Anda di halaman 1dari 343

UJI PUBLIK

DRAF BUKU PELAJARAN


BERLAKU SEMENTARA PADA MASA UJI PUBLIK TERBUKA UNTUK SARAN

Ushul Fikih Kelas XI MA PK


i
Hak Cipta © 2019 pada Kementerian Agama Republik Indonesia
Dilindungi Undang-Undang

MILIK NEGARA
TIDAK
DIPERDAGANGKAN
Disklaimer: Buku siswa ini dipersiapkan pemerintah dalam rangka implementasi
Kurikulum 2013. Buku ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah
koordinasi Kementerian Agama, dan dipergunakan dalam penerapan Kurikulum
2013. Buku ini merupakan “Dokumen Hidup” yang senantiasa diperbaiki,
diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika perubahan zaman.
Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.

Katalog Dalam Terbitan (KDT)Y

INDONESIA, KEMENTERIAN AGAMA

Usul Fikih/Kementerian Agama,- Jakarta : Kementerian Agama 2019.


xx, 265 hlm.

UJI PUBLIK
Untuk Madrasah Aliyah Kelas XI
ISBN XXX-XXX-XXXX-XX-X (jilid lengkap)

ISBN XXX-XXX-XXX-XXX-X (jilid 6)

1. Usul Fikih 1. Judul


II. Kementerian Agama Republik Indonesia

Penulis : Dr. Taufiqur Rohman, M.Sy

Editor : A.Khoirul Anam, M.Sy

Penyelia Penerbitan : Direktorat KSKK

Madrasah
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia

Cetakan Ke-1, 2019


Disusun dengan huruf Time New Roman 12 pt, Helvetica LT Std 24 pt, Adobe Nasakh 18pt

ii Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Bismillah< irrahma} n> irrahi} m>
Alh}amdulilla>hi rabbil ‘a>lami>n, puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah meng-
anugerahkan hidayah, taufiq dan inayah sehingga proses penulisan buku teks pelajaran PAI dan
bahasa Arab pada madrasah ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tercurah keharibaan
Rasulullah SAW. Amin.
Seiring dengan terbitnya KMA Nomor 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum PAI dan Bahasa
Arab pada madrasah, maka Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
menerbitkan buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran PAI dan Bahasa Arab pada madrasah terdiri
dari; al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab untuk jenjang MI, MTs dan MA/
MAK semua peminatan. Keperluan untuk MA Peminatan Keagamaan diterbitkan buku Tafsir, Hadis,
Ilmu Tafsir, Ilmu Hadit, Ushul Fikih, Ilmu Kalam, Akhlak Tasawuf dan Bahasa Arab berbahasa
Indonesia, sedangkan untuk peminatan keagamaan khusus pada MA Program Keagamaan (MAPK)
diterbitkan dengan menggunakan Bahasa Arab.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi di era global mengalami
perubahan yang sangat cepat dan sulit diprediksi. Kurikulum PAI dan Bahasa Arab pada madrasah
harus bisa mengantisipasi cepatnya perubahan tersebut di samping menjalankan mandat mewariskan
budaya-karakter bangsa dan nilai-nilai akhlak pada peserta didik. Dengan demikian, generasi muda
akan memiliki kepribadian, berkarakter kuat dan tidak tercerabut dari akar budaya bangsa namun
tetap bisa menjadi aktor di zamannya.
Pengembangan buku teks mata pelajaran pada madrasah tersebut di atas diarahkan untuk
tidak sekedar membekali pemahaman keagamaan yang komprehensif dan moderat, namun juga
memandu proses internalisasi nilai keagamaan pada peserta didik. Buku mata pelajaran PAI dan

UJI PUBLIK
Bahasa Arab ini diharapkan mampu menjadi acuan cara berpikir, bersikap dan bertindak dalam
kehidupan sehari-hari, yang selanjutnya mampu ditransformasikan ke dalam kehidupan sosial-
masyarakat dalam konteks berbangsa dan bernegara.
Pemahaman Islam yang moderat dan penerapan nilai-nilai keagamaan dalam kurikulum PAI
di madrasah tidak boleh lepas dari konteks kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdasarkan
Pancasila, berkonstitusi UUD 1945 dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang Bhinneka Tunggal ika. Guru sebagai ujung tombak implementasi kurikulum harus
mampu mengejawantahkan prinsip tersebut dalam proses pembelajaran dan interaksi pendidikan di
lingkungan madrasah.
Kurikulum dan buku teks pelajaran adalah dokumen hidup. Sebagai dokumen hidup memiliki
fleksibilitas, memungkinkan disempurnakan sesuai tuntutan zaman dan implementasinya akan terus
berkembang melalui kreatifitas dan inovasi para guru. Jika ditemukan kekurangan maka harus
diklarifikasi kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI c.q. Direktorat Kurikulum
Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah (KSKK) untuk disempurnakan.
Buku teks pelajaran PAI dan Bahasa Arab yang diterbitkan Kementerian Agama merupakan
buku wajib bagi peserta didik dan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran di madrasah. Agar
ilmu berkah dan manfaat perlu keikhlasan dalam proses pembelajaran, hubungan guru dengan peserta
didik dibangun dengan kasih sayang dalam ikatan mah}abbah filla>h, diorientasikan untuk
kebaikan dunia sekaligus di akhirat kelak.
Akhirnya ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan atau penerbitan buku ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang tidak akan
terputus, dan semoga buku ini benar-benar berkah-manfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Ami>n.
Ya>Rabbal ‘Alami>n.

Jakarta, Desember 2019


Direktur Jenderal Pendidikan Islam

Kamaruddin Amin

Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Berikut ini adalah pedoman transliterasi yang diberlakukan berdasarkan keputusan Bersama
Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 158 Tahun
1987 dan Nomor 0543/b/u/ 1987:

1. Konsonan
No Arab Nama Latin No Arab Nama Latin

1 ‫ا‬ alif a 16 ‫ط‬ ṭa’ ṭ

2 ‫ب‬ ba’ b 17 ‫ظ‬ ẓa’ ẓ

3 ‫ت‬ ta’ t 18 ‫ع‬ ‘ayn ‘a

4 ‫ث‬ sa’ ś 19 ‫غ‬ gain g

5 ‫ج‬ jim j 20 ‫ف‬ fa’ f


‫ق‬

L
U PUB IK
6 ‫ح‬ q
ḥa’ ḥ qaf

JI
21

7 ‫خ‬ kha’ kh 22 ‫ك‬ kaf k

8 ‫د‬ dal d 23 ‫ل‬ lam l

9 ‫ذ‬ z>al z> 24 ‫م‬ mim m

10 ‫ر‬ ra’ r 25 ‫ن‬ nun n

11 ‫ز‬ za’ z 26 ‫و‬ waw w

12 ‫س‬ sin s 27 ‫ه‬ ha’ h

13 ‫ش‬ syin sy 28 ‫ء‬ hamzah ‘

14 ‫ص‬ ṣad ṣ 29 ‫ي‬ ya’ y

15 ‫ض‬ d{ad{ d{

iv Ushul Fikih Kelas XI MA


2. Vokal Arab
a. Vokal Tunggal (Monoftong)
َ َ
‫ﹷـ‬ a ‫ك ت َب‬ kataba

َ
‫ُسئِ ل‬
‫ﹻـ‬ i su`ila
ُ َ ْ َ
‫ﹹـ‬ u ‫ي ذ هب‬ yaz>habu

b. Vokal Rangkap (Diftong)


َْ َ
Kaifa ‫كي ف‬ ‫ؘ ي‬
َ َ
H}aula ‫ح ْو ل‬ ‫ؘ و‬

c. Vokal Panjang (Mad)

‫اؘ‬
UJI PU LIK a>
َ َ
‫قا ل‬ Qa>la

B َْ
‫ِقي ل‬
‫ؚ ي‬ i> Qi>la
ْ ُ َ
‫ؙ و‬ ‫يق و ل‬
u> Yaqu>lu

3. Ta’ Marbuthah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu:
1) Ta’ marbutah yang hidup atau berharakat fathah, kasrah, atau dammah ditransliterasikan
adalah “ t “.
2) Ta’ marbutah yang mati atau yang mendapat harakat sukun ditransliterasikan dengan “h”.

4. Syiddah (Tasydīd)

Untuk konsonan rangkap karena syaddah ditulis rangkap:


‫ع ّدة‬ Ditulis ‘iddah

5. Kata Sandang Alif + Lām


1. Bila diikuti huruf qamariyah atau syamsiyah ditulus al-

Ushul Fikih Kelas XI MA PK v


Ditulis al-rajulu ‫الرجل‬
Ditulis al-Syams |‫الشمس‬

6. Hamzah
Hamzah yang terletak di akhir atau di tengah kalimat ditulis apostrof. Sedangkan hamzah yang terletak di
awal kalimat ditulis alif. Contoh:
Ditulis syai’un |‫شيئ‬
Ditulis ta’khuz>u ‫تأخد‬
Ditulis umirtu ‫أمرت‬

UJI PUBLIK

vi Ushul Fikih Kelas XI MA


7. Huruf Besar
Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan ejaan yang diperbaharui (EYD). Penulisan kata-
kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut bunyi atau pengucapan atau penulisannya.

Ditulis ahlussunnah atau ahl al-


|‫أهل السنة‬
sunnah
8. Pengecualian
Sistem transliterasi ini tidak diberlakukan pada:
1. Kata Arab yang sudah lazim dalam bahasa Indonesia, seperti: al-Qur’an
2. Judul dan nama pengarang yang sudah dilatinkan, seperti Yusuf Qardawi
3. Nama pengarang Indonesia yang menggunakan bahasa Arab, seperti Munir
4. Nama penerbit Indonesia yang menggunakan kata Arab, misalnya al-Bayan

UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Kata Pengantar
Pedoman Transliterasi

SEMESETER I

BAB I
AL UMURU BI MAQASHIDIHA
A. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 1
B. Tujuan Pembelajaran 3
C. Peta Konsep al Umuru Bi Maqashidiha 5
D. Prawacana al Umuru Bi Maqashidiha 6
E. Materi Pembelajaran 9
F. Contoh Aplikasi dalam Kehidupan 12
G. Hikmah 14
H. Mini Research Mengaplikasikan al Umuru Bi Maqashidiha 18

BAB II
AL YAKIN LA YUZALU BIS-SYAK

UJI PUBLIK
A. Kompetensi Inti dan Dasar 19
B. Deskripsi 20
C. Cerita Anak dan Ayah 21
D. Pengertian Al Yakin La Yuzalu Bis-Syak di Era Milenial 22
E. Dasar Hukum Al Yakin La Yuzalu Bis-Syak di Era Post Truth 24
F. Contoh Aplikasi dalam Kehidupan 25
G. Hikmah Al Yakin La Yuzalu Bis-Syak 26
H. Mini Research Mengaplikasikan Al Yakin La Yuzalu Bis-Syak 32

BAB III
AL MASYAQATU TAJLIBUT TAYSIR
A. Kompetensi Inti dan Dasar 33
B. Deskripsi 34
C. Cerita Anak dan Ayah 36
D. Pengertian Al Masyaqatu Tajlibut Taysir 37
E. Dasar Hukum Al Masyaqatu Tajlibut Taysir 39
F. Contoh Aplikasi dalam Kehidupan 41
G. Hikmah Al Masyaqatu Tajlibut Taysir 43
H. Mini Research Mengaplikasikan Al Masyaqatu Tajlibut Taysir 45

viii Ushul Fikih Kelas XI MA PK


BAB IV
AD-DHARARU YUZAL
A. Kompetensi Inti dan Dasar 46
B. Deskripsi 47
C. Cerita Anak dan Ayah 48
D. Pengertian Ad-Dhararu Yuzal 49
E. Dasar Hukum Ad-Dhararu Yuzal di Era Sains dan Technology 51
F. Contoh Aplikasi dalam Kehidupan Ad-Dhararu Yuzal 52
G. Hikmah Ad-Dhararu Yuzal di Masa Akan Datang (Futuristik) 54
H. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Ad-Dhararu Yuzal 55

BAB V
AL ‘ADATU MUHAKKAMAH
A. Kompetensi Inti dan Dasar 56
B. Deskripsi 57
C. Cerita Anak dan Ayah 58
D. Pengertian Al ‘Adatu Muhakkamah di Globalisasi 59
E. Dasar Hukum Al ‘Adatu Muhakkamah Dalam Interaksi Sosial 60
F. Contoh Aplikasi dalam Kehidupan Al ‘Adatu Muhakkamah 61

UJI PUBLIK
G. Hikmah Al ‘Adatu Muhakkamah di Masa Akan Datang 64
H. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Al ‘Adatu Muhakkamah 65

SEMESETER II
BAB VI
AMAR DAN NAHI
A. Kompetensi Inti dan Dasar 66
B. Deskripsi 67
C. Cerita Anak dan Ayah 68
D. Pengertian Amar dan Nahi 69
E. Redaksi Amar dan Nahi Dalam Al Qur’an dan Sunnah 70
F. Kaidah Amar dan Nahi dan aplikasi contoh 71
G. Hikmah Amar dan Nahi di Masa Akan Datang (Futuristik) 73
H. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Amar dan Nahi 74

BAB VII
‘AM DAN KHAS
A. Kompetensi Inti dan Dasar 75
B. Deskripsi 76
C. Cerita Anak dan Ayah 77
D. Pengertian ‘Am dan Khas 78
E. Redaksi ‘Am dan Khas Dalam Al Qur’an dan Sunnah 79

Ushul Fikih Kelas XI MA PK


F. Kaidah Makna ‘Am dan Khas 80
G. Hikmah ‘Am dan Khas 81
H. Mini Research Mengaplikasikan Konsep ‘Am dan Khas 83

BAB VIII
TAKHSIS DAN MUKHASIS
A. Kompetensi Inti dan Dasar 84
B. Deskripsi 85
C. Cerita anak dan ayah tentang Takhsis dan Mukhasis 86
D. Pengertian Takhsis dan Mukhasis 87
E. Redaksi Takhsis dan Mukhasis Dalam Al Qur’an dan Sunnah 88
F. Kaidah Takhsis dan Mukhasis 89
G. Hikmah Takhsis dan Mukhasis 90
H. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Takhsis dan Mukhasis 92

BAB IX
MUJMAL DAN MUBAYYAN
A. Kompetensi Inti dan Dasar 93

UJI PUBLIK
B. Antara Makna Global dan Rinci 94
C. Mudahnya Memahami Makna Mujmal dan Mubayyan 95
D. Contoh Produk Ijtihad Mujmal dan Mubayyan 96
E. Mujmal dan Mubayyan Dalam Al Qur’an dan Sunnah 97
F. Kontekstualisasi dan Aktualisasi Makna Mujmal dan Mubayyan 99
G. Studi Perbandingan Mujmal dan Mubayyan 100
H. Konsep Mujmal dan Mubayyan di Masa Akan Datang (Futuristik) 101
I. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Mujmal dan Mubayyan 102

BAB X
MURADIF DAN MUSYTARAK
A. Kompetensi Inti dan Dasar 103
B. Antara Makna Sinonim dan Antonim 104
C. Mudahnya Memahami Makna Muradif dan Musytarak 105
D. Contoh Produk Ijtihad Muradif dan Musytarak 106
E. Muradif dan Musytarak Dalam Al Qur’an dan Sunnah 108
F. Kontekstualisasi dan Aktualisasi Makna Muradif dan Musytarak 110
G. Studi Perbandingan Muradif dan Musytarak 112
H. Konsep Muradif dan Musytarak di Masa Akan Datang (Futuristik) 113
I. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Muradif dan Musytarak 114

x Ushul Fikih Kelas XI MA


BAB XI
MUTLAQ DAN MUQAYYAD
A. Kompetensi Inti dan Dasar 115
B. Antara Makna Global dan Rinci 116
C. Mudahnya Memahami Makna Unlimited dan Limited Edition 117
D. Contoh Produk Ijtihad Mutlaq dan Muqayyad 118
E. Mutlaq dan Muqayyad Dalam Al Qur’an dan Sunnah 119
F. Kontekstualisasi dan Aktualisasi Makna Mutlaq dan Muqayyad 120
G. Studi Perbandingan Mutlaq dan Muqayyad 122
H. Konsep Mutlaq dan Muqayyad di Masa Akan Datang (Futuristik) 123
I. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Mutlaq dan Muqayyad 124

BAB XII
ZAHIR DAN TAKWIL
A. Kompetensi Inti dan Dasar 125
B. Antara Makna Lahir dan Tersimpan (Hidden Meaning) 126
C. Mudahnya Memahami Makna Zahir dan Takwil 127
D. Contoh Produk Ijtihad Zahir dan Takwil 129
E. Zahir dan Takwil Dalam Al Qur’an dan Sunnah 131

UJI PUBLIK
F. Kontekstualisasi dan Aktualisasi Makna Zahir dan Takwil 133
G. Studi Perbandingan Zahir dan Takwil 135
H. Konsep Zahir dan Takwil di Masa Akan Datang (Futuristik) 137
I. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Zahir dan Takwil 139

BAB XIII
MANTUQ DAN MAFHUM
A. Kompetensi Inti dan Dasar 140
B. Antara Makna Tersurat dan Tersirat 141
C. Mudahnya Memahami Makna Mantuq dan Mafhum 142
D. Contoh Produk Ijtihad Mantuq dan Mafhum 143
E. Mantuq dan Mafhum Dalam Al Qur’an dan Sunnah 145
F. Kontekstualisasi dan Aktualisasi Makna Mantuq dan Mafhum 147
G. Studi Perbandingan Mantuq dan Mafhum 149
H. Konsep Mantuq dan Mafhum di Masa Akan Datang (Futuristik) 151
I. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Mantuq dan Mafhum 152

DAFTAR PUSTAKA 153


LAMPIRAN-LAMPIRAN 154

Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK
UJI PUBLIK
KAIDAH PERTAMA:
AL UMUR>U BI
MAQAS> HIDIHA

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 1


BAB 1 KAIDAH PERTAMA :AL UMURU BI MAQASHIDIHA

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.1 Menghayati kebenaran hukum Islam yang
dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
pokok fikih yang pertama
agama yang dianutnya

2. (SIKAP SOSIAL) 2.1 Mengamalkan sikap tanggung jawab


dan patuh sebagai implementasi dari
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
pengetahuan tentang kaidah pokok fikih
santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
al-umuru bi maqasidiha
toleran, damai), bertanggungjawab,

U J
responsif, dan pro akti f,
BLIK
da

I P U
lam be rintera ksi

secara efektif sesuai dengan perkembangan


anak di lingkungan, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional

2 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. (PENGETAHUAN) 3.1. Memahami kaidah pokok fikih al-umuru
bi maqasidiha
Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan factual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 3


kejadian, serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

4. (KETERAMPILAN) 4.1 Menerapkan kaidah pokok fikih al-umuru


bi maqasidiha dalam contoh kasus
Menunjukkan keterampilan menalar,
kehidupan baik dalam ibadah maupun
mengolah, dan menyaji secara: efektif,
muamalah
kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah dan bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

UJ I P U B LIK
TU JUAN PEM BELAJ ARAN

Dengan mendalami Kaidah Ushul Fikih membantu:


Memahami hukum-hukum syara’ yang ditunjukkan oleh nash (al Qur’an dan
Sunnah)
Mudah memahami nash
Mengetahui dalil yang terkuat di antara satu dengan lainnya
Mengetahui metodologi mujtahid dalam mengambil hukum dari nash
Mengetahui perbedaan pendapat para fukaha’ dalam menetapkan hukum terhadap realitas kehidupan manu

4 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


PETA KONSEP

UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 5


Al-qawa’id al-fiqhiyah (kaidah-kaidah fikih) memiliki lima kaidah induk
(mayor) yang merangkum kaidah cabang (minor) lainnya, kaidah atau aplikasi
sistem (formula) yang sudah dibuat oleh para ulama’ (cendekiawan muslim) ini
bersifat umum (general). Fungsinya untuk mengantisipasi (meneropong jauh ke
depan) jawaban hukum Islam (fikih) dari problematika kehidupan manusia yang
terus berkembang baik dahulu (klasik), sekarang (kontemporer) dan yang akan
datang (futuristik).

Kemudian, apa perbedaan kaidah ushul fikih dan kaidah fikih itu? mudah
sekali jawabannya:

1) Dari segi objek pembahasan, kaidah ushul objeknya adalah dalil-dalil

UJI PUBLIK
fikih yang bersifat global (ijmal) dan hukum itu sendiri. Sedangkan
kaidah fikih objeknya adalah perbuatan mukallaf dan hukum fikih yang
diterapkan padanya.

2) Dari segi sifatnya, kaidah ushul bersifat kulli (universal) yang berlaku
terhadap seluruh objeknya. Sedangkan kaidah fikih bersifat aghlabiyah
(mayoritas), hanya berlaku terhadap sebagian besar objeknya dan masih
mengandung banyak pengecualian.

3) Kaidah ushul adalah sarana istinbat (penggalian) hukum syar’i yang


bersifat amaliyah (praktis), sedangkan kaidah fikih adalah generalisasi
dari sekumpulan hukum yang serupa.

4) Dari segi waktu lahirnya, kaidah ushul munculnya lebih dahulu dari pada
masalah furu’( fikih), sedangkan kaidah fikih munculnya lebih akhir dari
masalah furu’.

6 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


5) Kaidah ushul adalah kumpulan dalil-dalil ijmali untuk istinbat hukum,
sedangkan kaidah fikih adalah sekumpulan permasalahan hukum-hukum
fikih.

Selanjutnya, lima kaidah induk ushul fikih itu apa saja? catat dan fahami
dengan baik ya?

(1) al umuru bi maqashidiha, artinya segala sesuatu tergantung niatnya,

(2) al yakin la yuzalu bis syak, artinya keyakinan tidak bisa digoyahkan
hanya dengan keraguan yang baru muncul,

(3) al masyaqatu tajlibut taysir, artinya kesulitan akan mendatangkan


kemudahan,

(4) ad dhararu yuzal, artinya segala sesuatu yang berpotensi


menimbulkan bahaya harus segera dihilangkan,

UJI PUBLIK
(5) al ‘adatu muhakkamah, artinya kearifan lokal (kebiasaan baik) bisa
dijadikan kebijakan hukum.

Sekarang, bagaimana penjelasan tentang al umuru bi maqashidiha? Nah,


jawabannya akan kita dapatkan pada pembahasan berikut.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 7


Pernahkah anda mendengar kalimat “segala sesuatu tergantung dari

niatnya”?, tentu saja pernah dan sering mendengar kalimat tersebut bukan?

karena kalimat ini sudah tidak asing di telinga, bahkan sangat terkenal di

tengah kehidupan masyarakat.

(َ‫ص ِدها‬
َ ُ‫)ر ْو ُم األ‬, artinya segala seseuatu tergantung dari niatnya ini
‫م َق|ا‬
adalah kaidah pertama dalam ushul fikih yang pengertian luasnya “segala
sesuatu baik ucapan maupun perbuatan seseorang hubungannya dengan
Allah Swt atau sesama makhluk, maka nilainya ditentukan oleh niat atau
tujuan melakukannya”. Dalam hal beribadah kepada Allah Swt misalnya, niat

menjadi ru
U JI P U B
kun ya ng menen tuka n sah atau

L IK
ti dakny a s uatu amal, sedangkan
dalam mu’amalah (interaksi sosial) yang berhubungan dengan sesama
makhluk seperti diskusi kelompok, gotong-royong, menjaga kelestarian alam,
menjaga persatuan, saling menghormati, jual beli, sewa menyewa, tolong
menolong, dan sebagainya niat baik atau niat tidak baik di hati seseorang
menjadi sebuah penentu, apakah perbuatan-perbuatan tersebut mempunyai
nilai ibadah ataukah tidak bernilai ibadah sama sekali? Itu semua tergantung
niatnya.

8 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Aktifitas Peserta Didik (Bercerita, dst)
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk bercerita tentang pengalaman anda dan
jelaskan hikmahnya apa dari pengalaman anda!.

Ayo bercerita
Dengan memahami kaidah pertama ini, diharapkan lebih bisa memaknai hidup untuk mencapa
Ayo ceritakan pengalamanmu di hadapan guru dan teman-temanmu tentang segala sesuatu terg

UJI PUBLIK
Wawasan Lain

Kaidah segala sesuatu tergantung niatdasar hukumnya al Qur’an dan Hadits:

‫ا ْْلخر‬ ‫ومن ثَ|وا‬ ‫وم ن يُرد ب الدُّ ْنيَ|ا نُؤ من‬-̣ ١


‫ب‬ ‫يُرد‬ ‫ِته ها‬ ‫ثَ|وا‬
‫نُؤ ه منها وسنَ|جزيال شاكرين‬
“Barang siapa menghendaki (berniat mendapatkan) pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala dunia dan barang siapa menghendaki (berniat mendapatkan) pahala
akhirat, kami berikan kepadanya pahala akhirat. Dan kami akan memberikan balasan
kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Ali Imran: 145)

‫وم ن خر م جرا إ ِلى ورسو ِله يُدر ك ا ت‬-٢


‫ه ْلمو فَ|قَ|د‬ ‫ثُم‬ ‫لال‬ ‫ي ج ها‬

‫غف ا ور رحيما‬ ‫لال ن‬ ‫ل وكا‬ ‫ ى‬.‫ِال‬

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 9


‫عل‬ ‫وقَ|ع أ ه جر‬
“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dengan niat berhijrah karena Allah dan Rasul-
Nya, kemudian kematian menjemputnya (sebelum sampai ke tempat tujuan), maka

10 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


sungguh pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Karena Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang” (QS. An-Nisa’: 100)

‫|ومث ل ُي فقُو ن و هم اب ء ضا لال‬-٣


‫غَ|ا مر ت‬ ‫َأم ال‬ ‫الَ|ّذي ْن‬
‫ن‬
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari ridha Allah” (QS.al-
Baqarah: 265)

‫وما ُأم رو اِل ليَ عبُد لال ِ صين لَ|هُ دّ حنفَ|اء‬


َ -٤
‫ال ْين‬ ‫ل‬ ‫وا‬ ْ‫ا‬
‫مخ‬
“Padahal mereka (orang kafir ) tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”.(QS. Al
Bayyinah : 05)

‫ سمع رسول‬: ‫يَقُول‬ ‫ رضي ُلال عنه‬، ‫|عمر بن ا ْل خ ب‬-٥


‫ت‬ ، ‫طا‬
‫األَ|عمال ال ّيَ|ّة و ِإنَ|ّما‬ ‫ نَ|ّما‬: ‫صلى لال عليه وسلم َيقُول‬ ‫لال‬
ُ
‫و فَ|رسهوج ِلرتهُه‬ ‫لال‬ ‫تن هجرِتإلَ|هُى‬ ‫ما نَ| فَ|ومىن كا‬ ‫لمرئ‬

U ‫ي‬ ‫د‬ U KI |‫ه‬ ، ‫ورسو ِله‬ ‫لَ|ى لال‬


‫ أَ|و‬، ‫ْ ن ِصيبُها‬ J P ‫ جرتُه‬B ‫ كان‬L ‫َومن‬
‫ى يَ|ا‬I |‫ِ إ َل‬ ‫ْت‬
‫هاجر‬ |َ ُ ‫جها‬
‫جرت هُ ل |ى‬ ‫امرأَ| ي ||تَ|زو‬
Artinya :
.‫ِإلَ| ْيه‬ ‫ما‬ ‫فَ|ه‬
Sahabat Umar bin Khattab ra. meriwayatkan dalam sebuah hadits: aku mendengar

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 11


Rasulullah SAW bersabda, semua amal perbuatan seseorang itu tergantung
(berbanding lurus) dengan orinetasinya (niatnya) dan seseorang hanya akan
memperoleh sebatas apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya (ke Madinah)
semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya, maka (nilai) hijrahnya itu kembali kepada
Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena (niatnya semata-mata
menginginkan) dunia atau karena seorang wanita yang ia ingin menikahinya, maka
hijrahnya (dinilai) sesuai dengan tujuan ia hijrah kepadanya. (Muttafaqun `Alaih).

12 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Contoh dalam kehidupan

Empat ayat dan satu hadits di atas, dapat difahami bahwa siapapun orangnya tanpa
terkecuali dalam kehidupan nyata sehari-hari baik ketika melakukan ibadah mahdhah
(formal) seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Maupun ibadah ghairu mahdhah (non
formal) seperti muamalah (interaksi sosial), bersekolah, bekerja, belajar dan seterusnya,
jika niat dan tujuannya untuk kepentingan duniawi seperti shalat dan puasanya ingin
mendapatkan pujian sebagai ahli ibadah yang rajin, sekolah atau kuliah hanya untuk
meraih ijazah atau gelar kemudian mendapatkan pekerjaan yang diharapkan, atau berhaji
yang niatnya ingin jalan-jalan dan mengisi liburan misalnya. Maka nilai perbuatan itu
selesai dan sebatas di dunia saja tanpa memperoleh pahala di akhirat yang selama-lamanya
dan juga keredhaan dari Allah Swt karena salah niat dan hanya sebatas untuk kepentingan
duniawi yang terbatas ini.

UJI PUBLIK
Berbeda jika ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah seseorang, niat dan tujuannya
tulus lurus suci bersih karena Allah Swt, cirinya andaikan dipuji orang lain tidak tinggi
hati, dihina orang lain tidak sakit hati, tidak mudah baper (bawa perasaan). Hidupnya
stabil selalu beribadah pada saat apapun baik susah maupun senang, bahagia atau sedih,
kondisi lapang punya uang atau sempit, sehat atau sakit dan seterusnya. Maka akan
mendapatkan keredhaan dari Allah Swt berupa ampunan, kasih sayang, pahala yang besar
melimpah di akhirat melebihi kenikmatan apapun di dunia ini. Setelah mengetahui
perbedaannya, ingin pilih yang mana? Masih ada niat bukan karena Allah? Mari awali
segala perbuatan niat karena Allah, meskipun makan, minum, tidur, belajar, berolahraga
dan seterusnya. Apalagi dalam hal ibadah? Niatkanlah hanya karena Allah Swt semata

Sudahkah anda megawali niat segala sesuatu karena Allah pada hari ini? Sudahkah
anda mulai niat sejak bangun pagi? Kalau lupa, ayo mulai tata niat dengan: inna shalati
wa nusuki wamahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin la syarika lahu wa bidzalika
umirtu wa ana minal muslimin”. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku
hanya untuk Allah Tuhan sejagat alam raya, aku berjanji tidak akan menyekutukan-Nya
(dengan melenceng niat) maka dari itu aku diperintahkan untuk menjadi kelompok orang-
orang Islam (tunduk patuh kepada Allah).

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 13


Hikmah

1. Hikmah dari empat ayat dan satu hadits di atas, adalah para pakar ushul fikih merumuskna
konsep umum yang bisa mengurai permasalahan di kehidupan manusia baik dahulu,
sekarang dan yang akan datang dengan membuat kaidah (aplikasi sistem) pertama : al
umuru bi-maqashidiha atau segala sesuatu tergantung niatnya, kaidah ini merupakan
hidden meaning (makna yang tersembunyi) dalam sabda Baginda Rasullullah Saw yang
diriwayatkan oleh Sahabat beliau Umar bin Khattab ra. di dalam Shahih al-Bukhari
sebagaimana penjelasan dasar hukum nomor 5:

‫ِإنَ| ما ع ل ِبال نِ ّيَ|ّة‬


‫األ م‬
‫ا‬
2. Asbabul wurud (sebab turunnya sebuah hadits) ini ketika salah seorang sahabat Baginda
Rasullullah Saw yang tinggal di Makkah berniat menikahi seorang wanita idamannya.

UJI PUBLIK
Namun ketika melamarnya dia menolak dan memberikan syarat dia mau menerima
lamarannya jika mau ikut bersamanya hijrah (berpindah/ transmigrasi) ke Madinah.
Karena kecintaannya terhadap wanita tadi, niat hijrah bersama Rasullullah Saw yang
seharusnya murni tulus suci karena menunaikan perintah Allah Swt melenceng terkotori
oleh niat ingin meraih kepentingan dunia saja yaitu menikahi wanita tersebut. Setelah
sampai di Madinah Baginda Rasullullah Saw mengemukakan hadits ini.

3. Dari pentingnya hadits ini, Imam Syafi’i menjelaskan panjang lebar di kiatb Fikih (hukum Islam)

sampai 70 bab karena semua ibadah membutuhkan niat seperti thaharah (bersuci) baik wudhu,

tayammum, membasuh sepatu khuf, mandi wajib atau sunnah, dan seterusnya. Atau shalat seperti

shalat wajib, shalat sunnah, ada’(shalat berada di waktunya), qadha’ (shalat di luar waktu), jama’

(menggabungkan shalat), qasar (meringkas shalat), menjadi imam, ma’mum, dan seterusnya.

4. Seseorang yang melakukan segala hal tanpa ada niat yang lurus, hasilnya bisa jadi bagus. Tapi

tidak mendapatkan keridhaan dan pahala dari Allah Swt, maka sudah saatnya mulai sekarang

perbaiki kembali niat yang tulus karena Allah Swt, karena niat yang baik akan melahirkan

14 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


perbuatan-perbuatan yang baik dan kekuatan niat baik jangan hanya mengendap di hati tanpa ada

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 15


keinginan untuk berbuat baik secara nyata, jangan sampai kemalasan hinggap dalam diri

seseorang. Satukan niat dan perjuangan untuk mewujudkan mimpi besar dalam kehidupan menjadi

master of civilization (penggerak garda depan dalam peradaban dunia), jangan sampai melewatkan

umur dengan perbuatan sia-sia.

UJI PUBLIK

Ikhlas ?

Tujuan
Syirik ?

Antara ibadah dan kebiasaan


FUNGSI
NIAT

Pembeda Antara ibadah satu dengan ibadah yan

Antara perbuatan wajib dan sunnah

16 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Anak : Ibu, apa pentingnya niat dahulu sebelum beramal?
Ibu : pentingnya niat sebelum beramal untuk
membedakan:
1. Antara ibadah dan kebiasaan seperti membedakan antara puasa
karena Allah dengan kebiasaan menahan lapar karena diet, antara
meninggalkan zina karena takut kena aids dengan takut karena
Allah, antara beri’tikaf dengan duduk santai istirahat di masjid.
2. Antara ibadah satu dengan yang lain dibedakan karena niatnya
seperti shalat dua rakaat shubuh dengan tahiyyatul masjid, puasa
wajib dengan sunnah, menyembelih hewan untuk kurban dengan
untuk kebutuhan makan saja.
3. Antara perbuatan wajib dan sunnah dibedakan karena niatnya
seperti wudhu dan bersih-bersih, zakat, infaq dan shodaqah,
mandi junub dan mandi biasa dan seterusnya.
Anak : kapan waktunya niat itu ibu?
Ibu : di awal permulaan melakukan ibadah kecuali puasa di bulan

UJI PUBLIK
Ramadhan, umpama anakku mendahulukan niat puasa setelah shalat
tarawih atau sebelum masuk waktu fajar karena niat puasa tidak berada di
awal ibadah
Anak : adakah ibadah yang tidak membutuhkan niat ibu?
Ibu : ada, yaitu ibadah yang tidak ada kemiripan dengan adat kebiasaan
seperti beriman kepada Allah, khasyatillah (Takut kepada Allah), berharap
kepada Allah, ingat kepada Allah (dzikrullah), adzan dan membaca al-
Qur’an kecuali nazar wajib diniatkan.
Anak: kalau meninggalkan kemaksiatan apakah perlu niat Ibu?
Ibu : tidak, meninggalkan kemaksiatan tidak perlu niat seperti
meninggalkan pacaran, nonton situs maksiat, zina, tetapi kalau
meninggalkan perbuatan pacaran, situs porno dan zina niatnya karena takut
terkena aids maka tidak bernilai ibadah.
Anak: ayah letak niat itu di mana?
Ibu: letak niat itu di hatimu karena hakikat niat adalah orientasi atau tujuan
yang terbesit di hatimu, untuk itu niatmu harus seirama dengan amal tidak
cukup hanya di mulut saja. Seperti anakku niat bercita-cita untuk
membangun peradaban dunia melalui mendirikan rumah sakit besar yang
menggratiskan biaya untuk fakir miskin, mulai sekarang kamu harus selalu
berdo’a kepada Allah dan bersungguh-sungguh belajar meraih imipian
besarmu.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 17


Gambar (Mengamati)
UJI PUBLIK
Amatilah gambar ini, dan renungkan dan kaitkan dengan materi yang anda pelajari! Buatlah
narasi dari hasil renungan anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
3..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

18 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

Ayo Menganalisis
Kaidah al umuru bi maqashidiha

Dasar logika: Dengan memahami kaidah pertama ini, tentunya diharapkan akan lebih bisa memaknai hidup
benar sesuai dengan tuntunan syari’ah atau belum?

disarikan dapatَ ‫(األ ُم ْو ُر ِب َمقَا ِص ِدها‬pokok) mayor menjadi beberapa kaidah minor
Dari kaidah
(cabang) sebagaimana perincian berikut ini :

UJI PUBLIK
Aktifitas Peserta Didik (Diskusi, dst)

Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan


kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.
NO KETERANGAN HASIL

1 Bagaimana hukumnya menyebarkan berita hoax di


media sosial yang niatnya hanya iseng? Diskusikan
dengan teman-teman kalian!

2 Bagaimana hukumnya salah menyebut nama ketika


akad nikah? Nikahnya sah atau tidak! Diskusikan
dengan teman-teman kalian!

3 Bagaimana hukumnya berangkat sekolah niatnya


untuk mendapatkan ijazah? Diskusikan dengan teman-
teman kalian!

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 19


4 Bagaimana hukumnya niat seseorang yang keliru niat
shalat yang harusnya isya’ ternyata maghrib!
Diskusikan dengan teman-teman kalian!

5 Bagaimana hukumnya orang yang sengaja mentalak


perempuan langsung tiga kali talak? Diskusikan
dengan teman-teman kalian!

UJI PUBLIK

20 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Ayo Meneliti!

‫وا‬ ِ ‫اَ ْل ْ ا ُْلعقُ ْو ِد ب ِا ْل مق‬-١


‫ِلّنياَ|ت‬ ‫ر ُة في ا د‬ ‫ب‬
‫ص‬
‫ع‬
Arti yang menjadi patokan dalam akad (transaksi) adalah maksud dan niat
pelakunya

Contoh a. Allah mengabaikan ungkapan-ungkapan yang keluar tanpa


maksud dari orang yang mengucapkannya, misalnya ucapan orang
yang tidur, lupa, mabuk, tidak tahu, dipaksa, atau orang salah
ucap karena terlalu gembira.

b. Allah menolak syahadat orang munafik dan menganggapnya


hanya sebagai tipuan dan ejekan bagi orang-orang yang beriman
(lihat QS. Al Munafiqun:1).

c. Dalam Al-Qur’an Allah juga mencela orang-orang yang


mengatakan sesuatu yang mereka sendiri tidak lakukan (lihat QS.
Ash-Shaf:3)

d. Allah juga melaknat kaum Yahudi atas tindakan yang mereka


lakukan untuk menghalalkan apa yang diharamkan atas mereka.

UJI e. Orang yang memeras anggur mendapatkan laknat karena niat


mengolahnya menjadi minuman yang memabukkan. Sekedar

PUBLIK
memerasnya saja bukanlah tindakan tercela.

Diskusi Bagaimana hukumnya menyebarkan berita hoax di media sosial yang


niatnya hanya iseng? Jelaskan analisis kritisnya!

‫´ ي ˚ض ر‬
‫´و ´ت˚ ف ´ع˚ي ´و أ ˚خ‬ ‫˚ج‬ ‫ما ل´ ´ي ˚ش´ ت¸ رط˚ ال ت ´ع˚ر ˚ض ´ل‬- ´٢
‫¸ص˚ ًي ل ¸إ´ ذا ´ن ´طأ˚ ´ل ˚م‬ ‫˚م´ل‬
‫˚ه‬ ‫˚ة‬

Arti Sebuah niat ibadah yang tidak menuntut untuk disinggungsecara


terperinci maupun global, ketika disebutkan secara keliru, maka
kesalahan tersebut tidak berpengaruh terhadap keabsahan ibadah.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 21


Contoh Misalnya: menyebut tempat shalat secara keliru tidak
membatalkan shalat

Diskusi Bagaimana hukumnya salah menyebut nama ketika akad nikah?


Nikahnya sah atau tidak! Berikan saran kepadanya!

22 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


‫و´ ما ´ي ˚ش´ ت¸ رط˚ ¸ف˚ي ¸ه ال ت ˚ع¸ي˚ي ¸ن‬- ´٣
‫´فا˚ل ´خ ´طأ˚ ¸ف˚ي ¸ه ˚م˚ب ¸ط ˚ل‬
Niat ibadah itu diharuskan untuk disebutkan secara jelas, maka keliru Arti
dalam meniatkannya mengakibatkan batalnya ibadah tersebut

mengerjakan shalat dengan niat puasa dinilai tidak sah Contoh

Bagaimana hukumnya berangkat sekolah niatnya untuk mendapatkan Diskusi


ijazah?

‫و´ ما ´ي ¸ج ˚ب ال ت´ ع˚ر ˚ض ´ل ˚ه ˚ج ˚م´ل ˚ة ´و´ل ´ي ˚ش´ ت¸ رط˚ ´ت ˚ع¸ي˚ ي˚ن ˚ه‬- ´٤


‫´ت˚ ف ¸ص˚ ي ًل ¸إ´ ذا ´ع˚ ي˚ن ˚ه ´و أ´ ˚خ ´طأ˚ ´ض ر‬
Niat yang mengharuskan untuk disebutkan secara global saja. Ketika Arti
niat ibadah tersebut disebutkan secara lebih detail dan ternyata
keliru, maka kesalahan itu mengakibatkan rusaknya ibadah.

Seseorang yang melakukan shalat jenazah dengan niat dan anggapan Contoh
mayit
I P U B L
laki-la ki da n terny ata ma yit

UJ
ter
IK
seb

dinilai tidak sah


ut wanita, maka shalat janazah yang ia kerjakan

Bagaimana hukumnya niat seseorang yang keliru niat shalat yang Diskusi
harusnya isya’ ternyata maghrib!

‫ا ص د الل ف ظ عل ى ن ي ة‬
‫ مق‬-٥ ‫ال ّلف ظ‬
Untuk menetukan maksud sebuah ungkapan yang menerima Arti
multitafsir, harus dikembalikan kepada niat orang yang
mengucapkannya.

Seseorang yang mengucapkan lafad talak sebanyak tiga kali tanpa Contoh
huruf ‘ataf; jika disertai niat isti’nāf, maka jatuh talak tiga. Dan jika
ia hanya bermaksud taukid, maka jatuh talak satu.

18 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Tetapi kaedah ini tidak berlaku dalam pengambilan sumpah di Pengecualian
pengadilan. Maksud dan kandungan sumpah ditetapkan oleh hakim,

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 19


bukan kepada niat orang yang disumpah

Diskusi Bagaimana hukumnya orang yang sengaja mentalak perempuan


langsung tiga kali talak? Apakah talaknya langsung jatuh semua!

Penugasan Penelitian Kelompok


Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu!Selamat mencoba!

UJI PUBLIK

20 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Ayo Mencari Sumber Ilmu!

Penugasan Belajar Mandiri


1. Tulislah ayat al-Qur’an atau Hadis yang dengan kaidah pertama al umuru bi
maqashidiha, minimal 3 ayat/Hadis!
2. Buatlah kliping-kliping pendapat-pendapat ulama Indonesia tentang hukum niat baik
dalam ibadah dan mu’amalah!

UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 21


َ ‫ب ص‬
.1 (‫ِدها‬ ِ ُ ‫)ر ْو ُم األ‬, adalah kaidah pertama dalam ushul fikihyang
‫َمَقا‬
pengertiannya segala sesuatu baik ucapan maupun perbuatan seseorang
hubungannya dengan Allah atau sesama makhluk, maka nilainya ditentukan
oleh niat atau tujuan melakukannya

2. Dasar hukum kaidah al umuru bi maqashidiha adalah (QS. Ali Imran: 145),
(QS. An-Nisa’: 100), (QS.al-Baqarah: 265), (QS.al-Baqarah: 225)

3. Contoh dalam kehidupan: Jika ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah kita,
niat dan tujuannya tulus lurus suci bersih karena Allah Swt, maka akan
mendapatkan keredhaan dari Allah Swt berupa ampunan, kasih sayang,
pahala yang besar melimpah di akhirat melebihi kenikmatan apapun di
dunia ini, cirinya andaikan dipuji orang lain tidak tinggi hati, dihina orang
lain tidak sakit hati, tidak mudah baper (bawa perasaan).

4. Hikmah kaidah al umuru bi maqashidiha antara lain: Dari pentingnya segala

UJI PUBLIK
sesuatu tergantung niatnya, Imam Syafi’i menjelaskan panjang lebar di
kitab Fikih (hukum Islam) sampai 70 bab karena semua ibadah
membutuhkan niat seperti thaharah (bersuci) baik wudhu, tayammum,
membasuh sepatu khuf, mandi wajib atau sunnah, dan seterusnya. Atau
shalat seperti shalat wajib, shalat sunnah, ada’(shalat berada di waktunya),
qadha’ (shalat di luar waktu), jama’ (menggabungkan shalat), qasar
(meringkas shalat), menjadi imam, ma’mum, dan seterusnya.

22 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Ayo Jelaskan!

Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan pengertian kaidah pertama al umuru bi maqashidiha,? Baik secara
etimologi (bahasa) atau secara terminologi (istilah)?
2. Jelaskan tujuan niat?
3. Jelaskan adakah ibadah yang tidak membutuhkan niat?
4. Jelaskan lima pengertian kaidah minor al umuru bi maqashidiha? Sekaligus
contohnya masing-masing!
5. Jelaskan hikmah kaidah pertama al umuru bi maqashidiha?

UJI PUBLIK

22 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 23


UJI PUBLIK

24 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


KAIDAH KEDUA:
AL YAKIN LA YUZALU BIS-
SYAK
BAB II KAIDAH KEDUA : AL YAKIN LA YUZALU BIS-SYAK

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

U JI B L I
1. (SIKAP SPRI RITUA L) 1 .2. Men ghayat i

PU K
Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
ke benaran hukum Islam
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
pokok fikih yang kedua

2. (SIKAP SOSIAL) 2.2. Mengamalkan sikap tanggung jawab


dan patuh sebagai implementasi dari
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
pengetahuan tentang kaidah pokok fikih
santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
al-yaqinu la yuzalu bisy-syak
toleran, damai), bertanggungjawab,
responsif, dan pro aktif, dalam berinteraksi
secara efektif sesuai dengan perkembangan
anak di lingkungan, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional

3. (PENGETAHUAN) 3.2. Menganalisis kaidah pokok fikih al-


yaqinu la yuzalu bisy-syak
Memahami, menerapkan, menganalisis dan

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 25


mengevaluasi pengetahuan factual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

4. (KETERAMPILAN) 4.2. Menyajikan argumentasi dalam kasus


kehidupan dengan menerapkan kaidah
Menunjukkan keterampilan menalar,
pokok fikih al-yaqinu la yuzalu bisy-syak
mengolah, dan menyaji secara: efektif,

BLIK
U J
kreatif, produk tif, kriti s,

I PU
ma ndiri, kolaboratif,

komunikatif, dan solutif dalam


ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah dan bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

TUJUAN PEMBELAJARAN

26 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


al Yakin La Yuzalu Bis-

Syak

UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 27


PETA KONSEP

UJI PUBLIK

28 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK
Kalimat al yakin secara bahasa artinya sebuah pengetahuan yang tidak

mengandung keraguan sama sekali di dalamnya, kalimat la yuzalu artinya

tidak bisa menggeser atau menghilangkan, sedangkan kalimat asy-syak

artinya segala sesuatu yang membingungkan, meragukan, membuat

keresahan.

Kenapa keyakinan ini muncul dalam diri seseorang? Ada beberapa

jawaban;

(1) Karena keyakinan sesuai (relevan) dengan realitas (kenyataan) yang

ada, seperti ketika seseorang ingin melaksanakan shalat ashar di awal waktu

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 29


dengan berjamaah di masjid kemudian menyaksikan dan mendengarkan

langsung muadzin yang sedang mengumandangkan adzan ashar diseluruh

masjid, maka keyakinan sudah masuk waktu ashar ini sesuai dengan

kenyataan yang ada yaitu dengan mendengarnya langsung suara adzan ashar

di masjid-masjid sekitar.

(2) Karena keyakinan merupakan pengetahuan yang bersifat tetap dan

pasti serta dibenarkan oleh hati dengan dukungan argumentasi kuat sehingga

menolak segala hal yang tidak pasti dan masih diragukan, contohnya ketika

seseorang memiliki pengetahuan melalui ilmu pengetahuan atas kewujudan

Allah Swt, kebesaran Allah Swt, kebijaksanaan Allah Swt. Dengan

UJI PUBLIK
dukungan argumentasi kuat bahwa semua ciptaan baik yang ada di cakrawala

langit yang sangat luas dan besar luar biasa ini terdiri dari milyaran planet

termasuk bumi yang dihuni olehnya, pada kenyataannya bumi yang dihuni

jutaan manusia ukurannya sangat kecil bila dibandingkan dengan planet-

planet yang lain di jagat alam raya ini. Argumentasi ini menambah

keyakinannya bahwa semua ciptaan di jagat alam raya yang sangat luas ini

tidak mungkin ada, kalau tidak ada yang menciptakannya. Maka dengan

dukungan ayat kauniyah (fenomena alam) sebagai argumentasi yang kuat

seseorang menjadi tambah yakin seyakin-yakinnya akan kewujudan Allah

Swt, kebesaran Allah Swt dan kebijaksanaan Allah Swt.

30 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


(3) Keyakinan terjadi karena dibuktikan melalui penelitian (research)

mendalam dengan segala bukti yang menguatkannya, contoh seorang ulama’

sekaligus ilmuwan (saintis) seperti anda yang melakukan penelitian dengan

diuji secara teliti dan mendalam tentang struktur tubuh manusia dari ujung

rambut sampai telapak kaki, hasil penelitian menunjukkan struktur satu

manusia dengan yang lain memiliki perbedaan yang signifikan baik dari

rambut, kulit, sidik jari, lensa mata, darah, DNA dan seterusnya, lebih

mencengangkan lagi semuanya berbeda tidak ada yang sama meski anak

kembar. Sejak manusia pertama Nabi Adam as sampai sekarang hingga

kiamat terjadi semuanya berbeda satu sama lain, hasil penelitian ini

UJI PUBLIK
menguatkan keyakinan dan kesadaran seseorang atas kewujudan Allah Swt,

kebesaran Allah Swt, kebijaksanaan Allah Swt.

Subhanallah! ini baru susunan struktur tubuh manusia yang kecil ini,

belum susunan kosmis (jagat alam rauya) yang sangat luas di antariksa sana?

(4) Keyakinan seseorang secara otomatis menghilangkan segala hal

yang tidak pasti antara tidak ada dan ada, contoh ketika ulama’sekaligus

ilmuwan meyakini seyakin-yakinnya atas kewujudan Allah Swt, kebesaran

Allah Swt, kebijaksanaan Allah Swt dengan didukung ilmu pengetahuan yang

luas dan mendalam. Sehingga otomatis hilanglah keraguan atas tidak adanya

Tuhan sang pencipta segalanya, maka lahirlah kesadaran pada diri mereka

bahwa Allah Swt Maha Melihat, bagaimana tidak Maha Melihat kalau

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 31


semuanya adalah ciptaan-Nya? Meyakini bahwa Allah Swt Maha

Mendengar, bagaimana tidak Maha mendengar kalau semua ciptaan termasuk

manusia berada dalam kekuasan-Nya? Meyakini bahwa Allah Swt Maha

Mengetahui, bagaimana tidak Maha Mengetahui kalau semua ciptaan dibatasi

umur, waktu, ruang, zaman. Sedangkan semua ciptaan termasuk umur, ruang,

waktu, masa, zaman berada dalam pengawasan-Nya? Baru menyebutkan

berapa jumlah keseluruhan rambut saja sangat sulit menjawab? Apalagi

susunan jagat alam raya ini? Adakah ruang yang tidak di ketahui Allah Swt?

Ketika seseorang melakukan maksiat di tengah hutan, di kedalaman laut, di

pucuk gunung, bahkan di antariksa sekalipun, Allah Swt tahu tidak? Inilah

UJI PUBLIK
pentingnya keyakinan (tauhid, iman, membangun pola pikir) dan kesadaran

melalui ilmu atas kewujudan Allah Swt, kebesaran Allah Swt, kebijaksanaan

Allah Swt. Sehingga membangun pola pikir benar-benar takut kepada Allah

Swt setakut-takutnya dan tidak berani berbuat maksiat karena sadar dan yakin

seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan sama sekali bahwa Allah Swt Maha

Melihat, Maha Mengetahui, Maha Mendengar, Maha Kuasa dan Maha

segala-galanya. Semua ciptaan baik langit dan bumi serta seluruh isinya

berada dalam kekuasaan-Nya, pengawasan-Nya, kasih sayang-Nya.

Untuk bisa mendalami secara komprehensif (utuh) kaidah kedua al

yakin la yuzalu bis-syak ini, apa yang harus kita bangun kerangka berfikir

32 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


kita nih? Mudah yaitu dengan memahami tingkatan keyakinan manusia

antara lain:

(1) ilmul yakin, artinya mengetahui dengan pasti berdasarkan bangunan

ilmu pengetahuan sains dan tekhnologi seperti seorang ahli neorologi

ketika meneliti susunan DNA yang sangat detail dan rumit, sehingga

mereka menyimpulkan dari hasil penelitiannya sangat mustahil

manusia menirunya. Bangunan sains dan tekhnologi ini semakin

menambah keyakinannya atas kewujudan Allah Swt, kebesaran Allah

Swt, kebijaksanaan Allah Swt. Belum lagi susunan kosmis (alam

semesta) di antariksa yang begitu luas luar biasa!

U JI P U B
(2) ‘Ai nul Ya kin , arti nya menge tahui

L IK denga n pasti setelah melihat


langsung bertambah keyakinannya seperti seorang astronot yang

mengetahui melalui ilmu bahwa planet bumi yang ditempatinya

sangat kecil sekali bila dibandingkan dengan planet lain, setelah

astronot melakukan misi menjelajah antariksa dan melihat secara

langsung dengan panca inderanya keadaan antariksa yang sangat luas

semakin tambah yakin bahwa bumi memang sanagt kecil bila

dibandingkan planet-palnet lain di galaksi bima sakti. Belum ketika

dibandingkan dengan planet-planet yang berada di galaksi lain yang

jumlahnya jutaan?

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 33


(3) Haqqul yakin, artinya mengetahui dengan pasti setelah merasakannya

atau menyentuhnya langsung sehingga semakin bertambah

keyakinannya. Seperi seorang astronot setelah melihat langsung

keadaan antariksa kemudian mendarat di planet Mars dan

menginjakkan kaki di planet itu semakin tambah yakin seyakin-

yakinnya atas kekuasaan Allah Swt yang menciptakan planet

jumlahnya milyarantertib teratur rapi berjalan sesuai orbit edarannya,

andaikan planet satu dengan yang lain geser sedikit dari garis edaran

orbitnya apa yang terjadi? Planet satu dengan yang lain akan saling

bertabrakan, sehingga hancur berkeping-keping termasuk makhluk

UJI PUBLIK
yang ada di dalam planet itu. Subhanallah Allah Maha Kasih dan

Maha Sayang kepada kita dengan mengatur secara detail dan rapi

planet satu dengan plenet lain tidak saling betabrakan.

´‫ول´ ˚و ف´ت ´ ˚حن´ا ´عل´ ˚ي ¸هم ب´ابًا ’¸م ´ن ال س ´ماء ف´ ´ظلُّوا˚ ¸في ¸ه ي´ ˚ع ˚ر ˚جو ´ن‬
ngit, kemudian mereka dapat naik melalui pintu itu.
Al Hijr (15):14
¸ ‫¸م ˚ن أ ´ ˚ق ´طا ¸ر ال س ´ما ´وا ¸ت ´وا ْ̊ل ´ ˚ر ¸ض ف´انف˚ذ˚وا َ´ل ت ´نف˚ذ˚و ´ن إ¸ َل ¸ب ˚س ˚ل ´طا „ن ي´ا ´م ˚ع ´ش ´ر ا ˚ل ¸ج ’¸ن ´وا ˚ ل¸ْن‬
s keluar dari kawasan-kawasan (angkasa raya) langit dan bumi, maka cobalah kamu menembus keluar. Kamu tidak akan menembu
Ar Rahman (55):33

34 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK

Keyakinan Maha Kuasa-Nya Allah SWT, manusia di masa yang akan datang akan menjelajah angkasa
“Demi langit yang mempunyai jalan-jalan yang berbagai bentuk keadaannya” Adz Zariyat (51):7
Dan Kami telah menjadikan langit sebagai bumbung yang terpelihara dan terkawal, sedang mereka (yang kafir itu) berp
Al Anbiya (21):32

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 35


UJI PUBLIK

Aktifitas Peserta Didik (Bercerita, dst)


Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk bercerita tentang keyakinan atas
terwujudnya impian anda dan jelaskan apa strategi untuk meraih impian besarmu!.

36 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Ayo bercerita

Dengan memahami kaidah kedua ini, diharapkan keyakinan yang penuh totalitas kepada Alla
Ayo ceritakan keyakinan atas terwujudnya impian besarmu untuk membangun Indonesia te
hadapan guru dan teman-temanmu tentang keyakinan tidak akan tergoyahkan

Wawasan Lain

Kaidah keyakinan tidak akan bisa digeser oleh keraguandasar hukumnya al Qur’an
dan Hadits:

‫يا‬B L I K ‫م|ا ف‬ ‫ق لَ||كم‬ ‫هو الَ|ّذي خ‬- ١

U ‫يع˝|ا‬J ‫جم‬I ‫ض‬P ‫ َلأ|ر‬U


“Dia-lah Dzat yang menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi untuk kalian” (QS. Ali
Baqarah: 29)

‫ي ِإلَ|ي عل طاعم م ُه ِإل‬ ‫ما‬ ُ‫|قُل ل جد‬-٢


‫يَ|طع‬ ‫محرما ى‬ ‫أ ِفي أُوح‬
‫أَن ي كون ميتَة˝ َأ| ْو دَ|ما حا أَ| ْو خنزي فَ ِإ|نَّهُ رج س أَ ْو‬
‫ر‬ ‫لَ|حم‬ ‫مسفُو‬
|‫ِبه‬ ‫لِال‬ ‫ل َغ| ْير‬ ‫أُهل‬ |˝‫سق‬
‫ا‬
‫ۚ فَ|م نِ ا ضطرغير غو عادف ربَ|ّكغَ|فُورر حيم‬
|َ‫ِإ|ن‬ ‫َب|ا ل‬
Ushul Fikih Kelas XI MA PK 37
Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu
kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam
keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Al-
An’am
: 145)

38 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


‫اَلّ َأخرج لعبَ|اده و ط ت من‬ ‫زين ل‬ ‫|قُل من ح‬-٣
‫ال ِيّبَ|ا‬ ‫ِت ي‬ ‫ة ل‬ ‫رم‬
‫ِا‬
‫رزق‬n ّ ‫ال‬
ُ ‫ۚ قُ ْلهَ|ي ِللَ| ذيَنآمنُوا ِفيا ح ال|دُّ خ ص ْ ق َي|ا مةۚ ِل كنَُف‬
‫صل ْليَ|ا‬
‫ك َذ‬ ‫ْل يَ|ا ْن َي|ا ا ة˝|ي ل‬
‫و م‬ ‫ِل‬
‫ا‬
‫ِل قَ|ومي ع مون‬
‫ل‬
َ
Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)
rezeki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang
beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat”.
Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (QS Al-
A’raf : 32)

،‫فَ|أَ| شك علَ| ْيه‬ ‫وجد أَح ُد كم ِفى ب ط‬


َ ‫ َذا‬: .‫م‬.‫قوله ص‬-٤
‫ِنه شي| ئ˝ ل‬
‫ا‬
‫من ا حتى سمع‬ |َ‫َُفل‬ ‫شيئ أَ|م‬ ‫أَ| خرج منه‬
‫ي‬ ‫ْل م س جد‬ ‫ي |َ|خرجن‬ ،|َ‫ل‬
(.‫صوتا˝| َأ| ْو ي ريحا)˝|ر|واه مسلم عن أبي هريرة‬
‫جُد‬
Artinya: UJI PUBLIK
“Jika terjadi salah satu dari kalian masalah di perutnya kemudian ragu-ragu apakah
mengeluarkan sesuatu (kentut, buang angin) atau tidak? Maka jangan keluar dari masjid
(dengan membatalkan shalat dan berwudhu) kecuali telinganya benar-benar mendengar

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 39


suara (kentutnya) atau hidungnya mencium aromanya (HR. Imam Muslim dari Abi
Hurairah)

‫شك أحدكم فى صُلته فلم يدر كم‬ ‫ إذا‬: .‫ص‬.‫قوله م‬-٥


‫ واليبن على ما استيقن‬،‫فليطرح الشك‬ ،‫ ُثلثا أو أربعا‬،‫صلى‬
‫ فإن كان صلى خمسا شفعن‬.‫أن يسلم‬ ‫ثم يسجد سجدتين قبل‬
‫ كانتا تر|غيما‬،‫صلى إتماما ألربع‬ ‫ وإ كان‬.‫له صُلته‬
‫ن‬
(‫ )رواه مسلم عن أبي سعيد الخدري‬.‫للشيطان‬
Artinya:
“Jika terjadi salah satu dari kalian keraguan ketika menunaikan shalat tentang
berapa jumlah bilangan rakaat shalatnya, tiga atau empat? maka buanglah keraguan
itu dengan melakukan apa yang engkau yakini kemudian sebelum salam sujudlah
(sahwi, sujud karena lupa) dua kali. Jika ternyata melakukan sampai lima rakaat
dalam shalatnya maka sujudnya menggenapkan shalatnya, jika ternyata melakukan

40 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


empat rakaat, maka sujudnya itu sebagai penghinaan bagi setan.(HR. Imam Muslim
dari Abi Sa’id al-Khudri)

‫فى صُلته فلم يدر واحدة‬ ‫ إذا سها أحدكم‬: .‫ص‬.‫قوله م‬-٦
‫ فإن لم يدر ثنتين صلى‬.‫ فلينن على واحدة‬،‫صلى أو اثنتين‬
،‫ فإن لم يدر ُثلثا صلى أم أربعا‬.‫ فليبن على ثنتين‬،‫أم ثُلثا‬
‫ )ر|واه‬.‫ وليسجد سجدتين قبل أن يسلم‬،‫فليبن| على ثُلث‬
(‫ حديث حسن صحيح‬:‫ وقال‬،‫الترمذي‬
“Jika terjadi dalam salah satu dari kalian keraguan ketika menunaikan shalat tentang
berapa jumlah bilangan rakaat shalatnya, satu atau dua? Maka pilihlah satu, jika dua
atau tiga? Pilihlah dua. Jika tiga atau empat? Pilihlah tiga. Sebelum salam maka sujudlah
(sujud sahwi) (HR. Imam Tirmidzi, termasuk kategori Hadis Hasan Shahih).

Contoh dalam kehidupan

U JI P U B
Tiga ayat dan tiga ha dits di ata s, dap at difa hami

bL I K
ahwa :

(1) Keyakinan (iman, bangunan pola pikir/mindset) seseorang serta

kesadarannya berdasarkan ilmu atas kewujudan Allah Swt, kebesaran Allah

Swt, kebijaksanaan Allah Swt. Sehingga membangun pola pikir benar-benar

takut kepada Allah Swt setakut-takutnya dan tidak berani berbuat maksiat

karena sadar dan yakin seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan sama sekali

bahwa Allah Swt Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha Mendengar, Maha

Kuasa dan Maha segala-galanya. Semua ciptaan baik langit dan bumi serta

seluruh isinya adalah ciptaan-Nya serta berada dalam kekuasaan-Nya,

pengawasan-Nya, kasih sayang-Nya. Yuk baca kembali surat Ali Baqarah


Ushul Fikih Kelas XI MA PK 41
ayat 29 ya gaes...(al yakin la yuzalu bis-syak).

42 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


(2) Keyakinan seseorang tentang hukum asal segala sesuatu termasuk di

dalamnya makanan, minuman dan selainnya itu hukumnya halal kecuali yang

sudah jelas-jelas diharamkan dalam al-Qur’an dan Hadits seperti haramnya

makanan dan minuman dari hasil uang korupsi, manipulasi, menipu dan

sebagainya. Begitu juga sama segala aktivitas interaksi sosial (muamalah)

yang tidak ada dalil yang mengharamkannya hukum asalnya boleh seperti

membuat status di media sosial selama tidak menyebarkan hoax, fitnah, isu

SARA dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila, Bhineka

Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945 maka hukumnya boleh. Yuk baca

kembali surat Al-An’am ayat 145 dan surat Al-A’raf ayat 32 ya gaes...(al

UJI PUBLIK
yakin la yuzalu bis-syak).

(3) Ketika seseorang melaksanakan shalat dalam keadaan yakin suci karena
sebelumnya dia telah berwudhu, namun di tengah shalatnya dia ragu antara
batal atau tidak karena merasakan ada kentut tetapi tidak yakin. Maka
keraguan yang muncul belakangan tidak bisa membatalkan apa yang
sebelumnya telah yakin yaitu keadaan suci, artinya shalatnya sah selama
telinga benar-benar tidak mendengarkan suara kentutnya atau hidung benar-
benar mencium aroma kentutnya (al yakin la yuzalu bis-syak).

(4) Ketika seseorang melaksanakan shalat di tengah-tengah muncul


keraguan, apakah bilangan rakaatnya baru tiga atau sudah empat? maka, dia
harus menetapkan bilangan yang rendah yaitu tiga rakaat karena itulah yang
diyakini (al yakin la yuzalu bis-syak).

(5) Ketika seseorang baru saja mengambil air wudhu di tempatt wudhu
masjid, kemudian muncul keraguan dalam hatinya, wudhunya sudah batal

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 43


atau belum?. Maka hukum twudhunya tidak bisa digeserkan oleh keraguan
yang muncul kemudian (al yakin la yuzalu bis-syak).

(6) Ketika seseorang meyakini telah berhadats karena junub, kemudian


muncul keraguan dalam hatinya, apakah sudah bersuci atau belum? Maka
orang tersebut masih belum suci (muhdits) harus mandi besar atau jinabat(al
yakin la yuzalu bis-syak).

Perenungan

Hikmah dari kaidah kedua al yakin la yuzalu bis-syak, antara lain:

1. Sesungguhnya menjalankan agama itu mudah, tapi janganlah dipermudah


karena di dalam al Qur’an sendiri menganjurkan yang demikian: “Allah

UJI PUBLIK
menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”
(al-Baqarah:185), “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan
manusia dijadikan bersifat lemah (an-Nisa’:28), “Allah tidak hendak
menyulitkan kamu”(al-Maidah:6)

2. Kaidah al yakin la yuzalu bis-syak ini membangun kerangka berfikir manusia


yang komprehensif (utuh, syumul), logik (masuk akal, ma’qul), seimbang
atau harmonis (moderation, wasatiyah) dan fleksibel (lentur, mutaharrikah),
visioner futuristik (analisis kritis di masa yang akan datang).

3. Keyakinan menjadi tendensi dasar dalam segala hal baik ibadah maupun
mu’amalah untuk mencapai prinsip umum dalam fikih: keadilan (juctice, al
adalah), persamaan (equal, al-musawwah), dialogis (as-syura, analisis kritis),
kebebasan (al huriyyah, freedom), dan mewujudkan kemaslahatan manusia
(maslahah, public interest) baik di dunia sampai akhirat.

44 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


4. Keyakinan merupakan sebuah terma penting, yang dengannya penghambaan
seorang hamba melalui sebuah ibadah kepada Allah menjadi berarti, dan
tanpanya sebuah ibadah hanya akan menjadi sebuah ritual kosong tanpa isi.
Demikian pentingnya posisi sebuah keyakinan menentukan kwalitas ibadah
seseorang, tetapi tidak begitu saja mudah dikondisikan dalam hati seseorang,
sebab dalam hati manusia ada potensi untuk meragukan sesuatu, dan melalui
inilah setan memainkan perannya dengan menyebarkan benih waswas
sehingga mengakibatkan seseorang terjerembab ke dalam keraguan.

5. Islam hadir sebagai penebar kasih sayang, dan kemudahan kepada segenap
umat manusia agar dapat menjalankan ajarannya dengan mudah. Kaidah al
yakin la yuzalu bis-syak sebagai sebuah manifestasi (cerminan) akan ajaran
kemudahan Islam yang sangat penting.

6. Kaidah al yakin la yuzalu bis-syak berperan dalam tema besar hukum Islam,

UJI PUBLIK
yaitu: ‘Ibâdat (ibadah), Mu‘âmalât (interaksi sosial), ‘Uqûbât (sanksi) dan
Aqdhiyât (ketetapan hukum).

7. Seorang Begawan hukum Islam Imam Nawawi menyatakan bahwa “ kaidah


al yakin la yuzalu bis-syak merupakan kaidah yang cukup aktif, sebab banyak
menghasilkan beberapa penyelesaian masalah hukum”. Sedangkan Imam al-
‘Alai menyatakan bahwa “menjadi sebuah kemungkinan bila kita
mengembalikan semua permasalahan hukum kedalam kaidah al yakin la
yuzalu bis-syak baik dari sisi konstruksi kaidahnya ataupun landasan hukum.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 45


8. atas kaidah ini”.
.

UJI PUBLIK

46 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Gambar (Mengamati)

UJI PUBLIK
Amatilah gambar di atas, renungkan dan kaitkan dengan materi yang anda pelajari! Buatlah
narasi dari hasil renungan anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
3..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 47


Aktifitas Peserta Didik (Diskusi, dst)
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.
NO KETERANGAN HASIL

1 Seseorang yakin sudah shalat subuh seperti


kebiasaanya bangun pagi, karena ngantuk dan tidur
lagi dan terbangun jam 07.00 pagi, kemudian ragu
apakah sudah shalat shubuh atau belum? Apa yang
sebaiknya harus dia lakukan! Diskusikan dengan
teman-teman kalian!

2 Bagaimana hukumnya mengembangkan wakaf tanah


masjid secara produktif untuk membangun sumber
ekonomi mandiri diambil dari keuangan masjid
dengan mendirikan rumah toko, pom bensin, rumah

IK
U UB JLI P
sakit, la borator ium? Ber ikan
saran kepada nya! Diskusikan

dengan teman-teman kalian!


3 Bagaimana hukumnya seseorang mengembangkan
pemberdayaan zakat produktif? Yang tidak
disinggung oleh nash!Diskusikan dengan teman-teman
kalian!

4 Seseorang laki-laki mencintai perempuan dengan


tulus, karena umurnya masih 17 tahun dan masih
duduk di kelas MA, bagaimana hukumnya pacaran?
Bagaimana solusi atas kisah cintanya? Diskusikan
dengan teman-teman kalian!

48 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


5 Ketika terjadi persilihan antara ayah dan anak tentang
uang senilai 10 juta, bagaimana hukumnya ayah
menggunakan uang anaknya senilai 10 juta itu?
Berikan nasihat untuk anaknya agar menjadi anak
yang berakhlak karimah kepada ayahnya!Diskusikan

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 49


dengan teman-teman kalian!

6 Ada orang yang tiba-tiba meninggal tanpa sebab,


sebelumnya dia pernah dipukul seseorang sehari yang
lalu. Bisakah orang yang memukul itu dijadikan
tersangka pembunuhan? Berikan penjelasannya!
Diskusikan dengan teman-teman kalian!

7 Bagaimana hukumnya orang yang melakukan puasa


weton (hari kelahirannya)? Berikan penjelasan!
Diskusikan dengan teman-teman kalian!

8 Kita wajib menjaga harta anak yatim, bolehkah


seseorang memberdayakan harta anak yatim untuk
dikelola agar hartanya berkembang seperti dengan

IK
membuat rumah toko? Berikan penjelasan!

U JI P
Diskusika n denga n te man-te man

U BL
k alian!
9 Kamar mandi umum dipatok tarifnya Rp. 3.000 (tiga
ribu), bolehkah seseorang mandi selama dua jam?
Apakah dia tetap bayar Rp. 3.000 !

10 Bagaimana hukumnya nikah sirri yang secara syariah


sah karena ada mahar, dua saksi dan kedua mempelai?
Berikan alasannya!Diskusikan dengan teman-teman
kalian!
11 Bagaimana hukumnya seorang astronot yang
menjalakan shalat di planet Mars tanpa mengetahui
arah kiblat yang pasti?Diskusikan dengan teman-
teman kalian!
12 Bagaimana hukumnya menikah dengan khunsa (orang
yang memiliki kelamin ganda)?Diskusikan dengan
teman-teman kalian!
13 Jika ada orang yang mengaku seorang nabi,
bagaimana hukumnya?Diskusikan dengan teman-
teman kalian!

46 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


‫ ْالصل بقاء ما كان على ما كان‬-١

Sebuah peristiwa atau hukum yang telah diyakini positif atau Arti
negatifnya di masa lampau, maka berlaku untuk selanjutnya, selama
tidak ada hal yang dapat merubahnya.

Orang yang telah yakin bahwa dia positif masih suci, kemudian dia Contoh
ragu telah berhadas, maka statusnya tetap masih suci. Atau juga
sebaliknya, dia yakin bahwa dia dalam keadaan hadas, tetapi
selanjutnya dia ragu bahwa dia dalam keadaan suci maka statusnya
tetap hadas.

Jika seseorang telah mengaku mengembalikan barang titipan Pengecualian


sedangkan pemiliknya menyangkal, maka yang dapat diterima adalah
pengakuan dari orang yang dipinjami. Dikarenakan hukum asal adalah
tidak adanya sebuah tanggungan

Seseorang yakin sudah shalat subuh seperti kebiasaanya bangun pagi, Diskusi
karena ngantuk dan tidur lagi dan terbangun jam 07.00 pagi,
kemudian ragu apakah sudah shalat shubuh atau belum? Apa yang
sebaiknya harus dia lakukan!

PUBLI K ‫ة‬ ‫اْلصل براءة الذم‬-٢

UJI
Praduga tak bersalah atau manusia hakekatnya bebas dari kewajiban Arti
dan tanggungan tertentu, karena manusia terlahir steril dari sebuah
tanggungjawab, beban dan tanggungan tertentu.

‫البينة على المدعى واليمين على المدعى عليه‬ Dasar


Hukum
(wajib menunjukkan bukti otentik bagi yang menuduh, wajib
bersumpah karena yakin tidak bersalah untuk menolak
tuduhannya bagi yang tertuduh)

Perselisihan harga antara penjual dan pembeli setelah barang Contoh


dagangan rusak, maka yang dapat diterima adalah harga dari pembeli,
sedangkan penjual disyaratkan adanya bukti.

Bagaimana hukumnya mengembangkan wakaf tanah masjid secara Diskusi


produktif untuk membangun sumber ekonomi mandiri diambil dari
keuangan masjid dengan mendirikan rumah toko, pom bensin, rumah

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 47


sakit, laboratorium? Berikan saran kepadanya!

‫اْلصل فى اْلشياء و ْالعيان اْلباحة إَل إن دل للحظر دليل فيعمل به‬-٣

Arti Bahwasanya segala sesuatu yang tidak disinggung nash syara` atas
keharaman atau kehalalan hal tersebut maka menurut madzhab Syafii
dihukumi halal, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Adapun
madzhab Hanafi berpendapat sebaliknya.

Contoh Hewan yang tidak diketahui jenis kelaminnya maka dihukumi hewan
yang halal.

Pengecualian ‫ْالصل فى ْالبضاع التحريم‬

(hukum asal kaitannya dengan seksualitas adalah haram)

Diskusi Bagaimana hukumnya seseorang mengembangkan pemberdayaan


zakat produktif? Yang tidak disinggung oleh nash!

PUBL I K ‫حريم‬ ‫ع ا لت‬ ‫ ْالصل فى اْلبضا‬-٤

Arti
UJI
Bahwasannya hukum asal wath‘i dan istimta’ wanita adalah haram,
kecuali dengan cara menikahinya dikarenakan ada kepentingan
mendapatkan keturunan.

Dasar ‫ إَل عل•ى أزواجهم أو ما ملكت أيديهم فإنهم غير ملومين‬،‫والذين هم لفروجهم حا•فظو•ن‬
Hukum
(QS. )

Contoh Jika terjadi ketidakjelasan identitas istri dengan wanita lain dalam
suatu situasi tertentu, maka tidak diperbolehkan berijtihad untuk
menggauli salah satunya.

Pengecualian Jika terjadi ketidakjelasan identitas wanita yang termasuk mahramnya


dengan wanita lain, maka diperbolehkan menikahi salah satunya,
dikarenakan agar pintu nikah tidak menjadi tertutup.

Diskusi Seseorang laki-laki mencintai perempuan dengan tulus, karena


umurnya masih 17 tahun dan masih duduk di kelas MA, bagaimana

48 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


hukumnya pacaran? Bagaimana solusi atas kisah cintanya?

‫ ْالصل فى الصفات واْلمور العارضة العدم‬-٥

Arti Bahwasanya hukum asal atas atribut imanen sesuatu hal adalah tidak
ada

Contoh Ketika terjadi perselisihan antara penjual dan pembelidalam hal serah
terima barang dagangan atau harga barang, maka yang dapat
mempunyai kekuatan hukum adalah salah satu dari keduanya yang
menyangkal atas serah terima tersebut. Karena hukum yang asal
adalah belum terjadi serah terima.

Pengecualian Jika ada seorang pemberi bermaksud meminta kembali pemberiannya


tersebut, namun orang yang diberi mengaku bahwa barang tersebut
telah rusak, maka yang dapat diterima adalah ucapan orang yang
diberi.

Diskusi

U J I I PK U
K etika te rjad i persi lihan a ntara

B L
ay ah dan anak t enta ng uang senilai 10 juta,

bagaimana hukumnya ayah menggunakan uang anaknya senilai


10 juta itu? Berikan nasihat untuk anaknya agar menjadi anak yang
berakhlak karimah kepada ayahnya!
•‫ ْالصل إضافة الحادث إلى أقرب أوقاته‬-٦

Arti Terkait bahwa hukum asal atas segala atribut imanen suatu hal adalah
tidak ada, maka jika terjadi adanya pertentangan waktu terjadinya hal
tersebut maka yang dapat diperhitungkan adalah waktu terdekat
dengan kejadian tersebut.

Contoh Jika terjadi ada seorang wanita mati setelah menyerahkan kembali
maharnya kepada suaminya, dimana sang suami mengatakan bahwa si
mayyit menyerahkannya pada waktu sehatnya, sementara itu para ahli
waris mengatakan pada waktu sakitnya, maka yang mempunyai
kekuatan hukum adalah yang dikatakan oleh para ahli waris tersebut.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 49


Pengecualian Jika terjadi ada pembeli yang mengembalikan barang kepada penjual

50 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


dengan dasar khiyar ru‘yah, kemudian sang penjual mengatakan,
“kamu telah setuju dengan barang itu setelah kamu lihat, maka
khiyarmu sudah tidak berlaku lagi”, kemudian sang pembeli
menimpali “aku setuju dengan barang ini karena aku belum
melihatnya maka khiyarku masih berlaku”, maka yang mempunyai
kekuatan hukum adalah pernyataan sang pembeli.

Diskusi Ada orang yang tiba-tiba meninggal tanpa sebab, sebelumnya dia
pernah dipukul seseorang sehari yang lalu. Bisakah orang yang
memukul itu dijadikan tersangka pembunuhan? Berikan
penjelasannya!

‫اْلصل فى العبادات الحظر وفى العادا•ت اْلباحة‬-٧

Arti Bahwasannya hukum asal atas segala bentuk ibadah baik secara fisik
maupun non fisik adalah terlarang kecuali ada dalil yang
memperbolehkan melakukannya. Adapun hukum atas segala bentuk

U
U JB LI I K
P
h ubunga n so sial a ntar
m asyarak at pad a hake kat nya

adalah boleh, kecuali ada dalil yang melarangnya.


Contoh Pelaksanan sholat pada hukum asalnya adalah terlarang, namun ada
dalil dalam al-Quran yang mewajibkan melaksanakan sholat (‫الصلوة| اقم‬
). Sedangkan transaksi ribawi pada dasarnya boleh, namun ada dalil
yang mengharamkannya (‫) الربا وحرم البيع لال وأحل‬

Diskusi - Bagaimana hukumnya orang yang melakukan puasa weton


(hari kelahirannya)? Berikan penjelasan!

- Bagaimana hukumnya orang rental mobil? Berikan penjelasan!

‫إذا تعذرت الحقيقة يصار إلى مجاز‬-٨

Arti Jika tidak memungkinkan untuk memakai makna hakiki, maka dapat
dialihkan kepada makna majazi

Contoh Seseorang akan mewakafkan hartanya kepada anaknya, namun anak


tersebut telah mati, dan meninggalkan anak yang menjadi cucu orang

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 51


52 Ushul Fikih Kelas XI MA PK
tersebut, maka pemakaian makna hakiki (yang dalam hal ini adalah
anak kandung) dapat dialihkan kepada makna majazi yakni cucu.

Diskusi Kita wajib menjaga harta anak yatim, bolehkah seseorang


memberdayakan harta anak yatim untuk dikelola agar hartanya
berkembang seperti dengan membuat rumah toko? Berikan
penjelasan!

‫َلعبرة للَدللة فى مقابل التصريح‬-٩

Arti Kontekstual (situasi dan kondisi) hukum tidak diprioritaskan jika


dihadapkan dengan tekstualitasnya (lafadz)

Contoh Jika seseorang masuk ke dalam rumah orang lain atas ijinnya untuk
meminum dengan memakai gelasnya, kemudian gelas tersebut jatuh,
maka seseorang tadi tidak diwajibkan mengganti, karena dia tidak
dilarang minum dengan gelas secara terang-terangan.

Pengecualian

U LJ I I K
P U
A da ses eora ng yan g me mbeli

B
s uatu b arang den gan ada cacatnya,

kemudian dia menggunakannya yang menunjukkan bahwa dia dapat


menerima kecacatan itu, kemudian secara terang-terangan menyatakan
tidak dapat menerimanya, maka dia tetap terbebani barang tersebut,
dan pernyataannya tersebut tidak berarti apa-apa.
Diskusi Kamar mandi umum dipatok tarifnya Rp. 3.000 (tiga ribu), bolehkah
seseorang mandi selama dua jam? Apakah dia tetap bayar Rp. 3.000 !

‫َلينسب إلى ساكت قول‬-۰١

Arti Segala bentuk transaksi yang menyaratkan adanya suatu pernyataan


dengan jelas, maka segala hal yang tidak ada pernyataannya tidak
dapat mempunyai kekuatan hukum

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 53


Contoh Jika ada orang yang menempati suatu rumah yang tidak
diperuntukkan sebagai rumah sewa, sedangkan pemilik rumah
tersebut tidak menyatakaan sewa, maka pemilik rumah tidak berhak
secara hukum untuk meminta uang sewa kepada orang tersebut.

54 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Pengecualian Jika ada suami istri sepakat untuk menunda penyerahan mas kawin,
dan tidak ada syarat tidak boleh menggauli sebelum pelunasan mahar
tersebut, maka sang istri boleh menolak untuk digauli sang suami
hingga pelunasan mahar tersebut.

Diskusi Bagaimana hukumnya nikah sirri yang secara syariah sah karena ada
mahar, dua saksi dan kedua mempelai? Berikan alasannya!

•‫َلعبرة بالتوهم‬-١١

Arti Bahwasannya segala ibadah yang didasarkan pada hanya tebakan


maka tidak mempunyai efek hukum

Contoh Jika ada seseorang yang tidak mengetahui arah kiblat, kemudian dia
sholat dengan tanpa melalui proses verifikasi dan ijtihad terhadap arah
kiblat tersebut, maka sholat orang tersebut tidak sah.

Pengecualian Jika ada rumah sewa roboh, maka sesungguhnya transaksi sewa-

U JI P U
m enyew a tid ak men jadi b atal.

Diskusi
BLIK
Bagaimana hukumnya orang yang menjalakan shalat di planet Mars
tanpa mengetahui arah kiblat yang pasti?

‫َلعبرة بالظن البين خطؤه‬-٢١

Arti Suatu perbuatan yang terkait dengan sebuah hukum ataupun hak
pribadi yang didasarkan pada sebuah persangkaan, maka kekuatan
hukumnya akan menjadi hilang bila persangkaan tersebut terbukti
salah.

Contoh Jika ada seseorang sholat dengan memakai pakaian yang disangka
suci, tetapi kemudian terbukti pakaian tersebut najis, maka orang
tersebut wajib mengulang sholatnya.

Pengecualian Jika ada seseorang sholat jamaah dengan imam yang disangka suci
dari hadats, kemudian terbukti bahwa imam tersebut berhadats maka
sholat orang tersebut tetap sah.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 55


Diskusi Bagaimana hukumnya menikah dengan khunsa (orang yang memiliki
kelamin ganda)?

‫لحجة مع اْلحتمال الناشئ عن دليل‬-َ٣١

Arti Tidak ada satupun sebuah argumentasi mempunyai efek hukum, jika
dimungkinkan adanya sebuah asumsi yang bertolak dari sebuah dalil.

Contoh Jika ada seseorang dalam kondisi sakit yang mendekati kematian,
mengaku kepada sebagian ahli warisnya bahwa dia punya hutang,
maka tidak boleh langsung menjalankan pengakuannya tersebut.

Diskusi Jika ada orang yang mengaku seorang nabi, bagaimana hukumnya?

Ayo Menganalisis

Kaid IK B L
U JI P Uah al ya kin l a yu zalu b is sya k

Dasar logika: Keyakinan adalah lebih kuat daripada keraguan, karena keyakinan memuat ketentuan hukum y
diruntuhkan hanya dengan keraguan

Dari kaidah mayor (pokok) ‫ بالش||ك ليزا||لاليقي||ن‬dapat disarikan menjadi beberapa kaidah minor (cabang) sebag

56 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Penugasan Penelitian Kelompok
Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu!Selamat mencoba!

UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 57


U
Ayo Menc ari BLIK
S
J Ium ber

I
P U lmu !

Penugasan Belajar Mandiri


1. Tulislah ayat al-Qur’an atau Hadis yang berkaitan dengan kaidah kedua al yakin la
yuzalu bis syak, minimal 3 ayat/Hadis!
2. Buatlah kliping-kliping pendapat-pendapat ulama Indonesia tentang al yakin la yuzalu
bis syak dalam ibadah dan mu’amalah!

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 55


Faktor keyakinan merupakan penentu akan keberlangsungan ibadah seseorang, untuk selanjutnya menjadikan
Kaidah mayor ‫ بالش||ك ليزا||لاليقي||ن‬merupakan wujud nyata sebuah manifestasi nilai luhur ajaran Islam yang lebih
Kaidah minor mempunyai peranan penting untuk mendetailkan batasan-batasan operasional kaidah mayor, yan

UJI PUBLIK
Ayo Jelaskan!

Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan pengertian kaidah kedua al yakin la yuzalu bis syak? Baik secara
etimologi (bahasa) atau secara terminologi (istilah)?
2. Jelaskan perbandingan antara tingkatan keyakinan dan keraguan seseorang?
3. Jelaskan contoh dalam ibadah dan muamalah kaitannya dengan kaidah mayor al yakin la
yuzalu bis syak?
4. Jelaskan tiga belas pengertian kaidah minor al yakin la yuzalu bis syak? Sekaligus
contohnya masing-masing!
5. Jelaskan hikmah kaidah kedua al yakin la yuzalu bis syak!

56 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


KUAIJDI
APHUKBELTIIKGA:
AL MASYAQATU TAJLIBUT
TAYSIR

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 57


BAB III KAIDAH KETIGA :AL MASYAQATU TAJLIBUT TAYSIR

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.3. Menghayati kebenaran hukum Islam
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
pokok fikih yang ketiga
agama yang dianutnya

2. (SIKAP SOSIAL) 2.3. Mengamalkan sikap tanggung jawab


dan patuh sebagai implementasi dari
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
pengetahuan tentang kaidah pokok fikih
santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
al-masyaqqatu tajlibut taysir
toleran, damai), bertanggungjawab,
responsif, dan pro aktif, dalam berinteraksi

secara efektif s

U
esuai
BLIK

JI
de nga n

P U
perke mban gan

anak di lingkungan, keluarga, sekolah,


masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional

58 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. (PENGETAHUAN) 3.3. Menganalisis kaidah pokok fikih al-
masyaqqatu tajlibut taysir
Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan factual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik sesuai

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 59


dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

4. (KETERAMPILAN) 4.3. Menyajikan contoh penerapan kaidah


pokok fikih al-masyaqqatu tajlibut taysir
Menunjukkan keterampilan menalar,
dalam kasus kehidupan baik terkait
mengolah, dan menyaji secara: efektif,
ibadah maupun muamalah
kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah dan bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

UJI PUBLIK TUJUAN PEMBELAJARAN

Peserta didik mampumenjelaskan deskripsi (gambaran umum) al Masyaqatu Tajlibut Taysir,


pengertian, dasar hukum, contoh dalam kehidupan serta hikmahnya.

60 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


PETA KONSEP

UJI PUBLIK
Kaidah mayor yang ketiga di dalam ushul fikih adalah al Masyaqatu Tajlibut Taysir,
artinya kesulitan mendatangkan kemudahan. Kaidah ketiga ini memberikan pemahaman
kepada umat Islam dengan membangun kerangka berfikir pentingnya menerapkan dispensasi
(kemudahan) kepada siapapun yang kadang kala terjadi baik ketika menjalankan ibadah
maupun interaksi sosial (muamalah) untuk meminimalisir kesulitan.

Kaidah al Masyaqatu Tajlibut Taysir adalah bagian dari mengamalkan ajaran agama
Islam yang moderat (harmonis, bersinergi) atau adil dengan mengambil jalan tengah dari
kedua sikap antara sikap “tasaahhul” atau mempermudah masalah agama dan sikap ngawur
(ceroboh, gegabah) atau “guluw” artinya mempersulit diri sendiri dalam memahami dan
mengamalkan agama.Tetapi bersikap “tawas-suth” (moderat, wajar), sebab di dalam ajaran
Islam, hukum dan perintah agama ada yang bersifat ketat (‘azimah) dan ada yang bersifat
mendapatkan kemudahan (rukhshah, dispensasi) keduanya karena ada alasan atau sebab

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 61


konteks (situasi dan kondisi) tertentu yang menyertainya. Contoh dalam ibadah shalat, shalat
merupakan ibadah yang paling diutamakan dan sifatnya ketat (‘azimah) dan tidak ada alasan
untuk meninggalkan shalat meskipun dalam keadaan sakit, bepergian, bencana alam dan
seterusnya. Namun Islam memberikan beberapa jalan keluar (taysir, dispensasi) agar dalam
melaksanakan ibadah shalat tersebut tidak menimbulkan penderitaan dan kesulitan
(masyaqah) yang tentunya diluar kesanggupan seseorang karena Allah Maha Mengetahui
bahwa manusia itu sifat dasarnya lemah (dha’if), contohnya antara lain: karena sakit,
bepergian, lupa, bencana alam, ketidak-tahuan, dipaksa. Maka mendapatkan dispensasi
dengan bentuk mengugurkan(takhfif isqat), dispensasi dengan dikurangi (takhfif tanqis),
dispensasi dengan cara menggantinya (takhfif ibdal), dispensasi dengan cara mendahulukan
dan mengahirkan waktu pelaksanaannya (takhfif taqdim wa takhir), dispensasi dengan cara
dimudahkan (takhfif tarkhis).dispensasi dengan cara perubahan (takhfif taghyir) dan
dispensasi dengan cara boleh memilih (takhfif takhyir).

Disepensasi yang bersifat antisipatif di atas menunjukkan bahwa ajaran Islam selalu
shalihun likulli zaman wa makan (selalu harmonis dengan situasi dan kondisi), fleksibel

UJI PUBLIK
(lentur, dinamis, mutaharrikah), selalu memperhatikan hubungan antara perintah dengan
pelaksanaannya serta konteks (situasi dan kondisi) dimana perintah tersebut mesti
dilaksanakan, semuanya ini merupakan ciri moderasi (tengah-tengah, wajar) keadilan dalam
menjalankan ajaran Islam. Sehingga membentuk umatnya menjadi orang yang moderat
dengan memiliki ciri khas, antara lain; (1) adil dalam bersikap, (2) bijaksana dalam berfikir,
(3) selalu mengutamakan kemaslahatan umat yang lebih luas(public interest), (4) bersikap
toleran atau tidak kaku (rigid) dan (5) menghormati perbedaan dengan tidak merasa dirinya
paling benar atau tidak keras kepala (ekstrim). Semuanya ini karena Allah tidak menghendaki
dalam pelaksanaan ajaran agama Islam menimbulkan kesulitan (masyaqh) dan menyebabkan
penderitaan pada hamba-Nya. Kalau Allah Swt saja sangat Maha Kasih dan Sayang terhadap
semua hamba-Nya, bagaimana dengan anda?

Selanjutnya, bagaimana penjelasan secara luas dan mendalam tentang al Masyaqatu


Tajlibut Taysir? Nah, jawabannya ada pada pembahasan berikut.

62 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Kalimat al masyaqah secara bahasa artinya segala sesuatu yang memberatkan karena

kondisi tertentu, kalimat tajlibu artinya mendatangkan, sedangkan kalimat taysir artinya

kemudahan, keringanan, dispensasi. Dasar hukum kaidah ketiga ini adalah surat al

Baqarah:185, al-Hajj:78, yang akan dijelaskan berikut ini. Dengan memahami penjelasan

mendalam tentang kaidah ketiga ini akan membuka gerbang pemikiran manusia untuk

lebih luas dan dalam cakrawala pemikirannya. Terutama anda sebagai calon-calon ulama’

yang intelektual, bukankah demikian?

Lima karakter generasi milenial sebagai calon ulama’ intelektual:

1. Tidak pernah puas dengan ilmu dengan selalu membuka


diri untuk selalu belajar dimanapun, kapanpun dan
dengan
siapapun meskipun dengan yang lebih muda umurnya serta

UJI PUBLIK memegang prinsip selalu belajar seumur hidupnya


(education is long life/ ‫)اللحد الى المهد من العلم اطلب‬

2. Taat beribadah baik wajib maupun sunnah, berani riyadhah


di saat yang lain kenyang dia berani lapar, di saat yang lain
tidur pulas dia bangun tengah malam bermujahadah dengan
Allah
Swt (‫)وجاهدوا في هلال حق جهاده‬

3. Berakhlak mulia, rendah hati, selalu memaafkan orang lain dan


tidak merasa dirinya paling baik dan benar ( ‫مكارم ْلتمم انمابعثت‬
ّ َ ‫)ا‬
‫لخلق‬

4. Tidak mengenal putus asa dalam kamus hidupnya dan


memiliki keyakinan setelah kesulitan pasti ada kemudahan-
kemudahan
banyak yang )‫(المشقة تجلب التيسير‬

5. Selalu menjalin jaringan yang lebih luas dengan menguasai


kitab kuning, menguasai bahasa asing terutama bahasa
Arab
dan Inggris, menguasai sains dan tekhnologi, mencintai
Indonesia serta peduli terhadap sesama.

(‫)ي•رفع هلال الذين امنوا منكم والذين اوتواالعلم درجات‬

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 63


Aktifitas Peserta Didik (menyampaikan gagasan, dst)
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk menyampaikan gagasan atau ide tentang
kemudahan yang pernah anda lakukan dalam membantu kesulitan saudara atau teman-
temanmu!.

Ayo Menyampaikan Gagasan

Dengan memahami kaidah ketiga ini, diharapkan tumbuh kepedulian, kepekaan, membantu, tol
Ayo ceritakan pengalamanmu membantu meringankan kesulitan orang lain tekait kaidah kesuli

Waw U PUBLIK asa

n JILai n

Kaidah al masyaqah tajlibut taysir dasar hukumnya al Qur’an dan Hadits:

‫صل‬
ُ ‫أَن تَ صر من‬ ‫علَ ج‬ ‫و ِإذَا ضر ْبتُ ْم ِفي ا ض فَ|ل‬-١
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ْق ح وا‬ ‫ْيكم نَ|ا‬ ‫ْيس‬ ‫ْ َأل| ْر‬
ۚ ‫خ ْفتُ ْم أَن َي ْف َِتن كم الَ|ّ ِذين روا‬
‫كف‬
“Dan apabila kamu bepergian di muak bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qasar
sembahyang (mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir” (QS. An-Nisa’:101)

64 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


‫تَ صدَّ|ق ْ ر ك ْم ۖ كنتُ ْم‬ ‫و ِإن كان ذُو عسر ظ لَ|ى ْ „ة‬-٢
‫وأَن وا ي ل ِإن‬ ‫ي سر‬ ‫َفن رة‬

‫خ‬ ‫م‬
|‫تَ|علَ|مون‬
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui.” (QS Al-Baqarah : 280)

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 65


‫ر غفُو رحيم‬ ‫ف من ض غ اغ َ „د‬-٣
‫َّبك ر‬ ‫ا طر ْير „| ل َفإِ|ن عا‬
‫و‬
“Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
(pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS Al-An’am : 145)

|‫ّ ّلثْ| م ۙ لال غفُو رحيم‬ ‫|ف من ضطر مخ صة غ م ج‬-٥


َ „ ِ
‫ر‬ ‫فَ| ِإ|ن ف‬ ‫ْ ير ت ا‬ ‫ي م‬ ‫ا‬
‫ِن‬
“Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Maidah:3)

‫و َل ي بكم ا ْلعُسر‬ ‫كم ا‬ ‫|ُي ِريد لُال‬-٦


‫ِريد‬ ‫ْليُسر‬

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS Al-
Baqarah : 185)

UJI PU ‫كم ِفي م‬


‫وما جع ع‬-٧
َ‫ل ل‬

B
‫„ج‬ ‫حر‬ ‫ْي‬

LK
‫ا|ل‬

I
‫ين ن‬ ‫ِد‬
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (QS Al-Hajj:
78)

‫سمحة‬
‫ِ ح ِني‬ ‫ْل س‬
‫ت‬
‫ب ِف َي|ّة‬
66 Ushul Fikih Kelas XI MA PK
‫ ِإ ِّني أُ ْر‬-٨

“Aku diutus dengan membawa nilai-nilai yang lurus dan ramah (toleran).” (HR Ahmad no. 25962)

، ‫وق ربُو ْ شروا‬ ‫شادَّ| ال حد˚ ِإلَ|ّ غلَ|بَ|ه ِّد ُد‬ ‫ن‬ ‫ و‬، ‫| ِإن ال ِ ّدين يُسر‬-٩
‫ا ا ب‬ ‫ ف وا‬، ‫ّدين أ‬ ‫ي‬ ‫ل‬
‫و َأ‬ ‫س‬
‫ْو وشىء من الدُّ ْلجة‬ ‫واستَ| ِعينُوا ِبا ْلغَ|دو و‬
‫حة‬ ‫ال‬
‫ر‬
“Sesungguhnya agama (Islam) mudah, tidak ada seorang pun yang hendak menyusahkan
agama (Islam) kecuali ia akan kalah. Maka bersikap luruslah, mendekatlah, berbahagialah dan
manfaatkanlah waktu pagi, sore dan ketika menjelang malam tiba.” (HR Bukhari no. 39)

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 67


Contoh dalam kehidupan

Ayat al qur’an dan hadits di atas, dapat difahami bahwa:

(7) Karenasedang sakit dan tidak sanggup melakukan shalat dengan berdiri, maka

mendapatkan kemudahan (taysir, dispensasi) melakukannya dengan duduk, jika tidak

bisa duduk maka mendapatkan kemudahan melakukannya dengan berbaring, jika tidak

bisa berbaring mendapatkan kemudahan melakukannya dengan memakai isyarat dan

diperbolehkan memakai tayammum.(al masyaqah tajlibut taysir).

(8) Karena sedang dalam bepergian jauh yang dimubahkan syara’ (musafir, travelling)

seperti berkunjung ke sanak saudara dan jarak tempuh perjalannanya lebih dari 89 KM.

UJI PUBLIK
Maka mendapatkan kemudahan (taysir, dispensasi) melakukan shalat dengan

jama’(menggabungkan dua shalat) baik jama’ taqdim atau ta’khir, bahkan bisa meng-

qashar artinya meringkas rakaat shalat yang semula empat jadi dua (seperti dhuhur,

ashar dan isya’) kecuali maghrib boleh dijama’ tidak boleh diqasar, sedangkan shubuh

tidak boleh dijama’ dan diqasar(al masyaqah tajlibut taysir).

(9) Karena sedang bepergian menggunakan alat transportasi modern seperti pesawat, kapal

pesiar, kereta api sampai astronot yang menjelajah angkasa menggunakan satelit dan alat

transportasi canggih lainnya. Maka mendapatkan kemudahan (taysir, dispensasi)

melakukan shalat dengan shalat sambil duduk, tidak menghadap kiblat, tidak

menggunakan air tetapi dengan tayammum, melakukannya dengan cara jama’ dan qasar

sebagai lihurmatil wakti artinya melakukan shalat untuk menghormati waktu shalat,

setelah mereka sampai tempat tujuan shalat diulangi kembali atau ‘ada’.(al masyaqah

tajlibut taysir).

68 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


(10) Karena dalam keadaan kesulitan (masyaqah) menemukan air untuk wudlu’ seperti

kekeringan atau ada air tapi untuk kebutuhan primer untuk minum atau sakit yang tidak

diperbolehkan kena air. Maka mendapatkan kemudahan (taysir, dispensasi)

menggunakan tayammum (dengan memakai debu) .(al masyaqah tajlibut taysir).

(11) Karena sedang dalam kesulitan (masyaqah) karena suatu keadaan tertentu untuk

melakukan shalat tepat waktunyaseperti kesiangan bangun shalat shubuh karena

malamnya ada kegiatan yang dihalalkan syara’ seperti belajar, mengaji sampai larut

malam, menulis dan tidak menjadi kebiasaan (langganan, mamber) atau terjebak macet

meskipun jaraknya dekat karena menggunakann kendaraan yang diluar kendalinya. Maka

mendapatkan kemudahan (taysir, dispensasi) boleh melakukan shalat qadla’ (di luar

waktunya) .(al masyaqah tajlibut taysir).

UJI PUBLIK
(12) Karena sedang melakukan shalat dalam suasana ketakutan atau bahaya seperti dalam

pertempuran atau bencana alam gempa bumi, gunung meletus, banjir bandang, tsunami

dan lain sebagainya. Maka mendapatkan kemudahan (taysir, dispensasi) melakukan

shalat sambil berlari untuk menghindar atau menyelamatkan diri.(al masyaqah tajlibut

taysir).

(13) Contoh al masyaqah tajlibut taysir dalam konteks kekinian khususnya bidang technologi

medis yaitu diperbolehkannya transplantasi organ tubuh dengan alasan ketika dalam

keadaan emergency (darurat) maka diperbolehkan hal-hal yang semula diharamkan

menjadi diperbolehkan selama batas-batas yang ditentukan, trnasplantasi organ tubuh

adalah mengambil organ tubuh yang memiliki imunitas atau daya tahan tubuh yang sehat

dari orang yang hidup untuk ditanam dalam tubuh orang lain untuk menggantikan organ

tubuh yang tidak sehat atau tidak berfungsi dengan dalam kondisi darurat untuk

menyelamatkan hidupnya atau untuk membantu organ vital seperti ginjal, jantung, mata

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 69


dan sebagainya supaya orang yang ditransplantasi tadi bertahan hidup dengan organ baru

tersebut.

Perenungan

Hikmah dari kaidah ketiga al masyaqah tajlibut taysir, antara lain:

9. Jika difahami dengan seksama semua perintah Allah adalah mudah dan tidaklah sulit,
tetapi kenapa ada orang yang merasa berat menjalankan perintah Allah? Salah satu
sebabnya karena dosa dan maksiat sehingga seorang hamba menganggap berat syariat
yang mudah dan dipermudahkan sesuai situasi dan kondisi ini serta lebih tunduk kepada
syahwat dan hawa nafsunya dari pada kepada penciptanya Allah Swt.

10. Semua perintah Allah hendaknya dilakukan seorang hamba sesuai


kemampuannyadengan mengambil jalan tengah atau “tawas-suth” (moderat, wajar) dari

UJI PUBLIK
kedua sikap antara “tasaahhul” artinya tidak mempermudah perintah Allah dengan
ngawur (ceroboh, gegabah) dan “guluw” artinya mempersulit diri sendiri dalam
memahami dan mengamalkan perintah Allah.

11. Semua perintah dan larangan dari Allah Swt terhadap hamba-Nya adalah anugerah
yang semua hamba mampu melaksanakannya kecuali terjadi keadaan darurat pada kondisi
tertentu sehingga mendapatkan dispensasi (taysir) seperti orang yang sedang sakit,
keadaan musafir, keadaan terpaksa, keadaan ketakutan, ketidak-tahuan, kekurangan dan
sebagainya. Inilah yang kemudian melahirkan kaidah ketiga al masyaqah tajlibut taysir.

12. Disebut darurat (masyaqah) jika membahayakan agama, atau jiwa, atau harta, atau
keturunan, atau akal. Contohnya bila ada pihak-pihak yang ingin memecah-belah bangsa
dengan ingin mengganti konsensus bersama (kalimatus sawa’) para pendiri bangsa
Indonesia seperti Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945. Maka wajib
dilawan dengan menolaknya atau laporkan ke pihak berwajib setempat bila tidak diatasi
sejak dini akan mengancam perdamaian Bangsa Indonesia yang multi agama, budaya,
bahasa, suku dan sebagainya. Ini adalah darurat dan sangat membahayakan agama, jiwa,
harta, keturunan dan akal.

70 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


13. Kaidah al masyaqah tajlibut taysir ini membangun kerangka berfikir manusia yang
komprehensif (utuh, syumul), logik (masuk akal, ma’qul), seimbang atau harmonis
(moderation, wasatiyah) dan fleksibel (lentur, mutaharrikah), visioner futuristik (analisis
kritis di masa yang akan datang).

14. Kemudahan dalam menjalankan agama merupakan sebuah tema penting, yang
dengannya menjadi lebih mengerti bahwa syari’at tidaklah memberatkan baik dalam
beribadah maupun muamalah (interaksi sosial), namun kaidah ini memiliki aturan
pemakaian khusus agar tidak muncul anggapan bahwa semua syariat bisa disepelekan
(politisasi) pengamalannya.

15. Kaidah al masyaqah tajlibut taysir, ibaratnya seperti obat yang wajib memiliki resep
dan dosis dari seorang dokter biar tidak terjadi over dosis atau salah resep, maka penting
untuk memahami resep penerapan kaidah ketiga ini dengan selalu berkonsultasi kepada
ahlinya yaitu ulama’ yang keredibilitas keilmuannya diakui secara umum.

16. Karakter dasar Islam sesuai kaidah ketiga ini yaitu moderat (ist’dal, tengah-tengah,

UJI PUBLIK
tidak ekstrim kanan dengan bersikap kebablasan seperti melakukan shalat sunnah sehari
semalam sehingga lupa kewajiban sebagai suami atau istri dan ekstrim kiri dengan
kesembronoan seperti menyepelekan dengan meninggalkan shalat secara sengaja.

17. Dengan bersikap moderat berlandaskan kaidah ketiga ini, diharapkan menjadi
seseorang yang selalu adil dalam bersikap, bijaksana dalam berfikir, selalu mengutamakan
kemaslahatan umat secara luas, tidak keras kepala, bersikap ramah bukan marah,
merangkul bukan memukul, mendidik bukan menghardik, membina bukan menghina,
mengayomi bukan mencaci, bersatu bukan berseteru.

18. Kaidah al masyaqah tajlibut taysir ini membantu pakar hukum Islam dalam
memetakan permasalahan kontemporer yang selalu berkembang pesat pada zaman
sekarang serta saman yang akan datang dan mencari problem solver yang maslahah.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 71


UJI PUBLIK
Penugasan Belajar
Mandiri Gambar
(Mengamati)
Amatilah gambar di atas, renungkan dan kaitkan dengan materi yang anda pelajari! Buatlah
narasi dari hasil renungan anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
3..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

72 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Ayo Menganalisis
Kaidahal masyaqatu tajlibut taysir

Dasar logika: ajaran agama Islam datang untuk kemaslahatan dan menolak segala yang mendatangkan bah
dilakukan, oleh karena itu kaidah kesulitan mendatangkan kemudahan ini dibangun

Dari kaidah mayor (pokok))‫ (التيسير تجلب المشق||ة‬dapat disarikan menjadi beberapa lima kaidah minor (c

Penugasan Belajar Kelompok


Aktifitas Peserta Didik (Diskusi,
dst)
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan

UJI PUBLIK
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.
NO KETERANGAN HASIL

1 Ketika seseorang hidup di Eropa yang sulit


mendapatkan makanan halal, bolehkah dia memakan
makanan yang diharamkan? Diskusikan dengan
teman-teman kalian!

2 Seseorang yang memang profesinya selalu bepergian


jarak jauh lebih dari 89 KM setiap hari seperti pilot,
masinis, sopir. Bolehkah mereka setiap hari
melakukan shalat jama’ qasar? Dan tidak berpuasa di
bulan ramadhan? Diskusikan dengan teman-teman
kalian!

3 Bagaimana hukumnya seorang penegak hukum seperti


polisi atau eksekutor terdakwa hukuman mati yang
menembak mati gembong narkoba? Diskusikan

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 73


dengan teman-teman kalian!

4 Bagaimana seseorang beribadah haji tapi


menggunakan uang hasil korupsi? Diskusikan dengan
teman-teman kalian!

5 Bagaimana pendapatmu tentang hukum menunda


shalat bagi mukimin? Meskipun tahu bahwa ada
kemurahan boleh mengakhirkan waktu shalat
Diskusikan dengan teman-teman kalian!

‫الضرورات تبيح المحظورات‬-١

Segala bentuk yang bisa membahayakan yang semula dilarang Arti


menjadi diperbolehkan

‫َم ِن ا ْض ُط َّر َغ ْي َر َباغ„| َو َل َعا „د َفإِ| َّن‬ Dasar hukum

U
‫ َف‬- ‫َر َّب َك َغفُو ˚ر َّر ِحي ˚م‬

“ J I P U B
Bara ngsia pa ya ng dala m

kead L I K aan t erpa ksa, sedang dia tidak


menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS Al-An’am : 145)
Seseorang laki-laki melihat perempuan yang tenggelam di pantai, Contoh
maka dia wajib menolongnya meski semula bersentuhan antara
laki-laki dan perempuan non mahram diharamkan karena keadaan
darurat maka diperbolehkan selama tidak melewati batas

Jika seseorang telah mengaku mengembalikan barang titipan Pengecualian


sedangkan pemiliknya menyangkal, maka yang dapat diterima
adalah pengakuan dari orang yang dipinjami. Dikarenakan hukum
asal adalah tidak adanya sebuah tanggungan

Ketika seseorang hidup di Eropa yang sulit mendapatkan makanan Diskusi


halal, bolehkah dia memakan makanan yang diharamkan?

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 71


Bagaimana nasihat anda?

‫الضرورات تقدر بقدرها‬- ٢

Arti Segala sesuatu yang bersifat keterpaksaan (darurat/emergency)


harus sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan

Dasar ||َ‫ِ ن ا ْض ُط َّر ِفي َم ْخ َم َص „ة َغ ْي َر ُمت‬


Hukum
‫َف َم‬- ‫َجا ِن „ف ِّ| ِّلثْ| „م ۙ فَ|إِ| َّن َّ َلال‬
‫َغفُو ˚ر‬
‫َّر ِحي ˚م‬
“Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat
dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS Al-Maidah:3)
Contoh Melihat aurat orang lain hukumnya harama keculai ketika seseorang
dokter yang mengobati pasiennya selama tidak melampaui batas
yang sudah ditentukan, jika melampauinya dengan sengaja
hukumnya haram

Diskusi
UJI IKP U B L
Seseo

s elal
rang y ang m

u bepergian jarak jauh


emang profes inya

lebih dari 89 KM setiap hari seperti pilot, masinis, sopir. Bolehkah


mereka setiap hari melakukan shalat jama’ qasar? Dan tidak
berpuasa di bulan ramadhan? Berikan saran kepadanya!
•‫•اذا ضاق ْالمر اتسع‬-٣

Arti Jika terjadi hal-hal yang membuat keterpaksaan (kepepet), maka


yang sulit menjadi mudah, yang sempit menjadi longgar

Contoh Semua kenderaan wajib berhenti ketika lampu merah menyala di


traffic light kecuali mobil ambulance yang membawa pasien yang
sedang kritis yang semula wajib berhenti menjadi boleh
menerjangnya

Diskusi Bagaimana hukumnya seorang penegak hukum seperti polisi atau


eksekutor terdakwa hukuman mati yang menembak mati gembong
narkoba? Berikan pandanganmu?

72 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


‫َلواجب مع العجز‬-٤

Segala kewajiban menjadi gugur ketika dalam kondisi lemah Arti

‫َو َما َج َع| َل َعلَ| ْي ُك ْم ِفي ال ِدّ|ي‬ Dasar


Hukum
‫ِن ِم ْن َح َر „ج‬

“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan.” (QS Al-Hajj: 78)
Semua umat Islam wajib hukumnya menunaikan ibadah haji bagi Contoh
yang mampu secara finansial, kesehatan dan keamanan ketika
finansial dan kesehatan seseorang lemah maka kewajiban itu gugur

Bagaimana seseorang beribadah haji tapi menggunakan uang hasil Diskusi


korupsi? Berikan pendapatmu?

‫•الميسور َل يسقط بالمعسور‬-٥

II KP U B L UJ
Kemu dahan (dispe nsasi) t idak bis a Arti
hilan g ka rena ada kesulitan yang baru

Seseorang bepergian menggunakan pesawat tetap dapat dispensasi Contoh


berupa jamak taqsir

Bagaimana pendapatmu tentang hukum menunda shalat bagi Diskusi


mukimin? Meskipun tahu bahwa ada kemurahan boleh
mengakhirkan waktu shalat

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 73


Ayo Penelitian!

Penugasan Penelitian Kelompok


Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu!Selamat mencoba!

No wawancara

1 Apakah anda pernah mendengar Kesulitan bisa mendatangkan kemudahan,?

2 Ketika ada orang sedang bepergian bolehkah dia melakukan shalat jamak qashar?

3 Ketika ada orang berpergian (musafir), kemudian ragu ini sudah boleh menjama’ qasar
shalat atau belm, apa nasihat anda?

U JI P U B
Kapan sy ari’at Is lam memb erikan dispens asi?

5
LIK
Apa batasannya kesulitan (masyaqah) itu?

Apa batasan kemudahan (taysir) itu?

6 Kapan seseorang boleh tidak menghadap kiblat?

7 Kapan seseorang boleh tidak menggunakan air tetapi dengan tayammum?

8 Kapan seseorang boleh melakukan shalat sambil duduk?

9 Bolehkah seorang mukimin menjamak shalat karena kondisi macet?

10 Bolehkah menjamak shalat bagi mukimin ketika hujan badai?

74 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Ayo Mencari Sumber Ilmu!

Penugasan Belajar Mandiri


3. Tulislah ayat al-Qur’an atau Hadis yang berkaitan dengan kaidah ketiga al masyaqatu
tajlibut taysir, minimal 3 ayat/Hadis!
4. Buatlah kliping-kliping pendapat-pendapat ulama Indonesia tentang al masyaqatu
tajlibut taysir dalam ibadah dan mu’amalah!

Faktor Kesulitan bisa mendatangkan kemudahan merupakan penentu akan keberlangsungan ibadah s
Kaidah mayor Kesulitan bisa mendatangkan kemudahan merupakan wujud
nyata sebuah manifestasi nilai luhur ajaran Islam yang lebih memberikan

UJI P U B L I K
keberagamaannya.
porsi kemudahan le bih b esar ke pada umat Isla m
3. Kaidah minor mempunyai peranan penting untuk mendetailkan batasan- batasan operasional kai
atas asas rukhsah (dispensasi).

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 75


Ayo Jelaskan!

Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
6. Jelaskan pengertian kaidah ketiga al masyaqatu tajlibut taysir? Baik secara
etimologi (bahasa) atau secara terminologi (istilah)?
7. Jelaskan perbandingan batasan antara kesulitan dan kemudahan mejalankan syari’ah?
8. Jelaskan contoh dalam ibadah dan muamalah kaitannya dengan kaidah mayor
al masyaqatu tajlibut taysir?
9. Jelaskan masing-masing lima pengertian kaidah minor al masyaqatu tajlibut taysir?
Sekaligus contohnya masing-masing!
10. Jelaskan hikmah kaidah ketiga al masyaqatu tajlibut taysir!

UJI PUBLIK

76 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 77


BAB IV KAIDAH KEEMPAT :AD-DHARARU YUZAL

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.4. Menghayati kebenaran hukum Islam
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
pokok fikih yang keempat
agama yang dianutnya

2. (SIKAP SOSIAL) 2.4. Mengamalkan sikap tanggung jawab


dan patuh sebagai implementasi dari
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
pengetahuan tentang kaidah pokok fikih
santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
ad-dhararu yuzal
toleran, damai), bertanggungjawab,
responsif, dan pro aktif, dalam berinteraksi

secara efektif s

U
esuai
BLIK

JI
de nga n

P U
perke mban gan

anak di lingkungan, keluarga, sekolah,


masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional

78 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. (PENGETAHUAN) 3.4. Menganalisis kaidah pokok fikih ad-
dhararu yuzal
Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan factual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik sesuai

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 79


dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

4. (KETERAMPILAN) 4.4. Menyajikan contoh penerapan kaidah


pokok fikih ad-dhararu yuzal dalam kasus
Menunjukkan keterampilan menalar,
kehidupan baik terkait ibadah maupun
mengolah, dan menyaji secara: efektif,
muamalah
kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah dan bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

UJI PUBLIK
TUJUAN PEMBELAJARAN

Peserta didik mampumenjelaskan deskripsi (gambaran umum) al dhararu yuzal, pengertian,


dasar hukum, contoh dalam kehidupan serta hikmahnya.

80 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


PETA KONSEP

UJI PUBLIK
Kaidah keempat adalah al dhararu yuzal, artinya bahaya itu harus dihilangkan.
Kaidah keempat ini memberikan pemahaman kepada umat Islam dengan membangun
kerangka berfikir bahwa kemudharatan (emergency) yang terjadi kepada hamba Allah, sebisa
mungkin dihilangkandengan mencari problem solver yang terbaik baik dalam wilayah ibadah
maupun interaksi sosial (muamalah).

Perbedaan kaidah keempat ( ˚‫ل‬ ‫)م´ ل˚ ´ا ت´ ˚ج‬


‫ )ل´ا ´ر‬dengan kaidah ketiga ( ´‫الت ر‬
‫زا´ ˚ي‬
‫ي ˚ س ˚ر‬ ‫˚ي‬ ‫¸ل شق‬
‫ض‬ ‫ب‬ ˚‫ة‬
adalah kalau kaidah ketiga korelasinya kesulitan yang mendatangkan disepensasi berkaitan
dengan hak Allah Swt yang harus ditaati hamba-Nya, maka Allah akan memberikan
kemudahan-kemudahan kepada hamba-Nya. Sedangkan,kaidah keempat korelasinya dengan
menghilangkan semaksimal mungkin bahaya yang timbul pada wilayah hamba.

Selanjutnya, bagaimana penjelasan secara luas dan mendalam tentang al dhararu


yuzal? Nah, jawabannya ada pada pembahasan berikut.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 81


Kalimat ad dhararu secara bahasa artinya segala sesuatu yang membahayakan,

mengandung madharat (efek tidak baik, mencelakakan baik diri sendiri atau orang lain)

karena kondisi tertentu, kalimat yuzalu artinya dihilangkan, diminimalisir, dibuang. Dasar

hukum kaidah keempat ini adalah surat At-Talaq: 6, Al-Baqarah : 231, QS Al-Baqarah :

233, Dengan memahami penjelasan mendalam tentang kaidah keempat ini akan membuka

gerbang pemikiran manusia untuk lebih luas dan dalam cakrawala pemikirannya.

Terutama anda sebagai calon-calon ulama’ yang intelektual, bukankah demikian?

Kaidah
•˚‫ل´ا ˚ر ي‬ini juga berasal dari sabda Baginda Nabi Muhammad Saw:
‫´زال ض‬
‫´ر‬

UJI ‫ل ضرر ول ض‬
‫را‬

PUBLIK
“Tidak boleh berbuat dharar (mencelakakan orang lain), begitu pula tidak pula berbuat
‫ر‬

dhirar (mencelakai diri sendiri).” (HR Ibnu Majah no. 2340, shahih)

َ ‫ن َرأ َى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َك ˝را فَ ْلي ُ َغ ِيّ ْره ُ ِبيَ ِد ِه فَإ ِ ْن َل ْم‬


ْ‫ي ْست َ ِط ْع فَ ِب ِل َسا ِن ِه َفإ ِ ْن لَ ْم م‬

‫ض َع ُف لاي ِّ َما ِن‬ َ ‫ب ِه َوذَ ِل َك أ‬ َ ِ‫ْ ست َ ِط ْع فَب‬


ِ ‫ق ْل‬

gan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dia merubah hal itu dengan lisannya. Apabila tidak mampu lagi, hendaknya

82 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Penugasan Mandiri
Aktifitas Peserta Didik (menyampaikan gagasan, dst)
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk menyampaikan gagasan atau ide tentang
segala hal yang berbahaya kepada diri sendiri dan orang lain harus segera diatasi!.

Ayo Menyampaikan Gagasan

Dengan memahami kaidah keempat ini, diharapkan di era revolusi industri


4.0 dan menyongsong era New Society 5.0 yang selalu berkembang sangat cepat ini harus bisa
Ayo sampaikan gagasanmu tentang solusi untuk mengatasi masalah (problem solving) di ling

UJI PUBLIK

Wawasan Lain

Kaidah keempatal dhararu yuzal berdasarkan al Qur’an dan Hadits, antara lain:

Dasar hukum ad dhararu yuzal

Al-Baqarah : ‫ِإذَ|ا َطلَ|ّ ْقتُ ُم الِنّ| َسا َء فَ|بلَ| ْغ َن أَ| َجلَ| ُه َّن فَ|أَ| ْم ِس ُكو ُه َّن ِب‬
231 ‫َم ْع ُرو „ف أَ| ْو َس ِّ|ر ُحوُه َّن „ف ۚ َو َل تُ ْم ِس ُكوُه‬
‫ذَ| ِل َك فَ|قَ| ْد َظلَ| َم َو ِب‬² ‫َّن ِض َرا ˝را ِلّ|تَ|عْتَ|دُوا ۚ َو َمن يَ| ْف َع| ْل‬
‫َم ْع ُرو‬
ۚ ُ‫نَ| ْف َسه‬
Arti “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir
iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf, atau
ceraikanlah mereka dengan cara yang ma’ruf (pula). Janganlah kamu
rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian
kamu menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, maka

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 83


sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.” (QS Al-
Baqarah : 231)

Penjelasan Contoh mudah dalam memahami surat Al-Baqarah ayat 231, misalkan
ayat seorang suami yang sudah tidak suka dengan istrinya, kemudian dia
mentalak istrinya. Istrinya menjalani masa iddah (masa tunggu untuk
tidak menikah dengan lelaki lain untuk mengetahui ada bayi
dikandungan atau tidak karena berkaitan dengan nasab bayi), sebelum
masa iddahnya selesai suaminya kembali merujuknya. Kemudian
suaminya kembali mentalaqnya (talak kedua). Sang wanita tersebut
kembali menjalani masa iddahnya, lalu sebelum masa iddahnya
berakhir suaminya kembali merujuknya. Suaminya melakukannya
terus menerus hingga talak tiga. Hal ini dilakukan oleh suami karena
dia bermaksud memberikan kemudharatan kepada istrinya agar dia
terkatung-katung dalam waktu yang lama sehingga tidak ada laki-laki
lain yang bisa menikahinya. Perbuatan seperti ini tidak diperbolehkan,
Allah memerintahkan jika ingin kembali maka kembalilah dengan cara
yang baik untuk membangun rumah tangga yang baik, namun jika

UJ
I P U B
tidak ingin l agi be rsama m aka

L I K
ce raikanl ah d engan cara yang baik dan jangan

memberikan kemudharatan kepada sang istri


At-Talaq : 6
ُ‫أَ| ْس ِكنُو ُه َّن ِم ْن َح ْي ُث َس َكنتُم ِّ|من ُو ْج ِد ُك ْم َو َل ت‬
ۚ ‫َضا ُّرو ُه َّن ِلتُ َضيِّ|قُوا َعلَ| ْي ِه َّن‬
Arti “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka
untuk menyempitkan (hati) mereka.” (QS At-Talaq : 6)

Penjelasan Jangan sampai suami menyusahkan (berdampak kemudharatan)


ayat istrinya dengan tidak memberikan tempat tinggal yang layak,
mencukupi kebutuhan hidup istri dan keluarganya, memberikan rasa
aman dan tanggung jawab yang penuh atas nafkah lahir dan batin
untuk mewujudkan keluarga yang samawa (sakinah mawaddah
warrahmah)

|َ‫َوا ْل َوا ِلدَ|ا ُت يُ ْر ِض ْع َن أَ| ْو َلدَ| ُه َّن َح ْولَ| ْي ِن َكا ِملَ|ْي ِن ۖ ِل َم ْن أَ| َراد‬
‫أَ|ن يُ ِت َّم ال َّر َضا َعةَ| ۚ َو َعلَ|ى الْ َم ْولُو ِد ِر ْزقُ ُه َّن َو ِك ْس َوتُ ُه َّن ِبا ْل َم ْع‬

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 83


‫ُرو ِف ۚ َل تُ َكلَّ| ُف َن| ْف ˚س ِإ| َّل ُو ْس َع| َها ۚ َل تُ َضا َّر َوا ِلدَ|ة˚| ِب| َولَ| ِد َها‬
‫َو َل َلهُ‬

‫‪84 Ushul Fikih Kelas XI MA PK‬‬


ۚ ‫َم ْولُود˚| لَ|ّهُ ِب َولَ| ِد ِه‬

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun Arti


penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya.” (QS Al-Baqarah
: 233)

Ketika seorang suami dan seorang istri bercerai, terkadang mereka Penjelasan
akan melampiaskan kebenciannya kepada sang mantan istri/suami ayat
tersebut kepada anaknya agar sang mantan istri/suami sedih. Hal ini
tidak boleh dilakukan karena akan menimbulkan kemudharatan.
(mencelakakan) orang lain, hendaklah menghindari perceraian karena
yang paling terkena dampak adalah anak dan masa depannya tergadai
oleh permasalahan suami istri yang tidak bisa

UJ
LI IPKU B
saling mem ahami , mema klumi,
memaa fka n satu sama lain karena tidak ada

suami atau istri yang sempurna karena itulah suami dan istri
harus saling melengkapi, bersinergi, berkolaborasi, bermitra, bekerja
sama demi membangun keluarga yang bahagia dunia akhirat. Karena
membangun sebuah peradaban besar dimulai dari kelompok yang
kecil yaitu lingkungan keluarga.

‫ى ِب| َها أَ| ْو دَ| ْي‬² ‫ْ ع ِد َو ِصيَ|ّ „ة يُو َص‬ An-Nisa :


12)
‫„ن َغ ْي َر ُم َضا „ّ|ر ِمن ب‬
“Sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar Arti
hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris).” (QS
An-Nisa : 12)

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 85


Surat An-Nisa ayat 12 ini berbicara tentang warisan dari seseorang Penjelasan
yang meninggal. Terkadang orang yang meninggal tersebut semasa ayat
masih hidup, dia jengkel kepada ahli warisnya, misalnya anak-
anaknya nakal atau tidak berbakti kepadanya. Sehingga dengan itu dia
membuat wasiat di akhir hayatnya agar setengah dari total hartanya
diberikan untuk pembangunan pondok pesantren. Maka hal seperti ini

86 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


tidak boleh karena wasiat hanya boleh diambil dari maksimal
sepertiga total harta, lebih dari itu akan memberi kemudharatan ahli
waris. Demikian juga jika dia mengaku punya hutang (padahal tidak),
dengan tujuan agar ahli warisnya tidak mendapatkan bagian dari
hartanya atau hanya mendapatkan sedikit. Seperti ini juga hukumnya
haram karena memberi kemudharatan kepada ahli waris.

(HR Ibnu
‫َض َر َر ول ِض َرا َر‬ ‫ل‬
Majah

Arti “Tidak boleh berbuat dharar (mencelakakan orang lain), begitu pula
tidak pula berbuat dhirar (mencelakai diri sendiri).”
(HR Ibnu Majah no. 2340, shahih)
Penjelasan Larangan sangat keras mencelakakan orang lain seperti merampas
nyawa orang lain dengan membunuh, melukai dan membuat bahaya,
hadis
merampas harta hak orang lain dengan korupsi, mencuri dan
seterusnya. Begitu juga larangan sangat keras mencelakai diri sendiri
seperti bunuh diri, memakan makanan yang tidak halal, tidak sehat
dan higienis yang menimbulkan penyakit dan seterusnya

U
Contoh da lam UBLIK
k JI P eh idup an

1. Dua orang yang telah selesai melakukan transaksi jual beli. Misal, seorang pembeli
membeli sebuah pesawat kepada seorang penjual dengan harga yang jauh melebihi
harga pasaran. Setelah si pembeli mengetahui bahwa dia dibohongi dan merasa
dirugikan dengan harga jual yang terlalu mahal (ghabn) tersebut, maka dia berhak
mengajukan khiyar ghabn(nota keberatan untuk minta ganti rugi karena merasa
dirugikan) ke pengadilan. Bentuknya dengan diberikan kesempatan kepadanya untuk
memilih apakah dia tetap lanjutkan pembelian, atau dia batalkan, atau dia memilih
tetap membeli tetapi mengambil ganti rugi. Atau dalam kasus yang lain dia ditipu,
maka dia berhak mengajukan khiyar tadlis(nota keberatan untuk minta ganti rugi
karena merasa ditipu). Atau dia membeli barang tetapi barang tersebut cacat, maka dia
berhak mengajukan khiyar ‘aib(nota keberatan untuk minta ganti rugi karena merasa
ada cacat barang yang sengaja disembunyikan), dengan bentuk penawaran yang sama

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 87


dengan khiyar ghabn. Semua bentuk khiyar ini disyariatkan salah satunya dalam
rangka untuk menolak kemudharatan (adhararu yuzal).
2. Seseorang yang memonopoli, bermufakat jahat baik dilakukan sendiri atau
kolektif(memalsukan dengan merekayasa yang sudah dirancang sejak awal) suatu
jenis barang seperti BBM (bahan bakar Minyak) atau makanan seperti beras atau
bahan pokok lainnya lalu dia menimbunnya dengan harapan mengeruk keuntungan
yang sangat besar di atas penderitaan masyarakat. Ketika harga pasar barang tersebut
naik, dia menjualnya dengan harga yang tidak wajar karena keadaan terpaksa
masyarakat membelinya. Maka pemerintah berhak untuk memaksanya agar
menjualnya kembali dengan harga yang wajar dan untuk menstabilkan harga pasar
pemerintah melakukan tindakan preventif (adhararu yuzal) berupa operasi pasar
dengan menjual bahan-bahan pokok besar-besaran dengan harga yang wajar dan
murah.
3. Seseorang yang memiliki pohon yang besar di depan rumahnya sehingga pohon
tersebut mengarah ke jalan umum dan mengganggu pengguna jalan. Maka pemerintah
melalui pihak perangkat desa setempat berhak untuk menyuruhnya agar menebang

4. UJI PUBLIK
pohon tersebut sehingga tidak mengganggu pengguna jalan (adhararu yuzal).
Seorang suami yang tidak pulang ke rumahnya dalam waktu yang lama sehingga istri
dan anak-anaknya tidak pernah dinafkahi dan tidak bisa dihubungi sehingga tidak
diketahui apakah dia sudah meninggal atau bagaimana sebagiaman bang Thoyib?
hehehe. Semua ini menimbulkan kemudharatan bagi istri dan anak-anaknya. Maka
pemerintah berhak untuk memvonis si suami dianggap sudah meninggal agar si istri
bisa menikah lagi, atau dianggap cerai (adhararu yuzal).

Secara garis besar kemudharatan dikategorisasikan menjadi tiga style:

1. Kemudharatan yang memang sejak awal diizinkan oleh syariat. Seperti praktek
hudud, hukum qishash, dan hukuman ta’zir dari ulil amri (pemerintah), secara dzhahir
semua ini adalah bentuk mudharat tetapi hakikatnya mendatangkan maslahat.

2. Kemudharatan yang menimpa banyak orang dan susah dihindari ( ‫وى´ ل˚ ´لب˚ ا ه¸ ¸ب ُّم ˚•ع‬
‫)´•ت‬. Seperti, asap kendaraan dan bunyi klakson di jalan raya, ini merupakan
kemudharatan yang dimaklumi bersama juga dimaafkan karena hampir
tidak mungkin
menghilangkannyasama sekali. Atau contoh lain, dalam jual beli, seorang penjual
yang menjual apel 1 keranjang maka tidak bisa dijamin 100% pasti bagus semua.

88 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. Kemudharatan dimana orang yang ditimpa kemudharatan tersebut telah memaklumi,
memaafkan dan rela. Contoh, seorang wanita yang akan menikah dengan lelaki
miskin, sehingga dia (si istri tersebut) akan mendapat kemudharatan berupa belum
bisa mencukupi kebutuhan yang optimal secara finansial. Namun jika walinya ridha
maka hal ini tidak masalah.

4. Kemudharatan yang diharamkan, yaitu selain dari tiga jenis kemudharatan di atas.
Seperti korupsi, menipu, mencelakakan orang lain, dan sebagainya.

mudharatan yang ke-empat yaitu kemudharatan yang diharamkan dan harus dihilang

Perenu U JI PUBLIK
ngan

Hikmah dari kaidah keempat ad dhararu yuzal, antara lain:

19. Segala bentuk yang menimbulkan bahaya baik kepada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan sekitar adalah haram hukumnya. Contohnya menyebarkan berita hoax, fitnah
akan berdampak kepada pertengkaran, buruk sangka dan akhirnya perpecahan antar
saudara sebangsa dan setanah air ini semua dilarang agama.

20. Kaidah keempat ini sangatlah penting terutama dalam masalah nahi munkar (tindakan
pencegahan dari perbuatan yang dibenci oleh syariah), karena diantara bentuk
kemudharatan adalah kemungkaran. Nahi munkar ada dua bentuk, (1) nahi munkar untuk
menghilangkan kemungkaran secara total seperti penegak hukum menindak tegas aksi
terorisme sampai ke akar-akarnya, (2) nahi munkar dengan cara meminimalkan
kemungkaran tersebut. Bahkan dalam beberapa kondisi, perbuatan nahi mungkar itu
sendiri mengandung kemungkaran lain, tetapi itu dilakukan demi menghilangkan
kemungkaran yang lebih besar darinya. Contohnya aparat penegak hukum membubarkan

Ushul Fikih Kelas XI MA PK


massa dalam jumlah yang sangat besar di dalam sebuah unjuk rasa (demo) dengan
menyemprotkan gas air mata sebagai bentuk pencegahan perbuatan-perbuatan yang tidak
diinginkan (nahi munkar) seperti perbuatan anarkis, mengganggu ketertiban umum,
melanggar hak pengguna jalan, bahkan terjadinya makar.

21. Semua bentuk kemudharatan haram hukumnya kecuali (1) kemudharatan yang
memang sejak awal diizinkan oleh syariat seperti menjatuhkan sanksi atau hukuman, (2)
kemudharatan yang menimpa banyak orang dan susah dihindari seperti bisingnya
kendaraan yang lalu lalang di jalan, (3) kemudharatan dimana orang yang ditimpa
kemudharatan tersebut telah memaklumi, memaafkan dan rela seperti suami istri yang
sama-sama redha dan meredhai satu sama lain dengan melangsungkan pernikahan
meskipun memiliki keterbatasan.

22. Semua yang berdampak buruk kepada semua hamba Allah baik kepada orang lain dan
diri sendiri harus seoptimal mungkin dihindari, dicegah, diminimalisir ini membangun
kerangka berfikir untuk membangun peradaban dunia dimulai dari hal yang kecil dari diri
sendiri, dimulai dari sekarang dan dimulai dari hal yang kecil dari lingkungan keluarga,

23. UJI PUBLIK


lingkungan tetangga RT dan RW, lingkungan desa, kota, sampai negara dan dunia.

Disebut darurat jika membahayakan agama, atau jiwa, atau harta, atau keturunan, atau
akal. Contohnya bila ada pihak-pihak yang ingin merusak generasi muda dengan
narkoba,maka wajib dilawan dengan menolaknya atau laporkan ke pihak berwajib
setempat bila tidak melakukan pencegahan sedini mungkin, semuanya akan celaka ini
adalah darurat dan sangat membahayakan agama, jiwa, harta, keturunan dan akal.

24. Kaidah ad dhararu yuzal ini membangun kerangka berfikir manusia yang
komprehensif (utuh, syumul), logik (masuk akal, ma’qul), seimbang atau harmonis
(moderation, wasatiyah) dan fleksibel (lentur, mutaharrikah), visioner futuristik (analisis
kritis di masa yang akan datang).

25. Kemudharatan harus dihilangkan dalam kaitannya dengan hamba Allah merupakan
sebuah tema penting, yang dengannya menjadi lebih mengerti bahwa Islam adalah agama
kasih sayang sejagat alam raya (rahmatal lil alamin), agama yang lembut yang melarang
umatnya berbuat aniaya kepada diri sendiri dan orang lain termasuk menjaga ekosistem
alam, tanah, laut, udara serta makhluk lain seperti hewan, tumbuhan.

88 Ushul Fikih Kelas XI MA


26. Karakter dasar Islam sesuai kaidah keempat ini yaitu larangan berbuat dzalim, aniaya,
merugikan, membahayakan, mencelakakan, menyakiti terhadap diri sendiri apalagi orang
lain serta lingkungan yang besar dari mikro sampai makro, dari dampak buruk kecil
sampai besar

27. Dengan bersikap tidak dzalim berlandaskan keempat ini, diharapkan menjadi
seseorang selalu menjaga hak-hak untuk diri sendiri dan orang lain yang tidak boleh
dilanggar.

28. Kaidah ad dhararu yuzal ini membantu pakar hukum Islam dalam memetakan
permasalahan kontemporer yang selalu berkembang pesat pada zaman sekarang serta
zaman yang akan datang dan mencari problem solver dari tindakan pencegahan
(preventif).

IKHLAS; MENCINTAI
. KARENA ALLAH

Ras
U JI P U B
ululla hS halla llahu 'Alai hi

Wa
L IK
Salla m

hamba-hamba Allah terdapat


bersabda : "Sesungguhnya di antara

orang-orang yang bukan Nabi, dan bukan pula Syuhada.


Tetapi para nabi dan syuhada cemburu pada mereka di
hari kiamat nanti, disebabkan kedudukan yang
diberikan Allah kepada mereka".
"Ya Rasulullah, beritahukanlah kepada kami,
siapa mereka?"
Ujar sahabat: "Agar kami bisa turut mencintai mereka."
Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab:
“Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai
karena Allah tanpa ada hubungan keluarga dan nasab di
antara mereka. Demi Allah, wajah-wajah mereka pada
hari itu bersinar bagaikan cahaya di atas mimbar-mimbar
dari cahaya. Mereka tidak takut di saat manusia takut,
dan mereka tidak sedih di saat manusia sedih.”
(HR. Abu Dawud)

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 89

88 Ushul Fikih Kelas XI MA


UJI PUBLIK

Sumber: Kominfo, 2017, Go-Jek.com, BPS 2016, Regopantes.com

Penugasan Belajar
Mandiri Gambar
(Mengamati)
Amatilah gambar di atas, renungkan dan kaitkan dengan kaidah keempat adh dhararu yuzal
yang anda pelajari! Buatlah narasi dari hasil renungan anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

90 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
3..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
DAMPAK EKONOMI DIGITAL: TANTANGAN [1|2] KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA

PENGGANTIANPERAN MANUSIA OLEH MESIN

penjagatoko buruhpabrik

e-commerc
e mesin/otomatisasi

penjagagerbangtol
rumah
produksi
YouTuber
e-money

TAXI
konvension
al UJI PUBLIK TAXI
onlin
e

Sumber: 1Kominfo, 2017; 2Go- Jek.com; 3BPS, 2016; 4Regopantes.com


mobil
otono
m
data entry data analytic big dat

Sumber: Kominfo, 2017, Go-Jek.com, BPS 2016, Regopantes.com


Menyiapkan kecakapan dalam literasi data, teknologi dan manusia untuk menghadapi
dampak buruk dari era Revolusi Industri 4.0 sebagai tindakan preventif (ad-dhararu
yuzal)

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 91


Sumber:Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

Ayo Menganalisis
Kaidah keempat ad dhararu yuzal

Dasar logika: kemudharatan (mara bahaya, kecelakaan, kerugian) yang bisa terjadi kepada hamba Allah, seb
(muamalah). Untuk itulah kaidah keempat ini dibangun

Dari kaidah mayor (pokok)) ‫ (ل˚ زا´ ˚ي ر˚ ر´ ض ل´ا‬dapat disarikan menjadi lima kaidah m
noir (cabang) sebag

Penugasan Bela
U PUBLIKjar

Kel
J I
omp ok
Aktifitas Peserta Didik (Diskusi, dst)
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.

Empat Kaidah Minor adh dhararu yuzal

NO KETERANGAN HASIL

1 Bolehkah seorang kiai mencalonkan diri sebagai


politisi baik DPR, bupati, gubernur, bahkan presiden?
Diskusikan dengan teman-teman kalian!

92 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


2 Bagaimana hukumnya seseorang yang ingin badannya
langsing dengan melakukan diet tidak makan selama
tiga hari kecuali minum air saja? Diskusikan dengan

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 93


teman-teman kalian!

3 Bagaimana caranya menghadapi era revolusi industri


4.0? yang salah satu dampaknya penggantian peran
manusia oleh mesin pintar (smart mecine)?
Diskusikan dengan teman-teman kalian!

4 Bagaimana hukumnya seorang penegak hukum (polisi


laut) yang memberikan sanksi berupa penenggelaman
kapal bagi siapa saja yang merusak ekosistem biota
laut menggunakan bom atau setrum untuk mencari
ikan? Diskusikan dengan teman-teman kalian!

‫•اَ|ل َّض َر ُر يُ ْدفَ| ُع َعلَ|ى َق|د‬-١


‫ِر ا ْ ِّل ْم َكا ِن‬

UJ
Keadaan darurat (emergancy) dihilangkan seoptimal mungkin meski Arti

I P U B L
tidak hilang totalit as seratu s perse n

IK
‫فَ|اتَ|ّقُوا َّلَ|ال َما ا ْستَ| َط ْعتُ ْم َوا ْس َمعُوا َوأَ| ِطيعُوا َوأَ|ن ِفقُوا‬
‫َخ ْي ˝را‬
Dasar
hukum

‫ِّلَأ|نفُ ِس ُك ْم‬

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan


dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu.” (QS
At-Taghabun : 16)

Nabi Yusuf yang menjadi bendahara negeri Mesir padahal negeri Contoh
Mesir saat itu adalah negeri sekuler (non agamis). Namun Nabi Yusuf
masuk ke dalam sistem tersebut untuk mengurangi kemudharatan
walaupun tidak akan seluruhnya hilang. Demikian pula di zaman
sekarang, orang yang masuk ke dalam lembaga-lembaga pelayanan
masyarakat yang mana masih menganut system sekuler, maka dia
tidak akan bisa menghilangkan kemungkaran tetapi paling tidak dia
bisa menguranginya.

Bolehkah seorang kiai mencalonkan diri sebagai politisi baik DPR, Diskusi

94 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Ushul Fikih Kelas XI MA PK 95
bupati, gubernur, bahkan presiden?

‫اَ|ل َّض َر ُر َل يُ َزا ُل ِب ِمثْ| ِل ِه‬- ٢


Arti Keadaan darurat (emergency) tidak dihilangkan dengan memunculkan
kemudharatan yang semisal apalagi kemudharatan yang lebih parah)

Dasar
‫َ ض َر َر و ل‬ ‫ل‬
Hukum
‫ِضرا َر‬

“Tidak boleh berbuat dharar (mencelakakan orang lain), begitu pula tidak pula
berbuat dhirar (mencelakakan diri sendiri.” (HR Ibnu Majah no. 2340, shahih)
Contoh Seseorang tidak boleh meminum racun untuk mengobati penyakitnya
yang tak kunjung sembuh

Contoh lainnya, seseorang yang miskin, dia mempunyai kawan yang


sama-sama miskin. Maka dia tidak boleh memberikan hartanya

UJ
I P U B L
kepad a kaw annya terseb ut dem i

IK
me ngh ilangkan mudharat pada kawannya karena akan

memunculkan mudharat pada dirinya dan


istrinya.
Diskusi Bagaimana hukumnya seseorang yang ingin badannya langsing
dengan melakukan tidak makan selama tiga hari kecuali minum air?

‫|ِا ْر ِت َكا ُب أَ| َخ ِّ|ف ال‬-٣


‫َّض َر َر ْي ِن‬
Arti Mengambil keputusan dengan menempuh kemudharatan yang lebih
ringan jika dihadapkan kedua mudharat yang tidak bisa dihindari

Dsaar
‫أَ| َّما ال َّس ِفينَ|ةُ َف| َكانَ| ْت ِل َم َسا ِكي َن يَ| ْع َملُو َن ِفي ا ْلبَ| ْح ِر فَ|أَ| َرد‬
hukum
‫ُّت أَ| ْن أَ| ِعي َب| َها َو َكا َن‬
‫َو َرا َءهُم َّم ِل ˚ك َي|أْ| ُخذُ ُك َّل َس ِفينَ| „ة َغ ْصب˝|ا‬

“Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang

94 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di
hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 95


bahtera.” (QS Al-Kahfi : 79)

Penjelasan Kisah Nabi Khidhir, ketika melubangi kapal milik orang tidak mampu
ayat secara finansial yang ia tumpangi. Merusak kapal adalah bentuk
kemudharatan, namun Nabi Khidhir memilih untuk melakukan itu
demi menghindarkan mudharat yang lebih besar yaitu kapal orang
tersebut jika tidak dilobangi akan ikut dirampas oleh penguasa yang
dzalim padahal kapal itu satu-satunya aset untuk sumber mata
pencahariaan orang itu untuk menafkahi keluarganya.

Contoh Seseorang menyetir mobil, tiba-tiba ada seseorang dan kambingnya


menyebrang sembarangan tanpa menengok kanan dan kiri, sehingga
sopir ini tidak bisa menghindari dengan menabrak hewannya, karena
ini kemudharatan yang lebih ringan dibandingkan menabrak orangnya

Diskusi Bagaimana caranya menghadapi era revolusi industri 4.0? yang salah

UJ
satu dampaknya penggantian peran manusia oleh mesin pintar (smart

I PUBLIK
mecin e)

‫يُ ْحتَ| َم ُل ال َّض َر ُر ا ْل َخا ُّص ِلد‬-٤


‫ْفِع ال َّض َر ِر الْعَ|ا ِ ّم‬
Arti Membuat keputusan dengan mengambil kemudharatan yang
bersifat kecil (micro) demi mencegah terjadinya kemudharatan yang
bersifat umum (makro)

Dasar
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata, Seorang Arab
Hukum
Badui pernah memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi
masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun
Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang tindakan para sahabat
tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan hajatnya, Nabi
shallallahu alaihi wa sallam lantas memerintah para sahabat untuk
mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami. (HR
Bukhari no. 221 dan Muslim no. 284

Penjelasan Kencing di masjid adalah mudharat karena dengannya masjid akan

96 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Hadits terkena oleh najis. Namun jika orang badui tersebut dilarang maka
kemudharatan yang lebih besar akan muncul yaitu air kencingnya
menjadi berhamburan. Pada kasus ini, Nabi Membuat keputusan
dengan mengambil kemudharatan yang bersifat kecil (micro)
membiarkan orang pedalaman (badui) kencing di masjid demi
mencegah terjadinya kemudharatan yang bersifat umum (makro) yaitu
air kencingnya menjadi berhamburan sehingga najis secara keselurhan
dan lebih parah lagi orang pedalaman ini karena kurangnya ilmu akan
berbuat tidak sopan kepada Nabi.

Contoh Seorang penegak hukum memilih madharat yang kecil dengan


melumpuhkan perampok Bank sebagai tindakan pencegahan untuk
efek jera demi mencegah terjadinya madharat yang lebih besar yaitu
kekacauan yang mengguncang stabilitas masyarakat, bahkan jatuhnya
korban lebih banyak yang tidak diinginkan.

Diskusi Bagaimana hukumnya seorang penegak hukum (polisi laut) yang

UJ I P U B
merus ak ek osistem biota laut

L IKme nggun aka n bom atau setrum

memberikan sanksi berupa penenggelaman kapal bagi siapa saja yang


mencari ikan?
untuk

Ayo Meneliti!

Penugasan Penelitian Kelompok


Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu!Selamat mencoba!

No wawancara

1 Apakah anda pernah mendengar segala yang membahayakan harus dicegah?

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 97


2 Bolehkah seseorang merampas hak-hak orang lain? Kenapa?

3 Ketika ada seseorang yang dihadapkan dua atau tiga atau lebih sebuah kemadharatan
atau membahayakan, yang tidak bisa dihindari semuanya. Apa yang harus
dilakukannya? Misalkan ada seorang perampok yang mencoba mencelakai, merampok
harta, merusak kenyamanan, bahkan mengancam nyawanya!

3 Apakah semua kemadharatan itu diharamkan?

4 Apa batasannya kemadharatan itu?

5 Apakah semua kemudharatan harus dihilangkan?

6 Bolehkah pemerintah menggusur rumah yang didirikan secara ilegal di atas tanah milik
negara dan mengganggu ketertiban umum? Jelaskan analisis kritisnya?

7 Bagaimana hukumnya seorang dokter melakukan eutanasia (suntik mati), sebagai


pencegahan agar si pasien tidak menderita lama atas penyakitnya?

8 Bagaimana hukumnya seorang dokter yang mangambil kebijakan mengamputasi

U JI P U B
(memoto ng) tang an p asien yang te rkena d iabetes?

9
L IK Jelask an analisis kritisnya?
Bagaimana hukumnya SATPOL PP merazia preman-preman yang ada di pasar?
Jelaskan analisis kritisnya?

10 Bagaimana hukumnya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) mewajibkan semua


pejabat untuk melaporkan harta kekayaannya setiap semester dan jika tidak melakukan
akan diberi sanksi yang tegas? Jelaskan analisis kritisnya?

Ayo Mencari Sumber Ilmu!

Penugasan Belajar Mandiri


5. Tulislah ayat al-Qur’an atau Hadis yang berkaitan dengan kaidah keempat adh dhararu
yuzal, minimal 3 ayat/Hadis!
6. Buatlah kliping-kliping pendapat-pendapat ulama Indonesia tentang keempat adh
dhararu yuzal dalam ibadah dan mu’amalah!

98 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Faktor kemudharatan semaksimal mungkin dicegah merupakan penentu sebagai tindakan pencegahan untuk ke
Kaidah mayor kemudharatan semaksimal mungkin dicegah merupakan wujud nyata sebuah manifestasi nilai l
Kaidah minor mempunyai peranan penting untuk mendetailkan batasan- batasan operasional kaidah mayor, ya

Ayo Jelask U PUBLIKan!

JI
Uji Kompetensi

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Jelaskan pengertian kaidah keempat adh dhararu yuzal? Baik secara etimologi
(bahasa) atau secara terminologi (istilah)?
2. Jelaskan batasan kemadharatan?
3. Jelaskan contoh dalam ibadah dan muamalah kaitannya dengan kaidah mayor
adh dhararu yuzal?
4. Jelaskan masing-masing empat pengertian kaidah minor adh dhararu yuzal?
Sekaligus contohnya masing-masing!
5. Jelaskan hikmah kaidah keempat adh dhararu yuzal!

Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK

98 Ushul Fikih Kelas XI MA


BAB V KAIDAH KELIMA :AL ‘ADATU MUHAKKAMAH

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.5. Menghayati kebenaran hukum Islam
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
pokok fikih yang kelima
agama yang dianutnya

2. (SIKAP SOSIAL) 2.5. Mengamalkan sikap tanggung jawab


dan patuh sebagai implementasi dari
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
pengetahuan tentang kaidah pokok fikih
santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
al-‘adatu muhakkamah
toleran, damai), bertanggungjawab,
responsif, dan pro aktif, dalam berinteraksi

secara efektif s

U
esuai
BLIK

JI
de nga n

P U
perke mban gan

anak di lingkungan, keluarga, sekolah,


masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional

100 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. (PENGETAHUAN) 3.5. Menganalisis kaidah pokok fikih al-
‘adatu muhakkamah
Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan factual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik sesuai

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 101


dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

4. (KETERAMPILAN) 4.5. Menyajikan contoh penerapan kaidah


pokok fikih al-‘adatu muhakkamah dalam
Menunjukkan keterampilan menalar,
kasus kehidupan baik terkait ibadah
mengolah, dan menyaji secara: efektif,
maupun muamalah
kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah dan bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

UJI PUBLIK TUJUAN PEMBELAJARAN

Peserta didik mampumenjelaskan deskripsi (gambaran umum) kaidah kelima al ‘adatu al


muhakkamah, pengertian, dasar hukum, contoh dalam kehidupan serta hikmahnya.

102 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


PETA KONSEP

UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 103


Kaidah ushul fikih kelima adalah al ‘adatu al muhakkamah, artinya dalam suatu
kebiasaan, adat, culture, local wisdom bisa dijadikan pijakan untuk mencetuskan hukum
selama tidak ada dalil dari syari’ khusus untuk selain ibadahmahdhah (formal). Namun, tidak
semua adat bisa dijadikan pijakan hukum.Rasullullah Saw sendiri pernah suatu ketika dalam
keadaan tertentu menetapkan adat kebiasaan masyarakat setempat di madinah sebagai dasar
untuk membuat kebijakan hukum khususnya dalam masalah mu’amalah (interaksi sosial)
bukan masalah ibadah mahdhah (formal).

Suatu ketika Sahabat Abbas Ibn ‘Abdul Muthalib menerima keuntungan dari investasi
modal yang dijalankan orang lain, Rasullullah Saw mengetahui dan diam saja sebagaimana
dijelaskan dalam Hadist riwayat Imam Bukhari dari Imam Ibnu ‘Abbas:

‫لسما‬
P U B L IK
‫ن فىا‬ ‫يسلفو‬ ‫ة وهم‬ ‫المدين‬ ‫لم‬ ‫قدالنبي صلى لال وس‬

U J I
:‫السنتين فقال‬ ‫ر ال سنة و‬
‫من سلف في شمر فليسلف في كيل معلوم ووزن معلوم الى اجل معلوم‬
( ‫)اخرجه البجارى عن ابن عباس‬
Ketika Nabi SAW datang di Madinah mereka (penduduk madinah) telah terbiasa
memberikan uang panjar (uang muka/DP) terlebih dahulu (untuk membeli) buah-buahan
untuk waktu satu tahun atau dua tahun. Maka Nabi bersabda: “Barang siapa yang memberi
kan uang panjar pada buah-buahan, maka berikanlah uang panjar itu pada takaran yang
tertentu, timbangan yang tertentu dan waktu yang tertentu.”

Kaidah kelima ini membangun kerangka berfikir bahwa ajaran Islam memberikan
ruang yang cukup untuk menerima budaya sebagai kebijakan hukum selama tidak
mengandung keburukan (mafsadah) dan melenceng dari syari’ah, melalui kaidah kelima ini
pula ajaran Islam terbukti bisa menyesuaikan dengan budaya lokal. Contoh konkritnya dalam
masyarakat Indonesia sendiri, nampak begitu harmonis antara ajaran Islam dan budaya
setempat (local wisdom) untuk saling mengerti, bersinergi, bermitra, berkolaborasi dalam
bentuk akulturasi keduanya.

104 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Sebagiamana penjelasan di atas, tidak semua unsur budaya lokal bisa dijadikan
sandaran hukum, alasannya tidak semuanya pasti relevan dengan ajaran Islam. Maka
solusinya budaya yang tidak selaras dengan ajaran Islam diganti atau disesuaikan dengannya,
contohnya dalam hal mu’amalah seperti jual beli, sewa menyewa, kerja sama pemilik sawah
dengan penggarap dan lainnya bisa dijadikan sandaran hukum. Artinya andaikan terjadi
perselisihan di antara mereka, maka bisa diselesaikan sesuai adat yang berlaku selama tidak
bertentangan dengan syara’

Kaidah kelima ini juga mengandung pesan moral yang tinggi agar umat Islam
memiliki sikap kritis terhadap sebuah tradisi serta tidak asal mengadopsinya serta mendorong
terjadinya perubahan sosial masyarakat yang mengalami persinggungan dengan Islam.

Selain itu ajaran Islam melalui kaidah kelima ini selalu merespon dan dikembangkan
agar bisa menjawab problematika kehidupan masyarakat yang sangat dinamis di era Revolusi
Industri 4.0 dan menyongsong era New Society 5.0.

Selanjutnya, bagaimana penjelasan secara luas dan mendalam tentang al ‘adatu al


muhakkamah? Nah, jawabannya ada pada pembahasan berikut.

UJI PUBLIK
Kalimat al adatu secara bahasa artinya kebiasaan yang baik, sedangkan kalimat al

muhakkamah artinya bisa dijadikan sandaran hukum, pertimbangan kebijakan.

Kaidah kelima ini bersandarkan hukum pada surat Al A’raf ayat 199: “jadilah

engkau pemaaf, suruhlah orang lain mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari

orang-orang yang bodoh”.

Dan Hadis: (‫)حسن لال عن||د فهو حسنا المسلمون رأه ما‬. Artinya: “apa yang dipandang baik

oleh mayoritas manusia, maka itu juga baik menurut Allah

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 105


Lebih tegasnya arti adat adalah segala sesuatu yang sudah dikenal oleh manusia

karena telah menjadi kebiasaan atau tradisi (culuture) baik bersifat perkataan,perbuatan

atau meninggalkan perbuatantertentu dan kondisi tertentu yang mana kebiasaan itu bisa

dijadikan pedoman, sandaran, dasar kebijakan hukum dengan memiliki enam syarat:

(1) Tidak bertentangan dengan syara’, seperti kebiasaan sebagian masyarakat yang

hoby berjudi, minum minuman yang memabukkan, ngrumpi (ghibah, gosip) hal ini tidak

bisa dijadikan sandaran hukum karena jelas bertentangan dengan syara’.

(2) Tidak menyebabkan mafsadah(keadaan yang buruk) serta menghilangkan

mas͎ lah͎āh (kebaikan secara umum), seperti kebiasaan sebagian masyarakat yang membuka

aurat baik laki-laki atau perempuan ini tidak bisa dijadikan sandaran hukum karena jelas

bertentangan dengan syara’.

UJI PUBLIK
(3) Sudah berlaku secara umum di kalangan kaum muslimin, seperti kebiasaan

masyarakat Indonesia yang melakukan tradisi serahan dalam acara pernikahan.

(4) Tidak berlaku dalam ibadah mahdlah (formal), contohnya dalam kaidah minor

kelima ini yaitu; ( ‫) ممنوع بالعبادة يث|ار الء‬, artinya mendahulukan orang lain dalam beribadah

adalah dilarang, seperti mendahulukan orang lain atau menempati shaf awal (barisan

depan) dalam shalat adalah dilarang karena termasuk ibadah. Contoh lain mendahulukan

orang lain untuk menutup aurat dan menggunakan air wudhu. Artinya, ketika seseorang

hanya memiliki sehelai kain untuk menutup auratnya, sedangkan temannya juga

membutuhkannya, maka dia tidak boleh memberikan kain itu kepada temannya karena

akan menyebabkan auratnya terbuka sendiri. Begitu juga dengan air yang akan

digunakannya untuk bersuci, maka tidak boleh memberikan air itu kepada temannya untuk

menggunakan air tersebut karena hal ini berkaitan dengan ibadah. Sebaliknya

mendahulukan orang lain mengalahkan diri sendiri dalam hal selain ibadah sangat

106 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


dianjurkan, seperti mendahulukan orang lanjut usia ( lansia ) dalam mendapatkan bantuan

harus terlebih dahulu diutamakan dan seterusnya.

(5) Kebiasaan tersebut sudah memasyarakat saat akan ditetapkan sebagi salah satu

pedoman hukum, contoh seperti kebiasaan masyarakat lamaran pra-nikah bisa dijadikan

sandaran hukum diperbolehkan sesuai dengan adat masing-masing selama tidak

melenceng dari syari’ah.

(6) Tidak bertentangan dengan suatu hal yang telah diungkapkan dengan jelas,

contoh seperti bolehnya penggunaan vaksin meningitis, sepintas tidak ada permasalahan

dalam penggunaan vaksin yang wajib bagi jamaah haji ini. Namun setelah ditemukannya

unsur protein babi dalam vaksin ini sebagian calon jemaah haji menolaknya. Tetapi ada

penjelasan yang sangat jelas dan kuat argumentasi yang disampaikan oleh Kementerian

UJI PUBLIK
Agama dan Kementerian Kesehatan, bahwa unsur babi tersebut telah melewati tes

laboratorium dimana salah satu prosesnya harus melewati tujuh tahapan pensterilan dan

salah satu tahapan di dalamnya memerlukan debu.

Al-Qur’an Sumber kemuliaan umat Islam

˚‫´ل ´ق ˚د أ´ ˚ن ´ز ˚لن´ا ¸إل‬ ´


‫ي ˚ك ˚م ¸كت ´ابًا ف¸ي ¸ه ¸ذ ˚ك ˚رك˚ ˚م أ ´ف´ ́ل ّ ت ´ ˚ع ¸قل ˚و ´ن‬

kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagim

(Al Anbiya’ :10)

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 107


Penugasan Mandiri
Aktifitas Peserta Didik (menyampaikan gagasan, dst)
Setelah Anda mendalami materi kaidah kelima al adatu muhakkamah, maka
selanjutnya lakukanlah diskusi dengan kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk
menyampaikan gagasan atau ide tentang menjaga dan merawat tradisi lama yang baik dan
mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih kreatif dan inovatif !.

Ayo Menyampaikan Gagasan

Dengan memahami kaidah kelima ini,kita sebagai bagian dari Bangsa


Indonesia harus bangga dan bersyukur kepada Allah Swt karena bangsa
kita adalah bangsa yang sangat besar jumlah penduduknya, yang multi
etnik/keturunan, multi budaya, multi bahasa, multi agama, multi adat
istiadat. Mari kita mensyukurinya dengan cara menjaga nilai-nilai luhur ,
adat istiadat, warisan para pendiri Bangsa dengan persatuan dan kesatuan
di bawah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Eka.

UJI PUBLIK
Jangan mau di adu domba dengan pihak-pihak tidak bertanggung jawab
yang menginginkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lemah dan
tertinggal dari peradaban dunia.
Perlu diketahui bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang mewarisi
khasanah manuskrip (artefak budaya yang menjadi bagian penting sejarah
peradaban sebuah bangsa) kuno tulisan tangan dalam beragam bahasa, jika
dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki peradaban tulis
tinggi Indonesia tidak kalah sama sekali. Bahkan keragaman bahasa dan
aksara yang diwariskan melebihi keragaman tradisi tulis yang negara lain
miliki.
Ayo sampaikan gagasanmu tentang menjaga dan merawat tradisi lama
yang baik dan mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih kreatif dan inovatif
dalam bingkai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Eka terkait kaidah kelima al adatu muhakkamah!

108 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Wawasan Lain

Kaidah kelimaal adatul muhakkamah berdasarkan al Qur’an dan Hadits, antara lain:

Dasar hukum al “adah al Muhakkamah”

Al-A’raf :
199
‫ْر ِف َوأَ| ْع ِر‬ ُ‫ُخ ِذ ا ْل َع ْف َو َوأْ| ُم ْر ِب|ا ْلع‬
‫ِن ا ْل َجا ِه ِلي َن‬ ‫ْض َع‬
Arti “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”
Penjelasan Menurut Imam Al-Suyuthi sebagaimana dikutip ulama’ asal Indoneisa
ayat Syaikh Yasin bin Isa al-fadani, kata al-‘urf dalam ayat ini diartikan
sebagai kebiasaan atau adat, adat disini artinya adat yang tidak
bertentangan dengan syariat. Namun pendapat ini dianggap lemah

UJ
II KP U B L
oleh u lama’ lain a lasanny a kalim at
al-‘u rf j ika diartikan sebagai adat istiadat maka tidak

sesuai dengan asbabun nuzul ayat ini dalam


konteks dakwah yang telah dilakukan Nabi Muhammad Saw kepada
masyarakat Arab yang memiliki karakter keras dan kasar, juga kepada
orang-orang yang masih lemah imannya.

Kalimat al-‘urf dan al-‘aadah artinya sama dalam konteks ucapan dan
perilaku, keduanya secara kontinyuitas harus benar-benar telah
dipraktikkan oleh mayoritas manusia, sehingga melekat pada jiwa,
dibenarkan oleh akal dan selaras dengan watak sehat yang memiliki
kemanfaatan dan tidak melenceng dari syara’.

Tidak termasuk al-‘urf dan al-‘aadah(adat istiadat), jika mengandung


kerusakan, bencana, malapetaka, kedurhakaan dan tidak ada manfaat
dan kontribusinya sama sekali. Contohnya mu’amalah yang
mengandung unsur keharaman, tipuan, riba, judi, najis dan
sebagainya. Meskipun perilaku tersebut telah menjadi kebiasaan atau
bahkan mungkin sudah tidak dirasa lagi keburukannya.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 109


‫ومن يشاقق الرسول من بعد ما بت ين له الهدى ويتبع غير سبيل املؤمنين نوله ما تولى‬
)٥١١ :‫ونصله جه(نم وساءت مصيرا (النساء‬

Dan barangsiapa menentang Rasul (muhammad) setelah jelas Arti


kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-
orang mukmin, kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah
dilakukannya itu dan akan memasukkan dia ke dalam neraka
Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali (QS. An-Nisa’: 115)

Jalan orang mukmin disini bisa difahami sebagai perilaku atau Penjelasan
kebiasaan yang baik, bermanfaat dan sesuai dengan syara’. ayat

٨٢٢ :‫ولهن مثل الذي عليهن باملعروف (البقرة‬


).

UJ
Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak yang seimbang Arti

denga n kew ajiban nya men urut ca ra

yangI P U B L
pa tut (QS. Al-Baqarah:228)

IK
Kalimat menurut cara yang patut dapat difahami sebagai sebuah Penjelasan
kebiasaan yang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syara ayat
dalam konteks keseimbangan, keadilan, persamaan antara laki-laki
dan permepuan. Keduanya harus saling bersinergi, berkolaborasi,
bermitra, bekerjasama untuk membangun peradaban di kancah lokal
maupun internasional.

:‫وعاشروهن باملعروف (النساء‬


).٩١
Dan bergaullah dengan mereka dengan cara yang patut (QS. An- Arti
Nisa’: 19)

Kalimat menurut cara yang patut dapat difahami sebagai sebuah Penjelasan
kebiasaan yang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syara
ayat
dalam konteks membangun keluarga yang harmonis. Kata ‫مع||روف‬
dalam Al Qur’an di temukan sebanyak 39 kali. Bentukan Kata ma’ruf
(‫ ) مع||روف‬adalah ‘urf bermakna budaya yang telah diterima oleh
masyarakat luas karena memiliki nilai kebenaran.
Lebih tegasnya arti Makruf adalah segala budaya yang bersifat
universal masyarakat beradab dan diterima sebagai nilai-nilai luhur

110 Ushul Fikih Kelas XI MA


kehidupan seperti menolong, menghargai, bersikap adil, jujur,
bersahabat. Lawan kata/ antonim makruf (‫ )مع||روف‬adalah munkar,
yaitu sesuatu yang diingkari atau tak dikenal baik dalam masyarakat.

‫ فكفارته إطعام‬.‫ال يؤاخذكم هلال باللغو فى أيمانكم ولكن يؤاخذكم بما عقدتم األيمن‬
)٩٨ :‫عشرة مساكين من أوسط ما تطعمون أهليكم (املائدة‬
Arti Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang
tidak disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpah kamu yang disengaja, maka kafaratnya
(denda pelanggaran sumpah), ialah memberi makan sepuluh orang
miskin yaitu dari makanan yang kamu berikan kepada keluargamu
Penjelasan Kalimat dari makanan yang kamu berikan kepada keluargamudapat
difahami makanan yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat
ayat
yang dimakan,umpama di Indonesia adalah nasi, di Eropa adalah roti
ُ ُ ُ َ َ َ َ ٌ َ َ
dan sebagainya
َ َ َ َ َ َ ُ َ ً َ َ َ ُ ُ ُ
Hadis
‫م ا رءا ه ا(ملس ِل م و ن حسنا فهو ِعند ِ لهال حسن وما رءاه‬
‫املس ِلمون سيئا‬ ٌ (َ َ َ ُ َ
‫يء‬S‫فهو ِعند ِ لهال س‬
Arti “Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam maka baik pula di
sisi Allah, dan apa saja yang dipandang buruk oleh orang Islam maka
menurut Allah pun digolongkan sebagai perkara yang buruk” (HR.
Ahmad, Bazar, Thabrani dalam Kitab Al-Kabiir dari Ibnu Mas'ud).

Penjelasa
UI P U B
L IK
Setela h diad akan peneliti an
men dalam me nurut al-Ala’i, hadis ini adalah
Hadis

perkataan Ibn Mas’ud (mawquf) yang diriwayatkan oleh


Ahmad bin Hambal dalam kitab Musndnya, bukan hadis marfu’.

Contoh dalam kehidupan

Adat bisa dijadikan sandaran hukum dalam kehidupan, contohnya:


1. Batasan usia kedewasaan (baligh) bagi laki-laki ketika sudah mimpi basah, sedangkan
bagi perempuan adalah sudah mengalami menstruasi, Semuanya ini disandarkan atas
kebiasaan yang berlaku secara umum baik bagi laki-laki atau perempuan, boleh jadi laki-
laki dan perempuan yang hidup di kota metropolis baligh-nya lebih cepat dari yang hidup
di pedesaan atau sebaliknya. (al adah muhakkamah)
2. Batasan nifas atau monopose, ini disandarkan atas kebiasaan yang berlaku secara umum
bagi perempuan (al adah muhakkamah).

Ushul Fikih Kelas XI MA PK


110 Ushul Fikih Kelas XI MA
3. Ukuran sedikit atau banyaknya najis yang dimaafkan (ma’fuw, ditolerir)ini disandarkan
atas kebiasaan yang berlaku secara umum di daerah satu dengan yang lain berbeda (al
adah muhakkamah)
4. Ukuran gerakan yang bisa membatalkan shalat, ini disandarkan atas kebiasaan yang
berlaku secara umum di daerah satu dengan yang lain berbeda (al adah muhakkamah)
5. Batasan jarak waktu antara khutbah dengan pelaksanaan shalat jum’at disesuaikan dengan
adat istiadat setempat.
6. Kadar kesinambungan (muwalah) antara ijab dan qabul dalam pernikahan kebijakannya
disesuaikan dengan adat dan istiadat setempat.
7. Standar upah minimun kota atau kabupaten (UMK), kebijakannya disesuaikan dengan
dengan kondisi daerah masing-masing.
8. Pemahaman redaksi dalam masalah wakaf, sumpah, wasiat kebijakannya disesuaikan
dengan adat dan istiadat setempat.
9. Masalah yang berhubungan dengan Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW)
kebijakannya disesuaikan dengan adat dan istiadat setempat.
10. Standar ukuran jual beli baik on line maupun off line, kebijakannya disesuaikan dengan
adat dan istiadat setempat.

UJI PUBLIK
Perenungan

Hikmah dari kaidah kelima al ‘adah muhakkamah, antara lain:

29. al-‘adah atau al-‘urf adalah segala hal berkaitan selain ibadah yang dianggap baik
dan benar oleh mayoritas manusia serta dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi
sebuah kebiasaan.

30. Semua adat kebiasaan yang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syara dalam
muammalah seperti jual-beli, sewa-menyewa, gadai-menggadai, hutang-piutang, kerja
samanya pemilik modal (investor) dengan pelaku usaha, pemilik (CEO) platform digital
dengan mitranya, pimpinan dengan karyawannya, pemilik sawah dengan penggarapnya
dan sebagainya. Semua kebijakan hukumnya disandarkan atas kontrak kesepakatan
bersama (AD/ART, tata tertib, MoU, kode etik) disesuaikan dengan adat kebiasaan atau
urf’ yang berlaku, sehinggaketika terjadi perselisihan (konflik) diantara mereka. Maka

Ushul Fikih Kelas XI MA PK


penyelesaiannya harus dikembalikan pada sanksi adat istiadat setempat sesuai kesepakatan
secara umum.

31. Perbedaan antara adat (culture) dengan ‘urf adalah adat hanya menitik beratkan pada
aspek pengulangan (repeat, tikrar) sebuah pekerjaan atau perilaku manusia baik peribadi
atau kolektif (kelompok masyarakat), sedangkan ‘urf hanya melihat pelakunya (aktor)
saja.

32. Persamaannya antara adat (culture) dengan ‘urf adalah perilaku yang sama-sama
sudah diterima oleh akal sehat manusia, tertanam dalam hati, dilakukan berulang-ulang,
dan sesuai dengan karakter pelakunya. Dalam bahasa Arab, al-‘adat sering dipadankan
dengan al-‘urf. Dari sinilah, kata al-ma’ruf sering disebut dalam al-Qur’an. Oleh karena
itu, makna asli al-ma’ruf ialah segala sesuatu yang sesuai dengan adat (kepantasan).

33. Secara harfiyah / bahasa, kata makruf merupakan isim maf’ul (kalimat yang
menunjukkan arti orang atau sesuatu pekerjaan), kata makruf berasal dari kata ( – ‫يعرف – عرف‬
‫)معرفة‬. Secara bahasa artinyamengetahui, mengenal atau mengakui, melihat dengan tajam

UJI PUBLIK
atau mengenali perbedaan. Pengertian ‫ مع||روف‬menurut istilah adalah setiap hal yang
dikenal, baik itu berupa ketaatan kepada Allah dan berbuat baik sesama manusia, kata
ma’ruf lebih difokuskan pada berbuat baik kepada orang lain, artinya kebaikan tersebut
bisa dirasakan orang lain dengan melibatkan orang lain dalam kebaikan.Artinya segala
sesuatau yang menggembirakan dan disenangi

34. Imam Abu Hanifah dan Imam Malik memperbolehkan ‘urf sebagai pijakan hukum.
Sedangkan Imam Syafi’i tidak menggunakan ‘urf atau ‘adah sebagai dalil, karena beliau
berpegang pada al-Qur’an, sunnah, ijma’, dan ijtihad yang hanya dibatasi dengan qiyas
(analogi hukum) saja. Karena itulah keputusan yang telah diambil oleh Imam Syafi’i
dalam wujud “qaul jadid” (statment baru) itu merupakan suatu imbangan terhadap
penetapan hukumnya di bagdad dalam wujud “qaul qadim’(statment lama).

112 Ushul Fikih Kelas XI MA


Sinonim (persamaan kalimat) pada kata ‫معروف‬, (kebiasaan baik) antara lain:

1. Khair (‫) ر˚ ْي خ‬, artinya kebaikan yang lebih difokuskan kepada pribadi orang
yang mengajarkan perbuatan baik tersebut seperti dalam surat (Ali
Imron:110): ُ
‫َر أ‬ ْ ‫نت ُك‬
ُ ْ ‫ م‬. Artinya: kamu adalah umat yang terbaik.

‫ّم „ة خ‬
‫ْي‬

2. Birrun )‫)ر˚ ِب‬, kata birrun lebih berkonotasi pada akhlak (moral) yang baik.

Tentang Anjuran Berlomba Dalam Kebaikan)‫) ر˚ ِب‬

‫ْو ِم ْال وا ْل َ ُمل ِئ َك ِة‬ َّ ‫ب ولَ ِك م ْن آ ا‬ ‫َم‬ ِ ‫س ا ْل ِب َّر أ ُك ْم َب َل‬ ‫لَ ْي‬
‫ِخ ِر وا ْل‬ ‫َّن ا ْل ِب َّر َم َن ل ِّل‬ ‫وجوه ا ْل َم رق ْغ ِر‬ ‫ْن تُ َولُّوا‬
‫َي‬ ‫ش وا ْل‬
‫وا ْب س بي و سا ِئ و ِفي‬ ‫وا ْل َيتَ|ا ْل سا ِكي‬ ‫ح ِّب ِه ذَ| ِوي ا‬ ‫عل‬ ‫وآتَ|ى ا ْل‬ ‫وا ْل ِكتَ|ا ب والنَّ ِب‬
ِ
‫َن ال ِل ال ِلي َن‬ ‫َمى َم َن‬ ‫ْلقُ ْر َبى‬ ‫ى‬ ‫َما َل‬ ‫ِّيي َن‬
‫وا‬
‫صا ِب ِري َن سا و َّرا و ِحي َن‬ ‫عاه و‬ ‫وا ْل ن ِب َع ْه ِد‬ ‫وآتَ|ى ال َّز‬ ‫صل‬
ُ ‫ب و َأ|َقا‬ ‫ال ِّ|رقَا‬
‫ِفي ا ْلب َ|أ ِء ال ِء‬ ‫دُوا ال‬ ‫ِه ْم ِإذَ|ا‬ ‫ُموفُو‬ ‫َكاة‬ ‫َم ال ة‬
‫ض‬
)٧٧١( ‫ه| ُم ا ْل ُمَت|ّقُو َن‬
ُ ‫صدَ|ق وأُو ك‬ ‫ا ْل َبأْ| ِس أُولَ ِئ ك ال‬
‫وا لَ ِئ‬ ‫ِذي َن‬

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu


kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-

UJI PUBLIK
orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.Q.S. Al-Baqarah
[2] Ayat 177
Sabda Rasullullah Saw:

‫علي| |ه س الن||ا يطل |ع ان وك |رهت نفسك في حاك ما والثم الخل |ق حس |ن ال| |بر‬: “Al
birru” adalah akhlak yang baik dan “al istm” adalah perbuatan yang
mengganjal dalam hatimu, dan kamu tidak mau perbuatan tersebut
diketahui orang lain (HR Ahmad dan Muslim).
3. Hasanun(‫)حسن‬. Artinya segala sesuatau yang menggembirakan dan disenangi, ,
tentang Anjuran Berbuat baik kepada kedua orang tua

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 113


‫„ف ول‬
‫ُكل ُه َما َفُ|ل تَ|قُ ْل ل‬ |َ‫ع ْندَ| َك ا ْل ِكبَ| َر أ‬ ‫ضى ربُّ َك أَ|ل تَ| ْعبُدُوا و ِبا ْل َوا ِل دَ| ْي سان˝ا ِإ َّما ي‬ ‫وق‬
‫ُه َما أ‬ ‫َحدُ ُه َما أَ| ْو‬ ‫ْبلُ َغ| َّن‬ ‫ِ ن ْح‬ ‫ِإل ِإيَّ|اه‬
)٣٢( ‫تَ| ْن ه ْر ُه ما وُق ْل لَ| ه ما ك ِري ˝ما‬
َ ُ َ َ
|
َ
‫ق ْول‬

23. dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia.(Q.S. Al-Isro’ Ayat 23)

114 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK
Sumber: https://m.facebook.com/story.php
Penugasan Belajar Mandiri

Gambar (Mengamati)
Amatilah gambar di atas, dalam menghadapi era New Society 5.0 renungkan dan kaitkan
dengan kaidah kelima al adatu muhakkamah (kebiasaan baik dan benar bisa dijadikan
pijakan) yang anda pelajari! Buatlah narasi dari hasil renungan anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 115


3..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................

Ayo Menganalisis
Kaidah kelima al adatu muhakkamah

Dasar logika:segala hal berkaitan selain ibadahmahdhah (formal) yang dianggap baik dan benar
oleh mayoritas manusia serta dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi sebuah
kebiasaanbisa dijadikan pijakan dalam hukum dan menentukan sikap.Untuk itulah kaidah
kelima ini dibangun

Dari kaidah mayor (pokok) kelima)˚ ´‫مة‬ ˚‫ (دة´ ا´•لع˚ ´•ا‬dapat disarikan menjadi lima
‫ك مح‬

Penugasan Bela U PUBLIK jar

Kel J I omp ok
Aktifitas Peserta Didik (Diskusi, dst)
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.
NO KETERANGAN HASIL

1 Bolehkah seorang pemimpin meminta upeti atau


pungutan liar bagi siapapun yang berada dibawah
kekuasaannya dengan mengatas namakan sudah
menjadi kebiasaan turun temurun?Diskusikan dengan
teman-teman kalian!

116 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


2 Bagaimana hukumnya seorang karyawan yang
melanggar kontrak kerja perusahaan dengan alasan
gaji dibawah standar UMK (upah minimum kota)?
Diskusikan dengan teman-teman kalian!

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 117


3 Bagaimana hukumnya melestarikan warisan sejarah,
tradisi dan kebudayaan lokal untuk menyelamatkan
aset-aset kultural Bangsa Indonesia seperti pakaian
adat dari berbagai suku, menjaga bahasa adat, rumah
adat dan sebagainya?Diskusikan dengan teman-teman
kalian!

4 Bagaimana hukumnya menjual harta warisan orang


tua yang masih sengketa prespektif kaidah ushul
fikih? Diskusikan dengan teman-teman kalian!

5 Bagaimana hukumnya jual beli hewan langka atau


yang dilindungi pemerintah untuk dipelihara secara
pribadi dengan alasan untuk merawat tradisi?
Diskusikan dengan teman-teman kalian!

6 Bagaimana ukuran harta gono-gini ketika ada


seseorang suami istri yang bercerai? Diskusikan

U J I P IK
dengan teman-teman kalian!

U B L
7
Bagaiman a huku mny a seor ang
ya ng men gaku s udah
membeli laptop dengan menunjukkan nota penjualan,
sedangkan penjual tidak merasa menerima uangnya?
Diskusikan dengan teman-teman kalian!
8 Bagaimana hukumnya membatalkan acara pernikahan
yang sudah disepakati sejak awal dengan alasan tidak
mencintainya? Diskusikan dengan teman-teman
kalian!
9 Bagaimana hukumnya seorang mengambil buah
mangga milik tetangga tanpa izin dengan alasan sudah
jadi kebiasaannya? Diskusikan dengan teman-teman
kalian!

116 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Sembilan Kaidah Minor al adatu muhakkamah

‫ْ س ِت ْع َما ُل الَّنا ِس ُح َّجة˚| يَ ِج‬


‫ا‬- ‫ُب ال َع َم ُل ِب َها‬
“Apa yang sudah terbiasa dilakukan mayoritas manusia bisa Arti
dijadikan hujjah (alasan/argument/dalil) yang wajib diamalkan”
Maksud kaidah ini apa yang sudah menjadi adat kebiasaan di Penjelasan
masyarakat, harus menjadi pegangan, dalam arti setiap anggota
masyarakat wajib menaatinya.

‫ُخ ِذ ا ْل َع ْف َو َوأْ| ُم ْر بِ|ا ْلعُ ْر ِف َوأَ| ْع ِر‬


Dasar
hukum
‫ْض َع ِن ا ْل َجا ِه ِلي َن‬
Apabila tidak ada perjanjian antara sopir truk dan kuli mengenai Contoh
menaikkan dan menurunkan batu bata, maka sopir diharuskan
membayar ongkos sebesar kebiasaan yang berlaku.

I P U B L
Boleh kah se orang pemim pin me minta

UJ
IK
Diskusi
upe ti atau pungutan liar bagi
siapapun yang berada dibawah kekuasaannya dengan mengatas
namakan sudah menjadi kebiasaan turun temurun?
|َ‫َرد‬ ‫اِ َّن َما تُ ْع َت| َب ُر الَعادَ|ةُ ِاذَ|ا ا ْض َط‬- ٢
‫ْت‬ ‫ْت اَ|و َغ َل َب‬
“Adat yang dianggap (sebagai pertimbangan hukum) itu hanyalah Arti
adat yang terus-menerus diberlakukan atau berlaku secara umum”
Dalam masyarakat suatu perbuatan atau perkataan yang dapat diterima Penjelasan
sebagai adat kebiasaan, apabila perbuatan atau perkataan tersebut
sering berlakunya, atau dengan kata lain sering berlakunya itu sebagai
suatu syarat (salah satu syarat) bagi suatu adat untuk dapat dijadikan
sebagai dasar hukum.
ٌ َ َ َ ً َ َ (ُ ُ
‫ََ َءا ه امل ُ س ُ ِل ُم و ن َح َ َس نا ف ً ُه َ َو ِع ن د ِ لهال ح َس ن‬ Dasar
‫و ما َر َءا ه امل س ِل ُم و ن س ي ئا ما َر‬ Hukum
َ َ
‫ ي ٌء‬S‫ف ُه َو ِع ن دهِلال َس‬

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 117


Apabila seorang yang berlangganan dan sudah terjadi kesepakatan Contoh

118 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


kontrak selama setahun antar jemput jasa transportasi ojol (ojek on
line), ketika ojoltersebut tidak antar jemput ke rumahnya, maka orang
tersebut dapat menuntut kepada pihak pemilik platform digital
tersebut.
Diskusi Bagaimana hukumnya seorang karyawan yang melanggar kontrak
kerja perusahaan dengan alasan gaji dibawah standar UMK (upah
minimum kota)?

|‫|ال ِع ْب َرةُ ل ِلَغا ِل ِب ال َّشا ِئ ِع‬-٣


‫لَ| ِ لنَ|ّا ِد ِر‬
Arti “Adat yang diakui adalah yang umumnya terjadi yang dikenal oleh
manusia bukan dengan yang jarang terjadi”
Penjelasan Ibnu Rusydi menggunakan ungkapan lain, yaitu:
َ ‫ال ُح ْك ُم ِبا ل ُم ْع َت|ا ِد‬
‫ل| ِبا‬
‫ال َّنا ِد ِر‬
“Hukum itu dengan yang biasa terjadi bukan dengan yang jarang
terjadi”

L IK
Dsaar
‫سط م ا‬ ‫ن من أو‬ ‫كي‬ ‫فكفارته إطعام عشرة مسا‬

U J I
hukum
Contoh
P U B :‫ائدة‬ ‫ك م ( ام ل‬ ‫ن أهل ي‬

Menetapkan hukum mahar dalam perkawinan namun tidak ada


‫ت(طعمو‬
)٩٨

kejelasan berapa banyak ketentuan mahar, maka ketentuan mahar


berdasarkan pada kebiasaan.
Diskusi Bagaimana hukumnya melestarikan warisan sejarah, tradisi dan
kebudayaan lokal untuk menyelamatkan aset-aset kultural Bangsa
Indonesia seperti pakaian adat dari berbagai suku, menjaga bahasa
adat, rumah adat dan sebagainya?

‫˚ع ˚ر ´فا ´كا ˚ل ´م ˚ش ˚ر ˚و‬


‫ال ´م ˚ع ˚ر‬-٤ ‫¸ط ´ش ˚ر ًطا‬
‫˚ و ˚ف‬
Arti “Sesuatu yang telah dikenal ‘urf seperti yang disyaratkan dengan
suatu syarat”

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 119


Penjelasan Maksudnya adat kebiasaan dalam bermuamalah mempunyai daya ikat
seperti suatu syarat yang dibuat.

120 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Dasar )٩١ :‫وعاشروهن باملعروف (النساء‬
Hukum

Contoh Menjual buah di pohon tidak boleh karena tidak jelas jumlahnya,
tetapi karena sudah menjadi kebiasaan maka para ulama
membolehkannya.

Diskusi Bagaimana hukumnya menjual harta warisan orang tua yang masih
sengketa prespektif kaidah ushul fikih?

‫´ن ت˚• جا ¸ر ´كا ˚ل ´م ˚ش ˚ر ˚و‬


‫ا ˚ل ´م ˚ع ˚ر ˚و‬-٥ ‫¸ط ب´ ˚ين´• ˚ه ˚م‬
‫˚ف ب´• ˚ي‬
Arti “Sesuatu yang telah dikenal di antara pedagang berlaku sebagai
syarat di antara mereka”
Penjelasan Sesuatu yang menjadi adat di antara pedagang, seperti disyaratkan
dalam transaksi.

UJI PUBLIK
Dasar :‫وعاشروهن باملعروف (النساء‬
Hukum
)٩١

Contoh Transaksi jual beli batu bata, bagi penjual untuk menyediakan
angkutan sampai kerumah pembeli. Biasanya harga batu bata yang
dibeli sudah termasuk biaya angkutan ke lokasi pembeli

Diskusi Bagaimana hukumnya jual beli hewan langka atau yang dilindungi
pemerintah untuk dipelihara secara pribadi dengan alasan untuk
merawat tradisi?

‫˚لع˚• ˚ر ¸ف ´كا•لت ˚عي¸ ˚ي ¸ن‬


‫الت ˚ع ¸ي ˚ي ˚ن ب ¸ا‬-٦ ‫¸بالن ص‬
Arti “Ketentuan berdasarkan ‘urf seperti ketentuan berdasarkan nash”

Penjelasan Maksudnya Penetapan suatu hukum tertentu yang didasarkan pada


‘urf dan telah memenuhi syarat-syarat sebagai dasar hukum, maka
kedudukannya sama dengan penetapan suatu hukum yang didasarkan
pada nash.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Dasar )٩١ :‫وعاشروهن باملعروف (النساء‬
Hukum

120 Ushul Fikih Kelas XI MA


Contoh Apabila orang memelihara sapi orang lain, maka upah memeliharanya
adalah anak dari sapi itu dengan perhitungan, anak pertama untuk
yang memelihara dan anak yang kedua utuk yang punya, begitulah
selanjutnya secara beganti-ganti.
Diskusi Bagaimana ukuran harta gono-gini ketika ada seseorang suami istri
yang bercerai?

‫´د ًة• ´كا ˚ل ˚م ˚مت´• ´نع¸ ´ح‬


‫ال ˚م ˚مت´• ´ن‬-٧ ‫¸ق ˚ي ´ق ًة‬
‫˚ع ´عا‬
Arti “Sesuatu yang tidak berlaku berdasarkan adat kebiasaan seperti
yang tidak berlaku dalam kenyataan”
Penjelasan Maksud kaidah ini adalah apabila tidak mungkin terjadi
berdasarkan adat kebiasaan secara rasional, maka tidak mungkin
terjadi dalam kenyataannya.
Dasar )٩١ :‫وعاشروهن باملعروف (النساء‬
Hukum

UJI IK P U B L
Contoh
Seseo rang m engak u bahw a tanah yang
ada pada orang itu miliknya, tetapi dia tidak bisa

menjelaskan dari mana asal-usul tanah tersebut.


Diskusi Bagaimana hukumnya seorang yang mengaku sudah membeli laptop
dengan menunjukkan nota penjualan, sedangkan penjual tidak merasa
menerima uangnya?

‫ت˚ت˚ ´ر ˚ك ب¸ ´دَل´ل´ ¸ة الع‬


˚‫ال• ´ح ¸ق ˚ي ´قة‬-٨ ‫´ا ´د ¸ة‬
Arti “Arti hakiki (yang sebenarnya) ditinggalkan karena ada petunjuk arti
menurut adat”
Penjelasan Maksudnya adat kebiasaan dalam bermuamalah mempunyai daya ikat
seperti suatu syarat yang dibuat.
Dasar )٩١ :‫وعاشروهن باملعروف (النساء‬
Hukum

Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Contoh Apabila seseorang membeli batu bata sudah menyerahkan uang muka,
maka berdasarkan adat kebiasaan akad jual beli telah terjadi, maka
seorang penjual batu bata tidak bisa membatalkan jual belinya
meskipun harga batu bata naik.

120 Ushul Fikih Kelas XI MA


Diskusi Bagaimana hukumnya membatalkan acara pernikahan yang sudah
disepakati sejak awal dengan alasan tidak mencintainya?

‫ِف َكا ِل‬ ‫ا ِل ْذ ُن العُ ْر‬-٩


‫ِن اللَ ْف ِظى‬ ‫ْذ‬
Arti “Pemberian izin menurut adat kebiasaan adalah sama dengan
pemberian izin menurut ucapan”
Contoh Apabila tuan rumah menghidangkan makanan untuk tamu tetapi tuan
rumah tidak mempersilahkan, maka tamu boleh memakannya, sebab
menurut kebiasaan bahwa dengan menghidangkan berarti
mempersilahkannya

Diskusi Bagaimana hukumnya seorang mengambil buah mangga milik


tetangga tanpa izin dengan alasan sudah jadi kebiasaannya?

Ayo Meneliti!

UJI
Penugasan Penelitian
Kelompok PUBLIK
Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu!Selamat mencoba!

No wawancara

1 Apakah anda pernah mendengar kebiaasaan bisa dijadikan kebijakan hukum?

2 Bolehkah semua kebiasaan bisa dijadikan kebijakan hukum?

3 Apa batasan-batasan kebiasaan bisa dijadikan kebijakan hukum!

3 Adakah dasar hukumnya baik dari al Qur’an dan Hadits bahwa kebiasaan
bisa dijadikan kebijakan hukum? Jelaskan!

4 Adakah hikmah yang dapat diambil dari kaidah kelima kebiasaan bisa

Ushul Fikih Kelas XI MA PK


dijadikan kebijakan hukum? Jelaskan!

5 Berikan salah satu contoh kekiniaan kaidah kelima kebiasaan bisa dijadikan kebijakan
hukum? Jelaskan!

6 Bagaimana hukum kebiasaan jual beli on line yang terjadi di masyarakat sekarang yang
melakukan transaksi jual beli tanpa harus ketemu? Jelaskan analisis kritisnya?

7 Menurut anda jual beli on line yang sudah menjadi tren masyarakat modern dan tidak
bertentangan dengan syara’ itu apa saja?

8 Bagaimana hukumnya wakaf uang yang sudah menjadi tren masyarakat modern?

9 Bagaimana hukumnya menggunakan jasa ojol (ojek on line )yang sudah menjadi tren
masyarakat modern?

10 Bagaimana hukumnya menikah via on line yang sudah menjadi tren masyarakat
modern?

UJI PUBLIK
Ayo Mencari Sumber Ilmu!

Penugasan Belajar Mandiri


 Tulislah ayat al-Qur’an atau Hadis yang berkaitan dengan kaidah keempat al adah
muhakkamah, minimal 3 ayat/Hadis!
 Buatlah kliping-kliping pendapat-pendapat ulama Indonesia tentang kaidah kelima al
adah muhakkamah dalam mu’amalah!

122 Ushul Fikih Kelas XI MA


1. kode etik dalam pengembangan fiqh kontemporer di Indonesia melalui kaidah
kelima ini antara lain: menjaga esensi fiqh klasik sebagai bangunan lama,
menguatkan “bangunan lama” yang sudah rapuh,melakukan aktualisasi dan
kontekstualisasi.
2. Kaidah mayor adat kebiasaan masyarakat (setting social) bisa dijadikan
pedoman hukum selayaknya bisa merespon positif gagasan fikih Indonesia
yang berasal dari kebiasaan asli Indonesia tanpa harus lepas dari kaidah-
kaidah yang tercantum dalam sumber hukum Islam. Indonesia, dengan
mayoritas umat Islamnya.
3. Kaidah minor mempunyai peranan penting untuk mendetailkan batasan-
batasan operasional kaidah mayor, yang pada akhirnya dalam menjalankan
aktivitas yang terkait dengan non ibadah formal berlandaskan kebiasaan
masyarakat (setting social) untuk kemaslahatan umum.

UJI PUBLIK
Ayo Jelaskan!

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Jelaskan pengertian kaidah kelima al adah muhakkamah? Baik secara etimologi
(bahasa) atau secara terminologi (istilah)?
2. Jelaskan perbedaan al adah dengan urf?
3. Jelaskan batasa adat kebiasaan yang bisa dijadikan sandaran hukum?
4. Jelaskan masing-masing sembilan pengertian kaidah minor al adah muhakkamah?
Sekaligus contohnya masing-masing!
5. Jelaskan hikmah kaidah kelima al adah muhakkamah!

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 123


UJI PUBLIK

124 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


BAB VI

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.6. Menghayati kebenaran produk ijtihad
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
amar dan nahi
agama yang dianutnya

2. (SIKAP SOSIAL) 2.6. Mengamalkan sikap tanggung jawab dan


patuh sebagai implementasi dari
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
pemahaman tentang kaidah amar dan nahi
santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), bertanggungjawab,
responsif, dan pro aktif, dalam berinteraksi

secara efektif s

U
esuai
BLIK

JI
de nga n

P U
perke mban gan

anak di lingkungan, keluarga, sekolah,


masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 125


3. (PENGETAHUAN) 3.6. Memahami ketentuan kaidah amar dan
nahi
Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan factual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik sesuai

126 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

4. (KETERAMPILAN) 4.6. Menyajikan contoh hasil analisis dari


kaidah amar dan nahi dikaitkan dengan
Menunjukkan keterampilan menalar,
kehidupan sehari-hari
mengolah, dan menyaji secara: efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah dan bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

UJI PUBLIK TUJUAN PEMBELAJARAN

Peserta didik mampumenjelaskan deskripsi (gambaran umum) amar dan nahi, pengertian,
sighat (redaksi) amar dan nahi, contoh amar dan nahi dalam al-Qur’an dan sunnah, serta
hikmahnya.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 127


PETA KONSEP

UJI PUBLIK

Orang-orang Islam pada umumnya dan orang yang beriman pada khususnya
mempunyai pedoman dan undang-undang yang diberikan oleh Allah kepada
mereka, yaitu “Al Qur’an”, sebuah kitab yang sempurna, universal, komprehensif,
sesuai dan cocok di setiap waktu dan zaman, sholih li kulli zamanwa makan (selalu
relevan di sepanjang waktu dan ruang).

Al-Qur’an sebagai sumber pokok ajaran Islam. Oleh karenanya sedapat


mungkin haruslah diaplikasikan ke dalam sebuah prilaku sosial dan kultural,
sehingga inti ajarannya dapat membangun kerangka berfikir Qur’ani dan bisa

128 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


mewarnai realitas social serta peradaban dunia. Untuk itu diperlukan pemahaman
yang sangat baik tentang isi pokok kandungan Al-Qur’an.
Isi pokok kandungan Al-Qur’an salah satunya adalah tentang hukum atau
syari’at. Dan hukum yang disebutkan dalam nash Al-Qur’an mempunyai hubungan
yang sangat erat dan kuat terhadap agama dan akidah kaum muslimin, yang
kesemuanya sesuai dan senada dengan maksud diberlakukannya sebuah hukum
Islam yaitu untuk menjaga agama, jiwa, keturunan ,akal dan harta manusia.
Sesungguhnya umat Islam sangat membutuhkan syari’at sebagaimana
butuhnya mereka terhadap udara, makan dan minum. Bagaimana tidak? Karena
sesungguhnya syari’at itu adalah aturan serta kaidah-kaidah yang ditetapkan Allah
terhadap hamba-hambaNya agar mereka bisa hidup tenang, aman, nyaman, tanpa
gangguan. Sehingga terpeliharalah agama, jiwa, akal, keturunan dan harta mereka,
sesuai dengan diberlakukannya syari’at itu sendiri.
Adapun syari’at yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf terdiri dari 2
(dua) macam yaitu tuntutan seperti perintah (amr) danlarangan (nahy) serta

:
UJI PUBLIK
pilihanyang banyak sekali disebutkan Allah di dalam nash Al-Qur’an.
Nash-nash Al-Qur’an, secara tekstual adalah berbahasa Arab.Allah berfirman

‫عر ِبيً|ّا‬ ‫وكذَا ِل أَ ز‬


‫حك‬
‫ما‬ ‫ْن ْ نلَ|اه‬
‫ك‬
Artinya : “Dan demikianlah Kami (Allah) turunkan Al-Qur’an itu sebagai hukum dalam
bahasa Arab” (QS. Al Ra’d : 37)

Oleh karena itu, untuk memahami hukum-hukum yang terkandung dalam


nash Al-Qur’an secara benar, haruslah memperhatikan penggunaan gaya bahasa
Arab sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang sudah ditetapkan.
Para ulama’ ahli ushul, telah mengarahkan perhatian mereka kepada
penelitian gaya bahasa dan ungkapan-ungkapan bahasa Arab yang lazim
dipergunakan oleh para sastrawan bangsa Arab dalam menggubah syair dan prosa.
Dari penelitian itu, mereka kemudian menyusun ketentuan-ketentuan yang dapat
dipergunakan untuk meamahami nash syariat secara benar.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 129


Kajian tentang amrdan nahy merupakan salah satu kajian kebahasaan yang
selalu diperhatikan para ulama’ dalam menarik sebuah hukum dari Al-Qur’an
maupun Al Hadits. Dampak dari kajian kebahasaan amrdan nahyini sangat terasa
pengaruhnya terhadap hukum-hukum yang ditarik mereka dari kedua sumber
hukum Islam tersebut.
Betapa pentingnya mempunyai pengetahuan kebahasaan tentang amrdan
nahy ini, yang tujuannya bisa memahami hukum-hukum syariat secara kaffah(utuh,
komprehensif) dan menyeluruh, yang pada akhirnya kita dapat menjadi seorang
muslim dan mukmin sejati, yang bisa mengerjakan semua perintah dan menjauhi
segala larangan-Nya, yang termaktub dalam bentuk amr maupun nahy.
Alhamdulillah atas karunia Allah Swt, sekarang setelah dengan mudahnya kita
difahamkan deskripsi (gambaran umum) kaidah ketiga ini, pertanyaan yang patut diajukan
adalah: bagaimana penjelasan secara luas dan mendalam tentang perintah (amr)
danlarangan (nahy)? Nah, jawabannya akan kita dapatkan pada pembahasan berikut.
Yuk....dikepoin, cekidot.....

UJI PUBLIK
A. Pengertian Amr
Lafadz Amr(perintah) adalah mashdar dari kata
‫را‬ ْ ‫م أََ رَيأ‬ yang berarti
‫ُم م‬
َ‫رأ‬

perintah, sebagaimana perkataan si Boy memerintah suatu perintah artinya dia

membebankan sesuatu yang menunjukkan tuntutan atau permintaan (request).

Lafadz amrjuga bisa diartikan sya’n (something, suatu perkara), sedangkan

jamaknya adalah
‫ر‬ ُْ‫ و ُم أ‬.Lafadz amr adalah lawan kata (antonim) dari lafadz nahy

(larangan) yang menurut bahasa berarti larangan. Sedangkan secara istilah

menurut jumhur ulama’ ushul, nahy adalah tuntutan untuk meninggalkan

130 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


sesuatu yang datangnya dari orang yang lebih tinggi tingkatannya kepada orang

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 131


yang lebih rendah tingkatannya seperti guru melarang muridnya banyak

bermain game di smartphone, atau orang tua melarang anaknya meninggalkan

shalat. Atau perintah Allah Swt kepada hamba-Nya, sebagaimana firman Allah :

َ‫كاة‬
‫صل واَ|تُواال‬
ُ ‫واَ ِق ْي موا‬
‫ز‬ ‫ال ة‬
Artinya : “Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat” (QS. Al Baqarah : 43)
Lafadz amr di dalam Al-Qur’an mempunyai banyak arti, antara lain :
1. Hukum atau aturan.
Firman Allah QS. Al A’raf 54 :

‫أَ| َللَ|هُ ا ْل خل وا ْلَ ْمر‬


‫ق‬
(Ketahuilah, bagi Allah penciptaan makhluk dan aturan-aturan)
dan QS. As Sajadah 5 :

‫ْ َ ضيُ َد| ِ ّب|ر‬


‫سما ا أل‬ ‫ا ْألَ ْمر من‬
‫ِء ل ْر ى‬ ‫ال‬
(Yang Mengatur segala aturan dari langit hingga bumi)

2. Agama.
UJI PUBLIK
Firman Allah QS. At Taubah 9 :
‫حتَ|ّى جاء حق ظهر أ لِال‬
‫ْمر‬ ‫و‬ ‫ا ْل‬
(Sehingga datang yang benar dan tampaklah agama Allah)
3. Perkataan.
Firman Allah QS. Al Kahfi 21 :

‫رُه م ع ْون‬ ‫بَ ْي َن ْم‬


ْ
‫يَ|تَ|نَ|از‬ ‫َا ْم‬
‫ه‬
(Mereka saling berselisih pendapat di antara perkataan mereka)
4. Wahyu.
Firman Allah QS. At Thalaq 12 :

132 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


‫يتَ|نَ|ز ْ َ ر َب| ْينَ|هن‬
‫ا أل‬ |
‫ْم ل‬
(Yang menurunkan wahyu di antara mereka)
5. Kiamat.
Firman Allah QS. An Nahl 1 :

‫ِلال‬
‫أَ|تَ|ى أَ| ْمر‬

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 133


(Telah datang hari kiamat)
6. Azab.
Firman Allah QS. Hud 101 :

‫لال ْ َ جاء رر ِبّ|ك‬


‫ل‬ ِ ‫من ُد‬ ْ ‫َف َما اَ غن ْ ْم هتُ ُه ي‬
|
َ
‫أ ْم‬ ‫ْون من ي‬ ‫ت ن اَ ِل ُم الَ|ّ ِت َي|د ون‬
‫ّما‬ ‫ه‬
‫ش ئ‬ ‫ع‬
(Tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang
mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang)
7. Dosa.
Firman Allah Qs. At Thalaq 9 :

‫َ رها‬
‫فَ|ذَ|اق ت ل أ‬
‫وبَ|ا ْم‬
(Maka mereka merasakan perbuatan dosanya)
B. Pengertian Nahy
Nahy menurut bahasa berarti larangan. Sedangkan secara istilah menurut
jumhur ulama’ ushul, nahy adalah tuntutan untuk meninggalkan sesuatu yang
datangnya dari orang yang lebih tinggi tingkatannya kepada orang yang lebih

UJI PUBLIK
rendah tingkatannya

134 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Redaksi amr dan nahy

C. Redaksi Amr
Lafadz amr itu mempunyai sighat (redaksi kata), yang memakai wazan
‫فع‬
‫ل‬
‫ا‬untuk kata ganti orang ke dua dan memakai ْ‫ فع ي‬untuk kata ganti orang ke tiga.
|َ |َ
‫ل‬
Adapun sighat (redaksi kata) amr ada 4 (empat), yaitu :
1. Fi’il amr atau kata kerja perintah.
Contoh :

78) : ‫صلَ|ةَ| (ّالسراء‬


ُ ‫أَ| ِق ِم ال‬
Artinya : “Dirikanlah shalat” ( QS. Al Isra : 78)
2. Fi’il mudhari’ atau kata kerja sekarang dan yang akan datang yang disukunkan

UJI PUBLIK
dengan lam amr.
Contoh :

) ‫َف ْليَ حَذ ِر ن خا ِلف عن أَ| ْم ِر ِه (النور‬


:63 ‫الَ|ّ ِذ ْي ي ْون‬
Artinya : “Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut” (QS.
An Nur : 63)
3. Isim fi’il amr.
Contoh :

10) ‫َ سك ْم (ال|مائدة‬
‫علَ| ْي ْم أ‬
:5
‫ْنفُ ك‬
Artinya : “Jagalah dirimu” (QS. Al Maidah : 105)
4. Mashdar pengganti fi’il amr.
Contoh :

)4 : ‫ب ال ب مد‬ ‫فَ|ض ْر‬


‫ِّ|رقَ|ا (مح‬
Artinya : “Maka penggallah lehernya” (QS. Muhammad : 4)

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 135


Sighat amr, baik dengan menggunakan wazan
‫ِا ْفعَ|ل‬dan ‫اُ ْفعُل‬fi’il isim atau
seperti
dan atau fi’il mudhari’ yang menggunakan lam amr, apabila semua itu
‫صه‬

136 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


tidak ada qarinah(korelasi), maka hal itu diperselisihkan maksudnya oleh para
ulama’.

Pendapat Pertama, di dominasi madzhab Syafi’i dan Asy’ari. Seperti al


Amidi, Imam Fakhr al Razy, Baidhawi dan Ibnu al Hajib. Mereka berpendapat amr
itu menunjukkan kepada wajib apabila tidak ada qarinah lain.

Pendapat Kedua, memaknai lafadzamrmenunjukkan kepada


musytarak(gabungan) antara wajib dan sunnah.

Sedangkan lafadz nahy menunjukkan kepada ada beberapa bentuk redaksi


kata (sighat), antara lain :
1. Fi’il mudhari’ yang disertai dengan la
nahiyah. Contoh :

) : ‫ض (األعراف‬ ‫و َل تُ ْف سدُ ْوا ِفي ا‬


56 ‫ْلَ| ْر‬
Artinya : “ Janganlah engkau berbuat kerusakan di muka bumi” (QS. Al A’raf :
56)

UJI
2. Lafazh-lafazh yang memberi pengertian haram atau perintah meninggalkan
perbuatan, seperti :

5 PUBLIK
27) : ‫واح ل لالُ ال|ْب وحر َم الّ| ِربَ|وا (البقرة‬
‫ْ يع‬
َ

Artinya : “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al
Baqarah : 275)

Dengan lebih jelasnya, uslub (style bahasa) nahy yang terdapat di Al-Qur’an,
terdapat model atau bentuk susunan kalimat, antara lain :
 Menggunakan sighat an nahy, yaitu fi’il mudhari’ yang diawali dengan la
nahiyah, seperti dalam surat Al Isra’ ayat 34 :

‫ِ َّ َ| هي حسن‬
‫و َلتَ| ْق رب ل الْيَ| ِت ْي ِم ا لبِال‬
‫ا‬ ‫ِتي‬ ‫ْواما‬
 Berbentuk kalimat larangan yang disebutkan secara jelas. Misalnya dalam surat
An Nahl ayat 90 :

‫ل وا ْ ن ْ ك ِر‬ ‫عن ا ْلفَ|ح شا ِء‬ ‫ْنه و‬ ‫وِا ْي تَ|ا‬ ‫ِء ِذى ا ْلقُ ْربَ|ى‬
‫م‬ ‫ى ي‬
Ushul Fikih Kelas XI MA PK 137
‫سان‬ ‫ا و‬ ‫ِلح‬ ‫ر ِبا‬ ‫ْلعَ|دْ|ل‬ ‫ُم لالَ| يَ|أ ِان‬
 Dengan menggunakan kata haram, sebagaimana dalam surat Al A’raf ayat 33 :

‫ش م َ م طن وا والْبَ|غي‬ َ‫ا ْلف‬ ِ ‫ح‬ َ ‫قُل‬


‫ِلثْ| َم‬ ‫ماظهر ن و اب‬ ‫ر ب َواح ي‬ ‫ما‬
‫ه‬ ّ ‫َم‬ ‫ن‬
‫ا‬ ‫ر‬ ّ

138 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


 Disebutkan dengan redaksi tidak halal, seperti dalam surat An Nisa’ ayat 19 :

‫ن ت سا ك ْرها‬ ْ ‫يَ|ااَ|يُ هاا ن اَ| َمنُ ُوا ل‬


‫َليَ|ح ل م اَ ِرثُواال ِن ء‬ ‫لَّ ِذ‬
‫ك‬
 Menyebutkan suatu perbuatan yang diikuti dengan ancaman, seperti dalam
surat Al Baqarah ayat 275 :

‫اَ|لَ|ّ ِذ ْي ن ْ ن ال ّ|ربَ|وا َليَ|ق ْ ن اِ| َّليَ|قُ ْو ُم َيتَ خ ط ش ط ا ْل م ّس‬


ِ
‫الَ|ّ ِذ ي بَ| هُ ي ا من‬ ‫ْو و‬ ‫يَ|اء و‬
‫ن‬ ‫ُكل‬
‫م‬
 Mensifati suatu perbuatan dengan keburukan, seperti dalam surat Ali Imran
ayat 180 :

‫و ر ْ ل ه شر ه ْم‬ ِ ‫و َليَ|ح س ن الَ| يَ خل ن بِ| َما اَ| َت| ُه من‬


َ
‫خ ْي ال م َو ال‬ ‫ه‬ ‫ُم لال ف‬ ‫ب ِذ ْي ْب ْو‬
‫َب‬ ِ ‫ن‬
‫ه‬ ‫ل‬

‫ض‬
Sementara itu, bentuk nahy mutlak biasanya menuntut kepada tikrar
(pengulangan) setiap waktu dan menuntut segera dilaksanakan saat itu pula.
Bahkan, menurut sebagian ulama’ bila didahului oleh wajib, maka nahy itu
berarti lil ibadah

D. RedaksiNahy
Ungkapan yang menunjukkan kepada nahyada beberapa bentuk sighat

1. UJI PUBLIK
(redaksi kata), antara lain :
Fi’il mudhari’ yang disertai dengan la nahiyah.
Contoh :

) : ‫ض (األعراف‬ ‫و َل تُ ْف سدُ ْوا ِفي ا‬


56
‫ْلَ| ْر‬
Artinya : “ Janganlah engkau berbuat kerusakan di muka bumi” (QS. Al A’raf :
56)

2. Lafazh-lafazh yang memberi pengertian haram atau perintah meninggalkan

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 139


perbuatan, seperti :

27) : ‫واح ل لالُ ال|ْب وحر َم الّ| ِربَ|وا (البقرة‬


َ
5 ‫ْ يع‬
Artinya : “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al
Baqarah : 275)

Dengan lebih jelasnya, uslub (bentuk-bentuk) nahy sebagaimana yang


terdapat di dalam Al-Qur’an, ada beberapa model atau bentuk susunan kalimat,
diantaranya adalah sebagai berikut :

140 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


 Menggunakan sighat an nahy, yaitu fi’il mudhari’ yang diawali dengan la
nahiyah, seperti dalam surat Al Isra’ ayat 34 :

‫ِ َّ َ| هي حسن‬
‫و َلتَ| ْق رب ل الْ َي| ِت ْي ِم ا لبِال‬
‫ا‬ ‫ِتي‬ ‫ْواما‬
 Berbentuk kalimat larangan yang disebutkan secara jelas. Misalnya dalam surat
An Nahl ayat 90 :

‫عن ا شا ْ ْ ك ِر‬ ‫وا سا واِ ْي تَ|ا ِء ِذى ا ْلق وي‬ ‫ر ِبا‬ ‫اِن لالَ| يَ|أْ| ُم‬
‫ْلفَ|ح ِء ل ن‬ ‫ْر َب|ى ْنهى‬ ‫ِلح ن‬ ‫ْلعَ|دْ|ل‬
‫وا‬
‫م‬
 Dengan menggunakan kata haram, sebagaimana dalam surat Al A’raf ayat 33 :

‫ش م َ م طن وا والْبَ|غي‬ َ‫ا ْلف‬ ِ ‫ح‬ َ ‫قُل‬


‫ِلثْ| َم‬ ‫ماظهر ن و اب‬ ‫ر ب َواح ي‬ ‫ما‬
‫ه‬ ّ ‫َم‬ ‫ن‬
‫ا‬ ‫ر‬ ّ
 Disebutkan dengan redaksi tidak halal, seperti dalam surat An Nisa’ ayat 19 :

‫ن ت سا ك ْرها‬ ْ ‫يَ|ااَ|ُي هاا َّل ن اَ| َمنُ ُوا ل‬


‫َل َي|ح ل م اَ ِرثُواال ِن ء‬ ‫ِذ ْ ي‬
‫ك‬
 Menyebutkan suatu perbuatan yang diikuti dengan ancaman, seperti dalam
surat Al Baqarah ayat 275 :

‫اَ|َ|ّل ِذ ْي ن ْ ن الّ|ربَ|وا َليَ|ق ْ ن اِ| َّليَ|قُ ْو ُم َيَت خ ط ْ ط ا ْل م ّس‬


ِ
‫اَ|ّل ِذ ي بَ| هُ ي ا من‬ ‫ْو و‬ ‫َي|اء و‬
‫ن‬ ‫ُكل‬
‫ش‬ ‫م‬

UJI PUBLIK
 Mensifati suatu perbuatan dengan keburukan, seperti dalam surat Ali Imran ayat

180 :

‫سب |َ|ن اَ|ّل ِذ ْين َي| ْبخلُ ْون بِ| َما َاتَ| ُه ُم لالُ من فَ|ض ِل ِه َوخ شر ه ْم‬ ‫و َل َي|ح‬
‫ْيرالَ|ه م بَ|ل هُ و ال‬
َ ْ
Sementara itu, bentuk nahy mutlak biasanya menuntut kepada tikrar
(pengulangan) setiap waktu dan menuntut segera dilaksanakan saat itu pula.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 141


Bahkan, menurut sebagian ulama’ bila didahului oleh wajib, maka nahy itu berarti
lil ibadah

Kaidah amr dan nahy serta contoh dalam Nash


Lima KaidahAmr

E.
Kaidah-kaidah amr yaitu ketentuan-ketentuan yang dipakai para mujtahid
dalam mengistimbatkan hukum. Ulama’ ushul merumuskan kaidah-kaidah amr
dalam lima bentuk, yaitu :
Kaidah pertama, pada dasarnya amr perintah itu menunjukkan kepada wajib dan
tidak menunjukkan kepada selain wajib kecuali adanya qarinah.

142 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Secara hakiki, amr adalah sebuah perintah untuk mengerjakan sesuatu, dan
mengerjakan pekerjaan tersebut hukumnya adalah wajib. Imam Ibnu Subki berkata
dalam Jam’ul Jawami’: “Sesungguhnya para ulama’ ushul sepakat bahwa amr secara
hakiki atau pada hakikatnya adalah wajib, baik dari segi bahasa ataupun istilah”.
Amr yang bersumber dari Allah tidak lain hanyalah untuk dikerjakan dan
akan mendapatkan siksa bagi yang meninggalkannya.
Sesungguhnya ulama’ ushul telah sepakat bahwa pengucapan lafadz
“kerjakan atau amr” selain mengandung makna wajib atau tuntutan untuk
mengerjakan, juga mengandung makna majaz meliputi tahdid dan ibahah.
Sedangkan kaidah umum menurut jumhur ulama’ ushul dalam menafsirkan
nash yaitu bahwa amr merupakan ijab (wajib) dan ilzam (keharusan), maknanya
tidak berubah menjadi nadab (sunnah), ibahah (boleh) atau selainnya kecuali
terdapat qarinah yang menyebabkan terjadinya perubahan arti.
Di dalam minhaju al Wushul fi Ilmi al Ushul, al Qadhi al Baidhawi mengatakan
bahwa kata-kata “kerjakan atau amr” mengandung 16 makna, antara lain:

1. Wajib. UJI PUBLIK


Allah berfirman QS. Al Baqarah 11 :

َ‫كاة‬
‫صل واَ|تُواال‬
ُ ‫ِق موا‬ (Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat)
‫ز‬ ‫ْي ال ة‬
َ‫وا‬
Perintah dalam ayat ini menunjukkan wajib, karena nyata adanya serta tidak
ada qarinah atau penyerta yang menunjukkan makna lain.
2. Sunnah.
Allah berfirman QS. An Nur 33 :

‫َ| ي ك ْم‬
‫ن ع ِل ْي خ واَ|ُت ْوُه ْم مال ل ِال ال‬ ‫فَ|كا ِتبُ ْوُه ْم‬
‫ِذ اَ|تَ|ا‬ ‫من‬ ‫ْمتُ ْم ه ْيرا‬
‫ْم‬
(Maka buatlah perjanjian dengan mereka, jika kamu ketahui ada kebaikan pada
mereka. Dan berikankah kepada mereka sebagian dari harta Allah)

Sesungguhnya setiap dari menulis dan memberikan harta disunnahkan karena


mengharapkan pahala dari Allah swt serta tidak adanya dosa bagi yang

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 143


meninggalkannya.
3. Petunjuk.
Allah berfirman QS. Al Baqarah 282 :

144 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


ُ ِ ‫شه ْيدَ| ْين رجا ِل ْ واس ش‬
‫هد ْوا‬
‫من م ت‬

‫ك‬
(Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantara
kamu)
Sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepada hambaNya ketika sedang
mengadakan transaksi hutang piutang untuk menyediakan dua orang saksi
yang tujuannya adalah untuk menjaga kemaslahatan dunia mereka. Namun hal
itu tidak akan mengurangi pahala jika tidak memakai dua orang saksi dalam hal
hutang piutang tersebut, serta tidak akan menambah pahala juga.
4. Mubah atau boleh.
Allah berfirman QS. Al Maidah 2 :

‫صطادُ ْوا‬
‫واَذاَ حلَ| ْلت‬
ِ (Dan apabila kamu telah menyelesaikan haji, berburulah)
‫ْم فَ|ا‬
Pengambilan dalil dari ayat di atas menunjukkan bahwa makan dan minum
adalah dua hal yang diperbolehkan.
5. Ancaman atau menakut-nakuti.
Allah berfirman QS. Ibrahim 30 :

sesungguhnya karena ka
I KP U
mu tempat
, kembalimu
neraka)
)Berse adalahnang-

‫ْم ِا َلى ا نلَ|ّا ِر‬


U ‫َمص ْيرك‬
J I B L
‫فَ| ِان‬ ‫تَ| َمتَ|ّعُ ْوا‬s
Yang dimaksud di sini bukanlah suatu perintah untuk berbuat sesuatu
enangl ah

sekehendaknya, akan tetapi yang dimaksud adalah menakut-nakuti. Jika


berbuat demikian, maka lihatlah nanti akibatnya.
6. Anugerah.
Allah berfirman QS. Al Maidah 88 :

‫ِلال‬ ‫ْ م ر ك ُم‬ (Makanlah dari apa yang telah Allah rizqikan kepadamu)
‫وا ما زق‬
‫ُكل‬
7. Memuliakan.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 145


Allah berfirman QS. Al Hijr 46 :

‫(د اُْ خل ه „م اَ| ِم ِن‬Masuklah ke dalam surga dengan selamat dan rasa aman)
َ ‫ْين ُس‬
‫ل‬ ‫ْو ا‬
‫ِب‬
8. Menghinakan.
Allah berfirman QS.Al Baqarah 65 :

‫ك ون ر خاس ِئ ْين‬
ْ (Jadilah kalian seekor monyet yang hina)
‫ْوا ِق دَ|ة‬

9. Melemahkan/menyatakan ketidak mampuan.

146 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Allah berfirman QS. Yunus 28 :

‫(ِب ْوا فَ|أْ|تُ س „ة مثْ| ِل ِه‬Buatlah satu surat yang semisal dengan Al-Qur’an)
‫ْو من‬
‫ر‬
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa mereka tidak akan mampu untuk
membuat surat yang semisal dengan Al-Qur’an.
10. Mengejek, dalam sikap merendahkan.
Allh berfirman QS. Ad Dukhan 49 :

‫ ذُق نَ|ّك أَ| ْنت الْعَ| ِز ْيز ا ْلك ِر ْي ُم‬,maha yang zat adalah Engkau sesungguhnya (Rasakan
perkasa lagi maha mulia)

11. Persamaan antara dua keadaan.


Allah berfirman QS. At Thur 16 :

‫ر ْوافَ|ا‬
ِ ‫ِ ْوا ل‬ (Baik kamu bersabar atau tidak, sama saja)
‫ب َأ ْو ت ب‬
‫ر‬
‫ص‬ ‫ص‬
12. Do’a

Seperti ucapan :َّ ‫م‬ ‫( ا ْ ي‬Ya Allah, ampunilah dosaku)


‫ه‬ |َ‫ر ِل اَ|لل‬
13. Harapan. ‫غ‬

UJI PUBLIK
Seperti ucapan syair :
‫ِف‬

‫أَ|لَ| َايُّها اللَ|ّ ْيل الطو ْيل أَ| َّل ا ْنج ِلي ص ْب „ح‬kau kenapa panjang, yang malam (Wahai
tidak segera berganti dengan shubuh)

14. Meremehkan.
Allah berfirman QS, Asy Syu’ara 43 :

‫( وا ْلقُ اَْ أَ ْنتُ ْم م ْلقُ ْون‬Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan)
‫ما‬
15. Mengadakan.
Allah berfirman QS. Yasin 82 :

‫َفي ن ك ْون‬

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 147


‫(ك‬Jadilah, maka ia jadilah)

16. Memberi pilihan.


Seperti sabda Nabi
:

‫ِإذَ|ا لَ| ْم تَ|ستَ| ِح َفاصنَ|ع ما شئْ|ت‬sekehendak berbuatlah maka malu, tidak kamu (Jika
hatimu)
Sedangkan menurut Said Agil Husin al Munawwar ada 20 (dua puluh), dengan
tambahan :
17. Peringatan.

148 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Seperti firman Allah QS. Ibrahim 30 :

‫قُل َت| َم َّتعُ ْوا َفإِ|ن مص ْيرك ْم إِ|لَ|ى النَ|ّا ِر‬sesungguhnya nikmatilah, mereka pada (Katakan
tempat kembali adalah di neraka)

18. Pendidikan.
Seperti sabda Nabi kepada Umar bin Abi Salmah :

‫ َ يا غ َُل ُم س ِ ّم لالَ| وكل يَ| ِم ْي ِنك وكل مما يَ| ِل ْيك‬Allah,


nama ucapkan ghulam, (Ya
makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dengan teratur (HR. Bukhari
Muslim)

19. I’tibar.
Allah berfirman QS. Al An’am 99 :

‫(ن اُْ ظروا ِإلَ|ى ثَ| َم ِر ِه ِإذَ|ا‬Lihatlah buah itu ketika ia berbuah)
‫أَ| ْث| َمر‬
20. Takjub atau heran.
Allah berfirman QS. Al Furqan 9 :

‫ضلُّ ْوا ف س ْ ُيع س ِب| ْي ˝ُل‬ ‫ضرب ك األ ف‬ ‫اُ ْن ْ ك‬


‫َُل ي ت ْون ط‬ ‫ْمثَ|ا ل‬ ‫ْوا ل‬ ‫ر ْيف‬

‫ظ‬
)Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan

UJI PUBLIK
tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup mendapatkan jalan)

Kaidah Kedua, amr setelah larangan menunjukkan kepada kebolehan. Maksudnya


adalah apabila ada perbuatan-perbuatan yang sebelumnya dilarang, lalu datang
perintah mengerjakan, maka perintah tersebut bukan perintah wajib, tetapi hanya
bersifat membolehkan.
Di antara firman Allah mengenai amr sesudah larangan :

|‫لال‬
ِ ‫صلَ|ةُ فَ|ا شر ا ْأل ْر ض وا ْبتَ|غ من ضل‬
ُ ‫فَ| ِإ| َذ|ا ق ض ت‬
‫ْوا ف‬ ‫ي‬ ‫ْنت ْوا‬ ‫ي ال‬
Artinya : “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Allah”(QS. Al Jumuah : 10)

Sesudah

‫ر و ر ْواالبَ| ْيع‬
ِ
‫ِإل سع وا ِلال ى‬
َْ ‫َي ْو ِم ا ْل من ِة فَ|ا جم‬
‫َذ‬ ‫ذك‬ ‫ع‬
Ushul Fikih Kelas XI MA PK 149
َ ‫ص‬
‫ل ِة‬ ُ ‫لي ل‬ ‫ذَ|ان‬ ‫ْو ِد‬
Artinya : “Apabila diseru untuk untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum’at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli” (QS. Al
Jumuah : 9)
ُ ‫َف ِإ|ذَ|ا تَ|طه ْرن فَ|أْ|تُ ْو‬
‫هن‬
Artinya : “Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka” (QS. Al Baqarah : 222)

150 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Sesudah

‫عت ساء ِفي ا ح ْيض‬ ‫فا‬


‫ْلم‬ ‫ِزلُواال ِن‬
Artinya :“Hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid” (QS. Al Baqarah
222)

Kaidah ketiga, pada dasarnya perintah itu menghendaki segera dilaksanakan..


Segera dilaksanakan maksudnya adalah ketika mendengar adanya amr atau
perintah dilaksanakan dengan secepatnya tanpa dirintangi waktu, jika tidak maka
berdosa.
Tuntutan amr adalah segera dilaksanakan dengan memakai alasan :
1. Sesungguhnya Allah murka terhadap iblis karena tidak mau bersujud kepada
Adam as seraya berfirman

‫ك أ جد اَ| َم ْرتُك‬ ‫ما منَ|ع‬


‫َّلتَ|س ِإ‬
Artinya : “Apa yang mencegahmu untuk tidak bersujud kepada Adam ketika Aku
memerintah kepadamu?”(QS.Al A’raf : 12)

UJI PUBLIK
Kalaulah sebuah perintah tadi bukan untuk segera dilaksanakan, tentu saja
Allah tidak akan murka kepada iblis.

2. Allah berfirman :
ْ ِ ‫وسا ِر ع ْوا ِ „ة‬
‫ِإلَ|ى ف من ب م‬
ّ ‫مغ ر‬
‫ر ك‬
Artinya : “Dan bersegeralah pada ampunan Tuhanmu” (QS. Ali Imran : 133)
dan

‫ست ْ رات‬ ‫فَ|ا‬


‫ِبقُواال ي‬

‫خ‬
Artinya : “Dan berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan” (QS. Al Baqarah : 148)

Dua ayat di atas adalah perintah untuk bersegera melaksanakan perintah.


Sedangkan tuntutannya adalah wajib.
3. Kalaulah amr bukan untuk segera dilaksanakan, maka diakhirkan tentulah

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 151


boleh. Hal demikian tidak boleh karena berarti meremehkan perintah,
sedangkan kematian bisa datang secara tiba-tiba.
4. Qiyas amr terhadap nahy. Tuntutan nahy adalah segera ditinggalkan, begitu
juga dengan amr harus segera dilaksanakan.

152 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Contoh : perintah melaksanakan shalat lima waktu yang dibatasi
pelaksanaannya dengan waktu tertentu. Perintah shalat itu dilaksanakan
sesegera mungkin selama masih berada dalam waktu.
Kaidah keempat, pada dasarnya perintah itu tidak menghendaki pengulangan
(berkali-kali mengerjakan perintah).
Bentuk amr, secara bahasa tidak menunjukkan lebih daripada permintaan.
mewujudkan perbuatan yang diperintahkan, dan tidak menunjukkan permintaan
mengulangi perbuatan yang diperintahkan.
Para ulama’ memberikan argumentasi bahwa amr tidak menghendaki
pengulangan. Hal itu karena tuntutan dalam bahasa Arab lazimnya cukup hanya
sekali saja, yang terpenting terlaksananya hal yang diperintahkan. Namun jika di
situ terdapat qarinah yang menunjukkan perintah untuk mengulangi, maka
pengertiannya diambil dari qarinah bukan dari bentuk amr itu sendiri. Contoh : Bila
seseorang berkata, “shalatlah” atau “puasalah”. Ini adalah tuntutan untuk
melaksanakan shalat atau puasa. Jika telah melaksanakan shalat satu kali atau

UJI PUBLIK
puasa satu kali, berarti ia telah melaksanakan tuntutan.
Kaidah kelima, perintah mengerjakan sesuatu berarti memerintahkan pula segala
wasilahnya.
Kaidah ini menjelaskan bahwa perbuatan yang diperintahkan itu tidak bisa
terwujud tanpa disertai dengan sesuatu perbuatan lain yang dapat mewujudkan
perbuatan yang diperintah itu. Misalnya kewajiban melaksanakan shalat. Shalat
tidak dapat dikerjakan tanpa suci terlebih dahulu. Oleh karena itu, perintah shalat
berarti juga perintah bersuci. Dalam kaitannya dengan masalah ini, ulama’
menetapkan kaidah : “tiap-tiap perkara yang kewajiban tidak sempurna kecuali
dengannya, maka perkara itu wajib pula”
F. Empat KaidahNahy
Ulama’ ushul merumuskan kaidah-kaidah nahydalam empat bentuk, yaitu :
Kaidah pertama,pada dasarnya larangan itu menunjukkan haram. Seperti larangan
Allah yang terdapat pada surat Al Isra’ ayat 32 yang artinya “janganlah engkau
mendekati zina”. Jumhur ulama’ mengatakan bahwa hakikat nahy adalah at tahrim,
sedangkan selain makna tersebut sifatnya adalah majazi. Oleh sebab itu, menurut

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 153


mereka ungkapan nahy menghendaki suatu perbuatan yang dilarang dan perbuatan
itu mesti dihentikan.
Adapun alasan yang dipakai oleh jumhur ulama’ bahwa nahy pada
hakikatnya adalah larangan yaitu :
 Adalah rasional akal memahami bahwa sighat (bentuk) nahy menunjukkan arti
yang sebenarnya yaitu melarang.
 Ulama’ salaf memahami bentuk nahy yang bebas dari qarinahmenunjukkan
larangan.
Namun ada sebagian ulama’ yang berpendapat bahwa “pada dasarnya
larangan itu menunjukkan makruh”. Menurut ulama’ yang memakai kaidah ini
mendasarkan diri bahwa sesuatu yang dilarang itu adalah tidak baik. Oleh karena
itu, ia tidak menunjukkan haram, tetapi makruh. Sebab makruhlah pengertian yang
pasti.
Senada dengan di atas, mu’tazilah berpendapat bahwa nahy menimbulkan
hukum karahah. Berlakunya untuk haram tidak diambil dari larangan itu sendiri,

UJI PUBLIK
melainkan karena ada dalil lain yang memberi petunjuk.
Sighat (bentuk) nahy selain menunjukkan haram, sesuai dengan qarinahnya,
juga menunjukkan arti lain, diantaranya sebagai berikut :
1. Al karahah, seperti :
“Seseorang jangan memegang kemaluannya dengan tangan kanan ketika ia
buang air kecil”(HR. Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah)
2. Ad du’a, seperti :
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menyiksa kami jika kami lupa”(QS. Al
Baqarah : 286)
3. Al irsyad, seperti :
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada
nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu niscaya akan menyusahkan
kamu”(QS. Al Maidah : 101)
4. At tahqir, seperti :

154 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


“Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu pada kenikmatan
hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka
”(QS. Al Hijr : 88)
5. Bayan al aqibah, seperti :
“Janganlah sekali-kali kamu(Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa
yang diperbuat oleh orang-orang yang lalim”(QS. Ibrahim : 42)
6. At ta’yis, seperti :
“Wahai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini.
Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu
kerjakan”(QS. At Tahrim : 7)
Kaidah kedua, larangan terhadap sesuatu berarti perintah akan kebalikannya. Seperti :
“Janganlah engkau mempersekutukan Allah”. Larangan mempersekutukan Allah
berarti di situ ada perintah untuk mentauhidkanNya.
Kaidah ketiga, pada dasarnya larangan yang mutlak menghendaki pengulangan
larangan dalam setiap waktu. Apabila ada larangan yang tidak dihubungkan

UJI PUBLIK
dengan sesuatu seperti waktu atau sebab-sebab lain, maka larangan tersebut
menghendaki meninggalkan larangan itu selamanya. Namun jika larangan itu
dihubungkan dengan waktu, maka perintah larangan itu berlaku bila ada sebab,
seperti : “Janganlah shalat, sedangkan kamu dalam keadaan mabuk”
Ulama’ ushul fiqh berbeda pendapat tentang lafadz an nahyu, apakah bersifat
segera dihentikandan berlaku secara berulang-ulang. Menurut Fakhrudin ar Razi
dan Imam al Baidawi, keduanya ulama’ ushul fiqh madzhab Syafi’i, ungkapan an
nahyu tidak menunjukkan pengulangan dan juga tidak untuk segera dihentikan,
karena adakalanya nahy itu dimaksudkan untuk berulang-ulang, dalam arti suatu
perbuatan apabila telah dilarang maka larangan itu berlaku untuk selamanya.
Misalnya firman Allah dalam surat Al Isra ayat 32 yang artinya: “Dan janganlah
kamu mendekati zina”. Larangan terhadap mendekati, apalagi melakukan zina
bersifat selamanya, bukan untuk satu kali larangan saja. Akan tetapi, adakalanya
lafadz an nahyu itu bukan untuk selamanya. Misalnya seorang dokter mengatakan
pada pasiennya: “Kamu jangan memakan daging.” Larangan ini hanya berlaku
dalam keadaan sakit saja, bukan untuk selamanya.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 155


Pendapat yang umum di kalangan ahli ushul fiqh (seperti Imam al Amidi,
Ibnu Hajib dan Imam al Qarafi) adalah bahwa nahy bertujuan untuk selamanya dan
segera dilaksanakan.1Bahkan, menurut Imam al Amidi, hal ini disepakati oleh
seluruh ulama’ ushul fiqh. Menurut mereka, apabila syara’ melarang sesuatu, maka
larangan itu segera dilaksanakan (segera dihentikan atau tidak dikerjakan lagi).
Mereka mencontohkan apabila tuan rumah mengatakan kepada pembantunya :
“jangan kamu lakukan ini”, maka apabila suatu waktu pembantu itu melakukannya,
ia berhak mendapat celaan dan hukuman. Oleh sebab itu, menurut jumhur ulama’
ushul fiqh, lafadz nahy berlaku selamanya dan tidak perlu suatu larangan itu
diungkapkan secara berulang-ulang.
Kaidah keempat, pada dasarnya larangan itu menghendaki fasad (rusak) secara
mutlak. Rasulullah bersabda : “Setiap perkara yang tidak ada perintah kami, maka
ia tertolak”
Ulama’ ushul fiqh sepakat menyatakan bahwa setiap larangan yang ditujukan
kepada suatu pekerjaan yang bersifat hissi (material, bisa diraba dan dinalar;
seperti zina,
UJI PUBLIK
pencurian, pembunuhan dan kekafiran) maka lafadz
mengakibatkan batalnya perbuatan tersebut. Menurut mereka, larangan terhadap
perbuatan yang bersifat hissimenunjukkan bahwa zat perbuatan tersebut adalah
nahy

buruk, kecuali ada alasan yang menunjukkan bahwa keburukan pekerjaan itu
adalah pada maknanya (bukan pada zatnya).
Apabila pekerjaan buruk itu berkaitan dengan makna sesuatu yang dilarang,
seperti menggauli istri dalam keadaan haid, maka larangan itu didasarkan pada
makna tersebut, bukan pada zat perbuatan itu (menggauli istri). Karena meskipun
menggauli istri itu dianjurkan, namun hal tersebut diharamkan jika istri dalam
keadaan haid.

156 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Penugasan Mandiri
Aktifitas Peserta Didik (menyampaikan gagasan, dst)
Setelah Anda mendalami materiAmr dan Nahy, maka selanjutnya lakukanlah diskusi
dengan kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk menyampaikan gagasan atau ide
tentang anda sebagai calon seorang pelopor (Amr), penggerak terdepan, subyek, pelaku
segala kebaikan dan mencegah (Nahy) segala keburukan, kemalasan, keputus asaan!.

Ayo Menyampaikan Gagasan

Dengan memahami kaidah Amr dan Nahy ini, mari kita aplikasikan dalam kehidupan nyata.
Ayo sampaikan tentang pelopor kebaikan dan menngingatkan diri sendiri dan orang lain tetap dalam ke

Wawasan Lain
Belajar tentang kehidupan dari lima dhamir atau kata ganti:

UJI PUBLIK
(1) Dalam menjalani kehidupan kita perlu menempatkan diri sebagaidhamir munfashil atau
kata ganti yang berdiri sendiri, tidak pernah bergantung kepada orang lain, teguh pendirian
dan memiliki prinsip kuat selalu menjadi pelopor (amr) segala kebaikan, menjadi master of
civilization (garda depan dalam penggerak peradaban).
(2). Dalam mengajak dan mengingatkan (nahy) orang lain kepada kebaikan, kita perlu perlu
menempatkan diri sebagai dhamir bariz atau kata ganti yang terang benderang menyuarakan
kebenaran walaupun pahit, sakit dan perih yang dirasakan. Menjadi the agent of change (agen
perubahan) yang selalu memberikan solusi masalah bukan memunculkan masalah,
menjadikan masalah sebagai peluang dan tantangan untuk lebih inovatif dan kreatif bukan
keputus-asaan dan menyalahkan orang lain.
(3). Dalam belajar, kita perlu menempatkan diri sebagai dhamir muttasil atau kata ganti yang
selalu menempel. Artinya sebagai murid harus mentaati gurunya, sebagai anak harus mentaati
orang tuanya, kita siap dijadikan obyek, dididik, diasuh, diarahkan seperti pasien yang harus
patuh pada dokter jika ingin lekas sembuh.
(4). Dalam memandang kebaikan, kita perlu perlu menempatkan diri sebagai dhamir mustatir
atau kata ganti yang tersimpan namun menjadi ruh yang menggerakkan segala kebaikan,
memendam dalam-dalam keikhlasan, selalu mementingkan orang lain atas dirinya.
(5) pada saatnya nanti kita akan meninggal dunia atau sebagai dhamir mustatir wujuban atau
kata ganti yang wajib tersimpan, gajah mati meninggalkan gading, orang mati meninggalkan
nama yang harum, kembali ke hadirat Illahi dengan jiwa yang tenang, tenteram, redha dan
diredhai Allah Swt dengan wajah berseri penuh kedamaian dan kebahagiaan dunia sampai
akhirat.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 157


Perenungan

Hikmah (perenungan) dari kaidahamr dan nahy, antara lain:

1. Jika kita mau memahami dengan segala bentuk Al-Qur’an sebagai firman Allah
yang merupakan sumber dari segala sumber hukum dan ilmu pengetahuan
yang tidak akan pernah habis bagi siapa saja yang mempelajarinya. Hal ini
disebabkan karena Al-Qur’an adalah mukjizat yang senantiasa mampu
menjawab tantangan zaman sampai kapanpun. Al-Qur’an adalah sebuah
maha karya sastra, sehingga para sastrawan telah menjadikannya sebagai
obyek penelitian sastra sejak dahulu hingga sekarang.
2. Betapa pentingnya mempunyai pengetahuan kebahasaan tentang amr dan
nahy ini, yang mana diharapkan kita mampu memahami hukum-hukum
syariat secara kaffah dan menyeluruh, yang pada akhirnya kita dapat
menjadi seorang muslim dan mukmin sejati, yang bisa mengerjakan semua

UJI PUBLIK
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, yang termaktub dalam bentuk
amr maupun nahy.
3. Perlu diketahui dan dicamkan dalam setiap kalbu manusia, bahwa di dalam
amr Allah pasti ada mashlahah dan manfaat yang terkandung di dalamnya,
yang mungkin manusia itu sendiri tidak menyadari karena keterbatasan
fikiran dan sedikitnya ilmu yang dimiliki. Begitu juga sebaliknya, apabila
Allah melarang mengerjakan sesuatu pasti ada mafsadah dan madharahnya
yang harus kita hindari sejauh-jauhnya.

158 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Penugasan Belajar Mandiri
UJI PUBLIK
Gambar (Mengamati)
Amatilah gambar di atas, dalam menghadapi era New Society 5.0 renungkan dan kaitkan
dengan sighat amr dan nahyyang anda pelajari! Buatlah narasi dari hasil renungan anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 159


3..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................

Ayo Menganalisis
sighat amr dan nahy

Dasar logika: belajar dari sighat amr dan nahy. Jadilah pelopor dalam kebaikan, master of civilization, agent o

Penugasan Belajar Kelompok


Aktifitas Peserta Didik (Diskusi,
dst)

UJI PUBLIK
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.
NO KETERANGAN HASIL

1 Bagaimanakah perbedaan dari lafadz amrdan


nahy?Diskusikan dengan teman-teman kalian!

2 Bagaimanakah Ulama’ ushul merumuskan kaidah-


kaidah amr dalam lima bentuk?Diskusikan dengan
teman-teman kalian!

3 Bagaimana pengaruh dari kajian kebahasaan


amrdan nahyterhadap hukum Islam? Diskusikan
dengan teman-teman kalian!
4 Bagaimana pemahaman Lafadz amr di dalam Al-
Qur’an yang mempunyai banyak arti? Diskusikan
dengan teman-teman kalian!

160 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


5 Bagaimana Sighat (bentuk) nahy selain
menunjukkan haram, sesuai dengan qarinahnya
(korelasi), juga menunjukkan arti lain? Diskusikan
dengan teman-teman kalian!

6 Bagaimana metodologi Ulama’ ushul dalam


merumuskan kaidah-kaidah nahy? Diskusikan
dengan teman-teman kalian!

7 Bagaimana Hikmah (perenungan) dari kaidahamr


dan nahy? Diskusikan dengan teman-teman kalian!

Ayo Meneliti!

Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang

UJI PUBLIK
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu! Selamat mencoba!

No wawancara

1 Adakah perbedaan antara amr dan nahy?Jelaskan!

2 Adakah perbedaan antara sighat amr dan nahy?Jelaskan!

3 Apakah semua lafadz amr artinya adalah perintah? Jelaskan!

3 Apakah semua lafadz nahyartinya adalah larangan? Jelaskan!

4 lafadz amr artinya adalah wajib?

5 lafadz nahy artinya adalah haram?

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 161


Ayo Mencari Sumber Ilmu!

Penugasan Belajar Mandiri


 Tulislah ayat al-Qur’an atau Hadis yang berkaitan dengan sighat amr dan nahy, minimal
3 ayat/Hadis!
 Buatlah kliping-kliping pendapat-pendapat ulama Indonesia tentang sighat amr dan nahy
dalam sebuah analisis kritis (kajian mendalam)!

1. Al-Qur’an sebagai firman Allah yang merupakan sumber dari


segala sumber hukum dan ilmu pengetahuan yang tidak akan
pernah habis bagi siapa saja yang mempelajarinya. Hal ini
disebabkan karena Al-Qur’an adalah mukjizat yang senantiasa
mampu menjawab tantangan zaman sampai kapanpun. Al-Qur’an

UJI PUBLIK
adalah sebuah maha karya sastra, sehingga para sastrawan telah
menjadikannya sebagai obyek penelitian sastra sejak dahulu hingga
sekarang.
2. Betapa pentingnya mempunyai pengetahuan kebahasaan tentang
amr dan nahy ini, yang mana diharapkan kita mampu memahami
hukum-hukum syariat secara kaffah dan menyeluruh, yang pada
akhirnya kita dapat menjadi seorang muslim dan mukmin sejati,
yang bisa mengerjakan semua perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya, yang termaktub dalam bentuk amr maupun nahy.
3. Adapun yang perlu diketahui dan dicamkan dalam setiap kalbu
manusia, bahwa di dalam amr Allah pasti ada mashlahah dan
manfaat yang terkandung di dalamnya, yang mungkin manusia itu
sendiri tidak menyadari karena keterbatasan fikiran dan sedikitnya
ilmu yang dimiliki. Begitu juga sebaliknya, apabila Allah melarang
mengerjakan sesuatu pasti ada mafsadah dan madharahnya yang harus
kita hindari sejauh-jauhnya.

162 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 163


BAB VII KAIDAH AM DAN KHAS

KOMPETENSI
KOMPETENSIINTI KOMPETENSI
INTI DAN KOMPETENSI DASAR DASAR
1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.7. Menghayati kebenaran produk ijtihad
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
am dan khas
agama yang dianutnya

2. (SIKAP SOSIAL) 2.7. Mengamalkan sikap tanggung jawab dan


patuh sebagai implementasi dari
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
pemahaman tentang kaidah am dan khas
santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), bertanggungjawab,
responsif, dan pro aktif, dalam berinteraksi

BLIK
J IU
secara efektif s esuai
de nga n

P U
perke mban gan anak di

lingkungan, keluarga, sekolah,


masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional

164 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. (PENGETAHUAN) 3.7. Memahami ketentuan kaidah am dan
khas
Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan factual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik sesuai

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 165


dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

4. (KETERAMPILAN) 4.7. Menyajikan contoh hasil analisis dari


kaidah am dan khas dikaitkan dengan
Menunjukkan keterampilan menalar,
kehidupan sehari-hari
mengolah, dan menyaji secara: efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah dan bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

UJ I P U B L IK
T UJUA N PE MBEL AJARA N

Peserta didik mampumenjelaskan deskripsi (gambaran umum) am dan khas, pengertian,


sighat (redaksi) am dan khas, contoh am dan khas dalam nash, serta hikmahnya.

166 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


PETA KONSEP

UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 167


Pembahasan mengenai ‘a>mm dan khas}s} sangat penting dalam mengistinbatkan
hukum dari dalil. Tanpa memahami dalil umum dan khusus, seorang pengkaji akan
terjerumus dalam kesalahan yang fatal dan akan menghasilkan hukum-hukum yang
melenceng dari maksud sya>ri’.

Imam al-Sya>fi’i> dalam al-Risa>lah menyebutkan beberapa contoh yang menunjukkan


bahwa terkadang lafal ‘a>mm tidak dipahami sebagai lafal umum. Hal ini menunjukkan
pentingnya pemahaman terhadap dalil ‘a>mm dan kha>s}s} agar terhindar dari kekeliruan dalam
memahami nas.

Kebingungan juga akan menerpa peneliti hukum yang tidak menguasai kaidah-

UJI PUBLIK
kaidah ‘a>mm dan khas}s} ketika dihadapkan pada dalil-dalil yang kelihatan kontradiksi. Boleh
jadi ia akan melakukan tarjih dengan memilih salah satu dalil yang dianggap memiliki posisi
lebih tinggi dan meninggalkan dalil lainnya karena kedudukannnya dari segi wurud lebih
rendah.

Seorang pelajar yang memahami dengan baik kaidah-kaidah ‘a>mm dan kha>s}s tidak
serta-merta melakukan pengabaian terhadap sebagian dalil yang terlihat bertentangan. Ia
selalu berusaha mengambil dan memfungsikan semua dalil yang ada semaksimal mungkin
dengan menempatkan dalil sesuai porsinya. Ia akan menelisik mana di antara dalil-dalil itu
yang merupakan dalil ‘a>mm, sehingga didudukkan sebagai hukum umum, dan selanjutnya
dalil yang bersifat khusus diberlakukan pula dengan pembatasan pada wilayah tertentu.

Di sinilah terlihat urgensi pembahasan mengenai lafal dan segi cakupannya yang
meliputi pengertian ‘a>mm dan kha>s}s}, kaidah dan contohnya.

Alhamdulillah atas karunia Allah Swt, sekarang setelah dengan mudahnya kita
difahamkan deskripsi (gambaran umum) kaidah ketiga ini, pertanyaan yang patut diajukan
adalah: bagaimana penjelasan secara luas dan mendalam tentang umum (am) dankhusus
(khas)? Nah, jawabannya akan kita dapatkan pada pembahasan berikut.

168 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


G. Pengertian Am
Amm secara etimologi (bahasa) artinya merata, yang umum. Sedangkan secara
terminologi (istilah) artinya lafadz yang diciptakan untuk pengertian umum sesuai dengan
pengertian tiap lafadz itu sendiri tanpa dibatasi dengan jumlah tertentu. Lafadz Am(umum)
memiliki arti lafal yang mencakup seluruh bagian yang ia lingkupi dengan satu makna saja.’(

‫)واحد وضع بحسب له يصلح ما لجميع المستغرق ا لفظ هو العام‬

Am(umum) adalah satu lafal yang mencakup seluruh bagian yang ia lingkupi dengan
satu makna saja.
Satu lafal : bukan murakkab

‫ما يصلح له‬


: semua yang lingkupi
‫وضع واحد‬

UJI PUBLIK
: hanya menunjukkan kepada satu makna, berbeda dengan lafadz musytarak
Adakalanya lafadz umum itu ditentukan dengan lafadz yang telah disediakan untuk itu,
seperti lafadz “kullu, jami’udan lain-lain. Tegasnya lafadz ‘amm adalah lafadz (teks) yang
dipergunakan untuk menunjukkan suatu makna yang pantas (boleh) dimasukkan pada makna
itu dengan mengucapkan sekali ucapan saja, seperti kita katakan ar-rijal, maka lafadz ini
meliputi semua laki-laki. Contoh `amm adalah Q.S. al-Ashr: 2, makna manusia dalam ayat
tersebut berlaku untuk semuanya. Jika cakupan Am tidak terbatas, maka lafal khas memiliki
cakupan yang terbatas pada satu, atau bilangan yang terbatas.
H. Pengertian Khas
Lafadz khas merupakan lawan kata (antonim) dari Am. Khas adalah lafadz(teks)yang
dipasangkan pada satu arti yang sudah diketahui (populer) dan manunggal. Definisi lain khas
adalah setiap lafadz yang dipasangkan pada satu arti yang menyendiri dan terhindar dari
makna lain yang (musytarak). Contoh dari khas ini ada dalam Q.S. al-Baqarah: 196, makna
tsalatsatin dalam ayat tersebut tidak mungkin mengandung makna lain melainkan cuman
berarti tiga.

.‫ل ك ر ة صوص „ة‬ ‫واح „د‬ ‫ل مسمى‬ ‫ظ‬ ‫ا ْلخا ص‬



‫وما د على ث مخ‬ ‫الدَ|ّا على‬ ‫اللَ|ّ ْف‬
ْ

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 169


Redaksi am dan khas

I. Redaksi Am

Sebelas (11) sighat (redaksi kata) atau Bentuk-bentuk Lafal Am, antara lain:
No Sighat Am Contoh
1 Kata tanya (adawat al- ‫ من عندك من الطُلب؟‬: ‫من‬
istifham)
‫ ما عندك من البهائم؟‬: ‫ما‬
‫ أي العلماء قابلت؟ أي الدواب ركبت؟‬: ‫أي‬
‫ متى تزورني؟‬: ‫متى‬
‫ أين تذهب؟‬: ‫أين‬
‫ يسألونك عن الساعة أيان مرساها؟‬: ‫أي ا ن‬
2
Kata syara

U L I K t
‫حسبه‬ ‫لال فهو‬ ‫ى‬ ‫ ومن يتوكل عل‬: ‫م‬
(adaw
syart)
J I PUB
at al -
‫ن‬
‫ما‬
: ‫ وما تفعلوا من خير يعلمه لال‬: ‫أي‬
: ‫أيما امرأة نكحت نفسها فنكاحها باطل‬ ‫أي ن‬
‫أينما تكونوا يدرككم الموت‬ ‫متى‬
‫ متى تجلس أجل |س‬:
3 Lafal ‫ كل‬dan ‫جميع‬ ‫كل نفس ذائقة الموتأم يقولون نحن جميع منتصر‬
4 Kata plural yang :misalnya ‫الرجال‬
dimasuki ‫ال‬ma’rifah

5 Kata plural yang :misalnya ‫أكرم طُلب الكلية‬


disandarkan kepada
ma’rifah

6 Wau yang menunjukkan Misalnya: ‫قوموا‬


(berdirilah kalian semuanya!)

170 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


pelural

7 Lafal nakirah dalam :misalnya‫ول يظلم ربك أحدا‬


kalimat negatif (Jangan sampai engkau berbuat dzalim dengan
menyekutukan Tuhanmu dengan apapun)
8 Isim mufrad yang :contoh |‫إن اّلنسان لفي خسر‬
dimasuki ‫ال‬ (sungguh, manusia itu benar-benar dalam kerugian)

9 Isim mufrad yang misalnya: (aku mewakafkan rumah ini ke anakku)


disandarkan kepada ‫وقفت هذه الدار على ولدي‬
ma’rifah

10 Isim mausul :misalnya |˝‫زيدا‬ ‫أك ِرم الذي نج َح إل‬


(mulyakanlah semuanya yang sukses pendidikannya
kecuali zaid)
11 Lafal ‫ سائر‬yang berarti lafal ‫ سائر‬yang berarti selainnya, bukan isim fa’il
selainnya
kata‫ يسير سار‬, misalnya: (ambil dari mereka empat saja,

UJI P U B L
le paska nlah sele bihnya )

IK ‫أمسك منهن أربعا وفارق سائرهن‬


as dikategorikan sebagai lafal ‘Amm adalah karena lafal-lafal tersebut dalam penggunaannya bisa menerima pengecualian d

J. Redaksi Khas
Sedangkan redaksi lafadz khas antara lain:

I. Takhs}i>s} dalam kalimat yang sama (mut}t}as}il):


1. Takhs}i>s} dengan pengecualian dengan syarat harus dalam satu kalimat,

misalnya:Kalimat tauhid ‫ل‬ ‫لال إل إله‬


2. Takhs}i>s} dengan syarat, misalnya dalam kaffarah zihar yang mengharuskan
memerdekakan budak, akan tetapi jika tidak dapat, maka diwajibkan puasa dua bulan

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 171


berturut-turut.

172 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. Takhs}i>s} dengan lafal ‘hingga/ al-ga>yah’, misalnya: ‫حتى‬ ‫ الجزية يعطوا‬yang didahului
oleh perintah memerangi orang kafir.

4. Takhs}i>s} dengan kata sifat, misalnya ayat ‫فتحرير رقبة مؤمن‬ dalam kaffarah
‫ة‬
pembunuhan tidak sengaja yang mengharuskan memerdekakan budak yang beriman.
II. Takhs}i>s} dengan dalil lain (minfas}il)
1. Takhs}i>s} ayat dengan ayat, misalnya:
‫ والمحصنات من الذين أوتوا الكتاب‬ayat
} mentakhs}i>s ‫ول نت كحوا المشركات حتى يؤمن‬
.hadis misalnya: sunnah, dengan ayat Takhs}i>s} 2 ‫نحن معاشر األنبياء ل نورث ما تركناه صدقة‬
anak
} kepada kewarisan ayat mentakhs}i>s ‫يوصيكم لال في أولدكم‬

3. Takhs}i>s} sunnah dengan sunnah, misalnya:

‫فيما سقت األنهار والغيم العشور وفيما سقي بالسانية نصف العشر‬
‫ل صدقة في حب ول تمر دون خمسة أوسق‬
4. Takhs}i>s} dengan ijma’, misalnya: ayat ‫الزا ِنيَ|ة و زا ِني ج واح „د ْ ه مائ‬

UJI PUBLIK
‫كل ن ما ة‬ ‫فَ|ا ِلدُوا‬ ‫ال‬

‫م‬
‫ج ْلدَ| „ة‬ ditakhs}i>s} oleh kesepakatan ulama bahwa budak yang berzina dijilid 50 kali.
5. Takhs}i>s} dengan qiyas, misalnya: ayat
‫ ومن دخله كان آمنا‬menunjukkan bahwa orang yang
masuk wilayah al-Haram aman dari gangguan terhadap harta dan jiwanya. Akan
tetapi keumuman ayat tersebut tidak mengahalangi jatuhnya hukuman qisas atasnya
berdasarkan qiyas atas ayat
‫ن‬
‫سج ِد حر حتَ|ّى يُقَ|اتِ|لُو ْ ي ِه‬ |‫ع ْن َد‬ ‫ول تُقَ|ا ِتلُو ْم‬
‫فَ|إ‬ ‫م‬ ‫ا ْل ا ِم‬ ‫الْم‬

‫ك‬
‫َقاتَ|لُوك ْم فَ|ا ْقتُلُوُه ْم‬
Pembagian Mukhasis (Dalil yang mengkhususkan)
Dalam hal ini, ada dua bentuk Mukhasis yakni bersmbung dan terpisah
1) Mukhasis Muttasil
Apabila makna satu dalil yang mengkhususkan, berhubungan erat atau
bergantung pada kalimat umum sebelumnya.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 173


Ada beberapa macam mukhasis muttasil yaitu sebagai berikut:
a) Pengecualian (al-
Istina) Contoh firman
Allah:

‫ل الَ| ن وع ِملُوا ص حات‬ ،‫سان ل „ر‬ ‫ن ّال ْن‬


‫ال ا‬ ‫ِذي آمنُوا‬ ‫ِفي خس‬
‫ِل‬

174 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh”. (QS. al-Ashr:
2-3)
b) Syarat
Contoh firman Allah:

‫صلحا‬
ُ ‫ِ ن ِفي ذ أَ را ُدوا إ‬
ِ َ ِ ‫وبُعُولَ|تُ ُه ن‬
‫ن‬ ‫ِلك‬ ‫أَح ب ّده‬
‫ر‬
‫ق‬

“Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika


mereka (para suami) itu menghendaki ishlah".(QS. Al-Baqarah: 288).
Syarat disini terbagi menjadi empat macam:
 Syar’iyy, contohnya bersuci (thaharah) sebagai syarat bagi sahnya
shalat.
 Aqliyy (rasional), seperti hidup (al-hayah) menjadi syarat bagi
pengetahuan (al-ilm).
 Adiyy, (kebiasaan), seperti tangga menjadi syarat untuk naik ke

UJI PUBLIK
atas.
 Lughawiyy, (kebahasaan).
c) Sifat

‫خلُوا ْ ر بُيُو ْ حت|َ| ست | س و ِلّ علَ|ى‬ ‫يَ|ا أَ|يُ ها ن آمنُوا ل‬


‫بُيُوت˝|ا ي ِت م ىت أْ| ِن وا ت ُموا‬ ‫ت َ||د‬ ‫الَّ| ِذي‬
‫س‬
‫ك‬ ‫غ‬
‫أَ|ه ِلها‬
“Orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya.” (QS. an-Nur: 24:27)
d) Kesudahan

‫ول تَ ْق ربُوه حت|َ|ّى طه ْرن‬


‫ي‬ ‫ن‬
“Dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.” (QS. Al-
Baqarah: 222)

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 175


e) Sebagian ganti keseluruhan
Contoh firman Allah:

‫س ِبُيل‬ ‫ت س| ت ع‬ ‫علَى ا َْلب ْي‬ ‫و ِ َّ ِّلل‬


‫من ا طا ِإلَ|ْي ِه‬ ‫حج‬ ‫النَ|ّاس‬

176 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.”(QS.
Ali Imran: 97).

2) Mukhasis Munfasil
Dalil umum atau makna dalil yang sama dengan dalil atau makna dalil yang
megkhususkannya, masing-masing berdiri sendiri dalam arti tidak berkumpul
tetapi terpisah.
a) Kitab ditakhsis dengan kitab
Contohnya firman Allah:

‫صن سهن ثَ ُ|لثَ|ةَ| ق رو „ء‬ ‫والْم طلَ| ت يَ|ت‬


‫ِبأَ| ْنف‬ |َ‫قَ|ا َرب‬
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga
kali quru”.(QS. Al-Baqarah: 228).
b) Kitab ditakhsis dengan
sunnah Contoh firman Allah:

‫يُو صيك ل ُال ِفي أَ| ْول ْ لذَ| ِ مث ح ّظ األ ْنثَ| َي| ْين‬

UJI ‫ِد م ر ل‬ ‫م‬

PUBLIK
‫ك‬ ‫ك‬
“Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-
anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang
anak perempuan”.2 (QS. an-Nisa’: 11).

Kaidah amdan khasserta contoh dalam Nash

Ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam rangka menyikapi dalil-dalil
‘a>mm dan kha>s}s}:
1. Ketika terjadi pertentangan antara dalil ‘a>mm dengan dalil kha>s}s}, maka yang
didahulukan adalah dalil kha>s}s}, misalnya pertentangan antara dua hadis terkait zakat
biji-bijian berikut:

‫فيما سقت األنهار والغيم العشور وفيما سقي بالسانية نصف العشر‬

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 177


‫ل صدقة في حب ول تمر دون خمسة أوسق‬
Hadis pertama menyatakan bahwa semua tanaman terkena zakat, sedangkan hadis
kedua mengkhususkan zakat hanya pada biji-bijian yang mencapai lima sak. Hadis
kedua yang khas}s} didahulukan daripada hadis pertama yang ‘a>mm.

2. Adat atau ’urf tidak boleh dijadikan sebagai sarana takhs}i>s}, karena syariat tidak
disusun berdasarkan adat.

3. Yang dijadikan patokan adalah keumuman lafal, bukan hanya khusus pada kasus

yang melatarinya (‫العبرة‬ ‫)السبب بخصوص ل ا لفظ بعموم‬


Misalnya hadis ‫ ماءه الطهور هو‬yang dilatari oleh pertanyaan sahabat yang kekurangan
air tawar untuk bersuci ketika sedang berlayar di laut.3 Jawaban Rasulullah bersifat
umum, tidak hanya untuk kasus dan kondisi semisal itu saja, tapi menunjukkan
kebolehan bersuci dengan air laut dalam kondisi apapun. Demikianlah para sahabat
memahami keumuman hadis ini. Meskipun demikian adapula ulama yang

UJI PUBLIK
menyatakan sebaliknya dan menjadikan dalil tersebut tidak tidak berlaku umum.
4. Lafal ‘a>mm setelah di-takhs}i>s masih berlaku pada ruang lingkup yang tidak terkena
pengkhususan

|˝‫صمطلَ|قا‬
‫ص فإنَ|ّهُ حقيقة˚| فيما بقي بعدَ| التَ|ّخصي‬ ‫العا ُّم إذا دخله التَ|ّخصي‬

Misalnyaayat ‫أيديهما‬ ‫ السارق والسارقة فاقطعوا‬hadis dengan ditakhs}i>s} yang

‫ مجنو حتَ|ّى يُفيق‬، ‫صغي ح َيبلُ غ‬ ‫ ال‬: ‫ر ِف ع القَ|ل ثَ|ُلثَ| „ة‬


‫ن‬ ‫ر َ|ت ى وال‬ ‫عن‬ ‫ُم‬

masih berlaku bagi pencuri lainnya.

5. Dalil yang tidak dirinci, padahal memungkinkan untuk lebih diperinci menunjukkan
bahwa dalil tersebut berlaku umum.

‫ترك الستفصال في مكان الحتمال ينزل منزلة العموم من المقال‬

178 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Misalnya dalam kasus Gailan yang memiliki 10 istri. Setelah masuk Islam, ia hanya
dizinkan mempertahankan 4 orang istrinya dan menceraikan sisanya. Rasulullah
tidak menyinggung bagaimana model pernikahannya sebelumnya.

Penugasan Mandiri
Aktifitas Peserta Didik (menyampaikan gagasan, dst)
Setelah Anda mendalami materiAm dan Khas, maka selanjutnya lakukanlah diskusi
dengan kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk menyampaikan gagasan atau ide
tentang merubah pikiran (shift paradigm) dari deduktif-normatif-teologis menuju ke induktif-
saintifik-humanis!.

Ayo Menyampaikan Gagasan

Dengan memahami sighatAm dan Khas ini, mari kita aplikasikan dalam kehidupan nyata.
Ayo sampaikan tentang perbedaan paradigma (kerangka berfikir) deduktif-induktif (di mulai dari penjelasan

UJI PUBLIK
dengan pernyataan yang bersifat khusus) terkait dengan sighat Am dan Khas!

Wawasan Lain

Contoh kerangka berfikir umum (deduktif); seorang penulis secara umum seperti
seorang petani, jika petani ingin mencangkul ladangnya harus punya tenaga yang cukup
dengan makan dan minum yang bergizi, bila kurang pak tani akan cepat lemas dan loyo.
Begitu juga seorang penulis, jika ingin tidak kehabisan dan kekeringan ide harus
memperbanyak bacaan dan peka terhadap lingkungan.

Contoh kerangka berfikir khusus (induktif); seorang penulis persamaannya secara


khusus seperti sebuah kendi atau tempat air minum dari tanah yang dibakar yang memiliki
dua lubang di atas dan samping, lobang atas untuk memasukkan air dan lobang samping
untuk mengeluarkan air, bila kendi tidak terisi tentu tidak akan ada air yang bisa keluar

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 179


meski dijungkir balikkan, sebaliknya jika kendi itu penuh digoyang sedikit saja air akan
keluar dengan lancar. Demikian juga dengan persamaan penuli, membaca bagi penulis
adalah upaya mengisi pengetahuan ke dalam otaknya, semakin banyak membaca semakin
banyak pula bahan yang dapat ditulisnya.

‫الَّل ِذي َن َمعَه ُ أ َ ِشد َّا ُء َعلَى ا ْل ُكفَّا ِر‬


َّ ‫م َح َّمد ˚ َر ُسو ِ| ُ َلوال‬
‫ب ْينَ ُه ْم‬ َ ‫ر َح َما ُء‬
a dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang
ka.” (QS. Al-Fath:29)

UJI PUBLIK
Perenungan

Hikmah dari kaidaham dan khas, antara lain:

1. Pendekatan dalam memahami al-Qur’an memiliki berbagai varian di dalamnya


(gaya ushlub), seperti yang kita ketahui bahwasanya al-Qur’an di turunkan kepada
Nabi saw. menggunakan bahasa arab yang indah dan mudah untuk dipahami. Al-
Qur’an menjadi mukjizat terbesar serta menjadi pedoman untuk umatnya. Ada
maksud-maksud yang ditujukkan dalam aturan syariat dan hukum agama.
2. Setiap kata di dalam al-Qur’an pasti mengandung maksud dan faedah, meskipun
tidak berkaitan secara langsung dengan masalah hukum. Namun tetap harus
diperhatikan bagaimana sebuah ayat dapat menarik hingga memberlakukan
hukum.Seperti pembahasan terkait dengan am dan khas,

180 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. Penunjukkan kepada lafadz am dan khas yang nantinya dapat menarik hukum
apakah hukum itu berlaku kepada semua atau hanya ternisbatkan pada yang
khusus saja. Mengingat bahwa banyak akan muncul banyak arti dari lafadz
tersebut.
4. Terkadang orang mengumpulkan hukum tasyri’ dari hal-hal tertentu yang
ditujukkan pada keseluruhan dalam artian untuk memperoleh hukum itu bermula
pada keumumannya kemudian baru adanya pembatasan. Padahal terdapat kaidah-
kaidah yang bisa menunjukkan keumuman atau kekhususan dari pemberlakuan
hukum tersebut, baik itu dari lafadz am maupun khas. Dengan demikian
pembahasan terkait dengan kaidah kebahasan sangatlah penting dalam seseorang
yang ingin mengkaji al-Qur’an serta memahami lebih dalam. Sehingga dapat
dengan baik dan benar memahami apa yang terkandung di dalamnya.

UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 181


UJI PUBLIK

Penugasan Belajar Mandiri

Gambar (Mengamati)
Amatilah gambar di atas, dalam menghadapi era New Society 5.0 renungkan dan kaitkan
dengan sighat amr dan nahyyang anda pelajari! Buatlah narasi dari hasil renungan anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

182 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
3..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................

Ayo Menganalisis
sighat amr dan nahy

Dasar logika: belajar dari sighat am dan khas. Jadilah seseorang yang memiliki pemikiran yang luas dan luwes,

UJI PUBLIK

Penugasan Belajar Kelompok


Aktifitas Peserta Didik (Diskusi,
dst)
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.
NO KETERANGAN HASIL

1 Bagaimanakah perbedaan dari sighat am dan


khas?Diskusikan dengan teman-teman kalian!

2 Bagaimanakah Ulama’ ushul merumuskan


kaidah-kaidah am?Diskusikan dengan teman-teman

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 183


kalian!

3 Bagaimana pengaruh dari kajian kebahasaan


sighat am dan khasterhadap hukum Islam?
Diskusikan dengan teman-teman kalian!
4 Bagaimana pemahaman Lafadz am di dalam Al-
Qur’an yang mempunyai banyak arti? Diskusikan
dengan teman-teman kalian!

5 Bagaimana Sighat (bentuk) khas selain


menunjukkan khusus, sesuai dengan qarinahnya
(korelasi), juga menunjukkan arti lain? Diskusikan
dengan teman-teman kalian!

6 Bagaimana metodologi Ulama’ ushul dalam

IK
merumuskan kaidah-kaidah khas? Diskusikan

U JI
dengan te man-tem an kalian!

7 PUBL
Bagaimana Hikmah (perenungan) dari sighat am dan
khas? Diskusikan dengan teman-teman kalian!

168 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Ayo Meneliti!

Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu! Selamat mencoba!

No wawancara

1 Adakah perbedaan pengertian antara am dan khas?Jelaskan!

2 Adakah perbedaan antara sighat am dan khas?Jelaskan!

3 Apakah semua lafadz am artinya adalah umum? Jelaskan!

U JI
3
Apakah semua la fadz khas

5
P U B L IK
artinya adalah khusus ? Jelask
Jelaskan makna lain dari lafadz am artinya adalah umum?

Jelaskan makna lain dari lafadz khas artinya adalah khusus?


an!

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 169


1. Lafal ‘a>mm adalah lafal yang memiliki cakupan yang tidak terbatas.
Sedangkan kha>s}s} adalah lafal dengan cakupan satu atau bilangan terbatas.
2. Baberapa kaidah terkait ‘a>mm dan kha>s}s}, antara lain:
a. Ketika terjadi pertentangan antara dalil ‘a>mm dengan dalil kha>s}s}, maka
yang kha>s}s} lebih didahulukan;
b. Yang dijadikan patokan adalah keumuman lafal, bukan hanya khusus
pada kasus yang melatarinya;
c. Lafal ‘a>mm setelah di-takhs}i>s masih berlaku pada ruang lingkup
yang tidak terkena pengkhususan
d. Dalil yang tidak dirinci, padahal memungkinkan untuk lebih diperinci
menunjukkan bahwa dalil tersebut berlaku umum.

UJI PUBLIK

170 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 171


BAB KAIDAH TAKHSIS DAN MUKHASIS
VIII

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.8. Menghayati kebenaran produk ijtihad
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
takhsis dan mukhassis
agama yang dianutnya

2. (SIKAP SOSIAL) 2.8. Mengamalkan sikap tanggung jawab dan


patuh sebagai implementasi dari
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
pemahaman tentang kaidah takhsis dan
santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
mukhassis
toleran, damai), bertanggungjawab,
responsif, dan pro aktif, dalam berinteraksi

BLIK
J IU
secara efektif s esuai
de nga n

P U
perke mban gan anak di

lingkungan, keluarga, sekolah,


masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional

172 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. (PENGETAHUAN) 3.8. Memahami ketentuan kaidah takhsis dan
mukhassish
Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan factual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik sesuai

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 173


dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

4. (KETERAMPILAN) 4.8. Menyajikan contoh hasil analisis dari


kaidah takhsis dan mukhassis dikaitkan
Menunjukkan keterampilan menalar,
dengan kehidupan sehari-hari
mengolah, dan menyaji secara: efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah dan bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

UJI P U B L IK TUJU AN P EMBE LAJAR AN

Peserta didik mampumenjelaskan deskripsi (gambaran umum) takhsis dan mukhasis,


pengertian, sighat (redaksi) takhsis dan mukhasis, contoh takhsis dan mukhasis dalam nash,
serta hikmahnya.

174 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


PETA KONSEP

UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 175


Pembahasan mengenai takhsis dan mukhasis sangat penting dalam mengistinbatkan
hukum dari dalil. Tanpa memahami dalil umum dan khusus, seorang pengkaji akan
terjerumus dalam kesalahan yang fatal dan akan menghasilkan hukum-hukum yang
melenceng dari maksud sya>ri’.

Imam al-Sya>fi’i> dalam al-Risa>lah menyebutkan beberapa contoh yang menunjukkan


bahwa terkadang lafal ‘a>mm tidak dipahami sebagai lafal umum. Hal ini menunjukkan
pentingnya pemahaman terhadap dalil ‘a>mm dan kha>s}s} agar terhindar dari kekeliruan dalam
memahami nas.

hamdulillah atas karunia Allah Swt, sekarang setelah dengan mudahnya kita
difahamkan deskripsi (gambaran umum) kaidah ketiga ini, pertanyaan yang patut diajukan
adalah: bagaimana penjelasan secara luas dan mendalam tentang umum (am) dan khusus

UJI PUBLIK
(khas)? Nah, jawabannya akan kita dapatkan pada pembahasan berikut.

K. Pengertian Takhsis
Takhsish adalah mengeluarkan sebagian apa yang dicakup lafadz am. Dalam pengertian
yang lain lafadz khas diartikan dengan suatu lafadz yang menunjukkan makna khusus. Istilah
khas dalam ushul fiqih yakni sesuatu yang tidak mencapai sekaligus dua atau lebih tanpa
batas. Adapun para ulama berbeda dalam mendefinisikan pengertian lafadz takhsis ini,

1. Manna al-Qaththan mendefinisikan khas dengan kebalikan dari lafadz am, yaitu yang
tidak menghabiskan semua apa yang pantas baginya tanpa ada pembatasan.
2. Musthafa Said al-Khin, khas adalah setiap lafadz yang digunakan untuk menunjukkan
makna satu atas beberapa satuan yang diketahui. Adakalanya berbentuk jenis, macam
sesuatu atau hakikat sesuatu.
3. Abdul Wahaf Khalaf dalam ‘Ilm Ushul al-Fiqh mendefinisikan lafadz sebagai lafadz yang
digunakan untuk menunjukkan satu orang tertentu.

176 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


4. Adib Shalih, lafadz khas adalah lafadz yang mengandung satu pengertian secara tunggal
atau beberapa pengertian yang terbatas.

L. Pengertian Mukhasis
Mukhasis adalah dalil yang mengkhususkan.

Redaksi takhsis dan mukhasis

M. RedaksiTakhasis
Redaksi lafadz takhsis antara lain:

UJI PUBLIK
III. Takhs}i>s} dalam kalimat yang sama (mut}t}as}il):
5. Takhs}i>s} dengan pengecualian dengan syarat harus dalam satu kalimat,

misalnya:Kalimat tauhid ‫ل‬ ‫لال إل إله‬


6. Takhs}i>s} dengan syarat, misalnya dalam kaffarah zihar yang mengharuskan
memerdekakan budak, akan tetapi jika tidak dapat, maka diwajibkan puasa dua bulan
berturut-turut.

7. Takhs}i>s} dengan lafal ‘hingga/ al-ga>yah’, misalnya: ‫الجزية يعطوا حتى‬ yang didahului
oleh perintah memerangi orang kafir.

8. Takhs}i>s} dengan kata sifat, misalnya ayat ‫فتحرير رقبة مؤمن‬ dalam kaffarah
‫ة‬
pembunuhan tidak sengaja yang mengharuskan memerdekakan budak yang beriman.
IV. Takhs}i>s} dengan dalil lain (minfas}il)
6. Takhs}i>s} ayat dengan ayat, misalnya:
‫ والمحصنات من الذين أوتوا الكتاب‬ayat
} mentakhs}i>s ‫ول نت كحوا المشركات حتى يؤمن‬
.hadis misalnya: sunnah, dengan ayat Takhs}i>s} 7 ‫نحن معاشر األنبياء ل نورث ما تركناه صدقة‬
anak
} kepada kewarisan ayat mentakhs}i>s ‫يوصيكم لال في أولدكم‬

8. Takhs}i>s} sunnah dengan sunnah, misalnya:

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 177


‫فيما سقت األنهار والغيم العشور وفيما سقي بالسانية نصف العشر‬
‫ل صدقة في حب ول تمر دون خمسة أوسق‬
9. Takhs}i>s} dengan ijma’, misalnya: ayat ‫الزا ِنيَ|ة و زا ِني ج واح „د ْ ه مائ‬
‫كل ن ما ة‬ ‫فَ|ا ِلدُوا‬ ‫ال‬

‫م‬
‫ج ْلدَ| „ة‬ ditakhs}i>s} oleh kesepakatan ulama bahwa budak yang berzina dijilid 50 kali.
10. Takhs}i>s} dengan qiyas, misalnya: ayat
‫ ومن دخله كان آمنا‬menunjukkan bahwa orang yang
masuk wilayah al-Haram aman dari gangguan terhadap harta dan jiwanya. Akan
tetapi keumuman ayat tersebut tidak mengahalangi jatuhnya hukuman qisas atasnya
berdasarkan qiyas atas ayat

‫حتَ|ّى يُقَ|ا ك ْم ِفي ن ك ْم فَ|ا ْقتُلُو‬ ‫ول تُقَ|اتِ|لُو ْم ع ْندَ| ا سج ِد حر‬


‫ْم‬ ‫ِه فَ|إ َق|اتَ|لُو‬ ‫ِتلُو‬ ‫ْلم ا ْل ا ِم‬

N. RedaksiMukhasis
Berikut pembagian mukhasis. ada dua bentuk Mukhasis yakni bersmbung dan terpisah
3) Mukhasis Muttasil
Apabila makna satu dalil yang mengkhususkan, berhubungan erat atau bergantung pada
kalimat umum sebelumnya.

f) Pengecualian (al-UJI PUBLIK


Ada beberapa macam mukhasis muttasil yaitu sebagai berikut:

Istina) Contoh firman


Allah:

‫ل اَ|ل ن وع ِملُوا ص حات‬ ،‫سان ل „ر‬ ‫ن ّال ْن‬


‫ال ا‬ ‫ِذي آمنُوا‬ ‫ِفي خس‬
‫ِل‬
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh”. (QS. al-Ashr: 2-3)
g) Syarat
Contoh firman Allah:

‫صلحا‬
ُ ‫ِ ن ِفي ذ أَ را ُدوا إ‬ ‫ق‬ ‫ن أَح‬
ِ َ ِ
‫ن‬ ‫ِل ك‬ ‫ب دّه‬
‫ر‬

178 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


‫وبُعُولَ|تُ ُه‬

“Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para
suami) itu menghendaki ishlah".(QS. Al-Baqarah: 288).
Syarat disini terbagi menjadi empat macam:
 Syar’iyy, contohnya bersuci (thaharah) sebagai syarat bagi sahnya shalat.
 Aqliyy (rasional), seperti hidup (al-hayah) menjadi syarat bagi pengetahuan (al-ilm).
 Adiyy, (kebiasaan), seperti tangga menjadi syarat untuk naik ke atas.
 Lughawiyy, (kebahasaan).

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 179


h) Sifat

‫خلُوا ْ ر بُيُو ْ حت|َ| ست | س و ِّل علَى ه ِلها‬ ‫يَ|ا أَ|يُ ها ن آمنُوا ل‬


‫أ‬ ‫أْ| ِن وا ت ُموا‬ ‫بُيُوت˝|ا ي ِت م‬ ‫ت َ||د‬ ‫الَّ| ِذي‬
‫س‬
‫ك‬ ‫غ‬
“Orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.” (QS. an-Nur: 24:27)
i) Kesudahan

‫ول تَ ْق ربُوه حت|َ|ّى طه ْرن‬


‫ي‬ ‫ن‬
“Dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.” (QS. Al-Baqarah: 222)

j) Sebagian ganti keseluruhan


Contoh firman Allah:

‫س ِبيُل‬ ‫ت ست | ع‬ ‫علَى ا َْلب ْي‬ ‫و ِ َّ ِّلل‬


‫من ا طا ِإلَ| ْي‬ ‫حج‬ ‫النَ|ّاس‬
‫ِه‬
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.”(QS. Ali Imran: 97).

4) Mukhasis Munfasil

UJI PUBLIK
Dalil umum atau makna dalil yang sama dengan dalil atau makna dalil yang
megkhususkannya, masing-masing berdiri sendiri dalam arti tidak berkumpul tetapi
terpisah.
c) Kitab ditakhsis dengan kitab
Contohnya firman Allah:

‫صن سهن ثَ ُ|لثَ|ةَ| ق رو „ء‬ ‫والْم طلَ| ت يَ|ت‬


‫ِبأَ| ْنف‬ |َ‫قَ|ا َرب‬
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru”.(QS.
Al-Baqarah: 228).
d) Kitab ditakhsis dengan sunnah
Contoh firman Allah:

‫ك ر ِ ل مث ح ّظ األ ْنثَ| َي| ْين‬ |َ‫لذ‬ ‫ْم ك‬

180 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


‫ل ُال ِفي أَ| ْول ِد‬ ‫يُو م ك ي ص‬
“Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu:
bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan”. 4 (QS. an-
Nisa’: 11).

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 181


Kaidah takhsis dan mukhasis serta contoh

O. KaidahTakhsis

Ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam rangka menyikapi dalil-dalil
‘a>mm dan kha>s}s}:
6. Ketika terjadi pertentangan antara dalil ‘a>mm dengan dalil kha>s}s}, maka yang
didahulukan adalah dalil kha>s}s}, misalnya pertentangan antara dua hadis terkait zakat
biji-bijian berikut:

‫فيما سقت األنهار والغيم العشور وفيما سقي بالسانية نصف العشر‬
‫ل صدقة في حب ول تمر دون خمسة أوسق‬
Hadis pertama menyatakan bahwa semua tanaman terkena zakat, sedangkan hadis
kedua mengkhususkan zakat hanya pada biji-bijian yang mencapai lima sak. Hadis

UJI PUBLIK
kedua yang khas}s} didahulukan daripada hadis pertama yang ‘a>mm.

7. Adat atau ’urf tidak boleh dijadikan sebagai sarana takhs}i>s}, karena syariat tidak
disusun berdasarkan adat.

8. Yang dijadikan patokan adalah keumuman lafal, bukan hanya khusus pada kasus

yang melataribelakanginya (‫العبرة‬ ‫)السبب بخصوص ل ا لفظ بعموم‬


Misalnya hadis ‫ ماءه الطهور هو‬yang dilatari oleh pertanyaan sahabat yang kekurangan
air tawar untuk bersuci ketika sedang berlayar di laut. Jawaban Rasulullah bersifat
umum, tidak hanya untuk kasus dan kondisi semisal itu saja, tapi menunjukkan
kebolehan bersuci dengan air laut dalam kondisi apapun. Demikianlah para sahabat
memahami keumuman hadis ini. Meskipun demikian adapula ulama yang
menyatakan sebaliknya dan menjadikan dalil tersebut tidak tidak berlaku umum.
9. Lafal ‘a>mm setelah di-takhs}i>s masih berlaku pada ruang lingkup yang tidak terkena
pengkhususan

|˝‫صمطلَ|قا‬
‫ص فإنَ|ّهُ حقيقة˚| فيما بقي بعدَ| التَ|ّخصي‬ ‫العا ُّم إذا دخله التَ|ّخصي‬

182 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Misalnyaayat ‫أيديهما‬ ‫ السارق والسارقة فاقطعوا‬hadis dengan ditakhs}i>s} yang

‫ مجنو حتَ|ّى يُفيق‬، ‫صغي ح َيبلُ غ‬ ‫ ال‬: ‫ر ِف ع القَ|ل ثَ|ُلثَ| „ة‬


‫ن‬ ‫ر َ|ت ى وال‬ ‫عن‬ ‫ُم‬

masih berlaku bagi pencuri lainnya.

10. Dalil yang tidak dirinci, padahal memungkinkan untuk lebih diperinci menunjukkan
bahwa dalil tersebut berlaku umum.

‫ترك الستفصال في مكان الحتمال ينزل منزلة العموم من المقال‬


Misalnya dalam kasus Gailan yang memiliki 10 istri. Setelah masuk Islam, ia hanya
dizinkan mempertahankan 4 orang istrinya dan menceraikan sisanya. Rasulullah
tidak menyinggung bagaimana model pernikahannya sebelumnya.

Perenungan

UJI PUBLIK
Hikmah dari kaidahtakhsis dan mukhasis, antara lain:

5. Pendekatan dalam memahami al-Qur’an memiliki berbagai varian di dalamnya (gaya


ushlub), seperti yang kita ketahui bahwasanya al-Qur’an di turunkan kepada Nabi saw.
menggunakan bahasa arab yang indah dan mudah untuk dipahami. Al-Qur’an menjadi
mukjizat terbesar serta menjadi pedoman untuk umatnya. Ada maksud-maksud yang
ditujukkan dalam aturan syariat dan hukum agama.
6. Setiap kata di dalam al-Qur’an pasti mengandung maksud dan faedah, meskipun tidak
berkaitan secara langsung dengan masalah hukum. Namun tetap harus diperhatikan
bagaimana sebuah ayat dapat menarik hingga memberlakukan hukum.Seperti pembahasan
terkait dengan am dan khas,
7. Penunjukkan kepada lafadz takhsis dan mukhasis yang nantinya dapat menarik hukum
apakah hukum itu berlaku kepada semua atau hanya ternisbatkan pada yang khusus saja.
Mengingat bahwa banyak akan muncul banyak arti dari lafadz tersebut.
8. Terkadang orang mengumpulkan hukum tasyri’ dari hal-hal tertentu yang ditujukkan pada
keseluruhan dalam artian untuk memperoleh hukum itu bermula pada keumumannya
kemudian baru adanya pembatasan. Padahal terdapat kaidah-kaidah yang bisa menunjukkan
keumuman atau kekhususan dari pemberlakuan hukum tersebut, baik itu dari lafadz am

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 183


maupun khas. Dengan demikian pembahasan terkait dengan kaidah kebahasan sangatlah
penting dalam seseorang yang ingin mengkaji al-Qur’an serta memahami lebih dalam.
Sehingga dapat dengan baik dan benar memahami apa yang terkandung di dalamnya.

UJI PUBLIK

184 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Penugasan Belajar Mandiri

Gambar (Mengamati)
Amatilah gambar di atas, dalam menghadapi era New Society 5.0 renungkan dan kaitkan
dengan sighat takhsisdan mukhasisyang anda pelajari! Buatlah narasi dari hasil renungan
anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

UJI PUBLIK
...................................................................................................................................................
3..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................

Ayo Menganalisis
sighat takhsisdan mukhasis

Dasar logika: belajar dari takhsisdan mukhasis. Jadilah pelopor dalam inovasi, master of civilization, agent of

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 185


Penugasan Belajar Kelompok
Aktifitas Peserta Didik (Diskusi,
dst)
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.
NO KETERANGAN HASIL

1 Bagaimanakah perbedaan dari lafadz takhsis dan


mukhasis?Diskusikan dengan teman-teman kalian!

2 Bagaimanakah Ulama’ ushul merumuskan kaidah-


kaidah takshsis?Diskusikan dengan teman- teman
kalian!

3 Bagaimana pengaruh dari kajian kebahasaan


takhsis dan mukhasisterhadap hukum Islam?
Diskusikan dengan teman-teman kalian!

IK
4

U JI P
Bagaiman a pema ham an Laf adz

U B L
ta khsis d i dalam Al-
Qur’an yang mempunyai banyak arti? Diskusikan
dengan teman-teman kalian!
5 Bagaimana Sighat (bentuk) mukhasis selain, sesuai
dengan qarinahnya (korelasi yang mempunyai
banyak arti? Diskusikan dengan teman-teman kalian!

6 Bagaimana metodologi Ulama’ ushul dalam


merumuskan kaidah-kaidah mukhasis? Diskusikan
dengan teman-teman kalian!

7 Bagaimana Hikmah (perenungan) dari kaidahtakhsis


dan mukhasis? Diskusikan dengan teman-teman
kalian!

186 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Ayo Meneliti!

Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu! Selamat mencoba!

No wawancara

1 Adakah perbedaan antara takhsis dan mukhasis?Jelaskan!

2 Adakah perbedaan antara sighat takhsis dan mukhasis?Jelaskan!

3 Apakah semua lafadz takhsis artinya adalah yang menentukan? Jelaskan!

3 Apakah semua lafadz mukhasis artinya adalah yang sudah ditentukan?

U JI PUBLIK
Jelaskan !
4 lafadz takhsis?

5 lafadz mukhasis?

Ayo Mencari Sumber Ilmu!

Penugasan Belajar Mandiri


7. Tulislah ayat al-Qur’an atau Hadis yang berkaitan dengan sighat takhsisdan mukhasis,
minimal 3 ayat/Hadis!
8. Buatlah kliping-kliping pendapat-pendapat ulama Indonesia tentang sighat takhsisdan
mukhasis dalam sebuah analisis kritis (kajian mendalam)!

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 187


8. Lafal takhsis adalah lafal yang memiliki cakupan yang tidak terbatas.
Sedangkan mukhasis adalah lafal dengan cakupan satu atau bilangan
terbatas.
9. lafadz takhsis dan mukhasis yang nantinya dapat menarik hukum apakah
hukum itu berlaku kepada semua atau hanya ternisbatkan pada yang khusus
saja. Mengingat bahwa banyak akan muncul banyak arti dari lafadz tersebut.
10. pembahasan terkait dengan kaidah kebahasan sangatlah penting dalam
seseorang yang ingin mengkaji al-Qur’an serta memahami lebih dalam.
Sehingga dapat dengan baik dan benar memahami apa yang terkandung di
dalamnya.

UJI PUBLIK

188 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 189


BAB IX KAIDAH MUJMAL DAN MUBAYYAN

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.9. Menghayati kebenaran produk ijtihad
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
mujmal dan mubayyan
agama yang dianutnya
2. (SIKAP SOSIAL) 2.9. Mengamalkan sikap tanggung jawab dan
patuh sebagai implementasi dari
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
pemahaman tentang kaidah mujmal dan
santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
mubayyan.
toleran, damai), bertanggungjawab,
responsif, dan pro aktif, dalam berinteraksi
secara efektif sesuai dengan perkembangan
anak di lingkungan, keluarga, sekolah,

masyarakat da

U
n
BLIK
J I
lingku ngan alam

P U
sekitar ,

bangsa, negara, kawasan regional, dan


kawasan internasional

190 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. (PENGETAHUAN) 3.9. Memahami ketentuan kaidah mujmal
dan mubayyan
Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan factual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

4. (KETERAMPILAN) 4.9. Menyajikan contoh hasil analisis dari


kaidah mujmal dan mubayyan dikaitkan
Menunjukkan keterampilan menalar,
dengan kehidupan sehari-hari
mengolah, dan menyaji secara: efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri,

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 191


kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah dan bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

TUJUAN PEMBELAJARAN

Peserta didik mampumenjelaskan deskripsi (gambaran umum) mujmal dan mubayyan,


pengertian, dasar hukum, contoh dalam kehidupan serta hikmahnya.

UJI PUBLIK

192 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


PETA KONSEP

UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 193


Salah satu tujuan belajar ilmu ushul fikih atau filsafat hukum Islam untuk
mengetahui alasan para intelektual muslim dalam memilih argumentasi (hujjah) yang
dipandang lebih valid untuk menghindari truth claim atau taklid buta, ushul fikih juga
membantu pakar hukum memperoleh wawasan yang luas dari sumber asli al-Qur’an dan
sunnah.

Al Qur’an maupun Sunnah menggunakan bahasa Arab, oleh karenanya memahami


kedua sumber ini juga harus mampu memahami kaidah-kaidah penafsiran ( interpretasi) salah
satunya adalah mujmal dan mubayyan.

P. Pengertian Mu U JI PUBLIK
jmal
Mujmalartinya abstrak, global, kabur atau tidak jelas, samar-samar. Maksudnya
suatu perkara atau lafadz yang tidak jelas atau hal-hal yang memerlukan penjelasan lebih
lanjut.Mujmal menurut istilah ushul fiqh adalah lafadz atau mantuq yang memerlukan
bayan (penjelasan).Mujmal adalah suatu perkataan yang belum jelas maksudnya dan untuk
mengetahuinya diperlukan penjelasan dari lainnya. Penjelasan ini disebut Bayan. Dalam
arti lain, kandungan maknanya masih global dan memerlukan perincian. Ketidakjelasan
tersebut disebut ijmal.

Q. Pengertian Mubayyan
Sedangkan mubayyan menurut bahasa (etimologi) adalah yang menjelaskan atau
yang merinci. Maksudnya adalah suatu lafadz yang mengandung penjelasan.Mubayyan
menurut istilah ushul fiqh adalah mengeluarkan sesuatu dari bentuk yang musykil (kabur)
kepada bentuk yang terang.Mubayyan adalah suatu perkataan yang jelas maksudnya tanpa
memerlukan penjelasan dari lainnya

194 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Redaksi mujmal dan mubayyan

R. RedaksiMujmal
Adapun yang menyebabkan timbulnya lafadzmujmal antara lain:
(1) Lafadz yang mengandung makna ambigu (tidak jelas) dan tidak ada indikator yang
menentukan salah satu makna yang dikehendaki. Seperti lafadzmawaali dalam
perkataan “aku berwasiat 1/3 hartaku untuk mawali budak itu”, padahal bagi orang yang
berwasiat itu ada mawali berupa orang yang memerdekakannya dan ada pula mawali
berupa orang yang dimerdekakan. Maka maksud perkataannya itu tidak bisa dipahami
kecuali melalui penjelasan langsung orang yang berwasiat tersebut,
(2) Asingnya penggunaan lafadz dalam bahasa Arab dan kesamaran maksudnya. Seperti kata
halu’a pada firman Allah (QS Al-Ma’arij: 19). Kata itu asing dalam bahasa Arab
sehingga tidak diketahui makna yang dimaksud sampai Allah menjelaskannya dengan
ayat selanjutnya.

UJI PUBLIK
(3) Perpindahan makna secara bahasa kepada makna secara istilah. Seperti lafadz shalat,
zakat, riba dan lain-lain. Makna kata-kata tersebut tidak bisa dipahami secara bahasa,
oleh karena itu ia memerlukan penjelasan langsung dari yang mengeluarkan istilah
tersebut. Biasanya penjelasan kata-kata yang seperti ini berasal dari sunnah Nabi. Oleh
karena itu, penentuan makna yang tepat dari lafadzmujmal hanya terbatas pada masa
kerasulan Nabi Muhammad dan terhenti sejak beliau meninggal.

Jika penjelasan langsung itu sudah cukup terang dalam menentukan maknanya maka
lafadz itu tidak lagi menjadi lafadzmujmal akan tetapi menjadi lafadzmufassar dan
berlakulah hukum lafadzmufassar, seperti penjelasan tentang shalat, zakat, haji dan lain
sebagainya. Apabila penjelasan tersebut tidak tuntas untuk menghilangkan kemujmalan
lafadz tersebut, maka lafadz itu menjadi lafadzmusykil, dan berlakulah hukum-hukum
lafadzmusykil. Misalnya adalah riba, yang datang dalam Al-Quran secara mujmal, menurut
madzhab Hanafi, dan Rasulullah SAW menjelaskannya dengan hadits harta riba yang enam
jenis itu. Akan tetapi penjelasan ini belum tuntas karena sebenarnya riba tidak terbatas pada
enam jenis itu. Dengan penjelasan ini, maka beliau membuka pintu ijtihad untuk
menjelaskan hal-hal lain yang mengandung riba.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 195


Jadi mujmal itu adalah suatu lafadz yang dzatiahnya khafi, tidak bisa dipahami maksudnya,
kecuali bila ada penjelasan dari syara’. Ketidakjelasannya dapat karena peralihan lafadz dari
makna yang jelas pada makna khusus yang dikehendaki syara’, karena sinonim lafadz itu
sendiri, ataupun karena lafadz itu ganjil artinya. Karena penjelasan mujmal diperoleh dari
syara’bukan hasil ijtihad sehingga mujmal lebih tinggi kadar khafa-nya daripada musykil.
Contohnya lafadz shalat, menurut bahasa berarti doa, tetapi menurut istilah syara’adalah
ibadah khusus yang segala sesuatunya dijelaskan oleh Rasullullah.
Namun keharusan adanya penjelasan dari syara’tentang lafadz mujmal itu timbul masalah,
yaitu sejauh manakah penjelasan syara’ itu. Sunnah dapat memberikan penjelasan mujmal
sepanjang tidak ada penjelasan nash Al-Quran. Oleh sebab itu untuk mencari penjelasan
mujmal terlebih dahulu harus melihat nash Al-Quran.

S. RedaksiMubayyan
Mubayyan atau penjelasan dilihat dari redaksinya, terbagi kepada beberapa macam:
1. Penjelasan denga kata-kata (‫)بالقول بيان‬
Contoh, firman Allah yang berbunyi:

:‫البقرة‬ ‫ثُلثة ايام‬

U I J
‫فصيام‬
‫ك‬ ‫تلك ع‬ ‫حج اذا‬ ‫ال‬ ‫في‬ ٦٩١

U IP L K ‫شرة‬ ‫وسبعة رجعتم‬

B
...‫املة‬
“Maka wajib berpuasa tiga hari dalam waktu haji, dan tujuh hari setelah kamu kembali.
Itulah sepuluh hari yang sempurna. (QS. Al-Baqarah: 196).
Perkataan “sepuluh hari yang sempurna’ pada ayat tersebut adalah sebagai penjelasan
(mubayyan) dari tiga dan tujuh hari yang disebutkan sebelum itu.

2. Penjelasan dengan perbuatan (‫)بالفعل بيان‬

Contoh, seperti cara-cara shalat yang harus diikuti sebagaimana yang diterangkan dengan
perbuatan beliau sendiri, sebagaimana sabdanya yang berbunyi:

.‫ حديث‬. ‫صلوا كما رايتمواني اصلي‬

“Shalatlah engkau sebagaimana engkau melihat aku melakukan sholat.” (hadis)

196 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. Penjelasan dengan tulisan/surat (‫)بالكتاب بيان‬

Contoh, seperti ukuran zakat dan diat anggota-anggota badan, banyak Nabi melakukan
dengan surat-surat, untuk dikirim ke daerah-daerah Islam di waktu itu.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 197


4. Penjelasan-penjelasan dengan isyarat (‫)بالشارة بيان‬

Contoh, seperti penjelasan Nabi tentang jumlah hari pada bulan Ramadhan, dengan
mengucapkan

‫ حديث‬.‫ وهكذا‬،‫ وهكذا‬،‫الشهر هكذا‬

sekian” dan sekian dan sekian itu bulan “Satu .)hadist(

Sewaktu Nabi mengucapkan “sekian” pertama dan kedua adalah dengan mengangkat semua
jari tangan, dan sedang waktu mengucapkan “sekian” yang ketiga, Nabi melipatkan satu ibu
jarinya. Hal tersebut merupakan isyarat yang menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah
dua puluh Sembilan hari. Yang demikianlah penjelasan dengan isyarat.

5. Penjelasan dengan meninggalkan (‫)بالترك يب ان‬

Contoh, seperti yang disebutkan dalam satu riwayat oleh Jabir:

‫ ابن حبان‬. ‫كان اخراج المرين من رسول لال عليه وسلم عدم الوضوء مما مست النار‬

“Adalah akhir dua perkara dari Nabi SAW. (adalah) tidak mengambil wudhu (lagi) setelah

UJI PUBLIK
makan sesuatu yang dibakar.” (Hadist Ibnu Hibban).

Dari riwayat tersebut tampak bahwa pada mulanya, setiap makan sesuatu yang dibakar maka
Nabi SAW. Wudhu, kemudian Nabi tinggalkan, yakni Nabi tak wudhu lagi walau makan
makanan yang dibakar. Nabi meninggalkan wudhu dalam hal tersebut, oleh ulama dikatakan
sebagai penjelasan atau bayan dengan meninggalkan.

Kaidah mujmal dan mubayyan serta contoh

T. KaidahMujmal
Bila dilihat dari segi bentuknya lafadz-lafadz mujmal ada dua macam: lafadz mufrad
dan murakkab:

1. Lafadz mufrad yakni lafadz-lafadz yang terdiri dari satu kalimat. Lafadz-lafadz
mufrad juga dilihat dari segi jenis ada tiga macam:

198 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


a. Isim artinya nama atau nama benda.

Contoh: ‫ مخت | |ار‬boleh sebagai pelaku (fa’il), dalam hal ini


diartikan dengan “orang yang memilih”, dan boleh juga sebagai maf’ul (tujuan), yang dalam
hal ini diartikan dengan “orang yang dipilih”.

b. Fi”il artinya kata kerja

Contoh: ‫ عسعس‬boleh diartikan dengan “datang” dan boleh juga dengan


arti “kembali’ atau “pulang”. ‫ب |اع‬boleh diartikan dengan “menjual” dan boleh
dengan “membeli”.

c. Huruf ( ‫ )حرف‬kalimat yang terdiri dari satu huruf, atau kalimat yang tidak akan
berarti bila tidak disambung dengan yang lainnya.

Contoh: ‫و‬artinya ‘dan” kedudukannya boleh sebagai ataf (‫ )عطف‬artinya penyambung,


tetapi boleh juga sebagai al-Ibtida’ (‫ )البت |داء‬artinya kata awal atau permulaan (Djalil,
2010: 110).

UJI
Yang termasuk mufrad diantaranya adalah :

1) Lafadz yang diletakkan untuk dua makna secara haqiqat, yakni lafadz-lafadz yang
musytarak, seperti lafadz ‫القرء‬yang diletakkan untuk menunjukkan makna “suci” dan makna

PUBLIK
“haid”.

2) Lafadz yang layak untuk diarahkan pada kedua makna dengan sebab adanya
musyabahah (keserupaan) dalam sebuah titik persamaan. Seperti lafadz ‫النور‬yang layak untuk
diarahkan pada makna “akal” dan “cahaya matahari”.

3) Lafadz yang layak untuk diarahkan pada kedua makna dengan sebab adanya
mumatsalah (kemiripan). Seperti lafadz ‫الجسم‬yang layak diarahkan pada “langit’ dan “bumi”,
atau benda-benda yang lain.

4) Lafadz yang terkena imbas I’lal, seperti lafadz ‫المختار‬yang diarahkan pada bentuk
isim fa’il atau isim maf’ul (Afandi dan Huda, 2013: 157 -158).

2. Lafadz-lafadz murakkab yakni lafadz-lafadz yang terdiri dari beberapa kalimat.

Sebagai contoh firman Allah yang berbunyi:

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 199


٧٣٢ : ‫ البقرة‬. . .‫او يعفو الذي بيده عقدة النكاح‬

Atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah… (QS. Al-Baqarah: 237)

Yang mempunyai ikatan perkawinan bisa diartikan wali atau suami, karena maknanya
tidak tunggal, berarti hukumnya belum pasti. Oleh karena itu, tidak diamalkan sebelum ada
penjelasan atau al-Bayan.

U. KaidahMubayyan

Mubayyan atau penjelasan dilihat dari segi jenisnya, terbagi kepada beberapa macam:
1. Penjelasan denga kata-kata (‫)بالقول بيان‬
Contoh, firman Allah yang berbunyi:
٦٩١: ‫ البقرة‬...‫فصيام ثُلثة ايام في الحج وسبعة اذا رجعتم تلك عشرة كاملة‬

“Maka wajib berpuasa tiga hari dalam waktu haji, dan tujuh hari setelah kamu kembali. Itulah
sepuluh hari yang sempurna. (QS. Al-Baqarah: 196).

UJI PUBLIK
Perkataan “sepuluh hari yang sempurna’ pada ayat tersebut adalah sebagai penjelasan
dari tiga dan tujuh hari yang disebutkan sebelum itu.
2. Penjelasan dengan perbuatan (‫)بالفعل بيان‬
Contoh, seperti cara-cara shalat yang harus diikuti sebagaimana yang diterangkan dengan
perbuatan beliau sendiri, sebagaimana sabdanya yang berbunyi:
.‫ حديث‬. ‫صلوا كما رايتمواني اصلي‬

“Shalatlah engkau sebagaimana engkau melihat aku melakukan sholat.” (hadis)


3. Penjelasan dengan tulisan/surat (‫)بالكتاب بيان‬
Contoh, seperti ukuran zakat dan diat anggota-anggota badan, banyak Nabi melakukan
dengan surat-surat, untuk dikirim ke daerah-daerah Islam di waktu itu.
4. Penjelasan-penjelasan dengan isyarat (‫)بالشارة يب ان‬
Contoh, seperti penjelasan Nabi tentang jumlah hari pada bulan Ramadhan, dengan
mengucapkan
‫ حديث‬.‫ وهكذ|ا‬،‫ وهكذا‬،‫الشهر هكذا‬
sekian” dan sekian dan sekian itu bulan “Satu .)hadist(

200 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Sewaktu Nabi mengucapkan “sekian” pertama dan kedua adalah dengan mengangkat
semua jari tangan, dan sedang waktu mengucapkan “sekian” yang ketiga, Nabi melipatkan
satu ibu jarinya. Hal tersebut merupakan isyarat yang menunjukkan bahwa bulan Ramadhan
adalah dua puluh Sembilan hari. Yang demikianlah penjelasan dengan isyarat.
5. Penjelasan dengan meninggalkan (‫)بالترك بيان‬
Contoh, seperti yang disebutkan dalam satu riwayat oleh Jabir:
‫ ابن حبان‬. ‫كان اخراج المرين من رسول لال عليه وسلم عدم الوضوء مما مست النار‬
“Adalah akhir dua perkara dari Nabi SAW. (adalah) tidak mengambil wudhu (lagi) setelah
makan sesuatu yang dibakar.” (Hadist Ibnu Hibban).
Dari riwayat tersebut tampak bahwa pada mulanya, setiap makan sesuatu yang
dibakar maka Nabi SAW. Wudhu, kemudian Nabi tinggalkan, yakni Nabi tak wudhu lagi
walau makan makanan yang dibakar. Nabi meninggalkan wudhu dalam hal tersebut, oleh
ulama dikatakan sebagai penjelasan atau bayan dengan meninggalkan.

Perenungan

UJI PUBLIK
Hikmah dari kaidahmujmal dan mubayyan, antara lain:

1. Hukum mujmal adalah tawaquf (ditunda, ditangguhkan) sampai ada atau terdapat bayan
(penjelasan).”Maksudnya adalah apabila terdapat satu dalil yang bersifat mujmal, sedang
bayannya belum didapat atau belum ditemukan, maka dalil tersebut tidak boleh
diamalkan sebelum mendapatkan penjelasan atau bayan dari dalil tersebut.Tapi ada
sebagian ulama yang tidak sependirian dengan ketentuan di atas, antara lain Daud
Adzahiri yang berpendapat bahwa boleh mengamalkan dalil yang mujmal bila tidak
terdapat bayan atau penjelassannya. Alasaan beliau antara lain adalah tidak mungkin
terdapat dalil yang mujmal setelah Nabi wafat, karena sebelum Nabi wafat, Islam telah
disempurnakan terlebih dahulu .

2. Hukum menangguhkan penjelasan, misalnya seorang bertanya tentang suatu perkara


yang berhubungan dengan agama, dalam hal demikian apakah kita boleh menangguhkan
jawaban karena sesuatu hal, dan bagaimana bila saat itu si penanya sangat memerlukan
hukumnya.Dilihat dari segi waktunya, maka penangguhan ada dua macam, masing-

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 201


masing terdapat ketentuan ulama: (1) menangguhkan penjelasan dari waktu yang
diperlukan tidak boleh. Alasannya bila dalam hal demikian kita menangguhkan
penjelasan, berarti kita membenarkan seseorang berijtihad salah atau membenarkan
seseorang melakukan suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak agama.

3. Di samping itu beralasan itu berlandaskan juga dengan hadits yang berasal dari A’isyah,
yang mana ketika Fatimah binti Abi Hubeisy bertanya pada Nabi ‘apakah boleh
meninggalkan sholat, karena dirinya selalu ‘istihadhah”’, yakni tidak pernah suci. Maka
Nabi menjawab:“Tidak, itu adalah cairan dan bukan darah haid, dan bila datang haid
maka tinggalkanlah sholat, dan bila telah habis (waktu haid) maka cucilah darah itu dari
dirimu dan shalatlah” (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Dari hadits ini tampak bahwa, tidak boleh ditangguhkan penjelasan pada waktu yang
diperlukan, karena bila Nabi menundanya berarti Nabi telah membenarkan orang
tersebut tidak shalat.

5. Oleh sebagian ulama, hadits A’isyah tersebut dipakai juga sebagai alasan, bahwa wanita-
wanita istihadhah tidak wajib bersuci setiap akan sholat.

UJI PUBLIK
6. Perintah shalat pada ayat Dirikanlah shalat (QS.al-Baqarah: 110) tidaklah langsung
diiringi dengan penjelasannya. Adapun penjelasan mengenai bentuk atau tata
caranya adalah kemudian, yakni dengan cara-cara yang ditunjukkan oleh Nabi SAW.
sendiri. hal tersebut menunjukkan bolehnya menunda penjelasan atau bayan.

202 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK

Penugasan Belajar Mandiri

Gambar (Mengamati)
Amatilah gambar di atas, dalam menghadapi era New Society 5.0 renungkan dan kaitkan
dengan sighat mujmaldan mubayyanyang anda pelajari! Buatlah narasi dari hasil renungan
anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 203


....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
3..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................

Ayo Menganalisis

UJ I P U B L I K s igh at m ujma
Dasar logika: belajar dari mujmaldan mubayyan. Jadilah pelopor dalam inovasi, master of civilization, agent of
ldan mu ba yya

Penugasan Belajar Kelompok


Aktifitas Peserta Didik (Diskusi,
dst)
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.
NO KETERANGAN HASIL

1 Bagaimanakah perbedaan dari lafadz mujmal dan


mubayyan?Diskusikan dengan teman-teman kalian!

2 Bagaimanakah Ulama’ ushul merumuskan

204 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


kaidah-kaidah mujmal?Diskusikan dengan teman-
teman kalian!

3 Bagaimana pengaruh dari kajian kebahasaan


mujmal dan mubayyanterhadap hukum Islam?
Diskusikan dengan teman-teman kalian!
4 Bagaimana pemahaman Lafadz mujmal di dalam Al-
Qur’an yang mempunyai banyak arti? Diskusikan
dengan teman-teman kalian!

5 Bagaimana Sighat (bentuk) mubayyan selain,


sesuai dengan qarinahnya (korelasi yang
mempunyai banyak arti? Diskusikan dengan teman-
teman kalian!

IK
6

merumu

kaid
UU ah
skan
J I
B L P
k

mubay
aidah

yan?
-

Bagaimana metodologi Ulama’ ushul dalam


Diskusikan dengan teman-teman kalian!
7 Bagaimana Hikmah (perenungan) dari kaidahmujmal
dan mubayyan? Diskusikan dengan teman-teman
kalian!

Ayo Meneliti!

Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu! Selamat mencoba!

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 205


206 Ushul Fikih Kelas XI MA PK
No wawancara

1 Adakah perbedaan antara mujmal dan mubayyan?Jelaskan!

2 Adakah perbedaan antara sighat mujmal dan mubayyan?Jelaskan!

3 Apakah semua lafadz mujmal artinya global? Jelaskan!

3 Apakah semua lafadz mubayyan artinya terperinci? Jelaskan!

4 lafadz mujmal dan mubayyan?

5 lafadz mukhasisdan mubayyan?

Ayo Mencari Sumber Ilmu!

UJI PUBLIK
Penugasan Belajar Mandiri
9. Tulislah ayat al-Qur’an atau Hadis yang berkaitan dengan sighat mujmal dan mubayyan,
minimal 3 ayat/Hadis!
10. Buatlah kliping-kliping pendapat-pendapat ulama Indonesia tentang sighat mujmal dan
mubayyan dalam sebuah analisis kritis (kajian mendalam)!

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 207


1. Mujmal menurut istilah ushul fiqh adalah lafadz atau mantuq yang memerlukan bayan (penjelasa

2.Mubayyan menurut istilah ushul fiqh adalah mengeluarkan sesuatu dari bentuk yang musykil (ka

3.Bila dilihat dari segi bentuknya lafadz-lafadz mujmal ada dua macam, pertama lafadz mufrad dan

4.Mubayyan atau penjelasan dilihat dari segi jenisnya, terbagi kepada beberapa macam:

a.Penjelasan denga kata-kata


b.Penjelasan dengan perbuatan
c.Penjelasan dengan tulisan/surat
d.Penjelasan-penjelasan dengan isyarat

UJI PUBLIK
e.Penjelasan dengan meninggalkan
5.Hukum mujmal adalah tawaquf (ditunda, ditangguhkan) sampai ada atau

terdapat bayan (penjelasan).


6.menangguhkan penjelasan dari waktu yang diperlukan tidak boleh.
7.Menangguhkan penjelasan dari waktu khitab (waktu berbicara) adalah boleh.

208 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 209


BAB X KAIDAH MURADIF DAN MUSYTARAK

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.10. Menghayati kebenaran produk ijtihad
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
muradif dan musytarak
agama yang dianutnya

2. (SIKAP SOSIAL) 2.10. Mengamalkan sikap tanggung jawab


dan patuh sebagai implementasi dari
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
pemahaman tentang kaidah muradif dan
santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
musytarak
toleran, damai), bertanggungjawab,
responsif, dan pro aktif, dalam berinteraksi

BLIK
J IU
secara efektif s esuai
de nga n

P U
perke mban gan anak di

lingkungan, keluarga, sekolah,


masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional

210 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. (PENGETAHUAN) 3.10. Memahami ketentuan kaidah muradif
dan musytarak
Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan factual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik sesuai

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 211


dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

4. (KETERAMPILAN) 4.10. Menyajikan contoh hasil analisis dari


kaidah muradif dan musytarak dikaitkan
Menunjukkan keterampilan menalar,
dengan kehidupan sehari-hari
mengolah, dan menyaji secara: efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah dan bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

UJI PUBLIK
TUJUAN PEMBELAJARAN

Peserta didik mampumenjelaskan deskripsi (gambaran umum) muradif dan musytarak,


pengertian, dasar hukum, contoh dalam kehidupan serta hikmahnya.

212 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


PETA KONSEP

U JI PU B
Allah S wt seba gai Tuhan yan g selalu tahu

L I K tentan g k epentingan makhluknya tentu akan menyapa makhluk-


makhlukn ya sesuai dengan taraf dan kemampuan -Nya,
tidak mungkin tuhan menyapa makhluk dengan firman-Nya yang tidak dapat difahami
oleh makhluk-Nya, tuhan mustahil berbuat atau berkata dengan sia-sia, sebagai mana
Allah berkata dengan kata-kata mustarak (satu kata yang mempunyai dua kata atau
lebih ) tentu memiliki maksud dan tujuan tertentu yang memerlukan pemikiran
makhluk untuk mengetahui maksud tuhan tersebut.

Didalam ushul fiqih istilah mustarak sudah tidak asing lagi, banyak dikalangan
ulama yang berbeda dalam mengistinbat hokum disebabkan karena berbeda dalam
menyikapi atau elon terhadap salah satu dari makna yang terkandung dalam lafad
mustarak, karena lafad mustarak terkadang memiliki dua arti yang saling
berseberangan sehingga tidak mungkin yang dimaksud dari mutakalim itu kedua arti
yang berada dalam lafad itu.

Lafad mustarak penting untuk diketahui dan diteliti untuk mengetahui sejauh

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 213


mana lafad ini memberikan pengaruh terhadap terbentuknya sebuah hukum, sehingga

214 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


kita dapat mengetahui hokum dengan melihat fakta yang ada dalam sebuah dalil yang
digunakan rujukan oleh mujtahid untuk berijtihad.

Pengembangkan produk hokum adalah sebuah keniscayaan , karena hukum


selalu berubah dari waktu-kewaktu, bisa jadi hokum yang telah digali oleh para
mujtahid terdahulu sudah tidak relevan lagi dengan situasi dan kondisi saat ini,
sehingga perlu reaktualisasi produk-produk hokum tersebut menuju pada terbentuknya
hukum yang lebih mashlahat bagi kepentingan masyarakat, salah satunya adalah
mengetahui lafad mustarak. Disamping lafad mustarak memiliki banyak arti dan bisa
jadi bertentangan tentu akan lebih bijaksana bila lafad Itu disesuaikan dengan konteks
yang melatarbelakangi turunya lafad tersebut.

Oleh sebab itu penting mengkaji pengertian muradif dan musytarak, agar
diperoleh gambaran yang jelas tentang keduanya, sehingga tidak terjadi salah
pemahaman dengan lafad-lafad yang lain sedikit mirip dengan mustarak misalnya
dengan lafad mujmal, mutlak, majas dan lain sebagainya sebagainya, dari pengertian

UJI PUBLIK
ini kemudian akan dijelaskan tentang perbedaan yang cukup krusial antara mustarak
dengan lafad-lafad yang tersebut diatas.

Setelah mengtahui gambaran tentang mustarak kemudian dilanjutkan dengan


pembagian mustarak yang dapat dijumpai contoh-contohnya dalam al-Qur’an maupun
al-Hadis maupun qaulu al-shahaby yang terkait dengan masalah mustarak.

Pembahasan terakhir adalah tentang penerapan lafad mustarak dan


pertentangan para ulama dalam penggunaan dan penentuan makna lafad mustarak
ketika terjadi kontra diksi.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 215


A. Pengertian muradif
Definisi muradif adalah kalimat yang teksnya (lafadz) banyak, sedangkan artinya sama
(sinonim). Seperti lafadz al asad dan al-laits artinya singa, atau ayah, bapak, father artinya
orang tua laki-laki.
B. Pengertian musytarak
Dari beberapa definisi mustarak di atas dapat diperoleh beberapa kriteria
mustarak yaitu :

1. Memiliki makna lebih dari satu

2. Kedua atau lebih makna yang ada adalah makna hakiki

3. Diantara makna-makna tersebut Mempunyai kedudukan yang sama

U J I P U B L
4. Memiliki ma kna ya ng b erbeda atau pun ma kna yan g

bert
IK ent angan
5. Makna tersebut merupakan peletakan pertama maupun karena kebanyakan
penggunaannya

Redaksi muradif dan musytarak

A. Redaksi muradif

Dalam mengetahui bentuk-bentuk lafadh muradif dan musytarak, hal utama yang
harus diperhatikan adalah siyaqul kalamnya. Oleh karena itu kami akan memberikan contoh-
contoh berikut:

Dalam al-Qur’an seorang pembaca akan sering menjumpai lafadh-lafadh muradif


seperti berikut :

216 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


1. Al-khauf dan khasyah artinya (Takut). Kedua kata ini memiliki arti yang sama akan tetapi
jelas sudah menjadi rahasia umum jika kata Al-khasyah adalah lebih tinggi atau lebih kuat
makna ketakutannya daripada kata Al-khauf. Seperti contoh berikut :

‫سو ء حساب‬
َ ‫وا ذ ن صلُو أ َم َر ُ ِ أ ْن يُ و و ْو ْ و‬
‫ال‬ ‫ي َن ا ما ه َصل َ َْي َن م‬ َِّ
‫ش ذ يافُو َن‬ ‫ب‬ ‫لي‬
‫َُّب‬ ‫ل‬
‫ر‬ ‫ل‬

“dan orangg-orang yang menghuungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya


dihubungkan dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut terhadap hisab yang buruk.”

Dalam ayat ini memberitahukan bahwa sesungguhnya al-khasyhah dikhususkan hanya untuk
Allah SWT.sebab lafadh al-khasyah itu berfaedah memuliakan. Sedangkan lafadh al-khouf
berfaedah melemahkan atau dha’if.

2. Asy-syukh dan al-bukhl artinya Pelit atau kikir. Al-Askary juga membedakan al-bukhl
dengan kata adl-dlann. Dengan adl-dlann yang berarti kecelaannya atau aibnya, namun al-
bukhl karena keadaannya. Seperti contoh berikut :
‫ني‬ ‫ب بضِن‬
PUBLI K ‫و َما ه َو َع ََل‬
‫الْ َغ ْي‬
UJI
“Dan dia (Muhammad) bukanlah orang yang bakhil untuk menerangkan yang ghaib.”

Di sini tidak disebutkan dengan lafadh al-bukhl. Di lain waktu juka dikatakan ad-dhanin bi
ilmihi.

2. Hasad dan al-hiqdu (dengki). Seperti pada contoh berikut :

َ‫لل ُ لَ تَ ذ ِ ب ُعو َن‬ ‫ا ْن ُي َب َم ا َلك‬ ‫َ ِري‬ ‫ََل ا مغَ ل َتأ ُذو َها ُْك ذ ِ ب‬
‫ق ْن‬ ‫دلُو‬rِ ‫َن ُدو‬ ‫خ ذ ْع‬ ‫ا‬
‫َِّ ل‬ ‫نَ ت َن‬ ‫ُرو‬ ‫َِن‬
Ushul Fikih Kelas XI MA PK 217
‫ا َذا انْ َط َل ْق ُ ُْت‬ ‫َن ُفو خلذ‬ ْ‫ ُم ال‬.‫َي ُقو ُل س‬
‫ َي ُقو ُلو ْ س ُدون َكن َل َي ْف ا ذَل قَ ِلي ًل‬.‫ك َذ ِل ُ ُْك قَال ا ُ قَ ْب ف س‬
‫َن َب ل َت َنا َب ل وا َقُهو َن‬ ‫من ل‬

‫ل‬
‫ل‬
“Orang-orang badwi yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat untuk
mengambil barang rampasan: “biarkanlah kami, niscaya kami mengikutimu” mereka
hendak merubah janji Allah. Katakanlah: “Kamu sekali-kali tidak boleh mengikuti kami;
demikian Allah telah menetapkan sebelumnya. Mereka mengatakan: “sebenarnya kamu
dengki kepada kami. Bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.”

218 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


4. As-sabil dan at-thariq (jalan). Seperti pada contoh berikut :

‫ َت ِب ل جرِمي‬.‫وِ ل س‬ ‫و َك ذ ِ َِل ْلآ‬


‫ت ِبي ي الْ ُم‬ ‫نُ َف ِص ََيت ل‬
‫س‬ ‫ا‬
“Dan demikianlah kami terangkan ayat-ayat al-Qur’an supaya jelas jalan orang-orang
yang saleh, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.”

B. Redaksi musytarak

Beberapa faktor yang menyebabkan lafadz itu menjadi musytarak antara lain:
1. Terjadinya perbedaan kabilah-kabilah arab di dalam menggunakan suatu kata untuk
menunjukkan terhadap satu makna. Seperti perbedaan dalam pemakaian kata ˚‫ د‬, dalam
satu kabilah kata ini digunakan untuk makna hasta seluruhnya, sedang kabilah yang lain
untuk arti telapak tangan sampai siku, dan kabilah yang lainnya lagi mengartikannya
hanya untuk telapak tangan saja.
2. Terjadinya makna yang berkisaran / keragu-raguan antara makna hakiki dan majazi.
lafadz ‫َّ ي َرة‬
, yang semula dipakai untuk arti kafilah yang mengadakan perjalanan,

UJI PUBLIK
‫ س‬Seperti
kemudian juga digunakan untuk arti bintang-bintang yang beredar mengelilingi matahari,
dan terakhir lafadz itu diartikan sebagai mobil.
3. Terjadinya makna yang berkisaran / keragu-raguan antara makna hakiki dan makna
istilah syar’i. Seperti lafadz ‫ ة َالص‬, yang dalam bahasa bermakna do’a, kemudian dalam
istilah syar’i digunakan untuk menunjukkan makna ibadah tertentu yang kita kenal selama
ini.

Lafad mustarak yang masih belum bisa ditentukan makna yang di kehendaki oleh
mutakalim (orang yang berbicara) harus ditangguhkan dalam artian harus
ditetapkan makna yang dikehendaki dengan merenungkan makana yang sesuai atau
yang dikehendaki dengan melihat dan mempertimbangkan factor-faktor dan
argument yang menguatkan terhadap makna yang dikehendaki, terlebih bila
mustarak ini adalah firman Allah atau undang-undang yang berkaitan dengan
kemaslahatan umat manusia, karena pada dasarnya mutakalim (orang yang
berbicara) pastilah ada yang dimaksudkan dari pembicaraan tersebut.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 219


Untuk mengetahui bahwa lafad mustarak itu ada atau tidak dalam pembicaraan baik
dalam kalam Allah atau perkataan keseharian manusia perlu diulas perbedaan
ulama dalam menyikapi hal ini diantranya adalah :

Para pakar berbeda pendapat dalam menentukan apakah lafad mustarak itu dapat
terwujud atau tidak ? setidaknya ada tiga golongan diantaranya adalah :

1. Berpendapat bahwa lafad mustarak pasti terjadi (wajibu al-wujud) pada bahasa
arab.
2. Menolak adanya lafad mustarak dalam bahasa arab
3. Boleh jadi (jaizu al-wujud) lafad mustarak terjadi dalam bahasa arab
Ulama’ yang yang memastikan adanya lafad mustarak dalam bahasa arab
mengemukakan argument baik akli maupun naqli diantaranya adalah :
- Kata-kata itu terbatas sedangkan makna itu tidak terbatas, oleh sebab
itulah bila yang terbatas diterapkan pada yang tidak terbatas tentulah harus ada
lafad mustarak (satu kata berbagai arti) dan tidak dapat dipungkiri bahwa makna

- UJI PUBLIK
memang tidak terbatas, semua sepakat akan hal ini.

Penggunaan kata yang umum riel digunakan dalam percakapan sehari-


hari, hal ini dapat dijumpai pada banyak kata diantaranya adalah kata ‘ada’
(maujud) atau kata ‘sesuatu’ (syai), kata ‘ada’ itu untuk menunjukkan satu benda
padahal wujud sesuatu itu berbeda dengan wujud sesuatu yang lain namun dalam
penggunaan kata ‘ada’ acap kali dimutlakkan dengan maksud mustarak.

Yang menolak adanya musytarak dalam penggunaanya berargumen :

- Bahwa ketika seseorang berbicara dengan lafad musytarak maka niscaya


tidak dapat difahami secara sempurna, dan hal ini akan muncul persepsi negative
(menimbulkan kerusakan)

Sedangkan ulama yang berpendapat bahwa musytarak itu boleh jadi terjadi
menggunakan argumentasi :
- Makna sebuah kaata itu tergantung orang yang mengucapkannya,
terkadang seseorang mengucapkan sesuatu secara jelas, namun terkadang juga
mengucapkan sesuatu dengan maksud secara umum (tidak terperinci), sebagai
mana ketika diucapkan secara terperinci akan menyebabkan kerusakan sebagai

220 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


mana ucapan Abu Bakar ketika hijrah kemadinah ditanya oleh oran g kafir “ ( ‫من‬
‫ )هو‬siapa dia ? Abu Bakar menjawab”( ‫ )السبيل يهدني رجل هو‬dia adalah penunjuk
jalanku” dari jawaban ini adalah dikehendaki mustarak yaitu antara arti penunjuk
jalan dan Nabi yang menunjukkan jalan.
Namun dalam kenyataannya penggunaan lafad musytarak lebih dari satu arti
diperdebatkan oleh segolongan ulama diantra yang membolehkan musytarak
digunakan lebih dari satu arti adalah imam syafi’I, al-qodi Abu Bakar, Abu Ali Al-
Jiba’I, qadi abdul jabbar bin ahmad, qadi ja’far, syeh Hasan dan jumhur ulama dan
imam-imam ahli bait, dan yang menolak adanya mustarak yang menggunakan lebih
dari satu arti adalah Abu Hasyim, Abu Hasan al-Bashri, dan al-Karkhi .

Kaidah muradif dan musytarak serta contoh

UJI PUBLIK
A. Kaidah muradif

Kaidah yang berkaitan dengan muradif, jumhur ulama’ menyatakan bahwa


mendudukkan dua mmiradif pada tempat yang lain diperbolehkan selama hal itu tidak
dicegah oleh syari’. Kaidahnya adalah sebagai beikut :

‫ايقاع املرتادفي ىف ماكن االخر جيوز اذا مل يقم عليه مانع رشعى‬
“mendudukkan dua muradif pada tempat yang sama diperbolehkan jika tidak ada
mani’ syar’iy.”
Al-Quran adalah mukjizat baik dari sudut lafadh maupun artinya.Oleh karena itu tidak
diperbolehkan mengubahnya. Bagi Malikiyah mengatakan bahwa takbir dalam shalat tidak
diperbolehkan kecuali “Allahu Akbar”, sedang Syafi’iyah hanya memperbolehkan “Allahu
Akbar” atau “Allahul Akbar” sedangkan Hanafiyah memperbolehkan semua lafadh yang
semisal dengannya, seperti “Allahul A’dhom”, “Allahul Ajal” dan sebagainya.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 221


B. Kaidah musytarak

Adapun bentuk-bentuk lafadz musytarak itu adakalanya berupa ism (kata benda),
seperti lafadz al-nikah dalam QS. Al-Ahzab: 49 digunakan untuk makna al-‘aqd (akad).
Sebagaimana Allah berfirman:

‫َّن‬ ‫طل م ْن َق ْب ِل سو َّن ْ علَ ْي ْ „ة تَ| ْعتَ|دُّونَ َها َف‬ ‫ُث‬ ‫ا أَ| ُّي َها ا َّل ِذي َن آ َمنُوا ذَا َكحتُ ُم ا ْل ُم‬
َّ‫َم ِتّ|عُو عد‬ ‫َف َما م ِه َّن ن‬ ‫أَ| ْن تَ| َم‬ ‫ّ ْقتُ ُموه‬ ‫ْؤ ِمنَا‬
ُ ‫َّن‬ ‫ّم‬
‫م‬ ‫ك‬ ‫ت‬
|˝‫را ج ِمُيل‬ ُ‫وس ِّر حوه‬
َ
‫حا‬ ‫َّن‬
‫س‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan
yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka
sekali-kali tidak wajib atas mereka idah bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya, Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu
dengan cara yang sebaik-baiknya.”

Di sisi lain lafadz al-nikah juga digunakan untuk makna al-wath’u

UJI PUBLIK
(bersenggama), seperti dalam QS. Al-baqarah: 230.
ُ َ ‫حتَ|ّى َت| ْن ز غ ْي‬
‫ِإ ْن طل| ُ ل َت| ِح ْن َب‬
‫ره‬
‫ُّل لَه ْعدُ م‬
‫ِكح ْوجا‬
َ‫ّق‬
‫َها‬
“Kemudian jika si suami menlalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan
itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain.”

Dan terkadang lafadz musytarak juga dapat berupa fi’il (kata kerja), seperti
lafadz ‘as’as yang terdapat pada QS. Al-Takwir:17.

‫واللَّ ْي ِل َذا عس َعس‬

“Demi malam apabila telah hampir meninggalkan


gelapnya.”

Lafadz ‘as‘as yang terdapat pada ayat di atas dapat di gunakan untuk makna
menjelang (al-iqbal) dan dapat pula dipakai untuk makna meninggalkan (al-idbar).

222 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Demikian juga musytarak dapat berupa huruf, seperti huruf min (dari) yang
dapat dimaksudkan untuk makna tujuan awal (li ibtida’ al-ghayah), seperti dalam QS.
Al-Isyra’:1.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 223


‫َو‬ ‫صى ال ا َر ح لُن ر م ْن آ نَ|ّه‬ ‫حا َن ال َ َع ْب ِد ِه ا ْل َم ِد ا َ َلى ا ِد األ‬ ‫س ْب‬
ِ
‫َياتِ| نَ ا‬ |‫ْكنَا ْولَه| َيه‬ ‫ِذي‬ ‫ْل را ْل َم ْق س‬ ‫لَ ْيُل من‬ ‫ِذي أ رى‬
‫ِج‬ ‫ِم‬ ‫س‬ ‫س‬
‫ح‬ ‫ج‬ ِ
‫الس ِمي ُع ا ْل َب صي ُر‬

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
masjidil Haram ke masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekililingnyaagar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Lafadz min juga dapat berarti menunjukkan sebagian (li al-tab’idh),
seperti dalam QS. Ali-Imran: 92.

‫ع ِلي ˚م‬
‫ِب‬ ِ‫حتَ|ّى تُ ْن م َّما تُ ِح و َما تُ ْن ْ „ء إ‬ ‫ْن تَ| نَ الُوا ا ْلبِ َّر‬
‫ِه‬ ‫ِفقُوا ن شي َّن‬ ‫ُّبو َن‬ ‫ِفقُوا‬
‫َلال‬
‫م‬

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepadakebajikan (yang sempurna), sebelum kamu


menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

Lafadz min juga dapat digunakan untuk menunjukkan makna sebab (li al-
sababiyah), dalam QS. Nuh: 25.

PU ‫صا ˝را‬
‫جدُوا لَ ُه ْم‬
I ‫ِخلُوا َنا ˝را‬
‫م خطيئَ|ا ِت ِه غ‬
‫ْم أ ِرقُوا‬

UJI
‫ّما‬

‫ِم ْن دُو‬
L K ‫ف َل‬ َ

“Disebabkan kesalahan-kesalahan
‫َّل ِال أَ| ْن‬
mereka,
dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi
B ‫ِن‬
mereka
‫ْم أُد‬
ditenggelamkan lalu

mereka selain dari Allah.”

Perenungan

Hikmah dari kaidahmuradif dan musytarak, antara lain:

224 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Dalam Al-Qur’an contoh lafadz musytarak terdapat dalam QS. Al-Baqarah:
222
‫ط ُه ِإَذا تَ ط َّه ْر َن َفأْ|تُوُه َّن‬ |َ‫حت‬ ‫ض ول تَ| ْق‬ ‫ُق ْل ُه َو اعتَ| ِزلُوا ال سا ي ا ْل َم‬ ‫عن ا ْل‬ ‫سأَ|لُون‬ ‫و َي‬
‫ْر‬ ‫ى‬ ‫َربُوهُ َّن‬ ‫ِحي‬ ‫ِن َ ء‬ ‫أَذ˝ى ض‬ ‫َم ِحي‬ ‫ك‬
‫َن‬
‫م ْن ح َر لُا َ ُي ِح ب التَ|ّ َّوا ويُ ب ا ط ِّ|ه ِري َن‬
‫ِبي َن ِح ْل ُمت‬ ‫َلال‬ ّ ‫ي ُك ُ م‬
‫ن‬ ‫ث أ‬
‫َم‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran".
Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci,

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 225


maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang
yang menyucikan diri.”

Lafadz ‫ض‬
ِ‫ حي َم ْل ا‬dapat diartikan masa/waktu haidh (zaman), dan juga bisa berarti
tempat keluarnya darah haidh (makan). Namun dalam ayat tersebut menurut para
ulama ‫ض‬
ِ‫ حي َم ْل ا‬diartikan sebagai tempat keluarnya darah haidh. Karena adanya qarinah
haliyah bahwa orang-orang arab pada masa turunnya ayat tersebut tetap menggauli
istri-istrinya dalam waktu haidh. Sehingga yang dimaksud dengan lagadz
‫ ا ْل َم ِحي‬di
‫ض‬
atas bukanlah waktu haidh, akan tetapi larangan untuk istimta’ pada tempat keluarnya
darah haidh (qubul).

Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah:


228
‫وا ْل ُم طل َر ص أَ|ْنف س ِه َّن ثَ|ُلثَ|ةَ ق‬
‫ُرو ِء‬ ‫قَا َّب ت‬
‫ََيت َن‬
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru.”

UJI PUBLIK
Lafadz quru’ di atas berarti masa suci, dan juga bisa berarti dengan masa
haidh. Para ulama berbeda pendapat mengartikan lafadz quru’ tersebut. Imam Syafi’i
mengartikannya dengan masa suci, alasannnya karena ada indikasi tanda muannats
pada ‘adad (kata bilangan: tsalatsah) yang menurut kaidah bahasa arab ma’dudnya
harus mudzakkar, yaitu lafaẓ at-thuhr (suci).
Sedangkan Imam Abu Hanifah mengartikannya dengan masa haidh, karena
bahwa lafadz tsalatsah adalah lafaẓ yang khas yang secara ẓahir menunjukkan
sempurnanya masing-masing quru’ dan tidak ada pengurangan dan tambahan. Hal ini
hanya bisa terjadi jika quru’ diartikan haidh. Sebab jika lafadz quru’ diartikan suci,
maka hanya ada dua quru’ (tidak sampai tiga)

226 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK

Penugasan Belajar

Mandiri Gambar

(Mengamati)

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 227


Amatilah gambar di atas, dalam menghadapi era New Society 5.0 renungkan dan kaitkan
dengan sighat muradifdan musytarakyang anda pelajari! Buatlah narasi dari hasil renungan
anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
3..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................

UJI PUBLIK
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................

Ayo Menganalisis
sighat muradifdan musytarak

Dasar logika: belajar dari muradifdan musytarak. Jadilah pelopor dalam inovasi, master of civilization, agent o

228 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Penugasan Belajar Kelompok
Aktifitas Peserta Didik (Diskusi,
dst)
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.
NO KETERANGAN HASIL

1 Bagaimanakah perbedaan dari lafadz muradif dan


musytarak?Diskusikan dengan teman-teman kalian!

2 Bagaimanakah Ulama’ ushul merumuskan kaidah-


kaidah muradif?Diskusikan dengan teman- teman
kalian!

3 Bagaimana pengaruh dari kajian kebahasaan


muradif dan musytarak terhadap hukum Islam?
Diskusikan dengan teman-teman kalian!

IK
4

P UU JBI
Bagaiman a pema ham an
La fadz muradi f di

L
da lam Al-Qur’an yang

mempunyai banyak arti?


Diskusikan dengan teman-teman kalian!
5 Bagaimana Sighat (bentuk) musytarak selain,
sesuai dengan qarinahnya (korelasi yang
mempunyai banyak arti? Diskusikan dengan teman-
teman kalian!

6 Bagaimana metodologi Ulama’ ushul dalam


merumuskan kaidah-kaidah musytarak?
Diskusikan dengan teman-teman kalian!

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 229


7 Bagaimana Hikmah (perenungan) dari kaidahmuradif
dan musytarak? Diskusikan dengan teman-teman
kalian!

230 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Ayo Meneliti!

Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu! Selamat mencoba!

No wawancara

1 Adakah perbedaan antara muradif dan musytarak?Jelaskan!

2 Adakah perbedaan antara sighat muradif dan musytarak?Jelaskan!

3 Apakah semua lafadz muradif artinya sinonim? Jelaskan!

3 Apakah semua lafadz musytarak artinya antonim? Jelaskan!

UJI P U B L lafadz murad if dan m usytara k?

5 IK lafadz muradif dan musytarak?

Ayo Mencari Sumber Ilmu!

Penugasan Belajar Mandiri


1. Tulislah ayat al-Qur’an atau Hadis yang berkaitan dengan sighat muradifdan musytarak,
minimal 3 ayat/Hadis!
2. Buatlah kliping-kliping pendapat-pendapat ulama Indonesia tentang sighat muradifdan
musytarak dalam sebuah analisis kritis (kajian mendalam)!

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 231


Musytarak merupakan lafad yang terjadi di dalam percakapan sehari-
hari dan terjadi pula dalam firman-firman Allah, yang memiliki arti ganda
sejak lafad itu ada, dan digunakan oleh manusia.
Lafad ini ada yang berupa kata isim, fi’il maupun huruf, namun dalam
memberlakukannya ulama berbeda pendapat ada yang mewajibkan adanya,
ada yang menolak keberadaannya dan ada pula ulama yang berpendapat bisa
jadi terjadi dalam firman Allah atau dalam percakapan sehari-hari.
Pengetahuan tentang mustarak ini penting untuk kita kembangkan
sehingga akan berpengaruh terhadap cara kita berpikir, bersikap dan bertindak
dalam kehidupan sehari-hari.

UJI PUBLIK

232 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 233


BAB XI KAIDAH MUTLAQ DAN MUQAYYAD

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.11. Menghayati kebenaran produk ijtihad
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
mutlaq dan muqayyad
agama yang dianutnya

2. (SIKAP SOSIAL) 2.11. Mengamalkan sikap tanggung jawab


dan patuh sebagai implementasi dari
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
pemahaman tentang kaidah mutlaq dan
santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
muqayyad
toleran, damai), bertanggungjawab,
responsif, dan pro aktif, dalam berinteraksi

U J I BLIK
anak di lingkun gan, ke luarg a,
sek
P U olah, secara efektif sesuai

dengan perkembangan masyarakat dan


lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional
3. (PENGETAHUAN) 3.11. Memahami ketentuan kaidah mutlaq
dan muqayyad
Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan factual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik sesuai

234 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

4. (KETERAMPILAN) 4.11. Menyajikan contoh hasil analisis dari


kaidah mutlaq dan muqayyad dikaitkan
Menunjukkan keterampilan menalar,
dengan kehidupan sehari-hari
mengolah, dan menyaji secara: efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah dan bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

UJI PUBLIK TUJUAN PEMBELAJARAN

Peserta didik mampumenjelaskan deskripsi (gambaran umum) mutlaq dan muqayyad,


pengertian, dasar hukum, contoh dalam kehidupan serta hikmahnya.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 235


PETA KONSEP

UJI PUBLIK

Terma mutlak dan muqayyad dalam disiplin ilmu ushul fikih merupakan kepanjangan
pembahasan dari penjabaran para ulama akan kondisi sebuah tata bahasa yang mempunyai
porsi penting dalam perumusan sebuah hukum. Hal ini cukup beralasan sekali, sebab bila kita
menelisik lebih dalam kondisi fisik dari redaksi sumber hukum utama yang notabene syarat
dengan bahasa Arab, dalam hal ini al-Quran dan hadits, akan dapat dijumpai adanya diksi
(persinggungan) kata yang bercorak ambigu(samar), disamping juga tata bahasa yang
cenderung bernuansa global (abstrak/umum).

236 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Kondisi tersebut kiranya tidaklah mengherankan, terlepas dari kemukjizatan al-Quran
maupun hadits, paling tidak ada dua alasan untuk itu, (1) ketika teks-teks (lafadz-lafadz)
hukum tersebut diproduksi, permasalahan umat Islam belum begitu kompleks (banyak),
sehingga wajar sekali kalau teks-teks hukum masih disajikan dalam kondisi ‘natural’ belum
ada tafsiran sama sekali. Tesis ini beralaskan bahwa setiap teks yang terbentuk merupakan
bentuk respon terhadap realitas yang ada. (2) Daya pandang al-Quran dan Hadits melesat
begitu jauh kedepan yang dapat diduga sebagai sebuah upaya prediksi akan terjadinya
kompleksitas permasalahan yang kelak dihadapi umat Islam, sehingga paling tidak grand
goalnya adalah eksistensi, atau dapat dibahasakan ‫(ومكان زمان لكل صالح‬selalu relevan dengan
lintas generasi, ruang dan waktu).

Berangkat dari pertimbangan sebagaimana terurai diatas lah, perlu untuk mengkaji
lebih mendalam perihal konstelasi operasional terma mutlaq dan muqayyad. Paling tidak ada
dua alasan yang dapat diajukan, (1) sebagai pisau analisis dalam merespon permasalahan
kontemporer dalam kisaran positif dan negatif sebuah nilai, sebab al-Quran merupakan spirit
(semangat) atas solusi pelbagai problematika umat. (2) sebagai konduktor (alat untuk

UJI PUBLIK
menggerakkan) yang mampu menghubungkan antara nilai-nilai yang terkandung dalam al-
Quran dengan nilai-nilai fitri yang merupakan software manusia dan arahnya nanti menuju
upaya penggalian lebih mendalam nilai-nilai tentang apa yang disebut beyond of phenomena.

Oleh karena itu, sebagai langkah efisiensi mengingat ruang pembahasan yang sangat
limited, kiranya pembahasan terma mutlaq dan muqayyad dapat diorientasikan pada
pengayaan informasi secara lintas madzhab. Di samping itu, menyajikan secara cerdas dalam
bentuk pengaktualisasian sajian yakni, aplikasi dari kedua terma tersebut dalam konteks
problematika kekinian, juga, menampilkan area abu-abu dari doktrin yang telah ada sebagai
langkah penelisikan lebih mendalam.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 237


Dalam disiplin ilmu ushul fikih, terma mutlak dan muqayyad dapat didefinisikan
menurut dua tinjauan yakni, pertama,ditinjau dari bahasa berasal dari kata ‫ طلق‬yang
mempunyai arti ‘lepas’ semisal lepas dari jerat. Kedua, ditinjau dari istilah dalam disiplin
ushul fikih ada beberapa definisi dari para pakar ushul fikih, antara lain: Ibnu Qudamah
menjelaskan sebagai kata yang mempunyai cakupan makna yang tidak spesifik kepada
individu dari satuan jenis obyek kata tersebut. Muhammad Khudhori mendefinisikan sebagai
kata yang menunjuk pada satu dari kesatuan tanpa adanya batasan yang jelas secara eksplisit.
Syalabi menguraikan sebagai kata yang menunjuk pada sebagian daripada satuan jenis obyek
kata tersebut. Mudzoffar mengatakan dengan ringkas bahwa mutlak adalah kata yang
menunjuk pada arti yang familiar dari satuan jenis obyek kata tersebut.

Dari uraian definisi yang terurai diatas intinya mempunyai pemahaman yang sama,

UJI PUBLIK
hanya berbeda dalam olah bahasa saja, sehingga dapat disimpulkan secara generis, bahwa
mutlak merupakan kata yang mempunyai cakupan makna secara menyeluruh pada tiap-tiap
individu yang termasuk dalam satuan jenis obyek kata tersebut, yang prakteknya tidak dalam
satu tempo melainkan dalam tempo yang berjenjang. Contoh: Bimbinglah siswa MAPK!.
Kata siswa MAPK dalam contoh tersebut berlaku mutlak, dalam arti setiap siswa yang
tergabung dalam MAPK tersebut berhak mendapat bimbingan, dengan tanpa adanya
penunjukkan secara eksplisit-tekstual terhadap siswa tersebut dan dalam tempo yang
berjenjang.

Adapun definisi muqayyad, dapat dipahami dari kebalikan definisi mutlak


sebagaimana terurai diatas. Contoh dari muqayyad misalnya: bimbinglah siswa MAPK yang
dari Semarang!. Dari contoh tersebut bisa kita pahami bahwa kata Semarang mempunyai
fungsi untuk membatasi kemutlakan daripada kata siswa MAPK. Meskipun demikian perlu
dicermati, bahwa kata Semarang tersebut tetap bisa menjadi mutlak bila dibenturkan dengan
variabel yang lain yang menjadi subordinatnya.

238 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Redaksi mutlaq dan muqayyad

Pembahasan mutlak dan muqayyad termasuk dalam pembahasan kata dipandang dari
segi keluasan dan tidaknya cakupan artinya. Secara spesifik ada beberapa karakteristik yang
dapat dipahami. Dilihat dari materi katanya Amidi menyebutkan bahwa kata yang mutlak
mengambil bentuk isim nakirah (indefinite article) dalam konteks kalimat aktif, sedangkan
muqayyad ada dua hal yang dapat diperhatikan, yakni (1)kata yang menunjuk pada obyek
yang tertentu misalnya Boy, Sahal, lelaki itu. (2) kata yang menunjuk pada arti secara mutlak
tetapi dengan adanya variabel pembatas misalnya siswa MAPK.

Kemudian, pembahasan berlanjut pada beberapa kemungkinan sketsa kata mutlak


ketika dalam rangkaian kalimat. Dr. Abdul Karim menyebutkan sebagai berikut :

1. Dalam sketsa kalimat perintah, contoh : ‫ أقتل‬،‫نجسا إرم حية‬


2. Dalam sketsa kalimat perintah bentuk masdar, contoh : ‫رقبة فتحرير‬

UJI PUBLIK
3. Dalam sketsa kalimat berita masa mendatang, contoh : ‫بولي إل نكاح ل‬

Adapun kalau dilihat pada status dari mutlak dan muqayyad, Musthofa Syalabi
menggolongkannya kedalam bahasan kata khusus (‫ ) خاص‬dikarenakan keduanya memiliki
cakupan arti yang terfokus dan terealisasikan pada satu obyek dari satuan jenis obyek kata
tersebut, sehingga daya cakupnya tidaklah bersifat umum tanpa adanya tentatifitas, sebab
kata yang mutlak kandungan keumumannya mengandung tentatifitas. Dan karakteristik
tersebutlah yang membedakannya dengan ‘Am, dimana kata yang umum mempunyai cakupan
arti yang luas dengan tanpa memandang tentatifitas. Lebih jelasnya dapat kita lihat
aplikasinya pada contoh:

Semua siswa MAPK wajib bisa aktif berbahasa Arab dan Inggris.

Uraian : Dari contoh tersebut dapat dipahami bahwa kata ‘semua siswa MAPK’
berlaku umum mencakup semua siwa yang terdaftar dalam MAPK dengan tanpa tentatif
terkena hukum wajib aktif berbahasa Arab dan Inggris, sedangkan kata ‘aktif berbahasa Arab
dan Inggris’ berlaku mutlak, dalam arti semua tema yang masuk dalam kategori aktif
berbahasa Arab dan Inggris dan berlaku secara tentatif.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 239


Selanjutnya, status hukum daripada mutlak dapat dijelaskan bahwa bila dalam sebuah
teks hukum baik berupa al-Qur’an, hadits dan Ijma’ terdapat redaksi yang berlaku mutlak,
dan tidak terdapat variabel lain yang membatasinya maka pemberlakuan hukum yang
terkandung dalam teks tersebut dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Berikut ini beberapa
contoh :

.1 ‫ ومن كان مريضا أو على سفر فعدة من أيام أخر‬.Baqarah Al (Q.S : )184
Uraian: kata ‫ أي| | |ام‬dalam redaksi ayat diatas berlaku mutlak, sehingga
pemberlakuan hukum mengqadha’ puasa dilain hari dijalankan sebagaimana mestinya dalam
arti berlaku pada hari-hari yang lain baik berurutan maupun tidak.

.2 ‫و|الذين يتوفون منكم ويذرون أزواجا يتربصن بأنفسهن أربعة أشهر وع|شرا‬.Baqarah Al (Q.S : )234
Uraian: kata ‫ أزواجا‬dalam ayat tersebut berlaku mutlak bagi istri baik dalam kondisi
sudah digauli suami atau belum, untuk diharuskan menjalani masa ‘iddah karena ditinggal
mati oleh sang suami.

Adapun status hukum kata muqayyad dapat dijelaskan dengan ketentuan bahwa
selama variable pembatas tersebut belum ada variable lain yang kontradiktif maka

UJI PUBLIK
pemberlakuan hukum yang terkandung dalam kata muqayyad tersebut adalah sebagaimana
mestinya. Berikut beberapa contoh yang dapat dirincikan:

.1 ‫و|من قتل مؤمنا خطأ فتحرير رقبة مؤمنة‬.Baqarah Al (Q.S : )92

Uraian: kata ‫ مؤمن | | |ة‬dalam ayat tersebut merupakan variable pembatas atas
kemutlakan kata ‫رقب|ة‬, sehingga pemberlakuan hukum kafarat yang dapat diabsahkan adalah
bahwa budak tersebut harus beriman

.2 ‫ف|من لم يجد فصيام شهرين م تابعين من قبل أن يتماسا‬.Mujadalah Al (Q.S : )4

Uraian: kata ‫ م تابعين‬dalam ayat tersebut berfungsi sebagai variable pembatas dari
kemutlakan kata ‫ شهرين‬, sehingga pemberlakuan puasa bagi orang yang membatalkan puasa
karena bersenggama dengan istri adalah dua bulan berturut-turut.

240 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Kaidah mutlaq dan muqayyad serta contoh

Munculnya terma mutlak dan muqayyad tidak lepas dari permasalahan adanya
hubungan interteks hukum yang kontradiktif, sehingga untuk menyikapinya perlu dilakukan
langkah substitusi. Dalam pembahasan ini, penting penulis ungkap polemik para pakar dalam
menyikapi kasus kekontradiksian interteks yang mutlak dengan yang muqayyad. Berikut ini
rincian pendapat yang dapat penulis paparkan menjadi dua macam :

1. Sebagian pakar mensubstitusikan hukum yang terkandung dalam teks yang mutlak
ke dalam teks yang muqayyad, kemudian menjadikannya prototype untuk
diaplikasikan pada semua redaksi ayat dalam satu genre.
Argumentasi yang dipegang adalah bahwa teks-teks hukum pada hakekatnya
adalah satu kesatuan, dalam artian jika ada kasus pembatasan ayat tertentu maka

UJI PUBLIK
dapat diberlakukan juga pada redaksi ayat yang lain yang dalam satu genre.
2. Sebagian pakar yang lain memperketat prosedur, dengan tidak mensubstitusikan
teks yang mutlak ke dalam teks yang muqayyad, dengan catatan tidak ada faktor
tertentu yang mengharuskan untuk membatasi teks mutlak tersebut.
Argumentasi yang dipegang adalah (1) upaya pembatasan teks yang mutlak
merupakan ilegal, (2) substitusi tersebut sama artinya dengan penyamaan sejarah
turunnya teks tersebut, sehingga sangat tidak rasional sekali bila terjadi ada teks
yang turun terakhir dibatasi oleh teks yang turun lebih dahulu.

Berangkat dari polemik diatas, bahwa prosedur substitusi merupakan sebuah


keniscayaan, mengingat terjadinya kontradiksi interteks sudah pasti, sehingga barangkali
pendapat yang kedua sebagaimana uraian diatas perlu ditinjau ulang, sebab argumen yang
dipakai sangatlah dangkal.

Selanjutnya, parameter apa yang dapat dijadikan acuan untuk proses substitusi
tersebut ketika terjadi kontradiksi?. Dalam hal ini ada dua pendapat yang mengemuka, yaitu:

1. Golongan imam Syafii berpendapat bahwa substitusi dapat dilakukan jika teks
yang kontradiktif mempunyai konten hukum yang sama

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 241


2. Golongan imam Hanafi berpandangan bahwa substitusi berlaku jika teks yang
kontradiksi mempunyai konten dan motif hukum yang sama

Dari paparan dua pendapat diatas, Syalabi menyimpulkan ada lima varian kasus
kontradiksi yang mungkin terjadi terkait dengan parameter yang dapat dijadikan acuan untuk
proses substitusi tersebut :

1. Kontradiksi antara hukum dan motif hukum


pertama Ayat : Contoh : ‫و|السارق والسارقة فاقطعوا أيديهما‬.Maidah Al (Q.S : )38
kedua Ayat : ‫وأيديكم إلى المرافق‬.Maidah Al (Q.S : )6
Uraian : pada ayat pertama hukum yang ditetapkan adalah potong dan motifnya
adalah pencurian, sedangkan ayat yang kedua hukum yang ditetapkan
adalah kewajiban membasuh dan motifnya adalah prasyarat sholat.
Status hukumnya : Ulama sepakat tidak diperkenankan proses substitusi ayat
pertama kedalam ayat kedua.
2. Integrasi antara hukum dan motif hukum
pertama Ayat : Contoh : ‫حرمت عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير‬.Maidah Al (Q.S : 3

UJI PUBLIK
kedua: Ayat ‫ إل أن يك|ون ميت| |ة أو دما مس|فوحا‬... ‫ق| |ل ل أجد| فيما أوحي إلي محرما‬.Q.S( An‘am Al :
)145
Uraian : kedua ayat tersebut diatas terdapat hukum dan motif yang integral,
hukum yang terkandung adalah haram, sedangkan motifnya adalah
adanya kandungan zat yang berbahaya.
Status hukumnya: Ulama sepakat untuk mensubsitusikan ayat pertama kedalam
ayat kedua, sehingga menghasilkan hukum bahwa darah yang haram
dikonsumsi adalah darah cair sebagaimana yang terkandung dalam ayat
kedua, dan darah yang tidak cair maka tidak haram.
3. Integrasi antara hukum dan motifnya, sedangkan kandungan mutlak dan
muqayyad hanya pada motifnya
pertama hadits : Contoh : ‫ عن كل حر وعبد صغيرا أو كبيرا‬... ‫أدو|ا صاعا من بر‬
kedua Hadits : ‫أدو|ا عن كل حر وعبد من المسلمين‬
Uraian : kedua hadits diatas mengandung hukum dan motif yang integral, yakni,
hukum kewajiban mengeluarkan zakat fitrah, dengan motif tanggung
jawab nafkah. Adapun letak kemutlakan adalah pada motif status
tanggung jawab nafkah yang diterangkan pada hadits pertama mencakup

242 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


baik budak muslim maupun non muslim, yang kemudian dibatasi oleh
motif pada hadits kedua dengan variable muslim.
Status hukum : Dalam hal ini ada perbedaan pendapat yang dapat penulis rinci
sebagai berikut :
1. Ulama madzhab Hanafi berpendapat tidak adanya proses substitusi,
melainkan hukum yang terkandung dalam masing-masing hadits
tersebut diatas diberlakukan sebagaimana mestinya. Sehingga
kesimpulan yang dapat diambil adalah tetapnya kewajiban
mengeluarkan zakat fitrah bagi orang yang mempunyai budak non
muslim.
2. Ulama madzhab Syafii berpendapat perlu adanya proses substitusi
antar kedua hadits tersebut, dikarenakan terjadinya kontradiksi antar
kedua hadits tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa wajibnya
mengeluarkan zakat dari budak adalah hanya budak muslim.

4. Kontradiksi pada motif hukum, tidak pada status hukum

UJI PUBLIK
: )pertama Ayat : Contoh 3 : ‫فتحرير رقبة من قبل أن يتماسا‬...‫و|الذين يظاهرون من نسائهم‬.Q.S( Al
mujadalah

Ayat kedua : .‫ فتحرير رقبة مؤمنة‬... ‫( وما كان لمؤمن أن يقتل مؤمن|ا‬Q.S. Al
Baqarah :
92)

Uraian : kedua ayat diatas mengandung hukum yang sama yaitu kewajiban
memerdekakan budak, hanya saja motif yang berbeda, dimana ayat
pertama mengandung motif rekonsiliasi dalam kasus dhihar, sedangkan
ayat kedua bermotifkan pembunuhan yang tidak sengaja.

Status hukum : dalam hal ini ulama berbeda pendapat sebagaimana terurai
sebagai berikut :

1. Ulama madzhab Hanafi berpendapat untuk memberlakukan tiap


ayat dari kedua ayat diatas sebagaimana mestinya tanpa melibatkan
proses substitusi.
2. Ulama madzhab Syafii berpendapat untuk memberlakukan proses
substitusi antar kedua ayat diatas.

5. Kontradiksi antar hukum tidak pada motif hukum

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 243


pertama Ayat : Contoh : ‫إ|ذا قمتم إلى الصُلة فاغ|سلوا أيديكم إلى المرافق‬.Maidah Al (Q.S : )6

kedua Ayat : ‫فامسحوا بوجوهكم وأيديكم منه‬...‫ف|تيمموا صعيدا طيبا‬.Maidah Al (Q.S : )6

Uraian : kedua ayat tersebut mempunyai motif hukum yang integral yaitu hadats,
dengan hukum yang kontradiksi, dimana pada ayat pertama mengandung
hukum kewajiban membasuh, sedangkan pada ayat kedua mengandung
hukum kewajiban mengusap.

Status hukum : dalam kasus ini ulama sepakat untuk tidak diperkenankannya
mensubstitusikan kedua ayat diatas, sehingga hukum yang terkandung
dalam masing-masing dari ayat diatas diberlakukan sebagaimana
mestinya.

Perenungan

UJI PUBLIK
Hikmah dari kaidahmutlaq dan muqayyad, antara lain:

1. Melalui kaidahmutlaq dan muqayyaddapat membangun kerangka pemikiran


bahwa hukum dibentuk oleh Allah diproyeksikan untuk merespon
problematika kehidupan manusia dalam kaitanya sebagai solusi (problem
solver), sebagaimana termanifestasikan dalam sebuah teks yang menjadi
sumber hukum. Normatifnya, latarbelakang terbentuknya pola mutlak
muqayyad adalah karena adanya kontradiksi interteks (lafadz satu dengan
yang lain), dimana dalam satu konteks (situasi dan kondisi) tertentu dapat
ditemukan ayat-ayat yang belum mempunyai daya greget yang kuat dalam
merespon problematika yang ada, sementara di ayat lain dalam frame (kaca
mata) yang sama ataupun berbeda lebih mempunyai daya greget yang kuat.

2. Mekanisme aktualisasi tersebut dapat dicontohkan dalam kasus bunga bank,


yang oleh konsensus ulama klasik tergolong dalam riba yang diharamkan oleh
al-Quran. Namun, sebagaimana kita ketahui bahwa jenis riba bervariasi. Oleh
karena itu larangan riba dalam al-Quran menjadi mutlak, sehingga gregetnya
menjadi kurang, walaupun hadits juga berperan membatasi kemutlakan
tersebut, namun kalau dipahami secara mendalam gregetnya juga masih belum

244 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


kelihatan. Dalam posisi ini, proses pengambilan hukum dengan mendasarkan
apa yang terkandung dalam dasar inter-Syar‘i masih terlalu prematur bila
dihadapkan pada frame dunia sekarang ini. Dengan demikian perlu kiranya
melibatkan elemen ekstra-syar`i untuk melihat hal ini, yakni frame pemikiran
perbankan tentang bunga bank, yang dapat dinyatakan bahwa roda
perekonomian akan menjadi timpang ketika mengisolir sistem bunga bank,
disamping itu kalau mau jujur bunga bank merupakan manifestasi dari
simbiosis mutualisme antara nasabah dengan bank sendiri. Dasar pemikiran
inilah yang membuat Fazlur Rahman berpandangan bahwa bunga bank yang
ringan tidaklah haram, bukan sebaliknya.

Dasar logika:

UJI PUBLIK
1. Yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah ayat-ayat dalam al-Quran dapat
mempunyai daya respon yang begitu membumi?, ketika merespon problematika umat
yang amat sangat kompleks, karena frame yang dipakai dunia sekarang adalah
globalisasi, era revolusi industri 4.0 atau new society 5.0?

2. Walaupun pertanyaan itu bernada retoris, tetapi bukan hal yang mudah untuk
menanggapinya. Dalam hal ini Rasul telah membuat ancang-ancang sejak awal
sebagaimana statement beliau, “kalian semua lebih tau (capable) dengan urusan
dunia kalian”, dengan memberikan garansi pada keterlibatan elemen-elemen ekstra-
Qurani, Sunnah dan sumber-sumber normatif-konvensional lainnya.

3. Dalam konteks kekinian paling tidak elemen-elemen tersebut dapat diterjemahkan


menjadi ilmu-ilmu, worldview yang modern, yang boleh jadi sosiologi, antropologi,
psikologi, astronomi dan lain sebagainya. Konkretnya, variabel-variabel extra-syar‘i
sangat layak untuk disistemkan dalam proses kompromisasi teks mutlak.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 245


Ayo Penelitian!

Buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang untuk bersama-sama melakukan penelitian
dalam bentuk observasi (terjun langsung ke lapangan) melakukan wawancara ke
masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai, rekamlah hasil wawancara
kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan dan saran kemudian
presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-temanmu! Selamat mencoba!

No wawancara

1 Adakah perbedaan antara mutlaq dan muqayyad?Jelaskan!

2 Adakah perbedaan antara sighat mutlaq dan muqayyad?Jelaskan!

3 Apakah semua lafadz mutlaq artinya tidak terikat? Jelaskan!

3 Apakah semua lafadz muqayyad artinya terikat? Jelaskan!

UJI PUBLIK
4 lafadz mutlaq dan muqayyad?

5 lafadz mutlaq dan muqayyad?

Pemahaman tentang kata mutlak dan muqayyad beserta polemiknya menurut pendapat para ulama ushul bahw
Meskipun demikian, pembacaan ‘kedua’ daripada terma ini, untuk menakar efisiensi dan efektifitasnya dalam

246 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


UJI PUBLIK

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 247


BAB XII KAIDAH ZAHIR DAN TAKWIL

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.12. Menghayati kebenaran produk ijtihad
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
zahir dan takwil
agama yang dianutnya

2. (SIKAP SOSIAL) 2.12. Mengamalkan sikap tanggung jawab


dan patuh sebagai implementasi dari
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
pemahaman tentang kaidah zahir dan
santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
takwil
toleran, damai), bertanggungjawab,
responsif, dan pro aktif, dalam berinteraksi

BLIK
U
secara efektif s esuai

JI
de nga n

P U
perke mban gan anak di

lingkungan, keluarga, sekolah,


masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional

248 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. (PENGETAHUAN) 3.12. Memahami ketentuan kaidah zahir dan
takwil
Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan factual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 249


pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

4. (KETERAMPILAN) 4.12. Mengomunikasikan contoh hasil


analisis dari kaidah zahir dan takwil
Menunjukkan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara: efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah dan bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

UJI PUBLIK TUJUAN PEMBELAJARAN

Peserta didik mampumenjelaskan deskripsi (gambaran umum) zahir dan takwil, pengertian,
dasar hukum, contoh dalam kehidupan serta hikmahnya.

250 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


PETA KONSEP

UJI PUBLIK

Terma zahir dan takwil dalam disiplin ilmu ushul fikih merupakan kepanjangan
pembahasan dari penjabaran para ulama akan kondisi sebuah tata bahasa yang mempunyai
porsi penting dalam perumusan sebuah hukum. Hal ini cukup beralasan sekali, sebab bila kita
menelisik lebih dalam kondisi fisik dari redaksi sumber hukum utama yang notabene syarat
dengan bahasa arab, dalam hal ini al-Quran dan hadits, akan dapat dijumpai adanya diksi kata
yang bercorak ambigu, disamping juga tata bahasa yang cenderung bernuansa global.

Kondisi tersebut kiranya tidaklah mengherankan, terlepas dari kemukjizatan al-Quran


maupun hadits, paling tidak ada dua alasan untuk itu, (1) ketika teks-teks hukum tersebut
diproduksi, permasalahan umat Islam belum begitu kompleks, sehingga wajar sekali kalau

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 251


teks-teks hukum masih disajikan dalam kondisi ‘perawan’. Tesis ini beralaskan bahwa setiap
teks yang terbentuk merupakan bentuk respon terhadap realitas yang ada. (2) Daya pandang
al-Quran dan Hadits melesat begitu jauh kedepan yang dapat diduga sebagai sebuah upaya
prediksi akan terjadinya kompleksitas permasalahan yang kelak dihadapi umat Islam,
sehingga paling tidak grand goalnya adalah eksistensi, atau dapat dibahasakan ‫زمان لكل صالح‬
‫ ومكان‬.

Berangkat dari pertimbangan sebagaimana terurai diatas, perlu untuk mengkaji lebih
mendalam perihal konstelasi operasional terma zahir dan takwil. Paling tidak ada dua alasan,
(1) sebagai pisau analisis dalam merespon permasalahan kontemporer dalam kisaran positif
dan negatif sebuah nilai, sebab al-Quran merupakan spirit atas solusi pelbagai problematika
umat. (2) sebagai konduktor yang mampu menghubungkan antara nilai-nilai yang terkandung
dalam al-Quran dengan nilai-nilai fitri yang merupakan software manusia yang nantinya
menuju upaya penggalian lebih mendalam nilai-nilai tentang apa yang penulis sebut beyond
of phenomena.

UJI PUBLIK
V. Pengertian Dhahir
Dhahir artinya suatu lafazh yang dengan mendengarkan lafazh itu pendengar bisa
langsung mengerti apa maksudnya tanpa perlu berpikir dan tidak bergantung kepada
petunjuk lain.

W. Pengertian Takwil
Sedangkan takwil artinya memalingkan lafazh dari zhahirnya lantaran ada dalil atau
bisa diartikan memindahkan makna lafazh (Dzahir) Al-Qur’an kepada yang mungkin
dapat diterima oleh akal dari makna harfiyahnya

252 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Redaksi zahir dan takwil

Para ulama ushul fikihberpendapat zahirmerupakan dalil syar’i (yang) wajib diikuti,
kecuali terdapat dalil yang menunjukkan lain daripadanya.” Artinya apabila tidak terdapat
alasan yang kuat untuk mendorong pentakwilan sesuatu lafazh, maka lafazh dzahirnyalah
yang dipakai sebagai dalil yang wajib diikuti.

Sedangkan praktik mengamalkan dalil takwil adalah sesuai konteks bahasanya dan
mengambil ketetapan hukumnya. Karena takwil mencakup berbagai kemungkinan yang
berasal dari akal, bukan bersumber dari bahasa, takwil tidak akan ada kecuali dengan
dalil.Untuk menghindarkan dari kesalahan dalam berijtihad sebagai cara meng-istimbath
hukum dari nash dengan menggunakan takwil, syaratnya : (1) jika arti nash sudah tentu

UJI PUBLIK
mengandung hukum, jelas dan dalalahnya qath’i, maka tidak boleh ditakwilkan dengan akal.
(2) Jika arti nash yang zahir itu berarti umum, atau berarti zhanni yang tidak pasti, wajib
mengamalkan sesuai maknanya. (3) Dibolehkan mengubah arti dari yang zahir kepada arti
yang lain sepanjang berdasar pada dalil, bahkan diwajibkan untuk untuk mengompromikan
berbagai nash yang saling bertentangan.

Untuk mengetahui hukum yang tersirat di balik suatu lafaz dibutuhkan pengkajian
yang menggunakan rasionalitas untuk mengetahui hakikat dan tujuan suatu lafaz dalam al-
Qur’an, yang memungkinkan untuk merentangkan hukum yang berlaku dalam lafaz tersebut
kepada kejadian lain yang bermunculan di balik lafaz ini dapat dilakukan dengan beberapa
cara: (1) perentangan suatu lafaz kepada maksud lain dapat dilakukan dengan semata
pemahaman lafaz. Dalam ushul fiqih cara seperti ini disebut menggunakan kaidah mafhum
muwafaqah (logika linier) atau mafhum mukhalafah (logika terbalik). (2) perentangan kepada
maksud lain tidak dengan semata pemahaman lafaz tetapi tergaantung ada pemahaman alasan
hukum atau illat. Cara perentangan lafaz dalam bentuk ini disebut menggunakan kaidah
qiyas.

Untuk mewujudkan kemaslahatan yang lebih banyak, mujtahid mencoba mencairkan


kaitannya kepada yang lain walaupun kaitan tersebut tidak kuat. Hukum dari kejadian baru

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 253


yang muncul, dikaitkan secara langsung kepada kejadian yang ada kepastian hukumnya
dalam nash dan kaitan itu harus jelas dan pasti serta kuat. Dalam bentuk ini mujtahid akan
menemukan hukum lain dari seandainya ia menggunakan cara qiyas yang biasa. Cara yang
ditempuh mujtahid ini dalam usul fiqih disebut dengan istilah istihsan.

Bila dianalisis hukum-hukum yang ditetapkan Allah dalam al-Qur’an dapat dipahami
bahwa pada dasarnya Allah menetapkan hukum itu adalah untuk mendatangkan kemaslahatan
kepada manusia, baik dalam bentuk memberikan manfaat untuk manusia atau menghindarkan
madarat (kerusakan) dari manusia. Dengan demikian bila terdapat suatu kejadian ada
maslahah yang bersifat umum dan tidak ada dalil nash yang berbenturan dengannya maka
pada asas ini mujtahid dapat melahirkan hukum. Usaha penemuan hukum melalui cara ini
dikenal dikalangan ulama dengan nama maslahah mursalah.

Metode penetapan hukum Islam substansial (inti pokok), yang bertumpu kepada
makna implisit nash-nash, telah dikemukakan kedalam bentuk metode penetapan hukum
Islam yaitu: (1) Al-Qiyas, (2) Istihsan, (3) Maslahah Mursalah, (4) Sadd Zari’ah.

Adapun metode penetapan hukum Islam verbal (ucapan) merupakan metode langsung

UJI PUBLIK
dalam memahami petunjuk-petunjuk dari bentuk-bentuk bahasa nash-nash hukum Islam,
yaitu : (1). Amar dan Nahi, (2) Dalalah al-Alfazh ‘Ala al-Ahkam, (3) Muhkam Mutasyabih,
(4) Mujmal-Mubayyan.

Terma ta’wil banyak berlaku pada bidang hukum Islam. Misalnya, mena’wil-kan
suatu lafal dari makna hakikat kepada makna majaz-nya, mena’wilkan lafal mutlaq kepada
pengertian muqayyad, mena’wilkan suatu bentuk perintah kepada pengertian yang selain
hukum wajib, dan memalingkan pengertian suatu larangan kepada hukum selain haram.

Dua syarat ta’wil yaitu: (1) Lafazh yang hendak dita’wil-kan itu mengandung
beberapa pengertian, baik ditinjau dari segi bahasa seperti makna hakikat, dan makna majazi-
nya, atau dari segi kebiasaan orang-orang arab dalam menggunakan lafal itu, atau dari segi
penggunaan lafal itu dalam syariat Islam. (2) Ada dalil atau indikasi yang menunjukkan
bahwa yang dimaksud oleh si pembicara bukan makna zahirnya, tetapi makna yang tidak
zhahir, dan dalil atau indikasi itu lebih kuat dibandingkan dengan alasan menetapkan suatu
lafal pada makna hakikatnya.

254 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Kaidah zahir dan takwil serta contoh

Contoh Lafadz Dzahir dalam Firman Allah SWT:

‫نُ ِمن‬²َ‫َكمَا َيقُو ُم ﭐلَّذِي َيتَ َخبَّطُهُ ﭐل َّشۡيط‬ ‫ ْا لَا يَقُومُونَ ِإلَّا‬²‫ن يَ ۡأكُلُونَ ﭐل ِّربَو‬ َ ‫ﭐ َّل ِذي‬
‫ ْا َوَأ َحلَّ ﭐلَّلُه ﭐۡلَبيۡعَ| َو َح َّرم‬²‫ِمۡثلُ ﭐل ِّربَو‬ ۚ ‫ﭐۡلم‬
‫لِ َك ِب|َأَّنه ُۡم قَالُ ٓو ْا ِإَّنمَا ۡﭐلَبيۡ| ُع‬²‫َسِّ َذ‬
ۚ
ُ‫فَ َل َما َسلَفَ| َوَأمۡ ُرهۥ‬ ‫ة ِّمن‬ٞ‫ظ‬ َ ‫َم ۡو ِع‬ ‫ ْا فَمَن َجٓاﺀَهُۥ‬²‫ﭐلِّربَو‬
‫َّرۦِّبه‬
²‫ه َفﭑنتَهَى‬
ُ ²‫ِئ َك َأصۡ َح‬²ٓ‫ِإلَى ﭐللَّ ۖ ِه َوَمنۡ عَا َد فَُأ ْو َل‬
‫لِ ُدون‬²‫ب ﭐلنَّارِۖ هُ ۡم ِفيهَا َخ‬
Artinya:

“orang-orang yang makan (mengaambil) riba tidak dapt berdiri melainkan seperti berdirinya

UJI PUBLIK
orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka (berkata) berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al-Baqarah:
275).

Ayat ini datang menurut konteks kalimatnya, untuk mengharamkan riba dan untuk
menjelaskan perbedaan antara riba dan jual beli. Akan tetapi, dari zhahir lafazhnya
mengandung pengertian diperbolehkannya jual beli. Kaidah yang berlaku disini adalah, wajib
mengamalkan pengertian zhahir dari suatu ayat atau hadis selama tidak ada dalil atau qarinah
(korelasi) yang memalingkannya kepada pengertian yang lain. Jika ada qarinah yang
menunjukkan pengertian lain, lafal zhahir bisa dita’wil (dipalingkan pengertian lafal itu dari
maknanya yang zhahir kepada makna lain yang tidak zhahir atau tidak cepat dapat ditangkap.

Adapun contoh Lafadz takwil, seperti lafaz “yadun” dari firman Allah:

..…‫والسمأ بنينا ها بأيد‬


“Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan kami.” (QS. Adz-Dzariyaat: 47).

Lafadz “yadun” pada ayat diatas, makna dzahir – nya adalah “tangan” sebagaimana

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 255


keterangan diatas. Tetapi oleh para ulama’, lafadz ‫ )( يد‬atau ‫ )( ايد‬pada ayat diatas diartikan

256 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


“tangan” berarti mempersembahkan Allah dengan makhluk, sedang Allah tidak mempunyai
sesuatu pun sebagaimana difirmankan dalam Al-Qur’an yang berbunyi:

‫ليس كمثله شئ‬


“Tidak ada satupun yang menyerupai-Nya”. (QS. A-s-Syura: 11).

Oleh karena itu maka ditakwil arti “tangan menjadi “kekuasaan”. Perubahan arti yang
demikianlah yang dianamakan takwil.

Perenungan

Hikmah dari kaidahzahir dan takwil, antara lain:

Takwil menurut para pakar ushul fikih diartikan sebagai pemalingan suatu lafadz dari
maknanya yang zahir ke makna lain yang tidak cepat ditangkap, karena ada dalil yang

UJI PUBLIK
menunjukkan bahwa makna itulah yang dimaksud dengan lafadz.

Lafadz yang bisa ditakwil adalah lafadz zahir, oleh karenanya takwil tidak berlaku
pada nash-nash qath’i, muhkam dan mufassaar. Sedangkan dalil takwil berupa nash baik di
dalam al-Qur’an maupun hadith, qiyas (analogi hukum), lughawiyyah
(kebahasaan/linguistik), logika, dan ’urfyang berlaku di masyarakat serta dalil yang
diperselisihkan adalah hikmah tasyri’ atau maqashid al-syari’ah yang hanya dipraktikkan
oleh ulama’ ushul Hanafiyah.

Obyek takwil ulama’ ushul fikih adalah masalah-masalah furu’ nash-nash yang
bersinggungan dengan hukum syari’ah, sehingga menemukan bentuk takwil di antaranya
mengkhususkan lafadz yang umum (takhsisul al’am), membatasi lafadz yang mutlaq (taqyid
al-mutlaq), mengalihkan lafadz dari maknanya yang hakiki kepada yang majazi, atau dari
maknanya yang mengandung wajib menjadi makna yang sunnah.

Untuk konteks sekarang metode takwil masih sangat relevan untuk diterapkan dalam
pembaharuan hukum Islam di Indonesia khusunya, bisa dibuktikan pada kasus hukum
perkawinan (fiqh munakahat) khusunya dalam menyelesaikan pembatasan usia perkawinan.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 257


Dasar logika: Takwil menurut para pakar ushul fikih diartikan sebagai pemalingan suatu lafadz dari maknanya ya

Ayo Menelit U JI PUBLIK


i!
Buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang untuk bersama-sama melakukan penelitian
dalam bentuk observasi (terjun langsung ke lapangan) melakukan wawancara ke
masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai, rekamlah hasil wawancara kemudian
tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan dan saran kemudian presentasikan hasil
penelitianmu di hadapan guru dan teman-temanmu! Selamat mencoba!

No wawancara

1 Adakah perbedaan antara zahir dan takwil?Jelaskan!

2 Adakah perbedaan antara sighat zahir dan takwil?Jelaskan!

3 Apakah semua lafadz zahir artinya lafadz yang jelas? Jelaskan!

3 Apakah semua lafadz takwil artinya pemalingan makna? Jelaskan!

4 lafadz zahir dan takwil?

258 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


5 lafadz zahir dan takwil?

Dzahir artinya suatu lafazh (teks) yang dengan mendengarkan lafazh ini
pendengar bisa langsung mengerti apa maksudnya tanpa perlu berpikir dan tidak
bergantung kepada petunjuk lain. Sedangkan ta’wil artinya mengartikan lafazh
dengan beberapa alternatif kandungan makna yang bukan makna lahiriyahnya,
bahkan penggunaannya terkadang diidentikkan dengan tafsir.

Hukum dzahir adalah sebagaimana harus berpegang pada makna yang dzahir
itu, dan dalam keadaan bagaimana pula kita boleh meninggalkan arti dzahir.Adapun
syarat ta’wil ada dua: (1). Lafazh yang hendak dita’wil-kan itu mengandung
beberapa pengertian, baik ditinjau dari segi bahasa seperti makna hakikat, dan makna

UJI PUBLIK
majazi-nya, (2). Ada dalil atau indikasi yang menunjukkan bahwa yang dimaksud
oleh si pembicara bukan makna zahirnya, tetapi makna yang tidak zhahir. Wallahu
A‘lam.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 259


UJI PUBLIK

260 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


BAB XIII KAIDAH MANTUQ DAN MAFHUM

KOMPETENSI
KOMPETENSIINTI
INTI DAN KOMPETENSIKOMPETENSI
DASAR DASAR
1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.13. Menghayati kebenaran produk ijtihad
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
manthuq dan mafhum
agama yang dianutnya

2. (SIKAP SOSIAL) 2.13. Mengamalkan sikap tanggung jawab


dan patuh sebagai implementasi dari
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
pemahaman tentang kaidah manthuq dan
santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
mafhum
toleran, damai), bertanggungjawab,
responsif, dan pro aktif, dalam berinteraksi

BLIK
J IU
secara efektif s esuai
de nga n

P U
perke mban gan anak di

lingkungan, keluarga, sekolah,


masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 261


3. (PENGETAHUAN) 3.13. Memahami ketentuan kaidah manthuq
dan mafhum
Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan factual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik sesuai

262 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

4. (KETERAMPILAN) 4.13. Mengomunikasikan contoh hasil


analisis dari kaidah manthuq dan mafhum
Menunjukkan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara: efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah dan bertindak secara efektif dan
kreatif serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan

UJI P U B L IK TU JUAN PEMB ELAJA RAN

Peserta didik mampumenjelaskan deskripsi (gambaran umum) mantuq dan mafhum,


pengertian, dasar hukum, contoh dalam kehidupan serta hikmahnya.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 263


PETA KONSEP

UJI PUBLIK

Persoalan manthuq dan mafhum sangat begitu urgen dalam kajian ushul fikih karena
beberapa hikmah:

Pertama, objek ushul fikih adalah teks Al-Qur'an dan Al-Hadits. Untuk memahami
teks ini harus memahami makna teks tersebut baik secara tersirat maupun tersurat. Disinilah
kemudian manthuq dan mafhum penting untuk difahami dan diperdalam.

Kedua, manthuq dan mafhum adalah bagian integral dari rangkaian pemahaman
secara utuh terhadap makna teks yang kemudian melahirkan sebuah produk hukum. Maka
tanpa memahami manthuq dan mafhum secara komphrehensif akan terjadi kesalahan dalam
memahami makna sebuah teks yang secara otomatis berakibat pada kekeliruan memproduk
hukum.

264 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Ketiga, teks-teks al-Qur'an dan As-Sunnah menggunakan Bahasa Arab. Untuk
memahami hukum-hukumnya dengan benar hanya bisa dilakukan apabila dalam pemahaman
itu diperhatikan tuntutan stilistika (gaya bahasa atau uslub) Bahasa Arab dan teori-teori
dalalah didalamnya, serta apa-apa yang dimaksudkan oleh lafadh-lafadhnya baik yang bentuk
mufrad, maupun yang murakkab.

Kondisi tersebut kiranya tidaklah mengherankan, terlepas dari kemukjizatan al-Quran


maupun hadits, paling tidak ada dua alasan untuk itu, (1) ketika teks-teks (lafadz-lafadz)
hukum tersebut diproduksi, permasalahan umat Islam belum begitu kompleks (banyak),
sehingga wajar sekali kalau teks-teks hukum masih disajikan dalam kondisi ‘natural’ belum
ada tafsiran sama sekali. Tesis ini beralaskan bahwa setiap teks yang terbentuk merupakan
bentuk respon terhadap realitas yang ada. (2) Daya pandang al-Quran dan Hadits melesat
begitu jauh kedepan yang dapat diduga sebagai sebuah upaya prediksi akan terjadinya
kompleksitas permasalahan yang kelak dihadapi umat Islam, sehingga paling tidak grand
goalnya adalah eksistensi, atau dapat dibahasakan ‫(ومكان زمان لكل صالح‬selalu relevan dengan
lintas generasi, ruang dan waktu).

UJI PUBLIK
Berangkat dari pertimbangan sebagaimana terurai diatas lah, perlu untuk mengkaji
lebih mendalam perihal konstelasi operasional terma manthuq dan mafhum. Paling tidak ada
dua alasan yang dapat diajukan, (1) sebagai pisau analisis dalam merespon permasalahan
kontemporer dalam kisaran positif dan negatif sebuah nilai, sebab al-Quran merupakan spirit
(semangat) atas solusi pelbagai problematika umat. (2) sebagai konduktor (alat untuk
menggerakkan) yang mampu menghubungkan antara nilai-nilai yang terkandung dalam al-
Quran dengan nilai-nilai fitri yang merupakan software manusia dan arahnya nanti menuju
upaya penggalian lebih mendalam nilai-nilai tentang apa yang disebut beyond of phenomena.

Oleh karena itu, sebagai langkah efisiensi mengingat ruang pembahasan yang sangat
limited, kiranya pembahasan terma manthuq dan mafhumdapat diorientasikan pada
pengayaan informasi secara lintas madzhab. Di samping itu, menyajikan secara cerdas dalam
bentuk pengaktualisasian sajian yakni, aplikasi dari kedua terma tersebut dalam konteks
problematika kekinian, juga, menampilkan area abu-abu dari doktrin yang telah ada sebagai
langkah penelisikan lebih mendalam.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 265


Dalam disiplin ilmu ushul fikih, Manthuq adalah makna yang tersurat atau mengambil
hukum sesuai dengan yang diucapkanberdasarkan bunyi suatu dalil. Secara istilah artinya
sesuatu hal atau hukum yang diterangkan oleh suatu lafal sesuai bunyi lafal itu sendiri.

‫ وحاال من‬،‫ يكون حك ًما للمذكور‬:‫ أي‬،‫ ما دل عليه اللفظ في محل النطق‬:‫المنطوق‬

.‫أحواله‬

Contoh mantuq antara lain ayat tentang anjuran wajib menepati janji, yaitu :

‫يا ايها الذين امنوا اوفوا بالقود‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, tepatilah janjimu

Penjelasan: bunyi yang tersirat dalam ayat ini berisi suatu anjuran wajibnya menepati janji.

UJI PUBLIK
Maka dari itu hukum menepati janji itu diambil dari bunyi ayat tersebut berdasarkan
manthuqnya (makna yang tersurat atau sesuai dengan bunyi lafal itu sendiri).

Contoh lainnya ayat tentang kewajiban berpuasa


:

‫يا ايها الذين امنوا كتب عليكم الصيام‬

Artinya : wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa

Penjelasan: berdasarkan bunyi ayat ini kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa puasa
ramadhan itu hukumnya wajib. Dan hukum wajib ini berdasarkan manthuqnya.

Sedangkan makna mafhum adalah antonim dari mantuq yaitu makna yang tersirat
atau makna yang dapat difahami, menurut istilah artinya suatu hukum yang diterangkan oleh
suatu lafal tidak menurut bunyi lafal itu sendiri, tetapi menurut pemahamannya atau menurut
arti yang tersimpan di dalam lafalnya

.‫ وحاال من أحواله‬،‫ يكون حك ًما لغير المذكور‬:‫ أي‬،‫ ما دل عليه اللفظ ال في محل النطق‬:‫المفهوم‬

Contoh misalnya ayat tentang nafkah istri yang telah ditalak suaminya, yaitu :

‫وان كن اولت حمل فانفقوا عليهن حتى يضعن حمله|ن‬

266 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Ayat ini mengandung pengertian hukum yang tidak tertulis, yaitu perempuan tidak
hamil yang ditalak oleh suaminya. Jika demikian istri tidak wajib diberi nafkah oleh mantan
suaminya, sebab menurut apa yang tertulis didalam ayat ini menjelaskan bahwa yang harus
diberi nafkah adalah jika wanita tersebut dalam keadaan hamil. Mafhumnya, jika ia tida
hamil maka ia tidak wajib diberi nafkah. Dengan demikian maka hokum-hukum yang diambil
dari hasil pemahaman arti yang tersirat dari dalil-dalil, disebut dengan nama mafhum.

Redaksi mantuq dan mafhum

Dari definisi manthuq diatas maka manthuq dapat dibagi menjadi dua, yaitu : mantuq
nash dan dzahir:

ManthuqNash, adalah dalil yang yang tidak menerima takwil ( ‫ يحتمل ل ما‬،‫وهو التأويل‬

UJI PUBLIK
‫النص‬.)

Dari definisi ini dapat diambil sebuah pemahaman bahwa jika dalil-dalil itu sudah
jelas dan tidak ada kesulitan sedikitpun dalam memberikan arti, maka dalil-dalil tersebut
tidak membutuhkan untuk ditakwil-takwil lagi. Dengan perngertian lain, bahwa bila dalil itu
sudah menyiratkan makna yang tegas, denotative, maka dalil itu tidak perlu ditakwil atau di
tarik pada wilayah pemaknaan yang konotatif. Contoh:

‫واقيموا الصّلة وأتوا الزكاة‬

Artinya :Dan dirikanlah sholat dan tunaikalah zakat

Penjelasan: ayat ini merupakan dalil nash tentang hokum wajibnya sholat dan mengeluarkan
zakat. Dalil ini tidak bisa dita'wil sebab sudah jelas dan tidak ada kesulitan sedikitpun dalam
memahami dalil ini bagi orang yang memahami bahasa arab.

Manthuq Nash terbagi menjadi dua, yaitu: jelas dan tidak jelas

1). Shorih (Jelas), yaitu :

.‫ أو التضمن‬،‫إن دل عليه اللفظ بالمطابقة‬

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 267


Dikatakan jelas apabila lafadz yang menunjuknya sesuai dan mengandung maksud lafal

tersebut.

2).Ghoiru Shorih (Tidak jelas)

Manthuq Dzahir, yaitu dalil yang menerima di ta'wil, karena berada diantara dua arti, tetapi
salah satu diantara keduanya lebih jelas atau lebih dzahir, Contoh :

‫كل شيء هالك ال وجهه‬

Artinya : segala sesuatu akan mengalami kebinasaan kecuali dzatNya.

Pada ayat ini ditemukan adanya lafal wajhahu, artinya " wajah Tuhan ", arti lafal ini
memerlukan sebuah penakwilan, sehingga artinya Dzat Tuhan. Jadi kata wajhahu artinya
berubah menjadi " Dzat Allah SWT ".

UJI PUBLIK
Kaidah mutlaq dan muqayyad serta contoh

Klasifikasi Mafhum

a.Mafhum Muwafaqoh.

‫ حيث يكون المسكوت عنه موافقا لل ملفوظ به‬:‫فمفهوم الموافقة‬

Mafhum muwafaqoh adalah mafhum yang apabila hokum-hukum yang tidak disebutkan
dalam lafal itu cocok atau sesuai dengan yang disebutkan dalam lafal tersebut dan tidak
berlawanan

Contoh :

- hokum haramnya memukul orang tua, sebab sesuai dengan bunyi ayat ‫( اف‬Huss) dalam
ayat :

‫فُل تقل لهما اف‬

268 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Mengingat ada mufawaqoh (kesamaan) antara memukul dan berkata HUSS dalam halyang
sama-sama menyakitkan hati dan sama-sama saja menunjukkan penghinaan, maka
berkata HUSS saja hukumnya haram apalagi memukul.

Akan tetapi jika keadaan yang disebutkan dalam lafal itu lebih berat dari yang tidak
disebutkan oleh lafal maka hal seperti ini disebut fahwa al-khitab. Seperti memukul
dibandingkan dengan kata HUSS. Maka memukul lebih berat daripada berkata huss.

Jika keberadaannya sama-sama beratnya, maka hal ini disebut dengan lahn al-khitob,
misalnya berkata kurang ajar atau mengejek dan sebagainya dengan berkata Huss.

b. Mafhum Mukholafah

1. Pengertian Mafhum Mukholafah

‫ إثباتا ونفيا‬،‫حيث يكون المسكوت عنه مخالفا لل مذكور في الحكم‬

Mafhum Mukholafah adalah pemahaman yang apabila hokum yang tidak disebutkan
dalam lafal itu berlawanan dengan apa yang disebut dalam lafal tersebut.

Contoh :
UJI PUBLIK ‫فا|جلدوهم ثمانين جلدة‬

- Dalam ayat ini perintah Menghukum cambuk adalah 80 kali cambukan sebagai
hukumannya, tidak boleh lebih atau kurang dari 80 kali, inilah mafhum mukholafahnya.

Dengan demikian berdasarkan mafhum mukholafah, maka haram hokum memukul lebih
dari 80 kali cambukan karena berlawanan dan tidak sesuai dengan apa yang tersirat
dalam Al-Qur'an yaitu hanya 80 kali. Jika demikian maka memukul lebihdari 80 kali
hukumnya haram. Dan keadaan seperti inilah yang dikenal dengan sebutan dalil al-
khitob.

- waktu pelaksanaan kewajiban haji, yaitu sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-
Baqoroh : 197,

‫الحج أشهر معلومات‬

Artinya : Ibadah haji itu dalam bulan-bulan tertentu.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 269


Berdasaarkan mafhum mukholafah di atas, jika ibadah haji itu dilaksanakan diluar bulan-
bulan yang telah ditentukan maka hukumnya tidak boleh, karena berlawanan
(mukholafah) dengan Isi lafalnya (Manthuqnya yaitu : bulan syawwal, dzulqo'dan dan
dzul hijjah).

2. Kehujjahan Mafhum Muhkholafah dan kriterianya

Dari adanya penjelasan tentang mafhum muwafaqoh dan mafhum mukholafah di atas
maka para ahli uhsul fiqih berpendapat bahwa berhujjah dengan mafhum muwafaqoh
adalah boleh, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Qodhi Abu Bakar Al-Baqilany
sebagai berikut :

‫القول بمفهوم الموافقة من حيث الجم|لة مجمع عليه‬

sedangkan berhujjah dengan mafhum mukholafah masih diperselisihkan diantara para


ulama, diantaranya adalah :

a. Jumhur ulama' dan Imam Abu Bakar al-Daqqod berpendapat bahwa berhujjah dengan
mafhum mukholafah selain mafhum laqob adalah boleh,

UJI PUBLIK
Yang dimaksud dengan laqob adalah lafal jamid yang terdapat dalam nash, baik berupa
isim maupun alam atas sesuatu yang menjadi sandaran hokum yang terdaat dalam nash
tersebut.

Dr. Abdul Karim Zaidan mengibaratkan Mafhum Laqob dengan penunjukan lafadz yang
mana hukumnya disandarkan kepada isim alam tersebut yang menafikan selain isim alam
tersebut. Yang dimaksud dengan isim alam disini adalah lafal yang menunjukkan pada
sebuah zat bukan shifat, baik itu nama orang, seperti ‫ زيد قام‬, atau nama benda.
Contohnya dalam hadits :

‫في البر صدقة‬

Lafal al-Burr adalah nama biji-bijian yang sudah diketahui yang dikenai tuntutan zakat.
Keharusan mengeluaran zakat pada gandum tidak berarti tidak ada zakat pada sya'ir
(sejenis gandum), jagung, dan biji-bijian lainnya.

b. Imam Abu Hanifah dan Ibnu Hazm berpendapat bahwa berhujah dengan mafhum
mukholafah adalah tidak boleh.

270 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Adapun syarat-syarat diperbolehkannya berhujjah dengan menggunakan teori mafhum
mukholafah adalah sebagai berikut:

1). Tidak berlawanan dengan dalil yang kualitasnya lebih kuat dari mafhum mukholafah.

Jika mafhum mukholafah itu bertentangan dengan dalil yang statusnya lebih kuat, maka ia
tidak berlaku. Sebagaimana hadits berikut :

‫انما الماء من ماء‬

Sesungguhnya wajib mandi jika ada air.

Mafhum muholafahnya adalah jika tidak ada air (tidak mengeluarkan air
mani) maka tidak wajib mandi, sekalipun sudah berkumpul. Mafhum ini
tidak berlaku karena bertentangan dengan dalil yang lebih kuat, yaitu hadits
riwayat Imam Bukhori sebagai berikut :

‫اذا ال تقى الختانان فقد وجب الغسل وان لم ينزل‬

Jika sudah bertemu dua jenis anggota manusia yang biasa di khitan, maka

UJI PUBLIK
baginya wajib mandi sekalipun tidak mengeluarkan air sperma.

Dari hadits ini dapat di ambil pemahaman bahwa jika dua alat kelamin
laku-laki dan perempuan itu sudah bertemu, baik mengeluarkan air maupun
tidak maka keduanya wajib mandi.

2). Yang ditunjuk oleh dalil itu tidak untuk menunjukkan keni'matannya
sesuatu (imtinan).

Jika ternyata dalam dalil itu ditemukan adanya kata-kata yang menunjukkan
nikmatnya anugerah Allah (imtinan), maka mafhum mukholafah tidak
berlaku padanya. Seperti dalil dibawah ini :

‫لتأكلوا منه لحما طريا‬

Dalam ayat ini ditemukan lafadz ‫ طري | |ا‬yang artinya lembut. Kata ini
hanya untuk menunjukkan adanya kenikmatan yang bersifat lunak,
sehingga hal ini tidak berarti yang boleh dimakan itu hanya yang lunak-
lunak saja atau yang lembut-lembut saja, sebab disebutkanny kata tersebut
hanya memberikan pengertian bahwa yang lunak-lunak itu adalah yang
lebih baik.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 271


Oleh sebab itu semua daging ikanl laut, baik yang lunak maupun yang keras
hukumnya adalah halal dimakan, sehingga tidak bisa dengan berhujjah
menggunakan mafhum mukholafah ayat ini kemudian mengharamkan yang
selain lembut atau lunak.

3). Lafalnya harus berdiri sendiri dan tidak mengkuti lafal yang lain. Jika
mengikuti lafal yang lain maka mafhumnya tidak bisa dipakai untuk
berhujjah.

Contoh : kata ‫ المساجد فى‬dalam ayat ini :

‫ول تباشروهن وأنتم عاكفون فى المساجد‬

Dan janganlah kamu mengumpuli istrimu sedang kamu beri'tikaf didalam


masjid (QS. Al-baoroh : 187)

Kata‫المساجد فى‬ dalam ayat ini statusnya mengikuti lafal sebelumnya,


sehingg larangan menggauli istri itu tidak tergantung pada masjid. Karena
itulah mafhum mukholafahnya tidak bisa dipakai untukberhujjah, sebab

UJI PUBLIK
larangan tersebut pada hakekatnya adalah larangan mengumpuli istri pada
waktu suami beri'tikaf.

C. Klasifikasi Mafhum Muhkolafah

Dengan persyaratan yang ada dalam mafhum mukholafah seperti itu maka
para ahli ushuliyyin membagi mafhum muhkolafah menjadi 10 macam,
yaitu :

.)al-Shifat Mafhum 1 (‫)مفهوم الصفة‬

Yaitu menghubungkan hokum sesuatu kepada salah satu sifatnya, seperti


ayat berikut ini :

‫فما ملكت أيمانكم من تف ياتكم المؤمنات‬

2). Mafhum al-'Illat (•‫)العلة مفهوم‬, yaitu menghubungkan sesuatu hokum


kepada syaratnya. Seperti pada hadits berikut ini :

‫كل شراب اسكر فهو حرا|م‬

272 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3). Mafhum al-Syart (‫)الشرط مفهوم‬, yaitu menghubunkan sesuatu hokum
kepada syaratnya, seperti ayat berikut ini :

‫وان كن اولت حمل فانفقوا عليه|ن حتى يضعن حملهن‬

4). Mafhum al-Adah (‫)العدد مفهوم‬, yaitu menghubungkan hokum dari sesuatu
kepada bilangan tertentu, seperti :

‫فاجلدوا ثمانين جلدة‬

5). Mafhum al-Ghoyah

Yaitu lafal yang menunjukkan hokum sampai kepada batasan (ghoyah/batas


akhir). Lafal ghoyah itu bentuknya ada dua, yaitu : ilaa dan hatta, seperti
ayat berikut ini :

‫ ثم اتموا الصيام الى اليل‬-

‫ ول تقربوهن حتى يطهرن‬-

UJI PUBLIK
6). Mafhum Laqob, yaitu menggantungkan hokum kepada isim alam atau
isim fi'il, seperti sabda Nabi SAW sebagai berikut :

‫ أبو بكر فى الجنة وعمر فى الجنة وعثمان فى الجنة‬: ‫قال النبي صلى لال عليه وسم‬
‫وعلي فى الجنة الى عدة العشرة‬

7). Mafhum al-Hasr (‫)الحصر م|فهوم‬, seperti pada hadits berikut ini :

‫إنما العمال بانيات‬

8). Mafhum al-Hal ( ‫) الحال مفهوم‬, misalnya ayat berikut ini :

‫ول تمش فى الرض مرحا‬

9). Mafhum al-Zaman, misalnya ayat berikut ini


:
‫الحج أشهر معلومات‬

10). Mafhum al-Makan, misalnya ayat berikut ini :

‫تجري من تحتها األنهار‬

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 273


Perenungan

Hikmah dari kaidahmantuq dan mafhum, antara lain:

1. Melalui kaidahmantuq dan mafhum dapat membangun kerangka pemikiran


bahwa hukum dibentuk oleh Allah diproyeksikan untuk merespon
problematika kehidupan manusia dalam kaitanya sebagai solusi (problem
solver), sebagaimana termanifestasikan dalam sebuah teks yang menjadi
sumber hukum. Normatifnya, latarbelakang terbentuknya pola mantuq dan
mafhum adalah karena adanya kontradiksi interteks (lafadz satu dengan yang
lain), dimana dalam satu konteks (situasi dan kondisi) tertentu dapat
ditemukan ayat-ayat yang belum mempunyai daya greget yang kuat dalam
merespon problematika yang ada, sementara di ayat lain dalam frame (kaca
mata) yang sama ataupun berbeda lebih mempunyai daya greget yang kuat.

UJI PUBLIK
2. Mekanisme aktualisasi tersebut dapat dicontohkan dalam kasus bunga bank,
yang oleh konsensus ulama klasik tergolong dalam riba yang diharamkan oleh
al-Quran. Namun, sebagaimana kita ketahui bahwa jenis riba bervariasi. Oleh
karena itu larangan riba dalam al-Quran menjadi mutlak, sehingga gregetnya
menjadi kurang, walaupun hadits juga berperan membatasi kemutlakan
tersebut, namun kalau dipahami secara mendalam gregetnya juga masih belum
kelihatan. Dalam posisi ini, proses pengambilan hukum dengan mendasarkan
apa yang terkandung dalam dasar inter-Syar‘i masih terlalu prematur bila
dihadapkan pada frame dunia sekarang ini. Dengan demikian perlu kiranya
melibatkan elemen ekstra-syar`i untuk melihat hal ini, yakni frame pemikiran
perbankan tentang bunga bank, yang dapat dinyatakan bahwa roda
perekonomian akan menjadi timpang ketika mengisolir sistem bunga bank,
disamping itu kalau mau jujur bunga bank merupakan manifestasi dari
simbiosis mutualisme antara nasabah dengan bank sendiri. Dasar pemikiran
inilah yang membuat Fazlur Rahman berpandangan bahwa bunga bank yang
ringan tidaklah haram, bukan sebaliknya.

274 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


3. Manthuq adalah : sesuatu hal atau hokum yang diterangkan oleh suatu lafal
sesuai bunyi lafal itu sendiri. Dengan bahasa lain, Manthuq adalah mengambil
hokum berdasarkan bunyi suatu dalil.

4. Manthuq dibagi menjadi 2 yaitu, manthuq al-Nash dan manthuq Dzahir

5. Mafhum adalah : Suatu hokum yang diterangkan oleh suatu lafal tidak
menurut bunyi lafal itu sendiri, tetapi menurut pemahamannya atau menurut
arti yang tersimpan di dalam lafalnya.

6. Mafhum dibagi menjadi 2, yaitu Mafhum Muwafaqoh dan Mafhum


Mukholafah

7. Kehujjahan Mafhum Muwafaqoh tidak diperselisihkan (Al-Muttafaq Alaihi)


sementara kehujjahan mafhum mukholafah masih diperselisihkan antara
ulama' (Al-Mukhtalaf 'alaihi)

8. Mafhum Mukholafah terbagi menjadi sepuluh. Yaitu mafhum shifat, mafhum

UJI PUBLIK
'Illah, mafhum syarat, mafhum 'adad, mafhum Ghayah, Mafhum Laqob,
Mafhum Hashr, Mafhum Hal, Mafhum Zaman dan Mafhum Makan.

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 275


Dasar logika:

5. Yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah ayat-ayat dalam al-Quran


dapat mempunyai daya respon yang begitu membumi?, ketika merespon
problematika umat yang amat sangat kompleks, karena frame yang
dipakai dunia sekarang adalah globalisasi, era revolusi industri 4.0 atau
new society 5.0?

6. Walaupun pertanyaan itu bernada retoris, tetapi bukan hal yang mudah
untuk menanggapinya. Dalam hal ini Rasul telah membuat ancang-ancang

UJI PUBLIK
sejak awal sebagaimana statement beliau, “kalian semua lebih tau
(capable) dengan urusan dunia kalian”, dengan memberikan garansi pada
keterlibatan elemen-elemen ekstra-Qurani, Sunnah dan sumber-sumber
normatif-konvensional lainnya.

7. Dalam konteks kekinian paling tidak elemen-elemen tersebut dapat


diterjemahkan menjadi ilmu-ilmu, worldview yang modern, yang boleh
jadi sosiologi, antropologi, psikologi, astronomi dan lain sebagainya.
Konkretnya, variabel-variabel extra-syar‘i sangat layak untuk disistemkan
dalam proses kompromisasi teks mutlak.

276 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Ayo Meneliti!

Buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang untuk bersama-sama melakukan penelitian
dalam bentuk observasi (terjun langsung ke lapangan) melakukan wawancara ke
masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai, rekamlah hasil wawancara kemudian
tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan dan saran kemudian presentasikan hasil
penelitianmu di hadapan guru dan teman-temanmu! Selamat mencoba!

No wawancara

1 Apakah anda pernah mendengar segala yang membahayakan harus dicegah?

2 Bolehkah seseorang merampas hak-hak orang lain? Kenapa?

3 Ketika ada seseorang yang dihadapkan dua atau tiga atau lebih sebuah kemadharatan
atau membahayakan, yang tidak bisa dihindari semuanya. Apa yang harus

U JI P U B
dilakuka nnya? M isal kan ad a seor ang per ampok

L IK
yang m enc oba mencelakai, merampok

harta, merusak kenyamanan, bahkan mengancam nyawanya!


3

5 Apakah semua kemudharatan harus dihilangkan?

6 Bolehkah pemerintah menggusur rumah yang didirikan secara ilegal di atas tanah milik
negara dan mengganggu ketertiban umum? Jelaskan analisis kritisnya?

7 Bagaimana hukumnya seorang dokter melakukan eutanasia (suntik mati), sebagai


pencegahan agar si pasien tidak menderita lama atas penyakitnya?

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 277


8 Bagaimana hukumnya seorang dokter yang mangambil kebijakan mengamputasi
(memotong) tangan pasien yang terkena diabetes? Jelaskan analisis kritisnya?

9 Bagaimana hukumnya SATPOL PP merazia preman-preman yang ada di pasar?

278 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


Jelaskan analisis kritisnya?

10 Bagaimana hukumnya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) mewajibkan semua


pejabat untuk melaporkan harta kekayaannya setiap semester dan jika tidak melakukan
akan diberi sanksi yang tegas? Jelaskan analisis kritisnya?

Uji Kompetensi Semester II


Ayo Memilih!

Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap benar, dengan memberikan tanda (X) !

1. Lafadz amrjuga bisa diartikan sya’n, artinya ……..


A. larangan B. suatu perkaraC. anjuran D. segala hal E. Jawaban B dan D benar
2. lafadz nahy apakah sama memilki banyak arti sebagaimana amar ? ….
A. sama B. salah semua C. tidak sama D. tidak punya arti E. kurang lebih
3. sighat (redaksi kata) amr ada …..
A. lima B. empat C. tiga d. dua E. satu
4. sighat (redaksi kata) nahy ada ……….
A. lima B. empat C. tiga d. dua E. satu

UJI PUBLIK
5. Kaidah amr ada ……
A. lima B. empat C. tiga d. dua E. satu
6. ( ‫ )كافة‬artinya ……..
A. sebagian B. seandainya C. sesudahnya D. seluruhnya E. jawaban A, B, C dan D benar
‫ا َخْلا ُّص‬, adalah disamping maqolah dari lanjutan ……………
‫ال‬
.7 ..............‫ّخ ف ُظ ال َّدا ُل على ُم َس ًّمى‬

A ‫العالم‬ .B ‫العلم‬ .C ‫العامل‬ .D ‫َوا‬ .E ‫المتعلم‬


8. sighat (redaksi kata) am ada …….
A.5B. 8 C.10D. 11 E. 12 ‫ِح د‬
.9 (‫املقال‬ ‫ ) العموم من‬.……artinya
A. berkemas B. berhenti C. bekerja baik D. berlaku sebagian E. berlaku umum
10.ushlubartinya…….
A. retorika B. gaya hidup C. gaya bicara D. doktrin E. gaya bahasa
11.istinbat, artinya……………
A. hukum Islam B. penggalian hukum C. analogi hukum D. filsafat hukum E. hukum Allah
12.Munfasillawan katanya adalah…..
A. mutlak B. muqayyad C. muttasil D. mukhasis E. takhsis
13. Nama lain lafadz adalah…..
A. konteks B. teks C. narasi D. doktrin E. kalimat
14. (al-Istina ) artinya…….
A. permasalahan B. penelitianC. perumpamaan D. pengecualaian E. persamaan
15.Adat atau ’urf.....................dijadikan sebagai sarana takhsis.
A. sama saja B. boleh C. tidak boleh D. dalil yang E. sarana untuk
16.(hujjah) artinya ……..
A. keputusan B. akreditasi C. akumulasi D. agitasi E. argumentasi
17.(interpretasi) artinya ………

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 279


A.takwil B. takhsis C. zahir D. istifham E.tafisr
18.Mujmal, nama lainnya kecuali……..
A.abstrak B. globalC. kabur D.tidak jelas E. jelas
19.(‫)با قل ول بيان‬, artinya penjelasan dengan.....
A.tulisan B. indera mata C. kata D.isyarat E. sikap
20.(‫)بالترك بيان‬, artinya penjelasan dengan.....
A.menegurnya B. membangunkannya C. melaporkannya D. meninggalkannya E.
melupakannya
21. Muradif, artinya ………
A. Simetris B. antonim C. sinonimD. ekuator E.
ambigu 22.Al-khauf sinonimnya……..
A.khasyah B. khandaq C.khusu’ D. Khadim E.khatam
23.Mutakalim, artinya orang yang ……….
A.tertawa B. berbicara c. tersenyum sinis D. melihat E. berbuat
24.(jaizu al-wujud) artinya ………
A Boleh jadi B. akan tetapi C. pasti D. keadaan E. kemudahan
25.ism artinya kata…...
A. benda B. kerja C. tanya D. sambung E. isyarat
26. ‫ومكان زمان لكل ص|الح‬arti kalimat disamping artinyaselalu relevan dengan………..
A. ucapan dan tindakan B. langkah guru C. teks dan konteks D. ruang dan waktu E.etika dan
estetika
27. ‫شهرين‬, kalimat disamping artinya………
A. dua hari B.
dua minggu C. dua bulan D. Dua tahun E. dua

UJI PUBLIK
masa 28. ‫ أخر أيام‬, artinya adalah hari yang …….
A.ada B. terlewat C. lain D. lalu E. sulit
29.Mutlak artinya adalah ………
A. terikat B. tidak terikat C. jelas D. tidak jelas E. ambigu
30.Muqayyad artinya adalah …….
A. terikat B. tidak terikat C. jelas D. tidak jelas E. ambigu

Soal Uraian
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang benar, singkat dan jelas !

1. Adakah perbedaan antara mutlaq dan muqayyad?Jelaskan!


2. Adakah perbedaan antara sighat mutlaq dan muqayyad?Jelaskan!
3. lafadz mutlaq dan muqayyad?
4. Adakah perbedaan antara zahir dan takwil?Jelaskan!
5. Adakah perbedaan antara sighat zahir dan takwil?Jelaskan!
6. lafadz zahir dan takwil?
7. Adakah perbedaan antara mantuq dan mafhum?Jelaskan!
8. Adakah perbedaan antara sighat mantuq dan mafhum?Jelaskan!
9. lafadz mantuq dan mafhum?
10. Adakah perbedaan antara takhsis dan mukhasis?Jelaskan!

280 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


1. ‘Alal al Fasi, Maqashid al Syariat al Islamiyah wa Makarimuha, Ttp: Maktabah al Wihdah
al Arabiyah,Tt
2. A. Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Cairo:Maktabah Da’wah al Islamiyah, Cet. VIII, Tt
3. , Mashadir al Tasyri’ Islami fi Ma La Nash Fih, Kuwait: Dar al Qalam, Cet. III
1972
4. Abdul Khaliq al Nawawiy, al ‘Alaqah al dauliyah wa Nuzdmu al Qadlaiyyah fi Syari’at al
Islamiyah, Beirut:Dar al Kitab Arabiy, 1974
5. Abdullah Nasikh Ulwan, Muhadlarah fi al Syari’ah al Islamiyah, Daud Rasyid (Penerjemah)
Jakarta: Usamah Press 1992
6. Abi Ishak al-Syatiby, Al-Muwafaqat Fi Usul al-Syari’ah I & II, Beirut, Dar al Kutub al ’ilmiyah.
tt.
7. Abu Zahroh, Ushul Fiqh, Ttp : Dar al Fikr Arabiy, 1988
8. Ahmad Raisuni, Nazhariyah al Maqashid Inda al Syathibi, Rabath: Dar al Aman, 1991
9. al Amidi, al Ihkam fi Ushul al Ahkam, Tahqiq A.Razaq Afifi, Beirut: Muassasat an Nur, 1387 H.
10.al Qarafi, Syarh Tanqih al fushul fi Ihtishor al Mahsul fi al Ushul, Cairo:Dar al Fikr,
1973 11.al Razi, al Mahshul fi Ilm Ushul Fiqh, Beirut:Dar al Kutub al Ilmiyah, 1988
12. Brian Fay. Filsafat Ilmu Sosial Kotemporer (Cotemporary of Social Science). Oxford. 1998.
Alih bahasa M. Muhith. Yogyakarta. Jendela dan Tadarus. 2002.
13. Ibrahim abbas al Zarwiy, Nazhariyat al Ijtihad fi al syari’at al Islamiyah, S.A.
H. Munawwar penerjemah) Semarang: Toha Putra, 1993
14. M. Ali al Shabuniy, Rawa’iul Bayan Tafsir ayat al Ahkam Min al Qur’an, Ttp : Tnp, Jilid II,Tt

UJI PUBLIK
15. M. Muslehuddin, Islamic Law and Social Change, Lahore: Islamic Publications Ltd,Cet. I, 1982
16. ,Philosophy of Islamic Law and The Orientalist, New delhi:Markazi Maktab
Islam,Tt
17. Mahmud Syaltut, al Islam Aqidah wa Syari’ah, Ttp.:Dar al Qalam, cet. III, 1966
18. Musthafa al-Khanni, Atsar al Ikhtilaf fi al Qawaid al Ushuliyah fi Ikhtilaf al Fuqaha, Baerut,
2009.
19. Ruwayi ibn rajih al Ruhaily, Fiqh Umar ibn Khatthab Muwadzinan bi Fiqhi Asyhuri al
Mujtahidin, Basalamah (penerjemah) Jakarta: Pustaka al Kautsar, 1994
20. Said Ramadhan al Buthi, Dhawabith al Maslahah fi al Syari’ah al Islamiyah, Beirut: Muassasat
al Risalah, Tt
21. Sayyid Musa Tiwana, al Ijtihad wa Mada Hajatuna ilaih fi Hazda al ‘Ashr, Ttp: Dar al Kutub
al Hadistah, Tt,
22. Syaikh Shalih bin Fauzan, Tanbihaat ‘Ala Ahkam Tahtash fil Mu’minaat, M. Bin ma’ruf
(penerjemah) Jakarta : Atase Agama Kedubes Saudi Arabia, 2003
23. William M. Evan. The Sociology of Law. London, The Free Press. 1980.
24. Yuri Balashov dan Alex Rosenberg. Philosophy of Science. London. Routledge. 2001
25.Yusuf Qardlawiy, al Ijtihad al Muashir Bainal Indibath wa al Infiraath, Barzani
(penerjemah)
Jakarta : Risalah Gusti,1995
26. , al Fatawa Baina al Indibath wa al Tasayyub, Setiawan (penerjemah)
Jakarta: Pustaka al Kustar, 1988
27. Amidi. 2003. al-Ihkâm fî ushûl al-ahkâm (Riadh, Dar el-Shomi‘i)
28. Abdul Karim. 1999. al-Muhadzdzab fî ushûli‘l Fiqhi‘l Muqârin (Riadh, Maktabah el-
Rusyd) 29.Khudhori, Muhammad. 1969. Ushûl Fiqh, (Cairo: Maktabah Tijariyah)

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 281


30. Mibrad, Ibnu. 2000. ghâyat as-Sûl ilâ ‘Ilmi‘l ushûl, disunting oleh Ahmad bin Thorqi (Beirut:
Dar el-Basyair el-Islamiyyah)
31. Musthofa Syalabi, Muhammad. Ushulu‘l Fiqhi‘l Islamiy (Beirut, Dar el-Jami‘iyyah,
tth) 32.Ridho alMudhoffar, Muhammad .1990. Ushûl Fiqh (Beirut, Muassasah el-A‘lami)
33.Ab• Zahrah, Ush•l al-Fiqh, Kairo : D±r al-Fikri al-’Arabi, tth.
34.Al-²mid³, Saif al-D³n, Al-Ihk±m f³ Ush•l al-Ahk±m, Beirut : D±r al-Kutub al-Ilmiyyah, 1983
35.Al-Andalus³, Ibnu Hazm, Al-Nabdzah al-K±fiyah f³ Ahk±m Ush•l al-D³n, Beirut: D±r al-Kutub
al-Ilmiyyah, 1985, Cet. ke-1
36. , Al-Ihk±m f³ Ush•l al-Ahk±m, Beirut : D±r al-²f±q al-Jad³dah, 1983, Cet. ke-2.
37. Al-Barzanj³, Abd al-Latf³f Abdullah Az³z, Al-Ta’±rudl wa al-Tarj³h bain al-Adillah al-Syar³’ah,
Beirut : D±r al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993, Cet. ke-1
38. Al-D•rain³, Muhammad Fath³, Buh•tsu Muq±ranah fi al-Fiqh al-Isl±m³ wa Ush•lihi, Beirut :
Muassasah al-Ris±lah, 1994, Cet. ke- 1
39. Al-Fasi, Muhammad ibn al-Hasan, al-Fikr al-Sami fi T±r³kh al-Fiqh al-Isl±m³, D±r al-Kutub al-
’Ilmiyyah, 1995, Cet. ke-1
40. Al-Farr±’, Muhammad ibn Husain, Al-Uddah f³ Ush•l al-Fiqh, Beirut : Muassasah al-Ris±lah ,
1980, Cet. ke-1
41. Al-Ghaz±l³, Abu H±mid, Al-Mustashf± min ‘Ilm al-Ush•l, Beirut : D±r al-Kutub al-’Ilmiyyah,
1983
42. Hasaballah, Ali, Ush•l al-Tasyri’ al-Isl±m³, Mesir : Dar al-ma’±rif, 1976

UJI PUBLIK
43. Hasan, Husain Hamid, Nazhariyyah al-Mashlahah fi al-Fiqh al-Isl±m³, Kairo : D±r al-Nahdlah
al- Arabiyyah, 1971
44. Ibnu Rusyd, Bid±yah al-Mujtahid wa Nih±yah al-Muqtashid , Semarang : Usaha Keluarga, tth.
45.Ibn al-Thayyib, Ab• al-Husain Muhammad ibn ‘Ali, al-Mu’tamad f³ Ushl al-Fiqh, Beirut : D±r
al-Kutub al-Ilmiyyah, tth.
46.---------, Dir±s±t Haula al-Ijm±’ wa al-Qiy±s, Mesir : Maktabah al-Nahdlah, 1987
47. Al-Kal•dz±n³, Mahf•zh ibn Ahmad ibn Hasan, Al-Tamh³d fi Ush•l al-Fiqh, Jiddah : D±r al-
Madan³, 1985, Cet. ke-1
48. Kam±l al-D³n Im±m, Muhammad, Ush•l al-Fiqh al-Isl±m³, Iskandariyah : D±r Mathb•±t al-
J±mi’ah, tth.
49. Khall±f, Abd al-Wahh±b, Mash±dir al-Tasyr³’ al-Isl±m³ f³ m± l± Nashsha f³hi; Kuwait : D±r al-
Qalam, 1972
50.----------, Ilm Ush•l al-Fiqh, Dar al-Qalam, 1977, Cet. ke – 11
51. Al-Khin, Mushthafa Sa’³d, Atsar al-Khil±f fi al-Qaw±id al-Ush•liyyah fi Ikhtil±f al-
Fuqah±`, Kairo : Muassasah al-Ris±lah, 1969
52. Al-Khudlari Bik, Muhammad, T±r³kh al-Tasyr³’ al-Isl±m³, Surabaya : Muhammad ibn Ahmad
ibn Nahban, tth., Cet. ke – 6
53.---------, Muhammad, Ush•l al-Fiqh, Beirut : D±r al-Fikri, 1988
54. Mughniyah, Muhammad Jaww±d, ‘Ilm Ush•l al-Fiqh f³ Tsaubihi al-Jad³d, Beirut : D±r al-’Ilm
al- Mal±y³n, 1975, Cet. ke-1
55. Musa, Sayyid Muhammad, Al-Ijtih±d wa Mad± H±jatin± ilaihi f³ h±dza al-’Ashr, Riy±dl : D±r
al-Kutub al-Had³tsah, tth.
56. Al-Qathth±n, Mann±’, Al-Tasyr³’ wa al-Fiqh al-Isl±m; T±r³khan wa Manhajan, tt.: Dar al-
Ma’±rif, 1989
57. Al-R±z³, Fakhr al-D³n, Al-Mahsh•l f³ Ilm Ush•l al-Fiqh, Beirut : D±r al-Kutub al-Ilmiyyah, tth.

282 Ushul Fikih Kelas XI MA PK


58. Saiban, Kasuwi, Metode Ijtihad Ibnu Rusyd, Malang : KutubMinar, 2005
59. Sh±lih, Muhammad Ad³b, Tafs³r al-Nush•sh fi al-Fiqh al-Isl±m³, Damaskus : al-Maktab al-
Isl±m³, 1984, Cet. ke- 3
60. Al-Sarakhs³, Ab• Bakr Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Sahl, Ush•l al-Sarakhs³, Beirut : D±r al-
Kutub al-Ilmiyyah, 1993
61. Al-Shan’±n³, Muhammad ibn Isma’il, Ush•l al-Fiqh, Beirut: Muassasah al-Ris±lah, 1988, Cet. ke-
2
62. Al-Sy³r±z³, Ab• Ish±q, Al-Luma’ f³ Ushl al-Fiqh Beirut : D±r al-Kutub al-Ilmiyyah, tth.
63. Al-Suy•th³, Jal±l al-D³n Abd al-Rahm±n, Al-Asybah wa al-Nazh±ir, Beirut : D±r al-Fikri, 1996,
Cet. ke 2

64. Al-Syafi’i, Abdullah ibn Muhammad ibn Idr³s, Al-Umm, Mesir : tp.:tth.
65.--------, Al-Ris±lah, Beirut : Dar al-Fikri, 1309 H
66. Al-Sy±thib³, Abu Ish±q, al-Muw±faq±t f³ Ush•l al-Syar³’ah, Beirut : D±r al-Ma’rifah, 1975
67. , Al-I’tish±m, tt. : Maktabah Sa’adah, tth.
68. Al-Syaukan³, Muhamad, Irsy±d al-Fukh•l il± Tahq³q al-haqq min ‘Ilm al-Ush•l, Beirut : D±r al-
Fikr, tth.
69. Zaid±n, Abd al-Kar³m, Al-Waj³z fi Ush•l al-Fiqh, Kairo : D±r al-Tauz³’ wa al-Nasyr al-
Isl±miyyah, 1993, Cet. ke-1
70. Al-Zuhaili, Wahbah, Ush•l al-Fiqh al-Islam³, Beirut : D±r al-Fikri,
1986 71.A.Syafi’I Karim, Fiqih dan Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia,
1997,
72.Djazuli, Ilmu Fiqih, Penggalian, dan Penerapan Hukum Islam, Jakarta: Prenada Media, 2005,
73.Al-Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad, Irsyad Al Fukhl Ila Tahqiq Al-Haq Min Ilmu

UJI PUBLIK
Al Ushul, Surabaya: Syirkah Multabaroh Ahmad bin Nabhan, Tanpa tahun,
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushulil Fiqh, Majlisul Ala Al Indunisi lid Da’watil islamiyah , Jakarta:
1972,
74. Amin Abdillah, Madzhab Jogja; Menggagas Paradigma Ushul Fiqh dan Kontemporer,
Yogyakarta: Ar-ruzz Press, 2002
75. Ghufran A Mas’adi, Pemikiran Fazlur Rahman Tentang Metodologi Pembaharuan
HukumIslam, Jakarta: Rajawali Press, 1997,
76. Fazlur Rahman, Mayor Themes of the Qur’an, Chicago; Biblioteca Islamica, 1980,
Taufiq Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas; Studi Atas Pemikiran Hukum Fazlur
Rahman, Cet III, Bandung: Mizan, 1992
77. Nasr Hamid Abu Zayd, Mafhum Al-Nash: Dirosah fi Ulum Al-Qur’an , Kairo: Al- Hidayah Al-
Amanah li Al- Kitab, 1993
78. Nasr Hamid Abu Zayd, Mafhum Nash; Dirosah fu Ulum Al-Qur’an, trj: LKIS “TekstualitasAl-
Qur’an; Kritik terhadap Ulumul Qur’an”, Yogyakarta; LKIS, 2002.
Nasr Hamid Abu Zayd, Kritik Wacana Agama, Yogyakarta: LkiS, 2003
79. Hilman Latief, Nasr Hamid Abu Zayd: Kritik Teks Keagamaan, Yogyakarta: eLSAQ Press, 2003.
80. M. In’am Esha, Muhammad Syahrur: Teori Batas dalam Khudori Soleh dkk, PemikiranIslam
Kontemporer, Yogyakarta: Jendela, 2003,

81. Muhammad Syahrur, Prinsip dan Dasar Hermeneutika Hukum Islam Kontemporer , Yogyakarta;
Elsaq Press, 2007
82. Abdullah, M. Amin, Paradigma Alternatif Pengembangan Ushul Fiqh dan Dampaknya pada
Fiqh Kontemporer, dalam Neo Ushul Fiqh: Menuju Ijtihad Kontekstual, (Yogyakarta: Fakultas
Syariah Press, 2004,)
83. Hasan al-Turābî, Pembaharuan Ushul Fiqh (terjemahan Afif Mohammad), (Bandung: Pustaka,
2003)
Syafi’i, Rahmat, Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia, 2007

Ushul Fikih Kelas XI MA PK 283


UJI PUBLIK

268 Ushul Fikih Kelas XI MA PK

Anda mungkin juga menyukai