Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan dengan Variabel


Telaah pustaka adalah suatu uraian singkat tentang hasil penelitian

secara kritis (analisis) yang relevan dengan masalah penelitian. Beberapa

penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti akan tetapi

berbeda dengan ruang lingkup penelitiannya, beberapa penelitian tersebut

dianataranya adalah sebagai berikut :

Pertama, Penelitian Nuke Wulandari1 yang menguji CAR, NPF,

dan FDR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas

yang diukur dengan menggunakan ROA dan ROE pada BPRS di wilayah

Jabodetabek.

Identifikasi masalah pada penelitian ini kualitas NPF pada BPRS

jabodetabek pada tahun 2015 mengalami kenaikan, profit pada BPRS

menurun pada 2015, pengukuran kinerja bank syariah menggunakan ROA

dan ROE memperoleh hasil yang berbeda dalam beberapa penelitian.

Penelitian ini menggunakan purpose sampling dan data yang digunakan

diperoleh dari Website Bank Indonesia dan OJK. Penelitian ini

menyebutkan bahwa CAR secara parsial tidak berpengaruh terhadap ROA,

NPF secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen ROA,

FDR secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen ROA CAR

1
Nuke Wulandari, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Perfoming Financing
(NPF), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) Terhadap Return on Assets (ROA) dan Return on
Equity (ROE) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Studi kasus pada BPRS di Wilayah
Jabodetabek”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hiyatullah Jakarta, 2016.
secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen ROE, NPF

secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen ROE, FDR

secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen ROE.

Perbedaan dengan penelitian ini dengan penelitian yang akan

dilakukan yaitu pada variabel dan tempat penelitiannya. Penelitian ini

menggunakan lima variabel sedangkan penelitian yang dilakukan

menggunakan dua variabel. Penelitian ini dilakukan di BPRS Jabodetabek

sedangkan penelitian yang akan dilakukan di BUS seluruh Indonesia.

Kedua, Penelitian oleh Erlyta Dhessy Irmawati2 yang menguji

FDR, Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Sewa

Menyewa dan NPF Terhadap Profitabilitas, Penelitian ini dilakukan untuk

menguji pengaruh variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Pembiayaan

Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, Pembiayaan Sewa, dan Non Performing

Financing (NPF) terhadap profitabilitas yang dihitung dengan Return On

Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data

Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan Bank Umum Syariah periode

2009-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Financing to Deposit

Ratio (FDR) dan Non Performing Financng (NPF) tidak berpengaruh

signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Pembiayaan jual beli,

pembiayaan bagi hasil, dan pembiayaan sewa menyewa berpengaruh

positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Kemampuan prediksi


2
Erlyta Dhessy Irmawati, “Pengaruh FDR Pembiayaan Jual Beli Pembiayaan Bagi Hasil
Pembiayaan Sewa Menyewa dan NPF Terhadap Profitabilitas studi pada Bank Umum Syariah
tahun 2009-2013”, skripsi Universitas Diponegoro Semarang, 2014.

12
dari kelima variabel independen terhadap ROA sebesar 73,8%, sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh faktor di luar model penelitian.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

terletak pada variabelnya dan tahun penelitiannya . Penelitian ini

menggunakan enam variabel sedangkan penelitian yang akan dilakukan

menggunakan dua variabel. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009-

2013, sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada tahun 2016-2019.

Ketiga, Penelitian oleh Mufqi Firaldi3. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis Pengaruh dari Dana Pihak Ketiga (DPK), Non

Performing Financing (NPF), dan Tingkat Inflasi Terhadap Total

Pembiayaan yang diberikan Kepada Masyarakat oleh Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia.

Data yang digunakan adalah data bulanan yang dikeluarkan oleh

Bank Indonesia dalam statistik Perbankan Syariah periode januari 2007 –

oktober 2012. Penelitian ini menggunakan uji kointegrasi untuk melihat

hubungan jangka panjang, dan menggunakan model koreksi kesalahan

untuk melihat hubungan jangka pendek.

Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa Dana Pihak

Ketiga mempuyai Pengaruh jangka pendek terhadap Total Pembiayaan,

Non Performing Financing mempunyai pengaruh jangka pendek terhadap

Total Pembiayaan, dan Inflasi tidak mempunyai pengaruh terhadap Total

3
Mufqi Firaldi, “ Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing (NPF), dan Tingkat Inflasi Terhadap Total Pembiayaan yang diberikan oleh BPR
Syariah di Indonesia Periode : Januari 2007-Oktober 2012”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013.

13
Pembiayaan yang diberikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di

Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah berbeda pada studi kasus, jumlah variabel yang digunakan serta uji

yang akan dilakukan pada variabel yang digunakan.

Keempat, Penelitian oleh Annisa Sekarwati4, penelitian ini

dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh kecukupan modal berdasar

Capital Adequacy Ratio (CAR), dana pihak ketiga (DPK), biaya

operasional berdasar BOPO, pembiayaan bermasalah berdasarkan Non

Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas yang tercermin dari

Return on Assets (ROA) dengan penyaluran pembiayaan berdasarkan

Financing to Deposit Ratio (FDR) sebagai variabel intervening pada

Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2013 sampai 2017.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan

menggunakan path analysis atau analisis jalur sebagai analisis data.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berbentuk time series data

bulanan Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dana

pihak ketiga (DPK), biaya operasional terhadap pendapatan operasional

(BOPO), Non Permorming Financing (NPF) dan Financing to Deposit

Ratio (FDR) pada Perbankan Syariah di Indonesia periode Januari 2013

sampai Desember 2017.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Secara parsial variabel

CAR, DPK dan NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return
4
Annisa Sekarwati, “Pengaruh CAR, DPK, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas
dengan FDR sebagai Variabel Intervening pada Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2013 –
2017”, Skripsi, IAIN Salatiga, 2018

14
On Assets (ROA). Sedangkan BOPO dan FDR tidak berpengaruh

signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Secara simultan variabel

CAR, DPK, BOPO dan NPF berpengaruh signifikan terhadap Return On

Assets (ROA).

Untuk hasil analisis jalur diperoleh hasil bahwa Variabel Financing

to Deposit Ratio (FDR) tidak memediasi dalam pengaruh CAR, DPK,

BOPO, NPF dan FDR satu tahun sebelumnya terhadap Return On Assets

(ROA). Perbedaan penelitian ini dan penelitian yang akan digunakan

terletak pada jumlah variabel yang digunakan dan teknik analisis data yang

akan digunakan.

Kelima, Penelitian oleh Uswatun Khasannah (2017)5, Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),

Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan

Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Inflasi

terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah di Indonesia.

Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif dengan populasi bank umum

syariah yang terdaftar di Bank Indonesia. Sedangkan sampel penelitian ini

ditentukan dengan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan

adalah data sekunder, metode analisis yang digunakan adalah analisis

regresi linier berganda.

5
Uswatun Khasanah, “Pengaruh CAR, NPF, BOPO, FDR dan Inflasi Terhadap Return
On Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah di Inonesia Periode (2012-2016)”, Skripsi Institut
Agama Islam Negeri Salatiga,2017.

15
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel CAR

berpengaruh positif dan signifikan terhadap, variabel NPF tidak

berpengaruh terhadap ROA, variabel BOPO berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ROA, variabel FDR tidak berpengaruh terhadap ROA,

variabel Inflasi tidak berpengaruh terhadap ROA, dan secara simultan

variabel CAR, NPF, BOPO, FDR, dan Inflasi berpengaruh positif

signifikan terhadap ROA pada bank umum syariah di Indonesia. Perbedaan

penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan terletak pada jumlah

variabel yang digunakan serta metodologi penelitian yang akan digunakan.

B. Hubungan Antar Variabel

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh misbachul munir

dengan judul penelitian Analisis Pengaruh CAR, NPF, FDR dan Inflasi

terhadap Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia menunjukan

bahwa nilai probabilitas Non Performing Financing (NPF) secara parsial

memiliki pengaruh positif dan signifikan terahadap pembiayaan pada

perbankan syariah di Indonesia. Berdasarkan nilai profitabilitas Non

Performing Financing (NPF) yang memiliki pengaruh positif terhadap

pembiayaan, maka kinerja bank syariah dapat dikategorikan baik. Dengan

makna lain, tingkat kegagalan dalam pembayaran yang disalurkan oleh

bank syariah termasuk kedalam golongan rendah.6

Hubungan antar variabel Non Performing Financing (NPF) dengan

Pembiayaan Musyarakah. Dalam penelitian ini Non Performing Financing


6
Misbachul Munir, “Analisis pengaruh CAR, NPF, FDR, dan Inflasi terhadap
Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia”, Journal Of Islamic Economics, Finance
and Banking, 2018, vol.1, no. 1&2, hal. 95.

16
(NPF) sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan. Menurut

penelitian Diana Djuwita, peningkatan Non Performing Financing (NPF)

dalam jumlah yang sangat besar dapat mengacaukan kekuatan bank, oleh

karena itu bank dituntut untuk konsisten menjaga pembiayaan agar tidak

pada posisi Non Performing Financing (NPF) yang tinggi. Bank Indonesia

menetapkan tingkat Non Performing Financing (NPF) yang wajar sebesar

5% dari total pembiayaan.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar II.1

NPF (X1)
Total
Produk Pembiayaan
(Y)

Sumber : Diolah penulis hasil gambar kerangka peneliti

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa

variabel X atau variabel Independen (bebas) dalam penelitian ini terdiri

dari Non Performing Financing (NPF). Selain itu terdapat pula variabel

dependen atau variabel terikat (Y) yaitu total produk pembiayaan.

17
D. Landasan Teoritis

a. Bank Umum Syariah

1. Pengertian Bank Umum Syariah

Perbankan adalah suatu lembaga keuangan yang memiliki peran

penting dalam pembangunan suatu negara.7 Hal ini disebabkan bank

adalah lembaga intermediasi keuangan yang pada umumnya dibangun

dengan kewenangan untuk menghimpun dana dari masyarakat

berbentuk simpanan dan melakukan penyaluran kepada masyarakat

dalam bentuk kredit ataupun bentuk yang lainnya, dalam rangka

meningkatkan kehidupan masyarakat.

Perbankan syariah hadir di Indonesia untuk menawarkan sistem

perbankan alternatif bagi umat Islam yang membutuhkan atau ingin

memperoleh layanan jasa perbankan tanpa adanya riba. 8 Semakin ketat

persaingan antara bank syariah maupun bank konvensional, membuat

bank syariah dituntut untuk memiliki kinerja yang bagus agar mampu

bersaing dalam ruang lingkup pasar perbankan di Indonesia. 9

Kegiatan usaha bank syariah pada umumnya adalah perluasan jasa

perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan pembayaran dengan

imbalan yang tidak didasarkan pada sistem bunga, melainkan atas

dasar prinsip syariah. Menurut sudarsono, fungsi dan peran bank

syariah diantaranya yaitu, sebagai manajer investasi, maksudnya

7
Rivai, Veithzal dan Arviyan, Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal 34.
8
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2013), hal.67.
9
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta:Pustaka Alvabet 2009),
hal.44.

18
adalah bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah, lalu bank

syariah juga dapat berfungsi sebagai investor, artinya bank syariah

dapat melakukan investasi dana yang dimiliki ataupun dana nasabah

yang telah diamanahkan kepada pihak bank syariah.10

Selain itu, bank syariah juga berfungsi sebagai penyedia jasa

keuangan dan lalu lintas pembayaran, maknanya bank syariah dapat

melakukan kegiatan jasa pelayanan bank syariah sebagaimana

biasanya dan yang terakhir bank syariah berfungsi sebagai pelaksana

kegiatan social, sebagai salah satu cirri khas yang dimiliki oleh entitas

keuangan syariah, bank syariah wajib untuk mengeluarkan dan

mengelola zakat serta dana sosial lainnya.

Bank syariah melakukan kegiatan operasional dengan menghimpun

dana dari masyarakat, dana yang telah dihimpun kemudian akan

disalurkan kembali kepada nasabah. Bank syariah menyatakan bahwa

sebagian besar memberikan kontribusinya sebagai sumber penghasilan

bank yang berasal dari penyaluran pembiayaan.11

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut Undang-Undang

Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 Pasal 1 ayat 13 adalah aturan

perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain

pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan

berdasarkan penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli dengan

10
Abdurahim Ahim, Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2013),
hal.42.
11
Nanang Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo
Pustaka 2013), hal.50.

19
prinsip sewa menyewa (ijarah), atau dengan adanya pilihan

pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh

pihak lain (ijarah wal iqtina).12

Menurut siamat, bentuk penyaluran dana atau pembiayaan yang

dilakukan oleh bank syariah dalam melaksanakan operasinya secara

garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4 prinsip, yaitu prinsip jual

beli (ba`i), prinsip bagi hasil, prinsip sewa menyewa serta prinsip

pinjaman berdasarkan akad qardh.13

Bank adalah substansi bisnis yang mengumpulkan aset dari

masyarakat umum dan menyebarkannya kembali ke daerah setempat

untuk memperbaiki taraf hidup individu yang berkeliaran.14 Bank

Usaha Syariah dalam pelaksanaannya menawarkan jenis bantuan

dalam lalu lintas angsuran.15 Mengingat Undang-Undang Perbankan

Syariah Nomor 21 Tahun 2008 menyebutkan bahwa perbankan syariah

adalah semua yang mengkhawatirkan bank syariah dan unit khusus

syariah, termasuk yayasan, latihan bisnis, serta teknik dan siklus dalam

melakukan latihan bisnisnya. Bank syariah bergantung pada standar

syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Usaha Syariah, Unit

Khusus Syariah, dan Bank Negara Syariah.16

12
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), hal.67.
13
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI
2007), Hal. 78.
14
Ahmad Ifham Sholihin, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 2.
15
Khotibul Umam, Trend Pembentukan Bank Umum Syariah, (Yogyakarta:
BPFEYogyakarta, 2009), hlm. 40.
16
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta/: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 33.

20
2. Karakteristik Bank Umum Syariah

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Bank Umum

Syariah dalam sistem operasional perbankan tidak diperbolehkan

melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.

a. Melakukan kegiatan jual beli secara langsung dipasar modal

b. Melakaukan kegiataan penyertaan modal pada perusahaan yang

tidak diperbolehkan berdasarkan prinsip syariah, kecuali

menyelesaikan latihan value support di Bank Usaha Syariah atau

organisasi moneter yang melakukan latihan bisnis yang

bergantung pada standar syariah dan mengarahkan pelaksanaan

impermanent value interest untuk mengatasi hasil dari

kekecewaan pembiayaan yang bergantung pada standar syariah,

dengan syarat harus mencabut kerja samanya.

c. Mengarahkan kegiatan usaha proteksi, selain sebagai spesialis

showcasing item proteksi syariah.17

3. Kegiatan Usaha Bank Syariah

Adapun kegiatan-kegiatan Bank Umum Syariah sebagai berikut:18

a. Kegiatan penghimpu nan dana dari masyarakat (funding) dalam

bentuk:

1) Simpanan berupa giro, tabungan atau dalam bentuk lain yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi`ah atau akad

lain yang tidak beretentangan dengan prinsip syariah.


17
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, (Kencana: PT
Kharisma Putra Utama, 2015), hal. 32-33
18
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 38- 39.

21
2) Investasi sebagai simpanan, dana cadangan, atau struktur

serupa lainnya yang bergantung pada akad mudharabah atau

perjanjian berbeda yang tidak bertentangan dengan standar

syariah.

b. Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat dalam bentuk:19

1) Pembiayaan dengan pedoman bagi hasil tergantung akad

mudharabah dan musyarakah, atau akad lain yang tidak

bertentangan.

2) Pembiayaan dengan transaksi jual beli berdasarkan akad

murabahah, salam, dan istishna‟, atau akad lain yang

bertentangan dengan prinsip syariah.

3) Pembiayaan berdasarkan akad qard atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah.

4) Untuk mendukung pesewaan properti bergerak atau properti

yang kuat kepada pelanggan yang mengandalkan ijarah atau

pentingnya sewa ijarah muntahiyah bittamlik.

5) Pengambilan utang berdasarkan akad hiwalah.

6) Menjalankan bisnis kartu debet dan atau kartu pembiayaan

berdasarkan prinsp syariah.

7) Membeli, menjual, atau memastikan atau membahayakan

asuransi orang tak tersentuh yang diberikan bergantung pada

perdagangan unik yang bergantung pada pedoman syariah,

19
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, (Kencana: PT Kharisma
Putra Utama, 2015), hlm. 32-33.

22
misalnya akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah,

kafalah, atau hawalah.

8) Gunakan kekuatan untuk membantu berbagai pertemuan

dengan mengandalkan pengaturan sesuai standar syariah.

9) Berikan tempat untuk menyimpan asuransi dan keamanan yang

bertumpu pada prinsip syariah.

10) Melaksanakan kapasitas sebagai wali amanat yang bergantung

pada akad wakalah.

4. Produk-produk Bank Syariah

Adapun produk-produk dalam bank syariah antara lain:

a. Produk Penghimpunan Dana (funding)

1) Tabungan

Tabungan adalah simpanan yang dapat diambil

berdasarkan pemahaman dengan menggunakan buku atau

kartu sebagai strategi penarikan dan dibayar dengan

berbagai manfaat atau hadiah. Tabungan merupakan prinsip

wadiah (titpan) dan mudharabah (kerja sama).20

2) Deposito

Deposito adalah simpanan yang penarikannya harus

dilakukan pada waktu tertentu bergantung pada pemahaman

antara nasabah dan bank21

20
Mohamad Ainun Najib, “Penguatan Prinsip Syariah Pada Produk Bank Syariah”, Jurnal,
2017, diakses 10 Januari 2021, hal. 15-28.
21
Agung Faizal, “Analisis Pengaruh Total Asset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Non
Perfroming Financing (NPF) Terhadap Volume Pembiayaan Bagi Hasil, Pada Bank Umum

23
3) Giro

Catatan terkini, seperti yang ditunjukkan oleh

Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 di

Kashmir (2001),giro adalah simpanan yang penarikannya

harus memungkinkan kapanpun menggunakan cek, bilyet

giro, sarana pembayaran lainnya atau dengan

pemindahbukuan.22

Adapun prinsip operasional yang diterapkan dalam

penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi‟ah dan

mudharabah. Wadi‟ah adalah pertukaran penyimpanan

asset atau barang dagangan dari pemilik kepada investor

atau produk dengan komitmen penyumbang untuk

mengembalikan asset atau barang dagangan tersebut dapat

dipulihkan sewaktu-waktu pada saat dibutuhkan oleh pihak

yang menitipkan.23

Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua

pihak, dimana pihak pertama (shahibul maal) akan

menyediakan modal seluruh (100%), sedangkan pihak

lainnya sebagai pengelola usaha, keuntungan dibagi

Syariah Devisa”, Skripsi, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Bengkulu, 2014, diakses 10 Januari 2021, hal. 26.
22
Muchammad Tegar Andianto, “Penerapan Sistem Bagi Hasil Program Tabungan
Mudharabah, Depositoi Mudharabah, Sera Giro Wadiah, Studi Kasus di Bank Syariah Bukopin,
Bank Muamalat, dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Tengah Kota Surakarta”, Jurnal,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2014, diakses 10 Januari 2021, hal. 7
23
Bambang Murdadi, “Menguji Kesyariahan Akad Wadiah dan Produk Bank Syariah”,
Jurnal, 2015, diakses 10 Januari 2021, hal. 1-6.

24
menurut kesepakatan sedangkan kerugian ditanggung oleh

pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si

pengelola.24

b. Produk Penyaluran Dana

Secara garis besar produk pembiayaan dapat dibagi menjadi

dua jenis, yaitu:

1) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan

untuk pembiayaan yang bersifat konsumtif yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan, seperti pembiayaan pembelian

rumah, kendaraan, pendidikan, dan lainnya.

2) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan

untuk pembiayaan sektor produktif, seperti pembiayaa

modal kerja, pembiayaan mengembangkan bisnis, baik

kreasi, pertukaran dan spekulasi. 25

Secara garis besar produk pembiayaan bagi nasabah yaitu:

c. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli

Adapun pembiayaan dengan prinsip jual beli antara lain:

1. Murabahah

Murabahah adalah kesepakatan untuk mendukung sesuatu

dengan membuktikan label biaya untuk dua pembeli dan

24
Binti Nur Asiyah, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: KALIMEDIA,
2015), hal. 183-184
25
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hal. 42-43

25
pembeli membahas biaya yang lebih besar sebagai

keuntungan yang disepakati.

2. Salam

Salam adalah kesepakatan untuk mendukung sesuatu

dengan meminta dan menangani biaya sebelumnya dengan

syarat-syarat tertetu yang disetujui.

3. Istishna`

Istishna‟ adalah kontrak pembiayaan produk sebagai

permintaan peraktikan barang dagangan yakin dengan

standar dan ketentuan yakin yang ditetapkan antara pembeli

atau pembeli dan penjual atau produsen.26

b. Non Perforning Financing (NPF)

1. Pengertian Non Performing Financing (NPF)

Standar untuk melakukan penilaian kesehatan terhadap suatu bank

telah ditentukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia. Setiap bank

diharuskan untuk membuat laporan baik itu bersifat rutin ataupun

secara berkala yang mencakup seluruh aktivitasnya dalam suatu

periode tertentu. Berdasarkan laporan ini, bank akan mempelajari dan

menganalisis kondisi kesehatan bank tersebut sehingga mempermudah

bank tersebut untuk memperbaiki kondisi kesehatan bank.27

Aktivitas penyaluran dana kepada masyarakat, merupakan aktivitas

yang menghasilkan keuntungan dan juga memanfaatlan dana yang idle


26
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), hal.
76-81
27
Kasmir, “Pemasaran Bank”, (Jakarta: Kencana, 2010), hal.39-40.

26
(idle fund) karena bank telah membayar sejumlah tertentu terhadap

dana yang telah dihimpunnya. Bank tidak boleh membiarkan dana

masyarakat menumpuk dan harus segera melakukan penyaluran dana

kepada masayrakat yang membutuhkan agar dapat memperoleh laba

atas dana yang telah disalurkan olehnya. Penyaluran dana dapat

berbentuk pembiayaan yang menempati porsi terbesar dalam asset

setiap bank.28

Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan yang tidak

dapat atau berpotensi untuk tidak mampu mengembalikan pembiayaan

berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui dan ditetapkan bersama

secara tiba-tiba tanpa menunjukkan 37 tanda-tanda terlebih dahulu.

Pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam

pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang

diinginkan pihak bank seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil

yang bermasalah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya

resiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk

golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar

yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.

Non Performing Financing dalam perbankan Syariah atau Non

Performing Loans dalam perbankan konvensional adalah jumlah kredit

yang tergolong tidak lancar/macet yaitu dengan kualitas kurang lancar,

diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang

28
Ismail, “Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi”, (Jakarta:Kencana, 2010),
hal.5-6.

27
kualitas aktiva produktif. Status NPF pada prinsipnya didasarkan pada

ketepatan waktu bagi nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik

berupa bunga maupun pengembalian pokok pinjaman. Proses

pemberian dan pengelolaan kredit yang baik diharapkan dapat

menekan NPF sekecil mungkin, dengan kata lain tingginya NPF sangat

dipengaruhi oleh kemampuan bankbank syariah dalam menjalankan

proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan

kredit, termasuk tindakan pemantauan (monitoring) setelah kredit

disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi

penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar 29 Non Performing

Financing (NPF) dihitung dengan membandingkan jumlah pembiayaan

bermasalah dengan total pembiayaan yang dimiliki oleh bank. Menurut

Bank Indonesia pembiayaan bermasalah dapat dikategorikan ke dalam

tiga kategori, yakni kurang lancar, diragukan, dan macet.

Peningkatan NPF dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan

masalah bagi kesehatan bank, oleh karena itu bank dituntut untuk

selalu menjaga pembiayaan tidak dalam posisi NPF yang tinggi. Bank

Indonesia menetapkan tingkat NPF yang wajar adalah kurang dari

sama dengan (≤ ) 5% dari total pembiayaan30 .

Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio Pembiayaan

bermasalah di suatu bank. Apabila pembiayaan bermasalah meningkat

maka rasio terjadinya penurunan profitabilitas semakin besar. Apabila

29
As. Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, (Jakarta Pustaka Sinar2002), hal.20.
30
www.bi.go.id., diakses pada 04 maret 2021.

28
profitabilitas menurun, maka kemampuan bank dalam melakukan

ekspansi pembiayaan berkurang dan laju pembiayaan menjadi turun.

Risiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu resiko

usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali pinjaman

yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukan oleh pihak

bank.31

Non Performing Financing (NPF) merupakan pembiayaan

bermasalah. Untuk mencapai profitabilitas yang optimal, bank akan

dihadapkan dengan berbagai resiko, salah satunya adalah resiko utama

yang dihadapi oleh perbankan karna aktivitas utama perbankan syariah

di Indonesia sebagaian besar berupa aktivitas penyaluran pembiayaan.

Selain itu, risiko pembiayaan lebih banyak dioengaruhi oleh faktor

eksternal, yaitu keadaan ekonomi makro dan tingkat persaingan

industri. Resiko pembiayaan dapat dilihat dari besarnya rasio Non

Performing Financing (NPF).32

Muhammad menjelaskan bahwa kegiatan penanaman dana dapat

menimbulkan risiko kerugian. Risiko kerugian ini dapat berasal dari

adanya pembiayaan bermasalah yang dihadapi bank. Non Performing

31
Suryantok, „‟Pengaruh Financing Deposito Ratio (FDR), Capital Adequancy Ratio
(CAR) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas BPRS Di Provinsi Daerah
Yogyakarta, Skripsi , Program studi Akutansi, Jurusan Pendidikan Akutansi , Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Yogyakarta. 2018. Hal. 18.
32
Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan, (Yogyakarta: Penerbit BPFE 2002),
hal.45.

29
Financing (NPF) merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui

berapa besar pembiayaan yang dihadapi bank.33

Purbaningsih (2014) menyatakan NPF yang semakin besar akan

menyebabkan pendapatan yang diterima bank semakin berkurang,

sehingga apabila pendapatan yang diterima semakin berkurang maka

akan menurunkan profitabilitas (ROA). Profil resiko pembiayaan suatu

bank dapat dilihat dari resiko pembiayaan bermasalah (Non

Performing Financing). Semakin tinggi Non Performing Finacing

(NPF) semakin tinggi pula resiko yang dihadapi bank. Variabel NPF

mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap pembiayaan

Artinya jika persentase NPF meningkat maka persentase pembiayaan

yang disalurkan oleh bank syariah akan berkurang, dengan asumsi

variabel lain tetap.

Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing

(NPF) pada perbankan syariah yang tinggi dapat mengakibatkan tidak

bekerjanya fungsi intermediasi bank secara optimal karena mengurangi

atau menurunkan perputaran dana bank, sehingga memperkecil

kesempatan bank memperoleh pendapatan. Apabila dana di bank

berkurang maka akan pula mengurangi pembiayaan yang diberikan

oleh bank kepada masyarakat.34

Hasil penelitian Moch. Soedarto menyimpulkan bahwa pada taraf

signifikansi 5% jumlah kredit non lancar berpengaruh negatif


33
Ismail, Akuntansi Bank, (Jakarta: Kencana, 2012),hal. 16.
34
Eddie Rinaldy, Membaca Neraca Bank, (Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing,
2008), hal. 10.

30
signifikan terhadap besarkecilnya pemberian kredit. Oleh karena itu

semakin besar kredit non lancar maka jumlah kredit yang dapat

disalurkan oleh Bank Syariah semakin kecil, begitu sebaliknya.

E. Hipotesis

Hipotesis yaitu suatu dugaan atau jawaban sementara yang harus

dibuktikan kebenarannya melalui sebuah penelitian. Menurut Kerlinger,

hipotesis ialah suatu pernyataan kira-kira atau suatu dugaan sementara

mengenai hubungan antara dua atau lebih variable.35

Berdasarkan permasalahan yang diteliti ini, hipotesis penelitian

yang diajukan dapat dirumuskan: diduga pengaruh Non Performing

Financing (NPF) berpengaruh signifikan terhadap total pembiayaan pada

Bank Umum Syariah di Indonesia. Didalam penelitian ini penulis

memberikan kesimpulan atau hipotesis sebagai jawaban awal dari

permasalahan ini, diantaranya sebagai berikut :

Hipotesis 1:

H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara Non Performing Financing

(NPF) terhadap total pembiayaan pada Bank Umum Syariah di Indonesia

tahun 2016-2019

H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara jumlah akad terhadap total

pembiyaan pada Bank Umum Syariah periode 2016-2019

35
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan,(Jakarta: PT. Kencana, 2017), hal. 131.

31
Hipotesis 2:

H1 : Non Performing Financing (NPF) tidak memiliki pengaruh terhadap

total pembiayaan pada Bank Umum Syariah periode 2016-2019.

H0 : Total Pembiayaan memiliki pengaruh signifikan jika Non Performing

Financing (NPF) tidak mengalamai kenaikan pada Bank Umum Syariah

periode 2016-2019.

32

Anda mungkin juga menyukai