Kuliah
19 Senin 20/04/2020 Perancangan Percobaan Kuliah: Pengantar Perancangan Percobaan K10 14.00-15.40 NES BNU DRA DHE
22 Senin 27/04/2020 Rancangan Acak Faktorial Kuliah: Rancangan Acak Faktorial R11 13.30-15.10 NES BNU DRA DHE
24 Kamis 30/04/2020 Response Surface Methodology Kuliah: Response Surface Methodology R12 10.00-11.40 NES BNU DRA DHE
25 Senin 04/05/2020 Teknik Survei pada Penelitian LapanganKuliah: Teknik Survei pada Penelitian Lapangan K13 14.00-15.40 NES BNU DRA DHE
12 Responsi: Kerja mandiri menyusun rancangan
26 Sabtu 09/05/2020 Aplikasi Perancangan Percobaan R13 10.00-11.40 NES BNU DRA DHE
percobaan untuk draft proposal
Ujian Akhir Semester (materi UAS dari K8 s/d K14; R8 s/d R14)
In our life ……
There is always a compromise
OPTIMIZATION
Response Surface
Methodology
A Strategy of Experimental Design for
finding optimum setting for factors.
(Box and Wilson, 1951)
Myers (1995):
Response surface method is a collection of statistical and
mathematical techniques useful for developing, improving, and
optimizing processes.
Roux (1998):
Response surface method is a method for constructing global
approximations to system behavior based on results
calculated at various points in the design space.
Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST
B
RESPONSE SURFACE METHODOLOGY
(RSM)
Merupakan suatu metode gabungan antara
teknik matematika dan teknik statistik yang
digunakan untuk membuat model dan
menganalisa suatu respon Y yang dipengaruhi
oleh beberapa variabel X yang tujuannya untuk
mengoptimalkan respon tersebut.
MODEL ORDE-PERTAMA
Near optimum:
second order
model
perpendicular direction of
to contour line steepest ascent
contour lines of
first-order model
region where
1eorder-model
has been determined
Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST
BContoh
Seorang ahli teknologi pangan ingin mengetahui kondisi
proses yang dapat memaksimumkan hasil proses ekstraksi
atau produksi.
Variabel yang mempengaruhi proses : waktu reaksi dan
temperatur. Si ahli pada saat ini mengoperasikan proses
pada lama waktu 35 menit dan temperatur 155oF, yang
hasilnya adalah lebih kurang 40 %. Karena sepertinya kondisi
ini belum yang optimum, ia ingin mengetahui kondisi
optimum dengan mengaplikasikan model orde pertama dan
metode steepest ascent. Si ahli membuat range percobaan
(30, 40) menit untuk waktu reaksi, dan (150, 160)oF untuk
suhu reaksi.
Optimasi
• Penentuan kriteria respon
• Penentuan nilai optimum
Verifikasi
• Pengujian kondisi optimum
• Pembandingan nilai riil dan prediksi
Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST
Perancangan …..
B
• Banyaknya faktor/komponen banyaknya perlakuan
(runs)
• Lakukan 2 trials yaitu perlakuan kombinasi batas-batas
bawah (minimum) dan kombinasi batas-batas atas
(maksimum) dari faktor/komponen uji awal prediksi
signifikansi
• Evaluasi (bisa secara sensori) apakah respon yang dipilih
(setidaknya yang utama), menunjukkan adanya perbedaan
yang cukup nyata. Jika tidak, lakukan penyesuaian batas-
batasnya atau respon tsb jangan dipilih.
• Bila rancangan yang dipilih dari DX7 tidak memungkinkan
untuk dilaksanakan maka mungkin bisa menggunakan
hystorical data
Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST
Desain Optimasi
B
Model respon --
-> (significant)
Lack of fit --->
(not significant)
Adjusted R2 dan
Predicted R2
(reasonable
agreement, selisih
lebih kecil dari 0.2)
Adequate precision
(lebih besar dari 4)
- H.G. Wells -
i 1 i 1 i j
Rancangan eksperimen orde II yang digunakan adalah
rancangan faktorial 3k (Three Level Factorial Design), yang
sesuai untuk masalah optimasi.
Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
B
Penelitian ini dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)Menentukan faktor, jumlah dan range level setiap faktor.
2)Menentukan respon dan mempelajari bagaimana mengukurnya.
3)Menyusun rancangan eksperimen orde I.
4)Melakukan eksperimen sesuai rancangan orde I.
5)Mengolah hasil eksperimen orde I.
6)Menyusun rancangan eksperimen orde II.
7)Melakukan eksperimen sesuai rancangan orde II.
8)Mengolah hasil eksperimen orde II.
9)Menentukan model optimasi.
10) Menentukan kondisi optimum dengan pertimbangan biaya zat
pemutih.
11) Menghitung biaya zat pemutih dari kondisi optimum yang
dicapai. Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
B
Eksperimen terhadap warna minyak goreng, khususnya
proses pemucatan (Bleaching) minyak goreng kualitas 2
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a) Persiapan awal, yaitu dengan menimbang minyak goreng sebanyak 98
gram, campuran zat pemutih bleaching earth dan carbon active sebanyak
2 gram.
b) Minyak goreng yang sudah ditimbang dipanaskan sampai dengan suhu
sesuai rancangan yang dibuat.
c) Zat pemutih dimasukkan ke dalam minyak goreng yang telah panas
tersebut..
d) Setelah minyak goreng dan zat pemutih tercampur, lalu diaduk selama
waktu yang dikehendaki.
e) Setelah campuran antara minyak goreng dan zat pemutih diaduk sampai
rata dan sesuai dengan waktu yang dikehendaki, maka kemudian
dilakukan proses penyaringan dengan menggunakan kertas penyaring.
f) Setelah disaring, minyak goreng diukur kualitas warnanya dengan alat
pengukur warna.
Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST
DESAIN DAN ANALISA EKSPERIMEN ORDE I
B
Adapun variabel-variabel beserta level dalam eksperimen ini
meliputi:
1) Variabel respon, yaitu: warna kuning dan warna merah yang
dikandung oleh minyak goreng (Rasio b/a).
2) Variabel bebas/ faktor, terdiri dari:
a. Suhu (X1) : 90°C - 110°C.
b. Waktu pengadukan (X2): 10 menit - 20 menit.
c. % Carbon Active (CA) sebanyak 2 gram zat pemutih (X3):
5% - 15%, dengan komposisi Bleaching Earth (BE) dan Carbon
Active (CA) sebagai berikut:
- level 5% : BE = 1,9 gram dan CA = 0,1 gram.
- level 15% : BE = 1,7 gram dan CA = 0,3 gram.
Nilai dari level-level di atas ditentukan berdasarkan
pengalaman dari pihak laboratorium perusahaan.
Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST
Tabel 1. Kode & Nilai Level Eksperimen Orde I
B
Kode -1 +1
Suhu (X1) 90°C 110°C
Waktu (X2) 10 menit 20 menit
% CA (X3) 5% (BE=1,9gr & 15% (BE=1,7gr &
CA=0,1gr) CA=0,3gr)
Dengan menggunakan a = 5%, diketahui bahwa faktor yang signifikan adalah time
(X2) dan CA (X3).
Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST
ANALISA EKSPERIMEN ORDE I
B
4) Memperbaiki model.
Perbaikan model dilakukan setelah diketahui faktor-faktor yang
signifikan, karena model baru hanya berisi faktor-faktor yang
berpengaruh. Oleh karena yang berpengaruh adalah waktu
pengadukan dan CA, maka rumusannya adalah:
Y = 1,69652 - 0,05682 X2 - 0,06648 X3 +
5) Menganalisa residual.
Pemeriksaan asumsi residual (asumsi normalitas, homogenitas
varians, independen) yang meliputi uji independen, uji identik dan uji
kenormalan dilakukan dengan membuat plot (Telah disediakan oleh
DX7).
6) Menginterpretasikan hasil akhir
Disimpulkan bahwa faktor yang signifikan adalah waktu pengadukan
(X2) dan CA (X3). sehingga kedua variabel ini akan digunakan lebih
lanjut untuk rancangan eksperimen orde II.
Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST
DESAIN DAN ANALISA EKSPERIMEN ORDE II
B
Rancangan eksperimen orde II. Dengan rancangan 3 level,
diperoleh rumusan:
k = 2 faktor, maka N = 3k = 32 = 9 run
Total eksperimen = jumlah run (N) x jumlah replikasi
= 9 x 2 = 18 eksperimen
Pengkodean level dan nilai level dari variabel yang ada pada
rancangan eksperimen orde II ini dapat diketahui pada tabel
berikut.
Dari tabel NOVA terlihat bahwa interaksi termasuk faktor yang signifikan.
Sehingga rumusan model yang telah diperbaiki menjadi:
Y = 1.7833 + 0.0538 X2 - 0.1098 X3 + 0.0477 X2X3 +
Selain itu dari lack of fit, diketahui bahwa tidak ada kesenjangan model krn
lack of fit tidak signifikan (p > 0.05).
Internationally Recognized Undergraduate Program by IFT & IUFoST
ANALISA EKSPERIMEN ORDE II
B
Menentukan model optimasi.
Karena dari analisa lack of fit di atas menyatakan
bahwa tidak ada kesenjangan model, maka model
optimasinya adalah:
Y = 1.7833 + 0.0538 X2 - 0.1098 X3 + 0.0477 X2X3 +
Menentukan kondisi optimum
Karena dari gambar contour plot di bawah ini
dapat disimpulkan tidak adanya titik stasioner,
maka perhitungan titik stasioner dan karakteristik
permukaan respon tidak perlu dilakukan.