada ovulasi dapat menimbulkan nyeri pada perut kanan bawah di tengah siklus menstruasi, Pada anamnesis, nyeri yang sama pernah timbul lebih dahulu. Tidak ada tanda radang, dan nyeri biasa hilang dalam wakeu 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari. Inrexst mxccut, Salpingitis akut kanan sering di- kacaukan dengan apendisitis akut. Subu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin, Pada colok vagina, akan timbul nyeri hebat di panggul jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat dilakukan colok dubut jika perlu untuk diagnosis banding (Jihat Bab 39-11 Pelvic Inflammatory Disease (PID). KKenaMian DI LUAR KANDUNGAN. — Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak me- nentu, Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan perdarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin cerjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan vagina, didapatkan nyeri dan penonjolan rongga Douglas dan pada kuldo- sentesis didapatkan darah. Kista ovanuum tenruntie. Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam * dengue, Spanyol: dengue = purpiena, dibuat-buat * Rummpel, Rumpel, Theodor, 1862-1923, dokter, Jerman Ga Scanned with CamScanner 760 tongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vagina, atau colok rektal. Tidak terdapat demam. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menentukan diagnosis. Envomerniosis exsrerna. Endomerrium di luar rahim akan menimbulkan nyeri di tempat endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu arena tidak ada jalan ke lar. Unourusis riexunvuneren xanax, Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut yang menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas, Eritrosicuria sering ditemukan. Foro polos perut atau urografi intravena dapat memastikan penyakit tersebur. Piclonefritis sering’ disertai dengan demam tinggi, menggigil, nyeri kostovertebral di sebelah kanan, dan piuria (ibat Bab 38 Saluran kemih dan alat kelamin pria, topik pielonefritis, hlm. 757-758). PeNvAKIT SALURAN CERNA LaINNYA. Penyakit lain yang perlu dipikirkan adalah peradangan di perut, seperti divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut, pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam. tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks. Tata laksana Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling cepat dan merupakan sacu-satunya pilihan yang baik adalah apendektomi (libat Bagan 37-2). Pada apendisitis tanpa komplikasi, biasanya tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis Bagan 37-2 Pengelolaan penderita tersangka apendisitis akut BAGIAN III * Sistem Organ dan Tindak Bedahnya perforata. Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi, Apendektomi bisa dilakukan secara cerbuka atau dengan laparoskopi. Bila apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih oleh abli bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas, sebaiknya dilakukan observasi terlebih dulu. Pemerikszan labora- torium dan ultrasonografi dapat dilakukan bila dalam observasi. masih terdapat keraguan. Bila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostik pada kasus meragukan dapat segera menentukan akan dilakukan operasi atau tidak. Kompllkas! Komplikasi yang paling membahayakan adalah per- forasi (libat Bagan 37-3), baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang selah mengalami pendindingan sehingga berupa massa yang terditi atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus, Massa renarenpucuten. Massa apendiks terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi dicutupi atau dibungkus oleh omentum dan/atau lekuk usus halus, Pada massa periapendikuler dengan pembentukan dinding yang belum sempurna, dapat rerjadi penyebaran pus ke seluruh rongga peritoneum jika perforasi ditkusi Bagan 37-3 Perjalanan alami apendisitis akut ecuigaan epondsis alu, tidak elas y dbservasi aki y Weak ela sponds t penyabitlain T USG dan Lab = _apondostomt tindakan yang sesval_ Lt flegmonosa, L.: flegmonosa = radang akut jaringan ikes » supurativa, L:supprurans = radang dengan pembentukkan nanah eh = oars * gangrenosa, L: gangraena = kematian jaringari Scanned with CamScanner BAB 37 » Usus Halus Apendiks, Kolon, dan Anorektum olch peritonitis purulenta generalisata, Oleh karena itu, massa periapendikuler yang masih bebas (mobile) scbaikznya segera dioperasi untuk mencegah penyulit tersebut. Selain itu, operasinya masih mudah. Pada anak, dipersiapkan operasi dalam waktu 2-3 hari saja. Pasien dewasa dengan massa periapendikuler yang terpancang dengan pendindingan yang sempurna sebaiknya dirawat terlebih dahulu dan diberi antibiotik sambil dilakukan pemantauan cerhadap suhu tubuh, ukuran massa, serta luasnya peritonitis, Bila sudah tidak ada demam, massa periapendikuler hilang, dan leukosit normal, penderita boleh pulang dan apendektomi elekif, dapat dikerjakan 2-3 bulan kemudian agar perdarahan akibar perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin, Bila terjadi perforasi, akan terbentuk abses apendiks, Hal ini ditandai dengan kenaikan subu dan frekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan teraba pembengkakan massa, serta bertambabnya angka leukosit. Riwayat Klasik apendisitis akuc, yang diikuti dengan adanya massa yang nyeri di regio iliaka kanan dan disertai demam, mengarahkan diagnosis ke massa atau abses periapendikuler. Kadang keadaan ini sulit dibedakan, dari karsinoma sckum, penyakie Crohn, dan amuboma. Perlu juga disingkirkan kemungkinan aktinomikosis intestinal, enteritis ruberkulosa, dan -kelainan ginekologik sebelum.memastikan. diagnosis massa apendiks. Kunci diagnosis biasanya terletak pada anamnesis yang khas. Apendektomi dilakukan pada infiltrat periapendi- kuler tanpa pus yang telah ditenangkan. Sebelumnya, pasien diberi antibiotik kombinasi yang akcif rethadap kuuman aerob dan anaerob, Baru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu kemudian, dilakukan apendektomi. Pada anak kecil, wanita hai dan. penderita usia lanjut, jika secara konservatif tidak membaik atau berkembang menjadi abses, dianjurkan operasi secepatnya. Bila sudah terjadi abses, dianjurkan drainase saja apendektomi dikerjakan setelah 6-8 minggu kemudian. Jika, pada saat dilakukan drainase bedah, apendiks mudah diangkat, dianjurkan sekaligus dilakukan apendektomi. Avenpismsrerrorata. Adanya fekalitdi dalam lumen, umur (orang tua atau anak kecil), dan keterlambatan diagnosis, merupakan faktor yang berperanan dalam terjadinya perforasi apendiks. Insidens perforasi pada penderita di atas usia 60 tahun dilaporkan sekitar 60%. 764 Faktor yang memengaruhi tingginya insidens perforasi pada orang ta adalah gejalanya yang samar, kererlam- batan berobat, adanya perubahan anatomi apendiks berupa penyempitan lumen, dan arteriosklerosis. Insidens tinggi pada anak discbabkan oleh dinding apendiks yang masih tipis, anak kurang komunikatif sehingga memperpanjang waktu diagnosis, dan proses pendindingan kurang sempurna akibat —perforasi yang berlangsung cepa dan omentum anak belum berkembang. Perforasi apendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat yang meliputi seluruh perut, dan perut menjadi tegang dan kembung, Nyeri tekan dan defans muskuler terjadi di seluruh peru, mungkin disertai dengan pungcum maksimum di regio iliaka “kanan; peristalsis usus dapat menurun sampai menghilang akibat adanya ileus paralitik. Abses rongga peritoneum dapat terjadi bila pus yang menycbar terlokalisasi di suatu tempat, paling sering di rongga pelvis dan subdiafragma. Adanya massa intraabdomen yang nyeri disertai demam harus dicurigai sebagai abses. Ultrasonografi dapat membantu mendeceksi adanya kantong nanah. Abses subdiafragma harus dibedakan dengan abses hati, pneumonia basal, atau efusi pleura. Ultrasonografi dan foro Roentgen dada akan membancu membedakannya. Perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberian antibiotik untuk kuman Gram negatif dan positif serta kuman anaerob, dan pemasangan pipa nasogastrik perlu dilakukan sebelum pembedahan. Perlu dilakukan laparatomi dengan insisi yang Panjang, supaya dapat dilakukan pencucian rongga peritoneum dari pus maupun pengeluaran fibrin yang adekuat secara_mudah sera pembersihan kantong nanah. Akhir-akhir ini, mulai banyak dilaporkan pengelolaan apendisitis perforasi secara laparoskopi apendektomi. Pada prosedur ini, rongga abdomen dapat dibilas dengan mudah. Hasilnya dilaporkan tidak berbeda jauh dibandingkan dengan laparatomi terbuka, tetapi keuntungannya adalah lama rawat lebih pendek dan secara kosmetik lebih baik, Karena terdapat kemungkinan rerjadi infeksi luka operasi, sebaiknya dilakukan pemasangan penyalit subfisi;ulic ibaa terbuka dan nanciaya alan dijahit bila sudah dipastikan tid dah lak ada infeksi. Pemasangan penyalir intraperitoneal tidak perl Scanned with CamScanner 762 dilakukan pada anak karena justru lebih sering me- nyebabkan komplikasi infeksi. 37-2-5 Apendisitis rekurens Diagnosis apendisitis rekurens baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendekromi, dan hasil patologi menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut per- tama kali sembuh spontan. Namun, apendiks tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut. Risiko terjadinya serangan berulang adalah sekitar 50%. Insidens apendisitis rekurens adalah 10% dari spesimen apendektomi yang diperiksa secara patologik. Pada apendisitis rekurens, biasanya dilakukan apen- dektomi karena penderica sering kali datang dalam serangan akut. 37-2-6 Apendisitis kronik Diagnosis apendisicis kronik baru dapat ditegaltkan jika semua syarat berileut terpenuhi: riwayat nyeri perut kanan bawah yang lebih dari dua minggu, terbukti terjadi radang kronik apendiks baik secara makroskopik maupun mikroskopik, dan keluhan menghilang pasca- apendektomi. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik meliputi adanya fibrosis menyeluruh pada dinding apendiks, sumbatan parsial atau total pada lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik adalah sekitar 1-5%. 37-2-7 Mukokel apendiks Mukokel apendiks merupakan dilatasi kistike dari apendiks yang berisi musin akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, biasanya berupa jaringan fibrosa Jikaisi lumen steril, musin akan tercimbun tanpa infeksi. Walaupun jarang, mukokel dapat disebablan oleh kistadenoma yang dicurigai dapat berubah men- jadi ganas. Penderita sering datang dengan keluban ringan berupa rasa tidak enak di perut kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan, Suatu saat bila terjadi infelsi, akan timbul tanda apendisitis akut. Pengobarannya adalah apendektomi. BAGIAN IIL » Sistem Organ dan Tindak Bedahnya 37-2-8 Tumor apendiks Adenokarsinoma apendiks Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan keberulan sewaktu apendektomi atas indikasi apendisitis akut, Karena bisa betmetastasis ke limfonodi regional, dianjurkan hemikolektomi kanan yang akan membeti harapan hidup yang jauh lebih baik dibandingkan dengan hanya apendektomi, Karsinold apendlks Karsinoid apendiks merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang didiagnosis prabedah, tetapi ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan patologi tethadap spesimen apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut. Sindrom karsinoid berupa rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas karena spasme bronkus, dan diare yang hanya diterukan pada sekitar 6% kasus tumor karsinoid perut. Sel tumor memproduksi serotonin yang menyebabkan gejala tersebut di aras. Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata dapat berulang dan bermetasrasis schingga diperlukan operasi radikal. Bila spesimen patologik apendiks menunjukkan katsinoid dan pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal acau hemikolekcomi kanan, | 37-3 KOLON.” 37-3-1 Embrlologi dan anatomi Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri sampai dengan rektum berasal dari usus belakang. Lapisan orot longitudinal kolon membentuk tiga buzh pita, disebut tenia*, yang lebih pendeke dari kolon itu sendiri sehingga kolon berlipat-lipat dan berbentuk seperti sakulus*, yang disebur haustra*. Kolon trans- versum dan kolon sigmoideum terletak intraperitoneal dan dilengkapi dengan mesenterium. | © tenia, Z: taenia = pita ‘ - jt saleulus, Ls sacoulusv saceus kecil saccus = hahtong | haurtrum = bejana i 4 Scanned with CamScanner

Anda mungkin juga menyukai