Anda di halaman 1dari 4

Lure to the woods

Aku menatap langit-langit yang mengelupas di atas tempat tidurku, dengan pikiran yang kosong, tidak
ada satupun yang mengalir di pikiranku. Perhatian terbaikku saat ini hanya serpihan cat dan seberapa
dekat serpihan-serpihan itu untuk jatuh. Aku seharusnya fokus ke banyak hal, mengingat aku baru saja
putus dengan pacarku, namun yang mengejutkanku aku benar-benar tidak memikirkan hal itu sama
sekali. Hubungan yang terakhir memang tidak akan pernah terjadi omong-omong, apalagi hubungan
yang kamu bentuk saat masih bersekolah.

Aku berguling ke sisi lain tempat tidurku lalu menatap ke arah jendela yang terbuka, udara yang dingin
berhembus mengelilingi kamarku. Aku suka membiarkan jendelaku tetap terbuka seperti itu, khususnya
saat jika aku sedang tidur, mencari-cari posisi yang nyaman dengan angin malam yang mengigilkanku.
Aku menggunakan kata "jika aku sedang tidur", karena aku tidak sering melakukannya akhir-akhir ini.
Membicarakan hal itu, jam angka dengan merah menyala, seperti merah yang marah di nakas samping
tempat tidurku menunjukkan kalau sekarang hampir jam tiga di dini hari.

Udara dingin yang berhembus kuat lainnya menyapu sekeliling kamarku dan menendang-nendang
gorden, menampakkan jendela yang terbuka untuk mengagumi pemandangan di luar sana. Menelisik
pemandangan di luar, yah, dunia terlihat sama saja. Tidak ada suara berisik dari tetangga maupun mobil
yang melaju pergi, hanya ada suara asli dunia, suara alam yang menenangkan. Aku melihat sebuah
bayangan di deretan pohon di ujung kebun terakhir, bergerak cepat. Aku tersenyum, mungkin kucing
tetanggaku lagi. Dia sedikit pemalu. Dia sebenarnya bukan orang yang suka berteman, tapi dia suka
menyapa, mengucap "halo" kadang-kadang.

Aku merasa ingin berjalan-jalan, mengingat suasana di luar bagus untuk keluar. Aku sering
melakukannya saat aku sulit untuk tidur karena hal itu membuatku lebih tenang dan sedikit lebih lelah.
Kadang-kadang ampuh, kadang tidak. Tapi cukup patut dicoba saat malam. Aku akan menggunakan
pintu depan untuk menyelinap keluar, tapi tentu saja aku tidak ingin membayangkan aku digantung,
dipotong-potong ibuku (yang bekerja di pagi hari). Jadi, aku mengambil jaketku dan menyelipkannya di
sepatu sebelum aku memanjat jendela sempitku dan menjatuhkan kaleng, or whatever yang kuinginkan.

Aku menelisik sekitar, sekali lagi, mengagumi pemandangan itu. Semuanya sangat tenang, bayangan dari
hewan berbulu kecil menjadi satu-satunya yang bergerak sepanjang malam karena bumi belum
membeku. Jalanan terlihat kosong, mobil-mobil terparkir rapi di pinggir jalan dengan lampu jalanan,
namun bebas dari orang-orang, tidak ada manusia satupun berlalu-lalang saat ini. Aku bisa melihat
hutan sejauh mataku memandang di ujung kebun, ujung paling atas pohon-pohon itu "peaking out in
the horizon". Disini cukup membuatku rileks dan aku sering membayangkan berjalan-jalan di sekitar
"forest trails". However, aku tidak cukup bodoh untuk masuk ke dalam hutan saat malam, "so i settle for
the park instead".

Aku memulai rutinitasku "of shimmying across the window ledge", menjaga keseimbang di atap rumah
dan "sliding down the drain pipe at the edge of the garage". Aku sudah melakukan ini berjuta-juta kali,
jadi sekarang aku sudah mahir mempraktekannya.

Kakiku akhirnya menapak di atas tanah, "i set off walking down the dimly lit streets". Aku
menghubungkan earphoneku dan mengangguk-anggukan kepala sepanjang musik berputar "as i
grooved down street after street", hanya menikmati malam ini. Aku menemukan diriku "at the edge of"
hutan, mendongak ke arah deretan pohon-pohon itu, dan aku bisa melihat garis-garis layaknya seekor
rusa yang besar, terlihat seperti menatap tepat ke arahku.

Kota ini penuh dengan kehidupan liar- "due to it bordering massive forrest". Itulah mengapa aku
menyukai kota ini. Sejak aku masih kecil, aku sudah menjadi animal lovers, di usia ke sebelasku yang
masih sangat muda, aku memutuskan menjadi seorang vegetarian karena seekor rusa di kebun terlihat
'cute'. Aku melambai ke arah rusa itu, sebelum bergerak "moving on down the tree line path".

"I strolled towards the rusting kids park that sat on the forrest edge", ditempati Mike dan Mick di spot
biasa mereka di atas ayunan. Mereka mengangguk kepadaku saat mereka melihatku datang dan aku
melakukan hal yang sama, "settling down in my spot on the slide". Bebatuan dingin mendinginkan kulit
yang aku ekspos dan "soothed the stress from earlier's catastrophe breakup. Mike dan Mick adalah
saudara kembar, "sort of annoying and one-track minded", tapi -seperti yang bisa kamu bayangkan-
tidak banyak orang bangun pada pukul tiga dini hari seperti ini. "Company's company as far as i'm
concerned".

"Aku belum melihatku akhir-akhir ini, Cam." Mick menyapaku, menghembuskan asap panjang dari
rokoknya.

"Dari mana sajakah kamu?" Mike mengambil "his own drag of the same cigarette", tidak menatapku
sama sekali barang sedetikpun.
"Dari sini dan sana," Aku "shrugged", memutuskan untuk bersandar dan fokus kepada bintang-bintang
di atasku dibanding napas nikotin mereka.

"Selalu menjadi penyendiri yang misterius," Goda Mike. "Omong-omong, bagaimana 'her majesty'? Kami
jarang melihatmu saat kamu punya hubungan dengannya,"

"Kami putus."

Kata-kata yang keluar dari mulutku terasa "effortlessly", "no twang on my heart strings" atau perasaan
mencekat di tenggorokan. "One glance at the boys revealed sympathy", syok dan "incredulity". Aku bisa
menyebutkan apa yang mereka pikirkan: kenapa kamu dengan bodohnya putus dengan ayam kampus
yang hot dan seksi? Huh, semua yang mereka hanya tentang seks. Mike tidak seburuk itu, tapi Mick pasti
berasumsi seperti itu.

"Apa yang terjadi?" Tanya Mick "cautiously", "ceasing his consistent swinging".

"Hal biasa. Berhenti keluar saat malam, "put more effort in", bilang aku mencintaimu, lakukan ini,
lakukan itu..." "i trailed off" melist semua 'usual problems' dengan semua relationship terdahuluku.

Aku melirik ke arah mereka dan baik keduanya duduk dengan raut muka bingung, "motionless". Saat-
saat seperti ini, kamu tidak akan bisa membedakan mereka. Aku hanya tahu karena mereka duduk di
ayunan yang didesain berbeda. Satu lagi lirikan kepada wajah mereka dan aku bisa bilang mereka hanya
tidak mengerti, "so i just shrugged"

"Clingy juga." Aku memberikan kesempatan untuk mereka paham dengan instan.

Mereka berdua mengangguk, akhirnya mengerti juga. Well, berpikir mereka paham. Aku sendiri sama
sekali tidak paham. Semakin aku masuk ke dalam hubunganku sendiri, semakin aku sadar mereka hanya
bukan untukku. Aku tidak click dengan orang, mereka tidak mengerti aku dan aku hanya tidak
merasakan apapun. Tidak ada percikan, "not lust", hanya nothing.
"Bukankah itu berarti cewek itu sekarang single?" Mick berkicau setelah diam cukup lama, membuat
Mike menampar kepalanya.

"Sana dapatkan dia." Aku "reassured him", lagian cewek itu bukan tipenya sama sekali. Sangat cerewet
--too talkative.

"you go through girls like Mick goes through boxes of tissues." Goda Mike, membuatku "grimace at the
thought".

Setelahnya, mereka mulai mengobrol ria tentang "who in our sixth form they would 'smash'". Aku
melamun, menghitung bintang-bintang yang bisa aku lihat. "In the countryside", kita tidak mendapat
banyak polusi cahaya, jadi aku bisa melihat mereka lebih jelas disini daripada yang aku bisa di kota. Aku
tidak tahu banyak konstelasi, namun aku pikir mereka semua terlihat sangat cantik. "I found my thought
drifting". Mungkin aku tidak diperuntukkan untuk relationship, hanya tidak cocok dengan gaya hidupku.
Aku akan menjadi "bachelor" selamanya, tidak buruk juga. Sedangkan, jauh di dalam lubuk hatiku, aku
menemukan diriku "craving" seseorang. Aku tidak ingin bersama seseorang "in particular", namun aku
juga tidak ingin sendirian.

Hal yang terburuk menjadi sangat terburuk, aku menemukan anjing. Dua anjing. Oke, mungkin tiga.
"Depends how i'm feeling".

"I had been so zoned out, i hadn't noticed a shadowly figure approaching the park". Aku menatap
dengan penasaran, "peerung through the darkness to try and make out who it was". "The big, beefy, and
red face of my good pal Dug" muncul ke pandangan. Aku "cringed", ini tidak pernah berakhir baik. Mike
and Mick terlihat

Anda mungkin juga menyukai