Frances Browne
Pada zaman dahulu kala, sewaktu peri-peri berada di dunia, hiduplah
seorang anak perempuan kecil. Ia begitu jujur dan wajahnya begitu
menyenangkan dipandang sehingga orang-orang memanggilnya
Bunga Salju.
Sampai lama sekali tak ada seorang pun yang mengetahui apa
yang terjadi - dayang-dayang nampak begitu takjub dan Raja kelihatan
mendongkol sekali. Tapi, akhirnya ada desas-desus bahwa putra raja
yang ketujuh lahir, namun kakinya kecil sekali. Orang-orang
Stumpinghame tak pernah melihat kaki kecil seperti itu. Setahu
mereka, yang kakinya sekecil itu hanyalah peri-peri.
Maka putra Raja yang malang itu pun lalu tinggal di pondok
seorang gembala. Barangkali udara pedesaan itulah membuat si Kaki
Peri berwajahtampan lagi kemerahan-kemerahan. Banyak orang
berpendapat, bahwa kelak anak itu akan menjadi seorang tampan dan
rupawan seandainya ia tidak berkaki kecil. Tapi walau pun kakinya
kecil, ia berlajar berjalan dan lambat laun bisa berlari-lari serta
melompat-lompat. Itu membuat setiap orang heran, sebab
perkembangan semacam itu tidak pernah terjadi di antara anak-anak
di Stumpinghame. Tapi bagaimana pun juga, si Kaki peri tetap dianggap
hina oleh para gembala. Para orang tuanya menganggapnya sebagai
anak yang tidak beruntung. Dan anak-anak kecil tidak mau bermain-
main dengannya. Setiap hari si Kaki Peri disuruh mengawasi biri-biri
yang sakit dan lemah, yang merumput di padang rumput di daerah liar
dekat hutan.
Robin yang malang, kau sekarang boleh pergi lagi!, Kata si Kaki
Peri sambil membuka topi. Tapi ternyata yang keluar bukannya burung
robin, melainkan seorang laki-laki cebol. Ia berpakaian warna coklat
kekuning-kuningan, dan umurnya seperti sudah seratus tahun.
Aku kesepian sekali, dan tak ada yang mau bermain denganku
sebab kakiku kecil, Kata si Kaki Peri.
Kalau begitu, ayo bermain dengan kami, Kata laki-laki cebol itu.
Kami tidak memperdulikan kaki seseorang, tapi ada suatu hal yang
harus kau patuhi bila ada diantara kami. Yaitu, kau jangan sekali-kali
mengatakan apa saja yang mungkin kau lihat atau kau dengar, sebb
kami sudah tidak bersahabat lagi dengan orang-orang di negeri ini
semenjak kaki besar menjadi mode.
Begitu minuman itu diteguknya, si Kaki Peri mulai lupa akan semua
kegelisahannya. Ia amat bahagia bagai seorang putra raja, dan
berdansa bersama orang-orang cebol hingga bulan di langit sudah
rendah. Kemudian si cebol menggandeng Kaki Peri, berjalan terus
hingga si Kaki Peri sampai di tempat tidurnya sendiri, yang terbuat dari
jerami dan letaknya di sudut pondok.
Tempat yang aneh itu jangan sampai di ketahui orang, Kata peri
yang pertama. Sebab kalau sampai diketahui, tempat itu pasti akan
didatangi banyak orang, akibatnya daerah di sekelilingnya akan
terganggu ketenangannya. Tapi kau pasti akan memberi tahu Putri
Bunga Mei yang manis itu!.
Si Kaki Peri melihat seorang putri yang cantik sekali. Putri itu
berpakaian seputih salju, dan memakai karangan bunga pada
rambutnya yang keemasan. Putri itu selebar dan sebagus kaki
Stumpinghame. Langsung si Kaki Peri menduga bahwa itu pasti Putri
Bunga Mei.
Setelah kaki sang Putri dicelupkan dalam mata air itu, kaku itu
makin lama menjadi semakin kecil. Dan setelah dicuci dan dikeringkan
tiga kali, kaki sang Putri akhirnya menjadi kecil dan bagus bentuknya
seperti si Kaki Peri.
Oh, Kata Si Kaki Peri. Seandainya di dunia ini ada mata air yang
bisa memperbesar kaki saya, niscaya ayah serta ibu saya tidak akan
mengusir dan membuang saya untuk hidup di tengah-tengah para
gembala.
Si Kaki Peri dan Putri Bunga Mei berjalan di dalam hutan samapai
menemukan sebuah mata air yang kelihatannya berlumpur, di lembah
sempit yang lebat dengan tumbuhan dan terletak ditengah hutan. Si
Kaki Peri baru duduk akan mencuci kakinya, ketika tiba-tiba ia
mendengar musik. Ia tahu bahwa ituadalah suara peri-peri yang sedang
berangkat ke tempat dansa mereka.