TENTANG
`
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Djawa Tengah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
sebagaimana telah diubah dengan Undang– Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2022
tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6757);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 307, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5612);
`
9. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Kebidanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6325);
10. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6757);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun
2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5887) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 187, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 6402);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016
tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5942);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 6659);
14. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 159 Tahun 2015);
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/ MENKES
/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 259);
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2013
tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit (Berita
Negara Tahun 2013 Nomor 1053);
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2014
tentang Dewan Pengawas Rumah Sakit (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 360);
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 2036) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun
2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018
tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban
Pasien (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 461);
`
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun
2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
1213);
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 21);
22. Peraturan Bupati Tegal Nomor 83 Tahun 2021
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Tegal;
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
`
8. Praktek Bisnis Yang Sehat adalah penyelenggaraan
fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah
manajemen yang baik dalam rangka pemberian
layanan yang bermutu, berkesinambungan dan
berdaya saing.
9. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeselo Kabupaten
Tegal untuk selanjutnya disebut RSUD dr. Soeselo
Kabupaten Tegal sebagai organisasi bersifat khusus
yang memberikan layanan secara profesional dan telah
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD
(PPK-BLUD) Penuh.
10. Pemilik adalah Pemilik RSUD dr. Soeselo Kabupaten
Tegal yaitu Pemerintah Daerah.
11. Dewan Pengawas adalah unit non struktural pada
RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal yang melakukan
pembinaan dan pengawasan RSUD dr. Soeselo
Kabupaten Tegal secara internal yang bersifat non
teknis perumahsakitan yang melibatkan unsur
masyarakat.
12. Pejabat Pengelola adalah sumber daya manusia pada
RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal yang terdiri dari
Pemimpin, Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis yang
bertanggungjawab terhadap kinerja umum operasional,
pelaksanaan kebijakan Fleksibilitas dan keuangan
BLUD dalam pemberian layanan.
13. Direktur adalah Direktur RSUD dr. Soeselo Kabupaten
Tegal yang berkedudukan sebagai Pemimpin.
14. Wakil Direktur Umum dan Keuangan adalah Wakil
Direktur Umum dan Keuangan RSUD dr. Soeselo
Kabupaten Tegal yang berkedudukan sebagai Pejabat
Keuangan.
15. Wakil Direktur Pelayanan adalah Wakil Direktur
Pelayanan RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal yang
berkedudukan sebagai Pejabat Teknis.
16. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi
masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung di Rumah Sakit.
17. Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis,
dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun
di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik
Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
18. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
19. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
`
Pasal 2
BAB II
HAK PASIEN DAN KELUARGA
Bagian Kesatu
Identifikasi, Perlindungan dan
Promosi Hak-Hak Pasien
Paragraf 1
Identifikasi Hak dan Kewajiban Pasien
Pasal 3
`
j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan
tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis,
alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
k. memberikan persetujuan atau menolak atas
tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m. menjalankan ibadah sesuai agama atau
kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya;
n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan di rumah sakit;
o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas
perlakuan rumah sakit terhadap dirinya;
p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya;
q. menggugat dan/atau menuntut rumah sakit
apabila rumah sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana; dan
r. mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak
sesuai dengan standar pelayanan melalui media
cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data medisnya sebagaimana
diamksud pada ayat (2) huruf i termasuk mendapatkan
akses terhadap isi rekam medis.
(3) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
yang akan dilakukan oleh Tenaga Kesehatan terhadap
penyakit yang dideritanya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf k, termasuk hak untuk
memberikan persetujuan atau menolak menjadi bagian
dalam suatu penelitian kesehatan.
(4) Dalam rangka memenuhi hak Pasien untuk
menyampaikan keluhan atau pengaduan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf f dan huruf r, setiap
Rumah Sakit wajib menyediakan unit pelayanan
pengaduan.
(5) Unit pelayanan pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) melakukan pengumpulan informasi,
klarifikasi dan penyelesaian keluhan Pasien atas
ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh
Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit dan/atau prosedur
pelayanan di Rumah Sakit.
(6) Keluhan atau pengaduan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) tersebut harus ditindaklanjuti secara cepat,
adil dan objektif.
`
Pasal 4
`
Paragraf 2
Identifikasi Hak dan Kewajiban
Rumah Sakit
Pasal 5
`
j. melaksanakan sistem rujukan;
k. menolak keinginan pasien yang bertentangan
dengan standar profesi dan etika serta ketentuan
peraturan perundang-undangan;
l. memberikan informasi yang benar, jelas, dan
jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;
m. menghormati dan melindungi hak pasien;
n. melaksanakan etika rumah sakit;
o. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan
penanggulangan bencana;
p. melaksanakan program pemerintah di bidang
kesehatan, baik secara regional maupun nasional;
q. membuat daftar tenaga medis yang melakukan
praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan
tenaga kesehatan lainnya;
r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal
rumah sakit;
s. melindungi dan memberikan bantuan hukum
bagi semua petugas rumah sakit dalam
melaksanakan tugas; dan
t. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit
sebagai kawasan tanpa rokok.
(3) Selain kewajiban sebagaimana tersebut diatas RSUD
dr. Soeselo Kabupaten Tegal mempunyai kewajiban
mengupayakan:
a. keamanan dan pembatasan akses pada unit kerja
tertentu yang memerlukan pengamanan khusus;
dan
b. keamanan Pasien, pengunjung, dan petugas di
rumah sakit.
Paragraf 2
Perlindungan dan Promosi Hak Pasien
Pasal 6
`
g. Pengkajian dan Pengelolaan Nyeri Bagi Pasien;
h. Pelayanan Pasien Tahap Terminal;
i. Pengelolaan Layanan Pengaduan;
j. Permintaan Persetujuan Pasien; dan
k. Kegiatan lainnya berdasarkan kebutuhan RSUD
dr. Soeselo Kabupaten Tegal.
(2) Tata Laksana kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur melalui Panduan yang ditetapkan oleh
Direktur.
Pasal 7
BAB III
PERMINTAAN PERSETUJUAN PASIEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
`
(3) Persetujuan umum dan persetujuan tindakan
kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diberikan oleh Pasien yang kompeten atau
keluarga terdekat.
(4) Pasien yang kompeten sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) adalah Pasien Dewasa atau bukan anak
menurut peraturan perundang-undangan atau
telah/pernah menikah, tidak terganggu kesadaran
fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak
mengalami kemunduran perkembangan (retardasi)
mental dan tidak mengalami penyakin mental sehingga
mampu membuat keputusan secara bebas.
(5) Dalam hal pasien tidak memenuhi syarat sebagai
pasien kompeten sebagaimana dimaksud ayat (4),
maka keluarga terdekat dapat melakukan persetujuan
umum.
Bagian Kedua
Persetujuan Umum
Pasal 9
`
g. Persetujuan tentang perlindungan keamanan
pasien dari serangan fisik dan verbal.
h. Persetujuan tentang pelayanan resusitasi dan
penghentian terapi penunjang kehidupan.
i. Persetujuan tentang pelayanan nyeri
j. Persetujuan tentang layanan pengaduan.
k. Persetujuan tentang biaya dan tanggung jawab
pembayaran.
Bagian Ketiga
Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pasal 10
`
Imunisasi Tetanus Difteri
Imunisasi Polio
Imunisasi Campak
Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi/Vaksin lainnya yang ditetapkan
oleh Direktur.
d. Persetujuan Tindakan Anastesi dilakukan dengan
persetujuan tertulis oleh Dokter Spesialis
Anastesi, antara lain:
Anestesi Lokal
Anastesi General
Anastesi Regional SAB
Anastesi Regional Peridural
e. Persetujuan Pelayanan Poliklinik Rehabilitasi
Medik dilakukan dengan persetujuan tertulis oleh
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik diperuntukan
bagi tindakan kedokteran yang mengandung
resiko tinggi, sebagaimana daftar tindakan yang
ditetapkan oleh Direktur.
(3) Persetujuan tertulis dibuat dalam bentuk pernyataan
yang tertuang dalam formulir khusus yang dibuat
untuk itu. Persetujuan dapat diberikan dalam bentuk
ucapan setuju atau bentuk gerakan menganggukan
kepala yang dapat diartikan sebagai ucapan setuju.
Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan diangggap
meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan
tertulis. Persetujuan tertulis diperlukan pada
keadaan-keadaan sebagai berikut:
a. Bila tindakan terapeutik bersifat kompleks atau
menyangkut risiko atau efek samping yang
bermakna;
b. Bila tindakan kedokteran tersebut bukan dalam
rangka terapi;
c. Bila tindakan kedokteran tersebut memiliki
dampak yang bermakna bagi kedudukan
kepegawaian atau kehidupan pribadi dan sosial
pasien; dan/atau
d. Bila tindakan yang dilakukan adalah bagian dari
suatu penelitian.
(4) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan
jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak
diperlukan persetujuan tindakan kedokteran.
Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran
dalam keadaan gawat darurat diputuskan oleh
dokter/dokter gigi dan dicatat di dalam rekam medik.
Dalam hal dilakukan tindakan kedokteran dokter atau
dokter gigi wajib memberikan penjelasan sesegera
mungkin kepada pasien setelah pasien sadar atau
kepada keluarga terdekat.
`
(5) Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan
atau ditarik kembali oleh yang memberi persetujuan
sebelum dimulainya tindakan. Pembatalan
persetujuan tindakan kedokteran harus dilakukan
secara tertulis oleh yang memberi persetujuan. Segala
akibat yang timbul dari pembatalan persetujuan
tindakan kedokteran menjadi tanggung jawab yang
membatalkan persetujuan.
(6) Pemberian persetujuan tindakan kedokteran tidak
menghapuskan tanggung gugat hukum dalam hal
terbukti adanya kelalaian dalam melakukan tindakan
kedokteran yang mengakibatkan kerugian pada
pasien.
Pasal 11
`
`