Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL

RSUD dr. SOESELO


Alamat : Jln. Dr. Sutomo No.63 Slawi Kabupaten Tegal,
Tlp. (0283) 491016491761,Fax.491016 Slawi 52419
Website:www.rsudsoeselo.tegalkab.go.id, E-mail: kontak@rsudsoeselo.com

DOKUMEN PENGKAJIAN DAN PENGELOLAAN NYERI


PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL

*Identitas Pasien Dirahasiakan

`
`
PANDUAN PENGKAJIAN DAN PENGELOLAAN NYERI
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOESELO
KABUPATEN TEGAL

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOESELO


KABUPATEN TEGAL

Jln. Dr. Sutomo No. 63 Slawi Kabupaten Tegal, Tlp. (0283) 491016 - 491761,
Fax. 491016 Slawi 52419, Website: www.rsudsoeselo.tegalkab.go.id,
E-mail: kontak@rsudsoeselo.com

2022

`
PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOESELO
KABUPATEN TEGAL

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL
NOMOR 71.4 TAHUN 2022

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN PENGKAJIAN DAN PENGELOLAAN NYERI BAGI


PASIEN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOESELO
KABUPATEN TEGAL

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOESELO


KABUPATEN TEGAL,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menerapkan proses untuk


menghargai dan mendukung hak pasien
mendapatkan pengkajian dan pengelolaan nyeri;
b. bahwa dalam rangka memberikan acuan bagi
Petugas pada Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soeselo Kabupaten Tegal dalam proses menerapkan
proses untuk menghargai dan mendukung hak
pasien mendapatkan pengkajian dan pengelolaan
nyeri sebagaimana dimaksud pada huruf a,
dibutuhkan Panduan agar proses perawatan yang
diberikan rumah sakit harus menjunjung tinggi dan
mencerminkan hak dari semua pasien untuk
mendapatkan pengkajian dan tata laksana nyeri
serta pengkajian dan pengelolaan kebutuhan pasien
yang unik dan spesifik di akhir hayatnya dilakukan
secara terstandar, efektif dan efisien;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soeselo Kabupaten Tegal tentang Pemberlakuan
Panduan Pengkajian dan Pengelolaan Nyeri bagi
Pasien pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeselo
Kabupaten Tegal;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran;

`
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang–Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang–Undang
Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan;
7. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018
tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban
Pasien;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 79 Tahun 2018 Tentang Badan Layanan
Umum Daerah;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2020 tentang Akreditasi Rumah
Sakit;
13. Peraturan Bupati Tegal Nomor 83 Tahun 2021
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tegal;
14. Peraturan Bupati Tegal Nomor 22 Tahun 2022
tentang Peraturan Internal Rumah Sakit Pada
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeselo Kabupaten
Tegal;

`
`
BAB IV
TATALAKSANA

1. Dokter dan atau perawat melakukan assesmen nyeri pada semua pasien
dengan menggunakan formulir assesmen nyeri (RM No.04.1 IGD)
2. Perawat melakukan assessment nyeri pada semua pasien dengan
menggunakan formulir assessmen nyeri (RM.02.a)
3. Assesmen nyeri dilakukan saat pertama kali pasien masuk, saat pasien
kontrol, pasca tindakan, saat akan pulang pada pasien yang mengalami
nyeri, setiap ada perubahan dan pasien masuk rawat inap yang
mengalami nyeri.
4. Perawat menentukan skala nyeri pasien dengan menggunakan:
1) Usia lebih dari 9 tahun: Numeric rating scale ( NRS)
2) Usia kurang dari 9 tahun : Wong baker pain rating scale

Untuk menggunakan pengukuran ini, pasien perlu menghitung dan


memperkirakan kuantitas menggunakan angka, sehingga pengukuran
dengan rasio numeral cocok digunakan pada pasien yang sudah mampu
berkomunikasi, yaitu anak usia > 8 tahun, pasien dewasa dan pasien
bersalin.

1. Skala Nyeri VAS (Visual Analogue Scale)


Keterangan :

0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan ; secara obyektif pasien dapat berkomunikasi
dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang ; Secara obyektif pasien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan
baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif pasien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
komunikasi, hanya menangis.

`
2. Faces Rating Scale / Wong Baker Faces (Gambar wajah
tersenyum-cemberut-menangis)

Cara penilaian ini digunakan pada pasien yang tidak dapat


menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka yaitu anak usia
3 – 8 tahun atau pasien anak > 8 tahun, dewasa yang sulit
berkomunikasi.

Wong Baker Faces

0 2 4 6

Keterangan :

Nilai 0 : tidak ada nyeri


Nilai 2 : nyeri dirasakan sedikit saja (nyeri ringan)
Nilai 4 : nyeri dirasakan sedikit banyak (nyeri ringan)
Nilai 6 : nyeri dirasakan lebih banyak (nyeri sedang)
Nilai 8 : nyeri dirasakan keseluruhan (nyeri berat)
Nilai 10 : nyeri sekali dan anak menjadi menangis (nyeri
sangat berat)

5. Dokter dan atau perawat melakukan assesmen nyeri ulang yang


dilakukan berdasarkan skala nyeri pasien ( RM.29.a):
1) Nyeri ringan dilakukan evaluasi ulang setiap 8 jam.
2) Nyeri sedang dilakukan evaluasi ulang setiap 4 jam.
3) Nyeri berat dilakukan evaluasi ulang setiap 2 jam.
6. Perawat melakukan penatalaksanaan nyeri pada sekala ringan.
7. Dokter melakukan penatalaksanaan nyeri pada skala sedang dan berat.
8. Tatalaksana non-farmakologi
a. Berikan heat / cold pack (tidak untuk nyeri pada pasien bersalin).
b. Lakukan reposisi, mobilisasi yang dapat ditoleransi oleh pasien.
c. Latihan relaksasi, seperti tarik napas dalam, bernapas dengan
irama atau pola teratur, dan atau meditasi pernapasan yang
menenangkan.
d. Distraksi / pengalihan perhatian.
9. Tatalaksana farmakologi
a. Terapi yang direkomendasikan oleh WHO berdasarkan konsep WHO
Analgesic Ladder (dosis disesuaikan dengan umur dan berat badan
pasien):

`
Prinsip terapi WHO ini adalah:
1) ”By mouth” yaitu upayakan pemberian secara oral bila
memungkinkan, termasuk untuk opioid.
2) “By the clock” yaitu pemberian secara reguler bukan berdasarkan
kebutuhan.
3) “By the ladder” yaitu pemberian secara bertahap.
a) Langkah pertama:
 Untuk nyeri ringan, mulai dengan pemberian non-opioid
(acetaminofen atau paracetamol, ibuprofen lain), dosis
ditingkatkan dan bila perlu sampai dosis maksimal.
 Gunakan obat tambahan (adjuvant) seperti antidepresan
atau antikonvulsan apabila diperlukan.
 Apabila pasien mengalami nyeri sedang atau berat,
lewatkan langkah pertama.
b) Langkah kedua:
 bila non-opioid tidak dapat mengurangi nyeri secara
adekuat, tambahkan opioid seperti codein, hydrocodone,
tramadol (dikombinasi dengan acetaminofen).
 dapat ditambahkan atau lanjutkan adjuvant bila
diperlukan
c) Langkah ketiga:
 Apabila opioid di atas tidak dapat mengurangi nyeri
secara adekuat, ganti terapi dengan opioid yang tidak
dikombinasi pemberiannya dengan obat lainnya, yang
efektif untuk nyeri berat (misal morphine, oxycodone,
hydromorphone, fentanyl) yang diinnstruksikan oleh
dokter anaestesi atau HCU-ICU.
 dapat ditambahkan atau lanjutkan adjuvant bila
diperlukan.
4) “For the individual” yaitu terapi ditujukan per individu pasien
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
5) Pada pasien anak, saat ini direkomendasikan pemberian terapi
dengan two step strategy yaitu:
a) Langkah pertama: untuk nyeri ringan diberikan paracetamol
dan ibuprofen.
b) Langkah kedua: untuk nyeri sedang hingga berat diberikan
strong opioid (morfin, fentanil). Codeine dan Tramadol dinilai
kurang efektif dan efisien pada anak.
c) Dosis paracetamol dan ibuprofen yang direkomendasikan:

`
d) Dosis awal analgesik opioid untuk neonatus

e) Dosis awal analgesik opioid untuk bayi (usia 1 bulan – 1 tahun)

f) Dosis awal analgesik opioid untuk anak (1-12 tahun)

b. Tatalaksana farmakologis untuk mengurangi nyeri pada pasien


bersalin dilakukan dengan sepengetahuan DPJP, yaitu dengan:
1) Analgesik non opioid : paracetamol, ketoprofen, tramadol (lebih
sering diberikan supositoria).
2) Analgesik opioid dengan anestesi seperti ILA (Intrathecal Labor
Analgesia) sesuai dengan persyaratan tindakan ILA.

Anda mungkin juga menyukai