Anda di halaman 1dari 7

Gadis yang Membungkus Salju

–– untuk Oktavia

“Ceritakanlah tentang perpisahan dan malam Natal,” ucapmu sebelum akhirnya bersandar manja
di bahuku. Maka aku pun bercerita tentang gadis kecil yang membungkus salju.

Cerita ini terjadi di Buckingham Road. Sebuah jalan yang pendiam yang berada di sebelah barat
kota Norwich. Jika kau berjalan di sepanjang Buckingham Road tepat ketika malam Natal tiba,
kau akan menemukan seorang gadis kecil sedang memungut gumpalan salju. Lalu kau akan
melihat gadis itu memasukkannya ke dalam sebuah kantong plastik bening. Ketika gumpalan
salju itu sudah terbungkus, dengan cepat ia akan mengocoknya. Dan yang terjadi selanjutnya
adalah, gumpalan itu akan berubah menjadi butiran salju seperti pada umumnya yang jatuh
beramai-ramai ke bumi. Kemudian kau akan terperangah, butiran salju yang berjatuhan itu akan
terus menumpuk di dasar plastik, sehingga membentuk sebuah miniatur Eaton Park–satu-satunya
taman yang berada di sekitar Buckingham Road–lengkap dengan tumpukan salju, bangku-
bangku, tiang-tiang lampu, pohon-pohon tanpa daun, dan sebuah kolam beku di tengah taman.

Begitulah kau akan memandang seorang gadis kecil yang lugu, yang hanya akan muncul pada
saat malam Natal. Ia akan berjalan di sepanjang Buckingham Road dengan wajah sendu, dengan
sepasang mata yang kuyu, dengan mantel putih tebal yang berbulu. Kemudian ia akan pulang,
membawa kenangan tentang salju.

Mungkin juga kau akan bertanya, ke mana gadis kecil itu akan pulang?

Atau siapakah gadis kecil itu sebenarnya? Kenapa ia hanya datang seorang diri? Kenapa setiap
tahun tubuhnya tak sedikit pun bertambah tinggi? Apakah gadis kecil itu abadi? Tetapi bukankah
di dunia ini tidak ada yang abadi? Atau, apakah gadis itu hantu? Tetapi mana mungkin hantu
memiliki bayangan, sebagaimana bayangan gadis itu yang terlihat sangat jelas saat berdiri tepat
di bawah cahaya lampu? Atau apakah ia hanyalah gadis kecil yang mengalami kesedihan yang
begitu mendalam, sehingga ia hanya bisa melampiaskannya kepada salju? Atau....
Tapi percayalah, besok adalah malam Natal ke-25 sejak kali pertama gadis kecil itu muncul. Dan
pertanyaan-pertanyaan seperti itu sudah tak ada gunanya lagi. Karena selama waktu terus
bergerak, rasa penasaran seseorang terhadap sesuatu akan semakin berkurang dan akhirnya akan
menghilang sepenuhnya.

Semua orang di kota Norwich telah menganggap kehadiran gadis kecil itu sebagai sesuatu yang
lumrah. Maka pada setiap malam Natal, Buckingham Road yang di hari-hari normal biasanya
tampak lengang itu akan mendadak jadi ramai, seperti tempat wisata. Sementara orang-orang
yang tinggal di sekitar jalan itu akan memanfaatkannya untuk berdagang. Kedai-kedai, kios-kios
kecil, toko oleh-oleh dan cendera mata, bahkan rumah-rumah di sepanjang jalan itu akan berubah
menjadi sarana penginapan khusus untuk para pengunjung yang datang dari jauh. Dan begitulah,
keadaan ekonomi di kawasan itu akan berkembang dengan pesat.

“Lihat, gadis itu akhirnya muncul juga!”

“Aku baru melihatnya sekarang. Ternyata dia gadis yang manis.”

“Aku ingin punya anak seperti dia, Roy. Apakah kita bisa mengadopsinya?”

“Jangan putus asa, Carroline. Kau pasti akan hamil. Tak ada dari kita yang mandul. Sepulang
dari sini kita harus mencobanya lagi.”

“Lihat, gadis itu sudah memulai pertunjukannya!”

Orang-orang bersorak. Mereka memang menyebutnya sebagai pertunjukan. Karena tak ada satu
orang pun yang bisa menirukan apa yang gadis kecil itu lakukan. Bahkan seorang pesulap
geleng-geleng saat keajaiban itu terlihat jelas di hadapan matanya.

“Ini anugerah!”

“Sudah bertahun-tahun aku mempelajari sifat-sifat salju. Tapi percuma, pertunjukan yang magis
seperti ini tak bisa dimanipulasi.”
Di dalam kantong plastik itu salju masih berjatuhan. Kau akan memandang sebuah dunia dalam
ukuran yang sangat kecil. Sedangkan dunia di luar kantong plastik itu, salju pun masih
berjatuhan; pada lampu-lampu trotoar, pada ranting-ranting pohon, pada bangku-bangku, pada
setiap kepala orang yang datang dan berkumpul di sana.

“Boleh, aku main dengan dia, Ma?” ucap seorang anak laki-laki sambil menggandeng tangan
mamanya. Dilihat dari ukuran tubuhnya, sepertinya anak laki-laki itu seumuran dengan gadis
kecil itu. Sekitar 6 atau 7 tahun.

“Untuk apa? Jangan! Dia hanya untuk kita tonton.”

“Sepertinya dia baik, Ma.”

“Dari mana kamu tahu?”

“Itu dari matanya yang biru.”

“Ah, mana ada mata biru, jelas-jelas hitam begitu. Kamu ini mengada-ada!”

Anak laki-laki itu hanya diam saja. Tapi kemudian ia tertawa, bertepuk tangan, dan bersorak
gembira ketika dilihatnya salju-salju yang terus berjatuhan di dalam kantong plastik itu.

Pada malam Natal, gadis kecil itu menjadi simbol kasih sayang, menjadi sebuah kado sederhana
untuk ditunjukkan kepada orang-orang yang kita sayang. Banyak pasangan anak muda yang
datang untuk menyatakan cintanya. Atau beberapa orang tua yang mengajak keluarganya dan
menggelar tikar untuk sebuah pesta yang sederhana. Pada malam yang spesial itu, semua orang
yang datang ke Buckingham Road selalu dalam keadaan yang berbahagia. Tapi bagi gadis kecil
yang membungkus salju itu, malam Natal adalah malam yang biasa saja. Sebab ia seperti tidak
merasakan apa-apa. Wajahnya selalu datar. Ia hanya datang, memungut salju, membungkusnya,
lantas mengocoknya. Setelah butiran salju itu kembali berjatuhan, menumpuk, dan membentuk
miniatur sebuah taman, ia akan pulang, kemudian hilang ditelan malam....

“Tapi untuk apa gadis kecil itu membungkus salju? Apakah tidak ada seseorang yang berbicara
dengannya, Yah?” Tiba-tiba kau mendesak ingin tahu.
“Sabar dulu, cerita ini belum selesai.”

Kau mengangguk-angguk saja dan kembali bersandar manja di bahuku.

Jadi, sebenarnya sudah ada yang pernah menemui gadis kecil itu. Sekali. Bertanya dan menyapa.
Siapa lagi kalau bukan anak laki-laki itu, yang mengatakan kepada mamanya bahwa mata gadis
kecil itu berwarna biru? Anak laki-laki itu begitu penasaran sehingga pada umurnya yang sudah
menginjak sepuluh tahun, ia datang sendirian ke Buckingham Road. Padahal malam Natal itu
adalah malam yang sangat murung baginya. Karena seminggu yang lalu mobil orangtuanya itu
jatuh ke dasar jurang di jalan Carrow Hill dan kedua orangtuanya tewas di tempat. Sungguh
menyedihkan sekali.

Namun anak laki-laki itu tetap datang. Ia percaya bahwa gadis kecil itu akan menemuinya
setelah selesai membungkus salju. Ketika orang-orang berangsur pergi dan berjalan ke arah
selatan di mana mobil mereka diparkir sejajar, anak laki-laki itu mengikuti jejak gadis kecil itu
yang baru saja lenyap di persimpangan S. Ave Park. Benar saja, ketika anak laki-laki itu
berbelok ke kanan, gadis kecil itu ternyata sudah menunggunya di sana, di balik pohon mapel
yang bersalju.

“Kau sudah lebih tinggi dariku rupanya,” sapa gadis kecil itu.

Tentu saja awalnya anak laki-laki itu kaget. Tapi kemudian ia merasa hatinya bahagia saat
melihat gadis kecil itu tersenyum kepadanya.

“Tidak apa-apa. Duduklah di sini.”

Tempat itu memang sepi. Dan malam sudah terlalu larut. Tak ada satu orang pun yang tahu
tentang pertemuan mereka. Orang-orang telah kembali ke rumahnya masing-masing dan berbagi
hangat di depan perapian.

“Aku tahu kau baru saja mengalami kesedihan yang begitu pedih.”

Untuk kedua kalinya anak laki-laki itu tampak kaget.


“Dari mana kau tahu?”

“Aku tahu semuanya.”

“Memangnya kau siapa?”

“Aku Auriella, datang dari bulan.”

“Ha? Bulan?

“Ya. Bulan.”

Lidah anak laki-laki itu seperti membeku. Bukan karena suhu yang rendah, tetapi karena di
kepalanya masih banyak hal lain yang ingin ia tanyakan. Ia tampak bingung dan gelisah.

“Tidak apa-apa. Aku tidak akan menyakitimu.”

“Untuk apa kau mengumpulkan salju?”

“Sstt... jangan keras-keras. Nanti ada yang dengar.”

Tiba-tiba Auriella menarik tangan anak laki-laki itu, “Ayo ikut aku!”

Mereka berdua berlari-lari kecil. Dengan perasaan gembira, mereka menyusuri jalan yang
lebarnya hanya sekitar tiga meter. Kemudian mereka memasuki Eaton Park. Tak lama, mereka
sampai di Minuature Railway. Di belakang gedung itu ada semak belukar.

“Kita sudah sampai,” kata Auriella dan menarik tangan anak laki-laki itu lagi, “ayo cepat masuk
sebelum ada orang yang melihat.”

“Kau belum menjawab pertanyaanku!” balas anak laki-laki itu sambil memasuki semak.
Sedangkan Auriella hanya tersenyum.

Untuk ketiga kalinya anak laki-laki itu kaget, karena di dalam semak itu ternyata adalah sebuah
ruang yang sangat luas. Kedua mata anak laki-laki itu membelalak. Ketika Auriella melemparkan
bungkusan salju yang sejak tadi ia genggam, mendadak ruangan itu berubah menjadi tiruan
Eaton Park, lengkap dengan tumpukan salju, bangku-bangku, tiang-tiang lampu, pohon-pohon
tanpa daun, dan sebuah kolam beku di tengah taman.

Salju-salju berjatuhan di kepala mereka. Anak laki-laki itu masih terdiam dengan tatapan kosong.
Seperti masih belum percaya juga, ia memukul pipinya berkali-kali. Tapi percuma, tidak ada
yang berubah.

“Setiap malam Natal aku akan turun ke bumi. Semua ini akan aku bawa ke bulan,” ucap
Auriella, “tapi jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita berdua.”

“Tapi untuk apa?”

“Pada malam Natal, cahaya bulan akan melemah. Dan salju ini akan membuatnya bersinar
kembali.”

Anak laki-laki itu hanya bisa mengangguk-angguk. Ia sempat berpikir bahwa gadis kecil di
hadapannya itu adalah alien. Tetapi ia juga berpikir, mana mungkin alien bisa berubah menjadi
makhluk secantik dan semanis ini?

“Jadi, kita akan segera berpisah, Auriella?”

Entahlah, kenapa pertanyaan yang mengandung ketakutan akan perpisahan itu tiba-tiba keluar
dari mulutnya. Padahal ia masih anak-anak.

“Tenang saja. Setiap malam Natal kita pasti akan bertemu kembali.”

“Tapi itu kan, lama, Auriella.”

Gadis kecil itu tersenyum. Manis sekali.

Belum selesai menikmati senyuman Auriella, anak laki-laki itu melihat sebentuk cahaya datang
secara tiba-tiba. Silau sekali. Dan membuat kedua matanya terpenjam dengan sendirinya. Ketika
membuka mata, Auriella sudah lenyap dari pandangannya. Gadis kecil itu hilang bersama salju-
salju yang sejak tadi menemaninya. Tetapi suara Auriella masih terdengar dan menggema,
“Selamat tinggal....”
Beberapa saat kemudian, anak laki-laki itu tak sadarkan diri. Ketika ia membuka matanya untuk
yang kedua kalinya, ia menemukan dirinya sudah berada di kamarnya sendiri. Di tangannya, ia
menggenggam sebungkus salju. Tentu saja itu pemberian Auriella.

“Semoga kita bisa bertemu kembali, Auriella....”

Tapi sayang sekali, sepertinya malam itu adalah malam terakhir ia bertemu dengan Auriella.
Sebab keesokan harinya adalah hari yang sangat melelahkan. Ia bersama pamannya harus
menyeberangi lautan, sebelum akhirnya sampai di Amsterdam, di mana rumah neneknya berada.
Jauh dari Buckingham Road. Jauh dari Norwich. Jauh sekali.

Begitulah Buckingham Road akan merekam sepotong kenangan tentang seorang gadis kecil yang
membungkus salju. Namun setelah malam Natal lewat, jalanan itu akan menjadi lengang
kembali. Orang-orang akan kembali sibuk dengan urusannya masing-masing. Dan selama salju
terus berjatuhan, sepasang peristiwa tentang meninggalkan dan ditinggalkan akan selalu
terjadi....

“Apakah anak laki-laki itu masih menyimpan bungkusan salju itu, Yah?” tanyamu sambil
menguap.

“Tentu saja Ayah masih menyimpannya, Sayang.” (*)

Malang, 3 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai