Anda di halaman 1dari 1

Claude Lèvi-Strauss

Strukturalisme dalam Antropologi

Mengenai struktur, Lévi-Strauss mengatakan bahwa struktur merupakan sistem relasi-relasi (system of
relations) yang saling mempengaruhi.

Mengenai struktur, Lévi-Strauss mengatakan bahwa struktur merupakan sistem relasi-relasi (system of
relations) yang saling mempengaruhi. Dalam hal ini, terbagi menjadi struktur luar (surface structure) dan
struktur dalam (deep structure). Sedangkan transformasi adalah sebuah perubahan pada tataran
permukaan, bukan pada tataran yang lebih dalam. Pada dasarnya, kebudayaan adalah rangkaian
transformasi dari struktur-struktur tertentu yang ada di baliknya, seperti halnya struktur pada not balok.
Dengan demikian, pertanyaan yang dikemukakan ketika menghadapai fenomena budaya adalah: Apakah
fenomena tersebut berstruktur? Seperti apa strukturnya? Bagaimana transformasi strukturalnya? Dalam
strukturalisme, ada penilaian bahwa aktivitas sosial dan hasilnya, misalnya dongeng, upacara, sistem
kekerabatan dan perkawinan, pola tempat tinggal, pakaian dan sebagainya, secara formal semuanya
dapat dikatakan sebagai bahasa, atau lebih tepatnya merupakan perangkat tanda dan simbol yang
menyampaikan pesan-pesan tertentu.

Perlu diketahui, pengertian mitos dalam konteks strukturalisme Lévi-Strauss tidak lain adalah dongeng.
Dongeng merupakan sebuah kisah atau ceritera yang lahir dari hasil imajinasi manusia, khayalan
manusia, walaupun unsur-unsur khayalan tersebut berasal dari apa yang ada dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Dalam dongeng inilah, khayalan manusia memperoleh kebebasannya yang mutlak, karena di
situ tidak ada larangan bagi manusia untuk menciptakan dongeng apa saja. Oleh karena itu, dongeng
merupakan fenomena budaya yang paling tepat untuk diteliti jika ingin mengetahui kekangan-kekangan
yang ada dalam gerak atau dinamika nalar manusia karena pada dasarnya mitos adalah ekspresi dari
unconscious wishes (keinginan-keinginan tidak disadari) yang kadang tidak sesuai dengan kenyataan
sehari-hari (h. 77-79). Unsur-unsur mitos ini berupa miteme-miteme atau relasi-relasi yang disusun
secara sintagmatis dan paradigmatis, sehingga ketika memahami mitos harus dibaca dari kiri ke kanan,
dan dari atas ke bawah, kolom demi kolom, seperti membaca partitur musik orchestra.

Mitos adalah kebalikan dari kenyataan, bukan representasi kenyataan sehari-hari. Jadi, mitos
sebenarnya tidak berupaya melukiskan apa yang ada, namun membenarkan (justify) kekurangan-
kekurangan yang ada dalam kenyataan . “Antropologi menarik orisinalitasnya dari sifat tidak
sadar dari fenomena kolektif” (LéviStrauss 1963a: 18). Hubungannya adalah jenis
dialektik, dan institusi [sosial] yang dijelaskan dalam mitos bisa menjadi kebalikan dari
institusi nyata ”. salah memandang mitos sebagai cerminan realitas sosial. Jadi pada
intinya mitos menggambarkan kondisi yang berkebalikan dengan realita. Sebaimana
dalam Asdiwal yang merepresentasikan masyarakat Tshimisian.

Anda mungkin juga menyukai