Anda di halaman 1dari 118

http://inzomnia.wapka.

mobi

THE MYSTERY OF MONSTER MOUNTAIN


by Alfred Hitchcock Text by M.V. Carey

TRIO DETEKTIF MISTERI GUNUNG MONSTER


Alih bahasa: Agus Setiadi
PT. Gramedia Pustaka Utama Juni, 1986

Edit & Convert: inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

KATA PENGANTAR

SALAM sejahtera, para penggemar misteri yang budiman,


Sekali lagi aku mendapat kehormatan untuk menyajikan kasus terbaru
ketiga penyelidik remaja yang sementara ini pasti sudah merupakan
kenalan baik kalian, yaitu "Trio Detektif". Mereka berpegang pada
semboyan, "Kami Menyelidiki Apa Saja"-dan itu memang sesuai dengan
kenyataan. Penyelidikan mereka biasa dilakukan dari kantor mereka
yang resmi, yang bertempat di sebuah karavan bekas di sebuah
perusahaan jual-beli barang loakan, yaitu "The Jones Salvage Yard" di
Rocky Beach, sebuah kota kecil yang tidak begitu jauh letaknya dari
kota pusat perfilman Amerika, Hollywood. Tapi kali ini selera
petualangan membawa mereka ke lereng-lereng pegunungan Sierra
Nevada. Petualangan mereka berawal dengan kunci yang hilang. Tapi
dengan segera masalah menjadi bertambah rumit, ketika mereka
mendengar tentang adanya rahasia aneh yang mengancam diri seorang
wanita bernama Anna. Dalam pelacakan yang dilakukan, Trio Detektif
juga berhasil menemukan kebenaran yang terdapat di balik legenda
tentang seorang pertapa, begitu pula tentang suatu makhluk misterius,
"Kaki Besar".
Jika di antara pembaca ada yang baru sekali ini akan merasakan
asyiknya mengikuti liku-liku petualangan Trio Detektif, bagi mereka
kurasa cukup jika kukatakan bahwa Jupiter Jones-atau Jupe, bagi

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

teman-temannya-pemimpin dan Penyelidik Satu dari tim penyelidik


remaja ini, bertubuh gempal, sangat lincah dalam menggunakan otaknya,
serta memiliki bakat yang luar biasa dalam mencium adanya masalah
yang dirasakan perlu diteliti lebih lanjut. Sedang Pete Crenshaw yang
paling jangkung, dan juga paling tangkas jasmaninya. Ia tidak bisa
dibilang penakut, walau memiliki kecenderungan sehat untuk menjauhkan
diri dari bahaya. Bob Andrews yang pendiam dan tekun, bertugas
mengelola catatan. Kegemarannya melakukan riset, menyebabkan ia
cukup berperan dalam Trio Detektif.
Demikianlah secara ringkas data-data tentang diri mereka. Dan kini
selamat datang di "Gunung Monster"!
ALFRED HITCHCOCK

Bab 1
SKY VILLAGE

"WOW!" Pete Crenshaw berseru kagum. Baru sekali itu ia melihat "Sky
Village"-atau "Desa Langit". "Tempat ini, lingkungannya seperti yang
biasa nampak dalam film. Mestinya di tempat ini dibuat film!"
Bob Andrews berlutut di samping Pete, di bak belakang mobil pick-up.
"Tapi yang jelas, bukan film Mr. Hitchcock," katanya, sambil memandang
berkeliling. "Kota ini terlalu berkesan sehat-tidak cocok untuk dijadikan
lokasi pembuatan film misteri."
Kini Jupiter Jones pun ikut berlutut di samping Bob. Ia bertopang
dengan kedua lengan bawahnya pada pinggiran bak.
"Mr. Hitchcock tahu, misteri bisa terjadi di mana saja," katanya
mengingatkan kedua temannya. "Tapi kau memang benar, Bob. Kota ini
kesannya terlalu baru. Tidak kelihatan wajar."
Mobil yang mereka tumpangi mendaki jalan yang curam, dan melewati
sebuah toko yang menjual peralatan olahraga ski. Toko itu dibuat
dengan meniru bentuk pondok kayu daerah pegunungan Alpen, di Eropa
Tengah. Di samping toko itu ada sebuah hotel kecil, dengan atap rumput
tiruan. Baik toko maupun hotel itu tutup, karena saat itu sedang musim

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

panas. Daun-daun jendela kayu yang dicat biru terang menutupi jendela-
jendela sebuah restoran bergaya Swiss. Nampak beberapa orang
berjalan dengan santai di trotoar yang diterangi sinar matahari. Di
sebuah tempat penjual bensin, seorang pegawainya yang mengenakan
seragam kerja dari kain jeans yang sudah luntur nampak sedang tidur-
tiduran sambil duduk di sebuah kursi.
Mobil dibelokkan memasuki tempat penjualan bensin itu, lalu dihentikan
di dekat salah satu pompanya. Hans dan Konrad ke luar dari kabin.
Kedua pemuda bangsa Jerman itu sudah bertahun-tahun bekerja pada
Bibi Mathilda dan Paman Titus, suami-istri keluarga Jupiter yang
memelihara anak itu. Hans dan Konrad bertugas memilih-milih,
membersihkan, dan kemudian menjual barang-barang yang dibeli Paman
Titus, untuk dijual kembali di "Jones Salvage Yard". Mereka selalu
datang ke tempat kerja dengan pakaian rapi. Tapi belum pernah serapi
hari itu. Hans mengenakan baju santai yang sedikit pun belum
menampakkan kerut. Padahal perjalanan dari Rocky Beach, lewat
Lembah Owens, dan kemudian naik ke desa Sky Village di lereng
pegunungan Sierra Nevada yang selama musim dingin merupakan tempat
berolahraga salju dan es, tidak bisa dibilang dekat. Celana Konrad masih
licin setrikaannya, dan sepatunya mengkilat.
"Mereka ingin tampil rapi, kalau nanti berjumpa dengan Anna, sepupu
mereka," bisik Bob pada Jupe. Jupiter mengangguk sambil tersenyum.
Sementara ia bersama kedua temannya memandang dari bak belakang
mobil, kedua pemuda Jerman bertubuh kekar itu menghampiri pegawai
pompa bensin yang sedang tidur-tiduran. "Maaf, Pak," sapa Hans.
Pegawai itu mendengus, lalu mengangkat kelopak matanya.
"Maaf, saya ingin bertanya-di manakah tempat tinggal Anna Schmid?"
tanya Hans lagi.
"The Slalom Inn?" Orang itu berdiri, lalu menunjuk ke arah deretan
pohon tusam yang memagari jalan. "Terus saja sampai melewati pohon-
pohon itu. Nanti Anda akan melihat sebuah rumah putih, di sebelah kiri.
Anda tidak mungkin keliru, karena itu rumah paling ujung, sebelum jalan
membelok ke arah tempat perkemahan."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Hans mengucapkan terima kasih. Ia berbalik, hendak kembali ke mobil.


"Anna tahu bahwa Anda akan datang?" tanya pegawai pompa bensin.
"Beberapa jam yang lalu, aku melihatnya lewat naik mobil, menuju ke
arah Bishop. Kurasa ia sekarang belum kembali dari sana." "Kalau begitu
kami tunggu saja," kata Konrad.
"Tapi mungkin akan lama," kata orang itu. "Hampir segala-galanya di Sky
Village sini ditutup selama musim panas. Jadi kemungkinannya Anna
pergi ke Bishop untuk berbelanja."
"Kami sudah biasa menunggu," kata Konrad dengan riang. "Sejak masih
sama-sama kecil di tanah air dulu, kami tidak pernah lagi berjumpa
dengan dia. Itu sewaktu kami belum pergi ke Amerika Serikat."
"Wah," kata orang itu, "teman lama dari kampung, rupanya! Anna pasti
senang, melihat kalian nanti."
"Kami bukan teman, tapi keluarga," kata Konrad. "Kami berdua ini
sepupunya. Kami sengaja datang dengan tiba-tiba, tanpa lebih dulu
memberi tahu. Sebagai kejutan!"
"Mudah-mudahan saja Anna menyukai kejutan," kata orang itu.
Kemudian ia tertawa geli. "Dan kalian juga! Selama beberapa minggu
belakangan ini, Anna sibuk sekali."
"Ah-begitu, ya?" kata Hans.
"Nanti akan kalian lihat sendiri." Mata pegawai pompa bensin itu
bersinar-sinar. Melihat sikap orang itu, Jupe teringat pada beberapa
teman Bibi Mathilda, yang gemar mengumpulkan pergunjingan tentang
para tetangga di Rocky Beach.
Hans dan Konrad masuk lagi ke mobil.
"Kurasa tidak banyak kejadian di sini yang tidak diketahui orang itu,"
kata Pete, ketika kendaraan itu sudah meluncur lagi.
"Mungkin tidak banyak pekerjaannya selama musim panas, sehingga
banyak waktunya untuk mengamat-amati orang-orang yang lewat," kata
Bob. "Berapa banyaklah orang yang mampir membeli bensin di
tempatnya, apabila salju sudah mencair?"
Mobil pick-up itu berjalan dengan pelan di jalan desa. Mereka melewati
sebuah kedai tempat menjual es krim. Kedai itu buka. Lalu sebuah toko

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

kecil yang menjual segala macam keperluan sehari-hari. Toko itu tutup,
dan nampak gelap, begitu pula kedai yang menjual cendera mata.
"Aku ingin tahu, Anna sibuk dengan urusan apa," kata Pete. "Desa ini
benar-benar mati saat ini."
"Menurut Hans dan Konrad, sepupu mereka itu selalu bisa menemukan
kesibukan yang memberi keuntungan padanya. Ia datang ke Amerika
Serikat sepuluh tahun yang lalu. Mula-mula bekerja sebagai pelayan di
sebuah hotel, di
New York. Kata Hans, enam bulan kemudian ia sudah menjadi kepala
pelayan di situ. Dan dalam waktu hanya enam tahun, simpanannya sudah
cukup banyak, sehingga mampu membeli losmen kecil di Sky Village sini.
Setahun kemudian dibelinya sebuah lift untuk mengangkut pemain ski ke
atas lereng. Pemasukan dari situ mestinya sedap, apabila salju sudah
turun."
"Semuanya itu dibelinya dengan uang yang berasal dari gaji selaku
kepala pelayan?" tanya Pete.
"Tidak semuanya! Kecuali itu ia juga masih punya pekerjaan lain-
pekerjaan sambilan. Ia juga menanamkan uangnya dalam saham-saham
berharga. Anna itu lincah dalam urusan bisnis. Hans dan Konrad sangat
membanggakan kehebatan sepupu mereka. Surat-surat Anna selalu
mereka bacakan pada siapa saja yang mau mendengarkan. Kamar-kamar
mereka penuh dengan foto-foto yang dikirimkan oleh Anna. Ketika Bibi
Mathilda dan Paman Titus secara tiba-tiba memutuskan untuk berlibur
selama dua minggu dan karenanya perusahaan ditutup selama waktu itu,
Hans dan Konrad cepat-cepat saja memanfaatkan peluang itu untuk
pergi kemari."
"Untung saja," kata Pete. "Kalau tidak, mana mungkin kita bisa
melancong untuk berkemah kemari? Aku sudah lama ingin mencoba
olahraga memanjat tebing! Kudengar, tempat perkemahan Sky Village
hebat-dan tidak pernah penuh."
"Terlalu jauh dari jalan raya yang ramai," kata Bob.
"Mudah-mudahan saja Anna tidak keberatan mendapat kunjungan yang
begini tiba-tiba," kata Jupe. "Hans dan Konrad sebelumnya sudah

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

berusaha menelepon dia sebelum kita berangkat, tapi sepupu mereka itu
tidak ada di rumah waktu itu. Mereka tentu saja sudah bersiap-siap
untuk ikut berkemah dengan kita, agar tidak terlalu membebani sepupu
mereka."
Sementara itu mobil mendaki terus, melewati deretan pohon tusam yang
tadi ditunjukkan oleh pegawai pompa bensin. Begitu pepohonan itu sudah
dilewati, ketiga remaja yang duduk di bak belakang bisa melihat lereng
tempat bermain ski.
Saat itu kelihatannya berupa jalur berwarna coklat gersang, di sisi
timur gunung. Dari atas sampai ke bawah, jalur itu nampak licin. Seolah-
olah ada raksasa yang mencukur habis pepohonan dan semak belukar
yang mungkin dulu tumbuh di situ, sehingga pemain ski dapat
meluncurinya ke bawah tanpa hambatan sama sekali. Sejumlah menara
dari baja berderet-deret di atas jalur itu, saling dihubungkan dengan
kabel-kabel. Pada kabel-kabel itu tergantung kursi-kursi, yang
terpasang dengan jarak sekitar tujuh meter.
Mobil pick-up bergerak meminggir, lalu berhenti di depan sebuah rumah
besar bercat putih, yang letaknya nyaris menempel ke lereng tempat
bermain ski. Menurut tulisan pada papan yang terpasang di depan, di
situlah "The Slalom Inn".
"Kelihatannya Anna masih tetap hebat dalam urusan mengurus
kerapian," kata Bob.
Losmen itu berwujud bangunan kayu yang apik bercat putih, nampak
kemilau diterangi matahari sore. Kaca-kaca jendelanya begitu bersih,
sehingga nyaris tak nampak. Berlainan dengan sekian banyak bangunan di
Sky Village, losmen milik Anna Schmid tidak meniru-niru gaya Swiss
atau Austria. Tempat penginapan itu merupakan rumah pegunungan yang
biasa-biasa saja, dengan serambi lebar di bagian depannya. Pintu losmen
itu dicat merah terang, sementara tanaman hias di dalam pot-pot
berwarna merah dan biru diatur berjejer di atas sandaran pagar
serambi.
Jalan masuk yang terdapat di sebelah kiri losmen dihampari lapisan
kerikil yang rapi. Di tempat parkir yang kecil nampak sebuah mobil

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

station-wagon yang kotor berdebu, serta sebuah mobil sport merah


yang bersih mengkilat.
Hans dan Konrad turun dari kendaraan mereka, diikuti oleh ketiga
remaja yang duduk di bak belakang.
"Keadaan Anna nampaknya baik," kata Hans.
"Sejak dulu memang sudah selalu begitu," kata Konrad. "Kau masih
ingat, Hans-dulu ketika baru berumur sepuluh tahun, ia sudah lebih jago
dari ibu kita dalam membuat kue-kue. Kita waktu itu suka sekali datang
ke rumah Anna, karena selalu disuguhi coklat panas dan kue-kue."
Hans tersenyum. Sementara itu matahari sudah mendekati sisi atas
tebing yang tegak di atas lereng tempat bermain ski. Udara pegunungan
yang tipis, terasa sejuk.
"Kita masuk saja, yo," ajak Hans. "Kita tunggu sampai Anna sudah
kembali dari berbelanja. Siapa tahu, mungkin kita nanti akan disuguhi
kue-kue buatannya."
Hans dan Konrad menaiki jenjang serambi. Tapi Jupiter, Pete, dan Bob
tetap berada di bawah.
"Kalian tidak ikut?" tanya Hans.
"Mungkin kami sebaiknya terus saja dulu, ke tempat perkemahan," kata
Bob. "Kalian kan sudah lama sekali tidak berjumpa dengan sepupu kalian
itu! Kami tidak ingin mengganggu." Hans dan Konrad tertawa.
"Masa kalian mengganggu?" kata Hans. "Kalian kan bukan orang lain!
Kami sudah menulis surat pada Anna, menceritakan kehebatan kalian.
Menurut pendapatnya, kalian ini anak-anak pintar. Dalam surat-
suratnya, kami selalu diundang untuk mengunjunginya-dan ia meminta
agar kalian juga diajak."
Akhirnya ketiga remaja itu mengikuti Hans dan Konrad, naik ke serambi.
Pintu depan losmen ternyata tidak dikunci. Di belakangnya terdapat
sebuah ruangan lapang yang dilengkapi dengan kursi-kursi empuk
berlapis kulit, serta sebuah sofa panjang yang dibungkus kulit pula. Di
situ ada lampu-lampu tembaga yang kemilau, sedang di atas perapian
dari batu di ujung ruangan itu ada mangkuk-mangkuk minum dari timah
mengkilat. Di meja makan yang besar di sebelah kanan sudah diatur

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

tempat untuk empat orang. Di belakangnya ada pintu, yang menuju ke


dapur. Dekat dinding sebelah kiri ada tangga bergaya antik, menuju ke
tingkat atas. Ruangan itu berbau asap kayu dan bahan pengilap mebel,
berbaur dengan bau samar. Mencium bau itu, Jupiter langsung menarik
kesimpulan bahwa Anna masih tetap hebat dalam urusan membuat kue.
"Anna!" Hans memanggil-manggil. "Kau ada di rumah, Anna?"
Tidak ada yang menjawab.
"Kalau begitu kita tunggu saja," kata Konrad. Ia berkeliaran di dalam
ruangan itu. Sambil lalu diusapnya sandaran kursi-kursi yang dilapis
kulit. Wajahnya berseri-seri, nampak puas.
"Semuanya serba bermutu," katanya. "Ya- keadaan sepupu kita memang
baik sekali."
Ia sampai di depan sebuah pintu yang terdapat di dinding sebelah kanan.
Di situ terpasang tulisan, "Dilarang masuk". Tapi pintu itu terbuka.
Konrad menjenguk ke dalam ruangan yang ada di belakangnya. "Hah,"
katanya.
"Ada apa?" tanya Pete ingin tahu.
"Manusia ternyata tidak ada yang sempurna," kata Konrad, "dan itu
termasuk Anna, sepupu kami." Hans menghampiri saudaranya, ikut
memandang ke dalam kamar, lalu menggeleng-geleng dengan sikap pura-
pura kaget.
"Anna, Anna," katanya. "Akan habis-habisan kau kami ganggu kalau
pulang nanti. Jupe-coba kaulihat kantor pengatur rumah tangga yang
hebat ini."
"Lebih baik jangan masuk," kata Pete menyarankan. "Ibuku selalu
marah-marah jika aku berani membuka laci meja tulis atau dompetnya."
Jupiter Jones hendak duduk di salah satu kursi yang ada di situ. Tiba-
tiba Hans menoleh ke arahnya. "Jupe," katanya. "Bob, Pete-kurasa ada
sesuatu yang tidak beres di sini!"
"Apa maksudmu?" Jupiter pergi ke pintu, lalu memandang ke dalam
ruangan sempit, yang kelihatannya merupakan kantor losmen itu.
Sebuah meja dengan kertas-kertas berserakan di atasnya, terletak
menghadap pintu. Di dekat meja itu ada lemari arsip yang dua lacinya

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

tertarik ke luar. Map-map arsip dan kertas-kertas tersebar di lantai,


bercampur dengan isi sebuah keranjang sampah yang terguling. Laci-laci
meja juga dikeluarkan, dan diletakkan tersandar ke dinding. Ambang
jendela di balik kursi meja kerja penuh dengan amplop surat, foto-foto,
serta kartu pos bergambar. Sebuah rak buku yang semula tersandar ke
dinding roboh ke lantai, sementara jepitan kertas yang berasal dari
sebuah piring yang dibalikkan, terserak di lantai.
"Ada yang menggeledah kantor ini!" kata Pete, yang berdiri di belakang
Jupiter.
"Kelihatannya memang begitu," kata Jupe, "dan pelakunya orang yang
sangat sembrono-atau sangat terburu-buru."
"Cari apa kalian di sini?" sergah seseorang bersuara serak. Suara itu
datang dari ruangan besar di belakang mereka. Anak-anak berpaling
dengan cepat.
Seorang laki-laki berdiri di dekat tangga. Orang itu memegang senapan
buru!

Bab 2
KEJUTAN ANNA

"CEPAT, katakan-apa yang sedang kalian lakukan di sini?" Laki-laki yang


berdiri di dekat tangga itu menggerakkan senapan yang dipegangnya
dengan sikap tidak sabar. Pete langsung mengendap.
Laki-laki itu maju beberapa langkah. Orang itu tinggi dan berbahu
bidang, dengan rambut lebat berwarna coklat tua. Matanya menatap
tajam, dengan sinar yang sangat dingin. Senapannya diacungkan ke arah
kelompok yang berkumpul di dekat pintu kantor.
"Ayo bicara!" tukasnya sekali lagi dengan sikap mengancam.
"Anda-Anda siapa?" kata Konrad, tanpa melepaskan matanya dari
senapan yang teracung.
Laki-laki itu tidak menjawab. Ia mengulangi pertanyaannya. "Kenapa
kalian masuk ke situ? Tidak lihat tulisan dilarang masuk? Aku
sepantasnya-"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Nanti dulu!" Suara Jupiter Jones memotong kalimat orang yang marah-
marah itu. Jupiter menegakkan tubuhnya selurus mungkin. "Ada baiknya
jika Anda memberi penjelasan," katanya dengan nada seangkuh mungkin.
"Apa?"
"Tempat ini nampaknya habis digeledah," kata Jupe. "Ada kemungkinan
polisi akan ingin tahu apa yang Anda lakukan di sini, dan apa sebabnya
Anda begitu cepat main senapan."
Padahal Jupiter sebenarnya sadar, keadaannya saat itu tidak
memungkinkan dia memanggil polisi. Namun sikapnya yang begitu mantap
nampak membingungkan laki-laki yang memegang senapan itu. Kening
orang itu berkerut. Diturunkannya laras senapan, sehingga mengarah ke
lantai.
"Kau hendak memanggil polisi?" katanya.
"Rasanya itulah yang sebaiknya," kata Jupe dengan gayanya yang
berwibawa. "Tapi di pihak lain, mungkin lebih bijaksana jika kita tunggu
dulu sampai Miss Schmid sudah kembali dari Bishop. Biar dia sendiri
yang mengajukan pengaduan."
"Miss Schmid?" kata orang itu. Kemudian ia tertawa. "Ada beberapa hal
yang perlu kalian ketahui rupanya," katanya.
Saat itu terdengar bunyi pintu mobil ditutup di luar, disusul langkah
bergegas-gegas di serambi. Pintu depan terbuka, dan seorang wanita
bertubuh jangkung masuk. Ia membawa kantung kertas berisi belanjaan.
"Kusine* Anna!" seru Hans. Ia memakai bahasa Jerman. (fn=sepupu)
Wanita yang baru masuk itu tertegun. Mula-mula ia memandang laki-laki
yang memegang senapan, lalu berpindah menatap Hans dan Konrad, lalu
akhirnya Jupe serta kedua temannya. Setelah itu kembali lagi pada laki-
laki yang memegang senapan.
"Sepupu Anna?" kata Hans sekali lagi, kini dengan nada bertanya.
"Sepupu Anna?" kata laki-laki bersenapan dengan heran, lalu
menyambung, "Astaga! Kalian berdua rupanya Hans dan Konrad, dari
Rocky Beach! Aku tadi tidak mengenali, karena tampang kalian berbeda
dari foto-foto yang ditunjukkan Anna padaku. Kenapa tidak bilang apa-
apa? Untung saja kalian tadi tidak kutembak!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Anda teman Anna?" tanya Konrad.


"Bisa dibilang begitu," jawab laki-laki itu. "Kau rupanya tidak mengabari
sepupu-sepupumu, Anna! Padahal kau kan sudah berjanji, sebelum kita
pergi ke Danau Tahoe."
"Aduh, Hans dan Konrad!" Wanita itu meletakkan kantung belanjaannya
ke atas meja. Satu tangannya merapikan letak kepangan rambut
pirangnya yang dililitkan melingkari kepala. Setelah itu ia tersenyum
lebar. "Hans dan Konrad!" Diulurkannya kedua belah tangannya ke arah
Hans yang datang menghampiri. Hans mengecup pipi wanita itu.
"Sudah begitu lama kita tidak berjumpa," kata wanita itu.
Konrad mendorong Hans dengan sikunya ke samping, lalu mengecup pipi
wanita itu pula.
"Dan coba lihat kalian sekarang-sudah besar-besar, sampai tak kukenali
lagi," kata wanita itu, yang mestinya Anna Schmid. Diperhatikannya
kedua pemuda Jerman yang berdiri di depannya, silih berganti. "Tidak-
biar kalian sudah mengirimi aku foto-foto kalian, aku tetap saja tidak
bisa mengetahui mana yang Hans, dan mana Konrad." Suaranya hangat,
dan bernada riang. Bicaranya cepat, nyaris tidak berlogat Jerman.
Hans dan Konrad tertawa, lalu memperkenalkan diri masing-masing.
Setelah itu mereka memperkenalkan Jupiter, Pete, dan Bob.
"Kalian pernah menulis surat padaku tentang anak-anak pintar ini," kata
Anna. "Sangat pintar," kata Hans menegaskan.
Konrad mengatakan sesuatu dalam bahasa Jerman, sambil menepuk-
nepuk Jupiter.
Seketika itu juga senyuman Anna lenyap.
"Lebih baik kita bicara dalam bahasa Inggris," katanya.
Tapi Konrad kembali mengatakan sesuatu dalam bahasa Jerman.
"Aku tahu-rasanya memang lebih akrab jika kita berbahasa Jerman,"
kata Anna, "tapi lebih baik kita berbahasa Inggris saja." Ia
menghampiri laki-laki yang masih tetap berdiri di dekat tangga, lalu
menggandeng orang itu. "Suamiku tidak mengerti bahasa Jerman. Kita
harus menghormatinya."
"Suamimu?" kata Konrad.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Anna!" seru Hans. "Kapan kau-"


"Minggu lalu," kata laki-laki itu. "Kami menikah minggu lalu, di Danau
Tahoe. Namaku Joe Havemeyer." Berita itu menyebabkan suasana
senyap sesaat. "Jadi ini rupanya kejutan Anna!" kata Pete kemudian.
Anna tertawa. Hans dan Konrad mengucapkan selamat sambil merangkul
sepupu mereka. Anna memperlihatkan cincin kawinnya yang berbentuk
polos, terpasang agak longgar pada jari tengah tangan kirinya. Kemudian
Hans dan Konrad menyalami Joe Havemeyer, untuk mengucapkan
selamat.
Jupiter Jones paling tidak senang jika ada urusan yang belum selesai. Ia
menunggu sampai kegembiraan yang menyusul setelah berita
mengejutkan itu agak reda. Kemudian ia masuk ke ruang kantor, sambil
menggamit Anna agar ikut dengannya.
"Coba lihat ini," katanya, sambil menggerakkan tangan untuk
menunjukkan kertas-kertas yang berserakan di lantai. "Sewaktu Anda
pergi tadi, rupanya ada orang masuk kemari, lalu menggeledah kantor
Anda. Mungkin sebaiknya Anda memberi tahu polisi, atau-"
Tahu-tahu Anna Schmid tertawa.
"Lucu sekali," katanya, "dalam surat Hans dan Konrad dikatakan bahwa
kau dan kedua temanmu detektif. Lucu sekali!"
Jupiter tidak suka ditertawakan. Ia merasa mukanya menjadi panas.
Jupiter merengut.
"Jangan marah," kata Anna buru-buru. "Aku percaya, kalian pasti
detektif yang baik. Kau tadi benar. Ada orang menggeledah ruangan ini.
Kamilah yang melakukannya-aku dan suamiku." Jupiter diam saja. Ia
bersikap menunggu.
"Soalnya begini," kata Anna menjelaskan, "aku kehilangan anak kunci.
Aku sangat memerlukannya - dan karena itu kucari ke mana-mana."
"Mungkin kami bisa membantu," kata Pete. "Atau tepatnya, barangkali
Jupe bisa membantu. Ia paling pintar, kalau diminta memikirkan
kemungkinan letak barang yang salah taruh."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Dan kami berpengalaman dalam urusan mencari," sambung Bob. "He,


Jupe-kau kebetulan membawa kartu nama kita, untuk diberikan pada
Miss Schm... maksudku, Mrs. Havemeyer?"
Jupiter masih agak jengkel karena merasa ditertawakan oleh Anna. Tapi
dikeluarkannya juga dompetnya. Kartu nama yang dimaksudkan
ditemukan olehnya setelah mencari-cari sebentar, lalu disodorkan pada
Anna. Wanita itu membaca tulisan yang tertera di situ.

TRIO DETEKTIF
"Kami Menyelidiki Apa saja"
???
Penyelidik Satu - Jupiter Jones
Penyelidik Dua - Pete Crenshaw
Catatan dan Riset - Bob Andrews

"Bagus sekali," kata Anna mengomentari.


"Terima kasih," balas Jupe dengan sikap kaku. "Prestasi kami selama ini
boleh dibanggakan. Kami berhasil mengupas sejumlah teka-teki yang
membingungkan orang-orang yang jauh lebih tua daripada kami. Ketiga
tanda yang Anda lihat itu melambangkan hal-hal tak diketahui, dan kami
selalu siap untuk mengusutnya sampai tuntas."
"Apakah memang selalu begitu caranya berbicara?" tanya Joe
Havemeyer sambil nyengir pada Hans.
"Maksudmu dengan kata-kata seperti dari buku?" kata Hans. "Jupe
memang gemar membaca apa saja, dan kadang-kadang ia bisa
menyelidiki apa sebenarnya yang terjadi-sementara orang lain bingung
semua. Biar dia saja yang mencari anak kunci kalian yang hilang itu.
Nanti pasti ketemu!"
"Terima kasih banyak," kata Joe Havemeyer, "tapi kurasa untuk
menemukan anak kunci yang salah taruh, kami tidak memerlukan regu
penyelidik remaja. Barang itu ada di sini-jadi nanti pasti akan ketemu
juga."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Tanpa mengatakan apa-apa, Anna mengembalikan kartu nama Trio


Detektif pada Jupe.
"Baiklah, kalau begitu," kata Jupe. "Kemungkinannya akan ketahuan juga
nanti, di mana anak kunci itu disimpan. Sementara itu lebih baik kami
terus saja dulu. Di pegunungan hari cepat menjadi gelap! Kami ingin
sudah sampai di tempat perkemahan lalu memasang tenda kami,
sementara hari masih terang."
"Kami ikut," kata Hans. "Kapan-kapan kan bisa kembali lagi kemari, untuk
melanjutkan obrolan."
"Wah, jangan begitu dong," kata Joe Havemeyer dengan ramah.
"Sewaktu menikah minggu lalu, aku dan Anna tidak mengadakan pesta.
Tapi karena kedua sepupumu kebetulan berkunjung, Anna, kenapa kita
tidak mengadakan pesta saja? Hans dan Konrad tidak perlu ikut
berkemah dengan anak-anak. Kita kan punya satu kamar yang kebetulan
sedang kosong."
Anna kelihatannya kaget mendengar usul itu. Hans melihat gerak air
muka sepupunya itu, lalu hendak menolak. Tapi Konrad cepat-cepat
mendului.
"Terima kasih-tentu saja ajakan itu kami terima dengan senang hati,"
katanya. "Ayah Anna sudah tidak ada lagi." "Ya, Anna pernah
menceritakannya," kata Joe Havemeyer. "Lalu kenapa?"
"Jadi hanya kami berdua sajalah keluarganya di sini," sambung Konrad.
"Dan Anna perlu punya kerabat yang bisa mewakilinya." Setelah itu ia
menoleh ke arah sepupunya itu, lalu mengatakan sesuatu dalam bahasa
Jerman.
"Kita berbahasa Inggris di sini," kata Anna dengan ketus. "Dan jika
kalian hendak berbicara dengan Joe tentang diriku, seharusnya itu
sudah dilakukan sebelum kami berdua menikah. Itulah saatnya yang
tepat."
"Tapi kau kan tidak memberi kabar pada kami bahwa kau akan menikah,
Anna," kata Konrad mengemukakan alasannya.
"Itu juga memang tidak perlu," balas Anna. "Kalian tidak perlu cemas.
Joe berpenghasilan cukup. Dan ia akan tinggal di sini, membantuku

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

mengelola losmen. Selama musim dingin, ia yang mengurus lift untuk


mengangkut pemain ski ke atas. Itu semua sudah diatur. Kau tidak usah
pidato-pidatoan lagi!"
Wajah Konrad memerah. Ia langsung bungkam. Joe Havemeyer
menenangkan Anna yang kemudian pergi ke dapur dengan membawa
belanjaannya, tanpa memandang kedua sepupunya lagi. "Lebih baik kami
pergi saja sekarang," kata Hans dengan sedih.
"Sudahlah-jangan terlalu dimasukkan ke dalam hati," kata Havemeyer.
"Anna memang cepat naik darah-tapi saat makan nanti ia pasti sudah
riang kembali, seperti biasa. Aku tahu, ia senang sekali kalian datang. Ia
begitu sering bercerita tentang kalian. Soalnya cuma dia itu sangat
bangga, karena mampu hidup mandiri. Ia tadi merasa tersinggung, ketika
kau mengambil sikap sebagai kerabat pria yang harus melindungi wanita
yang lemah."
Konrad mengusap mukanya.
"Aku tadi memang goblok," katanya. "Soalnya-terakhir kalinya aku
melihat Anna, ia masih anak-anak. Jadi kuanggap diriku pengganti
ayahnya."
"Itu dia masalahnya," kata Havemeyer. "Tapi lihat saja nanti-urusannya
pasti akan beres kembali."
Ternyata itu memang benar. Menjelang saat makan malam, Hans dan
Konrad sudah memasukkan barang-barang mereka ke kamar besar yang
kosong di sisi utara. Hanya ada empat kamar tidur di losmen itu, dua di
antaranya ditempati tamu yang membayar. Jadi Jupe, Bob, dan Pete
memasang tenda mereka di bawah pohon-pohon tusam di sebelah utara
rumah, di sisi kanannya. Itu karena desakan Joe Havemeyer. Sungai
kecil yang mengalir di tempat perkemahan saat itu sedang tohor
(Tohor? Apa artinya?), karena sudah lama tidak hujan. Apalagi selama
musim dingin yang lalu juga sedikit sekali salju turun. Jadi mendingan
anak-anak berkemah di dekat rumah saja-karena di situ ada sumber air
yang bisa diandalkan. Havemeyer juga memaksa agar mereka ikut makan
di losmen malam itu. Kedua tamu yang menginap juga akan diajak hadir

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

dalam pesta keluarga mereka. Tapi takkan dibiarkannya Mr. Jensen dan
Mr. Smathers merusak suasana nanti.
Anak-anak untuk pertama kalinya melihat kedua orang itu, sesaat
sebelum makan malam. Mr. Smathers bertubuh kecil dan kurus.
Umurnya mungkin lima puluh tahun-tapi bisa juga sudah lebih tua. Ia
memakai celana pendek, serta sepatu khusus untuk mengembara, yang
tingginya hampir sampai ke lutut. Sedang Mr. Jensen lebih muda, lebih
tinggi, dan juga lebih kekar. Rambutnya yang coklat dipangkas pendek.
Wajahnya tidak tampan, tapi juga tidak jelek.
Sewaktu Anna datang dari dapur dengan membawa hidangan daging
panggang, Mr. Smathers mendecakkan lidahnya dengan sikap kurang
senang.
"Ih, daging," tukasnya.
"Sudah-jangan pidato lagi," kata Mr. Jensen. "Aku kebetulan suka sekali
daging panggang! Aku akan sangat berterima kasih, jika Anda tidak
menyebabkan aku merasa berdosa, setiap kali memasukkan sepotong
daging ke mulut."
"Semua satwa merupakan makhluk sahabat kita," kata Mr. Smathers.
Bola matanya yang biru pucat ditatapkan ke arah Mr. Jensen. "Dan
sesama sahabat, tidak saling memangsa."
Anna tersenyum ke arah Mr. Smathers. Nampaknya wataknya yang
periang sudah pulih kembali.
"Aku tidak kenal sapi yang telah berbaik hati, memberikan dagingnya
untuk kita makan sekarang. Jadi tidak usahlah kita pusing-pusing
memikirkannya. Tapi untuk Anda, sudah khusus kubuatkan hidangan
sayur bayam kental, wortel mentah, serta kecambah alfalfa."
"Sedap." Mr. Smathers menutupi kemejanya dengan serbet, siap untuk
menikmati hidangan sayur-mayur. Sedang Mr. Jensen memperhatikan
Joe Havemeyer mengiris daging panggang.
"Apakah ada niat Anda kapan-kapan menghidangkan daging rusa, jika
musim berburu sudah tiba?" tanya Jensen ingin tahu. "Tadi siang,
dijalan ke Bishop aku beberapa kali berhasil membidik rusa."
"Anda menembaknya?" tanya Bob.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Mr. Jensen ini penggemar daging," kata Smathers. "Ia pasti akan
dengan senang hati menembak rusa dengan senapan, jika itu tidak
melanggar undang-undang. Tapi untungnya ada undang-undang yang
melarang. Jadi Mr. Jensen hanya bisa membidik dengan kamera foto
saja."
"Aku ini juru foto profesional," kata Jensen menjelaskan.
"Spesialisasiku margasatwa. Banyak majalah yang mau membeli foto-
foto satwa liar yang asli dengan harga tinggi."
"Seperti binatang buas saja," tukas Mr. Smathers, "hidup dari makhluk
lain."
"Tapi aku kan cuma memotret mereka saja, bukan membunuh," bantah
Jensen.
Smathers mendengus.
Sementara itu Joe Havemeyer telah selesai mengiris-iris daging
panggang.
"Mr. Smathers datang kemari, karena ingin mengembara jalan kaki ke
gunung," katanya pada Hans, Konrad, serta anak-anak. "Aku lantas
mendapat ilham karenanya. Di atas lereng tempat bermain ski ada
padang rumput. Dan di sebelah atasnya lagi terbentang hutan belantara
yang sangat luas. Kami akan berusaha menarik para penggemar olahraga
jalan kaki untuk datang kemari dalam musim panas. Kami akan
mengiklankan hidangan masakan yang enak, serta tempat beristirahat
yang nyaman, di tengah-tengah alam lingkungan yang masih asli."
Mr. Smathers berhenti sebentar makan kecambah.
"Jika itu Anda lakukan, maka dengan cepat lingkungan yang Anda
iklankan itu takkan asli lagi," katanya. "Beberapa gelintir pelancong saja
takkan mengusik ketenangan burung dan beruang," kata Havemeyer.
"Beruang-beruang daerah sini sama sekali tidak takut manusia."
"Alaa-hanya karena kemarin malam ada yang mengacak-acak tong
sampah..." kata Mr. Smathers. "Sampah sampai berserakan ke mana-
mana," tukas Havemeyer.
"Bukan salah mereka," balas Smathers. "Tahun ini terlalu kering. Tidak
banyak makanan yang bisa mereka temukan di atas gunung. Jadi mereka

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

terpaksa turun ke desa. Tapi siapa sebenarnya yang lebih besar haknya?
Beruang-beruang itu sudah hidup di kawasan ini, jauh sebelum di sini ada
desa."
"Kalau beruang pada umumnya, itu memang benar. Tapi beruang yang
kemarin malam, tidak!" tukas Havemeyer. "Awas-kalau ia berani datang
lagi!"
"Barbar!" seru Smathers.
Anna memukulkan tangannya yang terkepal ke meja.
"Sudah, cukup!" teriaknya. "Malam ini kita berpesta merayakan
pernikahanku! Aku tidak suka pesta ini dirusak pertengkaran!"
Semua menjadi tidak enak. Semua membisu. Jupe mencari-cari bahan
pembicaraan yang rasanya takkan memancing pertengkaran baru. Ia
teringat, tadi sore melihat ada lubang galian di belakang losmen.
"Anda berniat membangun tambahan pada losmen?" tanyanya pada Anna.
"Tadi kulihat di belakang ada lubang galian. Apakah itu untuk pondasi
bangunan baru?"
"Untuk kolam renang," kata Havemeyer.
"Kolam renang?" Hans mengulangi kalimat itu dengan nada heran. "Kalian
hendak membuat kolam renang di sini? Mana mungkin ada yang mau
berenang! Hawa di sini terlalu dingin."
"Tapi saat tengah hari, kadang-kadang bisa sangat panas," kata
Havemeyer. "Kecuali itu, airnya akan kami hangatkan. Jadi nanti dalam
iklan, kami tidak hanya akan membanggakan alam lingkungan yang masih
asli, tapi juga kemungkinan untuk berenang menghilangkan lelah sehabis
mengembara. Mungkin juga kolam renang itu akan kami beri atap,
sehingga bisa dipakai sewaktu musim dingin. Bayangkan-main ski dan
berenang, pada hari yang sama!"
"Rencana Anda tidak setengah-setengah rupanya," kata Mr. Jensen.
Jupe agak kaget, karena orang itu mengucapkannya dengan nada agak
tajam.
"Anda kurang senang?" tukas Havemeyer.
Tapi sebelum Jensen sempat menjawab, terdengar bunyi berisik di
belakang rumah. Bunyi tong sampah terguling. Havemeyer mendorong

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

kursinya ke belakang, lalu cepat-cepat mendatangi lemari dinding


rendah yang terdapat di bawah tangga yang menuju ke tingkat atas.
"Jangan!" teriak Smathers.
Sementara itu Havemeyer sudah berpaling. Tangannya memegang
sepucuk senapan yang kelihatannya mahal. "Jangan!" seru Mr. Smathers
sekali lagi. Ia cepat-cepat lari ke arah dapur.
"Jangan ikut campur, Smathers!" Havemeyer bergegas mengejar orang
itu, diikuti oleh Hans, Konrad, dan juga anak-anak. Mereka masih sempat
melihat Smathers membuka pintu belakang. "Pergi!" seru orang itu ke
luar. "Cepat bersembunyi! Jangan kemari!"
Havemeyer mencengkeram lengan laki-laki bertubuh kecil itu, lalu
menyentakkannya ke samping. Jupe dan kedua temannya sempat melihat
sekilas sosok gelap sesuatu bertubuh besar yang lari ke arah pepohonan
yang membatasi sisi bawah lereng tempat main ski. Kemudian
penglihatan mereka terhalang oleh tubuh Havemeyer, yang berdiri di
tengah pintu. Ia membidikkan senapannya. Sesaat kemudian terdengar
bunyi desingan lembut.
"Sialan!" tukas Havemeyer.
"Meleset kan?" kata Mr. Smathers. Kedengarannya ia senang.
Havemeyer berbalik, masuk lagi ke dapur.
"Anda ini perlu kuhajar!" katanya pada Smathers.
Pete memegang lengan Jupe, mengajaknya ke ruang duduk depan.
"Kaulihat senapannya?" bisiknya sebelum kembali ke meja makan.
Jupiter mengangguk.
"Senapan pembius," katanya lirih. "Aneh- untuk apa menembak beruang
dengan senapan pembius? Padahal kan ada senapan buru?"

Bab 3
TAMU TAK DIUNDANG

JUPITER sudah berbaring di dalam kantung tidurnya. Ia menatap ke


dalam gelap, sambil menggerak-gerakkan jari-jari kakinya.
"Ada kasus baru lagi untuk Trio Detektif," katanya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bob berbaring di sebelah Jupiter. Ia membalik tubuh, lalu


menegakkannya sedikit dengan bertelekan pada siku. "Apakah kita
akhirnya diminta mencarikan anak kunci Anna?" tanyanya.
"Tidak. Sehabis makan tadi, Hans dan Konrad minta padaku agar kita
mengadakan penyelidikan mengenai suami Anna. Mereka berperasaan
tidak enak tentang Joe."
Pete, yang berbaring di sebelah Bob, menguap keras-keras.
"Aku pun begitu pula," katanya. "Ada sesuatu yang tidak beres dengan
orang itu. Maksudku, kita tadi siang kan cuma melihat kantor saja. Tapi
reaksinya-bisa dibilang mengancam hendak membunuh kita."
"Dan ia menggunakan senapan pembius untuk mengusir beruang," kata
Jupiter. "Itu kan aneh! Lagi pula, untuk apa ia punya senapan pembius?
Tapi bukan urusan senapan yang menyebabkan perasaan Hans dan
Konrad tidak enak, melainkan kolam renang. Mereka khawatir, jangan-
jangan sepupu mereka yang rajin dan selalu praktis, ternyata menikah
dengan pria yang akan menghambur-hamburkan uangnya untuk
membiayai proyek yang konyol-konyol. Kurasa harus kita akui, kolam
renang bukan suatu tambahan yang menguntungkan bagi losmen yang
kamar tamunya cuma tiga. Pemasukan takkan bisa menutup biaya
pembuatannya.
"Hans dan Konrad juga merasa tidak enak, karena Havemeyer tidak
punya pekerjaan tetap. Menurut mereka, orang seumur dia harus
bekerja. Ketika ia membantu mereka membawa barang-barang mereka
ke dalam rumah, ia bercerita bahwa ia mewarisi harta dari keluarganya,
dan sebelum bertemu dengan Anna ia tinggal di Reno. Mobil sport merah
yang diparkir di pelataran itu miliknya. Nomornya keluaran negara
bagian Nevada. Jadi soal itu tidak perlu kita teliti lagi."
"Lalu apa yang kita kerjakan?" tanya Pete. "Pergi ke Reno, lalu berbicara
dengan para tetangganya yang dulu?" "Kurasa itu tidak perlu," kata
Jupe. "Bob, ayahmu punya kenalan di Reno?"
Ayah Bob wartawan suatu surat kabar yang terbit di Los Angeles.
Banyak wartawan kenalannya di berbagai kota di kawasan Barat.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Reno?" kata Bob. "Tidak, sepanjang ingatanku, Ayah tidak pernah


menyebut-nyebut kenalan yang tinggal di kota itu. Tapi aku bisa minta
padanya agar menghubungi biro kredit di Reno, untuk minta laporan
tentang Havemeyer. Jika orang itu pernah mengambil kredit jenis apa
pun juga, biro kredit pasti akan punya data mengenai dirinya. Kata Ayah,
dari data-data itu bisa diperoleh banyak keterangan mengenai orang-
orang. Di bank mana saja mereka punya simpanan, berapa banyak uang
mereka yang ditaruh di situ, apakah mereka menepati waktu dalam
membayar tagihan - pokoknya hal-hal seperti itulah."
"Bagus," kata Jupiter. "Besok kita menelepon ayahmu." Ia duduk, lalu
menyingkapkan penutup tenda. "Joe Havemeyer sedang di kantor Anna
sekarang," katanya.
"Kurasa ia tidak perlu menaati tulisan 'Dilarang Masuk' yang terpasang
di pintu," kata Pete. Ia ikut duduk, lalu mengintip ke luar.
Lewat jendela kantor yang tidak bertirai, anak-anak bisa melihat suami
Anna. Orang itu duduk menghadap meja tulis, membelakangi jendela. Ia
sedang menyortir kertas-kertas korespondensi, dan memasukkannya ke
dalam map-map.
"Ia membereskan kertas-kertas yang berantakan," kata Pete. "Aneh-
kenapa bukan Anna yang melakukannya. Katanya, wanita itu sangat rapi!!"
"Terus terang saja, aku agak kecewa pada Anna," kata Jupe. "Dan
kurasa Hans dan Konrad juga begitu. Anna nampaknya tidak begitu
senang, ketika Havemeyer mengajak mereka menginap di losmen. Anna
juga tidak mau berbahasa Jerman dengan mereka. Pada hakikatnya, ia
tidak banyak berbicara dengan kedua sepupunya. Ia membiarkan
suaminya saja yang berbicara."
"Reuni keluarga tidak selalu berlangsung seperti diharapkan," kata Pete
mengomentari. Ia tadi menyusup ke dalam kantung tidurnya dengan
celana jeans dan baju hangat. Sekarang ia meraba-raba dalam gelap,
mencari sepatunya. "Setidak-tidaknya, kue kering buatan Anna ternyata
seenak yang dikabarkan," katanya. "Aku ke dalam sebentar, ah!
Mumpung Havemeyer masih bangun. Aku ingin minta segelas susu, serta
makanan kecil untuk mengganjal perut."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Dasar Pete-ingatnya cuma makan saja," kata Jupe sambil mengeluh.


Tapi ia pun memasang sepatunya.
"Aku juga ikut!" kata Bob, sambil membuka kancing tarik kantung
tidurnya.
"Sebentar!" kata Jupiter dengan tiba-tiba. "Suara apa itu?"
Bob dan Pete tertegun. Dari arah belakang tenda terdengar suara
geraman lirih, bernada ingin tahu. "Beruang!" bisik Pete.
"Jangan bergerak," ujar Jupe memperingatkan.
Terdengar bunyi ranting patah, serta kaisan seperti bunyi buah tusam
yang disepak ke samping. Kemudian anak-anak melihat beruang itu. Ia
berhenti di depan tenda. Anak-anak bisa melihatnya dengan jelas,
karena sosoknya diterangi sinar lampu yang memancar ke luar dari
jendela kantor. Beruang itu besar - dan nampaknya lapar. Ia mengendus-
endus, sambil menghadapkan kepala ke arah mereka.
"Pergi!" desis Pete dengan perasaan ngeri.
"Ssst!" kata Bob mengingatkan. "Jangan kaukagetkan dia!"
Beruang itu menatap mereka tanpa bergerak. Anak-anak tidak berani
bergerak. Mereka hanya bisa memandang kembali. Tapi hanya sebentar
saja perhatian beruang itu tertarik pada tenda serta ketiga
penghuninya. Ia bersin, lalu berjalan dengan gerakan lamban ke sisi
belakang losmen.
Pete mengembuskan napas lega.
"Rupanya ia cuma ingin mencari makanan di dalam tong sampah," bisik
Bob.
Beberapa detik kemudian terdengar bunyi berisik tong sampah yang
digulingkan. Anak-anak melihat Joe Havemeyer melompat dengan cepat
dari belakang meja, lalu bergegas hendak ke luar. Tapi sebelum ia
sampai di pintu kantor, nampak kilatan sinar menyilaukan di belakang
losmen. Sedetik kemudian terdengar suara dengkingan liar, disusul
jeritan. Jeritan manusia!
Jupe dan kedua temannya bergegas ke luar dari dalam tenda, lalu lari
menuju ke belakang losmen. Begitu membelok di sudut belakang, mereka
masih sempat melihat sosok beruang yang gelap, lari ke atas lereng

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

tempat main ski. Dari arah pepohonan yang terdapat di selatan losmen
terdengar bunyi ranting-ranting berpatahan, seakan-akan ada
seseorang-atau sesuatu- di situ yang lari pontang-panting di tengah
semak.
Saat itu lampu di atas pintu belakang losmen dinyalakan. Pintu terbuka
dengan cepat. Joe Havemeyer muncul bergegas-gegas di beranda
belakang, dengan senapan pembius siap untuk ditembakkan. Ia
memandang dengan kening berkerut ke arah anak-anak, lalu ke tong
sampah yang isinya terserak di kaki tangga.
Kemudian napasnya tersentak. Ia melihat Mr. Jensen. Juru foto
spesialis kehidupan alam itu tergeletak dalam posisi menelungkup, di
tengah sampah yang berserakan. Orang itu memakai piama yang ditutupi
dengan mantel mandi. Kamera fotonya terletak di sampingnya, hancur
berantakan.
"Ada apa...?" seru Havemeyer.
"Ada tamu tidak diundang," kata Jupe. Ia membungkuk, memperhatikan
juru foto yang terkapar di tanah. "Seekor beruang. Dan Mr. Jensen
kelihatannya mengalami cedera!"

Bab 4
SEEKOR BERUANG-ATAU DUA?

JOE HAVEMEYER meletakkan senapannya, lalu berlutut di sisi Jensen


yang tidak sadarkan diri. "Kalian melihat kejadiannya?" tanya
Havemeyer pada anak-anak.
"Kami melihat seekor beruang lewat di depan tenda kami," kata Bob. "Ia
menuju kemari, lalu kami mendengar bunyi tong sampah terguling.
Setelah itu kami melihat kilatan cahaya, disusul suara mendengking.
Setelah itu terdengar suara Mr. Jensen menjerit."
Di losmen, lampu-lampu kamar menyala semua. Anna muncul di ambang
pintu.
"Joe? Ada apa?" serunya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Jensen," jawab Joe dengan pendek. "Ia rupanya mencoba memotret


beruang. Binatang itu menyerangnya. Sebaiknya kita bawa saja ke
dokter."
Saat itu Mr. Smathers muncul di ambang pintu, lalu berdiri di belakang
Anna. Rambutnya yang beruban dan sudah jarang nampak acak-acakan.
Mantel mandi dipakainya terbalik.
"Ada keributan apa?" tanyanya.
Hans dan Konrad ikut ke luar, lalu menuruni tangga serambi. "Ada
kejadian apa di sini?" tanya Hans.
Jensen mengerang. Ia membalikkan tubuh, menarik lututnya ke dada,
berusaha duduk. Havemeyer duduk di tangga. Tampangnya ketakutan
sekali. Tapi sekaligus juga lega. "Anda tidak apa-apa?" tanyanya pada
Jensen.
Juru foto itu mengernyitkan muka, lalu meletakkan tangan kanannya ke
tengkuk. "Ada yang memukul aku," katanya.
"Anda boleh mengucap syukur, karena masih bisa bernapas," kata
Havemeyer. "Orang lain yang diserang beruang, tidak bisa bercerita lagi
mengenai pengalaman mereka."
Jensen berlutut, lalu berdiri. Ia bersandar ke dinding rumah.
"Aku memang diserang," katanya. Ia menggeleng-geleng, seperti hendak
menjernihkan pikiran. "Aku diserang- tapi bukan oleh beruang tadi. Ada
orang menyelinap, lalu memukul tengkukku dari belakang."
"Ah!" kata Havemeyer dengan nada tidak percaya. "Pasti beruang itu
yang memukul Anda. Ia terkejut ketika lampu blitz Anda tiba-tiba
menyilaukannya. Beruang bisa cepat sekali gerakannya."
"Itu juga saya ketahui. Tapi bukan beruang yang tadi itu yang
menyerangku. Aku melihatnya muncul dari jendela kamarku. Aku cepat-
cepat mengambil kameraku, lalu ke luar. Saat aku sedang membidik ke
arah beruang, tahu-tahu kudengar ada orang di belakangku. Saat itu
lampu blitz menyala, dan tidak sampai sedetik kemudian-bukk!"
Jensen menegakkan tubuhnya, lalu menatap dengan mata terbelalak ke
arah Mr. Smathers, yang berdiri di sisi Anna di beranda.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Anda!" teriak Jensen. "Anda, dengan pikiran konyol Anda tentang


binatang-Anda-lah yang memukulku tadi! Apakah Anda beranggapan aku
ini melanggar hak kebebasan pribadi beruang itu?"
"Sudahlah, perasaan Anda saat ini sedang kacau," kata Havemeyer,
sambil membimbing Jensen. "Kita ke dokter saja sekarang."
"Aku tidak perlu dokter. Polisi harus dipanggil kemari!"
"Mr. Jensen," kata Jupiter, sambil melangkah maju. "Bisa saja tadi ada
seekor beruang lagi. Kami bergegas kemari, begitu terdengar suara
Anda berteriak. Kami melihat seekor beruang lari ke atas lereng tempat
main ski. Tapi kami juga mendengar bunyi sesuatu yang lari merambah
semak di antara pepohonan di sebelah sana."
"Bukan beruang yang memukulku tadi!" kata Jensen berkeras, sambil
memandang Mr. Smathers dengan marah.
"Bukan kebiasaanku menyakiti sesama makhluk," kata Smathers dengan
sikap tersinggung. "Lagi pula, tidak mungkin aku yang memukul Anda.
Aku tadi sudah di tempat tidur. Kalau tidak percaya, tanya saja pada
Mrs. Havemeyer. Ia ada di serambi dalam, ketika aku ke luar dari
kamarku."
Anna Schmid mengangguk.
"Itu memang benar, Mr. Jensen," katanya. "Ketika mendengar sesuatu
di luar, aku dengan segera pergi melihat. Aku berada di ujung atas
tangga, ketika Mr. Smathers membuka pintu kamarnya."
"Kejadiannya begitu cepat," kata Havemeyer menenangkan. "Anda tidak
mungkin bisa mengingatnya dengan persis. Apalagi setelah kepala Anda
kena pukul."
"Tengkuk," kata Jensen mengotot. "Tengkukku yang ditinju. Sejak
kapan beruang bisa meninju?"
"Sudahlah-masuk saja dulu, nanti kita memanggil dokter," kata
Havemeyer membujuk-bujuk. Ia berbicara dengan lembut, seperti
menghadapi anak yang sedang marah.
"Aku tidak perlu dokter!" teriak Jensen. "Panggilkan polisi. Di sini ada
penjahat, yang suka menyerang orang tak bersalah!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Orang tak bersalah, selarut ini mestinya sudah berbaring di tempat


tidur," kata Mr. Smathers, "dan bukan menakut-nakuti makhluk lain
dengan jepretan lampu blitz kameranya!"
"Kameraku!" Dengan cepat tangannya bergerak, hendak mengambil
bekas-bekas kameranya yang tergeletak di tanah. "Nah, hebat!"
Dipungutnya dua bagian yang sudah terlepas, lalu dipandangnya dengan
marah gulungan film yang tergantung-gantung. "Perusak!" seru Jensen.
Tuduhan itu rasanya seperti diarahkan pada Mr. Smathers.
"Kamera jika jatuh, tentu saja rusak," kata Smathers. "Dan jika Anda
ingin memanggil polisi, aku dengan senang hati mau memberi keterangan,
apabila mereka sudah ada di sini nanti. Tapi sementara ini aku akan
masuk lagi ke tempat tidur. Jangan bangunkan, selama tidak ada alasan
penting untuk itu."
Smathers masuk lagi ke rumah, meninggalkan Jensen yang masih marah-
marah.
"Mr. Smathers benar," kata Havemeyer. "Memang sebaiknya kita semua
tidur saja lagi." Ia menoleh ke arah Trio Detektif. "Bawa kantung tidur
kalian ke dalam," katanya pada mereka. "Jangan tidur di luar, mengingat
adanya beruang berkeliaran di sini."
"Itu tadi bukan beruang!" seru Jensen.
"Kalau bukan beruang, lalu apa?" balas Havemeyer. "Jupe tadi
mendengar sesuatu berlari menerobos semak di bawah pepohonan yang
di sebelah sana. Jadi kecuali ada seseorang dari desa yang secara tiba-
tiba menjadi penjahat, mestinya itu seekor beruang yang lain.
Bagaimana sekarang-kita memanggil dokter, atau tidak? Jika kita
memanggil sheriff*, paling-paling ia akan mengatakan pada Anda, jangan
suka berkeliaran malam-malam, karena itu mengganggu ketenangan
satwa liar." (fn=kepala polisi desa)
Kata-katanya itu benar. Dan Jensen juga menyadarinya.
"Ya, ya, baiklah. Tapi aku tidak memerlukan dokter. Ia tidak perlu
dipanggil." Sambil mengusap-usap tengkuk, ia naik ke serambi belakang,
lalu masuk ke dapur.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Lima belas menit kemudian, Jupe dan kedua temannya sudah berbaring
kembali ke dalam kantung tidur masing-masing, yang dipindahkan ke
ruang duduk yang lapang. Mereka menunggu di dalam ruangan yang gelap,
sampai di tingkat atas tidak terdengar apa-apa lagi. Setelah itu barulah
Pete membuka mulut.
"Jensen tadi masih mujur," katanya. "Tidak banyak orang yang cuma
begitu saja keadaannya, setelah diserang beruang. Tentu saja jika yang
menyerangnya itu memang beruang."
"Pikiran kita serupa," kata Jupe sambil mengerutkan kening.
"Mungkinkah beruang memukul orang sampai pingsan, tapi tanpa
meninggalkan bekas apa-apa? Sedang kulit pada tengkuk Jensen, lecet
saja pun tidak!"
"Tapi penyerangnya tidak mungkin orang dari losmen ini," kata Bob.
"Hans dan Konrad, bukan kebiasaan mereka memukul orang. Joe
Havemeyer ada di dalam kantor ketika peristiwa itu terjadi, sedang
Anna dan Mr. Smathers saling memberi kesaksian bahwa kedua-duanya
saat itu masih di dalam rumah. Biar ia mampu memanjat dinding sekali
pun, mustahil Mr. Smathers bisa begitu cepat kembali ke kamarnya,
sehingga Anna melihatnya ke luar dari situ lagi ketika ia hendak
menuruni tangga."
"Jadi yang menyerang, kalau bukan seekor beruang lain, haruslah
seseorang yang bukan dari losmen ini," kata Jupe. "Besok pagi begitu
hari sudah terang, kita ke kerumunan pepohonan di sebelah selatan, ke
mana penyerang tak dikenal tadi lari setelah memukul Mr. Jensen. Iklim
selama ini memang kering, tapi lingkungan pepohonan itu mestinya cukup
lembab, sehingga jejak orang yang lari di situ akan nampak di tanah.
Siapa pun yang memukul Jensen, jejaknya mestinya nampak di situ.
Setelah melihatnya, kita akan bisa tahu apakah yang memukul itu
beruang - atau manusia."

Bab 5
ANAK KUNCI YANG HILANG

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

JUPITER terbangun, karena lengannya digoyang-goyangkan oleh Pete.


"Kita terlambat," kata Pete. "Keluarlah dari kantung tidurmu, lalu lihat
sendiri." Jupiter duduk. Ruangan itu masih remang-remang. "Joe
Havemeyer mendului kita," kata Pete lagi.
Bob yang berbaring di samping Jupiter membalikkan tubuh, lalu
menggeliat. "Mendului kita? Apa yang dilakukannya?" tanyanya.
"Kita tidak bisa lagi memeriksa pekarangan belakang untuk mencari
jejak beruang, atau jejak manusia, atau jejak apa saja," kata Pete
memberi tahu. "Lihat saja sendiri. Kalau cuma kuceritakan, kalian pasti
takkan percaya."
Bob dan Jupe berdiri, lalu mengikuti Pete ke dapur. Pete menuju ke
jendela dekat tempat masak, lalu menuding ke luar.
"Menarik," kata Jupe mengomentari.
"Wah, itu kan... edan!" kata Bob kaget. Ia memandang dengan kening
berkerut, memperhatikan suami Anna, yang saat itu sedang menyapu
pekarangan belakang.
"Tadi ia sudah menyapu di bawah pepohonan," kata Pete. "Ketika kalian
kubangunkan, ia baru saja selesai di sana."
"Hmm." Jupiter merenung. "Nampaknya ia dengan sengaja hendak
menghapus jejak-jejak yang mungkin ada dari penyerang Mr. Jensen.
Aneh sekali." Ia melangkah ke pintu, membukanya, lalu muncul di
serambi dengan kaki yang hanya terbungkus kaus. Ia menyapa dengan
riang, "Selamat pagi!"
Joe Havemeyer nampak agak terkejut. Tapi kemudian ia tersenyum.
"Pagi," balasnya. "Bagaimana-bisa tidur enak, setelah ribut-ribut itu?"
"Nyenyak sekali," kata Jupiter. "Pagi-pagi begini Anda sudah bangun,"
sambungnya, sambil menatap sapu di tangan orang itu.
Havemeyer menegakkan kembali tong sampah yang terguling, lalu
menyapu kotoran yang terserak di sekitar tangga serambi,
mengumpulkannya menjadi tumpukan rapi.
"Banyak yang harus dikerjakan," katanya pada Jupe. "Sampah yang
berserakan ini harus dibersihkan, karena kalau tidak pasti akan banyak
sekali beruang datang kemari. Lalu sehabis sarapan nanti, aku akan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

meneruskan pekerjaan membuat kolam renang. Pakailah sepatu kalian


dulu-nanti kutunjukkan!"
Sampah yang sudah disapu dimasukkannya ke dalam tong, yang kemudian
ditutup. Setelah itu ia naik ke serambi.
Jupe mengikuti Havemeyer, masuk ke dapur. Bob dan Pete berdiri di
dekat tempat cuci piring, dengan lagak seperti baru bangun.
"Pagi," kata Havemeyer menyapa mereka. "Kalian mau ikut melihat kolam
renang yang sedang kubuat?"
Anak-anak memakai sepatu, lalu mengikuti orang itu ke lubang galian
yang letaknya sekitar lima belas sampai dua puluh meter di belakang
rumah.
"Penggalian ini dilakukan oleh beberapa orang yang kudatangkan dari
Bishop, dengan alat-alat berat," kata Havemeyer. "Papan cetakan akan
kupasang sendiri, dan aku sendiri pula yang akan menuangkan beton.
Tapi jika penggalian kulakukan sendiri, bisa-bisa setahun penuh aku
sibuk dengan pekerjaan itu."
"Ya, memang," kata Pete, sambil memandang ke dalam lubang. "Dalamnya
paling sedikit tiga meter!"
"Empat," kata Havemeyer.
"Tapi tidak ada tempat yang dangkal," kata Pete.
"Ya, betul," kata Havemeyer.
Kening Pete berkerut.
"Belum pernah kulihat kolam renang seperti ini," katanya. "Jika tidak
ada bagian yang dangkal, lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak
bisa berenang, tapi ingin berendam saja di dalam air?"
"Kau kelihatannya mengerti tujuanku," kata Havemeyer. "Orang yang
tidak bisa berenang, tidak bisa mempergunakan kolam ini. Aku pernah
melihat seseorang yang tidak bisa berenang terpeleset di dalam kolam
renang. Itu tidak lucu."
"Ah," kata Pete.
Saat itu terdengar suara Hans dan Konrad menyapa dengan riang dari
arah rumah. "Kami ada di sini," seru Havemeyer membalas.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Kedua pemuda Jerman bersaudara itu bergegas menuruni tangga


serambi, lalu datang menghampiri. "Wah," kata Hans ketika melihat
lubang galian. "Kolam renang, ya?" katanya. Ia menunjukkan sikap
seseorang yang sudah bertekad hendak tetap ramah. "Ya, kolam
renang," kata Havemeyer. "Kau sendiri yang akan membuatnya?" tanya
Konrad. Havemeyer mengangguk.
"Membuat kolam renang bukan pekerjaan enteng," kata Hans. "Saat ini
kami sedang cuti. Kami akan membantu."
"Jangan, jangan," kata Havemeyer buru-buru. "Kalian kan sedang
berlibur di sini. Aku tidak ingin kalian..."
"Apa salahnya dalam memanfaatkan masa cuti sambil membantu suami
sepupu kami?" kata Konrad. Kata-kata yang diucapkannya terdengar
ramah, tapi nadanya sangat tandas. Seolah-olah menegaskan bahwa ia
tidak mau dibantah.
Havemeyer mengangkat bahu, lalu mulai menjelaskan rencana pembuatan
kolam renang yang diniatinya pada Hans dan Konrad. Sementara itu
anak-anak kembali ke losmen dengan santai.
"Dengan membantu membangun kolam renang, Hans dan Konrad kini
punya alasan untuk tetap berada di sini serta mencari keterangan lebih
banyak tentang Joe Havemeyer," kata Jupe dengan suara pelan.
"Aku sangsi, apakah otak orang itu beres," kata Pete dengan tegas.
"Maksudku, belum pernah kulihat kolam yang tidak ada bagian
dangkalnya."
Sarapan pagi itu berlangsung dalam suasana tidak enak. Mr. Jensen
makan sambil membisu terus. Ia bahkan tidak mau memandang ke arah
Mr. Smathers. Sedang Mr. Smathers secara menyolok menolak ketika
disuguhi telur. Ia bahkan nampak ngeri, ketika Anna masuk dengan
membawa piring berisi sosis. Anna sendiri hanya sedikit sekali
makannya. Ia duduk sambil memutar-mutar cincin kawin yang terpasang
di jarinya. Ia sibuk menyuruh-nyuruh agar ada yang mau tambah.
Havemeyer menolak. Kemudian ia pergi ke luar bersama Hans dan
Konrad, untuk memulai pekerjaan membuat kolam renang. Mr. Smathers
mengambil sebuah roti bundar yang empuk, tapi memasukkannya ke

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

dalam kantung kemeja. Setelah itu ia keluar, lalu berjalan menuju ke


arah tempat perkemahan. Selesai sarapan, Mr. Jensen mengucapkan
terima kasih dengan nada masam pada Anna, lalu mengatakan hendak
pergi ke Bishop, karena ada urusan di sana.
Anna memandang dengan sedih, memperhatikan makanan yang tersisa.
"Rupanya pagi ini tidak ada yang merasa lapar," katanya pada anak-anak.
"Semuanya enak sekali," kata Jupiter cepat-cepat. "Saya jadi teringat
pada Bibi Mathilda."
"Bibi Mathilda?" kata Anna. "O, ya-nyonya yang begitu baik pada Hans
dan Konrad."
"Ia juga pintar masak," kata Jupiter.
"Lihat saja potongan Jupiter," sela Pete sambil tertawa kecil.
"Aku dan Bibi Mathilda akan melakukan diet," kata Jupe, "begitu aku
sudah ada lagi di Rocky Beach." Bob tertawa.
"Itu cerita lama," katanya. "Aku baru mau percaya kalau sudah
melihatnya, Baby Fatso."
"Ya deh! Ya deh!" Jupiter begitu jengkel, sampai ia nyaris berteriak.
"Baby Fatso?" tanya Anna. "Aku rasanya seperti pernah mendengar
nama itu."
"Jika Anda gemar menonton acara larut malam di televisi, ada
kemungkinan Anda akan melihat Jupe. Dia ini semasa kecilnya bintang
film yang sangat terkenal."
"Begitu, ya. Hans dan Konrad tidak bercerita apa-apa tentang itu dalam
surat-surat mereka padaku." Wajah Anna tiba-tiba bertambah cerah.
"Mereka selalu bercerita bahwa kalian ini anak-anak pintar, yang pandai
menyelidik."
"Anda sudah melihat kartu nama kami," kata Jupe dengan kaku. Ia masih
agak sakit hati, karena sehari sebelum itu tawarannya ditolak mentah-
mentah.
"Kartu nama kalian? Ya, betul juga-dan ternyata reaksiku kemarin
terlalu terburu-buru. Aku sudah ke mana-mana mencari anak kunci yang
hilang itu, tapi belum juga ketemu. Padahal itu penting sekali. Barangkali
kalian bisa menemukannya untukku."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Anda berniat mengontrak Trio Detektif?" tanya Jupiter.


"Mengontrak?"
"Maksud Jupe, Anda menugaskan kami untuk mencari anak kunci yang
hilang itu," kata Bob menjelaskan. "Kami kadang-kadang memang minta
bayaran untuk jasa kami, tapi kali ini tidak. Kami di sini kan menumpang
di rumah Anda-dan masakan Anda enak sekali."
"Jauh lebih nikmat daripada makanan kalengan yang kami beli, ketika
kami mengira akan tinggal di tempat perkemahan selama berlibur," kata
Pete.
"Terima kasih." Anna tersenyum. "Mengontrak. Ya, aku ingin mengontrak
kalian, guna menemukan anak kunci itu. Urusan ini benar-benar konyol.
Soalnya begini. Sewaktu aku berangkat dari sini untuk pergi ke Danau
Tahoe, aku tidak ingin membawa-bawa anak kunci itu. Karenanya lantas
kusimpan di suatu tempat yang sulit diketahui orang lain. Payahnya-
sekarang aku sendiri tidak ingat di mana tempat itu."
"Anak kunci itu seperti apa bentuknya?" tanya Jupiter.
"Kecil-seperti ini." Dengan meregangkan ibu jari dan telunjuknya, Anna
menunjukkan ukuran benda yang panjangnya sekitar lima senti. "Anak
kunci itu untuk membuka peti besiku."
"Jadi memang penting," kata Pete. "Tapi kenapa tidak Anda hubungi saja
bank, dan melaporkan bahwa anak kunci itu hilang? Mereka tentunya
bisa memberikan duplikatnya."
"Ayahku pernah kehilangan anak kunci peti besinya yang di bank," kata
Bob. "Ia sama sekali tidak mengalami kerepotan karenanya. Ia memang
harus menghubungi seorang petugas di banknya, dan kalau tidak salah
mereka harus mengganti kunci peti besinya. Untuk itu memang diminta
bayaran-tapi bayarannya tidak terlalu tinggi."
"Aku malu," kata Anna. "Orang bank di Bishop sangat menaruh hormat
padaku. Mereka tahu aku ini orang yang sangat teliti, dan ketika aku
membutuhkan uang untuk membeli lift guna mengangkut para pemain ski,
mereka langsung memberi pinjaman padaku. Karenanya aku tidak ingin
pergi ke bank dan mengakui kecerobohanku, sehingga anak kunci yang
begitu penting artinya sampai bisa hilang."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Baiklah," kata Jupiter. "Rasanya Trio Detektif pasti bisa menolong


Anda, supaya Anda tidak perlu merasa malu di bank. Mencari anak kunci
itu bukan hal yang mustahil, karena losmen ini tidak besar. Ngomong-
ngomong, di mana Anda biasanya menyimpan anak kunci itu?"
"Di dalam laci mejaku. Tapi sekarang..." Anna membentangkan kedua
lengannya, dengan sikap putus asa. "Aku masih ingat bahwa waktu itu
aku berpikir bahwa losmen akan kosong selama aku pergi, dan karenanya
anak kunci itu harus kusembunyikan-jangan sampai diambil orang yang
masuk secara diam-diam. Tapi aku tidak ingat lagi, di mana aku
menaruhnya waktu itu."
"Kalau begitu kami mulai saja mencari," kata Pete. Ia mendorong
kursinya ke belakang, lalu berdiri.
"Apakah sebaiknya kami mulai saja di ruang kantor?" tanya Jupiter.
"Kami sudah mencari di situ-tapi tidak ada," kata Anna.
"Tidak ada salahnya mencari sekali lagi." Air muka Jupiter memancarkan
harapan. "Mungkin ada tempat yang tidak Anda teliti."
"Silakan." Anna mulai membenahi meja makan.
Anak-anak langsung masuk ke ruang kantor, di mana masih berserakan
kertas-kertas serta buku-buku kas.
"Kurasa kita cuma akan membuang-buang waktu saja di sini, Jupe," kata
Pete. "Ruangan ini sudah dibongkar habis-habisan oleh Anna beserta
suaminya. Jarum yang tercecer pun, pasti sudah mereka temukan."
"Aku sependapat denganmu." Jupiter duduk dekat meja. Dari arah
dapur terdengar bunyi piring-piring, serta air yang mengalir ke dalam
bak tempat cuci piring. "Tapi ada kemungkinan kita akan bisa
mengetahui apa yang sedang dilakukan suami Anna di sini kemarin
malam, ketika semuanya sudah masuk ke tempat tidur. Hans dan Konrad
kan meminta kita agar mencari keterangan sebanyak mungkin tentang
Havemeyer. Jadi pertama-tama kita selidiki, apa yang begitu menarik
perhatiannya di kantor ini."
Jupe membalik-balik setumpuk kertas yang terletak di atas meja.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Hm," gumamnya, lalu berkata, "Sepucuk surat dari Hans-dan yang ini
dari Konrad. Surat ini dikirim lebih dari dua tahun yang lalu. Anna
rupanya menyimpan semua surat dari kedua sepupunya."
"Tapi itu kan bukan alasan bagi Havemeyer untuk membaca sampai larut
malam," kata Bob. Ia mengambil sebuah buku kas dari tumpukan di rak,
lalu membalik-balik halamannya.
"Hans dan Konrad kan ada di sini sekarang," katanya lagi, "jadi jika ada
sesuatu yang ingin diketahuinya tentang mereka, ia bisa menanyakannya
secara langsung."
"Itu betul," kata Jupe. Ia duduk bertelekan siku sambil menarik-narik
bibirnya yang sebelah bawah. Itu merupakan tanda pasti bahwa ia
sedang sibuk berpikir.
"He-ini ada sesuatu," kata Bob. Didorongnya buku kas yang sedang
disimaknya ke seberang meja, ke arah Jupiter. "Catatan simpanan
Anna."
"Tebal sekali buku catatan banknya," kata Pete.
"Ini bukan buku bank, tapi catatan biasa tentang simpanannya di bank.
Pada satu jalur tertulis jumlah uang yang dimasukkan, lalu ada jalur lain
untuk catatan uang yang diambil. Sedang jalur terakhir pada setiap
halaman merupakan catatan jumlah uang yang ada."
Jupiter membalik-balik halaman buku catatan keuangan itu sampai kira-
kira setengahnya, lalu berhenti.
"Catatan terakhir, dua minggu yang lalu," katanya pada Bob dan Pete.
"Dua minggu yang lalu, Anna memasukkan 175 dolar ke tempat ia biasa
menabung. Pengeluaran sama sekali tidak ada. Pada kolom terakhir
tertera bahwa simpanannya berjumlah 10.823 dolar."
"Wow!" kata Pete dengan nada kagum. "Jika itu semua dalam bentuk
uang tunai, maka keadaan Anna lebih baik daripada sembilan puluh
persen penduduk Amerika Serikat. Data itu kudengar dalam pelajaran
ilmu kemasyarakatan yang kuperoleh semester yang lalu. Sebagian
terbesar dari penduduk Amerika Serikat tidak memiliki uang tunai.
Bukan itu saja, tapi utang mereka pun begitu besar, sampai kalau ban
mobil mereka bocor saja pun, mereka sudah akan kebingungan."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Jadi keadaan ekonomi Anna ternyata sangat memuaskan," kata Jupe


dengan gayanya yang sok tua. "Kita harus secepat mungkin berhasil
menemukan anak kunci itu. Kemudian kita pergi ke tempat telepon di
desa, lalu menghubungi ayahmu, Bob. Aku ingin sekali tahu, apakah biro
kredit di Reno memiliki data tentang Havemeyer."
"Menurutmu, ia mungkin hendak berusaha menguasai duit yang dimiliki
Anna?" tanya Pete.
"Kemungkinan itu ada! Yang jelas, Hans dan Konrad berpendapat begitu.
Dan nampak jelas pula bahwa Hans dan Konrad menyebabkan Havemeyer
merasa kikuk. Ia tidak senang, ketika mereka memutuskan untuk
memanfaatkan masa cuti mereka di sini dengan membantunya membuat
kolam renang. Dan reaksi itu aneh. Kolam renang itu sendiri juga aneh.
Lalu kesibukan Havemeyer pagi-pagi sekali, menyapu pekarangan. Lalu
senapan buru. Semuanya serba aneh- tidak bisa dimengerti."
Tiba-tiba Jupiter mengangkat tangannya, memberi isyarat agar
pembicaraan jangan diteruskan. Anak-anak mendengar langkah orang
berjalan di ruang duduk. Beberapa detik kemudian Anna Schmid muncul
di ambang pintu kantor.
"Nah, bagaimana?" katanya dengan nada bertanya.
"Anda tadi benar," jawab Jupiter. "Anak kunci itu tidak ada di sini."
"Kami akan melanjutkan pencarian ke seluruh ruangan di losmen ini,"
kata Bob. "Apakah Mr. Smathers dan Mr. Jensen tidak akan merasa
keberatan jika kami nanti juga mencari di dalam kamar-kamar mereka?
Mungkinkah Anda menyembunyikan anak kunci itu di dalam kamar
tamu?"
"Itu mungkin saja," jawab Anna. "Soalnya, ketika aku pergi untuk
menikah, kedua kamar itu sedang kosong. Tapi jangan kalian sentuh
barang-barang mereka. Kecuali tidak perlu, mereka pun pasti akan
sangat marah jika barang mereka diperiksa."
"Tidak, kami takkan menyentuh barang-barang mereka," kata Jupe
sambil berdiri. "Bagaimana jika kamar ini kami rapikan kembali?"
"Lebih baik aku saja yang melakukannya," kata Anna. "Kalian tidak akan
tahu, ke mana masing-masing barang seharusnya diletakkan."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Baiklah." Jupiter melangkah hendak meninggalkan ruangan. Tapi ketika


sudah hampir sampai di pintu ia tiba-tiba berhenti. Rupanya seperti ada
sesuatu yang saat itu melintas dalam ingatannya.
"Anda memakai buku cek Anda belakangan ini?" tanyanya pada Anna.
"Soalnya saya tidak melihat buku cek di antara tumpukan yang terserak
di atas meja maupun di lantai."
"Aku tidak punya buku cek," kata Anna. "Aku selalu membayar dengan
uang tunai."
"Untuk apa saja?" Jupiter nampak tercengang. "Tidak berbahayakah
itu? Maksud saya, menyimpan uang sebanyak itu di dalam rumah?"
"Uangku yang di sini tidak banyak," jawab Anna. "Uang tabunganku
kutaruh di bank, di dalam peti besi. Itulah sebabnya, kenapa anak kunci
yang hilang itu begitu penting artinya. Sebentar lagi aku harus
membayar sejumlah tagihan. Untuk itu aku perlu mengambil uang dari
bank. Kecuali itu Joe-suamiku-juga memesan semen, untuk membuat
kolam renang. Jika semen pesanan itu datang, aku ingin langsung
membayarnya."
"Dengan uang tunai?" tanya Jupe.
"Itu lebih aman," kata Anna menegaskan. "Jika aku punya buku cek, itu
bisa dicuri orang, lalu uangku bisa diambil dengan jalan memalsukan
tanda tanganku. Tapi dengan uang tunai, yang kusimpan di sini hanya
seperlunya saja. Uang itu takkan mungkin bisa dicuri orang, karena
selalu kubawa ke mana saja aku pergi. Dan malam hari kusembunyikan di
bawah bantal."
"Kurasa polisi pasti tidak menyetujui sistem Anda itu, Mrs. Havemeyer,"
kata Jupiter. "Jika segala-galanya Anda bayar dengan uang tunai, orang
akan tahu bahwa Anda cukup sering membawa uang dalam jumlah besar.
Bagaimana kalau Anda ditodong?"
Anna Schmid tersenyum.
"Kurasa orang yang berani mencoba, pasti akan ditembak suamiku,"
katanya. "Saya percaya!" kata Pete.

Bab 6

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

GUNUNG MONSTER

SEPANJANG pagi itu anak-anak sibuk mencari dengan cermat.


Hamparan-hamparan di lantai mereka balikkan. Mereka mengintip ke
bawah meja di semua kamar. Mereka meraba-raba sisi atas bingkai
jendela dan pintu. Pete naik ke atas kursi, lalu menurunkan piring-piring
dari rak-rak paling atas di dapur. Bob mengguncang-guncang semua
botol yang ditemukan, membalik cangkir-cangkir, serta mengaduk-aduk
tempat tepung dan gula dengan sendok panjang. Jupe memeriksa setiap
kasau yang nampak di tingkat dua. Setelah itu ia pergi ke ruang bawah
tanah, lalu menyodok-nyodok setiap celah dan relung dinding semen di
situ. Sepatu-sepatu Anna dikeluarkan dari dalam lemari, lalu diperiksa.
Kantung-kantung jas dan mantelnya diteliti, begitu pula isi semua
tasnya.
"Anda yakin anak kunci itu Anda simpan si sini?" tanya Jupe, ketika ia
serta kedua temannya menghentikan pencarian untuk makan siang.
"Anda tahu pasti tidak tercecer-misalnya saja di bank, ketika Anda ke
sana?"
Anna yakin.
"Aku menyerah," kata Pete dengan lesu.
"Seluruh tempat ini sudah kami periksa dengan cermat. Mana mungkin
Anda menyembunyikannya dengan begitu baik, tapi sekarang tidak ingat
lagi tempatnya? Itu benar-benar luar biasa!"
Anna mendesah. Diletakkannya sebuah piring besar berisi sejumlah roti
panggang berisi keju ke meja.
"Sebaiknya kalian beristirahat saja dulu sekarang-dan besok baru
mencari lagi," katanya mengusulkan. "Sementara itu aku akan berusaha
mengingat-ingat. Aku sebenarnya sudah berusaha selama ini, tapi tetap
saja tidak ingat lagi."
"Jangan dipaksa," kata Jupiter menasihati. "Bahkan jangan dipikirkan.
Nanti dengan sendirinya akan teringat lagi." Anna tidak ikut makan
dengan anak-anak. Ia pergi ke kantornya, lalu menutup pintu.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kenapa soal ini begitu diributkannya?" kata Bob. "Padahal ia kan bisa
minta anak kunci lain, atau menukar kunci peti besinya dengan yang
baru."
Jupiter hanya bisa mengangkat bahu. Mereka makan tanpa berbicara.
Setelah itu mereka buru-buru mencuci piring, lalu pergi ke pekarangan
belakang. Di situ Jupiter berdiri sambil memperhatikan tanah yang
sudah disapu bersih. Kini jejak kaki yang nampak di situ berasal dari
semua yang sejak pagi mondar-mandir dari losmen ke kolam renang.
"He, Jupe!"
Ternyata Hans yang memanggil. Pemuda Jerman itu berdiri di tepi
lubang galian yang akan dijadikan kolam renang. Anak-anak mendengar
bunyi berdebum-debum. Ada orang sedang memukul-mukul sesuatu di
dasar lubang itu.
Jupe, Pete, dan Bob bergegas menghampiri, lalu memandang ke bawah.
Mereka melihat Konrad di dalam lubang itu, sedang sibuk memaku papan,
untuk dijadikan cetakan beton yang kemudian akan dituang.
"Ada yang berhasil kalian temukan?" tanya Hans pada anak-anak. Konrad
langsung berhenti memaku. Ia menunggu jawaban.
"Kami tadi mencari anak kunci Anna yang hilang," kata Jupiter. "Tapi
kami tidak berhasil menemukannya. Dan kini kami bisa memusatkan
perhatian pada Havemeyer. Aku yakin, kami akan bisa memperoleh
informasi mengenai dirinya. Bob masih harus menelepon dulu. Tapi mana
Havemeyer?"
Hans menuding ke arah puncak lereng tempat bermain ski.
"Ia tadi naik ke atas sana, dengan membawa senapan, serta beberapa
barang yang diangkut dengan ransel. Katanya, ada pekerjaan yang harus
dilakukannya di padang rumput. Tapi nanti ia akan kembali lagi."
Jupiter mengajak kedua temannya pergi ke desa. Dengan segera mereka
sudah sampai di pompa bensin, tempat Hans dan Konrad sehari
sebelumnya menanyakan alamat Anna Schmid. Pegawai yang kemarin
tidak nampak saat itu. Tempat penjualan bensin itu kelihatannya sedang
tidak dibuka. Di satu sudut pekarangan pompa bensin itu ada bilik

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

telepon. Bob masuk ke dalam, menutup pintu, lalu menelepon ayahnya di


kantor redaksi surat kabar tempat ia bekerja.
"Bagaimana?" tanya Pete, ketika Bob ke luar lagi beberapa saat
kemudian.
"Kita sedang mujur," kata Bob. "Ayahku sempat mengomel karena aku
menelepon ketika ia sedang sibuk bekerja. Tapi kemudian dikatakannya
bahwa ia punya kenalan wartawan yang tinggal di Reno. Ia akan
menghubungi kenalannya itu, untuk melihat informasi apa saja yang bisa
diperolehnya mengenai diri Joe Havemeyer. Aku disuruh ayahku
meneleponnya lagi besok malam, di rumah."
"Lumayanlah," kata Jupiter.
Setelah itu anak-anak menuju ke arah tempat perkemahan, melewati
Slalom Inn.
"Liburan ini tidak seperti yang semula kubayangkan," kata Pete. "Kita
kan berniat akan berkemah, serta mengembara ke gunung dan
memancing ikan. Tapi kini ternyata kita berkemah di dalam ruang duduk
losmen, serta makan masakan Anna. Coba cuaca agak berkabut-rasanya
seperti di rumah saja, di Rocky Beach."
"Kita bisa saja berkemah," kata Bob. "Kemah kita bisa saja kita
pindahkan sore ini kemari. Tapi Hans dan Konrad, kemungkinannya
takkan ikut dengan kita. Perasaan mereka terlalu gelisah, tentang suami
Anna. Tapi kita bisa saja jadi berkemah."
"Tidak takut beruang?" tanya Jupiter sambil nyengir.
"Beruang yang kemarin malam itu kan tidak mengganggu kita," balas Bob.
"Ia kan cuma mencari makanan saja."
"Tapi ada sesuatu yang menyerang Mr. Jensen," kata Jupiter
mengingatkan. "Dan apa sebabnya Havemeyer buru-buru menyapu
pekarangan belakang tadi pagi, sehingga semua jejak terhapus?"
Ketika sudah melewati tikungan jalan, ketiga remaja itu melihat tempat
perkemahan di depan mereka. Tempat itu terdiri dari lima tempat api di
tanah yang terbuat dari batu, serta lima meja piknik terbuat dari kayu
merah. Di sebelah kanan ada kali kecil, yang saat itu hampir kering
sampai ke dasarnya yang berbatu-batu. Dan di seberang tempat

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

perkemahan itu nampak jalan setapak yang berkelok-kelok menyusur


belukar.
Pete memperhatikan kali yang sudah hampir tidak berair lagi, sambil
menyisir rambut dengan tangan.
"Sekarang aku mengerti maksud Havemeyer, ketika ia mengatakan di
sini air merupakan masalah," katanya. "Jika kita berkemah di sini, nanti
kita akan terpaksa saban kali mengambil air ke losmen."
"Itu terlalu merepotkan," kata Jupiter. "Di samping itu, aku ingin tidak
terlalu jauh dari sana-setidak-tidaknya sampai kita sudah lebih banyak
tahu tentang Havemeyer. Terlalu banyak hal-hal aneh menyelubungi
orang itu. Dan serangan terhadap Mr. Jensen...."
"Tidak mungkin itu perbuatan Havemeyer," kata Bob. "Kita kan
melihatnya di dalam kantor, saat Jensen dipukul sampai pingsan."
"Memang, tidak mungkin Havemeyer pelakunya. Tapi ada sesuatu yang
tidak beres di losmen itu. Dan aku ingin tahu, apa itu!"
Saat itu terdengar bunyi gemerisik dalam semak di belakang mereka.
Ketiga remaja itu kaget. "Terkejut?" tanya seseorang dengan nada geli.
"Maaf deh!"
Jupiter berpaling dengan cepat. Dilihatnya pegawai pompa bensin yang
kemarin muncul dari tengah semak kecil berbunga ungu. Orang itu
kelihatannya sedang sibuk menjejalkan koran bekas yang kotor
berlumpur ke dalam sebuah karung goni.
"Kalian agak pengejut rupanya," kata orang itu lagi. Matanya bersinar
geli. "Kudengar ada beruang mengejutkan kalian di losmen tadi malam."
"Dari mana Anda tahu?" tanya Jupe.
"Mr. Jensen mampir tadi pagi, membeli bensin," kata orang itu
menjelaskan. "Kulihat sikap lehernya kaku, lalu kutanyakan sebabnya.
Aku senang bertanya-tanya tentang keadaan orang. Wah-Mr. Jensen
tadi marah sekali. Katanya ada yang meninju tengkuknya, ketika ia
hendak memotret seekor beruang."
"Sepanjang pengetahuan kami, memang itulah yang terjadi," kata Bob.
"Menurut Mr. Havemeyer, yang menyerang itu kemungkinannya seekor
beruang lain."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Aneh-ada beruang yang begitu kelakuannya," kata orang itu. "Tapi


entahlah, siapa tahu! Yang jelas, tahun ini memang banyak beruang
berkeliaran masuk ke desa. Itu selalu terjadi saat-saat musim kering
yang lama. Beruang-beruang itu mencari makanan yang tersisa di dalam
tong-tong sampah. Aku selalu membiarkan mereka berkeliaran.
Karenanya aku juga tidak pernah diganggu."
Orang itu memperhatikan tempat perkemahan.
"Nah, begini kan lebih pantas kelihatannya," katanya kemudian. "Minggu
lalu ada pasangan dari kota datang kemari. Wah, mereka itu joroknya
bukan main! Di mana-mana nampak kertas berserakan. Kulit jeruk
seenaknya saja dibuang ke kali."
"Anda bertanggung jawab atas kebersihan tempat perkemahan ini?"
tanya Bob.
"Sebenarnya tidak," kata pegawai pompa bensin itu, "tapi tempat
perkemahan ini boleh dibilang satu-satunya daya tarik di sini selama
musim panas. Dan bagiku perlu ada orang datang membeli bensin di
tempatku. Orang-orang yang gemar berkemah biasa saling memberi
tahu tentang keadaan di berbagai tempat perkemahan. Jika tempat ini
mendapat nama buruk, bisa jadi aku kemudian akan terpaksa menutup
pompa bensin mulai bulan Mei sampai saat salju turun lagi. Kalau itu
kulakukan, lalu aku harus hidup dari apa?"
"Betul juga kata Anda," kata Bob.
"Ngomong-ngomong, namaku Richardson," kata orang itu. "Lengkapnya
Charlie Richardson. Tapi orang sini biasa menyapaku dengan panggilan
Gabby-Pengoceh." Orang itu tertawa geli. "Kenapa, ya, aku disebut
begitu?"
"Ya, aku juga heran," kata Pete sambil tertawa. Ia mengulurkan tangan,
mengajak bersalaman. "Namaku Pete Crenshaw, dan dia ini Jupiter
Jones. Sedang yang berkaca mata itu Bob Andrews."
Gabby Richardson bersalaman dengan mereka.
"Kalian hendak pindah dan berkemah di sini?" tanyanya. "Ketika lewat di
depan losmen Anna tadi, kulihat tenda kalian terpasang di bawah
pepohonan."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Tadi malam kami tidur di dalam rumah," kata Jupe. "Mr. Havemeyer
mengatakan itu lebih aman, setelah beruang datang mengacak-acak isi
tong sampah."
Gabby Richardson tertawa.
"Jelas sekali suami Anna Schmid belum begitu lama di Gunung Monster,"
kata Gabby Richardson. "Masa, baru ada satu dua beruang saja sudah
ngeri."
"Gunung Monster?" kata Pete mengulangi.
"Yep," kata Gabby membenarkan. "Yah-demi para wisatawan, mungkin
lebih baik kusebut Gunung Lofty, seperti yang tertera secara resmi di
dalam peta. Tapi sewaktu aku masih anak-anak, dan baru ada lima
keluarga bertempat tinggal di sini, kami menamakannya Gunung
Monster." Ia menuding ke sebuah menara pengawas yang hanya nampak
samar, jauh di atas lereng sebelah utara. "Kalian lihat menara pengamat
kebakaran yang di atas sana itu? Sekarang sudah tidak dipakai lagi. Tapi
dulu ketika masih ada penjaga di situ, nama resminya Menara Gunung
Monster."
Pete duduk di bangku dekat salah satu meja piknik.
"Apa sebabnya dinamakan begitu?" tanyanya ingin tahu.
Gabby datang menghampiri, lalu duduk di sebelahnya. Ia duduk sambil
bersandar ke meja.
"Waktu aku masih anak-anak," katanya, "kaum dewasa suka bercerita
bahwa di atas gunung ada monster-monster. Makhluk-makhluk raksasa
yang hidupnya di dalam gua, dan suka makan anak-anak kecil yang masih
suka berkeliaran di luar apabila hari sudah gelap."
Bob tertawa mendengarnya.
"Kedengarannya seperti cerita seorang ibu yang menakut-nakuti
anaknya, agar mau menurut," katanya.
"Mungkin juga," kata Richardson membenarkan, "tapi waktu itu kami
percaya seratus persen. Dan apa yang tidak diceritakan kaum dewasa,
kami sendiri yang menambah-nambahkan. Kami saling membuat teman
ketakutan setengah mati dengan cerita-cerita tentang makhluk-makhluk
menyeramkan yang suka ke luar malam-malam saat bulan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

purnama, gentayangan di sekitar rumah mencari jalan untuk bisa masuk.


Dulu di sini pernah tinggal seorang pemburu binatang liar. Ia
bersumpah, pernah melihat jejak kaki semacam makhluk yang besar di
salju, jauh di atas-di dekat sungai es. Menurut pemburu itu, yang
dilihatnya itu jejak kaki manusia yang tidak memakai alas kaki. Tapi itu
omong kosong. Mana mungkin ada orang bisa berkeliaran di atas salju
tanpa alas kaki? Jari-jari kakinya pasti beku." "Kedengarannya kalian
dulu senang ditakut-takuti seperti begitu," kata Pete.
"O, ya-tapi kami juga tidak berani berada di luar jika hari sudah gelap.
Aneh! Pertapa itu mestinya terpengaruh karena cerita-cerita yang pasti
juga diketahuinya. Tapi kenyataannya tidak begitu."
"Pertapa?" Bob duduk di atas batu, di dekat meja piknik yang disandari
Richardson. "Tadi monster, dan sekarang pertapa. Mengasyikkan sekali
masa kanak-kanak Anda!"
"Ketika aku masih anak-anak, pertapa itu belum ada," kata Richardson.
"Ia baru kemari tiga... ah, tidak, empat tahun yang lalu. Ia naik ke atas
gunung dengan berjalan kaki dari Bishop, sambil memanggul bungkusan.
Orangnya masih muda-Sekitar dua puluh lima sampai tiga puluh tahun
umurnya. Ia datang saat musim panas. Waktu itu sedang tidak begitu
banyak orang datang kemari. Jadi ketika kulihat dia berdiri di tengah
jalan dengan tampang seperti kebingungan, aku lantas bertanya padanya
apakah aku bisa membantu. Ia mengatakan, ia mencari tempat yang
cocok untuk bersemadi. Kukatakan padanya, di Sky Village sini tidak ada
gereja. Tapi ternyata bukan itu yang dicarinya. Ia mencari tempat di
mana ia bisa duduk dengan khusyuk, sehingga jiwanya bisa menyatu
dengan jagat raya."
"Yah-menurutku, apa salahnya jika ada orang menginginkan itu. Lantas
kukatakan padanya, coba saja di padang rumput sebelah atas lereng
tempat bermain ski. Saat musim panas, jarang ada orang datang ke sana.
Kusangka ia hanya ingin duduk mengheningkan cipta selama satu sore
saja di sana. Tapi dugaanku itu keliru. Ia ternyata membangun pondok
kecil di atas sana. Ia membeli bahan bangunan untuk itu di desa. Tapi

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

tidak pernah turun untuk membeli makanan. Kurasa ia makan buah-


buahan hutan, seperti beruang-atau biji-bijian, seperti bajing."
"Kembali ke penghidupan asli, rupanya," kata Bob. "Lalu apa yang terjadi
dengan dia?"
"Yah," kata Gabby Richardson, "menurut pendapatku pribadi, orang jika
begitu lama menyendiri, pikirannya pasti akan kacau. Pertapa muda itu
tidak pernah mau berbicara dengan siapa pun juga. Jika ada orang
datang, ia langsung mengurung diri di dalam pondoknya. Ia mampu
bertahan selama tiga bulan. Kemudian, pada suatu hari ia turun ke desa.
Aku sendiri tidak melihatnya. Tapi Jeff, yang biasa membantu-bantu di
pasar apabila tempat itu sedang buka, ia mengatakan bahwa orang muda
itu berlari-lari turun sambil berteriak-teriak mengatakan di padang
rumput ada monster. Sambil berteriak-teriak begitu, pertapa itu lari
terus, menuju ke arah Bishop."
Pete bergidik.
"Setelah itu Anda tidak pernah melihatnya lagi?" tanyanya. "Tidak,"
jawab Richardson.
Jupiter menatap ke arah puncak-puncak gunung yang menjulang tinggi di
depan mata. "Monster," gumamnya. "Hmm-aku ingin tahu...." Richardson
meluruskan duduknya sambil mendengus.
"Kalian jangan terlalu serius menanggapinya," kata orang itu. "Pemuda
itu begitu lama hidup menyendiri di atas sana, sampai akhirnya merasa
melihat yang bukan-bukan saja. Semua orang akan begitu. Tidak baik,
jika hidup selalu menyendiri." Gabby berdiri. "Jika kalian ingin
berkemah di sini, berkemah sajalah dengan tenang. Jangan khawatir
tentang monster! Sedang beruang takkan mengapa-apakan kalian, jika
tidak diganggu. Yang penting, jangan meninggalkan makanan secara
sembarangan di luar."
Setelah itu dipanggulnya karung yang berisi kertas-kertas sampah, lalu
melangkah ke jalan yang menuju ke desa. Di ujung perkemahan ia
berhenti sebentar, lalu berpaling.
"Dan jangan membuang sampah sembarangan!" serunya mengingatkan.
"Pasti tidak!" kata Bob berjanji.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Pegawai pompa bensin itu meneruskan langkah. Beberapa menit


kemudian, ia sudah tidak kelihatan lagi.
"Gunung Monster," kata Bob. "Itu pasti cuma dongeng bikinan orang-
orang dewasa saja, yang ingin agar anak-anak mereka mau menurut.
Tidak mungkin di sini ada makhluk-makhluk misterius seperti itu. Sierra
Nevada kan bukan pegunungan Himalaya! Daerah sini kan sudah sering
dilewati iring-iringan pengangkut barang sejak zaman dulu. Banyak
sekali wisatawan dan orang-orang berkemah yang..."
"Tapi tidak ke semua tempat," kata Jupiter memotong. "Daerah
pegunungan ini sangat luas. Masih banyak tempat yang belum pernah
didatangi pengembara dan orang-orang yang hendak berkemah."
"Hih-kau ini membuat aku seram saja, Jupe," kata Pete sambil bergidik.
"Apakah kau hendak mengatakan, yang dilihat pertapa itu benar-benar
monster?"
"Cerita yang sangat tidak masuk akal pun, biasanya mengandung
kebenaran-walau hanya sedikit saja," kata Jupiter Jones. "Kecuali kisah
tadi merupakan isapan jempol Gabby saja, kita bisa berasumsi bahwa
pertapa yang diceritakannya itu benar-benar ada, dan pertapa itu
melihat sesuatu yang menyebabkan ia ketakutan, dan-"
"Ssst!" desis Bob. Sikapnya nampak tegang. Ia memandang ke seberang
kali. "Ada orang di sana!"
Ketiga remaja itu mendengar bunyi gemerisik pelan di tengah belukar
yang tumbuh di seberang kali. Mereka melihat ranting-ranting bergerak.
Padahal saat itu tidak ada angin bertiup.
Pete berdiri seperti patung. Matanya terpaku ke arah belukar di
seberang. Ia merasa seperti melihat bayangan gelap bergerak di situ.
Bunyi gemerisik terdengar semakin jelas. Dan semakin mendekat. "Ada
sesuatu di situ," bisik Bob, "dan ia menuju kemari!"

Bab 7
MAKHLUK MISTERIUS?

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

BUNYI rambahan di tengah belukar itu semakin mendekat. Keringat


dingin membasahi tubuh Jupe dan kedua temannya. Dalam pikiran
mereka terbayang gambaran berbagai makhluk aneh... gergasi dan
raksasa gentayangan di dalam rimba... monster-monster berwujud
seram, yang menyebabkan seorang pertapa lari menuruni gunung sambil
berteriak-teriak ketakutan... sosok-sosok gelap dan misterius,
mengendap-endap di balik bayangan malam, saat bulan purnama....
Tiba-tiba bunyi itu lenyap. Belukar di seberang kali tidak kelihatan
bergerak-gerak lagi. Anak-anak menahan napas. Apakah makhluk itu
hendak menyerang?
"Wah, wah! Maaf, ya." Mereka mendengar suara yang sudah pernah
mereka dengar. "Nyaris saja kau terinjak."
Pete mengembuskan napasnya. Baru saat itulah ia sadar bahwa sejak
tadi ia menahan napas. Ia megap-megap, menghirup udara pegunungan
yang sejuk dan segar.
"Itu kan Mr. Smathers!" kata Jupiter dengan suara seperti tercekik.
Kerongkongannya terasa kering. Ia menyandarkan punggung ke meja
piknik. "Uhh-leganya hatiku!"
Bob tertawa. Tapi bunyinya bernada histeris.
"Kau menyangka yang datang itu makhluk misterius dari Gunung
Monster?" katanya. "Untuk sesaat, begitulah sangkaanku."
"Itu karena pengaruh sugesti," kata Jupe. "Kita tadi mendengar kisah
seram, dan karenanya langsung setengah mati ketakutan begitu
mendengar ada yang datang tapi tak nampak wujudnya." Ia
melantangkan suaranya. "Mr. Smathers?"
Wajah Mr. Smathers yang kurus muncul dari balik semak di seberang
kali. Ia memandang ke arah anak-anak. Pria bertubuh kecil itu memakai
topi dari kain terpal. Ia rupanya tidak sadar bahwa hidungnya merah
karena terbakar sinar matahari, sedang keningnya luka karena tergores
sesuatu.
"Kalian mengganggu ketenangan hutan," katanya. Ia mengatakannya
dengan nada galak. Tapi sambil tersenyum sekilas.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Anda mengejutkan kami," kata Pete. "Kami tadi menyangka Anda


beruang-dan itu sudah yang paling tidak menakutkan."
"Aku tidak keberatan jika siang ini aku seekor beruang," kata Smathers.
"Aku tadi menemukan sarang lebah pada sebatang pohon. Coba aku ini
beruang, pasti sudah berpesta pora tadi!" Ia keluar dari tengah belukar,
lalu berdiri di tepi kali. Saat itu anak-anak melihat bahwa ia
menggendong seekor skunk*. Ia menggendongnya dengan hati-hati
sekali, seperti ibu menggendong bayinya. (fn=sejenis sigung, seekor
binatang yang dalam keadaan terdesak akan menghamburkan bau busuk)
"Ihh!" seru Pete kaget.
Smathers memperhatikan binatang berbulu hitam dengan jalur putih di
punggung, yang sedang digendong olehnya. "Cantik, ya?" katanya.
"Aduh, Mr. Smathers!" kata Bob dengan gugup. "Cepat, letakkan kembali
ke tanah!" Tapi Smathers malah tertawa.
"Kau takut melihat temanku ini?" Dielus-elusnya dagu binatang itu
dengan telunjuk. "Konyol, ya?" katanya pada binatang itu. "Anak-anak itu
takut bahwa kau akan menyemburkan isi kelenjar baumu ke arah
mereka. Padahal kau tidak berniat melakukannya, kan? Kecuali jika
terpaksa."
Smathers meletakkan binatang itu ke tanah.
"Sana, pergilah," katanya. "Tidak semua orang mengenalmu sebaik aku."
Binatang itu berjalan beberapa langkah, lalu berhenti dan menoleh ke
belakang. Seolah-olah bertanya pada Smathers.
"Ya, pergilah," kata Smathers lagi. "Aku hendak bercakap-cakap
sebentar dengan ketiga remaja teman kita ini, dan kau menyebabkan
mereka gugup. Maaf ya tadi, aku mengganggu ketika kau sedang enak-
enak tidur, karena kecerobohanku berjalan. Tapi aku berjanji, itu
takkan terulang lagi."
Skunk itu nampaknya seperti puas mendengar janji itu. Ia menghilang ke
tengah belukar, sementara Mr. Smathers menuruni tebing kali, lalu
menyeberanginya.
"Skunk itu makhluk menarik," katanya, setelah sampai di dekat anak-
anak di tempat perkemahan. "Kita sebenarnya tidak boleh pilih kasih-

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

tapi harus kuakui, aku sedikit lebih menyukai skunk, dibandingkan


dengan satwa lain-lainnya. "
"Jika aku tidak melihatnya sendiri tadi, aku takkan mau percaya," kata
Bob. Kening Pete berkerut.
"Itu jadi pasti tipuan," katanya kemudian. "Skunk itu tadi pasti jinak,
peliharaan seseorang. Dan kelenjar-kelenjarnya yang menyemburkan bau
busuk sudah dibuang."
"Itu kan perbuatan keji!" tukas Mr. Smathers. "Ya, aku tahu-memang
ada orang yang suka menjinakkan skunk untuk dijadikan binatang
peliharaan di rumah, setelah kelenjar-kelenjarnya disingkirkan. Tapi apa
yang terjadi setelah itu?"
"Tidak ada sesuatu pun yang terjadi," kata Pete. "Justru karena itulah
kelenjar-kelenjarnya dibuang-agar jangan sampai terjadi apa-apa."
"Itu penalaran khas manusia, yang menganggap dirinyalah pusat
kehidupan," kata Smathers. "Sebagai contoh, kita ambil saja seekor
binatang, yang dikaruniai sistem bela diri yang sempurna. Begitu sistem
itu disingkirkan, binatang itu menjadi tidak berdaya lagi. Binatang itu
akan sepenuhnya tergantung pada manusia, karena tidak memiliki
kemampuan lagi untuk mempertahankan diri terhadap serangan musuh.
Nah-kalau sudah begitu, si manusia dengan
bangga akan mengatakan bahwa binatang itu miliknya yang sudah jinak.
Seakan-akan makhluk bisa memiliki makhluk lain. Keji-benar-benar keji!"
Anak-anak membisu. Mereka agak kaget, mendengar kesengitan Mr.
Smathers mengucapkan kata-kata itu.
"Sekarang," sambung Mr. Smathers sesaat kemudian, "andaikata
manusia mau menggunakan akal mereka serta meluangkan waktu untuk
memahami sesama makhluk, tidak perlu terjadi kebiadaban seperti itu.
Kita semua akan bisa masuk ke hutan rimba-asal kita mau bersikap
pantas-dan kita akan dapat mengunjungi sahabat-sahabat kita, satwa
liar yang hidup di dalamnya. Kita akan memiliki kesantunan, untuk
membiarkan mereka hidup dengan bebas."
Mr. Smathers mengeluarkan sebuah kantung kertas dari sakunya, lalu
menaburkan beberapa butir kacang ke telapak tangannya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Harap diam-nanti akan kutunjukkan pada kalian maksudku," katanya


pada anak-anak. Ia meruncingkan bibirnya, lalu memperdengarkan bunyi
mengerik.
Seekor burung blue jay yang sedang melintas di atas mendengar bunyi
itu. Dikitarinya tempat perkemahan satu kali, lalu turun ke tanah dekat
kaki Smathers. Anak-anak yang juga ada di situ sama sekali tak
dipedulikannya. Burung itu berteriak sekali, sambil memandang
Smathers.
"Sabarlah sedikit," kata Smathers. "Tunggu teman-teman yang lainnya
dulu."
Burung itu berbunyi dengan ribut. Kedengarannya seperti mengomel.
"Sebentar saja," kata Smathers pada burung itu. "Sungguh-takkan
lama."
Seekor bajing tanah muncul, lalu lari menghampiri Smathers. Burung
blue jay menjerit dengan nada tidak sabar, dibalas oleh bajing dengan
ocehan jengkel.
"Sudah. Jangan bertengkar," kata Smathers. "Bawaanku cukup banyak-
kalian semua pasti akan kebagian."
Bajing berhenti mengoceh. Ia mengusap-usap mukanya dengan kaki
depan, seolah-olah merasa malu.
Kemudian muncul dua ekor chipmunk, yang masih sejenis dengan bajing
tanah. Kedua binatang itu melintasi tempat perkemahan, dekat sekali
lewat di depan Pete.
"Nah, akhirnya datang juga kalian!" kata Smathers. "Baiklah, sekarang
kita bisa mulai."
Bajing tanah menunggu, sementara Smathers menyodorkan telapak
tangannya ke arah burung blue jay. Burung itu mematuk dua butir
kacang, lalu melompat-lompat ke pinggir sedikit, sementara Smathers
menyodorkan telapak tangannya pada bajing tanah. Setelah itu kedua
chipmunk mendapat giliran.
"Kalian lihat," kata Smathers pada Jupe, Bob, dan Pete, "mereka mau
saling memberi kesempatan, asal kita memberi penjelasan pada mereka.
Tidak ada yang mendorong-dorong. Tidak ada yang berebut."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Anak-anak tetap tidak berbicara. Tapi Jupe mengangguk tanda


mengerti.
Ketika kedua chipmunk sudah memakan habis kacang terakhir,
Smathers menyuruh binatang-binatang itu pergi, seperti guru
membubarkan murid-murid seusai belajar. Burung blue jay terbang ke
puncak sebatang pohon tusam yang besar, lalu hinggap di situ sesaat
sambil berteriak-teriak dengan suara nyaring. Setelah itu ia pergi.
Bajing tanah lari lalu menyusup ke bawah tumpukan batu yang terdapat
di tebing kali. Sedang kedua chipmunk naik ke atas pohon.
"Kuakui, aku memanjakan mereka," kata Smathers. "Tapi makhluk apa
pun, pasti senang jika sekali-sekali dimanjakan."
"Ya, Anda memanjakan mereka," kata Jupe. "Para pengawas di Taman-
taman Nasional selalu memperingatkan para pengunjung, agar satwa liar
penghuni tempat itu jangan diberi makan. Jika mereka sudah terbiasa
makan kacang, jagung panggang, dan sebagainya, mereka akan lupa
caranya mencari makan sendiri."
"Itulah sebabnya kenapa aku tidak suka datang ke Taman-taman
Nasional," tukas Mr. Smathers. "Di mana-mana selalu ada saja orang-
orang goblok berkerumun membawa makanan sampah kebudayaan untuk
diberikan pada satwa liar. Dan binatang-binatang itu makan sampai
kekenyangan. Lalu apabila musim dingin tiba, orang-orang itu pulang ke
rumah masing-masing, tanpa sedikit pun memikirkan bencana yang
mereka timbulkan. Banyak sekali satwa liar yang mati kelaparan! Itu
pembunuhan namanya-seperti menembak rusa dengan senapan. Aku
hanya membawa beberapa butir kacang untuk sahabat-sahabatku-dan
aku sudah memperingatkan bajing tanah dan kedua chipmunk tadi, agar
jangan suka menerima makanan dari manusia yang tidak mereka kenal.
Mereka mengerti apa yang akan terjadi, jika itu mereka lakukan.
Mereka tahu bahwa aku cuma sekali-sekali saja memanjakan mereka.
Sama saja halnya seperti membelikan es krim untuk keponakan yang
paling kita sayangi."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Jadi Anda telah menjelaskan pada binatang-binatang tadi, bahwa


mereka harus berhati-hati terhadap manusia," kata Bob. "Menurut
Anda, mereka mengerti?"
"Aku tahu bahwa mereka mengerti," kata Smathers menandaskan.
"Mereka sendiri yang mengatakan begitu. Tapi kalau tentang blue jay
tadi, aku tidak begitu yakin. Burung itu rakus. Ada kemungkinan ia itu
tahunya cuma mengisi tembolok saja. Tapi burung itu cantik, ya?"
"Sangat indah," kata Jupiter Jones.
"Untung baginya, ia tidak termasuk jenis burung langka," kata Smathers
lagi. "Coba burung blue jay jarang ditemukan, pasti ada saja orang
sinting yang datang memburunya, untuk kemudian dimasukkan ke kebun
binatang. Itu juga merupakan kekejaman!"
Wajah Mr. Smathers memerah. Ia mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Aku pernah membaca, bahwa binatang yang hidup di kebun binatang
lebih panjang umurnya," kata Pete dengan hati-hati.
"Lebih panjang umur? Yah, itu mungkin saja-jika itu bisa dibilang hidup.
Mereka dikandangkan, atau terkurung di dasar sebuah lubang besar.
Dan jika satwa yang dikurung itu tergolong besar, para penjaga begitu
takut pada mereka, sehingga selalu hanya berani mendekat jika
membawa senapan pembius. Dan itu kausebut hidup?"
"Kurasa aku takkan suka dibegitukan," kata Pete mengakui.
"Kau tahu bahwa kau takkan suka." Mata Mr. Smathers menyipit.
"Pembius!" tukasnya. "Aku tahu apa sebabnya kunyuk di losmen itu
membawa-bawa senapan pembius! Tapi selama aku masih ada, ia takkan
pernah bisa mempergunakannya!"
"Apa sebabnya Mr. Havemeyer menyimpan senapan pembius?" tanya
Jupiter Jones.
"Apa?" Smathers menatap Jupe sambil melotot, seakan-akan
berhadapan dengan musuh. "Itu takkan kukatakan pada kalian," katanya.
"Jika kukatakan, ada kemungkinan kalian akan percaya-dan itu akan
merupakan bencana!" Setelah itu ia meninggalkan tempat perkemahan,
menuju ke losmen.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa maksudnya?" tanya Bob. "Jika kita percaya, itu akan merupakan
bencana. Kenapa begitu?"
"Havemeyer rupanya hendak menangkap sesuatu hidup-hidup," kata
Jupiter lambat-lambat. "Satu-satunya alasan menggunakan senapan
pembius ialah menembak binatang tanpa membunuhnya. Apakah ia ingin
menangkap beruang? Kurasa tidak. Itu bukan hal yang sulit dipercaya.
Tidak! Smathers berbicara tentang sejenis binatang, yang mungkin kita
anggap tidak mungkin ada. Nah-makhluk macam apakah itu?"
Jupiter berhenti berbicara, seolah-olah enggan mengatakan apa yang
ada dalam pikirannya. Ia memandang kedua temannya dengan mata
terbuka lebar.

Bab 8
RAHASIA JOE HAVEMEYER

KETIKA anak-anak sudah hampir sampai di losmen, mereka melihat


sebuah truk datang dengan pelan dari arah desa. Pengemudinya
memindahkan persneling ke gigi yang lebih rendah, agar kendaraan
berat itu mampu menanggulangi jalan yang menanjak itu.
"Rupanya itu semen yang dipesan untuk membuat kolam renang," kata
Pete.
Truk membelok, memasuki pekarangan depan losmen, dan terus lewat
pelataran parkir, menuju pekarangan belakang. Pengemudinya turun, lalu
bersama Joe Havemeyer menurunkan muatan semen berkarung-karung
serta pasir. Karung-karung semen ditumpukkan di atas papan-papan alas
di dekat lubang galian untuk kolam renang. Hans dan Konrad tidak ada di
situ.
"Banyak sekali semennya," kata Bob sambil memperhatikan.
"Kolam renangnya kan besar," kata Pete. "Luas, dan dalam. Tahukah
sepupu Anna bahwa semen yang dipesan akan datang hari ini. Ia kan
mengatakan ingin langsung membayar dengan uang tunai. Tapi sampai
sekarang anak kuncinya yang hilang belum kita temukan kembali."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Jika nama baiknya benar-benar seperti yang dikatakan, aku yakin ia


akan bisa menandatangani penerimaan pesanan itu tanpa harus
membayar sekarang ini juga," kata Jupe. "Atau mungkin juga suaminya
yang akan membayar. Kan dia yang begitu bersemangat, ingin membuat
kolam renang."
Anak-anak masuk ke losmen lewat pintu depan. Di ruang duduk tidak ada
siapa-siapa. Tapi suara Hans dan Konrad terdengar di tingkat atas.
"Anna!" Joe Havemeyer memanggil istrinya dari pekarangan belakang.
"Anna! Coba kemari sebentar!"
Anak-anak mendengar langkah Anna yang mantap di dapur. Disusul bunyi
pintu belakang yang dibuka, lalu ditutup lagi. Jupe, Bob, dan Pete
berjalan dengan santai ke dapur. Jendela yang terdapat di atas tempat
cuci piring terbuka. Lewat jendela itu mereka melihat Anna mendatangi
Havemeyer, yang masih berdiri bersama pengemudi truk semen. Anna
mengenakan celemek. Sambil berjalan menghampiri, ia mengeringkan
tangannya pada selembar lap piring.
"Itu sudah semuanya yang kauperlukan?" tanyanya pada suaminya.
Havemeyer mengangguk.
"Aku sudah bisa mulai sekarang," katanya.
"Baiklah." Anna menerima surat yang disodorkan pengemudi truk, lalu
menelitinya sebentar. "Semuanya beres?" tanyanya pada Joe.
"Sudah kuperiksa tadi," jawab Joe. "Surat tagihan itu cocok."
"Baiklah." Kini Anna berpaling pada pengemudi truk. "Aku sedang tidak
punya uang tunai hari ini," katanya. "Majikan Anda tidak berkeberatan,
jika semen itu baru kubayar minggu depan?" "Itu tentu saja bisa, Miss
Schmid," kata orang yang ditanya. "Mrs. Havemeyer," kata Anna
membetulkan.
"Ah, maaf! Mrs. Havemeyer. Jika Anda tandatangani saja surat tagihan
itu agar ada catatan bagi kami bahwa semen yang dipesan sudah
diterima, nanti kami bisa-"
"Menandatangani?" Untuk pertama kalinya Anna nampak agak sangsi.
Sikap tubuhnya berubah. Nampak tegang.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Begitulah kebiasaannya," kata pengemudi truk. "Jika kami tidak


dibayar langsung sewaktu menyerahkan barang, surat tagihan harus
ditandatangani."
"Oh," kata Anna. "Baiklah, kalau begitu. - Aku masuk saja sebentar ke
dalam, untuk menandatanganinya."
"Tidak usah repot-repot." Pengemudi truk itu mengeluarkan bolpen dari
kantung bajunya, lalu menyerahkan alat tulis itu pada Anna. "Ini-Anda
tandatangani saja di mana Anda mau. Barangkali lebih enak jika kertas
itu ditaruh saja di spatbor."
"Oh!" Anna memandang suaminya, lalu kembali menatap pengemudi truk.
Lap piring yang dipegang diserahkannya pada suaminya, lalu
diletakkannya surat tagihan ke spatbor truk. Dengan bolpen pinjaman
ditulisnya sesuatu pada surat itu. Menurut ketiga remaja yang
memperhatikan dari dapur, nampaknya agak lama juga wanita itu
membuat tandatangannya. Setelah selesai, surat tagihan dikembalikan
pada pengemudi truk, beserta bolpennya. "Bisa begitu, kan?" tanyanya.
Pengemudi truk menerima kertas yang disodorkan sambil melihatnya
dengan sekilas saja.
"Ya-beres, Mrs. Havemeyer."
"Tulisanku biasanya lebih rapi," kata Anna. "Tapi aku tadi sedang
mengaduk adonan untuk membuat roti. Jadi tanganku agak pegal.
Tulisanku gemetar sedikit."
"Setiap orang juga pernah sekali-sekali mengalami keadaan begitu," kata
pengemudi truk dengan gembira. Surat tagihan dilipatnya, lalu
dimasukkan ke dalam kantung. Ia masuk lagi ke kendaraannya, lalu
mengundurkannya ke jalan.
"Goblok!" bentak Havemeyer, ketika truk itu sudah tidak kelihatan lagi.
"Kan sudah kukatakan, aku tidak mau melakukannya," kata Anna. "Kenapa
bukan kau saja yang menandatangani tadi?"
"Langganan lama perusahaan bahan bangunan itu Anna Schmid, bukan
Joe Havemeyer," kata suaminya. "Tapi kau tadi sama sekali tidak perlu
mengoceh macam-macam pada orang itu. Ia kan pengemudi truk bukan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

guru yang mengajar tulisan halus." Havemeyer diam sejenak, lalu


mengulangi umpatannya. "Goblok!"
Anna membalik tubuh dengan cepat, lalu melangkah menuju ke rumah.
Tapi setelah beberapa langkah, ia berhenti lagi.
"Kau sendiri yang goblok," tukasnya sambil menatap Havemeyer.
Suaranya pelan, tapi bernada sengit. "Kau- dengan lubang konyolmu itu.
Kurasa kau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada!"
"Aku yakin bahwa yang kulihat itu benar-benar ada," tandas Havemeyer.
"Mula-mula di padang rumput di atas sana-lalu kemudian ia turun
kemari."
"Aku tetap saja tidak percaya," kata Anna.
"Kau memang tidak mau percaya pada apa saja, jika kau tidak bisa
merabanya, atau mencicip, atau menghitung lalu memasukkannya ke
bank," tukas Havemeyer. "Kau ini hidupmu maunya begitu-begitu terus.
Kau takkan menyadari jika ada gagasan yang hebat, walau itu melintas di
depan matamu. Tanpa aku-"
"Ya, ya, aku tahu. Itu semua sudah kuketahui. Kau punya idam-idaman
indah, ya? Kau memiliki daya khayal-ya, kan? Tanpa kau, apalah aku ini?
Itu kan, yang hendak kaukatakan?-Kurasa, tanpa kau, keadaanku akan
lebih baik. Akulah yang selalu harus memikul risiko, sedang kau aman-
kau, dengan idam-idaman indahmu!"
"Lihat saja nanti," kata Havemeyer.
"Ya, kita lihat saja!" balas Anna dengan ketus, lalu meneruskan langkah
menuju dapur.
Anak-anak kembali ke ruang duduk, lalu bergegas mengambil sikap
seperti sejak tadi sudah duduk-duduk di situ. Sesaat kemudian Anna
masuk dengan langkah kesal. Ia tertegun ketika melihat anak-anak ada
di situ. "Ah," katanya. "Kalian sudah kembali rupanya. Aku tidak tahu."
Jupiter meletakkan majalah yang pura-pura sedang dibacanya, lalu
berdiri.
"Kami tadi melihat-lihat tempat perkemahan," katanya pada Anna. "Di
situ kami bertemu dengan Mr. Smathers, lalu mengobrol sebentar
dengan dia." Anna mengangguk. "Orang itu aneh," katanya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ia mengaku bisa berbicara dengan binatang, dan mereka


memahaminya." Anna mengangkat bahu dengan sikap masa bodoh.
"Huhh-laki-laki!" tukasnya. "Semuanya sama saja-berotak kapas!" Ia
melewati anak-anak, lalu menaiki tangga menuju tingkat atas. Tidak lama
kemudian terdengar bunyi pintu kamar ditutup dengan keras. "Kurasa
masa bulan madu sudah berlalu," kata Bob. Pete menggaruk-garuk
telinga.
"Aku tidak mengerti," katanya sambil mengerutkan kening. "Ia tidak
mau menandatangani surat tanda penerimaan semen yang dipesan. Ia
juga berbohong pada pengemudi truk itu-karena ia tidak sedang
membuat roti. Lalu risiko apa pula yang disebut-sebutnya itu?"
Jupe bersandar ke dinding tempat pendiangan.
"Anna beranggapan bahwa suaminya melihat sesuatu yang sebenarnya
tidak ada. Ia tidak percaya bahwa apa yang dilihat Joe di padang
rumput di atas, dan yang kemudian turun kemari itu benar-benar ada."
Pete berdiri, lalu berjalan mondar-mandir dengan kepala tertunduk.
"Mungkinkah kisah yang diceritakan Gabby Richardson tadi ada
benarnya," katanya menggumam. "Senapan pembius," kata Jupiter.
"Senapan pembius-dan sesuatu yang dilihat oleh Havemeyer di atas
sana, di padang rumput." Ia memandang kedua temannya. "Kurasa aku
tahu, untuk apa senapan pembius itu bagi Havemeyer!" Setelah itu
semuanya sama-sama membisu. Kira-kira setengah menit kemudian,
barulah Bob membuka mulut. "Ia hendak berburu monster," katanya
dengan suara pelan. "Itu... itu kan edan!" kata Pete tergagap.
"Gila-gilaan," kata Jupiter membenarkan, "tapi kurasa itulah yang
dilakukan olehnya. Sekarang dengar dulu. Kita sekarang ini kan sedang
liburan di sini. Kenapa kita tidak mengadakan pengembaraan besok,
pergi ke padang rumput itu?"
"Mengembara-atau mencari monster?" tanya Pete.
"Kita mengadakan ekspedisi pelacakan," kata Jupe. "Jika memang benar
ada sesuatu yang aneh gentayangan di atas sana, kurasa kita akan
mampu menemukan jejaknya. Itu mestinya ada!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Jangan-jangan makhluk yang tidak meninggalkan jejak," kata Pete.


Mukanya agak pucat.
"Makhluk itu pasti meninggalkan jejak," kata Jupiter dengan nada yakin.
"Joe Havemeyer buru-buru menyapu pekarangan tadi pagi, supaya tidak
ada orang lain melihat jejak itu. Tidak mungkin itu beruang-karena jejak
kaki beruang kan tidak merupakan keanehan. Jadi mestinya makhluk
lain."
Jupe tertawa nyengir.
"Mr. Smathers tahu makhluk apa itu, tapi ia takkan mau mengatakannya.
Tapi sekarang aku mengerti, kenapa Joe membuat lubang yang
dikatakannya untuk dijadikan kolam renang. Dari semula aku sudah
merasa bahwa lubang di tanah itu mengingatkan aku pada sesuatu. Dan
sekarang aku ingat lagi. Lubang itu mengingatkan aku pada lubang
tempat binatang buas, di Kebun Binatang San Diego!"

Bab 9
MAKHLUK BUAS DI DALAM HUTAN

KEESOKAN paginya Jupe dan kedua temannya sudah bangun saat fajar
menyingsing. Mereka menggulung kantung tidur masing-masing, yang
kemudian disimpan dalam lemari di bawah tangga. Mereka meninggalkan
surat di dapur, untuk memberi tahu Hans dan Konrad bahwa mereka
pergi mengembara ke atas gunung. Setelah cepat-cepat sarapan roti
dengan segelas susu, mereka langsung meninggalkan losmen, menuju
dataran tinggi yang letaknya di atas lereng tempat main ski. Jupiter
memanggul ransel, sedang Pete menggantungkan sebuah tempat air
minum pada sabuknya.
Mula-mula ketiga remaja itu mendaki lewat lereng tempat main ski. Tapi
berulang kali mereka terpeleset, karena menginjak batu lepas yang
banyak terdapat di lereng gundul itu. Bob sampai dua kali terguling
karenanya. Akhirnya mereka memilih berjalan di bawah pepohonan yang
tumbuh di sisi tempat itu. Tanah di situ lebih padat. Dengan begitu
mereka bisa lebih cepat maju.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Setelah dua puluh menit mendaki, Pete yang gemar berolahraga pun
sudah tersengal-sengal.
Udara di tempat yang tinggi itu tipis. Pete menyandarkan diri pada
sebuah pohon.
"Dilihat dari losmen, gunung ini tidak begitu tinggi," katanya dengan
napas putus-putus.
Bob tertawa.
"Wah-atlet kita yang hebat sedang payah kondisinya, ya?" "Paru-paruku
sudah terbiasa bekerja di dataran rendah saja," jawab Pete. Jupiter
berdiri dengan tenang. Ia mengatur napas selama beberapa saat.
"Mestinya sekarang sudah tidak jauh lagi," katanya. "Katakan begitu
terus pada diri kita sendiri," kata Pete.
Setelah itu mereka meneruskan mendaki. Kadang-kadang mereka
terpaksa menarik diri ke atas dengan jalan berpegang pada dahan-dahan
pohon. Sepuluh menit kemudian barulah tanah yang dilewati menjadi
agak datar. Pepohonan sudah bertambah jarang. Akhirnya mereka ke
luar dari hutan tusam. Mereka berdiri di tepi suatu padang rumput
dataran tinggi.
"Indah sekali," kata Jupiter, ketika napasnya sudah teratur kembali.
Rumput yang panjang dan hijau berombak-ombak dipermainkan angin. Di
sana-sini nampak batu-batu besar bertonjolan, putih gersang terbakar
sinar matahari. Ketiga sisi padang rumput itu diapit pohon-pohon besar.
Sedang sisinya yang keempat, yang berbatasan dengan tepi atas lereng
tempat main ski, terbentang pemandangan lapang, sampai bermil-mil
jauhnya. Menara-menara /Zftberjejer-jejer menuruni lereng ke arah
jalan serta losmen yang nampak jauh di bawah. Di belakang losmen
nampak kerumunan pohon tusam. Dan lebih jauh ke belakang lagi,
dataran pasir Lembah Owens yang kering kerontang. Sedang di belakang
anak-anak yang sedang memandang ke bawah terdapat puncak batu
Gunung Lofty yang menjulang tinggi, diapit puncak-puncak lainnya dari
pegunungan Sierra Nevada, yang masih lebih tinggi lagi. Di lereng
sebelah atas beberapa puncak itu terdapat sungai-sungai es yang tidak
pernah mencair, bahkan saat musim panas sedang panas-panasnya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ketiga remaja itu berkeliaran lambat-lambat, sampai Bob melihat jejak


sesuatu di tanah yang gundul dekat tepi atas lereng tempat main ski.
Dikeluarkannya sebuah buku saku dari kantungnya. Buku yang berisi
keterangan mengenai kehidupan satwa liar itu ditemukannya di losmen.
Ia membalik-balik halaman buku itu, sampai ke bagian yang merupakan
uraian tentang jejak binatang. Bob berlutut, lalu membandingkan jejak
yang nampak di tanah dengan gambar jejak beruang yang tertera di
dalam buku. Kemudian ia mengangkat bahu.
"Betul-jejak beruang," katanya pada Jupe dan Pete. "Memang itulah
yang bisa diperkirakan akan ditemukan di atas sini."
"Bukan itu yang kita cari," kata Jupiter.
"Lalu apa yang kita cari?" tanya Pete. "Dan apakah kita memang benar
ingin menemukannya?" "Kita mencari sesuatu yang lain," kata Jupiter
dengan mantap. "Jenis jejak yang tidak tertera di dalam bukumu itu,
Bob."
"Moga-moga hanya jejaknya saja yang kita temukan nanti, dan bukan
makhluk itu sendiri," kata Pete.
Angin berembus melintasi padang, menggerak-gerakkan rumput dan
menimbulkan suara bisikan di sela pepohonan. Tiba-tiba terdengar suara
pelan dari arah belakang anak-anak. Bunyinya tidak mengancam,
melainkan bernada ingin tahu.
Pete terlompat kaget, sementara Jupiter berpaling dengan cepat.
"Wah, gawat!" katanya.
Pete merasa ada sesuatu mengendus-endus pergelangan kakinya. Ia
memandang ke bawah. Seekor anak beruang yang umurnya baru
beberapa bulan, mendongak sambil memandang ke arahnya dengan
tatapan mata cerah dan ramah. "Mana... mana induknya?" kata Pete
dengan suara gemetar. "Itu-di belakangnya!" seru Bob. "Cepat, lari!"
Anak-anak mendengar lenguhan marah. Anak beruang itu bergegas
menuju ke suatu arah, sementara Pete dan kedua temannya pontang-
panting ke arah berlawanan, menuju lereng ski.
Pete paling dulu sampai di situ. Ia meloncat, lalu membiarkan dirinya
terguling-guling sampai hampir sepuluh meter ke bawah. Bob dan Jupe

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

menyusul sambil terpeleset-peleset. Ketiga remaja itu duduk meringkuk


di lereng yang gersang dan berbatu-batu, sambil mendengar induk
beruang menggeram-geram. Rupanya sedang mengomeli anaknya. Anak
beruang itu kemudian terdengar mendengking.
"Kena tempeleng rupanya," kata Bob.
"Kita tidak perlu khawatir," kata Jupe. "Selama kita tidak mengganggu
anaknya, beruang betina itu takkan menyerang kita."
"Aku sama sekali tidak berniat mengganggu anaknya," kata Pete
bersungguh-sungguh. "Peringatan terpenting: anak beruang jangan
terlalu didekati, jika induknya sedang ada. Tapi siapa yang
memperingatkan anak beruang, agar ia j angan terlalu dekat
menghampiri kita?"
"Sekarang ia sudah tahu," kata Bob.
Ketiga remaja itu masih menunggu selama beberapa lama lagi. Ketika
sudah tidak terdengar lagi geraman atau dengkingan dari arah padang
rumput di atas, barulah mereka berani mendaki lagi ke sana. Mereka
masih sempat melihat anak beruang tadi ikut dengan induknya masuk ke
dalam hutan di sisi barat.
Jupiter menurunkan ransel yang dipanggul selama itu.
"Kurasa mereka takkan datang lagi," katanya. "Tapi ini merupakan salah
satu tempat di mana Mr. Smathers pasti akan mengatakan bahwa
kitalah yang mengganggu. Dan itu benar-karena beruang-beruang itu
lebih dulu ada di sini. Dan karena mereka masih tetap ada di sini, lebih
baik kita berhati-hati saja!"
"Memang itulah niatku," kata Pete. "Aku akan begitu berhati-hati,
sampai kurasa mendingan kembali saja sekarang ke losmen!"
"Kau tidak ingin tahu apa sebetulnya yang hendak diburu Havemeyer
dengan senapan pembiusnya?" tanya Bob. "Mau sih mau saja," kata Pete.
"Tapi tidak perlu sampai berhadapan muka!" Jupe mengeluarkan tiga
buah alat berukuran kecil dari dalam ranselnya.
"Kita bisa bergerak lebih cepat apabila memencar," katanya. "Tapi
hubungan sesama kita jangan sampai putus, karena kita kan tidak tahu
apa yang kita cari dan yang mungkin kita jumpai nanti. Karenanya aku

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

sudah menyiapkan alat pemberi isyarat kalau ada bahaya. Aku sengaja
membawanya dari rumah, karena kurasa pasti ada gunanya jika kita
mengembara ke gunung."
"Yah, mendinganlah-daripada tidak membawa apa-apa," kata Pete sambil
mendesah. Diambilnya salah satu alat itu, lalu diamat-amati. "Kau yakin
alat ini beres?" tanyanya. "Aku tidak ingin menghadapi bahaya di atas
sini, tapi tidak bisa minta tolong pada siapa-siapa."
"Aku sudah menguji ketiga-tiganya sebelum kita berangkat dari Rocky
Beach," kata Jupiter.
"Semuanya bekerja dengan sempurna. Kau masih ingat cara
memakainya?"
"Alat-alat itu pasti bisa bekerja dengan baik, seperti kebanyakan
barang buatanmu," kata Bob.
Ucapannya itu memang beralasan. Jupiter memang memiliki ketrampilan
dalam mengutik-utik mesin-mesin atau peralatan elektronik bekas yang
sudah rusak, dan membuat berbagai peralatan yang berguna bagi Trio
Detektif dalam kegiatan mereka menangani berbagai kasus. Ketiga alat
yang dibawa saat itu, yang merupakan gabungan alat pemberi tanda
bahaya dan penunjuk arah, ukurannya lebih kecil daripada alat
komunikasi radio yang kadang-kadang mereka pergunakan. Tapi
kegunaannya tetap bisa diandalkan. Setiap alat bisa memancarkan suatu
isyarat bunyi yang akan diterima alat lainnya. Isyarat itu akan
terdengar semakin nyaring, apabila semakin didekati. Bukan hanya
bertambah nyaring, tapi juga meningkat kekerapannya. Masing-masing
alat juga dilengkapi dengan sebuah jarum, untuk menunjukkan arah dari
mana bunyi isyarat itu datang.
Kecuali itu masih ada pula tanda isyarat khusus berupa lampu merah.
Lampu merah itu akan menyala lewat aba-aba suara saja. Jika salah
seorang anggota Trio Detektif mengalami kesulitan atau hendak
memanggil teman-teman agar datang, ia hanya perlu mengucapkan kata
"tolong" dekat alat yang dibawa. Lampu merah pada kedua alat lainnya
akan langsung menyala.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Usulku begini." Jupiter melayangkan pandangan sebentar, meneliti


hutan yang membatasi padang rumput. "Kurasa kecil sekali
kemungkinannya banyak jejak yang akan kita temukan di tempat terbuka
ini," katanya. "Rumput di sini terlalu tebal. Kecuali itu, jika di sini ada
binatang aneh, maka binatang itu mestinya tidak ada di dekat sini-
karena kalau ada, pasti sudah kita lihat. Tapi di pihak lain kita tahu
bahwa ia pernah muncul di tempat terbuka, karena menurut cerita Joe
Havemeyer pada Anna, ia melihatnya di sini-di padang ini. Itu berarti ia
harus melewati hutan. Di bawah pepohonan di sana itu tidak nampak ada
rumput yang tumbuh. Jika kita hendak mencari jejak sesuatu yang tidak
kita kenal, di sebelah sanalah tempatnya."
"Masuk akal," kata Bob.
"Oleh karena itu kuperiksa saja daerah hutan di sebelah utara padang
ini," kata Jupiter lagi. "Aku akan bergerak ke arah barat, mulai dari tepi
lereng. Pete, kau memeriksa tanah hutan sebelah barat. Lalu kau yang
sebelah timur, ya Bob? Kau bisa mulai dari sini, lalu terus sampai
bertemu dengan Pete. Setiap beberapa menit kita saling memberi
isyarat dengan alat kita. Jika ada sesuatu yang kelihatannya menarik
atau membahayakan, kita nyalakan tanda isyarat khusus."
"Itu sudah jelas akan kulakukan," kata Pete.
Jupiter menyandang ranselnya lagi, memberi salam dengan gaya militer-
tapi santai-lalu mulai bergerak ke arah kanan. Pete tertawa nyengir,
seakan-akan hendak menunjukkan bahwa ia tidak merasa ngeri, lalu
mulai merambah rumput panjang ke arah barat. Bob masih ragu sejenak.
Ia mendengarkan suara angin yang bertiup. Hanya bunyi itu saja yang
terdengar di dataran tinggi yang sunyi itu. Kemudian ia mulai melangkah
ke arah selatan, dengan alat pemberi isyarat di tangan.
Sekali ia sempat berpaling. Jupiter sudah tidak kelihatan lagi, masuk di
tengah pepohonan sebelah utara padang. Tapi Pete masih nampak.
Temannya itu sudah hampir mencapai tepi hutan yang menjadi
bagiannya. Bob menghidupkan isyarat bunyi pada alatnya. Dengan segera
terdengar bunyi jawaban dari alat yang dibawa Jupiter, disusul oleh
Pete yang berpaling lalu melambaikan tangan.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ketika sudah sampai di tepi hutan di sisi selatan, Bob berhenti


sebentar. Di tempat terbuka yang dinaungi langit biru, sinar matahari
pagi terasa hangat dan cerah. Tapi hutan di depannya nampak remang
dan sangat lebat. Di tanah terhampar daun-daun tusam yang berbentuk
seperti jarum. Baunya sangat keras, menusuk hidung.
Bob mulai melangkah ke arah barat. Ia tidak berani terlalu jauh masuk
ke dalam hutan. Ia berjalan sambil meneliti tanah. Sebentar-sebentar ia
berhenti, lalu memasang telinga. Didengarnya bunyi seekor burung yang
tidak kelihatan. Seekor tupai lari di atas ranting sebatang pohon.
Kemudian ia melihatnya. Suatu lekukan samar di tengah selimut daun
tusam yang terhampar. Itu pasti jejak kaki sesuatu, katanya dalam hati.
Bob menyentuh tombol alat pemberi isyaratnya. Sedetik kemudian
datang isyarat jawaban dari arah utara, disusul tanda dari barat laut.
Sesaat ia sudah berniat hendak berteriak, agar Jupe dan Pete bergegas
datang untuk melihat temuannya. Tapi jejak yang nampak itu tidak jelas.
Bob merasa bahwa itu paling-paling jejak beruang lagi. Atau bahkan
mungkin jejak binatang lain, yang lebih kecil. Akhirnya ia memutuskan
untuk memeriksa lebih jauh ke dalam hutan, di bawah pepohonan.
Mungkin di situ ada jejak yang lebih jelas kelihatan.
Bob menyuruk masuk ke tempat remang di bawah pepohonan. Di sana-
sini dilihatnya bagian tanah yang tidak tertutup daun-daun tusam. Ia
memeriksa bagian-bagian itu, dengan harapan akan melihat jejak kaki di
situ. Tapi ternyata tidak ada. Di dua tempat ditemukannya daun-daun
tusam yang terhampar nampak agak tertekan- seperti bekas kena
pijakan kaki binatang. Tapi hamparan itu begitu tebal, sehingga kaki
yang berjalan di situ tidak meninggalkan bekas yang jelas.
Bob meneruskan mencari, masuk ke tempat yang lebih rapat
pepohonannya. Cahaya semakin remang, dan akhirnya langit yang biru
sudah tidak nampak lagi di atas kepala, tertutup ranting-ranting yang
saling menjalin. Kemudian Bob melihat bagian yang terang di depan. Ia
mempercepat langkah, dan akhirnya muncul di suatu tempat yang
terbuka. Tempat itu tidak terlalu luas. Dan dekat sekali di depannya ada
retakan lebar di tanah.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bob menghampiri bagian tanah yang retak itu dengan berhati-hati, lalu
memandang ke bawah. Retakan itu panjangnya hampir lima puluh meter,
sedang lebarnya ada yang hampir tiga meter. Sisi-sisinya sangat curam,
nyaris tegak lurus ke bawah. Di dasar celah aneh di tanah itu ada salju
yang belum mencair.
Bob tahu, apa yang ada di depannya saat itu. Ketika sedang melakukan
tugasnya di perpustakaan Rocky Beach tempat ia bekerja sebagai
tenaga bantu, ia menjumpai sebuah buku peta lintasan pengembaraan
bagi penggemar olahraga jalan kaki, untuk kawasan pegunungan San
Gabriel dan Sierra Nevada. Pada satu peta lintasan di sekitar Danau
Mammoth digambarkan retakan seperti itu, yang ditimbulkan oleh
gempa bumi. Suhu di dasar retakan Mammoth yang letaknya jauh sekali
di dalam tanah, menurut keterangan yang tertera di dalam buku itu
dikatakan sama dengan suhu di dalam gua. Selalu sejuk, juga saat siang
sedang panas-panasnya. Jadi salju yang jatuh selama musim dingin, tidak
pernah mencair.
Alat pemberi isyarat yang dipegang oleh Bob berbunyi. Dari arah jarum
penunjuk, ia langsung tahu bahwa Jupe melaporkan posisinya, di sisi
utara padang rumput. Kemudian tanda isyarat terdengar lagi, dan kali ini
jarum penunjuk berpindah ke arah barat. Bob menghidupkan alatnya
untuk menjawab isyarat mereka. Ia agak menyesal, kenapa tidak
berbekal alat komunikasi radio. Ia ingin memberi tahu kedua temannya
bahwa ia menemukan retakan bekas gempa bumi, hanya satu mil saja
dari losmen.
Bob memperhatikan tepi atas tebing retakan. Tanah di situ gundul dan
agak lembab, walau saat itu musim kering. Kemudian ia mundur sedikit.
Jelas sekali nampak bekas tapak sepatunya di tanah.
Ia mulai menelusuri tepi atas retakan, sambil meneliti tanah dengan
saksama.
Ia mendengar bunyi ranting patah. Datangnya dari sebelah kiri, di
belakangnya.
Bob berdiri tanpa bergerak sedikit pun. Ia mendengarkan baik-baik.
Satu detik. Dua. Tiga. Setelah bunyi yang tadi, keadaan di situ sunyi

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

senyap. Kesunyian yang mencengkam. Tidak ada suara burung berkicau.


Tidak ada bunyi tupai mengoceh di pepohonan. Bahkan angin pun
berhenti mengembus. Seakan-akan segala makhluk penghuni Gunung
Lofty saat itu menahan napas, menunggu sambil memperhatikan.
Menunggu apa?
Otot sebelah belakang tungkai Bob terkejat. Ditahannya rasa panik
yang hendak menguasai kesadarannya, lalu mendeham.
"Jangan panik!" katanya pada diri sendiri. Suaranya terdengar nyaring di
tengah kesunyian yang menyelubungi.
Setelah itu ia mendengarkan lagi. Tapi ia hanya mendengar bunyi
darahnya sendiri yang mengalir dalam pembuluh di dekat telinga.
Kemudian ia mendengar bunyi lain. Bunyi itu dekat sekali. Ia mendengar
bunyi napas. Dekat sekali di belakangnya!
Dengan pelan sekali Bob berpaling, karena tidak ingin mengejutkan
makhluk yang terdengar napasnya itu. Ia merasakan kehangatan
membelai tengkuk. Kemudian ada sesuatu menyentuhnya. Lembut sekali
sentuhan itu, seperti belaian pada kerah bajunya.
Bob melompat sambil memutar tubuh, berusaha menatap makhluk yang
secara tiba-tiba muncul dari tengah hutan
itu.
Kemudian Bob tidak ingat lagi siapa yang lebih dulu berteriak-dia, atau
makhluk yang menghampirinya secara diam-diam itu. Bob hanya tahu
bahwa terngiang telinganya karena suara teriakan yang nyaring. Ia
menatap sepasang bola mata merah berbiji gelap. Ia mendapat kesan
melihat sesuatu yang besar sekali, serta rambut yang kusut. Hanya
sekilas saja ia melihatnya, karena saat itu juga ia terhuyung, lalu
terpeleset.
Ia jatuh ke belakang. Nampak langit yang biru, lalu dinding sisi retakan
yang gundul dan curam. Ia memutar tubuh, dan masih sempat melihat
salju yang terhampar di dasar retakan. Salju itu seakan-akan
mendekatinya dengan cepat sekali.
Bob merasakan benturan keras pada tangan dan lututnya. Sekali lagi
didengarnya suara jeritan. Setelah itu ia tidak tahu apa-apa lagi.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bab 10
JEJAK KAKI TAK BERSEPATU

BOB membuka matanya. Samar-samar dilihatnya salju, serta dinding


tebing yang coklat dan lembek berlumpur. Ia berusaha memusatkan
tatapannya, sambil berbaring tanpa bergerak-gerak. Ia memasang
telinga. Tidak ada lagi suara teriakan. Tidak ada lagi suara napas. Jauh
di atasnya terdengar kicauan seekor burung.
Dengan pelan dan berhati-hati Bob membalik tubuh, sampai akhirnya
rebah menelentang. Kedua tangannya terasa sakit. Ada rasa nyeri pada
bahunya yang sebelah. Tapi rupanya tidak ada tulang yang patah. Salju
di dasar retakan menahan jatuhnya tadi, walau kepadatannya masih
menyebabkan ia kesakitan.
Bob mendongak, memandang ke arah langit biru yang cerah. Terlintas
lagi dalam ingatannya mata yang merah dan rambut kusut dari makhluk
yang tadi begitu dekat berada di belakangnya. Ia teringat pada cerita
tentang raksasa-raksasa yang gentayangan malam-malam di Sky Village,
mencari anak-anak yang masih bermain-main di luar.
Setelah beberapa menit tepekur, Bob berdiri. Ia menggigil, sebagai
akibat berbaring di salju kering yang dingin. Alat pemberi isyarat
tergeletak di dekatnya. Diambilnya alat itu, sambil berdoa semoga
jangan rusak. Begitu tombol hendak ditekan, tahu-tahu terdengar bunyi
isyarat melengking. Jarum penunjuk langsung bergerak ke arah utara.
Bob tersenyum. Jupiter melaporkan posisinya.
Sambil memegang alat itu, Bob mendongak. Ia memandang ke arah tepi
atas retakan. Dinding tebing curam sekali. Bob tahu, ia takkan mampu
naik ke atas jika tidak dibantu. Jadi ia terpaksa memanggil Jupe dan
Pete. Tapi bagaimana jika makhluk tadi masih ada di atas, di dekat
retakan? Jika kedua temannya dipanggil, itu mungkin akan berarti
menyuruh mereka mendatangi bahaya.
Bob menimbang-nimbang sesaat. Kemudian diputuskan untuk memeriksa
apakah makhluk tadi masih ada di atas. Ia merasa yakin, tidak ada

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

binatang yang secara sadar mau meloncat ke dalam lubang. Jadi ia bisa
berteriak dengan aman, lalu melihat apakah makhluk tadi akan
memandang ke bawah.
"He!" serunya. "He-yang di atas! Kau masih ada di situ?"
Tidak ada yang bergerak di dekat tepi atas retakan. Setelah menunggu
beberapa menit, akhirnya Bob memutuskan bahwa makhluk itu pasti
sudah pergi. Ia menghidupkan alatnya.
"Tolong!" serunya. Setelah itu ia berseru dua kali lagi, untuk memastikan
bahwa isyaratnya tertangkap oleh kedua temannya. Jika Jupe dan Pete
saat itu ada dalam jarak dua mil dari tempatnya, Bob tahu bahwa
mereka pasti bisa mendengarnya.
Alat pemberi isyarat juga sudah bekerja, sehingga kedua temannya itu
akan bisa melihat posisinya dari arah jarum penunjuk pada alat mereka.
Bob menunggu sambil duduk di atas salju. Rasanya berjam-jam lamanya
ia menunggu di situ. Padahal lima belas menit kemudian Pete sudah
muncul, lalu memandang ke dalam dari tepi atas retakan. Sesaat
kemudian muka Jupiter yang bulat muncul di samping Pete.
"Kau tidak apa-apa, Bob?" seru Jupiter.
"Bagaimana kau sampai ada di bawah situ?" tanya Pete.
"Aku terjatuh," kata Bob.
"Ah-yang benar!"
"Kau pasti juga jatuh, jika melihat apa yang kulihat tadi," tukas Bob.
"Kau melihat apa?" tanya Jupe.
"Sejenis binatang-sesuatu yang besar. Aku tidak tahu apa jelasnya. Ia
tahu-tahu saja ada di belakangku, lalu... ah, nanti saja kuceritakan.
Sekarang aku harus ke luar dulu dari sini." Jupiter menaksir kedalaman
retakan itu. "Tali," katanya kemudian. "Kita memerlukan tali."
"Biar aku yang mengambilnya," kata Pete. "Ketika kita sedang mencari-
cari anak kunci kemarin, kulihat ada gulungan tali jemuran dalam salah
satu lemari di dapur."
"Kau bisa lebih cepat dari aku, karena kau kan atlet di antara kita
bertiga. Kembalilah selekas-lekasnya ke losmen, dan ambil tali itu. Aku
menunggu di sini, menemani Bob."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Pete mengangguk.
"Hati-hati saja," katanya memperingatkan. "Beres," kata Jupe.
Pete lari merintis hutan, sementara Jupe berlutut di tepi atas retakan.
"Apa yang kaulihat tadi?" tanyanya sekali lagi pada Bob.
"Sungguh, Jupe, aku tidak tahu pasti. Habis, kejadiannya berlangsung
begitu cepat! Tahu-tahu aku mendengar ada sesuatu di belakangku. Aku
merasa disentuh sesuatu, lalu berpaling, lalu... yah, aku melihat sepasang
mata-yang aneh sekali. Muka makhluk aneh itu begitu dekat, sehingga
terasa napasnya mengenai mukaku. Aku menjerit, dan kurasa makhluk
itu juga menjerit. Setelah itu aku terjatuh kemari."
"Mungkin beruang?" tanya Jupe.
"Kurasa bukan, Jupe."
Jupe berdiri, lalu berjalan lambat-lambat menyusur tepi retakan, sambil
mengamat-amati tanah. "He, Jupe!" seru Bob dari bawah. "Kau masih
ada di situ?"
"Aku di sini," balas Jupiter. "Jejak kakimu nampak di tanah bagian sini.
Dan yang tadi muncul di belakangmu itu mestinya juga meninggalkan
bekas kakinya. Jika itu tadi beruang, mestinya di sini akan ada jejak
yang serupa seperti yang kita temukan di padang rumput."
"Tapi jika bukan beruang," kata Bob, "itu berarti kita sudah menemukan
apa yang kita cari."
Bob menunggu. Ketika Jupe tidak langsung menjawab, ia memanggil lagi.
"Jupe?"
"Ini tidak mungkin!" seru Jupe dari atas. "Ada apa?" tanya Bob.
"Bob, kau yakin yang muncul di belakangmu tadi itu bukan manusia?"
Suara Jupe terdengar aneh. "Orang bertubuh sangat besar, dan tidak
memakai alas kaki?"
"Aku tidak sempat melihat kakinya-tapi jika tadi itu manusia, aku akan
mengundurkan diri dari kelompok ras manusia," kata Bob.
"Aneh," kata Jupe lagi. "Seseorang-seseorang berbadan sangat besar
ada di sini tadi. Dan ia tidak memakai alas kaki."
Bob kembali teringat pada Gabby Richardson, serta ceritanya tentang
monster-monster yang hidup di pegunungan. Tidakkah salah satu

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

ceritanya mengenai seorang pemburu binatang yang menemukan jejak


kaki telanjang di tempat yang sangat tinggi, di tepi sebuah sungai es?
"Jupe?" seru Bob lagi. "Hati-hati, ya, Jupe?"
Jupe tidak menjawab. Tapi Bob mendengarnya napasnya tersentak.
"He, Jupe!" teriak Bob.
Jupe masih juga tidak menjawab. Tapi Bob mendengar bunyi ranting
patah-patah di dalam hutan, disusul bunyi sesuatu yang menggeser-
geser di tepi retakan.
"Apa yang sedang kaulakukan di situ, Jupe?" seru Bob. Ia merasa bulu
tengkuknya meremang.
Bunyi menggeser-geser di atas terhenti. Suasana menjadi sunyi senyap.
Bob berseru memanggil-manggil. Tapi Jupe tetap saja belum menjawab.
Kini Bob mulai panik. Ia mencari-cari tempat berpijak pada dinding
tebing. Tapi tidak ada. Ia mencari-cari sesuatu yang bisa dijadikan alat
untuk memanjat ke atas. Ranting, atau apa saja. Tapi di dasar retakan
itu hanya ada salju. Dan kaki tebing yang curam.
Akhirnya Bob berhenti berseru-seru. Ia berdiri di bawah, menunggu
sambil memasang telinga. Akhirnya didengarnya suara erangan.
"Jupe?"
"Aduh-tengkukku!" Itu suara Jupe.
"Apa yang terjadi?" seru Bob. "Ke mana kau tadi?"
Kepala Jupiter tersembul di tepi atas retakan. Ia mengusap-usap
lehernya yang agak dimiringkan. "Aku tidak ke mana-mana," katanya.
"Tadi ada orang menyelinap dengan diam-diam dari belakang, lalu
memukulku."
"Tengkukmu yang kena?" kata Bob. "Kau kena pukulan seperti yang
dialami Mr. Jensen?"
"Ya," kata Jupiter. "Pukulan yang serupa! Lalu ketika aku masih pingsan,
orang itu sempat-sempatnya menyapu tanah di pinggir retakan ini
dengan ranting tusam. Sekarang tidak nampak lagi jejak kaki di sini-baik
yang telanjang maupun yang memakai sepatu!"

Bab 11

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

BUKU CATATAN JURU FOTO

"ADA satu hal yang kita ketahui dengan pasti," kata Bob, ketika Pete
sudah kembali dengan membawa tali, dan ia sudah ditarik ke luar dari
dalam lubang di tanah. "Yang memukulmu tadi itu bukan beruang, Jupe."
"Sudah pasti bukan," kata Jupiter Jones sependapat. "Beruang mana
mungkin menyapu tanah dengan ranting yang dipatahkan dari pohon
tusam! Kau dikejutkan oleh sesuatu-mungkin seseorang bertubuh sangat
besar dan berkaki telanjang-dan boleh jadi makhluk tanpa alas kaki itu
juga yang menonjok tengkukku, lalu kemudian menghapus jejak kakinya."
Pete menatap kedua temannya, seolah-olah beranggapan bahwa mereka
pasti sudah sinting.
"Manusia tanpa alas kaki?" katanya. "Mana ada orang berkeliaran di
tempat setinggi ini dengan kaki telanjang?"
"Jupe menjumpai jejak kaki tanpa alas di tepi retakan," kata Bob
menjelaskan.
"Jejak kaki yang sangat besar," kata Jupe. "Menurut taksiranku,
panjangnya paling sedikit empat puluh lima senti." "Empat puluh lima?
Jejak kaki manusia yang panjangnya empat puluh lima senti?"
"Kelihatannya seperti jejak kaki orang," kata Jupe. "Yang jelas, bukan
jejak beruang." Pete menggulung kembali tali jemuran. Tangannya agak
gemetar.
"Gunung Monster," katanya. "Orang dulu menyebut tempat ini Gunung
Monster. Dan kelihatannya di sini memang ada monster...."
"Monster?" Suara bernada tajam itu terdengar dekat sekali di belakang
Pete, sehingga menyebabkan ia nyaris terloncat karena kaget.
"Maaf-kaget, ya?" Ternyata yang datang itu Mr. Smathers. Ia datang
tanpa ketahuan, dan kini memandang ketiga remaja itu sambil
tersenyum. "Ada apa, kalian bicara tentang monster?" katanya ingin
tahu. "Dan seperti apa wujud jejak kaki monster? Mana dia? Aku ingin
melihatnya."
"Sudah hilang! Tadi ada yang menghapus," kata Jupiter menjelaskan.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, ya-tentu saja." Mr. Smathers mengatakannya dengan nada sopan,


tapi tidak percaya.
"Sungguh-tadi ada jejak itu!" kata Pete berkeras. "Jika Jupe
mengatakan begitu, maka itu benar."
Air muka Mr. Smathers nampak semu merah. Sikapnya tidak lagi ramah
seperti tadi.
"Kalian pasti pernah bercakap-cakap dengan Richardson, yang melayani
pompa bensin itu," katanya dengan nada menuduh. "Aku juga pernah
mendengar ocehannya. Orang itu tidak tahu malu, menakut-nakuti anak-
anak dengan cara begitu. Kurasa aku perlu bicara dengan dia."
Mr. Smathers kelihatan membulatkan sikap.
"Ya, itulah yang akan kulakukan," katanya dengan mantap. "Akan
kukatakan padanya, jangan suka mengobral cerita-cerita hantu lagi pada
orang-orang."
Mr. Smathers bergegas-gegas pergi, ke arah desa. Tapi kemudian ia
menoleh lagi.
"Tapi itu bukan berarti tidak ada bahaya bagi kalian," katanya
memperingatkan. "Kalian datang kemari seperti tamu tak diundang, dan
satwa liar penghuni daerah ini tidak memahami kalian, seperti mereka
memahami aku. Mereka bisa saja tidak bermaksud jahat, tapi
kecelakaan bisa saja terjadi. Akan kukatakan pada kedua sepupu Mrs.
Havemeyer agar melarang kalian pergi jauh-jauh dari losmen."
"Aku sependapat dengan dia-mengenai ucapannya yang terakhir," kata
Pete ketika Mr. Smathers sudah pergi. "Kurasa memang sebaiknya kita
menjauhi tempat ini. Bisa berbahaya, kalau berurusan dengan monster."
"Sikap Mr. Smathers tadi sangat menarik," kata Jupiter. "Ia
mengatakan secara tidak langsung bahwa ia berniat hendak
mempengaruhi orang-orang agar jangan mau percaya jika kita bercerita
tentang apa yang terjadi di sini tadi. Ia juga memperingatkan kita agar
menjauhi tempat ini, karena itu bisa berbahaya. Sekarang aku yakin, ada
makhluk aneh -mungkin manusia, tapi mungkin juga binatang-di sini, dan
Mr. Smathers tahu tentang itu. Tapi ia tidak ingin ada orang lain tahu."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kurasa kau benar, Jupe," kata Bob. "Tapi Mr. Smathers juga benar.
Memang sebaiknya kita lekas-lekas saja pergi meninggalkan tempat ini.
Aku tadi nyaris saja celaka!"
Jupe mengangguk, tanda setuju. Ketiga remaja itu kemudian bergegas
kembali ke padang rumput. Ketika mereka muncul dari dalam hutan,
mereka masih sempat melihat Mr. Smathers yang saat itu mulai
menuruni lereng tempat main ski. Dan ketika mereka sampai di sisi atas
lereng itu, Mr. Smathers sudah tiba di dasarnya.
"Cepat sekali jalannya," kata Bob.
"Kan menurun terus," kata Pete, lalu mulai menuruni lereng pula dengan
langkah antara berlari dan terpeleset. Bob dan Jupiter menyusul dengan
lebih berhati-hati.
Ketika sudah hampir sampai di bawah, mereka melihat Joe Havemeyer
mulai mendaki lereng. Suami Anna itu menyandang ransel, serta
memanggul senapan pembius. Ia berhenti melangkah, ketika melihat
anak-anak datang menghampiri dari arah atas. Tampangnya masam.
"Kalian berbuat apa di atas tadi?" tanyanya.
"Jalan-jalan," jawab Pete dengan polos.
Havemeyer menuding Bob.
"Smathers baru saja bercerita bahwa kau terjatuh ke dalam retakan
bekas gempa bumi. Kau kan yang jatuh itu?" "Anda tahu tentang retakan
itu?" tanya Jupiter Jones.
"Semua juga tahu. Retakan itu akan merupakan daya tarik yang besar,
jika para penggemar olahraga mengembara bisa dibangkitkan minatnya
agar mau datang kemari saat musim panas. Tapi sementara itu kuminta
kalian agar jangan pergi ke dataran tinggi di atas. Aku dan Anna akan
ikut merasa bersalah jika kalian sampai mengalami cedera. Bukan saja
kemungkinan kalian jatuh, tapi juga beruang...."
"Beruang?" kata Jupiter, sambil menatap lurus-lurus ke arah
Havemeyer, lalu ke senapan pembius yang dipanggul orang itu. "Itukah
sebabnya Anda membawa senapan itu, Mr. Havemeyer? Itu kan senapan
pembius, ya? Anda bermaksud menangkap beruang dengannya?"
Havemeyer tertawa.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Menangkap beruang? Untuk apa aku menangkap beruang? Tidak, aku


sama sekali tidak berniat begitu. Lagi pula, itu kurasa melanggar
undang-undang. Aku cuma ingin berjaga-jaga jika sampai berjumpa-aku
tidak ingin menyebabkannya cedera." Ia berhenti sebentar, sambil
nyengir. "Mr. Smathers pasti akan sangat marah, jika aku sampai
mencederai seekor beruang."
Setelah itu Havemeyer meneruskan langkah, mendaki lereng.
"Mr. Smathers tadi melakukan satu kesalahan," kata Bob.
"Betul," kata Pete. "Kita tadi tidak bercerita padanya bahwa kau yang
jatuh ke dalam retakan! Jadi jika ia tahu, itu berarti ia ada di sana
ketika peristiwa itu terjadi-atau ketika Jupe dipukul dari belakang."
"Mungkin juga dia yang memukulku tadi," kata Jupe, "dan
kemungkinannya dia pula yang melenyapkan jejak kaki yang semula
nampak di tepi atas retakan. Mr. Smathers nampaknya bukan orang yang
tidak mau melakukan kekerasan, seperti yang suka ditonjolkannya
selama ini. Di atas sana ada sesuatu-apakah itu monster atau bukan, aku
tidak tahu. Ia dan Havemeyer pernah melihat makhluk itu, dan kedua-
duanya tidak ingin ada orang lain tahu."
Ketika anak-anak tiba di pekarangan belakang losmen, Konrad muncul
dari dalam lubang yang akan dijadikan kolam renang.
"He, Jupe!" sapa pemuda Jerman itu.
Jupiter membalas dengan lambaian tangan. Bersama kedua temannya ia
menghampiri lubang, lalu memandang ke bawah. Mereka melihat Hans
sedang duduk melepaskan lelah di dasar lubang itu. Cetakan yang
kemudian akan dituangi semen sudah hampir selesai dibuat.
"Asyik berjalan-jalan tadi?" tanya Hans sambil mendongak.
"Sangat menarik," kata Jupe.
"Hampir tidak ada saat yang menjemukan," kata Pete menimpali.
"Mr. Smathers sangat gelisah karena kalian," kata Konrad. "Ia tidak
ingin kalian datang ke dekat padang rumput yang ada di atas sana. Ia
meminta kami agar menyuruh kalian tetap di bawah sini saja." "Dan itu
akan kalian lakukan?" tanya Pete.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kurasa kalian toh akan melakukan semau kalian," kata Konrad sambil
nyengir. "Asal hati-hati saja, ya?" "Kami akan berhati-hati," kata
Jupiter berjanji. "Mana Mr. Smathers sekarang?"
"Tadi kulihat pergi ke desa, berjalan kaki," kata Hans. "Anna pergi
berbelanja dengan mobil ke Bishop. Sedang Mr. Jensen juga pergi,
dengan mobilnya."
"Kata Anna tadi, kalian urus saja sendiri makan siang kalian," kata
Konrad. "Di dalam lemari es ada roti
sandwich. "
"Kebetulan, karena aku memang sudah lapar," kata Pete.
Ketiga remaja itu makan dengan lahap. Setelah itu Jupiter pergi
mencuci piring. Ia melihat cincin kawin Anna tergeletak di ambang
jendela di dekat tempat cuci piring.
"Cincin itu terlalu besar bagi Anna," katanya sambil mengerutkan
keningnya. "Bisa hilang nanti, jika ia tidak berhati-hati."
Pete yang sedang mengelap gelas, mengangguk. Tapi perhatiannya saat
itu tertarik pada sesuatu yang tergeletak di lantai ruang duduk, tidak
jauh dari ambang pintu ke dapur. Setelah meletakkan lap pengering ke
papan peniris, ia masuk ke ruang duduk untuk mengambil benda yang
dilihatnya itu.
"Ada dompet tercecer," katanya.
Dompet itu sudah usang. Kulitnya sudah empuk, dan jahitan pada salah
satu sisinya robek. Ketika Pete memungutnya, setumpuk kartu dan
kertas jatuh berserakan ke lantai.
"Sialan!" umpat Pete, lalu berjongkok untuk memungut kertas-kertas
yang terjatuh. "Dompet siapa itu?" seru Bob.
Di antara kartu-kartu nama dan bon-bon restoran, Pete menemukan
sepotong surat izin mengemudi.
"Kepunyaan Mr. Jensen," katanya sambil membaca nama yang tertera
pada SIM itu. "Wah-padahal ia sedang pergi dengan mobilnya. Mudah-
mudahan saja ia tidak dicegat polisi karena tidak berhenti saat lampu
lalu lintas sedang merah-atau begitu. Kalau itu terjadi, ia pasti akan
kena tilang karena mengendarai mobil tanpa SIM."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Sebentar." Sementara itu Jupiter sudah muncul di ambang pintu. Ia


menatap sebuah foto yang masih tergeletak di lantai. "Itu foto Anna,"
katanya.
"Hah?" kata Bob. "Apa katamu?"
"Foto Anna," kata Jupe mengulangi. Ia membungkuk, lalu memungut foto
itu.
Foto itu menampakkan Anna Havemeyer beserta suaminya, yang diambil
saat mereka berdua ke luar dari sebuah kedai kopi di salah satu kota.
Kelihatannya mereka tidak sadar bahwa mereka dipotret. Anna memakai
gaun dengan bagian atas berpotongan kemeja. Pakaian itu berwarna
cerah. Selembar baju hangat disampirkan menutupi pundaknya.
Kepalanya agak dipalingkan sedikit, memandang ke arah Joe Havemeyer.
Mulut suaminya itu agak terbuka, sementara air mukanya nampak tegas.
Rupanya sedang mengatakan sesuatu yang penting pada istrinya.
"Untuk apa Jensen menyimpan foto Anna ini di dalam dompetnya?"
tanya Jupiter sambil menyodorkan foto itu pada Bob.
Sementara itu Pete sudah selesai mengumpulkan kembali barang-barang
milik Mr. Jensen yang terserak. Diambilnya foto dari tangan Bob, lalu
ditelitinya.
"Ini pasti tidak dibuat di Sky Village sini," katanya. Ia membalik foto
itu, lalu memeriksa sisi belakangnya. "Ini ada tulisan tanggal-rupanya
dibuat minggu lalu, di Danau Tahoe."
Ketiga remaja penyelidik itu saling berpandang-pandangan dengan heran.
"Mungkin Jensen itu kenalan lama Anna," kata Bob bertanya-tanya.
"Atau barangkali kenalan Havemeyer? Mungkinkah ia hadir saat mereka
menikah?"
"Tidak!" kata Jupiter mantap. "Malam pertama kita ada di sini, kan
diadakan pesta untuk merayakan pernikahan Anna. Saat itu Jensen dan
Smathers dianggap orang luar. Kalian ingat tidak? Havemeyer waktu itu
mengatakan bahwa tamu-tamu yang membayar akan diajak, tapi ia tidak
mau membiarkan Mr. Jensen dan Mr. Smathers merusak suasana."
Pete menyelipkan foto itu kembali ke dompet.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Mungkin saja Mr. Jensen cuma tamu biasa di losmen ini," katanya, "tapi
kenyataannya ia menyimpan foto suami-istri Havemeyer, yang diambil
ketika mereka sedang di Danau Tahoe. Kalau ini kebetulan, menyolok
sekali kebetulannya!"
Jupiter mengambil dompet dari tangan Pete.
"Kurasa dompet ini sebaiknya kita letakkan saja di atas meja kamar Mr.
Jensen, dan kita tidak mengatakan apa-apa padanya nanti," katanya
bersungguh-sungguh. "Dan sementara kita ada di dalam kamarnya, tidak
ada salahnya jika kita membuka mata-kalau-kalau ada sesuatu yang
menarik di situ. Karena kita diminta oleh Hans dan Konrad untuk
membantu menjaga Anna, kita berkewajiban untuk berjaga-jaga, kalau-
kalau ada bahaya datang dari arah mana pun juga...."
"Aku mengerti maksudmu," kata Pete. "Sekarang cepatlah sedikit,
sebelum ada yang kembali!" Kamar yang ditempati Jensen terletak di
sisi utara losmen, di samping kamar untuk dua orang yang ditempati oleh
Hans dan Konrad.
"Moga-moga saja tidak dikunci," kata Bob.
"Di losmen ini tidak ada kamar yang pernah dikunci," kata Pete sambil
memutar tombol. Pintu kamar Mr. Jensen ternyata memang tidak
dikunci.
Ruangan itu bersih dan rapi, seperti segala-galanya di losmen itu.
Selembar jaket penahan angin dari kain poplin tersampir ke punggung
sebuah kursi. Sebuah sisir tergeletak di atas meja. Selain kedua benda
itu, tidak nampak tanda-tanda bahwa kamar itu didiami.
Jupiter membuka pintu lemari pakaian. Dilihatnya kemeja-kemeja santai
yang lumayan banyaknya di situ. Ada yang kelihatan bekas dipakai, dan
ada pula yang masih bersih dan licin setrikaannya. Sepasang sepatu
hitam bertali terletak di lantai, bersebelahan dengan kopor milik
Jensen.
Jupiter mencoba menjunjung kopor itu.
"Belum semua isinya dikeluarkan," katanya. Dibawanya kopor itu ke
tempat tidur, lalu dibukanya. Di dalamnya ada sejumlah kaus kaki serta
pakaian dalam yang bersih, lalu beberapa gulung film, serta beberapa

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

kotak lampu blitz. Kecuali itu ada pula sebuah buku di situ. Pete bersiul
senang ketika Jupiter mengambil buku itu. "Seni Foto Untuk Pemula."
Itulah judulnya. Jupiter membukanya dengan asal-asalan.
"Ini bukan sesuatu yang diperkirakan ada di antara barang-barang juru
foto profesional yang berpengalaman," katanya. "Jika Jensen biasa
menjual foto-foto buatannya pada majalah-majalah, mestinya buku
seperti ini tidak diperlukannya lagi. Ini terlalu mendasar sifatnya." Buku
itu ditutupnya kembali. "Apa pun ia sebenarnya, tapi yang jelas Mr.
Jensen bukan juru foto."
Bob mengeluarkan semua kaus kaki dan pakaian dalam yang ada di kopor.
"Coba kita lihat, apa saja isinya selain ini," katanya. Tapi ia tidak
menemukan apa-apa lagi kecuali sebuah buku catatan berukuran kecil.
Buku catatan itu sudah lusuh, dan penuh berisi nama, alamat, serta
nomor telepon. Bob memperhatikan isi buku itu secara sambil lalu.
Alamat-alamat yang tertera di dalamnya kebanyakan dari berbagai
perusahaan dan juga orang-orang di Danau Tahoe. Catatan tentang Anna
baru ada di bagian akhir. Catatan itu menyebabkan mata Bob terbelalak
karena heran.
"Kau menjumpai sesuatu yang menarik?" tanya Jupe.
"Ini-ada satu halaman, khusus tentang Anna. Lihatlah-paling atas
tertulis suatu nomor-PWU 615, California. Lalu nama Anna-Miss Anna
Schmid-serta alamatnya, Slalom Inn, Sky Village, California." "PWU
615?" kata Pete. "Kedengarannya seperti nomor mobil." "Apa lagi kecuali
itu?" tanya Jupiter.
Tanpa mengatakan apa-apa, Bob menyodorkan buku catatan itu padanya.
"Wah, ini hebat," kata Jupe sambil membaca. "Ini ada catatan bahwa
Anna memiliki Slalom Inn serta lift untuk mengangkut pemain-pemain
ski ke atas, serta bahwa di Sky Village ia terkenal selalu membayar apa
saja dengan uang tunai. Dan paling bawah ada tulisan, 'Mangsa empuk!"'
"Mangsa?" kata Pete. "Seperti gaya penjahat saja!"
"Memang," kata Jupiter dengan singkat.
"Kalau begitu Jensen itu penjahat, sedang calon korbannya Anna."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Yang jelas, Jensen bukan juru foto," kata Jupiter. "Tapi jika ia benar
penjahat, lalu apa niatnya? Selama ini ia tidak melakukan apa-apa di sini,
kecuali..."
"Kecuali ditonjok dari belakang oleh seekor beruang, atau monster, atau
entah apa," kata Pete menyambung. "Sikapnya terhadap Anna bahkan
tidak bisa dibilang ramah."
Saat itu terdengar bunyi mobil memasuki pekarangan. Jupiter bergegas
melintasi serambi dalam, lalu masuk ke kamar yang ditempati Mr.
Smathers. Dari jendela di situ ia memandang ke luar.
"Anna-rupanya baru kembali dari Bishop," katanya memberi tahu. "Dan
nomor mobilnya, PWU 615."
Bob cepat-cepat menutup kopor, lalu mengembalikannya ke dalam lemari
pakaian. Pete melicinkan tempat tidur tempat kopor tadi diletakkan.
"Bagaimana-kita beri tahu Anna bahwa ada penjahat menginap di sini?"
tanya Pete, sementara ia meninggalkan kamar itu bersama kedua
temannya. Jupiter menggeleng.
"Lebih baik jangan, karena kita tidak punya bukti-bukti nyata. Kita
hanya tahu bahwa Jensen memiliki foto Anna dan Havemeyer yang
dibuat di Danau Tahoe pada minggu mereka menikah di sana. Dan bahwa
ia sangat menaruh minat pada kebiasaan Anna dalam urusan uang. Bob,
kau nanti malam kan akan menghubungi ayahmu, untuk menanyakan
laporan tentang Havemeyer. Sekaligus berikan alamat Jensen yang kita
lihat tertera pada SIM-nya tadi- ia tinggal di Lembah Tahoe. Tanyakan
pada ayahmu, apakah kenalannya yang di Reno bisa mencari keterangan
tentang Jensen. Sampai kita sudah tahu lebih banyak, sebaiknya kita
amati saja orang yang mengaku juru foto itu, setiap kali ia ada di dekat
Anna. Kita harus bersiap-siap, jika ia mencoba membujuk-bujuk Anna
agar mau melibatkan diri dalam salah satu bisnis yang menarik!"

Bab 12
APA YANG DICARI ORANG ITU?

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

JUPE, Bob, dan Pete menuruni tangga. Mereka menjumpai Anna di ruang
duduk, sedang meletakkan beberapa majalah ke tumpukan yang sudah
ada di sebuah meja samping. Wanita itu kelihatan agak kaget ketika
mendengar anak-anak masuk.
"Ah-kusangka tidak ada siapa-siapa di sini," katanya.
"Kami tadi mencari-cari lagi," kata Jupiter menjelaskan dengan tampang
polos. "Mungkin saja kemarin ada tempat yang terlewat, ketika kami
mencari-cari anak kunci peti besi Anda."
"Ah, ya-betul juga, anak kunci itu." Kening Anna berkerut. "Dan kalian
masih juga belum menemukannya?"
"Belum," jawab Bob. "Mrs. Havemeyer, pernahkah terlintas dugaan
dalam hati Anda bahwa anak kunci itu mungkin diambil orang? Pintu-
pintu di losmen ini tidak ada yang pernah dikunci. Siapa pun juga bisa
masuk kemari, lalu mengambilnya."
"Itu tidak mungkin, karena aku pasti menyembunyikannya dengan sangat
cermat," kata Anna. "Dan takkan ada yang mau mengambil, apabila tahu
itu untuk membuka apa. Hanya Anna Schmid yang bisa
mempergunakannya. Orang-orang di bank hanya mengenal Anna Schmid
saja sebagai pemilik anak kunci itu. Jadi jika ada yang mengambil, anak
kunci itu takkan berguna sama sekali baginya. Tapi di pihak lain, aku
direpotkan olehnya. Itulah sebabnya kenapa anak kunci itu
kusembunyikan, sebelum aku berangkat ke Danau Tahoe."
"Dengan begitu teori tentang tamu tak diundang buyar," kata Pete.
"Anak kunci itu pasti ada di salah satu tempat di sini," kata Anna. "Coba
aku bisa ingat lagi, di mana aku waktu itu menaruhnya."
Di luar terdengar bunyi ban mobil yang bergerak di jalan masuk yang
berkerikil. Tidak lama kemudian Jensen muncul dengan menenteng
kamera fotonya. Ia lewat sambil menganggukkan kepala pada Anna dan
ketiga remaja itu, lalu langsung naik ke tingkat atas.
"Pekerjaan Mr. Jensen menarik," kata Jupiter sambil lalu. "Diperlukan
kesabaran besar, untuk memotret binatang liar. Seringkah ia kemari?"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ini yang pertama kalinya," kata Anna. "Ia baru tiba lima hari yang lalu.
Ia datang tanpa memesan lebih dulu. Untung saja ada kamar kosong,
jadi aku bisa menerimanya."
"Mr. Smathers juga menarik," kata Jupe lagi. "Ia mestinya sering
mengembara di pegunungan, berkomunikasi dengan alam."
"Maksudmu bicara dengan binatang liar? Aku ingin tahu, apakah segala
binatang itu benar-benar mendengarkannya? Tapi ia juga baru sekali ini
kemari. Katanya ia ingin kemari karena musim panas sekali ini begitu
kering. Ia merasa bisa menolong binatang liar sahabat-sahabatnya, agar
jangan sampai terjerumus dalam kesukaran." Anna tertawa. "Macam-
macam saja! Orang itu aneh sekali. Aku cuma ingin ia mau makan seperti
yang lain-lainnya, supaya aku tidak usah repot-repot memasak khusus
untuk dia sendiri."
Setelah itu Anna pergi ke dapur. Anak-anak mendengar wanita itu
membuka lemari-lemari di situ, lalu sibuk dengan panci-panci. Jupiter
mengajak kedua temannya ke luar. Mereka berjalan dengan santai
menuju pompa bensin, tempat Gabby Richardson nampak duduk
terkantuk-kantuk disinari matahari sore. Orang itu membuka matanya
ketika anak-anak mendekat.
"Bagaimana-asyik berjalan-jalan tadi?" tanyanya.
"Anda tadi berbicara dengan Mr. Smathers," kata Pete.
"Tidak bisa dibilang begitu," balas Richardson. "Dia yang bicara terus.
Nampaknya ia beranggapan aku ini merusak remaja Amerika, karena
bercerita tentang monster." Mata Richardson yang semula mengantuk
disipitkan. Tiba-tiba sikapnya menjadi waspada. Sangat ingin tahu. "Apa
yang sebenarnya kalian lihat di atas tadi pagi?"
"Kami tidak tahu pasti, Mr. Richardson," kata Bob. "Sesuatu yang besar.
Kurasa seekor binatang."
Gabby Richardson kelihatannya merasa kecewa.
"Paling-paling juga beruang," katanya. Ia menoleh ke arah Bob. "Kau
yang terjatuh ke dalam retakan?" Bob mengiyakan pertanyaan itu.
"Itu sudah kusangka," kata Richardson. "Kelihatan dari pakaianmu. Tapi
kau tidak apa-apa rupanya." "Tidak," jawab Bob, "cuma agak kaget saja."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Lebih baik berhati-hati, jika berada di lingkungan liar itu," kata


Richardson. "Kalian nampaknya cukup berakal, jadi kurasa pasti beruang
tadi tidak kalian apa-apakan. Tidak ada alasan bagi Anna Schmid untuk
marah-marah seperti tadi. Atau lebih baik kukatakan, Anna
Havemeyer."
"Ia marah-marah?" kata Pete. "Kami baru saja berjumpa dengan dia.
Tapi kelihatannya biasa-biasa saja."
"Yah-sekarang mungkin sudah tenang kembali. Tapi tadi ketika kembali
dari Bishop ia mampir sebentar untuk membeli bensin. Saat itu
Smathers aneh itu baru saja pergi. Karenanya kutanyakan pada Anna,
apakah ia sudah berbicara dengan kalian setelah kalian pulang dari atas.
Seperti mungkin sudah kalian ketahui, aku ini paling senang mengetahui
hal-hal yang terjadi di sekitar sini."
"Ya, itu sudah kami ketahui," kata Pete sambil tertawa.
"Nah-Anna lantas mengatakan, suaminya tidak suka kalian datang ke
padang rumput di atas, karena mengingat beruang-beruang itu. Setelah
menikah, Anna malah menjadi payah sekarang. Masa gugup menghadapi
binatang-binatang itu- seperti orang kota saja! Aku masih ingat ketika
ia dulu bergegas ke luar dari dapur sambil berteriak-teriak dan
mengayun-ayunkan alat penggoreng, begitu ada beruang mengendus-
endus tempat sampahnya."
Bob kaget mendengarnya.
"Wah-apakah itu tidak berbahaya?" tanyanya. "Maksudku, beruang-
beruang itu kan binatang liar, dan..."
"Selama mereka tidak terlalu didekati, dan tidak benar-benar dipukul,
cara begitu kadang-kadang bisa berhasil untuk mengusir mereka." Bob
memandang arlojinya.
"Sudah lewat pukul empat," katanya pada Jupe. "Ayahku sekarang pasti
sudah sampai di rumah. Kutelepon saja dia sebentar."
"Telepon di losmen tidak jalan?" tanya Gabby Richardson.
"Bukan begitu," kata Bob dengan cepat. "Kami kebetulan sedang
berjalan-jalan ke arah sini, jadi..."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ya, ya, tentu saja," kata Richardson. "Aku juga tidak bermaksud
melarangmu. Silakan menelepon! Aku ingin makan sebentar, di kedai
pizza. Aku tahu kapan aku tidak boleh mencampuri urusan orang lain."
Richardson berdiri, lalu berjalan dengan langkah gontai meninggalkan
pompa bensin, menuju ke jalan.
"Saat dia tidak mencampuri urusan orang lain, aku akan memakan sepatu
tenisku-tanpa imbuhan garam," kata Pete dengan suara lirih.
Bob tertawa, lalu masuk ke bilik telepon. Ia berbicara selama lima menit
dengan ayahnya.
"Joe Havemeyer ternyata tidak terdaftar di dalam buku telepon Reno,"
katanya melaporkan kemudian. "Biro kredit di kota itu belum
menyampaikan laporan mengenai dia. Tapi kenalan ayahku
memperkirakan besok pasti akan sudah ada berita. Malam ini juga Ayah
akan menelepon kenalannya itu untuk memintanya mengadakan
pengecekan pula tentang Jensen. Tapi ayahku tadi mengatakan kita
jangan gila-gilaan, menyulitkan orang lain. Katanya kalau kita sampai
menyebabkan Hans dan Konrad, atau sepupunya sampai merasa malu,
kita akan dikulitinya hidup-hidup. Kita dilarangnya berbuat apa-apa
sebelum ada kabar dari dia- kecuali ke luar dari losmen."
"Eh?" kata Jupe dengan heran.
"Ya-soalnya ayahku khawatir bahwa kita membebani Anna. Dan kurasa
itu memang benar. Kan tidak ada alasan khusus baginya untuk memberi
kita makan! Ya, kan? Kita bukan kerabatnya." "Aduh-padahal urusannya
mulai asyik sekarang," keluh Pete.
"Kita tidak perlu pindah terlalu jauh," kata Jupe mengingatkan. "Tenda
kita kan sudah terpasang di luar, di dekat rumah."
Ketiga remaja itu kembali ke losmen. Mereka mengatakan pada Anna
dan suaminya bahwa mereka memutuskan untuk meneruskan rencana
semula, berkemah di luar. Joe Havemeyer memprotes dengan
mengetengahkan bahaya beruang-beruang yang berkeliaran, tapi anak-
anak berjanji akan berteriak minta tolong, begitu mereka melihat atau
mendengar sesuatu yang kemungkinannya berbahaya. Jauh sebelum saat

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

matahari terbenam mereka sudah memindahkan kantung-kantung tidur


mereka ke tenda.
Malam itu mereka makan sosis dengan kacang merah, yang dimasak di
atas api unggun. Setelah itu mereka duduk-duduk di dalam tenda. Bob
mengeluarkan buku catatan serta bolpennya, lalu sambil bersila
menuliskan hasil temuan mereka selama menangani kasus baru itu.
"Sampai sekarang," katanya, "kita sudah mengetahui adanya seorang
juru foto satwa liar yang sebenarnya sama sekali bukan juru foto, serta
yang sangat menaruh minat pada Anna serta uangnya."
"Orang itu juga menyimpan foto Anna serta suaminya, yang dibuat
sebelum ia datang untuk tinggal di losmen. Tapi Anna mengatakan bahwa
orang itu baru sekali ini kemari, dan ia sebenarnya tidak mengenal orang
itu."
"Dan orang itu juga dipukul dari belakang oleh seekor beruang, atau
seseorang, atau suatu monster," kata Pete menambahkan. "Jika ia
sebenarnya bukan juru foto, lalu kenapa ia berusaha memotret beruang
yang sedang mengorek-ngorek tong sampah?"
"Ia pasti merasa harus bertindak seperti juru foto, sesuai dengan
pengakuannya," kata Jupe menarik kesimpulan. "Itu tentang Mr. Jensen.
Lalu ada pula suami Anna. Apa yang kita ketahui tentang dia?"
"Katanya sendiri, ia berpenghasilan lumayan," kata Bob. "Ia memiliki
senapan pembius, yang setiap hari dibawanya jika pergi ke padang
rumput yang di atas. Saat ini ia sedang membangun kolam renang, yang
mungkin bukan kolam renang."
Ia memandang Jupiter.
"Masih ada lagi? Kalau ini saja, tidak banyak. Hans dan Konrad punya
firasat tidak enak tentang dia. Tapi mungkin saja ia memang seperti apa
yang dikatakannya." "Itu mungkin saja," kata Jupe sependapat.
"Lalu ada pula Mr. Smathers," kata Pete. "Orang itu benar-benar
sinting."
"Mungkin ia lebih berbahaya daripada penampilannya pada kita," kata
Jupe. "Aku yakin, dialah yang memukulku sampai pingsan tadi pagi, lalu
menghapus jejak kaki yang semula nampak di tepi retakan."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Dengan begitu kita sampai pada pertanyaan besar kita," kata Pete.
"Adakah monster di Gunung Monster? Atau tidak?"
"Aku melihat sesuatu," kata Bob. "Aku tahu bahwa aku melihat sesuatu,
dan aku yakin sekali yang kulihat itu bukan beruang. Dan Jupe melihat
jejak kakinya."
Jupiter membuka kantung tidurnya, lalu melepaskan sepatu.
"Jika monster itu ternyata memang ada dan Joe Havemeyer berhasil
menangkapnya, di sini pasti akan menjadi ramai sekali," katanya
meramalkan. "Kita harus ingat, klien kita Hans dan Konrad, dan kita
bertugas melindungi sepupu mereka. Besok, jika kita sudah menerima
laporan tentang kredit Havemeyer serta keterangan tambahan tentang
Jensen, kita akan berembuk dengan Hans dan Konrad. Biar mereka saja
yang menentukan apa yang mereka inginkan. Itu juga jika ada yang
mereka inginkan."
Bob dan Pete cepat sekali pulas. Tapi Jupiter Jones terlalu gelisah. Ia
berbaring dengan mata nyalang, sambil mendengar suara angin serta
gerak-gerik satwa liar yang berkeliaran dalam gelap. Ia teringat pada
retakan di tanah, serta jejak kaki telanjang yang luar biasa. Ia teringat
pada Gabby Richardson, serta ceritanya tentang makhluk-makhluk aneh
yang ada di pegunungan. Terbayang lagi dalam ingatannya salah satu
kisah Gabby-tentang Anna yang
melabrak beruang sambil mengayun-ayunkan alat penggoreng. Jupe
berniat menanyakan pada Anna keesokan paginya, apakah ia benar-benar
berbuat senekat itu.
Ketika sudah hampir tengah malam, Jupiter menelungkup lalu
menyibakkan kain penutup celah untuk memasuki tenda. Losmen saat itu
sudah gelap dan sunyi. Suatu bayangan kecil melintas di atas kepala, lalu
hinggap selama beberapa menit di ujung atas cerobong asap losmen.
Jupiter mendengarnya bersuara samar-samar. Ternyata yang dilihatnya
itu seekor burung hantu.
Jupe mengejapkan mata. Salah lihatkah dia? Atau betulkah ada cahaya
samar di salah satu tempat, di tingkat bawah losmen? Ia mengamati

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

dengan cermat. Sesaat kemudian dilihatnya lagi cahaya itu. Sorotan


lampu yang bergerak-gerak di ruang duduk, di seberang kantor.
Jupe menyenggol Pete dengan sikunya.
"He, bangun!" bisiknya.
"A... ada apa?" Pete terduduk. "Ada beruang lagi?" "He, diam," tukas
Bob dalam keadaan setengah tidur.
"Ada orang di losmen," kata Jupe. "Dengan senter. Lihatlah, ia sekarang
masuk ke kantor Anna." Pete dan Bob ke luar dari kantung tidur masing-
masing. Mereka meraba-raba dalam gelap, mencari sepatu mereka.
"Nah, mulai lagi sekarang!" kata Pete. "Kelihatannya semua merasa
tertarik pada Anna- atau pada uangnya, atau kantornya."
Ketiga remaja itu merangkak ke luar dari tenda, lalu menyelinap ke
dekat jendela kantor. Jendela itu terbuka, sehingga mereka bisa
melihat orang yang duduk di kursi meja tulis, membelakangi mereka.
Orang itu Jensen! Ia kelihatannya sedang meneliti buku-buku kas Anna,
yang diterangi oleh sinar senter yang dipegangnya. Pintu antara kantor
dan ruang duduk sudah ditutup lagi.
Jensen kelihatannya sudah selesai memeriksa sebuah buku kas, karena
ditutup lalu ditaruh ke rak buku. Kemudian ia hendak mengambil buku
kas yang berikut. Tapi tiba-tiba sikapnya menegang. Ia menelengkan
kepala, mengarahkan telinga ke pintu, lalu bergegas menyuruk ke kolong
meja. Senternya dipadamkan.
Ketiga remaja yang mengintai di luar cepat-cepat menunduk ke bawah
ambang jendela. Lampu langit-langit di kantor menyala, dan anak-anak
mendengar suara Joe Havemeyer.
"Nah, kaulihat sendiri kan?" katanya. "Tidak ada siapa-siapa di sini!"
"Tapi aku tadi mendengar sesuatu," kata Anna. "Aku jelas sekali
mendengar orang berjalan di tangga, disusul bunyi pintu ditutup. Padahal
kurasa pintu ini tadi kubiarkan terbuka. -Tapi aku tidak tahu pasti."
"Kau ini macam-macam saja. Paling-paling itu karena sarafmu saja yang
tegang. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sikapmu sudah bagus
sekali, dengan kedua manusia konyol dari Rocky Beach itu. Kita tidak

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

boleh gentar karena mereka. Mereka kan tidak akan selama-lamanya ada
di sini."
"Tapi lebih dari seminggu," kata Anna. "Mereka hendak lebih dari
seminggu di sini."
"Tapi aku terus menyibukkan mereka, kan? Sekarang tenang sajalah.
Kau merasa gelisah- padahal tidak ada yang bisa meleset."
"Begitulah seharusnya," kata Anna. Nada suaranya membuat Jupiter
yakin, wanita itu benar-benar pernah mengusir beruang dengan alat
penggoreng.
Lampu kantor dipadamkan lagi. Anak-anak mendengar pintu ditutup. Tapi
mereka tetap menunggu di bawah ambang jendela, tanpa bergerak.
Beberapa menit kemudian nampak sinar senter dinyalakan lagi. Jensen
ke luar dari kolong meja. Ia menuju ke pintu, memadamkan senternya,
lalu ke luar dengan hati-hati sekali.
"Astaga," desis Pete.
Jupiter merapatkan telunjuknya ke bibir. Diajaknya kedua temannya
meninggalkan tempat itu dengan diam-diam, kembali ke tenda mereka.
"Betulkah aku tadi mendengar apa yang kurasa seperti kudengar?" kata
Pete, ketika mereka sudah kembali berada dalam tenda.
"Aneh! Sangat aneh," kata Jupiter Jones. "Tapi aku tidak terlalu heran
melihat Jensen muncul malam-malam, untuk memeriksa catatan
keuangan Anna. Kita sudah tahu, ia tertarik pada uang wanita itu."
"Itu betul," kata Bob. "Cuma apa sebabnya Anna merasa gelisah tentang
Hans dan Konrad? Mereka kan sepupu-sepupunya yang paling
disayanginya!"
"Itu memang tidak bisa dimengerti." Jupe mengusap-usap keningnya.
"Tidak ada yang bisa dimengerti dalam kasus ini. Belum pernah aku
sebingung sekarang ini."

Bab 13
TUGAS ANNA

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

KETIKA Jupiter bangun keesokan paginya, hawa dingin sekali. Tapi


matahari sudah bersinar, dan burung-burung sudah berkicau ramai. Pete
dan Bob masih pulas. Karenanya Jupe memasang sepatunya dengan diam-
diam, lalu ke luar dari tenda tanpa menimbulkan suara. Ia melintasi
pekarangan belakang, menuju ke pintu dapur. Dalam keadaan masih agak
mengantuk, ia berpikir-pikir tentang kata-kata Havemeyer yang
terdengar malam sebelumnya.
Hans dan Konrad menyebabkan Anna merasa gelisah.
Sesampai di depan tangga beranda belakang, Jupe tertegun. Ia
mendengar bunyi air mengalir ke dalam bak tempat cuci piring, di balik
jendela dapur yang terbuka. Rupanya Anna sudah bangun. Jupiter
membayangkan wanita itu di dapur, kedua belah tangannya bekerja
dengan cekatan. Itu bukan tangan wanita yang takut-takut. Anna selalu
bekerja dengan cepat dan cekatan, seperti Bibi Mathilda. Ia bahkan
melepaskan cincin kawinnya sebelum mencuci piring. Persis seperti
kebiasaan Bibi Mathilda-apabila ia sekali-sekali sedang berusaha
melangsingkan tubuh, dan cincin menjadi agak longgar.
Jupe sudah hendak masuk untuk mengucapkan selamat pagi pada Anna,
ketika didengarnya air berhenti mengalir. "Mana kopiku?" Itu suara Joe
Havemeyer. "Sebentar lagi," jawab Anna. "Sabarlah sedikit."
"Jangan gugup," kata Havemeyer dengan nada menasihati. "Begini
sajalah. Hans dan Konrad akan kusuruh mulai bekerja pagi ini, supaya
kau tidak usah terlalu banyak berurusan dengan mereka. Ajak ketiga
anak yang di luar itu sarapan di sini. Setelah itu siapkan bekal piknik,
dan suruh mereka melancong-entah ke mana. Pokoknya, asal jangan ke
padang rumput yang di atas. Harus kaupastikan bahwa mereka tidak
akan ke sana."
"Kau sudah jadi pengatur pariwisata sekarang, ya?" tanya Anna dengan
nada menyindir.
"Aku tidak mau mereka merecoki," kata Havemeyer. "Nanti aku akan
naik lagi dan akan mencoba untuk terakhir kali. Tapi harapanku kecil.
Jika kita sampai terdesak, kita akan terpaksa nekat ke bank. Saat itu
kau harus benar-benar bisa diandalkan. Jadi lakukan tugasmu."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku segan," kata Anna memprotes.


"Harus!" tukas Havemeyer dengan kasar. "Kau sudah pernah melakukan
hal-hal yang lebih sulit-padahal untuk uang yang tidak sebanyak
sekarang. Kau punya sesuatu yang bisa dijadikan pengisi roti untuk anak-
anak nanti?" "Ada daging asap," kata Anna dengan nada sebal. "Itu
sudah cukup."
Jupiter mundur beberapa langkah, lalu mendeham-deham dengan
lantang. Setelah itu ia naik ke beranda, dengan langkah yang sengaja
dihentak-hentakkan. "Selamat pagi," ujar Anna.
Jupiter membalas sapaan itu dengan riang. Ketika diajak sarapan, ia
menolak. Tapi itu hanya untuk basa-basi saja. Kemudian ia naik ke
tingkat atas, untuk membersihkan badan. Ketika turun lagi, dilihatnya
Bob dan Pete sudah datang. Tampang kedua temannya itu masih kusut,
karena baru saja bangun. Jensen dan Smathers sudah duduk di meja
makan, menunggu sarapan untuk mereka dihidangkan.
Sarapan pagi itu diselubungi kesunyian. Masing-masing sibuk dengan
pikiran sendiri. Ketika sedang membereskan piring dan gelas, Anna
kelihatannya tiba-tiba mendapat gagasan baik.
"Pengembaraan kalian kemarin kan asyik," katanya pada Jupe serta
kedua temannya. "Kenapa tidak pergi melancong lagi hari ini? Kalian kan
sedang berlibur di sini, jadi sudah sepantasnya kalian bersenang-senang.
Dari tempat perkemahan ada jalan setapak yang bagus ke arah menara
pengawas api. Bagaimana kalau kalian kali ini mencoba jalan itu!"
"Menara pengawas kebakaran?" kata Bob. "Ah-maksud Anda yang sudah
tidak dipakai lagi, yang kami lihat waktu itu. Jauhnya dari sini, mestinya
sekitar tiga sampai empat mil." Anna mengangguk.
"Dan letaknya tinggi. Dari menara itu, seluruh lembah akan nampak.
Kadang-kadang aku naik ke sana, apabila sedang tidak terlalu sibuk.
Untuk menyendiri, dan berpikir."
"Asyik juga kedengarannya!" kata Jupiter dengan cepat. Ditendangnya
kaki Pete di bawah meja, ketika melihatnya hendak mengatakan sesuatu.
Anna membereskan meja. Setelah itu dengan cepat disiapkannya bekal
untuk piknik anak-anak.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Bisa kalian bawa dalam ransel," katanya menyarankan.


Anak-anak mengucapkan terima kasih. Setelah itu Jupiter mengambil
ranselnya dari dalam tenda, lalu memasukkan bekal makanan mereka ke
situ.
"Hati-hati, ya," kata Havemeyer. "Kami tunggu kalian kembali menjelang
sore nanti. Oke?"
Havemeyer mengajak Konrad dan Hans pergi untuk memulai pekerjaan
membuat kolam renang, ketika ketiga remaja itu turun ke jalan, lalu
membelok ke arah tempat perkemahan. Tapi begitu sudah melewati
tikungan pertama, Pete berhenti.
"Apakah aku ini yang terlalu curiga, atau adakah alasan tertentu kenapa
kita hari ini didesak-desak agar pergi melancong?" tanyanya. "Dan
kenapa kau menendang kakiku tadi sewaktu sarapan?"
"Tadi pagi aku secara kebetulan mendengar percakapan antara Anna dan
Havemeyer," kata Jupe. "Havemeyer ingin kita hari ini tidak ada di sini,
supaya ia bisa ke padang rumput di atas, sementara Anna harus
melakukan tugasnya."
"Tugas?" kata Bob mengulangi.
"Jangan tanya tugas apa," kata Jupiter. "Kurasa ada sangkut-pautnya
dengan urusan bank. Sedang Havemeyer akan naik lagi ke atas, karena
hendak mencoba melakukan sesuatu sekali lagi, untuk yang terakhir.
Jika masih juga tidak
berhasil, ia dan Anna berniat hendak nekat-nekatan ke bank. Kurasa itu
ada hubungannya dengan anak kunci peti besi yang begitu sibuk dicari-
cari oleh Anna."
"Apakah tidak sebaiknya salah seorang dari kita tetap tinggal di losmen,
untuk menyelidiki apa yang harus dilakukan olehnya?" tanya Pete.
"Tapi bagaimana caranya?" balas Jupiter. "Ia dan Havemeyer sudah
bertekad, tidak ada yang boleh mengganggu Anna dalam melakukan
tugasnya. Selama ini kita sibuk berusaha melindungi Anna. Tapi sekarang
aku mulai sangsi, apakah ia memerlukan perlindungan. Apa pun yang
diniati Havemeyer, yang jelas Anna itu ikut di dalamnya-dan kedua-
duanya bersikap sangat sembunyi-sembunyi. Ironisnya, ia menyarankan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

kita agar pergi melancong ke menara kebakaran yang sudah tidak


dipakai lagi itu. Aku tidak tahu pasti, tapi rasanya dari atas sana kita
bukan saja akan bisa melihat seluruh lembah yang terbentang di bawah,
tapi juga sebagian besar dari dataran tinggi. Yo, kita cepat-cepat saja
berangkat-karena barangkali saja belum terlambat nanti."
"Tidak terlambat untuk berbuat apa?" tanya Bob ingin tahu.
"Melihat Havemeyer mendaki lereng," jawab Jupe. "Teropongku ada di
dalam ransel. Havemeyer setiap hari naik ke padang rumput yang di
atas, dengan membawa ransel serta senapan pembiusnya. Apa yang
dikerjakannya di sana?" "Berburu monster," kata Pete.
"Tidak-ada urusan lain!" kata Jupe. "Ada hubungannya dengan bank, jadi
juga dengan anak kunci yang hilang. Aku ingin melihat, apa yang
dikerjakan Havemeyer di atas."
"Baiklah-kalau begitu kita berangkat saja sekarang," kata Bob dengan
cepat.
Mereka bergegas menyusur jalan, lalu melintasi tempat perkemahan,
dan kemudian memasuki jalan setapak yang mendaki ke arah menara
pengawas kebakaran hutan yang sudah tidak dipakai lagi. Pete berjalan
paling depan, diikuti oleh Bob yang dekat sekali di belakangnya. Sedang
Jupiter terengah-engah, pada posisi paling belakang. Tidak lama setelah
meninggalkan tempat perkemahan, jalan setapak yang dilewati mulai
menanjak dengan terjal sekali. Ketiga remaja itu sampai harus
terbungkuk-bungkuk melangkah.
Pukul sepuluh lewat, barulah mereka sampai di menara.
"Moga-moga saja belum terlambat," kata Jupiter dengan suara
terputus-putus. Tanpa menunggu napasnya biasa lagi, ia memanjat
tangga kayu, menuju ke puncak menara. Pete dan Bob menyusul.
"Bukan main!" kata Pete. "Dari atas sini kita bisa melihat losmen, lereng
tempat main ski, dan juga padang rumput."
Jupiter mengambil teropong dari ranselnya. Didekatkannya alat bantu
penglihatan itu ke matanya. Ia menyetel jarak lensa sebentar, sambil
mengarahkannya ke lereng tempat main ski.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Joe Havemeyer sudah mendaki sampai separuh jalan," katanya


memberi tahu kedua temannya.
Jupiter mengikuti pendakian orang itu dengan teropongnya. Sepuluh
menit kemudian Havemeyer sampai di padang rumput. Ia langsung
menuju ke hutan tusam yang mengapit sisi seberang tempat lapang itu,
lalu masuk ke dalamnya.
Jupiter menurunkan teropongnya.
"Sisi barat kemarin merupakan bagianmu, Pete," katanya. "Jauhkah kau
masuk ke dalam hutan?" "Tidak," jawab Pete. "Paling-paling cuma
beberapa meter saja. Aku selalu menjaga agar padang rumput masih
selalu bisa kulihat."
"Havemeyer masuk ke sana. Apakah itu selalu dilakukannya setiap hari?
Apakah yang ada di sana?" "Katamu tadi, kepergiannya itu ada sangkut-
pautnya dengan urusan bank?" tanya Bob. "Ada apa di sana, yang ada
hubungannya dengan bank?"
"Apa yang ada di sana? Pohon," kata Pete. "Pohon, lalu batu, tupai,
burung, dan..." "Nanti dulu!" potong Jupiter dengan tiba-tiba. "Pondok
itu!" "Pondok yang mana?" tanya Pete.
"Pondok pertapa! Ingat tidak? Gabby Richardson kan bercerita, pertapa
yang waktu itu mengasingkan diri di Gunung Monster membangun sebuah
pondok di padang rumput itu. Ketika kita kemarin ke sana, kita tidak
melihat pondok itu. Jadi mestinya tersembunyi letaknya, di tengah
pepohonan. Mungkin ke sanalah tujuan Havemeyer!"
"Lalu apa hubungannya pondok pertapa dengan bank?" tanya Bob.
"Aku tidak tahu," kata Jupe dengan lesu.
Setelah itu mereka membuka bungkusan bekal yang dibuatkan oleh
Anna. Mereka makan sambil duduk bersila di atas menara. Sekali-sekali
Jupiter meneropong, mengamat-amati padang rumput dan lereng tempat
main ski. Setelah hampir sejam menghilang di dalam hutan, akhirnya
Havemeyer muncul lagi di padang rumput, di sisi sebelah barat. Ia
langsung menuju ke lereng.
"Ia hendak turun lagi sekarang," kata Jupiter. "Sekarang giliran kita
datang ke sana. Tapi sebaiknya kita pulang dulu ke losmen. Kita katakan

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

bahwa kita akan bermain-main sampai sore di tempat perkemahan, dan


sekaligus masak sendiri di situ malam nanti. Kemudian kita langsung
berangkat, dengan membawa alat-alat dan bahan makanan. Dengan
begitu tidak ada yang menunggu kita pulang sebelum malam. Jadi kita
bisa menyelinap naik ke padang rumput, lewat di sela-sela pepohonan di
sisi utara lereng. Kita harus menyelidiki, apa yang menyebabkan
Havemeyer setiap hari naik ke atas sana."
"Kasihan kakiku," keluh Pete. Diremasnya kertas pembungkus rotinya,
lalu dimasukkan ke dalam ransel Jupiter.
"Kita berangkat saja sekarang," katanya.
Perjalanan kembali ke tempat perkemahan berlangsung lebih cepat
daripada ketika mendaki tadi. Jalan setapak yang dilewati begitu curam,
sehingga anak-anak terpaksa mengerem langkah mereka agar jangan
tersungkur.
Ketika mereka sampai di tempat perkemahan, ternyata ada sebuah
mobil diparkir di situ. Seorang laki-laki bertubuh pendek dan berambut
tipis berdiri dengan tampang kecut, memandang kali yang sudah hampir
tidak ada lagi airnya. Sedang seorang wanita bertubuh gemuk
mengeluarkan piring-piring dari sebuah keranjang piknik, dan
meletakkannya ke meja.
"Payah," kata laki-laki itu, ketika melihat ketiga remaja yang datang
dari arah atas. "Padahal aku ingin memancing ikan di sini."
"Musim panas sekarang ini memang kering," kata Bob memberi tahu. "Di
mana-mana air sangat dangkal."
"Sudahlah, Harold-untuk apa kita tinggal di sini," kata wanita gemuk itu
dengan cepat. "Mendingan kita ke Bishop saja, dan menginap di motel."
"Aku tidak mau mengeluarkan uang untuk menginap di motel, apabila
sudah banyak yang kukeluarkan untuk membeli peralatan berkemah,"
kata yang laki-laki. "Lagi pula, hawa di sini sejuk." Ia menuding ke arah
menara. "Kalian tadi baru dari sana?" tanyanya pada Bob.
"Ya-tapi jalannya sangat menanjak."
Laki-laki itu terkekeh.
"Itu baik bagiku," katanya. "Kondisiku perlu ditingkatkan lagi."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Setelah itu anak-anak pergi dari situ. Mereka berjalan dengan langkah
cepat, tapi tidak sampai berlari-lari. Lima belas menit kemudian mereka
tiba di losmen. Mereka menjumpai Joe Havemeyer di ruang duduk.
Orang itu berdiri di dekat tempat perapian, sambil memegang selembar
kertas.
"Kelihatannya sudah lumayan," katanya pada Anna yang duduk di sofa.
Anna mengangguk. Joe melirik sebentar ke arah anak-anak yang saat itu
masuk, lalu meremas kertas yang dipegang dan mencampakkannya ke
dalam tempat perapian. Kemudian diambilnya kotak korek api yang ada
di atas rak tempat itu, lalu dibakarnya kertas tadi. Setelah itu ia naik
ke tingkat atas.
"Bagaimana pelancongan kalian tadi? Mengasyikkan?" tanya Anna pada
anak-anak.
"O, ya!" jawab Jupe.
"Itu sudah kusangka." Anna berdiri, lalu pergi ke dapur.
Pete melesat ke tempat perapian, lalu dengan sepatunya memadamkan
api yang membakar kertas. Setelah itu dipungutnya sisa yang belum
terbakar. Hanya sedikit saja yang masih utuh. Tapi itu saja pun sudah
mencukupi. "Apa yang tadi dikatakan Havemeyer sudah lumayan?" tanya
Bob.
Pete kelihatan ragu untuk menjawab. Kemudian ia keluar, menuju
beranda depan. Bob dan Jupe menyusul. Jupe menutup pintu rumah di
belakangnya.
"Tanda tangan Anna," kata Pete setelah berada di luar. Diserahkan
potongan kertas yang masih utuh pada Jupe. "Ia menulis namanya
berulang-ulang."
Ketiga remaja itu membisu selama sesaat. Kemudian Jupe nampak
seperti tersengat.
"Ia tidak mau berbahasa Jerman dengan kedua sepupunya!" katanya
dengan tiba-tiba. "Ia tidak mau berbahasa Jerman, dan cincin kawinnya
terlalu longgar." "Apa maksudmu?" tanya Bob.
Tapi Jupe tidak menjawab. Ia bergegas turun ke pekarangan.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Sekarang ini juga aku harus berbicara dengan Hans dan Konrad,"
katanya dengan tegang. "Setelah itu kita harus cepat-cepat ke padang
rumput! Tiba-tiba semuanya sudah kumengerti. Jika kesimpulanku tepat,
di sini sedang berlangsung peristiwa yang gawat sekali!"

Bab 14
KEBAKARAN DI GUNUNG

"KENAPA, Jupe?" tanya Hans. "Apa sebabnya kami jangan jauh-jauh


dari losmen?" Ia bertanya sambil memanjat tangga, ke luar dari lubang
yang akan dijadikan kolam renang. Sedang Konrad tetap berada di
bawah.
"Lebih baik tidak kujelaskan dulu," kata Jupe. "Soalnya akan sangat
memalukan bagi kalian- bagi kita semua- jika aku kemudian ternyata
keliru. Tapi percaya sajalah padaku. Harap kalian tetap di sini, karena
mungkin nanti aku memerlukan kalian."
"Tentu saja kami mau percaya padamu, Jupe," kata Hans. "Baiklah-
bersenang-senanglah di tempat perkemahan," katanya menyambung,
dengan nada ragu.
Setelah itu Jupe mendatangi Bob dan Pete yang baru saja ke luar dari
rumah, setelah memberi tahu Anna bahwa mereka hendak bermain-main
ke luar sampai malam. Dengan cepat ketiga remaja itu mengumpulkan
semua yang diperlukan untuk makan malam, dari tempat mereka
berkemah di bawah pepohonan tusam. Ketika mereka sedang sibuk,
Jensen datang dengan mobilnya, sementara Smathers muncul dari hutan
di seberang jalan.
Kedua orang itu naik ke beranda depan, lalu mengenyakkan diri ke kursi-
kursi yang tersedia di situ.
Ketika melihat mereka, Jupiter mendengus.
"Mudah-mudahan saja mereka tetap di situ terus," katanya. "Saat ini
aku belum tahu, apa peranan mereka dalam urusan ini."
"Peranan yang bagaimana, Jupe?" tanya Pete. "Ada apa sih,
sebenarnya?" "Nanti, nanti," kata Jupe dengan sikap tidak sabar.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Ketika anak-anak hendak meninggalkan pekarangan losmen, Joe


Havemeyer muncul di beranda depan.
"He-mau ke mana kalian, begitu terburu-buru kelihatannya?" serunya.
Nada suaranya ramah. Tapi tatapan matanya memancarkan kecurigaan.
"Sialan!" umpat Jupiter lirih. Ia langsung memasang tampang ketolol-
tololan, lalu menghampiri beranda dengan langkah santai.
"Kami hendak masak di tempat perkemahan malam ini," katanya polos.
"Kalian ini kelebihan energi rupanya," kata Havemeyer. "Sebaiknya
kalian ditahan saja di sini, lalu disuruh bekerja... bekerja..."
Havemeyer tidak melanjutkan kalimatnya. Air mukanya berubah warna,
nampak kekuning-kuningan. Jupe terkejap. Kemudian disadarinya bahwa
bukan wajah Havemeyer yang menjadi kuning, melainkan warna langitlah
yang berubah.
Ia mendongak. Dilihatnya asap mengepul tebal, menutupi matahari.
"Di sana!" seru Pete sambil menuding. Di sebelah utara losmen, di lereng
yang berhutan di sebelah atas tempat perkemahan, asap yang mengepul
nampak lebih tebal dan gelap. Seketika itu juga nampak nyala api yang
menjilat ke atas. Segumpal abu putih melayang turun, jatuh di atas
rambut Havemeyer. Jensen dan Smathers bergegas turun dari beranda,
agar bisa lebih jelas melihat.
"Angin mengembus kemari," kata Havemeyer. Suaranya nyaris berbisik.
Ia nampak seperti terpukau. Tangannya mencengkeram sandaran pagar
beranda.
Dari arah jalan terdengar deru mobil datang. Itu mobil yang tadi
diparkir di tempat perkemahan, ketika anak-anak turun dari gunung.
Kendaraan itu meluncur dengan liar, menuju ke losmen. Pete lari ke jalan
sambil melambai-lambai. Mobil itu berhenti dengan cepat.
"Bagaimana keadaannya?" seru Pete pada laki-laki yang memegang
kemudi.
"Gawat!" balas laki-laki itu berteriak. "Kalian cepat-cepat saja
menyingkir dari sini. Kayu di dalam hutan kering sekali. Aku tadi secara
tidak sengaja menjatuhkan rokokku yang menyala. Tahu-tahu ada angin,
lalu dengan sekejap mata seluruh lereng sudah dimakan api!"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Hans muncul sambil berlari-lari dari belakang losmen.


"Anna!" teriaknya. "Anna! Konrad! Cepat-ada kebakaran di gunung!"
Wanita yang ada di dalam mobil berteriak.
"Cepat, Harold, kita harus lari dari sini!" Laki-laki yang memegang
kemudi menginjak pedal gas dengan mengejut. Roda-roda mobilnya
berputar kencang dijalan yang berdebu.
"Hans! Konrad!" Joe Havemeyer rupanya sudah sadar lagi. Ia lari
menuruni tangga beranda, lalu menyambar selang air yang tergulung di
dekat situ. "Ambil tangga panjat!" serunya pada Hans. "Kita harus
membasahi atap!"
Seekor kijang muncul dari dalam belukar di seberang jalan. Ia nekat lari
memasuki jalan ke losmen, lewat di depan orang-orang yang melongo,
menuju ke lereng tempat main ski.
Mr. Smathers mengucap-ucap dengan suara serak karena gugup.
"Aduh, orang-orang itu! Penjahat! Pembunuh!" Laki-laki bertubuh kecil
yang nampak kebingungan itu lari menyusul kijang.
"Mau ke mana?" Mr. Jensen menyambar lengan Smathers.
Seekor tupai yang ketakutan lari di depan kedua orang itu, menuju
lereng tempat main ski. "Lepaskan!" teriak Smathers. "Anda tidak
melihat, ya? Binatang-binatang itu lari ke dataran tinggi!" "Tapi api
mengarah kemari," kata Jensen mengingatkan. "Kalau Anda ke sana, bisa
terjebak nanti!" Smathers melepaskan diri dari pegangan orang yang
lebih muda itu. "Aku harus ke atas," katanya, lalu cepat-cepat lari ke
arah lereng. Saat itu Anna bergegas muncul dari dalam rumah. "Joe!"
teriaknya. "Kita harus lari, Joe!"
"Tidak!" Sementara itu Havemeyer sudah membuka keran air. Ia
mundur beberapa langkah, lalu mengarahkan ujung selang ke atap rumah.
"Kita harus menyelamatkan tempat ini. Aku tahu kita akan aman, jika
tetap di sini!" Konrad menghampiri Anna, lalu memegang lengannya.
"Kami akan membawa sepupu kami pergi dari sini," katanya pada Joe
Havemeyer. "Kau kan mau ikut, Anna?" Anna berpaling, menatap ke arah
api. Nampaknya kini sudah semakin dekat. Tidak sampai satu mil lagi
dari losmen. Angin yang bertiup terasa panas. Abu putih menyelimuti

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

tanah. "Kau ikut," kata Konrad sekali lagi. Anna mengangguk. "Jupe,"
kata Konrad. "Pete, Bob-ayo masuk ke mobil." "Tunggu sebentar!" seru
Jupiter.
"Tunggu apa lagi?!" Konrad membimbing Anna, mengajaknya ke tempat
parkir. "Cepat, masuk ke mobil!"
"Tapi kita harus menemukan Anna," kata Jupiter.
"Apaa?"
Konrad menatap Jupiter, lalu memandang wanita yang ada di sebelahnya.
Wanita itu berdiri seperti terpaku di tanah, dengan sikap berjaga-jaga.
Jupiter merasa seperti melihat air mukanya berubah menjadi pucat.
Tapi ia tidak yakin, karena asap tebal menggelapkan lingkungan.
"Mana Anna?" tanya Jupiter.
Selang yang dipegang Havemeyer terlepas dari tangannya.
"Jangan ngaco!" tukasnya.
Tapi Jupiter tidak mengacuhkannya.
"Anda Mrs. Havemeyer," katanya pada wanita yang selama itu mengaku
bahwa ia Anna. "Mana Anna Schmid? Cepat-katakan!"
"Mana Anna Schmid?" Jensen nampak seperti orang teler. "Anda bukan
Anna Schmid?" katanya pada wanita itu. Wanita itu meluruskan
sikapnya. Ia kelihatannya sudah berhasil menguasai dirinya kembali.
"Dulu aku bernama Anna Schmid," katanya. "Dan sekarang aku Anna
Havemeyer. Itu kan Anda ketahui." Ditatapnya Jensen lurus-lurus. "Aku
ini Anna Schmid, dan aku akan ikut dengan kedua sepupuku." "Tidak!"
Dengan cepat Jupiter menghampirinya. Tahu-tahu wanita itu lari,
menuju ke mobilnya. "He!" Jensen mengejar, berusaha memegang bahu
wanita itu. "Jangan lari!"
Anna berusaha menghindar. Ia tersandung ketika tangan Jensen
menggapainya. Wanita itu terjatuh. Rambut pirangnya yang dikepang
melingkar di atas kepala terlepas, lalu terguling-guling sebelum akhirnya
tergeletak di tanah. Seketika itu juga Anna berdiri, lalu berlari lagi
menuju mobilnya. Rambutnya yang asli ternyata pendek. Warna aslinya
coklat, tapi kelihatan dipucatkan.
"Kau bukan Anna!" seru Hans.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Konrad berhasil mengejar, ketika wanita itu sudah sampai di mobilnya


dengan berusaha membuka pintu dengan gugup.
"Mana sepupuku?" bentaknya. "Mana Anna?" Wanita itu meringkuk,
bersandar ke mobil.
"Dekat padang rumput di atas sana ada pondok, kan?" kata Jupiter. "Di
sanakah Anna?" Wanita itu hanya mengangguk.
Konrad melepaskannya. Sedetik kemudian ia sudah lari mendaki lereng,
diikuti oleh Hans serta anak-anak. Mereka menuju ke dataran tinggi.

Bab 15
MONSTER!

KETIKA mereka sampai di dataran tinggi, nampak asap tebal


menyelubungi padang rumput. Napas Jupiter sesak, paru-parunya
seakan-akan nyaris pecah karenanya. Ia berlutut di tengah rumput
panjang, lalu memalingkan muka dari arah angin panas yang bertiup.
Agak ke sebelah kanan di depannya muncul seekor puma dari dalam
hutan. Singa gunung itu berhenti sejenak, seperti meneliti arah
hembusan udara panas. Kemudian binatang itu lari menuju ke barat, ke
bagian yang berbatu-batu di balik hutan.
Konrad menarik lengan Jupe.
"Ayo berdiri! Cepat, tunjukkan di mana Anna!"
Jupiter berdiri. Ia agak terhuyung. Sementara itu Pete sudah lari
melintasi padang, lurus ke arah hutan di seberang. Bob berusaha
mengejar. Mereka disertai binatang-binatang yang juga lari. Jupiter
melihat bahwa padang rumput itu penuh dengan satwa besar dan kecil,
semuanya melarikan diri dari kobaran api yang mengancam.
"Cepat!" desak Konrad. Hans sudah lebih dulu, lari mengejar Pete dan
Bob.
Jupiter mengangguk. Dipaksanya kakinya yang gemetar untuk berlari,
melintasi padang rumput.
Kedua tungkainya terasa berat sekali. Jupiter bergerak seakan sedang
mengarungi air. Dilihatnya Bob dan Pete berlari di depan, lalu menunggu

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

ketika sudah sampai di tepi hutan. Konrad cepat-cepat menyambar


lengannya, ketika melihat Jupiter tersaruk.
"Di mana?" tanya Konrad.
Jupiter menuding ke suatu tempat, di mana nampak batu-batu putih
bertonjolan di tengah rumput. "Tadi kulihat Havemeyer menuju ke arah
sana."
Saat itu terdengar jeritan melengking. Hanya samar-samar saja
kedengaran, tapi jelas bernada ketakutan. Kemudian menyusul bunyi
berdebam-debam di kejauhan. Seperti bunyi pintu digedor-gedor
dengan kepalan tinju. "Anna!" seru Konrad.
Seekor skunk melintas di depan kaki Pete, lalu menghilang ke dalam
hutan. Jeritan tadi terdengar lagi. Kali ini lebih nyaring. "Kami datang,
Anna!" seru Hans.
Bersama saudaranya dan diikuti Trio Detektif, Hans menerjang maju
memasuki hutan, ke arah datangnya suara teriakan. Pete terbatuk-
batuk, sedang Jupe merasa seperti lehernya tercekik karena menghirup
asap kebakaran. "Anna!" seru Hans. "Di mana kau, Anna?" "Di sini! Siapa
itu? Keluarkan aku dari sini!"
Kedua pemuda Jerman itu mendului Pete dan Bob, lari ke arah teriakan
itu. Mereka lari sambil menggerak-gerakkan lengan, menerobos ranting-
ranting yang merintangi. Anak-anak mengikuti dengan langkah tersaruk-
saruk. Tiba-tiba mereka melihat sebuah pondok, di tengah suatu lekukan
dangkal.
Bangunan itu terbuat asal jadi dari bahan papan yang ditutupi kertas
ter. Ukurannya tidak sampai empat meter persegi, dengan sebuah
jendela kecil yang letaknya tinggi, di dekat atap. Kertas ter yang
menutupi sudah terkelupas di beberapa tempat. Tapi pada daun pintu
yang kasar buatannya terpasang sebuah kait, yang dikunci dengan
gembok. Baik kait maupun gembok itu nampak mengkilat, tanda masih
baru. Sementara anak-anak bergegas menuruni sisi lekukan, Hans sudah
berusaha mendobrak pintu dengan jalan menghantamkan bahunya.
Tapi pintu itu sedikit pun tidak bergerak.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Kokoh juga pintu ini," kata Konrad, lalu berseru, "Jangan takut, Anna-
gemboknya akan kami dobrak dengan batu!"
"Ada kebakaran." Suara wanita yang ada di dalam terdengar parau
karena ketakutan. "Aku mencium bau kebakaran. Di mana tempatnya?"
"Di bawah, di dekat tempat perkemahan." Sementara itu Konrad sudah
menemukan sebuah batu. Ia menimang-nimangnya sejenak. "Kita masih
punya waktu. Kau tidak perlu cemas."
Wanita yang ada di dalam pondok diam sebentar.
"Siapa yang di luar?" tanyanya kemudian. "Kaukah itu, Hans? Konrad?"
Konrad meringis, mengucapkan beberapa patah kata dalam bahasa
Jerman, lalu mulai menghantam gembok dengan batu yang digenggamnya.
Angin berembus dengan tiba-tiba, menyebabkan asap menebal di
sekeliling mereka. "Cepat!" desak Hans.
Konrad mengangguk. Diangkatnya batu tinggi-tinggi, untuk dihantamkan
sekeras tenaga ke gembok. Tapi saat itu terdengar suara jeritan di
belakangnya.
Hans, Konrad, begitu pula ketiga remaja yang ada bersama mereka
berpaling dengan cepat. Mereka melihat sesuatu di tepi lekukan.
Sesosok tubuh mirip manusia, tapi jauh lebih besar! Makhluk itu
mengayun-ayunkan lengannya seperti hendak mengusir udara panas yang
menyesakkan napas, sambil memandang dengan mata melotot ke dalam
lekukan. Jupiter melihat sepasang mata yang merah, serta sekilas taring
yang panjang-panjang ketika makhluk berbulu tebal itu mendongak, lalu
melolong ketakutan.
"Itu dia monster yang kulihat!" kata Bob tergagap. Mukanya pucat pasi.
"Suara apa itu?" seru wanita yang ada di dalam pondok kayu. "Apa itu
yang kudengar?"
"Ssst," desis Jupiter.
"Jangan ribut, Anna," bisik Hans.
Tapi makhluk yang sedang panik itu sudah mendengar suara Anna. Ia
menundukkan kepalanya yang besar. Tangannya menyibakkan rambut
kusut yang tergantung hampir menutupi mata. Ia memandang Konrad, di
sela-sela asap yang mengambang.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Konrad berdiri seperti terpaku membelakangi pintu, dengan batu masih


dalam genggaman.
Makhluk itu menggeram dengan suara berat, lalu melangkah maju.
Kepalanya yang besar menyuruk ke depan. Ia bergerak dengan cepat -
ke arah Konrad!
"Awas!" Pete meloncat dengan cepat ke samping. Makhluk yang
menerjang maju itu lewat, lurus mengarah ke Konrad. Seakan-akan
pemuda Jerman itulah yang menyebabkan udara di situ penuh asap!
Konrad berteriak kaget, lalu cepat-cepat meloncat, menyingkir dari
pintu. Makhluk bertubuh besar itu maju terus, terdorong kecepatannya
menerjang. Pintu ditubruk dan langsung roboh ke dalam, diiringi bunyi
kayu pecah. Makhluk besar itu ikut roboh, menimpa pintu.
Anna menjerit. Belum pernah Jupiter mendengar jeritan seseram itu.
Jeritan yang seakan merobek kerongkongan, terdorong kengerian yang
luar biasa. Jeritan Anna berbaur dengan suara lolongan makhluk aneh
yang roboh di lantai pondok.
"Anna!" Konrad bergegas bangkit, setelah tadi jatuh karena
menghindari terjangan makhluk itu. Hans maju dua langkah ke arah
pondok. Walaupun takut, tapi ia merasa harus menolong Anna. "Anna!
Monster itu akan mencederai Anna!" katanya.
"Tidak-jika kita tetap berkepala dingin," kata seseorang yang saat itu
muncul, dengan nada ketus. Mr. Smathers ke luar dari pepohonan di
ujung lekukan. Penampilannya saat itu sangat dekil. Matanya kelihatan
semakin berair.
"Jangan bergerak," katanya dengan tegas. "Serahkan urusan ini
padaku." Ia bergegas melewati orang-orang yang memandangnya dengan
melongo, lalu masuk ke dalam pondok.

Bab 16
TINDAKAN MR. SMATHERS

BEGITU Mr. Smathers masuk, lolongan tadi langsung lenyap.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Nah, nah," kata Mr. Smathers. "Aku tahu keadaannya gawat, tapi kau
takkan apa-apa." Anak-anak mendengar suara geraman. "Ya, ya, aku
tahu," kata Mr. Smathers lagi. "Tapi kau pasti aman, jika ada di dekatku
terus." Geraman kini berubah menjadi bunyi yang lebih lembut-hampir-
hampir seperti dengkuran. "Ayo ikut," kata Mr. Smathers membujuk.
"Kau menyebabkan nyonya itu ketakutan. Masa tidak malu?!" Anak-anak
berpandang-pandangan. Mereka merasa seperti sedang mimpi.
Mr. Smathers muncul di ambang pintu pondok. Dan tidak jauh di
belakangnya, makhluk besar itu. Makhluk bersosok besar dan
menyeramkan. Setengah manusia, dan setengah binatang. Makhluk itu
mengikuti Smathers dengan sikap sejinak anjing yang terlatih baik.
"Kami akan ke tempat yang lebih tinggi, di atas batas pepohonan," kata
Smathers pada orang-orang yang masih memandang dengan heran. "Di
sana kami aman. Tolong, salah seorang dari kalian melihat wanita itu.
Keadaannya payah."
Setelah itu ia pergi, diikuti makhluk aneh itu. Mereka berjalan dengan
cepat di antara pepohonan, menuju tempat yang lebih tinggi. Dengan
segera mereka sudah lenyap dari pandangan, ditelan asap tebal.
"Anna?" Hans menyingkirkan serpihan kayu bekas pintu dengan kakinya,
lalu melangkah masuk ke dalam pondok. Konrad dan anak-anak menyusul
masuk, berebut-rebut.
Mereka melihat Anna Schmid meringkuk di dekat dinding belakang
pondok. Ruangan sempit itu gelap. Tapi anak-anak masih bisa melihat
bahwa wanita itu persis sekali wajahnya seperti wanita yang ada di
losmen. Tapi Anna Schmid yang asli berambut kusut, sedang pakaiannya
kumal.
"Hans?" kata wanita itu. "Konrad? Benar-benar kaliankah ini?"
"Kau harus dengan segera kami keluarkan dari sini, Anna." Hans berlutut
di samping wanita itu. "Bisakah kau berdiri?"
Anna berusaha berdiri, sambil berpegangan pada Hans. Hans
menolongnya. Dipegangnya pinggang wanita yang gemetar itu, sementara
Konrad membimbingnya. "Kita cepat-cepat pergi dari sini, ya?" kata
Konrad.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Anna mengangguk. Air matanya mulai bercucuran, menyebabkan


timbulnya garis-garis pada mukanya yang dekil. "Yang itu tadi," bisiknya,
"binatang apakah itu?"
"Kita cepat-cepat pergi saja sekarang, Miss Schmid," kata Jupiter
mendesak. "Nanti masih ada waktu untuk bicara."
Anna Schmid melangkah ke luar dari tempat ia dikurung. Sikapnya
bungkuk, sedang langkahnya tertatih-tatih, seperti wanita yang sudah
uzur. Tapi beberapa langkah kemudian ia sudah mendongak, lalu
memandang Hans dan Konrad berganti-ganti sambil tersenyum lemah.
Ditegakkannya tubuh, lalu disalaminya kedua sepupunya.
"Ayo cepat!" kata Bob dengan suara memohon.
"Ya, kita akan cepat-cepat," kata Anna.
Sesampai di tepi padang rumput, langkah Anna sudah hampir secepat
Pete. Tapi ia masih tetap berpegangan pada kedua sepupunya.
Saat mereka muncul dari dalam hutan, sebuah pesawat terbang
bertubuh gendut melintas dengan pelan di atas kepala. Pesawat itu
menuju ke utara, ke tempat yang paling tebal asapnya, lalu
menghamburkan cairan ke bawah.
"Pesawat penyembur bahan pemadam api," kata Bob. "Mudah-mudahan
saja kebakaran bisa dijinakkan dengannya. Kalau tidak, kita akan
terpaksa ikut lari ke atas batas pepohonan pula."
Pete berlari-lari mendului. Ia yang paling dulu sampai ke seberang
padang. Ia berdiri di tepi atas lereng tempat main ski, sambil
memandang ke bawah.
"Bukan main!" serunya.
"Ada apa?" tanya Jupe sambil berteriak.
"Ada bulldozer di bawah, merambah semak agar api tidak bisa menjalar.
Kurasa Sky Village tidak jadi dimakan api."
"Lalu losmenku?" tanya Anna. "Masih adakah losmenku?" "Agak angus
kelihatannya," jawab Pete, "tapi masih utuh."
Anna berhenti sebentar di tepi atas lereng, untuk memperhatikan
adegan yang sedang berlangsung di bawah. Bulldozer bergerak mundur-
maju dengan bunyi membisingkan telinga, membabat belukar untuk

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

melapangkan tempat antara losmen dan api. Dijalan banyak sekali orang
berkerumun dan bergegas-gegas. Sebuah pesawat bertubuh gendut
melintas lagi di atas kepala, lalu menghamburkan muatannya di atas api.
Kemudian terasa angin sejuk mengembus. Dengan tiba-tiba hawa di
padang sudah segar kembali. Angin berubah arah.
"Sky Village tidak jadi terbakar," kata Anna, lalu mulai menuruni lereng.
Beberapa kali ia nyaris saja tersungkur, kalau tidak cepat-cepat ditahan
oleh Hans dan Konrad. Tapi Anna tidak mau tinggal di atas, menunggu
bantuan dari desa. Ketika sampai di kaki lereng, tubuhnya menggigil dan
langkahnya terseok-seok. Tapi kepalanya terangkat tinggi.
Beberapa petugas pemadam kebakaran memakai topi helm bergegas
lewat di depannya, sibuk dengan tugas mereka. Gabby Richardson juga
ada di situ, membasahi atap dengan air yang disemburkan dengan selang.
Gunanya agar percikan api jangan sampai bisa menimbulkan kebakaran.
Anna memandang Richardson sambil tersenyum.
"Anda memang sahabat sejati," kata Anna. Richardson menoleh
sebentar ke arahnya.
"Nanti kalau aku sudah punya waktu," katanya, "aku ingin mendengar apa
sebenarnya yang terjadi di sini. Orang yang di dalam, sedikit pun tidak
mau mengatakan apa-apa." Ia mengatakannya sambil menganggukkan
kepala ke arah losmen.
"Orang yang di dalam?" tanya Jupiter.
"Jensen," kata Richardson menjelaskan. "Ia ada di dalam, menunggu
kalian."
Hans, Konrad, Anna, dan anak-anak naik ke beranda depan, lalu masuk ke
Slalom Inn.
Mr. Jensen, orang yang mengaku juru foto kehidupan alam, ternyata
menunggu di dalam. Ia duduk di sandaran lengan salah satu kursi besar
yang berlapis kulit di ruang duduk. Wanita yang mengaku bahwa ia Anna
duduk di atas sofa, di depan Jensen. Rambutnya yang pendek dan
dipucatkan warnanya nampak acak-acakan. Matanya yang mendelik
nampak merah, seperti habis menangis. Laki-laki yang bernama Joe

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Havemeyer tergeletak di depan kakinya. Kelihatannya seperti sedang


tidur.
"Apakah yang terjadi di sini tadi?" tanya Bob.
Jensen memandang Anna dengan mata terbelalak.
"Miss Anna Schmid?" katanya, lalu memandang Anna yang palsu. "Luar
biasa! Jika rambutnya tidak lain, keduanya sama sekali tidak bisa
dibedakan."
"Apa yang terjadi tadi?" tanya Bob sekali lagi, sambil menuding ke arah
Havemeyer yang tergeletak di lantai.
Jensen meringis. Wajahnya yang tidak tampan, saat itu nampak riang.
"Aku menembaknya," katanya, "dengan senapan pembiusnya sendiri!"

Bab 17
SEPERTI BAYANGAN DALAM CERMIN

HARI sudah gelap, ketika api kebakaran akhirnya berhasil ditumpas.


Tapi penduduk Sky Village masih tetap siaga. Banyak yang masih berdiri
di dekat batas api, untuk mengawasi beberapa tempat di mana nyala api
masih nampak sedikit pada tunggul-tunggul pohon yang sudah menjadi
arang. Soalnya apabila angin berembus dari arah salah, bisa saja ada
percikan api diterbangkan ke arah desa.
Di Slalom Inn, Hans dan Konrad sibuk mengurus sepupu mereka. Anna
Schmid berbaring di sofa, dengan selimut tebal menutupi tubuhnya. Ia
sudah siap untuk menuturkan pengalamannya pada seorang petugas
kepolisian yang masih muda, yang sepanjang sore sudah sibuk menjaga
rintangan yang dipasang di kaki gunung, serta menyuruh pergi orang-
orang yang ingin menonton kebakaran dari dekat.
Petugas kepolisian itu duduk di sebuah kursi berpunggung lurus yang
ditempatkan di dekat sofa. Ia menatap Jensen dengan wajah masam.
Juru foto gadungan itu kelihatannya sangat senang, sementara laras
senapan pembius masih terus diarahkan pada Joe Havemeyer.
Havemeyer sudah siuman kembali. Ia duduk sambil menatap Jensen
dengan mata melotot. Wanita dengan rambut pirang bikinan yang

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

mengaku-ngaku bahwa ia Anna Schmid duduk bertopang dagu di meja


makan. Matanya terpejam. Diterangi sinar lampu ia kelihatan sangat
capek.
Petugas kepolisian membuka buku catatannya.
"Sebelum kita mulai," katanya sambil menoleh ke arah Jensen, "simpan
senjata itu dulu."
"Boleh saja-tapi borgol dulu penjahat ini," balas Jensen. "Ia tadi
mencoba melarikan diri. Takkan kubiarkan ia mencoba sekali lagi."
"Takkan ada yang masih mau mencoba lari." Petugas kepolisian itu
menyentuh pistol yang tergantung di pinggangnya. "Simpan senjata itu,
sebelum ada yang cedera karenanya," katanya dengan nada menyuruh.
Jensen menggerakkan bahu dengan sikap masa bodoh, lalu pergi ke
lemari untuk menyimpan senapan pembius. Kemudian diambilnya sebuah
kursi dari meja makan. Diletakkannya kursi itu di muka pintu depan, lalu
duduk di situ.
"Itu ide yang bagus," kata Hans, lalu duduk pula di kursi yang
ditempatkannya di ambang pintu dapur.
"Kita mulai saja sekarang, setelah semua jalan lari sudah dijaga," kata
petugas kepolisian. "Miss Schmid, menurut sepupu-sepupu Anda, Anda
hendak mengajukan pengaduan tentang Havemeyer. Coba jelaskan
secara tepat, apa kesalahannya?"
"Menculik!" tukas Konrad.
"Merampok!" tambah Hans.
"Biar Miss Schmid saja yang bicara," kata petugas kepolisian. "Harap
dimulai dari awal." Anna memandang sekilas ke arah Havemeyer.
Tangannya mempermainkan tepi selimut.
"Mulanya dia bersikap sangat ramah. Ia datang ke losmenku, lalu
meminta kamar yang paling baik. Ia juga melihat-lihat lift ski-ku.
Katanya, ia presiden direktur sebuah perusahaan baru yang membuat
mobil salju. Aku diajaknya menanam modal di dalam perusahaannya. Tapi
karena aku tidak mau, akhirnya soal itu tidak pernah disinggung-
singgungnya lagi. Tapi ia masih tinggal di losmen, selama dua tiga minggu
selanjutnya.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Suatu hari ia melihat aku menghitung uang untuk membayar tagihan


yang masuk. Ia mengatakan, aku sebenarnya kan bisa membayar dengan
cek. Itu lebih aman, daripada menyimpan uang tunai. Kujawab bahwa
uang tunai malah sangat aman, apalagi kusimpan di dalam peti besi di
bank. Hanya Anna Schmid sendiri saja yang bisa membuka peti itu. Saat
itu ia memandangku dengan cara aneh. Tidak bisa kujelaskan bagaimana
caranya memandang itu. Pokoknya aneh-dan secara tiba-tiba aku
menjadi gugup."
"Saat itukah anak kunci peti besi Anda sembunyikan?" tanya Jupiter
Jones.
Kening Anna berkerut.
"Ya! Aku tidak memperkirakan akan ada kesulitan-tapi ada sesuatu
mengenai diri orang ini, yang menyebabkan aku merasa takut."
"Ngomong-ngomong, di mana anak kunci itu Anda sembunyikan?" tanya
Jupiter.
"Anna sudah mengatakannya pada kami," kata Hans. "Lucu sekali-ia
menaruhnya di bawah kasur, ditempelkan dengan pita perekat. Dan
kedua orang jahat ini selama itu tidur di atasnya!"
Havemeyer mengeluarkan suara seperti tercekik. Ia bergerak seperti
hendak berdiri. Tapi petugas kepolisian mengisyaratkan dengan tangan
agar ia duduk kembali.
"Silakan terus, Miss Schmid," katanya.
"Dua atau tiga hari setelah kami berbicara tentang uang itu, orang ini
masuk ke dapur ketika aku sedang memasak," kata Anna. "Katanya aku
akan ditembaknya, jika tidak mau menyerahkan anak kunci peti besiku!
Aku berkata dalam hati, jika kukatakan di mana anak kunci itu kutaruh,
aku pasti akan ditembak juga olehnya. Karenanya aku tidak mau
mengatakan."
Petugas kepolisian bergerak dengan gelisah di kursinya. "Lalu?" katanya.
"Aku heran saat itu, karena ia ternyata tidak marah. Ia hanya tertawa
saja. Sambil menodongkan senjata apinya padaku, ia mengatakan bahwa
ia punya waktu. Setelah itu aku dipaksanya ikut ke padang rumput di
dataran tinggi. Di sana ada pondok, yang dibangun oleh pemuda yang

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

ingin bertapa di situ. Aku dikurung di dalam pondok itu, yang pintunya
digembok dari luar. Dua hari ia tidak muncul-muncul. Aku hanya diberi
makan roti sedikit, serta air dalam sebuah kaleng. Tapi kemudian setiap
hari ia datang untuk membawakan makanan. Dan setiap kali muncul,
selalu ditanyakannya di mana anak kunci kusembunyikan. Tapi aku tetap
membungkam. Kusadari bahwa ia sangat ingin mengetahuinya, dan jika
sudah tahu aku pasti akan ditembak olehnya."
"Begitu. Berapa hari Anda dikurung di atas, Miss Schmid?"
"Enam hari. Mungkin juga tujuh. Aku tidak bisa mengatakannya dengan
pasti. Kemudian, hari ini aku mencium bau kebakaran. Aku setengah mati
ketakutan, lalu berteriak-teriak. Kemudian sepupu-sepupuku datang.
Kedua sepupuku, anak-anak- serta makhluk menakutkan itu. Laki-laki
bertubuh kecil yang aneh itu berbicara pada makhluk itu, lalu kedua
sepupuku... sepupu-sepupuku..." Anna Schmid menutupi mukanya. Ia
menangis.
"Sebentar-akan kuambilkan air untukmu, Anna," kata Hans.
"Tidak." Anna mengusap air mata yang membasahi pipinya dengan
punggung tangan. "Aku tidak apa-apa. Tapi dari mana kalian tahu, harus
ke mana?"
"Jupe yang tahu," kata Hans. "Kalau aku dan Konrad, kami menyangka
wanita itulah kau. Tampangnya persis dengan foto-foto yang
kaukirimkan pada kami."
"Memang-jika memakai rambut palsu," kata Jupiter Jones. "Seperti
bayangan di cermin. Semula aku juga percaya, memang dialah Anna.
Cincin kawin dan tanda tangan yang dibuat berulang-ulang itu yang
kemudian menyebabkan aku sadar. Tapi sayang, begitu lambat."
"Cincin kawin?" kata petugas kepolisian. "Tanda tangan?"
"Wanita itu berlatih membuat tanda tangan Anna Schmid, berulang-
ulang. Jika ia Anna Schmid, itu sama sekali tidak perlu dilakukan
olehnya. Kecuali itu, cincin kawinnya juga terlalu longgar baginya.
Padahal ia mengaku baru minggu lalu menikah dengan Havemeyer, di
Danau Tahoe. Pengantin baru, mestinya kan memilih cincin yang pas. Aku
jadi teringat pada Bibi Mathilda. Jika bibiku itu sedang diet sehingga

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

bobotnya agak menurun, cincinnya langsung menjadi agak longgar. Jadi


setiap kali mencuci piring, cincin itu pasti dilepaskan, dan ditaruh di
ambang jendela dapur. Dan itu juga Anda lakukan, Mrs. Havemeyer.
Anda memang Mrs. Havemeyer, kan?"
"Ia tidak akan mengatakan apa-apa, sebelum berembuk dengan
pengacara hukum," sergah Havemeyer. "Dan aku juga tidak!"
"Kurasa kita bisa mengadakan rekonstruksi tentang apa yang terjadi,"
kata Jupe dengan santai. "Havemeyer datang kemari, dan menginap di
losmen ini. Secara kebetulan dilihatnya bahwa Anna Schmid mirip sekali
dengan istrinya. Itu sebetulnya tidak mengandung arti sama sekali-jika
Havemeyer ini tidak kebetulan seorang penjahat."
"Tepatnya, penipu," sela Jensen. "Ia berhasil membujuk saudara
perempuanku, sehingga menanamkan uangnya sebanyak sepuluh ribu
dollar dalam suatu perusahaan pertambangan yang pada kenyataannya
sejak dua puluh tahun yang lalu hanya memiliki sebuah lubang di tanah
yang tidak mengandung apa-apa. Justru itulah sulitnya. Lubang tambang
itu memang ada, walau tidak menghasilkan apa-apa. Jadi Havemeyer
tidak bisa dibuktikan melakukan penipuan."
"Dan Anda bukan juru foto, apalagi spesialis tentang kehidupan satwa
liar," kata Pete dengan nada menuduh. Jensen tertawa nyengir.
"Aku mempunyai sebuah toko alat-alat rumah tangga di Tahoe. Pada
suatu hari saudara perempuanku melihat Havemeyer masuk ke sebuah
kedai kopi, bersama wanita ini. Saudara perempuanku kebetulan sedang
membawa kamera foto. Dengan alat itu dipotretnya mereka berdua
ketika meninggalkan kedai itu. Ia juga mencatat nomor mobil yang
mereka pakai. Kami menarik kesimpulan bahwa wanita yang ada
bersamanya waktu itu pasti korbannya yang baru. Kami mengecek nomor
mobil itu. Ternyata pemiliknya Anna Schmid. Kami juga berhasil
memperoleh alamatnya. Kemudian aku datang kemari. Aku memerlukan
foto Havemeyer, karena belum pernah berjumpa dengan dia. Itu
menimbulkan ide, untuk menyamar selaku juru foto kehidupan alam.
Soalnya, tidak banyak alasan untuk datang saat musim panas ke Sky

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Village. Jadi aku lantas meminjam kamera saudara perempuanku.


Kukatakan bahwa aku ingin memotret kehidupan satwa liar."
"Anda berniat memberi tahu Anna, jika Havemeyer ternyata berusaha
menipunya?" tanya Bob.
"Aku berniat melindunginya," kata Jensen. "Kecuali itu aku juga ingin
memergokinya dalam keadaan tertangkap basah, sehingga ia bisa
dijebloskan ke penjara. Tapi ketika aku sampai di sini, ia rupanya sudah
menikah dengan Anna Schmid. Kusangka itu merupakan permainan baru
lagi. Suatu malam aku berhasil memeriksa catatan keuangan Anna
Schmid. Tapi aku tidak menemukan bukti sama sekali bahwa Havemeyer
memindahkan harta istrinya ke namanya. Aku bingung- tidak bisa
menebak apa sebenarnya yang direncanakan olehnya."
Jupiter mengangguk penuh pengertian.
"Jadi kita bisa kembali ke awal mula persoalan. Havemeyer kaget sekali
ketika untuk pertama kali melihat Anna Schmid, karena wanita itu
begitu mirip dengan istrinya. Mula-mula ia belum tahu, bagaimana
enaknya memanfaatkan kenyataan itu untuk keuntungannya. Dasar
penipu-mula-mula ia berusaha melakukan penipuan dengan cara yang
biasa. Dibujuk-bujuknya Anna Schmid, agar mau membeli saham palsu.
Tapi Anna tidak mau. Walau begitu Havemeyer tetap tenang. Ia
memegang kartu taruhan yang paling tinggi-yaitu kemiripan istrinya
dengan Anna Schmid. Dengan bantuan istrinya, Havemeyer merasa akan
bisa menguasai segala harta Anna Schmid."
"Havemeyer tetap menjadi tamu di losmen ini, sampai segala kebiasaan
Anna dalam mengelola usahanya sudah diketahui secara terinci olehnya.
Kurasa kita bisa mengatakan dengan cukup pasti, bahwa Havemeyer
sempat meneliti surat-surat serta buku-buku kas yang disimpan di
kantor, sampai ia tahu persis berapa banyak harta yang dimiliki Anna.
Sedang Anna sama sekali tidak merahasiakan kenyataan bahwa ia
menyimpan uangnya dalam peti besi di bank. Itu tidak sepraktis memiliki
simpanan yang bisa diambil dengan cek. Tapi Anna gadungan bisa dengan
sama mudahnya mengambil uang tunai dari peti besi itu, seperti Anna
yang asli."

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

"Ketika Havemeyer merasa waktunya sudah matang," kata Jupiter


meneruskan uraiannya, "dikurungnya Anna di dalam pondok pertapa.
Setelah itu dengan mobil Anna ia pergi ke Danau Tahoe, untuk
menjemput Anna yang palsu. Mereka kemudian kembali ke Sky Village,
tempat Anna Schmid gadungan menyatakan bahwa ia sudah menikah
dengan Joe Havemeyer. Semua berjalan mulus-kecuali urusan anak
kunci, yang tidak berhasil mereka temukan."
"Aku yakin mereka sangat gugup, ketika kedua sepupu Anna yang asli
tahu-tahu muncul. Tapi mereka sudah tahu tentang Hans dan Konrad.
Rupanya sewaktu mereka mencari-cari anak kunci yang lenyap, mereka
sempat memeriksa surat-surat mereka yang disimpan oleh Anna yang
asli, dan saat itu melihat foto kedua sepupu itu."
"Havemeyer merasa bahwa pasti akan dianggap aneh jika ia tidak
bersikap ramah terhadap kedua kerabat istrinya. Karena itulah ia
mengundang mereka untuk menginap di sini. Undangannya itu
menyulitkan kedudukan Anna gadungan. Tapi harus kuakui, ia berhasil
menanggulangi masalah itu dengan baik sekali. Ia tahu, ia tidak bisa
berbicara dalam bahasa Jerman dengan Hans dan Konrad, karena
logatnya takkan sama dengan Anna yang asli. Anna gadungan ini memang
juga berasal dari Jerman, tapi aku yakin bahwa jika ia diperiksa secara
resmi nanti, akan ternyata bahwa ia berasal dari wilayah di Jerman yang
logat bahasanya berlainan dengan logat Bayern. Ia berkeras bahwa
mereka harus berbahasa Inggris, untuk tidak menyebabkan suaminya
merasa diasingkan dari pembicaraan."
"Tapi walau begitu ia tetap saja menjadi sangat gugup," sela Pete.
"Katanya, Hans dan Konrad menyebabkan ia merasa gugup."
"Ia juga sangat gelisah, memikirkan harus pergi ke bank untuk meminta
anak kunci baru sebagai ganti yang hilang, serta untuk itu harus
menandatangani surat permohonan," kata Jupiter melanjutkan. "Apalagi
kemungkinannya ia akan harus menandatangani dengan disaksikan salah
seorang pegawai bank. Memasuki ruang tempat peti besi tidak akan
terlalu sulit, karena itu merupakan urusan rutin. Sebelum masuk ia mesti
membubuhkan tanda tangan dulu pada buku catatan. Tapi pegawai yang

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

bertugas di situ takkan terlalu cermat memperhatikan tandatangannya-


atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Memang untuk apa, karena ia
kan kenal baik dengan Anna Schmid. Memperoleh anak kunci baru-itu dia
yang lebih sulit urusannya. Soalnya, bisa saja ia berbuat atau
mengatakan sesuatu yang keliru. Dan pegawai bank mungkin akan dengan
cermat membandingkan tanda tangan yang dibuatnya saat itu, dengan
tanda tangan Anna Schmid yang ada di dalam catatan bank."
"Karena itulah Anna gadungan bersikap gelisah sewaktu harus
menuliskan tandatangannya. Ia mengajukan alasan panjang-lebar pada
orang yang mengantarkan semen yang dipesan. Hal itu menimbulkan
pertengkaran antara dia dan Joe Havemeyer. Havemeyer menyuruhnya
berlatih menirukan tanda tangan Anna. Kami disuruhnya meninggalkan
rumah, agar istrinya bisa berlatih tanpa ada gangguan. Tapi kemudian
kami melihat hasil latihannya itu. Saat itulah aku lantas sadar bahwa ia
bukan Anna yang sebenarnya, serta apa sebabnya Joe Havemeyer setiap
hari pergi ke padang rumput yang ada di atas sana."
Petugas kepolisian menutup kembali buku catatannya, lalu menatap Anna
Schmid. Setelah itu ia menoleh ke arah Anna gadungan.
"Jika aku tidak melihat dengan mataku sendiri, aku takkan mau percaya
bahwa ada dua orang yang bisa begini mirip," katanya. "Tapi bagaimana
dengan senapan itu? Maksudku, senapan pembius! Senjata itukah yang
dipakai Havemeyer sewaktu ia mengancam Anda, Miss Schmid?"
"Bukan," kata Anna. "Waktu itu ia menggenggam senapan buru."
"Senjata itu ada di dalam lemari," kata Pete memberi tahu.
Saat itu pintu di belakang kursi yang diduduki Jensen diguncang-
guncang orang dari luar. Jensen menyingkirkan kursinya, lalu
membukakan pintu.
Mr. Smathers memasuki ruangan. Mukanya hitam kena asap. Tapi
sikapnya lincah dan cerah.
"Urusan di sini sudah beres rupanya," katanya. Saat itu barulah
dilihatnya Anna Schmid yang berbaring di sofa, serta Anna gadungan
yang meringkuk di dekat meja. Ia melihat petugas kepolisian yang

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

memegang buku catatan, serta Hans yang menjaga dengan tampang


galak di ambang pintu dapur.
"Astaga!" Hanya itulah yang terlontar dari mulut Mr. Smathers.
"Urusannya agak rumit, Mr. Smathers," kata Bob padanya. "Nantilah,
kami jelaskan pada Anda." "Dia ada sangkut-pautnya dengan urusan ini?"
tanya petugas kepolisian, sambil menganggukkan kepala ke arah
Smathers.
"Kurasa tidak," kata Jupiter. "Kurasa Mr. Smathers memang seperti
yang dikatakan sendiri olehnya-yaitu orang yang bisa berbicara dengan
binatang."
"Dan binatang-binatang itu mengerti," kata Smathers dengan riang.
"Ya, ya, baiklah," kata petugas kepolisian, tapi tidak dengan nada
percaya. "Sekarang aku ingin tahu, untuk apa orang ini membawa-bawa
senapan pembius."
"Jahat, ya, senjata itu," kata Mr. Smathers mengomentari. "Mungkin
bahkan lebih jahat, dibandingkan dengan senjata api biasa. Bayangkan,
satwa liar ditangkap untuk kemudian dimasukkan ke dalam kandang. Itu
perbuatan yang tidak pantas! Memalukan!"
Air muka petugas kepolisian menampakkan kebingungan yang luar biasa.
"Maksud Anda, di samping segala niat jahatnya, orang ini juga masih
ingin menangkap beruang?" "Bukan beruang," kata Pete. Mr. Smathers
terkekeh.
"Anda boleh percaya atau tidak-tapi Mr. Havemeyer ini beranggapan
bahwa di pegunungan daerah sini ada sejenis monster! Ia mempunyai
niat konyol, hendak menangkap makhluk yang selama ini tidak dikenal
dunia ilmiah, lalu memamerkannya-pasti dengan menarik bayaran!"
"Monster?" kata petugas kepolisian. Ia menggeleng-geleng. "Orang ini
sudah sinting rupanya!"
"Memang," kata Mr. Smathers. "Kita semua kan tahu, monster hanya
ada dalam dongeng. Ya, kan?"
Sementara Jupe dan kedua temannya melongo, laki-laki bertubuh kecil
itu tersenyum, lalu naik ke tingkat atas.

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Bab 18
LAPORAN PADA MR. HITCHCOCK

DUA hari setelah kembali ke Rocky Beach, Trio Detektif mendatangi


Alfred Hitchcock di kantornya.
"Kulihat nama kalian yang mengisi halaman koran-koran lagi," kata
sutradara film kenamaan itu. "Dan kurasa kalian tentunya sudah
menyusun naskah catatan tentang kasus yang menakjubkan ini. Apa judul
yang kalian pilih? Misteri Wajah Kembar?"
"Menurut perasaan kami, Misteri Gunung Monster lebih cocok," kata
Jupiter Jones.
"Gunung Monster?" Mr. Hitchcock mengerutkan keningnya. "Aku sudah
sempat dengan teliti menyimak berita-berita tentang penculikan Anna
Schmid, tapi sama sekali tidak kujumpai nama Gunung Monster."
"Kami tidak menceritakan segala-galanya pada para wartawan," kata
Bob, sambil menyodorkan bundel naskah catatannya ke arah sutradara
itu.
"Mestinya itu sudah kusangka," kata Mr. Hitchcock. Dibaliknya halaman
depan naskah yang ada di depannya, lalu mulai membaca.
Anak-anak menunggu dengan tenang, sampai Mr. Hitchcock selesai
membaca catatan Bob tentang kasus itu. Akhirnya ia mengangguk, lalu
menutup catatan itu kembali.
"Penarikan kesimpulan yang kaulakukan di sini baik sekali, Jupiter
Jones," katanya. "Dan monster itu memang benar-benar ada?"
"Kami melihatnya," kata Jupe. "Tapi kalau itu kami katakan, siapakah
yang mau percaya? Hans, Konrad, dan Anna juga melihatnya. Tapi
mereka tetap saja tidak bisa percaya. Hans dan Konrad cepat-cepat
mengatakan bahwa mereka pasti salah lihat. Yang muncul waktu itu
seekor beruang yang berdiri tegak. Anna memilih untuk melupakannya.
Diajak bicara mengenai hal itu saja, ia sudah tidak mau. Sedang Mr.
Smathers pasti tidak mau membuka mulut." Jupiter mengangkat bahu.
"Setelah Joe Havemeyer serta istrinya digiring pergi oleh petugas
kepolisian, Mr. Smathers memanggil kami untuk berbicara sebentar,"

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

kata Pete menjelaskan. "Katanya, jika kami mengatakan apa saja tentang
monster itu pada wartawan atau pada sheriff, ia akan memungkirinya. Ia
akan mengatakan, yang kami lihat di pondok pertapa itu seekor beruang.
Urusannya menjadikan cerita kami lawan keterangannya-dan sudah pasti
takkan ada yang mau mempercayai laporan aneh yang diceritakan oleh
anak-anak."
"Jadi itu tetap merupakan rahasia," kata Mr. Hitchcock. "Aku senang,
bahwa kalian mau menceritakannya padaku. Kurasa tentunya Smathers
yang memukulmu waktu itu dari belakang, Jupiter-serta yang kemudian
menghapus jejak kaki makhluk itu yang ada di tepi retakan bekas gempa
bumi?"
"Ya, itu diakui olehnya," kata Jupe. "Tapi ia kembali mengatakan akan
memungkirinya, jika urusan itu kami ceritakan pada pihak yang
berwenang. Apa pun juga makhluk itu, pokoknya Mr. Smathers hendak
melindunginya. Dan satu-satunya cara yang paling baik ialah
menyembunyikan kenyataan bahwa makhluk itu ada."
"Ya, memang," kata Mr. Hitchcock. "Jika orang sampai tahu bahwa di
pegunungan sana ada monster, aku yakin bahwa banyak orang seperti
Havemeyer akan datang ke sana dengan senapan pembius, dengan
maksud untuk menangkapnya."
"Ditinjau dari satu segi, saya senang bahwa urusan itu berakhir seperti
yang kami alami," kata Bob. "Tadi malam saya sempat menekuni sejumlah
buku di perpustakaan, untuk meneliti cerita-cerita rakyat kawasan
California. Selama bertahun-tahun pernah dilaporkan tentang
ditemukannya jejak-jejak kaki yang aneh di pegunungan Sierra Nevada,
serta di Cascade Range. Nampaknya di California sini juga ada makhluk
sejenis Manusia Salju-namun selama ini belum pernah ada yang bisa
membuktikan bahwa makhluk itu benar-benar ada. Ia selalu hidup
mengasingkan diri di daerah liar, menjauhi manusia."
"Bisa kita asumsikan bahwa yang kami lihat itulah makhluk yang turun
dan mendatangi losmen untuk mencari makanan, seperti yang dilakukan
kawanan beruang," kata Jupe. "Mr. Smathers melihat jejak kakinya di
pekarangan, dua hari sebelum kami tiba di Sky Village. Hari itu juga

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Havemeyer membeli senapan pembius, lalu keesokan harinya


didatangkannya pekerja-pekerja dari Bishop untuk menggali lubang,
yang menurut alasannya akan dijadikan kolam renang. Smathers
langsung bisa menduga niat Havemeyer yang sebenarnya. Ia pun
langsung mengembara ke dataran tinggi, berusaha mencari makhluk liar
itu serta memperingatkannya agar berhati-hati. Beberapa kali ia lewat
di dekat pondok pertapa. Tapi karena ia tidak berbicara, Anna yang ada
di dalam tidak tahu bahwa di luar ada orang."
"Anna yang malang," kata Mr. Hitchcock. "Ia pasti sangat menderita,
karena pengalaman buruknya."
"Sewaktu kami meninggalkan Sky Village, keadaannya bisa dibilang
sudah pulih seperti biasa lagi," kata Pete. "Ia membuatkan kue yang
enak-enak untuk Hans dan Konrad. Kedua sepupunya itu jauh lebih suka
padanya, dibandingkan dengan pada Anna yang palsu. Mereka
membongkar papan-papan cetakan beton yang sudah terpasang, lalu
lubang itu mereka timbun kembali dengan tanah. Kolam renang tidak jadi
dibuat. Takkan ada lubang tempat mengurung beruang. Mr. Smathers
senang sekali."
"Itu bisa kumengerti," kata Mr. Hitchcock. "Dan Mr. Jensen tentunya
juga sangat puas, melihat orang yang menipu saudara perempuannya
dimasukkan ke penjara."
"Tentu saja," kata Pete. "Ia merasa seram apabila membayangkan apa
yang bisa terjadi dengan Anna Schmid yang asli, sementara ia sibuk
berusaha melindungi Anna gadungan. Sedang Havemeyer, ia ternyata
memang sejak dulu penipu. Ia pernah ditangkap karena melakukan
perampokan bersenjata. Ia juga pernah menembak seorang penjaga
keamanan bank. Orang yang ditembaknya itu tidak mati-tapi itu mungkin
karena Havemeyer yang tidak jitu bidikannya. Orang itu ternyata tidak
segan-segan menggunakan kekerasan untuk mencapai maksudnya."
"Mr. Jensen juga mengucap syukur bahwa penyamarannya tidak sampai
ketahuan oleh Havemeyer," kata Bob menambahkan. "Kalau itu sampai
terjadi, keselamatannya bisa sangat terancam! Kata Mr. Jensen, ia
merasa sudah

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

cukup banyak berurusan dengan tindak kekerasan, setelah dipukul dari


belakang sewaktu malam-malam memotret beruang."
"Untuk apa sebenarnya ia memotret waktu itu?" tanya Mr. Hitchcock.
"Dan siapa yang memukulnya?"
"Seperti sudah saya duga," kata Jupiter, "Mr. Jensen memotret
beruang itu untuk mempertahankan samarannya bahwa ia juru foto
kehidupan alam liar. Ia bercerita pada kami, bahwa malam itu ia melihat
dari jendelanya ketika ada beruang datang lalu mengorek-ngorek tong
sampah. Ia tidak mau melewatkan peluang baik untuk memotretnya.
Menurut dugaan kami, ia dipukul oleh monster itu. Mr. Smathers
mengatakan bahwa makhluk itu kaget ketika lampu blitz menyala secara
tiba-tiba, dan karenanya lantas memukul. Tapi ini hanya dugaan belaka.
Sekarang Jensen menyalahkan beruang lain. Katanya, ada beruang lain
yang muncul dari belakang, lalu memukul tengkuknya."
"Jensen itu rupanya tidak tahu-menahu tentang rahasia yang ada di atas
Gunung Monster?" tanya Mr. Hitchcock.
Bob menggeleng.
"Tidak ada perlunya ia diberi tahu," katanya. "Dan kemungkinannya jika
diberi tahu pun, ia takkan mau percaya! Saya rasa kecuali Anda, takkan
ada yang mau percaya!" Ketiga remaja itu memandang Mr. Hitchcock
sambil nyengir lebar.
"Dan kalian nampaknya senang bahwa keadaannya begitu," kata Mr.
Hitchcock. Bob mengangguk.
"Saya rasa, Mr. Smathers berhasil meyakinkan saya," katanya. "Terus
terang saja, tampang makhluk liar itu tidak enak dipandang. Tapi kan
kasihan, jika ia dikurung di dalam kandang, lalu dipertontonkan. Lagi pula
kan asyik, ada sesuatu di pegunungan yang belum pernah diselidiki,
dicatat di dalam katalog, dan disensus. Maksud saya... yah..."
"Kau ini manusia romantis," kata Mr. Hitchcock menyimpulkan. "Kau ingin
melestarikan rahasia alam yang belum pernah disibakkan selama ini. Tapi
aku sependapat denganmu. Tidak banyak daerah tersisa yang belum
pernah diselidiki, dan tinggal sedikit hal-hal yang belum berhasil
dijelaskan. Kita memerlukan hal-hal yang tak dikenal, serta makhluk-

Koleksi ebook inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

makhluk yang hanya dikenal dalam kisah-kisah lama. Kita memerlukan


kesemuanya itu, guna menggerakkan daya imajinasi kita."
Mr. Hitchcock berdiri, lalu mengembalikan naskah catatan pada Bob.
"Semoga lestari kehidupan monster di Gunung Monster," katanya, "dan
jika aku jadi kalian, aku takkan segan-segan menerbitkan laporan kasus
Anna Schmid ini. Monster itu akan tetap merupakan legenda. Seperti
kalian kemukakan tadi, takkan ada yang mau percaya!"

-TAMAT-

Edit & Convert: inzomnia


http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Anda mungkin juga menyukai