Anda di halaman 1dari 21

HASIL PENELITIAN TERKAIT MASALAH

TRAUMA

– KELOMPOK 13
–  

1. Amalia Dwi Zhahri (17.11.215)

2. Fitri Alhazhar (16.11.024)

3. Mustapa Ali (17.11.119)

4. Nurul Ayu kartika (17.11.137)

5. Radifa Sofiyani (17.11.145)

6. Rika Syafira (17.11.156)


1. Latar Belakang

Cedera kepala atau sering disebut trauma kepala adalah trauma yang paling umum
ditemui di unit gawat darurat. Banyak pasien dengan trauma kepala berat meninggal
sebelum sampai di Rumah Sakit, faktanya hampir 90% kematian akibat trauma pra-
rumah sakit menyangkut trauma kepala. Pasien yang pernah mengalami trauma
kepala biasanya mengalami gangguan neuropsikologis yang berakibat kecacatan
sehingga berpengaruh pada pekerjaan dan aktivitas sosial mereka (ATLS, 2018).
2. Defenisi

Cedera adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang terjadi
ketika tubuh manumur secara tiba-tiba mengalami penurunan energi dalam jumlah
yang melebihi ambang batas toleransi fisiologis atau akibat dari kurangnya satu
atau lebih komponen penting seperti oksigen (WHO, 2014).
3. Etiologi

Pada Cedera kepala dapat terjadi karena beberapa mekanisme, namun penyebab
paling umum kejadian trauma kepala adalah sebagian berikut:
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Jatuh
3. Tindakan kekerasan
4. Cidera olahraga
5. Trauma kepala tembus
4. Epidemiologi

Insidensi kejadian cedera kepala di dunia tidak diketahui. Di Amerika pada


tahun 2002 – 2006 sebesar 579 per 100.000 atau kira-kira 1,7 juta kasus
per tahun (Faul et al., 2010). Berdasarkan data dari Centers for Disease
Control and Prevention (CDC), dari 1,7 juta orang di Amerika yang
mengalami cedera kepala setiap tahun, 1,4 juta orang yang ditangani di
unit gawat darurat
5. Manifestasi Klinis

Pasien dengan cedera kepala mempunyai beberapa


tanda dan gejala. Cedera kepala dapat dibagi menjadi 2
berdasarkan manifestasi klinis, yaitu (Wong, D.L. et
al., 2009):
1. Cedera Kepala Ringan
2. Cedera kepala Berat
6. Klasifikasi & Patofisiologi

Cedera kepala merupakan suatu proses yang progresif sehingga


dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan progresivitasnya,
yaitu (Satyanegara, 2014):
1. Cidera Primer
2. Cidera Skunder
3. Secondary Brain Insults
7. Diagnosa

Mendiagnosis cedera otak dan menentukan tingkat keparahan cedera


adalah dua hal yang berbeda. Dalam kasus di mana cedera lebih parah,
biasanya telah terjadi beberapa jenis cedera otak jelas dari gejala individu
sedangkan cedera otak ringan atau sedang, penilaian lebih lanjut sering
diperlukan untuk mendiagnosis cedera otak. Maka, untuk menegakan
diagnosis cedera kepala dapat melalui satu atau lebih tes yang menilai
cedera fisik seseorang, otak dan fungsi saraf, dan tingkat kesadaran
8. Tatalaksana

Menurut Neurotrauma Guideline (2014), cedera kepala dapat


ditatalaksana dengan beberapa langkah yaitu:
1. Perlindungan umum / general precaution
2. Survei Primer
3. Survei Skunder
4. Pemeriksaan Neurologis
5. Observasi
6. Pemeriksaan Neurologis
7. Pemeriksaan ct scan
9. Komplikasi

Komplikasi jangka pendek yang paling umum pada pasien cedera kepala
adalah gangguan kognitif, gangguan integritas sensorik, kejang segera,
hidrosefalus, kebocoran cairan serebrospinal (CSF), cedera saraf vaskular
atau kranial, tinnitus, kegagalan organ, dan politrauma. Politrauma
termasuk disfungsi paru, kardiovaskular, gastrointestinal,
ketidakseimbangan cairan dan hormon, trombosis vena dalam, pembekuan
darah yang berlebihan, dan cedera saraf.
10. Hasil penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang terletak di Jalan


Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan
Tuntungan dengan jarak sekitar 12 km dari Universitas Sumatera Utara. Luas
wilayah lebih kurang 21,58km2. Berdasarkan Surat Keputusan Menkes RI
No. HK.02.03/I/0913/2015 tanggal 27 Maret 2015, RSUP H. Adam Malik
Medan memiliki izin operasional sebagai Rumah Sakit Umum Kelas A dan
juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan yang memiliki visi sebagai pusat
unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan, juga merupakan pusat rujukan
kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera
Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau.
Dalam rangka melayani kesehatan masyarakat umum, RSUP H. Adam Malik Medan
didukung oleh 1.995 orang tenaga yang terdiri dari 790 orang tenaga medis dari
berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi, 604 orang paramedis perawatan, 298 orang
paramedik non perawatan dan 263 orang tenaga non medis serta ditambah dengan
Dokter Brigade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.
RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari
pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat,
bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu,
patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskular,
mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central
Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) ), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha
pasien, teknik sipil pemulasaraan jenazah).
Bagian Rekam Medis terletak di lantai dasar tepat di belakang Poliklinik Obstetrik dan
Ginekologik RSUP H. Adam Malik Medan.
11. Distribusi Karakteristik Responden Penelitian

Responden penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami trauma kepala dengan trauma
multiple di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2015-2017. Penelitian ini
menggunakan metode total sampling dengan jumlah sampel yang terlibat adalah 236 orang.
Berdasarkan data responden, karakteristik yang diperoleh meliputi trauma multipel, jenis
kelamin, umur, pendidikan terakhir dan penyebab trauma kepala.
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
(n) (%)
Laki-laki 206 87,3

Perempuan 30 12,7

Total 236 100


–Pada tabel di atas, diperoleh hasil pasien yang terbanyak menderita
trauma kepala dengan trauma multipel berjenis kelamin laki-laki, yaitu
sebanyak 206 orang (87,3%) sedangkan pasien yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 30 orang (12,7%).
–Hasil ini menunjukkan angka yang sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Zamzami et al., (2013) di RS. Hasan Sadikin Bandung tahun
2008-2010 dengan prevalensi penderita trauma kepala pada laki-laki (79,8%)
lebih tinggi dibandingkan perempuan (20,2%).

–Penelitian yang dilakukan oleh Ilyas (2010) di RSUP Haji Adam Malik
Medan pada tahun 2009 menunjukan prevalensi penderita trauma kepala
pada laki-laki (79,2%) lebih tinggi dibandingkan perempuan (20,8%).

–Pada penelitian yang dilakukan Habibie et al., (2016) di Manado


didapatkan pasien laki-laki (76,3%) dan pasien perempuan (23,7%).
Penyebab Trauma Frekuensi Persentase
(n) (%)

Kecelakaan Lalu Lintas    

Motor 119 50,4

Mobil 64 27,1

Tidak Diketahui 34 14,4

Bukan Kecelakaan Lalu Lintas 19 8,1

Total 236 100


–Pada tabel di atas, diperoleh pasien trauma kepala dengan trauma
multipel dengan penyebab kecelakaan tertinggi akibat kecelakaan lalu lintas
sebanyak 183 orang (77,5%), bukan kecelakaan lalu lintas sebanyak 19 orang
(8,1%), dan tidak diketahui penyebabnya sebanyak 34 orang (14,4%).

–Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan Lumandung et al., (2014)
didapati 84 pasien (76%) trauma kepala dari 110 pasien Kecelakaan Lalu
Lintas. Pada penelitian Nasution, (2015) juga didapatkan pasien trauma
kepala akibat Kecelakaan Lalu Lintas sebesar 72,89% dan Bukan Kecelakaan
Lalu Lintas sebesar 27,11%
Trauma Multipel Lain Frekuensi (n) Persentase (%)

Maksilofasial 97 41,1

Ekstermitas Atas 47 19,9

Ekstremitas Bawah 44 18,6

Thorax 28 11,9

Sevikal 13 5,5

Abdomen 7 3

Total 236 100


– Pada tabel di atas, diperoleh hasil pasien yang menderita trauma kepala dengan trauma
maksilofasial sebanyak 97 orang (41,1%), trauma servikal sebanyak 13 orang (5,5%),
trauma thorax sebanyak 28 orang (11,9%), trauma abdomen sebanyak 7 orang (3%),
trauma ekstremitas atas sebanyak 47 orang (19,9%) dan ekstremitas bawah sebanyak 44
orang (18,6%).
– Sedangkan pada penelitian Kristanto et al., (2009) 8 pasien trauma kepala, 6 mengalami
trauma thorax, 5 mengalami trauma abdomen dan 8 orang mengalami trauma
ekstremitas. Pasien diatas yang mengalami trauma pada satu bagian selain kepala
sebanyak 1 orang dan 7 orang lainnya mengalami trauma pada dua bagian atau lebih.
Namun pada penelitian Nasution, (2015) hanya didapati 64 pasien trauma maksilofasial
dengan trauma kepala dari 276 pasien trauma maksilofasial. Pada penelitian Arifin,
(2011) didapatkan 14 pasien (3,95%) trauma servikal dari 354 pasien trauma kepala.
– Keterbatasan dalam penelitiaan ini adalah data sekunder yaitu rekam medis yang tidak
memuat data Abbreviated Injury Score sehingga dalam penelitian penulis hanya melihat
diagnosa hasil foto rontgen pasien serta beberapa rekam medis tidak memuat penyebab
terjadinya trauma kepala.
12. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2015 - 2017 dengan
total sampel sebanyak 236 orang, maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:

1. Berdasarkan umur sampel, didapatkan prevalensi sampel berumur 18-35 tahun sebesar 55,1%, 36-45 tahun
sebesar 16,5%, 46-65 tahun sebesar 14%, > 65 tahun 13,1% dan < 18 tahun sebesar 1,3%.
2. Berdasarkan jenis kelamin sampel, didapatkan prevalensi sampel berjenis kelamin laki-laki sebesar 87,3% dan
perempuan sebesar 12,7%.
3. Berdasarkan tingkat pendidikan sampel, didapatkan prevalensi sampel dengan pendidikan terakhir SMA sebesar
58,1%, SMP sebesar 23,3%, SD sebesar 11%, tidak bersekolah sebesar 5,5%, dan perguruan tinggi sebesar 2,1%.

4. Berdasarkan penyebab trauma kepala, didapatkan prevalensi sampel akibat kecelakaan lalu lintas yaitu motor
sebesar 50,4%, mobil sebesar 27,1%, bukan kecelakaan lalu lintas sebesar 8,1% dan tidak diketahui penyebabnya
sebesar 14,4%.

5. Berdasarkan lokasi trauma multipel lain, didapatkan prevalensi sampel dengan trauma maksilofasial sebesar
41,1%, trauma leher sebesar 5,5%, trauma thorax sebesar 11,9%, trauma abdomen sebesar 3%, trauma ekstremitas
atas sebesar 19,9% dan trauma ekstremitas bawah sebesar 18,6%.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai