Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik


Indonesia Nomor 1 Tahun 2021 tentang Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Fungsi dari ASN ada 3 yaitu: pelaksana kebijakan publik,
pelayanan publik, perekat dan pemersatu bangsa. Salah satu fungsi ASN
yang sering kita temui adalah sebagai pelayanan publik. Sebagai pelayan
publik, ASN menjalankan fungsi dan tugasnya dengan memberikan
pelayanan publik yang profesional dan berintegritas secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) sebelum diangkat menjadi
ASN diwajibkan mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar. Berdasarkan
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara No.1 Tahun 2021
tentang Pelatihan Dasar bagi CPNS, diselenggarakan untuk membentuk
ASN yang profesional dan berkarakter yang bertujuan untuk
mengembangkan kompetensi CPNS secara terintegrasi. Kompetensi
diukur berdasarkan kemampuan sikap perilaku bela Negara,
mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui pembelajaran Manajemen
ASN dan Smart ASN, dan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar dalam
melaksanakan tugas dan jabatannya. Oleh karena itu, pemerintah
berusaha membentuk ASN yang berkualitas, profesional dan berkarakter,
Melalui Pelatihan Dasar CPNS pola baru ini, ASN diharapkan dapat
bekomitmen untuk selalu menjalankan nilai-nilai dasar PNS yaitu
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif yang disingkat menjadi BerAKHLAK dalam menjalankan tugas
dan fungsinya di masing-masing instansi kerja.
Pendidikan dan pelatihan dasar tersebut diinternalisasi dalam diri
ASN dan akan diaktualisasikan di instansi kerja masing-masing peserta.
Hal ini dilakukan, agar nilai-nilai dasar tersebut dapat berjalan dengan
baik dan tujuan yang ada didalamnya dapat tercapai, maka perlu dibuat
suatu rancangan aktualisasi oleh peserta Pelatihan Dasar yang berisi
tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan atau diaktualisasikan
dengan menerapkan nilai-nilai dasar ASN diunit kerja masing-masing.
Unit Kerja yang akan dibahas untuk rancangan aktualisasi kegiatan ini
adalah UPT Puskesmas Karang Intan 2.
Menurut Permenkes RI Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM)
dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya
kuratif maupun rehabilitatif diwilayah kerjanya. Salah satu jenis tenaga
kesehatan yang wajib dimiliki puskesmas adalah perawat. Perawat
dituntut untuk profesional dan kompeten dalam memberikan layanan
asuhan keperawatan. Menurut Permenkes RI Nomor 26 Tahun 2019
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan, tugas Jabatan fungsional perawat salah satunya
melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling. Menurut Permenpan
RB No 35 tahun 2019 tugas pokok dan fungsi perawat ahli pertama
antara lain: melakukan pendidikan kesehatan pada individu, kelompok
dan masyarakat, dan melakukan upaya peningkatan kepatuhan
kewaspadaan standar pada pasien atau petugas atau pengunjung
sebagai upaya pencegahan infeksi.
Pedoman mengenai Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
tertuang dalam Permenkes RI No 27 Tahun 2017. Pelaksanaan PPI di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilakukan dirumah sakit, puskesmas,
klinik, dan praktik mandiri tenaga kesehatan. Program PPI merupakan
salah satu standar mutu pelayanan puskesmas. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk mencegah atau
meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas baik tenaga
kesehatan maupun petugas lainnya termasuk satpam, pengunjung di
fasilitas pelayanan kesehatan. Penyakit Infeksi terkait fasilitas pelayanan
kesehatan atau Healthcare Associated Infection (HAIs) merupakan salah
satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.
Infeksi ini merupakan komplikasi tersering pada pasien yang menjalani
rawat inap. HAIs ini berdampak secara langsung karena dapat
menyebabkan meningkatnya penyakit Infeksi terkait fasilitas pelayanan
kesehatan atau HAIS (Health Care Associated Infections), memudahkan
terjadinya penyebaran penyakit infeksi saluran pernafasan yang
ditularkan melalui droplet dan airborne apabila batuk dan bersin
sembarangan dan meningkatnya beban kerja tenaga kesehatan akibat
dari timbulnya penyakit infeksi dari percikan batuk/bersin. Secara prinsip,
kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah jika fasilitas pelayanan
kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI.
Pelaksanaan PPI dilakukan melalui penerapan prinsip kewaspadaan
standar dan prinsip kewaspadaan berdasarkan transmisi. Kewaspadaan
standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk diterapkan
secara rutin dalam perawatan seluruh pasien difasilitas pelayanan
kesehatan. Kewaspadaan transmisi merupakan kewaspadaan terhadap
pasien yang menjalani rawat inap yang dilakukan setelah jenis infeksinya
sudah terdiagnosa atau diketahui. Jadi, kewaspadaan transmisi ini
diterapkan pada pasien yang sudah terinfeksi virus/bakteri tertentu.
Kewaspadaan berdasarkan transmisi terdiri dari kewaspadaan percikan
(droplet) dan kewaspadaan udara (airborne). Oleh sebab itu, sangat
penting pemahaman dan kepatuhan petugas kesehatan untuk
menerapkan kewaspadaan standar dan transmisi untuk memutus rantai
penularan penyebab infeksi. Komponen kewaspadaan standar ada 11,
yaitu kebersihan tangan, Alat Pelindung Diri (APD), dekontaminasi
peralatan perawatan pasien, kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah,
penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan
pasien, praktik menyuntik yang aman, praktik lumbal pungsi yang aman
dan kebersihan respirasi/etika batuk dan bersin.
Batuk merupakan respons alami tubuh untuk membersihkan saluran
pernafasan dari lendir atau iritasi akibat benda asing seperti debu atau
asap. Batuk berfungsi sebagai imun atau perlindungan tubuh terhadap
benda asing yang masuk ke saluran pernafasan. Tetapi batuk dapat juga
menandakan gejala dari suatu penyakit. Jika kondisi batuk tersebut
berlangsung berminggu-minggu dan tidak kunjung sembuh. Hal ini bisa
jadi pertanda adanya penyakit asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK), Tuberkulosis, Bronkhitis Kronis dan kanker paru-paru.
Kebersihan pernapasan/etika batuk dan bersin diterapkan untuk semua
orang terutama pada kasus infeksi dengan jenis transimisi udara
(airborne) dan percikan (droplet). Penyebaran penyakit melalui udara dan
droplet ini terjadi ketika orang yang sakit berbicara, batuk, atau bersin
mengeluarkan partikel-partikel virus/bakteri dari tubuhnya. Partikel
virus/kuman tersebut kemudian beterbangan diudara dan menempel
pada mata, mulut, atau hidung orang yang sehat. Penularan melalui
droplet dan airborne adalah rute penularan yang umumnya terjadi pada
infeksi saluran pernafasan. Infeksi melalui airborne contohnya
mycobacterium tuberculosis dan virus influenza. Infeksi melalui droplet
contohnya COVID-19.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan
penulis selama bekerja 2 bulan sebagai perawat ahli pertama di UPT
Puskesmas Karang Intan 2 penerapan kewaspadaan standar dalam hal
kebersihan respirasi/etika batuk dan bersin pada pasien ataupun
pengunjung masih belum terlaksana secara optimal. Hal ini didasari oleh
fakta yang ditemui di UPT Puskesmas Karang Intan 2, yaitu penulis
menemukan sebagian pengunjung dan keluarga pasien tidak mengetahui
tentang etika batuk dan bersin yang benar, ditemukannya pengunjung
saat berkunjung ke ruang perawatan pasien dalam kondisi batuk dan
tidak memakai masker. Hal ini dapat berdampak pada kesembuhan
pasien dan keselamatan keluarga pasien.
Etika batuk dan bersin adalah tata cara batuk yang baik dan benar
dengan cara menutup hidung dan mulut dengan menggunakan tisu atau
lengan baju atas bagian dalam, dan memakai masker. Kemudian tisu
tersebut dibuang ke tempat sampah dan melakukan cuci tangan
menggunakan sabun dengan air bersih atau antiseptik berbasis alkohol.
Pengetahuan tentang etika batuk dan bersin yang benar bagi pasien dan
pengunjung sangat penting untuk diketahui, karena merupakan salah
satu elemen kunci dalam upaya pencegahan penyebaran bakteri atau
virus yang ditimbulkan dari percikan batuk dan bersin.
Banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya permasalahan ini,
diantaranya yaitu belum pernah ada pendidikan kesehatan mengenai
etika batuk dan bersin yang benar, media edukasi kesehatan seperti
leaflet atau poster tentang etika batuk dan bersin tidak tersedia, belum
adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang etika batuk dan
bersin, kurangnya tingkat kesadaran pasien dan pengunjung tentang
dampak batuk dan bersin sembarangan.
Bentuk lain dari kurangnya pengetahuan keluarga atau pengunjung
tentang etika batuk dan bersin adalah pengunjung tidak memakai masker
saat dalam kondisi flu atau batuk. Padahal seharusnya keluarga atau
pengunjung yang sedang flu atau batuk harus menggunakan masker dan
tidak meletakkan masker bekas dipakai pada leher. Hal ini dapat
menyebarkan kembali virus dan bakteri ketika digunakan kembali. Untuk
itu, diperlukan adanya peningkatan pengetahuan tentang etika batuk dan
bersin yang benar dari perawat agar pasien dan pengunjung bisa
mengetahui tentang etika batuk dan bersin yang benar.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka
penulis mengambil kesimpulan bahwa masih banyak pasien, keluarga
dan pengunjung belum mengetahui etika batuk dan bersin yang benar,
Sehingga penulis mengangkat isu yang paling utama yaitu kurangnya
pengetahuan pasien, keluarga dan pengunjung mengenai etika batuk dan
bersin yang benar di UPT Puskesmas Karang Intan 2 dengan
memberikan pendidikan kesehatan. Hal ini dilakukan sesuai dengan
salah satu tugas pokok dan fungsi perawat ahli pertama yaitu melakukan
pendidikan kesehatan pada individu, kelompok dan masyarakat. Edukasi
atau pendidikan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dapat
dilakukan melalui audio visual, leaflet, poster, banner, video melalui TV di
ruang tunggu atau tulisan oleh petugas kesehatan.
Penulis akan melakukan pengaktualisasian nilai-nilai dasar
BerAKHLAK dengan sosialisasi penerapan etika batuk dan bersin dengan
judul rancangan aktualisasi “Optimalisasi Peningkatan Pengetahuan
Pasien, Keluarga Pasien dan Pengunjung tentang Etika Batuk dan Bersin
yang Benar Melalui Pendidikan Kesehatan dengan Media Audio Visual di
UPT Puskesmas Karang Intan 2”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan rancangan aktualisasi dan habituasi di
UPT Puskesmas Karang Intan 2 untuk menerapkan nilai-nilai dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) BerAKHLAK yaitu Berorientasi pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif pada
kegiatan Optimalisasi Peningkatan Pengetahuan Pasien, Keluarga
Pasien dan Pengunjung tentang Etika Batuk dan Bersin yang Benar
Melalui Pendidikan Kesehatan dengan Media Audio Visual di UPT
Puskesmas Karang Intan 2.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan identifikasi isu yang telah ditemukan, tujuan yang akan
dicapai dari dilaksanakannya aktualisasi ini adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya pengetahuan pasien, keluarga pasien dan pengunjung
tentang pentingnya etika batuk dan bersin yang benar untuk
mencegah penularan infeksi khususnya infeksi saluran pernafasan.
b. Terlaksananya pendidikan kesehatan tentang etika batuk dan bersin
yang benar pada Pasien, Keluarga Pasien dan Pengunjung di UPT
Puskesmas Karang Intan 2.
C. lsu Aktualisasi
Proses perancangan aktualisasi dimulai dengan mengidentifikasi isu
yang ada diinstansi penulis bekerja. Berdasarkan hasil observasi penulis
bekerja selama kurang lebih 2 bulan di UPT Puskesmas Karang Intan 2,
terdapat 5 isu aktual yang muncul berdasarkan tugas pokok dan fungsi
penulis. Setelah menemukan 5 isu tersebut. Tahap selanjutnya adalah
melakukan analisis isu aktual menggunakan alat bantu analisis
penetapan kriteria isu dengan metode APKL, sehingga didapatkan 3
isu.Selanjutnya 3 isu tersebut dilakukan penapisan lagi menggunakan
metode USG untuk menentukan isu utama/core isu. Isu utama yang akan
penulis angkat untuk rancangan aktualisasi ini adalah kurangnya
pengetahuan pasien, keluarga dan pengunjung mengenai etika batuk dan
bersin yang benar di UPT Puskesmas Karang Intan 2.
Isu ini diangkat untuk dijadikan rancangan aktualisasi setelah
melakukan konsultasi dengan mentor dan sudah disetujui oleh mentor.
Penyebab isu utama tersebut muncul karena belum pernah ada
sosialisasi kesehatan mengenai etika batuk dan bersin di puskesmas,
belum tersedianya SOP mengenai etika batuk dan bersin, belum adanya
media edukasi kesehatan terkait etika batuk dan bersin, ditemukannya
pengunjung diruang perawatan pasien dalam kondisi batuk atau bersin
tidak menutup mulut atau memakai masker, dan sebagian pasien dan
pengunjung mengatakan tidak mengetahui tata cara etika batuk dan
bersin yang benar.
Tugas pokok dan fungsi perawat antara lain melakukan upaya
peningkatan kepatuhan kewaspadaan standar pada pasien, petugas atau
pengunjung sebagai upaya pencegahan infeksi dan melakukan
pendidikan kesehatan pada individu pasien, kelompok dan masyarakat
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dari semula tidak
mengetahui tentang tata cara etika batuk dan bersin yang benar menjadi
tahu dan paham. Dampak yang akan terjadi jika isu ini tidak diselesaikan
adalah resiko meningkatnya penyakit Infeksi terkait fasilitas pelayanan
kesehatan atau HAIS (Health Care Associated Infections), memudahkan
terjadinya penyebaran penyakit infeksi saluran pernafasan yang
ditularkan melalui droplet dan airborne apabila batuk dan bersin
sembarangan dan meningkatnya beban kerja tenaga kesehatan akibat
dari timbulnya penyakit infeksi dari percikan batuk/bersin. Gagasan
Kreatif dalam upaya penyelesaian isu yaitu pemanfaatan literasi digital
untuk mencari referensi dalam pembuatan video audio visual mengenai
cara etika batuk dan bersin yang benar.
No Masalah/Isu Aktual
1 Kurang lengkapnya pengisian asuhan keperawatan pada status rekam medik pasien
di UPT Puskesmas Karang Intan 2
2 Kurang disiplinnya penerapan program 5 momen cuci tangan pada petugas kesehatan
di UPT Puskesmas Karang Intan 2
3 Kurangnya pengetahuan pasien, keluarga dan pengunjung mengenai etika batuk dan
bersin yang benar di UPT Puskesmas Karang Intan 2
4 Kurangnya kesadaran perawat dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) saat
melakukan pelayanan terhadap pasien di UPT Puskesmas Karang Intan 2
5 Kurangnya kesadaran pengunjung pasien terhadap pembatasan waktu berkunjung
pasien di UPT Puskesmas Karang Intan 2

Teknik Tapisan APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Layak)


No Masalah/Isu A P K L Jumlah Prioritas
1 Kurang lengkapnya pengisian asuhan 5 4 4 4 17 3
keperawatan pada status rekam medik pasien di
UPT Puskesmas Karang Intan 2
2 Kurang disiplinnya penerapan program 5 momen 5 5 4 4 18 2
cuci tangan pada karyawan di UPT Puskesmas
Karang Intan 2
3 Kurangnya pengetahuan pasien, keluarga dan 5 5 5 4 19 1
pengunjung mengenai etika batuk dan bersin
yang benar di UPT Puskesmas Karang Intan 2
4 Kurangnya kesadaran perawat dalam 4 5 4 3 16 4
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) saat
melakukan pelayanan terhadap pasien di UPT
Puskesmas Karang Intan 2
5 Kurangnya kesadaran pengunjung pasien 4 4 4 3 15 5
terhadap pembatasan waktu berkunjung pasien di
UPT Puskesmas Karang Intan 2
Keterangan menggunakan skala likert : 5 (sangat penting), 4 (penting) 3 (cukup penting)
2 (kurang penting) 1 (sangat kurang penting)

Tapisan USG (Urgency, Seriousness, Growth)


No Masalah/Isu U S G Jumlah Prioritas
1 Kurang lengkapnya pengisian asuhan keperawatan pada 3 4 4 11 3
status rekam medik pasien di UPT Puskesmas Karang
Intan 2
2 Kurang disiplinnya penerapan program 5 momen cuci 4 4 4 12 2
tangan pada karyawan di UPT Puskesmas Karang Intan 2
3 Kurangnya pengetahuan pasien, keluarga dan pengunjung 4 5 5 14 1
mengenai etika batuk dan bersin yang benar di UPT
Puskesmas Karang Intan 2
Keterangan : 1 (sangat tidak mendesak) 2 (tidak mendesak) 3 (cukup mendesak) 4 (mendesak)
5 (sangat mendesak)

D. Ruang Lingkup
1. Lokus
Ruang lingkup Rancangan Aktualisasi nilai dasar ini dilakukan
diruang tunggu pasien rawat jalan dan ruang perawatan pasien pada
UPT Puskesmas Karang Intan 2 dengan menerapkan nilai-nilai dasar
ASN BerAKHLAK yaitu Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif dan SMART ASN serta
Manajemen ASN yang menjadi acuan dan komitmen dalam menjalankan
tugas pokok dan fungsi.
2. Fokus
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pemecahan isu antara lain:
a. Melakukan Konsultasi dengan Coach dan Mentor terkait kegiatan
aktualisasi dan habituasi
b. Mengumpulkan bahan dan referensi materi terkait Penyusunan SOP,
media edukasi kesehatan dan kuesioner etika batuk
c. Melakukan koordinasi dengan Atasan dan Ketua Tim PPI terkait
Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) etika batuk dan
bersin
d. Membuat kuesioner terkait etika batuk dan bersin melalui aplikasi
google form
e. Membuat media edukasi kesehatan video dan poster
f. Menentukan waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan tentang etika
batuk dan bersin
g. Melaksanakan pendidikan kesehatan tentang edukasi etika batuk
dan bersin
h. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan pendidikan
kesehatan

3. Waktu
Pelaksanaan kegiatan rancangan aktualisasi ini dilakukan pada saat
masa habituasi selama 30 hari kerja yaitu pada tanggal 02 Juli – 09
Agustus 2022.

Anda mungkin juga menyukai