MILIK NEGARA
TIDAK
DIPERDAGANGKAN
Disklaimer: Buku siswa ini dipersiapkan pemerintah dalam rangka implementasi
Kurikulum 2013. Buku ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah
koordinasi Kementerian Agama, dan dipergunakan dalam penerapan Kurikulum
2013. Buku ini merupakan “Dokumen Hidup” yang senantiasa diperbaiki,
diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika perubahan zaman.
Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
UJI PUBLIK
Untuk Madrasah Aliyah Kelas XI
ISBN XXX-XXX-XXXX-XX-X (jilid lengkap)
Madrasah
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia
UJI PUBLIK
Bahasa Arab ini diharapkan mampu menjadi acuan cara berpikir, bersikap dan bertindak dalam
kehidupan sehari-hari, yang selanjutnya mampu ditransformasikan ke dalam kehidupan sosial-
masyarakat dalam konteks berbangsa dan bernegara.
Pemahaman Islam yang moderat dan penerapan nilai-nilai keagamaan dalam kurikulum PAI
di madrasah tidak boleh lepas dari konteks kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdasarkan
Pancasila, berkonstitusi UUD 1945 dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang Bhinneka Tunggal ika. Guru sebagai ujung tombak implementasi kurikulum harus
mampu mengejawantahkan prinsip tersebut dalam proses pembelajaran dan interaksi pendidikan di
lingkungan madrasah.
Kurikulum dan buku teks pelajaran adalah dokumen hidup. Sebagai dokumen hidup memiliki
fleksibilitas, memungkinkan disempurnakan sesuai tuntutan zaman dan implementasinya akan terus
berkembang melalui kreatifitas dan inovasi para guru. Jika ditemukan kekurangan maka harus
diklarifikasi kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI c.q. Direktorat Kurikulum
Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah (KSKK) untuk disempurnakan.
Buku teks pelajaran PAI dan Bahasa Arab yang diterbitkan Kementerian Agama merupakan
buku wajib bagi peserta didik dan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran di madrasah. Agar
ilmu berkah dan manfaat perlu keikhlasan dalam proses pembelajaran, hubungan guru dengan peserta
didik dibangun dengan kasih sayang dalam ikatan mah}abbah filla>h, diorientasikan untuk
kebaikan dunia sekaligus di akhirat kelak.
Akhirnya ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan atau penerbitan buku ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang tidak akan
terputus, dan semoga buku ini benar-benar berkah-manfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Ami>n.
Ya>Rabbal ‘Alami>n.
Kamaruddin Amin
1. Konsonan
No Arab Nama Latin No Arab Nama Latin
L
U PUB IK
6 ح q
ḥa’ ḥ qaf
JI
21
15 ض d{ad{ d{
َ
ُسئِ ل
ﹻـ i su`ila
ُ َ ْ َ
ﹹـ u ي ذ هب yaz>habu
اؘ
UJI PU LIK a>
َ َ
قا ل Qa>la
B َْ
ِقي ل
ؚ ي i> Qi>la
ْ ُ َ
ؙ و يق و ل
u> Yaqu>lu
3. Ta’ Marbuthah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu:
1) Ta’ marbutah yang hidup atau berharakat fathah, kasrah, atau dammah ditransliterasikan
adalah “ t “.
2) Ta’ marbutah yang mati atau yang mendapat harakat sukun ditransliterasikan dengan “h”.
4. Syiddah (Tasydīd)
6. Hamzah
Hamzah yang terletak di akhir atau di tengah kalimat ditulis apostrof. Sedangkan hamzah yang terletak di
awal kalimat ditulis alif. Contoh:
Ditulis syai’un |شيئ
Ditulis ta’khuz>u تأخد
Ditulis umirtu أمرت
UJI PUBLIK
UJI PUBLIK
SEMESETER I
BAB I
AL UMURU BI MAQASHIDIHA
A. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 1
B. Tujuan Pembelajaran 3
C. Peta Konsep al Umuru Bi Maqashidiha 5
D. Prawacana al Umuru Bi Maqashidiha 6
E. Materi Pembelajaran 9
F. Contoh Aplikasi dalam Kehidupan 12
G. Hikmah 14
H. Mini Research Mengaplikasikan al Umuru Bi Maqashidiha 18
BAB II
AL YAKIN LA YUZALU BIS-SYAK
UJI PUBLIK
A. Kompetensi Inti dan Dasar 19
B. Deskripsi 20
C. Cerita Anak dan Ayah 21
D. Pengertian Al Yakin La Yuzalu Bis-Syak di Era Milenial 22
E. Dasar Hukum Al Yakin La Yuzalu Bis-Syak di Era Post Truth 24
F. Contoh Aplikasi dalam Kehidupan 25
G. Hikmah Al Yakin La Yuzalu Bis-Syak 26
H. Mini Research Mengaplikasikan Al Yakin La Yuzalu Bis-Syak 32
BAB III
AL MASYAQATU TAJLIBUT TAYSIR
A. Kompetensi Inti dan Dasar 33
B. Deskripsi 34
C. Cerita Anak dan Ayah 36
D. Pengertian Al Masyaqatu Tajlibut Taysir 37
E. Dasar Hukum Al Masyaqatu Tajlibut Taysir 39
F. Contoh Aplikasi dalam Kehidupan 41
G. Hikmah Al Masyaqatu Tajlibut Taysir 43
H. Mini Research Mengaplikasikan Al Masyaqatu Tajlibut Taysir 45
BAB V
AL ‘ADATU MUHAKKAMAH
A. Kompetensi Inti dan Dasar 56
B. Deskripsi 57
C. Cerita Anak dan Ayah 58
D. Pengertian Al ‘Adatu Muhakkamah di Globalisasi 59
E. Dasar Hukum Al ‘Adatu Muhakkamah Dalam Interaksi Sosial 60
F. Contoh Aplikasi dalam Kehidupan Al ‘Adatu Muhakkamah 61
UJI PUBLIK
G. Hikmah Al ‘Adatu Muhakkamah di Masa Akan Datang 64
H. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Al ‘Adatu Muhakkamah 65
SEMESETER II
BAB VI
AMAR DAN NAHI
A. Kompetensi Inti dan Dasar 66
B. Deskripsi 67
C. Cerita Anak dan Ayah 68
D. Pengertian Amar dan Nahi 69
E. Redaksi Amar dan Nahi Dalam Al Qur’an dan Sunnah 70
F. Kaidah Amar dan Nahi dan aplikasi contoh 71
G. Hikmah Amar dan Nahi di Masa Akan Datang (Futuristik) 73
H. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Amar dan Nahi 74
BAB VII
‘AM DAN KHAS
A. Kompetensi Inti dan Dasar 75
B. Deskripsi 76
C. Cerita Anak dan Ayah 77
D. Pengertian ‘Am dan Khas 78
E. Redaksi ‘Am dan Khas Dalam Al Qur’an dan Sunnah 79
BAB VIII
TAKHSIS DAN MUKHASIS
A. Kompetensi Inti dan Dasar 84
B. Deskripsi 85
C. Cerita anak dan ayah tentang Takhsis dan Mukhasis 86
D. Pengertian Takhsis dan Mukhasis 87
E. Redaksi Takhsis dan Mukhasis Dalam Al Qur’an dan Sunnah 88
F. Kaidah Takhsis dan Mukhasis 89
G. Hikmah Takhsis dan Mukhasis 90
H. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Takhsis dan Mukhasis 92
BAB IX
MUJMAL DAN MUBAYYAN
A. Kompetensi Inti dan Dasar 93
UJI PUBLIK
B. Antara Makna Global dan Rinci 94
C. Mudahnya Memahami Makna Mujmal dan Mubayyan 95
D. Contoh Produk Ijtihad Mujmal dan Mubayyan 96
E. Mujmal dan Mubayyan Dalam Al Qur’an dan Sunnah 97
F. Kontekstualisasi dan Aktualisasi Makna Mujmal dan Mubayyan 99
G. Studi Perbandingan Mujmal dan Mubayyan 100
H. Konsep Mujmal dan Mubayyan di Masa Akan Datang (Futuristik) 101
I. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Mujmal dan Mubayyan 102
BAB X
MURADIF DAN MUSYTARAK
A. Kompetensi Inti dan Dasar 103
B. Antara Makna Sinonim dan Antonim 104
C. Mudahnya Memahami Makna Muradif dan Musytarak 105
D. Contoh Produk Ijtihad Muradif dan Musytarak 106
E. Muradif dan Musytarak Dalam Al Qur’an dan Sunnah 108
F. Kontekstualisasi dan Aktualisasi Makna Muradif dan Musytarak 110
G. Studi Perbandingan Muradif dan Musytarak 112
H. Konsep Muradif dan Musytarak di Masa Akan Datang (Futuristik) 113
I. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Muradif dan Musytarak 114
BAB XII
ZAHIR DAN TAKWIL
A. Kompetensi Inti dan Dasar 125
B. Antara Makna Lahir dan Tersimpan (Hidden Meaning) 126
C. Mudahnya Memahami Makna Zahir dan Takwil 127
D. Contoh Produk Ijtihad Zahir dan Takwil 129
E. Zahir dan Takwil Dalam Al Qur’an dan Sunnah 131
UJI PUBLIK
F. Kontekstualisasi dan Aktualisasi Makna Zahir dan Takwil 133
G. Studi Perbandingan Zahir dan Takwil 135
H. Konsep Zahir dan Takwil di Masa Akan Datang (Futuristik) 137
I. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Zahir dan Takwil 139
BAB XIII
MANTUQ DAN MAFHUM
A. Kompetensi Inti dan Dasar 140
B. Antara Makna Tersurat dan Tersirat 141
C. Mudahnya Memahami Makna Mantuq dan Mafhum 142
D. Contoh Produk Ijtihad Mantuq dan Mafhum 143
E. Mantuq dan Mafhum Dalam Al Qur’an dan Sunnah 145
F. Kontekstualisasi dan Aktualisasi Makna Mantuq dan Mafhum 147
G. Studi Perbandingan Mantuq dan Mafhum 149
H. Konsep Mantuq dan Mafhum di Masa Akan Datang (Futuristik) 151
I. Mini Research Mengaplikasikan Konsep Mantuq dan Mafhum 152
U J
responsif, dan pro akti f,
BLIK
da
I P U
lam be rintera ksi
UJ I P U B LIK
TU JUAN PEM BELAJ ARAN
UJI PUBLIK
Kemudian, apa perbedaan kaidah ushul fikih dan kaidah fikih itu? mudah
sekali jawabannya:
UJI PUBLIK
fikih yang bersifat global (ijmal) dan hukum itu sendiri. Sedangkan
kaidah fikih objeknya adalah perbuatan mukallaf dan hukum fikih yang
diterapkan padanya.
2) Dari segi sifatnya, kaidah ushul bersifat kulli (universal) yang berlaku
terhadap seluruh objeknya. Sedangkan kaidah fikih bersifat aghlabiyah
(mayoritas), hanya berlaku terhadap sebagian besar objeknya dan masih
mengandung banyak pengecualian.
4) Dari segi waktu lahirnya, kaidah ushul munculnya lebih dahulu dari pada
masalah furu’( fikih), sedangkan kaidah fikih munculnya lebih akhir dari
masalah furu’.
Selanjutnya, lima kaidah induk ushul fikih itu apa saja? catat dan fahami
dengan baik ya?
(2) al yakin la yuzalu bis syak, artinya keyakinan tidak bisa digoyahkan
hanya dengan keraguan yang baru muncul,
UJI PUBLIK
(5) al ‘adatu muhakkamah, artinya kearifan lokal (kebiasaan baik) bisa
dijadikan kebijakan hukum.
niatnya”?, tentu saja pernah dan sering mendengar kalimat tersebut bukan?
karena kalimat ini sudah tidak asing di telinga, bahkan sangat terkenal di
(َص ِدها
َ ُ)ر ْو ُم األ, artinya segala seseuatu tergantung dari niatnya ini
م َق|ا
adalah kaidah pertama dalam ushul fikih yang pengertian luasnya “segala
sesuatu baik ucapan maupun perbuatan seseorang hubungannya dengan
Allah Swt atau sesama makhluk, maka nilainya ditentukan oleh niat atau
tujuan melakukannya”. Dalam hal beribadah kepada Allah Swt misalnya, niat
menjadi ru
U JI P U B
kun ya ng menen tuka n sah atau
L IK
ti dakny a s uatu amal, sedangkan
dalam mu’amalah (interaksi sosial) yang berhubungan dengan sesama
makhluk seperti diskusi kelompok, gotong-royong, menjaga kelestarian alam,
menjaga persatuan, saling menghormati, jual beli, sewa menyewa, tolong
menolong, dan sebagainya niat baik atau niat tidak baik di hati seseorang
menjadi sebuah penentu, apakah perbuatan-perbuatan tersebut mempunyai
nilai ibadah ataukah tidak bernilai ibadah sama sekali? Itu semua tergantung
niatnya.
Ayo bercerita
Dengan memahami kaidah pertama ini, diharapkan lebih bisa memaknai hidup untuk mencapa
Ayo ceritakan pengalamanmu di hadapan guru dan teman-temanmu tentang segala sesuatu terg
UJI PUBLIK
Wawasan Lain
Empat ayat dan satu hadits di atas, dapat difahami bahwa siapapun orangnya tanpa
terkecuali dalam kehidupan nyata sehari-hari baik ketika melakukan ibadah mahdhah
(formal) seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Maupun ibadah ghairu mahdhah (non
formal) seperti muamalah (interaksi sosial), bersekolah, bekerja, belajar dan seterusnya,
jika niat dan tujuannya untuk kepentingan duniawi seperti shalat dan puasanya ingin
mendapatkan pujian sebagai ahli ibadah yang rajin, sekolah atau kuliah hanya untuk
meraih ijazah atau gelar kemudian mendapatkan pekerjaan yang diharapkan, atau berhaji
yang niatnya ingin jalan-jalan dan mengisi liburan misalnya. Maka nilai perbuatan itu
selesai dan sebatas di dunia saja tanpa memperoleh pahala di akhirat yang selama-lamanya
dan juga keredhaan dari Allah Swt karena salah niat dan hanya sebatas untuk kepentingan
duniawi yang terbatas ini.
UJI PUBLIK
Berbeda jika ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah seseorang, niat dan tujuannya
tulus lurus suci bersih karena Allah Swt, cirinya andaikan dipuji orang lain tidak tinggi
hati, dihina orang lain tidak sakit hati, tidak mudah baper (bawa perasaan). Hidupnya
stabil selalu beribadah pada saat apapun baik susah maupun senang, bahagia atau sedih,
kondisi lapang punya uang atau sempit, sehat atau sakit dan seterusnya. Maka akan
mendapatkan keredhaan dari Allah Swt berupa ampunan, kasih sayang, pahala yang besar
melimpah di akhirat melebihi kenikmatan apapun di dunia ini. Setelah mengetahui
perbedaannya, ingin pilih yang mana? Masih ada niat bukan karena Allah? Mari awali
segala perbuatan niat karena Allah, meskipun makan, minum, tidur, belajar, berolahraga
dan seterusnya. Apalagi dalam hal ibadah? Niatkanlah hanya karena Allah Swt semata
Sudahkah anda megawali niat segala sesuatu karena Allah pada hari ini? Sudahkah
anda mulai niat sejak bangun pagi? Kalau lupa, ayo mulai tata niat dengan: inna shalati
wa nusuki wamahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin la syarika lahu wa bidzalika
umirtu wa ana minal muslimin”. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku
hanya untuk Allah Tuhan sejagat alam raya, aku berjanji tidak akan menyekutukan-Nya
(dengan melenceng niat) maka dari itu aku diperintahkan untuk menjadi kelompok orang-
orang Islam (tunduk patuh kepada Allah).
1. Hikmah dari empat ayat dan satu hadits di atas, adalah para pakar ushul fikih merumuskna
konsep umum yang bisa mengurai permasalahan di kehidupan manusia baik dahulu,
sekarang dan yang akan datang dengan membuat kaidah (aplikasi sistem) pertama : al
umuru bi-maqashidiha atau segala sesuatu tergantung niatnya, kaidah ini merupakan
hidden meaning (makna yang tersembunyi) dalam sabda Baginda Rasullullah Saw yang
diriwayatkan oleh Sahabat beliau Umar bin Khattab ra. di dalam Shahih al-Bukhari
sebagaimana penjelasan dasar hukum nomor 5:
UJI PUBLIK
Namun ketika melamarnya dia menolak dan memberikan syarat dia mau menerima
lamarannya jika mau ikut bersamanya hijrah (berpindah/ transmigrasi) ke Madinah.
Karena kecintaannya terhadap wanita tadi, niat hijrah bersama Rasullullah Saw yang
seharusnya murni tulus suci karena menunaikan perintah Allah Swt melenceng terkotori
oleh niat ingin meraih kepentingan dunia saja yaitu menikahi wanita tersebut. Setelah
sampai di Madinah Baginda Rasullullah Saw mengemukakan hadits ini.
3. Dari pentingnya hadits ini, Imam Syafi’i menjelaskan panjang lebar di kiatb Fikih (hukum Islam)
sampai 70 bab karena semua ibadah membutuhkan niat seperti thaharah (bersuci) baik wudhu,
tayammum, membasuh sepatu khuf, mandi wajib atau sunnah, dan seterusnya. Atau shalat seperti
shalat wajib, shalat sunnah, ada’(shalat berada di waktunya), qadha’ (shalat di luar waktu), jama’
(menggabungkan shalat), qasar (meringkas shalat), menjadi imam, ma’mum, dan seterusnya.
4. Seseorang yang melakukan segala hal tanpa ada niat yang lurus, hasilnya bisa jadi bagus. Tapi
tidak mendapatkan keridhaan dan pahala dari Allah Swt, maka sudah saatnya mulai sekarang
perbaiki kembali niat yang tulus karena Allah Swt, karena niat yang baik akan melahirkan
seseorang. Satukan niat dan perjuangan untuk mewujudkan mimpi besar dalam kehidupan menjadi
master of civilization (penggerak garda depan dalam peradaban dunia), jangan sampai melewatkan
UJI PUBLIK
Ikhlas ?
Tujuan
Syirik ?
UJI PUBLIK
Ramadhan, umpama anakku mendahulukan niat puasa setelah shalat
tarawih atau sebelum masuk waktu fajar karena niat puasa tidak berada di
awal ibadah
Anak : adakah ibadah yang tidak membutuhkan niat ibu?
Ibu : ada, yaitu ibadah yang tidak ada kemiripan dengan adat kebiasaan
seperti beriman kepada Allah, khasyatillah (Takut kepada Allah), berharap
kepada Allah, ingat kepada Allah (dzikrullah), adzan dan membaca al-
Qur’an kecuali nazar wajib diniatkan.
Anak: kalau meninggalkan kemaksiatan apakah perlu niat Ibu?
Ibu : tidak, meninggalkan kemaksiatan tidak perlu niat seperti
meninggalkan pacaran, nonton situs maksiat, zina, tetapi kalau
meninggalkan perbuatan pacaran, situs porno dan zina niatnya karena takut
terkena aids maka tidak bernilai ibadah.
Anak: ayah letak niat itu di mana?
Ibu: letak niat itu di hatimu karena hakikat niat adalah orientasi atau tujuan
yang terbesit di hatimu, untuk itu niatmu harus seirama dengan amal tidak
cukup hanya di mulut saja. Seperti anakku niat bercita-cita untuk
membangun peradaban dunia melalui mendirikan rumah sakit besar yang
menggratiskan biaya untuk fakir miskin, mulai sekarang kamu harus selalu
berdo’a kepada Allah dan bersungguh-sungguh belajar meraih imipian
besarmu.
Ayo Menganalisis
Kaidah al umuru bi maqashidiha
Dasar logika: Dengan memahami kaidah pertama ini, tentunya diharapkan akan lebih bisa memaknai hidup
benar sesuai dengan tuntunan syari’ah atau belum?
disarikan dapatَ (األ ُم ْو ُر ِب َمقَا ِص ِدهاpokok) mayor menjadi beberapa kaidah minor
Dari kaidah
(cabang) sebagaimana perincian berikut ini :
UJI PUBLIK
Aktifitas Peserta Didik (Diskusi, dst)
UJI PUBLIK
PUBLIK
memerasnya saja bukanlah tindakan tercela.
´ ي ˚ض ر
´و ´ت˚ ف ´ع˚ي ´و أ ˚خ ˚ج ما ل´ ´ي ˚ش´ ت¸ رط˚ ال ت ´ع˚ر ˚ض ´ل- ´٢
¸ص˚ ًي ل ¸إ´ ذا ´ن ´طأ˚ ´ل ˚م ˚م´ل
˚ه ˚ة
Seseorang yang melakukan shalat jenazah dengan niat dan anggapan Contoh
mayit
I P U B L
laki-la ki da n terny ata ma yit
UJ
ter
IK
seb
Bagaimana hukumnya niat seseorang yang keliru niat shalat yang Diskusi
harusnya isya’ ternyata maghrib!
ا ص د الل ف ظ عل ى ن ي ة
مق-٥ ال ّلف ظ
Untuk menetukan maksud sebuah ungkapan yang menerima Arti
multitafsir, harus dikembalikan kepada niat orang yang
mengucapkannya.
Seseorang yang mengucapkan lafad talak sebanyak tiga kali tanpa Contoh
huruf ‘ataf; jika disertai niat isti’nāf, maka jatuh talak tiga. Dan jika
ia hanya bermaksud taukid, maka jatuh talak satu.
UJI PUBLIK
UJI PUBLIK
2. Dasar hukum kaidah al umuru bi maqashidiha adalah (QS. Ali Imran: 145),
(QS. An-Nisa’: 100), (QS.al-Baqarah: 265), (QS.al-Baqarah: 225)
3. Contoh dalam kehidupan: Jika ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah kita,
niat dan tujuannya tulus lurus suci bersih karena Allah Swt, maka akan
mendapatkan keredhaan dari Allah Swt berupa ampunan, kasih sayang,
pahala yang besar melimpah di akhirat melebihi kenikmatan apapun di
dunia ini, cirinya andaikan dipuji orang lain tidak tinggi hati, dihina orang
lain tidak sakit hati, tidak mudah baper (bawa perasaan).
UJI PUBLIK
sesuatu tergantung niatnya, Imam Syafi’i menjelaskan panjang lebar di
kitab Fikih (hukum Islam) sampai 70 bab karena semua ibadah
membutuhkan niat seperti thaharah (bersuci) baik wudhu, tayammum,
membasuh sepatu khuf, mandi wajib atau sunnah, dan seterusnya. Atau
shalat seperti shalat wajib, shalat sunnah, ada’(shalat berada di waktunya),
qadha’ (shalat di luar waktu), jama’ (menggabungkan shalat), qasar
(meringkas shalat), menjadi imam, ma’mum, dan seterusnya.
Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan pengertian kaidah pertama al umuru bi maqashidiha,? Baik secara
etimologi (bahasa) atau secara terminologi (istilah)?
2. Jelaskan tujuan niat?
3. Jelaskan adakah ibadah yang tidak membutuhkan niat?
4. Jelaskan lima pengertian kaidah minor al umuru bi maqashidiha? Sekaligus
contohnya masing-masing!
5. Jelaskan hikmah kaidah pertama al umuru bi maqashidiha?
UJI PUBLIK
U JI B L I
1. (SIKAP SPRI RITUA L) 1 .2. Men ghayat i
PU K
Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya
ke benaran hukum Islam
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
pokok fikih yang kedua
BLIK
U J
kreatif, produk tif, kriti s,
I PU
ma ndiri, kolaboratif,
TUJUAN PEMBELAJARAN
Syak
UJI PUBLIK
UJI PUBLIK
keresahan.
jawaban;
ada, seperti ketika seseorang ingin melaksanakan shalat ashar di awal waktu
masjid, maka keyakinan sudah masuk waktu ashar ini sesuai dengan
kenyataan yang ada yaitu dengan mendengarnya langsung suara adzan ashar
di masjid-masjid sekitar.
pasti serta dibenarkan oleh hati dengan dukungan argumentasi kuat sehingga
menolak segala hal yang tidak pasti dan masih diragukan, contohnya ketika
UJI PUBLIK
dukungan argumentasi kuat bahwa semua ciptaan baik yang ada di cakrawala
langit yang sangat luas dan besar luar biasa ini terdiri dari milyaran planet
termasuk bumi yang dihuni olehnya, pada kenyataannya bumi yang dihuni
planet yang lain di jagat alam raya ini. Argumentasi ini menambah
keyakinannya bahwa semua ciptaan di jagat alam raya yang sangat luas ini
tidak mungkin ada, kalau tidak ada yang menciptakannya. Maka dengan
diuji secara teliti dan mendalam tentang struktur tubuh manusia dari ujung
manusia dengan yang lain memiliki perbedaan yang signifikan baik dari
rambut, kulit, sidik jari, lensa mata, darah, DNA dan seterusnya, lebih
mencengangkan lagi semuanya berbeda tidak ada yang sama meski anak
kiamat terjadi semuanya berbeda satu sama lain, hasil penelitian ini
UJI PUBLIK
menguatkan keyakinan dan kesadaran seseorang atas kewujudan Allah Swt,
Subhanallah! ini baru susunan struktur tubuh manusia yang kecil ini,
belum susunan kosmis (jagat alam rauya) yang sangat luas di antariksa sana?
yang tidak pasti antara tidak ada dan ada, contoh ketika ulama’sekaligus
Allah Swt, kebijaksanaan Allah Swt dengan didukung ilmu pengetahuan yang
luas dan mendalam. Sehingga otomatis hilanglah keraguan atas tidak adanya
Tuhan sang pencipta segalanya, maka lahirlah kesadaran pada diri mereka
bahwa Allah Swt Maha Melihat, bagaimana tidak Maha Melihat kalau
umur, waktu, ruang, zaman. Sedangkan semua ciptaan termasuk umur, ruang,
susunan jagat alam raya ini? Adakah ruang yang tidak di ketahui Allah Swt?
pucuk gunung, bahkan di antariksa sekalipun, Allah Swt tahu tidak? Inilah
UJI PUBLIK
pentingnya keyakinan (tauhid, iman, membangun pola pikir) dan kesadaran
melalui ilmu atas kewujudan Allah Swt, kebesaran Allah Swt, kebijaksanaan
Allah Swt. Sehingga membangun pola pikir benar-benar takut kepada Allah
Swt setakut-takutnya dan tidak berani berbuat maksiat karena sadar dan yakin
seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan sama sekali bahwa Allah Swt Maha
segala-galanya. Semua ciptaan baik langit dan bumi serta seluruh isinya
yakin la yuzalu bis-syak ini, apa yang harus kita bangun kerangka berfikir
antara lain:
ketika meneliti susunan DNA yang sangat detail dan rumit, sehingga
U JI P U B
(2) ‘Ai nul Ya kin , arti nya menge tahui
jumlahnya jutaan?
andaikan planet satu dengan yang lain geser sedikit dari garis edaran
orbitnya apa yang terjadi? Planet satu dengan yang lain akan saling
UJI PUBLIK
yang ada di dalam planet itu. Subhanallah Allah Maha Kasih dan
Maha Sayang kepada kita dengan mengatur secara detail dan rapi
´ول´ ˚و ف´ت ´ ˚حن´ا ´عل´ ˚ي ¸هم ب´ابًا ’¸م ´ن ال س ´ماء ف´ ´ظلُّوا˚ ¸في ¸ه ي´ ˚ع ˚ر ˚جو ´ن
ngit, kemudian mereka dapat naik melalui pintu itu.
Al Hijr (15):14
¸ ¸م ˚ن أ ´ ˚ق ´طا ¸ر ال س ´ما ´وا ¸ت ´وا ْ̊ل ´ ˚ر ¸ض ف´انف˚ذ˚وا َ´ل ت ´نف˚ذ˚و ´ن إ¸ َل ¸ب ˚س ˚ل ´طا „ن ي´ا ´م ˚ع ´ش ´ر ا ˚ل ¸ج ’¸ن ´وا ˚ ل¸ْن
s keluar dari kawasan-kawasan (angkasa raya) langit dan bumi, maka cobalah kamu menembus keluar. Kamu tidak akan menembu
Ar Rahman (55):33
Keyakinan Maha Kuasa-Nya Allah SWT, manusia di masa yang akan datang akan menjelajah angkasa
“Demi langit yang mempunyai jalan-jalan yang berbagai bentuk keadaannya” Adz Zariyat (51):7
Dan Kami telah menjadikan langit sebagai bumbung yang terpelihara dan terkawal, sedang mereka (yang kafir itu) berp
Al Anbiya (21):32
Dengan memahami kaidah kedua ini, diharapkan keyakinan yang penuh totalitas kepada Alla
Ayo ceritakan keyakinan atas terwujudnya impian besarmu untuk membangun Indonesia te
hadapan guru dan teman-temanmu tentang keyakinan tidak akan tergoyahkan
Wawasan Lain
Kaidah keyakinan tidak akan bisa digeser oleh keraguandasar hukumnya al Qur’an
dan Hadits:
فى صُلته فلم يدر واحدة إذا سها أحدكم: .ص.قوله م-٦
فإن لم يدر ثنتين صلى. فلينن على واحدة،صلى أو اثنتين
، فإن لم يدر ُثلثا صلى أم أربعا. فليبن على ثنتين،أم ثُلثا
)ر|واه. وليسجد سجدتين قبل أن يسلم،فليبن| على ثُلث
( حديث حسن صحيح: وقال،الترمذي
“Jika terjadi dalam salah satu dari kalian keraguan ketika menunaikan shalat tentang
berapa jumlah bilangan rakaat shalatnya, satu atau dua? Maka pilihlah satu, jika dua
atau tiga? Pilihlah dua. Jika tiga atau empat? Pilihlah tiga. Sebelum salam maka sujudlah
(sujud sahwi) (HR. Imam Tirmidzi, termasuk kategori Hadis Hasan Shahih).
U JI P U B
Tiga ayat dan tiga ha dits di ata s, dap at difa hami
bL I K
ahwa :
takut kepada Allah Swt setakut-takutnya dan tidak berani berbuat maksiat
karena sadar dan yakin seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan sama sekali
bahwa Allah Swt Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha Mendengar, Maha
Kuasa dan Maha segala-galanya. Semua ciptaan baik langit dan bumi serta
dalamnya makanan, minuman dan selainnya itu hukumnya halal kecuali yang
makanan dan minuman dari hasil uang korupsi, manipulasi, menipu dan
yang tidak ada dalil yang mengharamkannya hukum asalnya boleh seperti
membuat status di media sosial selama tidak menyebarkan hoax, fitnah, isu
Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945 maka hukumnya boleh. Yuk baca
kembali surat Al-An’am ayat 145 dan surat Al-A’raf ayat 32 ya gaes...(al
UJI PUBLIK
yakin la yuzalu bis-syak).
(3) Ketika seseorang melaksanakan shalat dalam keadaan yakin suci karena
sebelumnya dia telah berwudhu, namun di tengah shalatnya dia ragu antara
batal atau tidak karena merasakan ada kentut tetapi tidak yakin. Maka
keraguan yang muncul belakangan tidak bisa membatalkan apa yang
sebelumnya telah yakin yaitu keadaan suci, artinya shalatnya sah selama
telinga benar-benar tidak mendengarkan suara kentutnya atau hidung benar-
benar mencium aroma kentutnya (al yakin la yuzalu bis-syak).
(5) Ketika seseorang baru saja mengambil air wudhu di tempatt wudhu
masjid, kemudian muncul keraguan dalam hatinya, wudhunya sudah batal
Perenungan
UJI PUBLIK
menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”
(al-Baqarah:185), “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan
manusia dijadikan bersifat lemah (an-Nisa’:28), “Allah tidak hendak
menyulitkan kamu”(al-Maidah:6)
3. Keyakinan menjadi tendensi dasar dalam segala hal baik ibadah maupun
mu’amalah untuk mencapai prinsip umum dalam fikih: keadilan (juctice, al
adalah), persamaan (equal, al-musawwah), dialogis (as-syura, analisis kritis),
kebebasan (al huriyyah, freedom), dan mewujudkan kemaslahatan manusia
(maslahah, public interest) baik di dunia sampai akhirat.
5. Islam hadir sebagai penebar kasih sayang, dan kemudahan kepada segenap
umat manusia agar dapat menjalankan ajarannya dengan mudah. Kaidah al
yakin la yuzalu bis-syak sebagai sebuah manifestasi (cerminan) akan ajaran
kemudahan Islam yang sangat penting.
6. Kaidah al yakin la yuzalu bis-syak berperan dalam tema besar hukum Islam,
UJI PUBLIK
yaitu: ‘Ibâdat (ibadah), Mu‘âmalât (interaksi sosial), ‘Uqûbât (sanksi) dan
Aqdhiyât (ketetapan hukum).
UJI PUBLIK
UJI PUBLIK
Amatilah gambar di atas, renungkan dan kaitkan dengan materi yang anda pelajari! Buatlah
narasi dari hasil renungan anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
3..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
IK
U UB JLI P
sakit, la borator ium? Ber ikan
saran kepada nya! Diskusikan
IK
membuat rumah toko? Berikan penjelasan!
U JI P
Diskusika n denga n te man-te man
U BL
k alian!
9 Kamar mandi umum dipatok tarifnya Rp. 3.000 (tiga
ribu), bolehkah seseorang mandi selama dua jam?
Apakah dia tetap bayar Rp. 3.000 !
Sebuah peristiwa atau hukum yang telah diyakini positif atau Arti
negatifnya di masa lampau, maka berlaku untuk selanjutnya, selama
tidak ada hal yang dapat merubahnya.
Orang yang telah yakin bahwa dia positif masih suci, kemudian dia Contoh
ragu telah berhadas, maka statusnya tetap masih suci. Atau juga
sebaliknya, dia yakin bahwa dia dalam keadaan hadas, tetapi
selanjutnya dia ragu bahwa dia dalam keadaan suci maka statusnya
tetap hadas.
Seseorang yakin sudah shalat subuh seperti kebiasaanya bangun pagi, Diskusi
karena ngantuk dan tidur lagi dan terbangun jam 07.00 pagi,
kemudian ragu apakah sudah shalat shubuh atau belum? Apa yang
sebaiknya harus dia lakukan!
UJI
Praduga tak bersalah atau manusia hakekatnya bebas dari kewajiban Arti
dan tanggungan tertentu, karena manusia terlahir steril dari sebuah
tanggungjawab, beban dan tanggungan tertentu.
Arti Bahwasanya segala sesuatu yang tidak disinggung nash syara` atas
keharaman atau kehalalan hal tersebut maka menurut madzhab Syafii
dihukumi halal, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Adapun
madzhab Hanafi berpendapat sebaliknya.
Contoh Hewan yang tidak diketahui jenis kelaminnya maka dihukumi hewan
yang halal.
Arti
UJI
Bahwasannya hukum asal wath‘i dan istimta’ wanita adalah haram,
kecuali dengan cara menikahinya dikarenakan ada kepentingan
mendapatkan keturunan.
Dasar إَل عل•ى أزواجهم أو ما ملكت أيديهم فإنهم غير ملومين،والذين هم لفروجهم حا•فظو•ن
Hukum
(QS. )
Contoh Jika terjadi ketidakjelasan identitas istri dengan wanita lain dalam
suatu situasi tertentu, maka tidak diperbolehkan berijtihad untuk
menggauli salah satunya.
Arti Bahwasanya hukum asal atas atribut imanen sesuatu hal adalah tidak
ada
Contoh Ketika terjadi perselisihan antara penjual dan pembelidalam hal serah
terima barang dagangan atau harga barang, maka yang dapat
mempunyai kekuatan hukum adalah salah satu dari keduanya yang
menyangkal atas serah terima tersebut. Karena hukum yang asal
adalah belum terjadi serah terima.
Diskusi
U J I I PK U
K etika te rjad i persi lihan a ntara
B L
ay ah dan anak t enta ng uang senilai 10 juta,
Arti Terkait bahwa hukum asal atas segala atribut imanen suatu hal adalah
tidak ada, maka jika terjadi adanya pertentangan waktu terjadinya hal
tersebut maka yang dapat diperhitungkan adalah waktu terdekat
dengan kejadian tersebut.
Contoh Jika terjadi ada seorang wanita mati setelah menyerahkan kembali
maharnya kepada suaminya, dimana sang suami mengatakan bahwa si
mayyit menyerahkannya pada waktu sehatnya, sementara itu para ahli
waris mengatakan pada waktu sakitnya, maka yang mempunyai
kekuatan hukum adalah yang dikatakan oleh para ahli waris tersebut.
Diskusi Ada orang yang tiba-tiba meninggal tanpa sebab, sebelumnya dia
pernah dipukul seseorang sehari yang lalu. Bisakah orang yang
memukul itu dijadikan tersangka pembunuhan? Berikan
penjelasannya!
Arti Bahwasannya hukum asal atas segala bentuk ibadah baik secara fisik
maupun non fisik adalah terlarang kecuali ada dalil yang
memperbolehkan melakukannya. Adapun hukum atas segala bentuk
U
U JB LI I K
P
h ubunga n so sial a ntar
m asyarak at pad a hake kat nya
Arti Jika tidak memungkinkan untuk memakai makna hakiki, maka dapat
dialihkan kepada makna majazi
Contoh Jika seseorang masuk ke dalam rumah orang lain atas ijinnya untuk
meminum dengan memakai gelasnya, kemudian gelas tersebut jatuh,
maka seseorang tadi tidak diwajibkan mengganti, karena dia tidak
dilarang minum dengan gelas secara terang-terangan.
Pengecualian
U LJ I I K
P U
A da ses eora ng yan g me mbeli
B
s uatu b arang den gan ada cacatnya,
Diskusi Bagaimana hukumnya nikah sirri yang secara syariah sah karena ada
mahar, dua saksi dan kedua mempelai? Berikan alasannya!
•َلعبرة بالتوهم-١١
Contoh Jika ada seseorang yang tidak mengetahui arah kiblat, kemudian dia
sholat dengan tanpa melalui proses verifikasi dan ijtihad terhadap arah
kiblat tersebut, maka sholat orang tersebut tidak sah.
Pengecualian Jika ada rumah sewa roboh, maka sesungguhnya transaksi sewa-
U JI P U
m enyew a tid ak men jadi b atal.
Diskusi
BLIK
Bagaimana hukumnya orang yang menjalakan shalat di planet Mars
tanpa mengetahui arah kiblat yang pasti?
Arti Suatu perbuatan yang terkait dengan sebuah hukum ataupun hak
pribadi yang didasarkan pada sebuah persangkaan, maka kekuatan
hukumnya akan menjadi hilang bila persangkaan tersebut terbukti
salah.
Contoh Jika ada seseorang sholat dengan memakai pakaian yang disangka
suci, tetapi kemudian terbukti pakaian tersebut najis, maka orang
tersebut wajib mengulang sholatnya.
Pengecualian Jika ada seseorang sholat jamaah dengan imam yang disangka suci
dari hadats, kemudian terbukti bahwa imam tersebut berhadats maka
sholat orang tersebut tetap sah.
Arti Tidak ada satupun sebuah argumentasi mempunyai efek hukum, jika
dimungkinkan adanya sebuah asumsi yang bertolak dari sebuah dalil.
Contoh Jika ada seseorang dalam kondisi sakit yang mendekati kematian,
mengaku kepada sebagian ahli warisnya bahwa dia punya hutang,
maka tidak boleh langsung menjalankan pengakuannya tersebut.
Diskusi Jika ada orang yang mengaku seorang nabi, bagaimana hukumnya?
Ayo Menganalisis
Kaid IK B L
U JI P Uah al ya kin l a yu zalu b is sya k
Dasar logika: Keyakinan adalah lebih kuat daripada keraguan, karena keyakinan memuat ketentuan hukum y
diruntuhkan hanya dengan keraguan
Dari kaidah mayor (pokok) بالش||ك ليزا||لاليقي||نdapat disarikan menjadi beberapa kaidah minor (cabang) sebag
UJI PUBLIK
I
P U lmu !
UJI PUBLIK
Ayo Jelaskan!
Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan pengertian kaidah kedua al yakin la yuzalu bis syak? Baik secara
etimologi (bahasa) atau secara terminologi (istilah)?
2. Jelaskan perbandingan antara tingkatan keyakinan dan keraguan seseorang?
3. Jelaskan contoh dalam ibadah dan muamalah kaitannya dengan kaidah mayor al yakin la
yuzalu bis syak?
4. Jelaskan tiga belas pengertian kaidah minor al yakin la yuzalu bis syak? Sekaligus
contohnya masing-masing!
5. Jelaskan hikmah kaidah kedua al yakin la yuzalu bis syak!
secara efektif s
U
esuai
BLIK
JI
de nga n
P U
perke mban gan
UJI PUBLIK
Kaidah mayor yang ketiga di dalam ushul fikih adalah al Masyaqatu Tajlibut Taysir,
artinya kesulitan mendatangkan kemudahan. Kaidah ketiga ini memberikan pemahaman
kepada umat Islam dengan membangun kerangka berfikir pentingnya menerapkan dispensasi
(kemudahan) kepada siapapun yang kadang kala terjadi baik ketika menjalankan ibadah
maupun interaksi sosial (muamalah) untuk meminimalisir kesulitan.
Kaidah al Masyaqatu Tajlibut Taysir adalah bagian dari mengamalkan ajaran agama
Islam yang moderat (harmonis, bersinergi) atau adil dengan mengambil jalan tengah dari
kedua sikap antara sikap “tasaahhul” atau mempermudah masalah agama dan sikap ngawur
(ceroboh, gegabah) atau “guluw” artinya mempersulit diri sendiri dalam memahami dan
mengamalkan agama.Tetapi bersikap “tawas-suth” (moderat, wajar), sebab di dalam ajaran
Islam, hukum dan perintah agama ada yang bersifat ketat (‘azimah) dan ada yang bersifat
mendapatkan kemudahan (rukhshah, dispensasi) keduanya karena ada alasan atau sebab
Disepensasi yang bersifat antisipatif di atas menunjukkan bahwa ajaran Islam selalu
shalihun likulli zaman wa makan (selalu harmonis dengan situasi dan kondisi), fleksibel
UJI PUBLIK
(lentur, dinamis, mutaharrikah), selalu memperhatikan hubungan antara perintah dengan
pelaksanaannya serta konteks (situasi dan kondisi) dimana perintah tersebut mesti
dilaksanakan, semuanya ini merupakan ciri moderasi (tengah-tengah, wajar) keadilan dalam
menjalankan ajaran Islam. Sehingga membentuk umatnya menjadi orang yang moderat
dengan memiliki ciri khas, antara lain; (1) adil dalam bersikap, (2) bijaksana dalam berfikir,
(3) selalu mengutamakan kemaslahatan umat yang lebih luas(public interest), (4) bersikap
toleran atau tidak kaku (rigid) dan (5) menghormati perbedaan dengan tidak merasa dirinya
paling benar atau tidak keras kepala (ekstrim). Semuanya ini karena Allah tidak menghendaki
dalam pelaksanaan ajaran agama Islam menimbulkan kesulitan (masyaqh) dan menyebabkan
penderitaan pada hamba-Nya. Kalau Allah Swt saja sangat Maha Kasih dan Sayang terhadap
semua hamba-Nya, bagaimana dengan anda?
kondisi tertentu, kalimat tajlibu artinya mendatangkan, sedangkan kalimat taysir artinya
kemudahan, keringanan, dispensasi. Dasar hukum kaidah ketiga ini adalah surat al
Baqarah:185, al-Hajj:78, yang akan dijelaskan berikut ini. Dengan memahami penjelasan
mendalam tentang kaidah ketiga ini akan membuka gerbang pemikiran manusia untuk
lebih luas dan dalam cakrawala pemikirannya. Terutama anda sebagai calon-calon ulama’
Dengan memahami kaidah ketiga ini, diharapkan tumbuh kepedulian, kepekaan, membantu, tol
Ayo ceritakan pengalamanmu membantu meringankan kesulitan orang lain tekait kaidah kesuli
n JILai n
صل
ُ أَن تَ صر من علَ ج و ِإذَا ضر ْبتُ ْم ِفي ا ض فَ|ل-١
ن ال ْق ح وا ْيكم نَ|ا ْيس ْ َأل| ْر
ۚ خ ْفتُ ْم أَن َي ْف َِتن كم الَ|ّ ِذين روا
كف
“Dan apabila kamu bepergian di muak bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qasar
sembahyang (mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir” (QS. An-Nisa’:101)
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS Al-
Baqarah : 185)
B
„ج حر ْي
LK
ا|ل
I
ين ن ِد
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (QS Al-Hajj:
78)
سمحة
ِ ح ِني ْل س
ت
ب ِف َي|ّة
66 Ushul Fikih Kelas XI MA PK
ِإ ِّني أُ ْر-٨
“Aku diutus dengan membawa nilai-nilai yang lurus dan ramah (toleran).” (HR Ahmad no. 25962)
، وق ربُو ْ شروا شادَّ| ال حد˚ ِإلَ|ّ غلَ|بَ|ه ِّد ُد ن و، | ِإن ال ِ ّدين يُسر-٩
ا ا ب ف وا، ّدين أ ي ل
و َأ س
ْو وشىء من الدُّ ْلجة واستَ| ِعينُوا ِبا ْلغَ|دو و
حة ال
ر
“Sesungguhnya agama (Islam) mudah, tidak ada seorang pun yang hendak menyusahkan
agama (Islam) kecuali ia akan kalah. Maka bersikap luruslah, mendekatlah, berbahagialah dan
manfaatkanlah waktu pagi, sore dan ketika menjelang malam tiba.” (HR Bukhari no. 39)
(7) Karenasedang sakit dan tidak sanggup melakukan shalat dengan berdiri, maka
bisa duduk maka mendapatkan kemudahan melakukannya dengan berbaring, jika tidak
(8) Karena sedang dalam bepergian jauh yang dimubahkan syara’ (musafir, travelling)
seperti berkunjung ke sanak saudara dan jarak tempuh perjalannanya lebih dari 89 KM.
UJI PUBLIK
Maka mendapatkan kemudahan (taysir, dispensasi) melakukan shalat dengan
jama’(menggabungkan dua shalat) baik jama’ taqdim atau ta’khir, bahkan bisa meng-
qashar artinya meringkas rakaat shalat yang semula empat jadi dua (seperti dhuhur,
ashar dan isya’) kecuali maghrib boleh dijama’ tidak boleh diqasar, sedangkan shubuh
(9) Karena sedang bepergian menggunakan alat transportasi modern seperti pesawat, kapal
pesiar, kereta api sampai astronot yang menjelajah angkasa menggunakan satelit dan alat
melakukan shalat dengan shalat sambil duduk, tidak menghadap kiblat, tidak
menggunakan air tetapi dengan tayammum, melakukannya dengan cara jama’ dan qasar
sebagai lihurmatil wakti artinya melakukan shalat untuk menghormati waktu shalat,
setelah mereka sampai tempat tujuan shalat diulangi kembali atau ‘ada’.(al masyaqah
tajlibut taysir).
kekeringan atau ada air tapi untuk kebutuhan primer untuk minum atau sakit yang tidak
(11) Karena sedang dalam kesulitan (masyaqah) karena suatu keadaan tertentu untuk
malamnya ada kegiatan yang dihalalkan syara’ seperti belajar, mengaji sampai larut
malam, menulis dan tidak menjadi kebiasaan (langganan, mamber) atau terjebak macet
meskipun jaraknya dekat karena menggunakann kendaraan yang diluar kendalinya. Maka
mendapatkan kemudahan (taysir, dispensasi) boleh melakukan shalat qadla’ (di luar
UJI PUBLIK
(12) Karena sedang melakukan shalat dalam suasana ketakutan atau bahaya seperti dalam
pertempuran atau bencana alam gempa bumi, gunung meletus, banjir bandang, tsunami
shalat sambil berlari untuk menghindar atau menyelamatkan diri.(al masyaqah tajlibut
taysir).
(13) Contoh al masyaqah tajlibut taysir dalam konteks kekinian khususnya bidang technologi
medis yaitu diperbolehkannya transplantasi organ tubuh dengan alasan ketika dalam
adalah mengambil organ tubuh yang memiliki imunitas atau daya tahan tubuh yang sehat
dari orang yang hidup untuk ditanam dalam tubuh orang lain untuk menggantikan organ
tubuh yang tidak sehat atau tidak berfungsi dengan dalam kondisi darurat untuk
menyelamatkan hidupnya atau untuk membantu organ vital seperti ginjal, jantung, mata
tersebut.
Perenungan
9. Jika difahami dengan seksama semua perintah Allah adalah mudah dan tidaklah sulit,
tetapi kenapa ada orang yang merasa berat menjalankan perintah Allah? Salah satu
sebabnya karena dosa dan maksiat sehingga seorang hamba menganggap berat syariat
yang mudah dan dipermudahkan sesuai situasi dan kondisi ini serta lebih tunduk kepada
syahwat dan hawa nafsunya dari pada kepada penciptanya Allah Swt.
UJI PUBLIK
kedua sikap antara “tasaahhul” artinya tidak mempermudah perintah Allah dengan
ngawur (ceroboh, gegabah) dan “guluw” artinya mempersulit diri sendiri dalam
memahami dan mengamalkan perintah Allah.
11. Semua perintah dan larangan dari Allah Swt terhadap hamba-Nya adalah anugerah
yang semua hamba mampu melaksanakannya kecuali terjadi keadaan darurat pada kondisi
tertentu sehingga mendapatkan dispensasi (taysir) seperti orang yang sedang sakit,
keadaan musafir, keadaan terpaksa, keadaan ketakutan, ketidak-tahuan, kekurangan dan
sebagainya. Inilah yang kemudian melahirkan kaidah ketiga al masyaqah tajlibut taysir.
12. Disebut darurat (masyaqah) jika membahayakan agama, atau jiwa, atau harta, atau
keturunan, atau akal. Contohnya bila ada pihak-pihak yang ingin memecah-belah bangsa
dengan ingin mengganti konsensus bersama (kalimatus sawa’) para pendiri bangsa
Indonesia seperti Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945. Maka wajib
dilawan dengan menolaknya atau laporkan ke pihak berwajib setempat bila tidak diatasi
sejak dini akan mengancam perdamaian Bangsa Indonesia yang multi agama, budaya,
bahasa, suku dan sebagainya. Ini adalah darurat dan sangat membahayakan agama, jiwa,
harta, keturunan dan akal.
14. Kemudahan dalam menjalankan agama merupakan sebuah tema penting, yang
dengannya menjadi lebih mengerti bahwa syari’at tidaklah memberatkan baik dalam
beribadah maupun muamalah (interaksi sosial), namun kaidah ini memiliki aturan
pemakaian khusus agar tidak muncul anggapan bahwa semua syariat bisa disepelekan
(politisasi) pengamalannya.
15. Kaidah al masyaqah tajlibut taysir, ibaratnya seperti obat yang wajib memiliki resep
dan dosis dari seorang dokter biar tidak terjadi over dosis atau salah resep, maka penting
untuk memahami resep penerapan kaidah ketiga ini dengan selalu berkonsultasi kepada
ahlinya yaitu ulama’ yang keredibilitas keilmuannya diakui secara umum.
16. Karakter dasar Islam sesuai kaidah ketiga ini yaitu moderat (ist’dal, tengah-tengah,
UJI PUBLIK
tidak ekstrim kanan dengan bersikap kebablasan seperti melakukan shalat sunnah sehari
semalam sehingga lupa kewajiban sebagai suami atau istri dan ekstrim kiri dengan
kesembronoan seperti menyepelekan dengan meninggalkan shalat secara sengaja.
17. Dengan bersikap moderat berlandaskan kaidah ketiga ini, diharapkan menjadi
seseorang yang selalu adil dalam bersikap, bijaksana dalam berfikir, selalu mengutamakan
kemaslahatan umat secara luas, tidak keras kepala, bersikap ramah bukan marah,
merangkul bukan memukul, mendidik bukan menghardik, membina bukan menghina,
mengayomi bukan mencaci, bersatu bukan berseteru.
18. Kaidah al masyaqah tajlibut taysir ini membantu pakar hukum Islam dalam
memetakan permasalahan kontemporer yang selalu berkembang pesat pada zaman
sekarang serta saman yang akan datang dan mencari problem solver yang maslahah.
Dasar logika: ajaran agama Islam datang untuk kemaslahatan dan menolak segala yang mendatangkan bah
dilakukan, oleh karena itu kaidah kesulitan mendatangkan kemudahan ini dibangun
Dari kaidah mayor (pokok)) (التيسير تجلب المشق||ةdapat disarikan menjadi beberapa lima kaidah minor (c
UJI PUBLIK
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.
NO KETERANGAN HASIL
U
َف- َر َّب َك َغفُو ˚ر َّر ِحي ˚م
“ J I P U B
Bara ngsia pa ya ng dala m
Diskusi
UJI IKP U B L
Seseo
s elal
rang y ang m
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan.” (QS Al-Hajj: 78)
Semua umat Islam wajib hukumnya menunaikan ibadah haji bagi Contoh
yang mampu secara finansial, kesehatan dan keamanan ketika
finansial dan kesehatan seseorang lemah maka kewajiban itu gugur
II KP U B L UJ
Kemu dahan (dispe nsasi) t idak bis a Arti
hilan g ka rena ada kesulitan yang baru
No wawancara
2 Ketika ada orang sedang bepergian bolehkah dia melakukan shalat jamak qashar?
3 Ketika ada orang berpergian (musafir), kemudian ragu ini sudah boleh menjama’ qasar
shalat atau belm, apa nasihat anda?
U JI P U B
Kapan sy ari’at Is lam memb erikan dispens asi?
5
LIK
Apa batasannya kesulitan (masyaqah) itu?
Faktor Kesulitan bisa mendatangkan kemudahan merupakan penentu akan keberlangsungan ibadah s
Kaidah mayor Kesulitan bisa mendatangkan kemudahan merupakan wujud
nyata sebuah manifestasi nilai luhur ajaran Islam yang lebih memberikan
UJI P U B L I K
keberagamaannya.
porsi kemudahan le bih b esar ke pada umat Isla m
3. Kaidah minor mempunyai peranan penting untuk mendetailkan batasan- batasan operasional kai
atas asas rukhsah (dispensasi).
Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
6. Jelaskan pengertian kaidah ketiga al masyaqatu tajlibut taysir? Baik secara
etimologi (bahasa) atau secara terminologi (istilah)?
7. Jelaskan perbandingan batasan antara kesulitan dan kemudahan mejalankan syari’ah?
8. Jelaskan contoh dalam ibadah dan muamalah kaitannya dengan kaidah mayor
al masyaqatu tajlibut taysir?
9. Jelaskan masing-masing lima pengertian kaidah minor al masyaqatu tajlibut taysir?
Sekaligus contohnya masing-masing!
10. Jelaskan hikmah kaidah ketiga al masyaqatu tajlibut taysir!
UJI PUBLIK
secara efektif s
U
esuai
BLIK
JI
de nga n
P U
perke mban gan
UJI PUBLIK
TUJUAN PEMBELAJARAN
UJI PUBLIK
Kaidah keempat adalah al dhararu yuzal, artinya bahaya itu harus dihilangkan.
Kaidah keempat ini memberikan pemahaman kepada umat Islam dengan membangun
kerangka berfikir bahwa kemudharatan (emergency) yang terjadi kepada hamba Allah, sebisa
mungkin dihilangkandengan mencari problem solver yang terbaik baik dalam wilayah ibadah
maupun interaksi sosial (muamalah).
mengandung madharat (efek tidak baik, mencelakakan baik diri sendiri atau orang lain)
karena kondisi tertentu, kalimat yuzalu artinya dihilangkan, diminimalisir, dibuang. Dasar
hukum kaidah keempat ini adalah surat At-Talaq: 6, Al-Baqarah : 231, QS Al-Baqarah :
233, Dengan memahami penjelasan mendalam tentang kaidah keempat ini akan membuka
gerbang pemikiran manusia untuk lebih luas dan dalam cakrawala pemikirannya.
Kaidah
•˚ل´ا ˚ر يini juga berasal dari sabda Baginda Nabi Muhammad Saw:
´زال ض
´ر
UJI ل ضرر ول ض
را
PUBLIK
“Tidak boleh berbuat dharar (mencelakakan orang lain), begitu pula tidak pula berbuat
ر
dhirar (mencelakai diri sendiri).” (HR Ibnu Majah no. 2340, shahih)
gan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dia merubah hal itu dengan lisannya. Apabila tidak mampu lagi, hendaknya
UJI PUBLIK
Wawasan Lain
Kaidah keempatal dhararu yuzal berdasarkan al Qur’an dan Hadits, antara lain:
Al-Baqarah : ِإذَ|ا َطلَ|ّ ْقتُ ُم الِنّ| َسا َء فَ|بلَ| ْغ َن أَ| َجلَ| ُه َّن فَ|أَ| ْم ِس ُكو ُه َّن ِب
231 َم ْع ُرو „ف أَ| ْو َس ِّ|ر ُحوُه َّن „ف ۚ َو َل تُ ْم ِس ُكوُه
ذَ| ِل َك فَ|قَ| ْد َظلَ| َم َو ِب² َّن ِض َرا ˝را ِلّ|تَ|عْتَ|دُوا ۚ َو َمن يَ| ْف َع| ْل
َم ْع ُرو
ۚ ُنَ| ْف َسه
Arti “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir
iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf, atau
ceraikanlah mereka dengan cara yang ma’ruf (pula). Janganlah kamu
rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian
kamu menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, maka
Penjelasan Contoh mudah dalam memahami surat Al-Baqarah ayat 231, misalkan
ayat seorang suami yang sudah tidak suka dengan istrinya, kemudian dia
mentalak istrinya. Istrinya menjalani masa iddah (masa tunggu untuk
tidak menikah dengan lelaki lain untuk mengetahui ada bayi
dikandungan atau tidak karena berkaitan dengan nasab bayi), sebelum
masa iddahnya selesai suaminya kembali merujuknya. Kemudian
suaminya kembali mentalaqnya (talak kedua). Sang wanita tersebut
kembali menjalani masa iddahnya, lalu sebelum masa iddahnya
berakhir suaminya kembali merujuknya. Suaminya melakukannya
terus menerus hingga talak tiga. Hal ini dilakukan oleh suami karena
dia bermaksud memberikan kemudharatan kepada istrinya agar dia
terkatung-katung dalam waktu yang lama sehingga tidak ada laki-laki
lain yang bisa menikahinya. Perbuatan seperti ini tidak diperbolehkan,
Allah memerintahkan jika ingin kembali maka kembalilah dengan cara
yang baik untuk membangun rumah tangga yang baik, namun jika
UJ
I P U B
tidak ingin l agi be rsama m aka
L I K
ce raikanl ah d engan cara yang baik dan jangan
|ََوا ْل َوا ِلدَ|ا ُت يُ ْر ِض ْع َن أَ| ْو َلدَ| ُه َّن َح ْولَ| ْي ِن َكا ِملَ|ْي ِن ۖ ِل َم ْن أَ| َراد
أَ|ن يُ ِت َّم ال َّر َضا َعةَ| ۚ َو َعلَ|ى الْ َم ْولُو ِد ِر ْزقُ ُه َّن َو ِك ْس َوتُ ُه َّن ِبا ْل َم ْع
Ketika seorang suami dan seorang istri bercerai, terkadang mereka Penjelasan
akan melampiaskan kebenciannya kepada sang mantan istri/suami ayat
tersebut kepada anaknya agar sang mantan istri/suami sedih. Hal ini
tidak boleh dilakukan karena akan menimbulkan kemudharatan.
(mencelakakan) orang lain, hendaklah menghindari perceraian karena
yang paling terkena dampak adalah anak dan masa depannya tergadai
oleh permasalahan suami istri yang tidak bisa
UJ
LI IPKU B
saling mem ahami , mema klumi,
memaa fka n satu sama lain karena tidak ada
suami atau istri yang sempurna karena itulah suami dan istri
harus saling melengkapi, bersinergi, berkolaborasi, bermitra, bekerja
sama demi membangun keluarga yang bahagia dunia akhirat. Karena
membangun sebuah peradaban besar dimulai dari kelompok yang
kecil yaitu lingkungan keluarga.
(HR Ibnu
َض َر َر ول ِض َرا َر ل
Majah
Arti “Tidak boleh berbuat dharar (mencelakakan orang lain), begitu pula
tidak pula berbuat dhirar (mencelakai diri sendiri).”
(HR Ibnu Majah no. 2340, shahih)
Penjelasan Larangan sangat keras mencelakakan orang lain seperti merampas
nyawa orang lain dengan membunuh, melukai dan membuat bahaya,
hadis
merampas harta hak orang lain dengan korupsi, mencuri dan
seterusnya. Begitu juga larangan sangat keras mencelakai diri sendiri
seperti bunuh diri, memakan makanan yang tidak halal, tidak sehat
dan higienis yang menimbulkan penyakit dan seterusnya
U
Contoh da lam UBLIK
k JI P eh idup an
1. Dua orang yang telah selesai melakukan transaksi jual beli. Misal, seorang pembeli
membeli sebuah pesawat kepada seorang penjual dengan harga yang jauh melebihi
harga pasaran. Setelah si pembeli mengetahui bahwa dia dibohongi dan merasa
dirugikan dengan harga jual yang terlalu mahal (ghabn) tersebut, maka dia berhak
mengajukan khiyar ghabn(nota keberatan untuk minta ganti rugi karena merasa
dirugikan) ke pengadilan. Bentuknya dengan diberikan kesempatan kepadanya untuk
memilih apakah dia tetap lanjutkan pembelian, atau dia batalkan, atau dia memilih
tetap membeli tetapi mengambil ganti rugi. Atau dalam kasus yang lain dia ditipu,
maka dia berhak mengajukan khiyar tadlis(nota keberatan untuk minta ganti rugi
karena merasa ditipu). Atau dia membeli barang tetapi barang tersebut cacat, maka dia
berhak mengajukan khiyar ‘aib(nota keberatan untuk minta ganti rugi karena merasa
ada cacat barang yang sengaja disembunyikan), dengan bentuk penawaran yang sama
4. UJI PUBLIK
pohon tersebut sehingga tidak mengganggu pengguna jalan (adhararu yuzal).
Seorang suami yang tidak pulang ke rumahnya dalam waktu yang lama sehingga istri
dan anak-anaknya tidak pernah dinafkahi dan tidak bisa dihubungi sehingga tidak
diketahui apakah dia sudah meninggal atau bagaimana sebagiaman bang Thoyib?
hehehe. Semua ini menimbulkan kemudharatan bagi istri dan anak-anaknya. Maka
pemerintah berhak untuk memvonis si suami dianggap sudah meninggal agar si istri
bisa menikah lagi, atau dianggap cerai (adhararu yuzal).
1. Kemudharatan yang memang sejak awal diizinkan oleh syariat. Seperti praktek
hudud, hukum qishash, dan hukuman ta’zir dari ulil amri (pemerintah), secara dzhahir
semua ini adalah bentuk mudharat tetapi hakikatnya mendatangkan maslahat.
2. Kemudharatan yang menimpa banyak orang dan susah dihindari ( وى´ ل˚ ´لب˚ ا ه¸ ¸ب ُّم ˚•ع
)´•ت. Seperti, asap kendaraan dan bunyi klakson di jalan raya, ini merupakan
kemudharatan yang dimaklumi bersama juga dimaafkan karena hampir
tidak mungkin
menghilangkannyasama sekali. Atau contoh lain, dalam jual beli, seorang penjual
yang menjual apel 1 keranjang maka tidak bisa dijamin 100% pasti bagus semua.
4. Kemudharatan yang diharamkan, yaitu selain dari tiga jenis kemudharatan di atas.
Seperti korupsi, menipu, mencelakakan orang lain, dan sebagainya.
mudharatan yang ke-empat yaitu kemudharatan yang diharamkan dan harus dihilang
Perenu U JI PUBLIK
ngan
19. Segala bentuk yang menimbulkan bahaya baik kepada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan sekitar adalah haram hukumnya. Contohnya menyebarkan berita hoax, fitnah
akan berdampak kepada pertengkaran, buruk sangka dan akhirnya perpecahan antar
saudara sebangsa dan setanah air ini semua dilarang agama.
20. Kaidah keempat ini sangatlah penting terutama dalam masalah nahi munkar (tindakan
pencegahan dari perbuatan yang dibenci oleh syariah), karena diantara bentuk
kemudharatan adalah kemungkaran. Nahi munkar ada dua bentuk, (1) nahi munkar untuk
menghilangkan kemungkaran secara total seperti penegak hukum menindak tegas aksi
terorisme sampai ke akar-akarnya, (2) nahi munkar dengan cara meminimalkan
kemungkaran tersebut. Bahkan dalam beberapa kondisi, perbuatan nahi mungkar itu
sendiri mengandung kemungkaran lain, tetapi itu dilakukan demi menghilangkan
kemungkaran yang lebih besar darinya. Contohnya aparat penegak hukum membubarkan
21. Semua bentuk kemudharatan haram hukumnya kecuali (1) kemudharatan yang
memang sejak awal diizinkan oleh syariat seperti menjatuhkan sanksi atau hukuman, (2)
kemudharatan yang menimpa banyak orang dan susah dihindari seperti bisingnya
kendaraan yang lalu lalang di jalan, (3) kemudharatan dimana orang yang ditimpa
kemudharatan tersebut telah memaklumi, memaafkan dan rela seperti suami istri yang
sama-sama redha dan meredhai satu sama lain dengan melangsungkan pernikahan
meskipun memiliki keterbatasan.
22. Semua yang berdampak buruk kepada semua hamba Allah baik kepada orang lain dan
diri sendiri harus seoptimal mungkin dihindari, dicegah, diminimalisir ini membangun
kerangka berfikir untuk membangun peradaban dunia dimulai dari hal yang kecil dari diri
sendiri, dimulai dari sekarang dan dimulai dari hal yang kecil dari lingkungan keluarga,
Disebut darurat jika membahayakan agama, atau jiwa, atau harta, atau keturunan, atau
akal. Contohnya bila ada pihak-pihak yang ingin merusak generasi muda dengan
narkoba,maka wajib dilawan dengan menolaknya atau laporkan ke pihak berwajib
setempat bila tidak melakukan pencegahan sedini mungkin, semuanya akan celaka ini
adalah darurat dan sangat membahayakan agama, jiwa, harta, keturunan dan akal.
24. Kaidah ad dhararu yuzal ini membangun kerangka berfikir manusia yang
komprehensif (utuh, syumul), logik (masuk akal, ma’qul), seimbang atau harmonis
(moderation, wasatiyah) dan fleksibel (lentur, mutaharrikah), visioner futuristik (analisis
kritis di masa yang akan datang).
25. Kemudharatan harus dihilangkan dalam kaitannya dengan hamba Allah merupakan
sebuah tema penting, yang dengannya menjadi lebih mengerti bahwa Islam adalah agama
kasih sayang sejagat alam raya (rahmatal lil alamin), agama yang lembut yang melarang
umatnya berbuat aniaya kepada diri sendiri dan orang lain termasuk menjaga ekosistem
alam, tanah, laut, udara serta makhluk lain seperti hewan, tumbuhan.
27. Dengan bersikap tidak dzalim berlandaskan keempat ini, diharapkan menjadi
seseorang selalu menjaga hak-hak untuk diri sendiri dan orang lain yang tidak boleh
dilanggar.
28. Kaidah ad dhararu yuzal ini membantu pakar hukum Islam dalam memetakan
permasalahan kontemporer yang selalu berkembang pesat pada zaman sekarang serta
zaman yang akan datang dan mencari problem solver dari tindakan pencegahan
(preventif).
IKHLAS; MENCINTAI
. KARENA ALLAH
Ras
U JI P U B
ululla hS halla llahu 'Alai hi
Wa
L IK
Salla m
Penugasan Belajar
Mandiri Gambar
(Mengamati)
Amatilah gambar di atas, renungkan dan kaitkan dengan kaidah keempat adh dhararu yuzal
yang anda pelajari! Buatlah narasi dari hasil renungan anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
penjagatoko buruhpabrik
e-commerc
e mesin/otomatisasi
penjagagerbangtol
rumah
produksi
YouTuber
e-money
TAXI
konvension
al UJI PUBLIK TAXI
onlin
e
Ayo Menganalisis
Kaidah keempat ad dhararu yuzal
Dasar logika: kemudharatan (mara bahaya, kecelakaan, kerugian) yang bisa terjadi kepada hamba Allah, seb
(muamalah). Untuk itulah kaidah keempat ini dibangun
Dari kaidah mayor (pokok)) (ل˚ زا´ ˚ي ر˚ ر´ ض ل´اdapat disarikan menjadi lima kaidah m
noir (cabang) sebag
Penugasan Bela
U PUBLIKjar
Kel
J I
omp ok
Aktifitas Peserta Didik (Diskusi, dst)
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.
NO KETERANGAN HASIL
UJ
Keadaan darurat (emergancy) dihilangkan seoptimal mungkin meski Arti
I P U B L
tidak hilang totalit as seratu s perse n
IK
فَ|اتَ|ّقُوا َّلَ|ال َما ا ْستَ| َط ْعتُ ْم َوا ْس َمعُوا َوأَ| ِطيعُوا َوأَ|ن ِفقُوا
َخ ْي ˝را
Dasar
hukum
ِّلَأ|نفُ ِس ُك ْم
Nabi Yusuf yang menjadi bendahara negeri Mesir padahal negeri Contoh
Mesir saat itu adalah negeri sekuler (non agamis). Namun Nabi Yusuf
masuk ke dalam sistem tersebut untuk mengurangi kemudharatan
walaupun tidak akan seluruhnya hilang. Demikian pula di zaman
sekarang, orang yang masuk ke dalam lembaga-lembaga pelayanan
masyarakat yang mana masih menganut system sekuler, maka dia
tidak akan bisa menghilangkan kemungkaran tetapi paling tidak dia
bisa menguranginya.
Bolehkah seorang kiai mencalonkan diri sebagai politisi baik DPR, Diskusi
Dasar
َ ض َر َر و ل ل
Hukum
ِضرا َر
“Tidak boleh berbuat dharar (mencelakakan orang lain), begitu pula tidak pula
berbuat dhirar (mencelakakan diri sendiri.” (HR Ibnu Majah no. 2340, shahih)
Contoh Seseorang tidak boleh meminum racun untuk mengobati penyakitnya
yang tak kunjung sembuh
UJ
I P U B L
kepad a kaw annya terseb ut dem i
IK
me ngh ilangkan mudharat pada kawannya karena akan
Dsaar
أَ| َّما ال َّس ِفينَ|ةُ َف| َكانَ| ْت ِل َم َسا ِكي َن يَ| ْع َملُو َن ِفي ا ْلبَ| ْح ِر فَ|أَ| َرد
hukum
ُّت أَ| ْن أَ| ِعي َب| َها َو َكا َن
َو َرا َءهُم َّم ِل ˚ك َي|أْ| ُخذُ ُك َّل َس ِفينَ| „ة َغ ْصب˝|ا
Penjelasan Kisah Nabi Khidhir, ketika melubangi kapal milik orang tidak mampu
ayat secara finansial yang ia tumpangi. Merusak kapal adalah bentuk
kemudharatan, namun Nabi Khidhir memilih untuk melakukan itu
demi menghindarkan mudharat yang lebih besar yaitu kapal orang
tersebut jika tidak dilobangi akan ikut dirampas oleh penguasa yang
dzalim padahal kapal itu satu-satunya aset untuk sumber mata
pencahariaan orang itu untuk menafkahi keluarganya.
Diskusi Bagaimana caranya menghadapi era revolusi industri 4.0? yang salah
UJ
satu dampaknya penggantian peran manusia oleh mesin pintar (smart
I PUBLIK
mecin e)
Dasar
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata, Seorang Arab
Hukum
Badui pernah memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi
masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun
Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang tindakan para sahabat
tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan hajatnya, Nabi
shallallahu alaihi wa sallam lantas memerintah para sahabat untuk
mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami. (HR
Bukhari no. 221 dan Muslim no. 284
UJ I P U B
merus ak ek osistem biota laut
Ayo Meneliti!
No wawancara
3 Ketika ada seseorang yang dihadapkan dua atau tiga atau lebih sebuah kemadharatan
atau membahayakan, yang tidak bisa dihindari semuanya. Apa yang harus
dilakukannya? Misalkan ada seorang perampok yang mencoba mencelakai, merampok
harta, merusak kenyamanan, bahkan mengancam nyawanya!
6 Bolehkah pemerintah menggusur rumah yang didirikan secara ilegal di atas tanah milik
negara dan mengganggu ketertiban umum? Jelaskan analisis kritisnya?
U JI P U B
(memoto ng) tang an p asien yang te rkena d iabetes?
9
L IK Jelask an analisis kritisnya?
Bagaimana hukumnya SATPOL PP merazia preman-preman yang ada di pasar?
Jelaskan analisis kritisnya?
JI
Uji Kompetensi
secara efektif s
U
esuai
BLIK
JI
de nga n
P U
perke mban gan
UJI PUBLIK
Suatu ketika Sahabat Abbas Ibn ‘Abdul Muthalib menerima keuntungan dari investasi
modal yang dijalankan orang lain, Rasullullah Saw mengetahui dan diam saja sebagaimana
dijelaskan dalam Hadist riwayat Imam Bukhari dari Imam Ibnu ‘Abbas:
لسما
P U B L IK
ن فىا يسلفو ة وهم المدين لم قدالنبي صلى لال وس
U J I
:السنتين فقال ر ال سنة و
من سلف في شمر فليسلف في كيل معلوم ووزن معلوم الى اجل معلوم
( )اخرجه البجارى عن ابن عباس
Ketika Nabi SAW datang di Madinah mereka (penduduk madinah) telah terbiasa
memberikan uang panjar (uang muka/DP) terlebih dahulu (untuk membeli) buah-buahan
untuk waktu satu tahun atau dua tahun. Maka Nabi bersabda: “Barang siapa yang memberi
kan uang panjar pada buah-buahan, maka berikanlah uang panjar itu pada takaran yang
tertentu, timbangan yang tertentu dan waktu yang tertentu.”
Kaidah kelima ini membangun kerangka berfikir bahwa ajaran Islam memberikan
ruang yang cukup untuk menerima budaya sebagai kebijakan hukum selama tidak
mengandung keburukan (mafsadah) dan melenceng dari syari’ah, melalui kaidah kelima ini
pula ajaran Islam terbukti bisa menyesuaikan dengan budaya lokal. Contoh konkritnya dalam
masyarakat Indonesia sendiri, nampak begitu harmonis antara ajaran Islam dan budaya
setempat (local wisdom) untuk saling mengerti, bersinergi, bermitra, berkolaborasi dalam
bentuk akulturasi keduanya.
Kaidah kelima ini juga mengandung pesan moral yang tinggi agar umat Islam
memiliki sikap kritis terhadap sebuah tradisi serta tidak asal mengadopsinya serta mendorong
terjadinya perubahan sosial masyarakat yang mengalami persinggungan dengan Islam.
Selain itu ajaran Islam melalui kaidah kelima ini selalu merespon dan dikembangkan
agar bisa menjawab problematika kehidupan masyarakat yang sangat dinamis di era Revolusi
Industri 4.0 dan menyongsong era New Society 5.0.
UJI PUBLIK
Kalimat al adatu secara bahasa artinya kebiasaan yang baik, sedangkan kalimat al
Kaidah kelima ini bersandarkan hukum pada surat Al A’raf ayat 199: “jadilah
engkau pemaaf, suruhlah orang lain mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari
Dan Hadis: ()حسن لال عن||د فهو حسنا المسلمون رأه ما. Artinya: “apa yang dipandang baik
karena telah menjadi kebiasaan atau tradisi (culuture) baik bersifat perkataan,perbuatan
atau meninggalkan perbuatantertentu dan kondisi tertentu yang mana kebiasaan itu bisa
dijadikan pedoman, sandaran, dasar kebijakan hukum dengan memiliki enam syarat:
(1) Tidak bertentangan dengan syara’, seperti kebiasaan sebagian masyarakat yang
hoby berjudi, minum minuman yang memabukkan, ngrumpi (ghibah, gosip) hal ini tidak
mas͎ lah͎āh (kebaikan secara umum), seperti kebiasaan sebagian masyarakat yang membuka
aurat baik laki-laki atau perempuan ini tidak bisa dijadikan sandaran hukum karena jelas
UJI PUBLIK
(3) Sudah berlaku secara umum di kalangan kaum muslimin, seperti kebiasaan
(4) Tidak berlaku dalam ibadah mahdlah (formal), contohnya dalam kaidah minor
kelima ini yaitu; ( ) ممنوع بالعبادة يث|ار الء, artinya mendahulukan orang lain dalam beribadah
adalah dilarang, seperti mendahulukan orang lain atau menempati shaf awal (barisan
depan) dalam shalat adalah dilarang karena termasuk ibadah. Contoh lain mendahulukan
orang lain untuk menutup aurat dan menggunakan air wudhu. Artinya, ketika seseorang
hanya memiliki sehelai kain untuk menutup auratnya, sedangkan temannya juga
membutuhkannya, maka dia tidak boleh memberikan kain itu kepada temannya karena
akan menyebabkan auratnya terbuka sendiri. Begitu juga dengan air yang akan
digunakannya untuk bersuci, maka tidak boleh memberikan air itu kepada temannya untuk
menggunakan air tersebut karena hal ini berkaitan dengan ibadah. Sebaliknya
mendahulukan orang lain mengalahkan diri sendiri dalam hal selain ibadah sangat
(5) Kebiasaan tersebut sudah memasyarakat saat akan ditetapkan sebagi salah satu
pedoman hukum, contoh seperti kebiasaan masyarakat lamaran pra-nikah bisa dijadikan
(6) Tidak bertentangan dengan suatu hal yang telah diungkapkan dengan jelas,
contoh seperti bolehnya penggunaan vaksin meningitis, sepintas tidak ada permasalahan
dalam penggunaan vaksin yang wajib bagi jamaah haji ini. Namun setelah ditemukannya
unsur protein babi dalam vaksin ini sebagian calon jemaah haji menolaknya. Tetapi ada
penjelasan yang sangat jelas dan kuat argumentasi yang disampaikan oleh Kementerian
UJI PUBLIK
Agama dan Kementerian Kesehatan, bahwa unsur babi tersebut telah melewati tes
laboratorium dimana salah satu prosesnya harus melewati tujuh tahapan pensterilan dan
UJI PUBLIK
Jangan mau di adu domba dengan pihak-pihak tidak bertanggung jawab
yang menginginkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lemah dan
tertinggal dari peradaban dunia.
Perlu diketahui bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang mewarisi
khasanah manuskrip (artefak budaya yang menjadi bagian penting sejarah
peradaban sebuah bangsa) kuno tulisan tangan dalam beragam bahasa, jika
dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki peradaban tulis
tinggi Indonesia tidak kalah sama sekali. Bahkan keragaman bahasa dan
aksara yang diwariskan melebihi keragaman tradisi tulis yang negara lain
miliki.
Ayo sampaikan gagasanmu tentang menjaga dan merawat tradisi lama
yang baik dan mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih kreatif dan inovatif
dalam bingkai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Eka terkait kaidah kelima al adatu muhakkamah!
Kaidah kelimaal adatul muhakkamah berdasarkan al Qur’an dan Hadits, antara lain:
Al-A’raf :
199
ْر ِف َوأَ| ْع ِر ُُخ ِذ ا ْل َع ْف َو َوأْ| ُم ْر ِب|ا ْلع
ِن ا ْل َجا ِه ِلي َن ْض َع
Arti “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”
Penjelasan Menurut Imam Al-Suyuthi sebagaimana dikutip ulama’ asal Indoneisa
ayat Syaikh Yasin bin Isa al-fadani, kata al-‘urf dalam ayat ini diartikan
sebagai kebiasaan atau adat, adat disini artinya adat yang tidak
bertentangan dengan syariat. Namun pendapat ini dianggap lemah
UJ
II KP U B L
oleh u lama’ lain a lasanny a kalim at
al-‘u rf j ika diartikan sebagai adat istiadat maka tidak
Kalimat al-‘urf dan al-‘aadah artinya sama dalam konteks ucapan dan
perilaku, keduanya secara kontinyuitas harus benar-benar telah
dipraktikkan oleh mayoritas manusia, sehingga melekat pada jiwa,
dibenarkan oleh akal dan selaras dengan watak sehat yang memiliki
kemanfaatan dan tidak melenceng dari syara’.
Jalan orang mukmin disini bisa difahami sebagai perilaku atau Penjelasan
kebiasaan yang baik, bermanfaat dan sesuai dengan syara’. ayat
UJ
Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak yang seimbang Arti
yangI P U B L
pa tut (QS. Al-Baqarah:228)
IK
Kalimat menurut cara yang patut dapat difahami sebagai sebuah Penjelasan
kebiasaan yang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syara ayat
dalam konteks keseimbangan, keadilan, persamaan antara laki-laki
dan permepuan. Keduanya harus saling bersinergi, berkolaborasi,
bermitra, bekerjasama untuk membangun peradaban di kancah lokal
maupun internasional.
Kalimat menurut cara yang patut dapat difahami sebagai sebuah Penjelasan
kebiasaan yang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syara
ayat
dalam konteks membangun keluarga yang harmonis. Kata مع||روف
dalam Al Qur’an di temukan sebanyak 39 kali. Bentukan Kata ma’ruf
( ) مع||روفadalah ‘urf bermakna budaya yang telah diterima oleh
masyarakat luas karena memiliki nilai kebenaran.
Lebih tegasnya arti Makruf adalah segala budaya yang bersifat
universal masyarakat beradab dan diterima sebagai nilai-nilai luhur
فكفارته إطعام.ال يؤاخذكم هلال باللغو فى أيمانكم ولكن يؤاخذكم بما عقدتم األيمن
)٩٨ :عشرة مساكين من أوسط ما تطعمون أهليكم (املائدة
Arti Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang
tidak disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpah kamu yang disengaja, maka kafaratnya
(denda pelanggaran sumpah), ialah memberi makan sepuluh orang
miskin yaitu dari makanan yang kamu berikan kepada keluargamu
Penjelasan Kalimat dari makanan yang kamu berikan kepada keluargamudapat
difahami makanan yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat
ayat
yang dimakan,umpama di Indonesia adalah nasi, di Eropa adalah roti
ُ ُ ُ َ َ َ َ ٌ َ َ
dan sebagainya
َ َ َ َ َ َ ُ َ ً َ َ َ ُ ُ ُ
Hadis
م ا رءا ه ا(ملس ِل م و ن حسنا فهو ِعند ِ لهال حسن وما رءاه
املس ِلمون سيئا ٌ (َ َ َ ُ َ
يءSفهو ِعند ِ لهال س
Arti “Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam maka baik pula di
sisi Allah, dan apa saja yang dipandang buruk oleh orang Islam maka
menurut Allah pun digolongkan sebagai perkara yang buruk” (HR.
Ahmad, Bazar, Thabrani dalam Kitab Al-Kabiir dari Ibnu Mas'ud).
Penjelasa
UI P U B
L IK
Setela h diad akan peneliti an
men dalam me nurut al-Ala’i, hadis ini adalah
Hadis
UJI PUBLIK
Perenungan
29. al-‘adah atau al-‘urf adalah segala hal berkaitan selain ibadah yang dianggap baik
dan benar oleh mayoritas manusia serta dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi
sebuah kebiasaan.
30. Semua adat kebiasaan yang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syara dalam
muammalah seperti jual-beli, sewa-menyewa, gadai-menggadai, hutang-piutang, kerja
samanya pemilik modal (investor) dengan pelaku usaha, pemilik (CEO) platform digital
dengan mitranya, pimpinan dengan karyawannya, pemilik sawah dengan penggarapnya
dan sebagainya. Semua kebijakan hukumnya disandarkan atas kontrak kesepakatan
bersama (AD/ART, tata tertib, MoU, kode etik) disesuaikan dengan adat kebiasaan atau
urf’ yang berlaku, sehinggaketika terjadi perselisihan (konflik) diantara mereka. Maka
31. Perbedaan antara adat (culture) dengan ‘urf adalah adat hanya menitik beratkan pada
aspek pengulangan (repeat, tikrar) sebuah pekerjaan atau perilaku manusia baik peribadi
atau kolektif (kelompok masyarakat), sedangkan ‘urf hanya melihat pelakunya (aktor)
saja.
32. Persamaannya antara adat (culture) dengan ‘urf adalah perilaku yang sama-sama
sudah diterima oleh akal sehat manusia, tertanam dalam hati, dilakukan berulang-ulang,
dan sesuai dengan karakter pelakunya. Dalam bahasa Arab, al-‘adat sering dipadankan
dengan al-‘urf. Dari sinilah, kata al-ma’ruf sering disebut dalam al-Qur’an. Oleh karena
itu, makna asli al-ma’ruf ialah segala sesuatu yang sesuai dengan adat (kepantasan).
33. Secara harfiyah / bahasa, kata makruf merupakan isim maf’ul (kalimat yang
menunjukkan arti orang atau sesuatu pekerjaan), kata makruf berasal dari kata ( – يعرف – عرف
)معرفة. Secara bahasa artinyamengetahui, mengenal atau mengakui, melihat dengan tajam
UJI PUBLIK
atau mengenali perbedaan. Pengertian مع||روفmenurut istilah adalah setiap hal yang
dikenal, baik itu berupa ketaatan kepada Allah dan berbuat baik sesama manusia, kata
ma’ruf lebih difokuskan pada berbuat baik kepada orang lain, artinya kebaikan tersebut
bisa dirasakan orang lain dengan melibatkan orang lain dalam kebaikan.Artinya segala
sesuatau yang menggembirakan dan disenangi
34. Imam Abu Hanifah dan Imam Malik memperbolehkan ‘urf sebagai pijakan hukum.
Sedangkan Imam Syafi’i tidak menggunakan ‘urf atau ‘adah sebagai dalil, karena beliau
berpegang pada al-Qur’an, sunnah, ijma’, dan ijtihad yang hanya dibatasi dengan qiyas
(analogi hukum) saja. Karena itulah keputusan yang telah diambil oleh Imam Syafi’i
dalam wujud “qaul jadid” (statment baru) itu merupakan suatu imbangan terhadap
penetapan hukumnya di bagdad dalam wujud “qaul qadim’(statment lama).
1. Khair () ر˚ ْي خ, artinya kebaikan yang lebih difokuskan kepada pribadi orang
yang mengajarkan perbuatan baik tersebut seperti dalam surat (Ali
Imron:110): ُ
َر أ ْ نت ُك
ُ ْ م. Artinya: kamu adalah umat yang terbaik.
ّم „ة خ
ْي
2. Birrun ))ر˚ ِب, kata birrun lebih berkonotasi pada akhlak (moral) yang baik.
ْو ِم ْال وا ْل َ ُمل ِئ َك ِة َّ ب ولَ ِك م ْن آ ا َم ِ س ا ْل ِب َّر أ ُك ْم َب َل لَ ْي
ِخ ِر وا ْل َّن ا ْل ِب َّر َم َن ل ِّل وجوه ا ْل َم رق ْغ ِر ْن تُ َولُّوا
َي ش وا ْل
وا ْب س بي و سا ِئ و ِفي وا ْل َيتَ|ا ْل سا ِكي ح ِّب ِه ذَ| ِوي ا عل وآتَ|ى ا ْل وا ْل ِكتَ|ا ب والنَّ ِب
ِ
َن ال ِل ال ِلي َن َمى َم َن ْلقُ ْر َبى ى َما َل ِّيي َن
وا
صا ِب ِري َن سا و َّرا و ِحي َن عاه و وا ْل ن ِب َع ْه ِد وآتَ|ى ال َّز صل
ُ ب و َأ|َقا ال ِّ|رقَا
ِفي ا ْلب َ|أ ِء ال ِء دُوا ال ِه ْم ِإذَ|ا ُموفُو َكاة َم ال ة
ض
)٧٧١( ه| ُم ا ْل ُمَت|ّقُو َن
ُ صدَ|ق وأُو ك ا ْل َبأْ| ِس أُولَ ِئ ك ال
وا لَ ِئ ِذي َن
UJI PUBLIK
orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.Q.S. Al-Baqarah
[2] Ayat 177
Sabda Rasullullah Saw:
علي| |ه س الن||ا يطل |ع ان وك |رهت نفسك في حاك ما والثم الخل |ق حس |ن ال| |بر: “Al
birru” adalah akhlak yang baik dan “al istm” adalah perbuatan yang
mengganjal dalam hatimu, dan kamu tidak mau perbuatan tersebut
diketahui orang lain (HR Ahmad dan Muslim).
3. Hasanun()حسن. Artinya segala sesuatau yang menggembirakan dan disenangi, ,
tentang Anjuran Berbuat baik kepada kedua orang tua
23. dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia.(Q.S. Al-Isro’ Ayat 23)
Gambar (Mengamati)
Amatilah gambar di atas, dalam menghadapi era New Society 5.0 renungkan dan kaitkan
dengan kaidah kelima al adatu muhakkamah (kebiasaan baik dan benar bisa dijadikan
pijakan) yang anda pelajari! Buatlah narasi dari hasil renungan anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
Ayo Menganalisis
Kaidah kelima al adatu muhakkamah
Dasar logika:segala hal berkaitan selain ibadahmahdhah (formal) yang dianggap baik dan benar
oleh mayoritas manusia serta dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi sebuah
kebiasaanbisa dijadikan pijakan dalam hukum dan menentukan sikap.Untuk itulah kaidah
kelima ini dibangun
Dari kaidah mayor (pokok) kelima)˚ ´مة ˚ (دة´ ا´•لع˚ ´•اdapat disarikan menjadi lima
ك مح
Kel J I omp ok
Aktifitas Peserta Didik (Diskusi, dst)
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.
NO KETERANGAN HASIL
U J I P IK
dengan teman-teman kalian!
U B L
7
Bagaiman a huku mny a seor ang
ya ng men gaku s udah
membeli laptop dengan menunjukkan nota penjualan,
sedangkan penjual tidak merasa menerima uangnya?
Diskusikan dengan teman-teman kalian!
8 Bagaimana hukumnya membatalkan acara pernikahan
yang sudah disepakati sejak awal dengan alasan tidak
mencintainya? Diskusikan dengan teman-teman
kalian!
9 Bagaimana hukumnya seorang mengambil buah
mangga milik tetangga tanpa izin dengan alasan sudah
jadi kebiasaannya? Diskusikan dengan teman-teman
kalian!
I P U B L
Boleh kah se orang pemim pin me minta
UJ
IK
Diskusi
upe ti atau pungutan liar bagi
siapapun yang berada dibawah kekuasaannya dengan mengatas
namakan sudah menjadi kebiasaan turun temurun?
|ََرد اِ َّن َما تُ ْع َت| َب ُر الَعادَ|ةُ ِاذَ|ا ا ْض َط- ٢
ْت ْت اَ|و َغ َل َب
“Adat yang dianggap (sebagai pertimbangan hukum) itu hanyalah Arti
adat yang terus-menerus diberlakukan atau berlaku secara umum”
Dalam masyarakat suatu perbuatan atau perkataan yang dapat diterima Penjelasan
sebagai adat kebiasaan, apabila perbuatan atau perkataan tersebut
sering berlakunya, atau dengan kata lain sering berlakunya itu sebagai
suatu syarat (salah satu syarat) bagi suatu adat untuk dapat dijadikan
sebagai dasar hukum.
ٌ َ َ َ ً َ َ (ُ ُ
ََ َءا ه امل ُ س ُ ِل ُم و ن َح َ َس نا ف ً ُه َ َو ِع ن د ِ لهال ح َس ن Dasar
و ما َر َءا ه امل س ِل ُم و ن س ي ئا ما َر Hukum
َ َ
ي ٌءSف ُه َو ِع ن دهِلال َس
L IK
Dsaar
سط م ا ن من أو كي فكفارته إطعام عشرة مسا
U J I
hukum
Contoh
P U B :ائدة ك م ( ام ل ن أهل ي
Contoh Menjual buah di pohon tidak boleh karena tidak jelas jumlahnya,
tetapi karena sudah menjadi kebiasaan maka para ulama
membolehkannya.
Diskusi Bagaimana hukumnya menjual harta warisan orang tua yang masih
sengketa prespektif kaidah ushul fikih?
UJI PUBLIK
Dasar :وعاشروهن باملعروف (النساء
Hukum
)٩١
Contoh Transaksi jual beli batu bata, bagi penjual untuk menyediakan
angkutan sampai kerumah pembeli. Biasanya harga batu bata yang
dibeli sudah termasuk biaya angkutan ke lokasi pembeli
Diskusi Bagaimana hukumnya jual beli hewan langka atau yang dilindungi
pemerintah untuk dipelihara secara pribadi dengan alasan untuk
merawat tradisi?
UJI IK P U B L
Contoh
Seseo rang m engak u bahw a tanah yang
ada pada orang itu miliknya, tetapi dia tidak bisa
Ayo Meneliti!
UJI
Penugasan Penelitian
Kelompok PUBLIK
Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu!Selamat mencoba!
No wawancara
3 Adakah dasar hukumnya baik dari al Qur’an dan Hadits bahwa kebiasaan
bisa dijadikan kebijakan hukum? Jelaskan!
4 Adakah hikmah yang dapat diambil dari kaidah kelima kebiasaan bisa
5 Berikan salah satu contoh kekiniaan kaidah kelima kebiasaan bisa dijadikan kebijakan
hukum? Jelaskan!
6 Bagaimana hukum kebiasaan jual beli on line yang terjadi di masyarakat sekarang yang
melakukan transaksi jual beli tanpa harus ketemu? Jelaskan analisis kritisnya?
7 Menurut anda jual beli on line yang sudah menjadi tren masyarakat modern dan tidak
bertentangan dengan syara’ itu apa saja?
8 Bagaimana hukumnya wakaf uang yang sudah menjadi tren masyarakat modern?
9 Bagaimana hukumnya menggunakan jasa ojol (ojek on line )yang sudah menjadi tren
masyarakat modern?
10 Bagaimana hukumnya menikah via on line yang sudah menjadi tren masyarakat
modern?
UJI PUBLIK
Ayo Mencari Sumber Ilmu!
UJI PUBLIK
Ayo Jelaskan!
secara efektif s
U
esuai
BLIK
JI
de nga n
P U
perke mban gan
Peserta didik mampumenjelaskan deskripsi (gambaran umum) amar dan nahi, pengertian,
sighat (redaksi) amar dan nahi, contoh amar dan nahi dalam al-Qur’an dan sunnah, serta
hikmahnya.
UJI PUBLIK
Orang-orang Islam pada umumnya dan orang yang beriman pada khususnya
mempunyai pedoman dan undang-undang yang diberikan oleh Allah kepada
mereka, yaitu “Al Qur’an”, sebuah kitab yang sempurna, universal, komprehensif,
sesuai dan cocok di setiap waktu dan zaman, sholih li kulli zamanwa makan (selalu
relevan di sepanjang waktu dan ruang).
:
UJI PUBLIK
pilihanyang banyak sekali disebutkan Allah di dalam nash Al-Qur’an.
Nash-nash Al-Qur’an, secara tekstual adalah berbahasa Arab.Allah berfirman
UJI PUBLIK
A. Pengertian Amr
Lafadz Amr(perintah) adalah mashdar dari kata
را ْ م أََ رَيأ yang berarti
ُم م
َرأ
jamaknya adalah
ر ُْ و ُم أ.Lafadz amr adalah lawan kata (antonim) dari lafadz nahy
shalat. Atau perintah Allah Swt kepada hamba-Nya, sebagaimana firman Allah :
َكاة
صل واَ|تُواال
ُ واَ ِق ْي موا
ز ال ة
Artinya : “Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat” (QS. Al Baqarah : 43)
Lafadz amr di dalam Al-Qur’an mempunyai banyak arti, antara lain :
1. Hukum atau aturan.
Firman Allah QS. Al A’raf 54 :
2. Agama.
UJI PUBLIK
Firman Allah QS. At Taubah 9 :
حتَ|ّى جاء حق ظهر أ لِال
ْمر و ا ْل
(Sehingga datang yang benar dan tampaklah agama Allah)
3. Perkataan.
Firman Allah QS. Al Kahfi 21 :
ِلال
أَ|تَ|ى أَ| ْمر
َ رها
فَ|ذَ|اق ت ل أ
وبَ|ا ْم
(Maka mereka merasakan perbuatan dosanya)
B. Pengertian Nahy
Nahy menurut bahasa berarti larangan. Sedangkan secara istilah menurut
jumhur ulama’ ushul, nahy adalah tuntutan untuk meninggalkan sesuatu yang
datangnya dari orang yang lebih tinggi tingkatannya kepada orang yang lebih
UJI PUBLIK
rendah tingkatannya
C. Redaksi Amr
Lafadz amr itu mempunyai sighat (redaksi kata), yang memakai wazan
فع
ل
اuntuk kata ganti orang ke dua dan memakai ْ فع يuntuk kata ganti orang ke tiga.
|َ |َ
ل
Adapun sighat (redaksi kata) amr ada 4 (empat), yaitu :
1. Fi’il amr atau kata kerja perintah.
Contoh :
UJI PUBLIK
dengan lam amr.
Contoh :
10) َ سك ْم (ال|مائدة
علَ| ْي ْم أ
:5
ْنفُ ك
Artinya : “Jagalah dirimu” (QS. Al Maidah : 105)
4. Mashdar pengganti fi’il amr.
Contoh :
UJI
2. Lafazh-lafazh yang memberi pengertian haram atau perintah meninggalkan
perbuatan, seperti :
5 PUBLIK
27) : واح ل لالُ ال|ْب وحر َم الّ| ِربَ|وا (البقرة
ْ يع
َ
Artinya : “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al
Baqarah : 275)
Dengan lebih jelasnya, uslub (style bahasa) nahy yang terdapat di Al-Qur’an,
terdapat model atau bentuk susunan kalimat, antara lain :
Menggunakan sighat an nahy, yaitu fi’il mudhari’ yang diawali dengan la
nahiyah, seperti dalam surat Al Isra’ ayat 34 :
ِ َّ َ| هي حسن
و َلتَ| ْق رب ل الْيَ| ِت ْي ِم ا لبِال
ا ِتي ْواما
Berbentuk kalimat larangan yang disebutkan secara jelas. Misalnya dalam surat
An Nahl ayat 90 :
ل وا ْ ن ْ ك ِر عن ا ْلفَ|ح شا ِء ْنه و وِا ْي تَ|ا ِء ِذى ا ْلقُ ْربَ|ى
م ى ي
Ushul Fikih Kelas XI MA PK 137
سان ا و ِلح ر ِبا ْلعَ|دْ|ل ُم لالَ| يَ|أ ِان
Dengan menggunakan kata haram, sebagaimana dalam surat Al A’raf ayat 33 :
ض
Sementara itu, bentuk nahy mutlak biasanya menuntut kepada tikrar
(pengulangan) setiap waktu dan menuntut segera dilaksanakan saat itu pula.
Bahkan, menurut sebagian ulama’ bila didahului oleh wajib, maka nahy itu
berarti lil ibadah
D. RedaksiNahy
Ungkapan yang menunjukkan kepada nahyada beberapa bentuk sighat
1. UJI PUBLIK
(redaksi kata), antara lain :
Fi’il mudhari’ yang disertai dengan la nahiyah.
Contoh :
ِ َّ َ| هي حسن
و َلتَ| ْق رب ل الْ َي| ِت ْي ِم ا لبِال
ا ِتي ْواما
Berbentuk kalimat larangan yang disebutkan secara jelas. Misalnya dalam surat
An Nahl ayat 90 :
عن ا شا ْ ْ ك ِر وا سا واِ ْي تَ|ا ِء ِذى ا ْلق وي ر ِبا اِن لالَ| يَ|أْ| ُم
ْلفَ|ح ِء ل ن ْر َب|ى ْنهى ِلح ن ْلعَ|دْ|ل
وا
م
Dengan menggunakan kata haram, sebagaimana dalam surat Al A’raf ayat 33 :
UJI PUBLIK
Mensifati suatu perbuatan dengan keburukan, seperti dalam surat Ali Imran ayat
180 :
سب |َ|ن اَ|ّل ِذ ْين َي| ْبخلُ ْون بِ| َما َاتَ| ُه ُم لالُ من فَ|ض ِل ِه َوخ شر ه ْم و َل َي|ح
ْيرالَ|ه م بَ|ل هُ و ال
َ ْ
Sementara itu, bentuk nahy mutlak biasanya menuntut kepada tikrar
(pengulangan) setiap waktu dan menuntut segera dilaksanakan saat itu pula.
E.
Kaidah-kaidah amr yaitu ketentuan-ketentuan yang dipakai para mujtahid
dalam mengistimbatkan hukum. Ulama’ ushul merumuskan kaidah-kaidah amr
dalam lima bentuk, yaitu :
Kaidah pertama, pada dasarnya amr perintah itu menunjukkan kepada wajib dan
tidak menunjukkan kepada selain wajib kecuali adanya qarinah.
َكاة
صل واَ|تُواال
ُ ِق موا (Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat)
ز ْي ال ة
َوا
Perintah dalam ayat ini menunjukkan wajib, karena nyata adanya serta tidak
ada qarinah atau penyerta yang menunjukkan makna lain.
2. Sunnah.
Allah berfirman QS. An Nur 33 :
َ| ي ك ْم
ن ع ِل ْي خ واَ|ُت ْوُه ْم مال ل ِال ال فَ|كا ِتبُ ْوُه ْم
ِذ اَ|تَ|ا من ْمتُ ْم ه ْيرا
ْم
(Maka buatlah perjanjian dengan mereka, jika kamu ketahui ada kebaikan pada
mereka. Dan berikankah kepada mereka sebagian dari harta Allah)
ك
(Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantara
kamu)
Sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepada hambaNya ketika sedang
mengadakan transaksi hutang piutang untuk menyediakan dua orang saksi
yang tujuannya adalah untuk menjaga kemaslahatan dunia mereka. Namun hal
itu tidak akan mengurangi pahala jika tidak memakai dua orang saksi dalam hal
hutang piutang tersebut, serta tidak akan menambah pahala juga.
4. Mubah atau boleh.
Allah berfirman QS. Al Maidah 2 :
صطادُ ْوا
واَذاَ حلَ| ْلت
ِ (Dan apabila kamu telah menyelesaikan haji, berburulah)
ْم فَ|ا
Pengambilan dalil dari ayat di atas menunjukkan bahwa makan dan minum
adalah dua hal yang diperbolehkan.
5. Ancaman atau menakut-nakuti.
Allah berfirman QS. Ibrahim 30 :
sesungguhnya karena ka
I KP U
mu tempat
, kembalimu
neraka)
)Berse adalahnang-
ِلال ْ م ر ك ُم (Makanlah dari apa yang telah Allah rizqikan kepadamu)
وا ما زق
ُكل
7. Memuliakan.
(د اُْ خل ه „م اَ| ِم ِنMasuklah ke dalam surga dengan selamat dan rasa aman)
َ ْين ُس
ل ْو ا
ِب
8. Menghinakan.
Allah berfirman QS.Al Baqarah 65 :
ك ون ر خاس ِئ ْين
ْ (Jadilah kalian seekor monyet yang hina)
ْوا ِق دَ|ة
|˝
9. Melemahkan/menyatakan ketidak mampuan.
(ِب ْوا فَ|أْ|تُ س „ة مثْ| ِل ِهBuatlah satu surat yang semisal dengan Al-Qur’an)
ْو من
ر
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa mereka tidak akan mampu untuk
membuat surat yang semisal dengan Al-Qur’an.
10. Mengejek, dalam sikap merendahkan.
Allh berfirman QS. Ad Dukhan 49 :
ذُق نَ|ّك أَ| ْنت الْعَ| ِز ْيز ا ْلك ِر ْي ُم,maha yang zat adalah Engkau sesungguhnya (Rasakan
perkasa lagi maha mulia)
ر ْوافَ|ا
ِ ِ ْوا ل (Baik kamu bersabar atau tidak, sama saja)
ب َأ ْو ت ب
ر
ص ص
12. Do’a
UJI PUBLIK
Seperti ucapan syair :
ِف
أَ|لَ| َايُّها اللَ|ّ ْيل الطو ْيل أَ| َّل ا ْنج ِلي ص ْب „حkau kenapa panjang, yang malam (Wahai
tidak segera berganti dengan shubuh)
14. Meremehkan.
Allah berfirman QS, Asy Syu’ara 43 :
( وا ْلقُ اَْ أَ ْنتُ ْم م ْلقُ ْونLemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan)
ما
15. Mengadakan.
Allah berfirman QS. Yasin 82 :
َفي ن ك ْون
ِإذَ|ا لَ| ْم تَ|ستَ| ِح َفاصنَ|ع ما شئْ|تsekehendak berbuatlah maka malu, tidak kamu (Jika
hatimu)
Sedangkan menurut Said Agil Husin al Munawwar ada 20 (dua puluh), dengan
tambahan :
17. Peringatan.
قُل َت| َم َّتعُ ْوا َفإِ|ن مص ْيرك ْم إِ|لَ|ى النَ|ّا ِرsesungguhnya nikmatilah, mereka pada (Katakan
tempat kembali adalah di neraka)
18. Pendidikan.
Seperti sabda Nabi kepada Umar bin Abi Salmah :
19. I’tibar.
Allah berfirman QS. Al An’am 99 :
(ن اُْ ظروا ِإلَ|ى ثَ| َم ِر ِه ِإذَ|اLihatlah buah itu ketika ia berbuah)
أَ| ْث| َمر
20. Takjub atau heran.
Allah berfirman QS. Al Furqan 9 :
ظ
)Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan
UJI PUBLIK
tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup mendapatkan jalan)
|لال
ِ صلَ|ةُ فَ|ا شر ا ْأل ْر ض وا ْبتَ|غ من ضل
ُ فَ| ِإ| َذ|ا ق ض ت
ْوا ف ي ْنت ْوا ي ال
Artinya : “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Allah”(QS. Al Jumuah : 10)
Sesudah
ر و ر ْواالبَ| ْيع
ِ
ِإل سع وا ِلال ى
َْ َي ْو ِم ا ْل من ِة فَ|ا جم
َذ ذك ع
Ushul Fikih Kelas XI MA PK 149
َ ص
ل ِة ُ لي ل ذَ|ان ْو ِد
Artinya : “Apabila diseru untuk untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum’at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli” (QS. Al
Jumuah : 9)
ُ َف ِإ|ذَ|ا تَ|طه ْرن فَ|أْ|تُ ْو
هن
Artinya : “Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka” (QS. Al Baqarah : 222)
UJI PUBLIK
Kalaulah sebuah perintah tadi bukan untuk segera dilaksanakan, tentu saja
Allah tidak akan murka kepada iblis.
2. Allah berfirman :
ْ ِ وسا ِر ع ْوا ِ „ة
ِإلَ|ى ف من ب م
ّ مغ ر
ر ك
Artinya : “Dan bersegeralah pada ampunan Tuhanmu” (QS. Ali Imran : 133)
dan
خ
Artinya : “Dan berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan” (QS. Al Baqarah : 148)
UJI PUBLIK
puasa satu kali, berarti ia telah melaksanakan tuntutan.
Kaidah kelima, perintah mengerjakan sesuatu berarti memerintahkan pula segala
wasilahnya.
Kaidah ini menjelaskan bahwa perbuatan yang diperintahkan itu tidak bisa
terwujud tanpa disertai dengan sesuatu perbuatan lain yang dapat mewujudkan
perbuatan yang diperintah itu. Misalnya kewajiban melaksanakan shalat. Shalat
tidak dapat dikerjakan tanpa suci terlebih dahulu. Oleh karena itu, perintah shalat
berarti juga perintah bersuci. Dalam kaitannya dengan masalah ini, ulama’
menetapkan kaidah : “tiap-tiap perkara yang kewajiban tidak sempurna kecuali
dengannya, maka perkara itu wajib pula”
F. Empat KaidahNahy
Ulama’ ushul merumuskan kaidah-kaidah nahydalam empat bentuk, yaitu :
Kaidah pertama,pada dasarnya larangan itu menunjukkan haram. Seperti larangan
Allah yang terdapat pada surat Al Isra’ ayat 32 yang artinya “janganlah engkau
mendekati zina”. Jumhur ulama’ mengatakan bahwa hakikat nahy adalah at tahrim,
sedangkan selain makna tersebut sifatnya adalah majazi. Oleh sebab itu, menurut
UJI PUBLIK
melainkan karena ada dalil lain yang memberi petunjuk.
Sighat (bentuk) nahy selain menunjukkan haram, sesuai dengan qarinahnya,
juga menunjukkan arti lain, diantaranya sebagai berikut :
1. Al karahah, seperti :
“Seseorang jangan memegang kemaluannya dengan tangan kanan ketika ia
buang air kecil”(HR. Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah)
2. Ad du’a, seperti :
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menyiksa kami jika kami lupa”(QS. Al
Baqarah : 286)
3. Al irsyad, seperti :
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada
nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu niscaya akan menyusahkan
kamu”(QS. Al Maidah : 101)
4. At tahqir, seperti :
UJI PUBLIK
dengan sesuatu seperti waktu atau sebab-sebab lain, maka larangan tersebut
menghendaki meninggalkan larangan itu selamanya. Namun jika larangan itu
dihubungkan dengan waktu, maka perintah larangan itu berlaku bila ada sebab,
seperti : “Janganlah shalat, sedangkan kamu dalam keadaan mabuk”
Ulama’ ushul fiqh berbeda pendapat tentang lafadz an nahyu, apakah bersifat
segera dihentikandan berlaku secara berulang-ulang. Menurut Fakhrudin ar Razi
dan Imam al Baidawi, keduanya ulama’ ushul fiqh madzhab Syafi’i, ungkapan an
nahyu tidak menunjukkan pengulangan dan juga tidak untuk segera dihentikan,
karena adakalanya nahy itu dimaksudkan untuk berulang-ulang, dalam arti suatu
perbuatan apabila telah dilarang maka larangan itu berlaku untuk selamanya.
Misalnya firman Allah dalam surat Al Isra ayat 32 yang artinya: “Dan janganlah
kamu mendekati zina”. Larangan terhadap mendekati, apalagi melakukan zina
bersifat selamanya, bukan untuk satu kali larangan saja. Akan tetapi, adakalanya
lafadz an nahyu itu bukan untuk selamanya. Misalnya seorang dokter mengatakan
pada pasiennya: “Kamu jangan memakan daging.” Larangan ini hanya berlaku
dalam keadaan sakit saja, bukan untuk selamanya.
buruk, kecuali ada alasan yang menunjukkan bahwa keburukan pekerjaan itu
adalah pada maknanya (bukan pada zatnya).
Apabila pekerjaan buruk itu berkaitan dengan makna sesuatu yang dilarang,
seperti menggauli istri dalam keadaan haid, maka larangan itu didasarkan pada
makna tersebut, bukan pada zat perbuatan itu (menggauli istri). Karena meskipun
menggauli istri itu dianjurkan, namun hal tersebut diharamkan jika istri dalam
keadaan haid.
Dengan memahami kaidah Amr dan Nahy ini, mari kita aplikasikan dalam kehidupan nyata.
Ayo sampaikan tentang pelopor kebaikan dan menngingatkan diri sendiri dan orang lain tetap dalam ke
Wawasan Lain
Belajar tentang kehidupan dari lima dhamir atau kata ganti:
UJI PUBLIK
(1) Dalam menjalani kehidupan kita perlu menempatkan diri sebagaidhamir munfashil atau
kata ganti yang berdiri sendiri, tidak pernah bergantung kepada orang lain, teguh pendirian
dan memiliki prinsip kuat selalu menjadi pelopor (amr) segala kebaikan, menjadi master of
civilization (garda depan dalam penggerak peradaban).
(2). Dalam mengajak dan mengingatkan (nahy) orang lain kepada kebaikan, kita perlu perlu
menempatkan diri sebagai dhamir bariz atau kata ganti yang terang benderang menyuarakan
kebenaran walaupun pahit, sakit dan perih yang dirasakan. Menjadi the agent of change (agen
perubahan) yang selalu memberikan solusi masalah bukan memunculkan masalah,
menjadikan masalah sebagai peluang dan tantangan untuk lebih inovatif dan kreatif bukan
keputus-asaan dan menyalahkan orang lain.
(3). Dalam belajar, kita perlu menempatkan diri sebagai dhamir muttasil atau kata ganti yang
selalu menempel. Artinya sebagai murid harus mentaati gurunya, sebagai anak harus mentaati
orang tuanya, kita siap dijadikan obyek, dididik, diasuh, diarahkan seperti pasien yang harus
patuh pada dokter jika ingin lekas sembuh.
(4). Dalam memandang kebaikan, kita perlu perlu menempatkan diri sebagai dhamir mustatir
atau kata ganti yang tersimpan namun menjadi ruh yang menggerakkan segala kebaikan,
memendam dalam-dalam keikhlasan, selalu mementingkan orang lain atas dirinya.
(5) pada saatnya nanti kita akan meninggal dunia atau sebagai dhamir mustatir wujuban atau
kata ganti yang wajib tersimpan, gajah mati meninggalkan gading, orang mati meninggalkan
nama yang harum, kembali ke hadirat Illahi dengan jiwa yang tenang, tenteram, redha dan
diredhai Allah Swt dengan wajah berseri penuh kedamaian dan kebahagiaan dunia sampai
akhirat.
1. Jika kita mau memahami dengan segala bentuk Al-Qur’an sebagai firman Allah
yang merupakan sumber dari segala sumber hukum dan ilmu pengetahuan
yang tidak akan pernah habis bagi siapa saja yang mempelajarinya. Hal ini
disebabkan karena Al-Qur’an adalah mukjizat yang senantiasa mampu
menjawab tantangan zaman sampai kapanpun. Al-Qur’an adalah sebuah
maha karya sastra, sehingga para sastrawan telah menjadikannya sebagai
obyek penelitian sastra sejak dahulu hingga sekarang.
2. Betapa pentingnya mempunyai pengetahuan kebahasaan tentang amr dan
nahy ini, yang mana diharapkan kita mampu memahami hukum-hukum
syariat secara kaffah dan menyeluruh, yang pada akhirnya kita dapat
menjadi seorang muslim dan mukmin sejati, yang bisa mengerjakan semua
UJI PUBLIK
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, yang termaktub dalam bentuk
amr maupun nahy.
3. Perlu diketahui dan dicamkan dalam setiap kalbu manusia, bahwa di dalam
amr Allah pasti ada mashlahah dan manfaat yang terkandung di dalamnya,
yang mungkin manusia itu sendiri tidak menyadari karena keterbatasan
fikiran dan sedikitnya ilmu yang dimiliki. Begitu juga sebaliknya, apabila
Allah melarang mengerjakan sesuatu pasti ada mafsadah dan madharahnya
yang harus kita hindari sejauh-jauhnya.
Ayo Menganalisis
sighat amr dan nahy
Dasar logika: belajar dari sighat amr dan nahy. Jadilah pelopor dalam kebaikan, master of civilization, agent o
UJI PUBLIK
Setelah Anda mendalami materi maka selanjutnya lakukanlah diskusi dengan
kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan hasilnya di tempel.
NO KETERANGAN HASIL
Ayo Meneliti!
Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
UJI PUBLIK
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu! Selamat mencoba!
No wawancara
UJI PUBLIK
adalah sebuah maha karya sastra, sehingga para sastrawan telah
menjadikannya sebagai obyek penelitian sastra sejak dahulu hingga
sekarang.
2. Betapa pentingnya mempunyai pengetahuan kebahasaan tentang
amr dan nahy ini, yang mana diharapkan kita mampu memahami
hukum-hukum syariat secara kaffah dan menyeluruh, yang pada
akhirnya kita dapat menjadi seorang muslim dan mukmin sejati,
yang bisa mengerjakan semua perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya, yang termaktub dalam bentuk amr maupun nahy.
3. Adapun yang perlu diketahui dan dicamkan dalam setiap kalbu
manusia, bahwa di dalam amr Allah pasti ada mashlahah dan
manfaat yang terkandung di dalamnya, yang mungkin manusia itu
sendiri tidak menyadari karena keterbatasan fikiran dan sedikitnya
ilmu yang dimiliki. Begitu juga sebaliknya, apabila Allah melarang
mengerjakan sesuatu pasti ada mafsadah dan madharahnya yang harus
kita hindari sejauh-jauhnya.
KOMPETENSI
KOMPETENSIINTI KOMPETENSI
INTI DAN KOMPETENSI DASAR DASAR
1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.7. Menghayati kebenaran produk ijtihad
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
am dan khas
agama yang dianutnya
BLIK
J IU
secara efektif s esuai
de nga n
P U
perke mban gan anak di
UJ I P U B L IK
T UJUA N PE MBEL AJARA N
UJI PUBLIK
Kebingungan juga akan menerpa peneliti hukum yang tidak menguasai kaidah-
UJI PUBLIK
kaidah ‘a>mm dan khas}s} ketika dihadapkan pada dalil-dalil yang kelihatan kontradiksi. Boleh
jadi ia akan melakukan tarjih dengan memilih salah satu dalil yang dianggap memiliki posisi
lebih tinggi dan meninggalkan dalil lainnya karena kedudukannnya dari segi wurud lebih
rendah.
Seorang pelajar yang memahami dengan baik kaidah-kaidah ‘a>mm dan kha>s}s tidak
serta-merta melakukan pengabaian terhadap sebagian dalil yang terlihat bertentangan. Ia
selalu berusaha mengambil dan memfungsikan semua dalil yang ada semaksimal mungkin
dengan menempatkan dalil sesuai porsinya. Ia akan menelisik mana di antara dalil-dalil itu
yang merupakan dalil ‘a>mm, sehingga didudukkan sebagai hukum umum, dan selanjutnya
dalil yang bersifat khusus diberlakukan pula dengan pembatasan pada wilayah tertentu.
Di sinilah terlihat urgensi pembahasan mengenai lafal dan segi cakupannya yang
meliputi pengertian ‘a>mm dan kha>s}s}, kaidah dan contohnya.
Alhamdulillah atas karunia Allah Swt, sekarang setelah dengan mudahnya kita
difahamkan deskripsi (gambaran umum) kaidah ketiga ini, pertanyaan yang patut diajukan
adalah: bagaimana penjelasan secara luas dan mendalam tentang umum (am) dankhusus
(khas)? Nah, jawabannya akan kita dapatkan pada pembahasan berikut.
Am(umum) adalah satu lafal yang mencakup seluruh bagian yang ia lingkupi dengan
satu makna saja.
Satu lafal : bukan murakkab
UJI PUBLIK
: hanya menunjukkan kepada satu makna, berbeda dengan lafadz musytarak
Adakalanya lafadz umum itu ditentukan dengan lafadz yang telah disediakan untuk itu,
seperti lafadz “kullu, jami’udan lain-lain. Tegasnya lafadz ‘amm adalah lafadz (teks) yang
dipergunakan untuk menunjukkan suatu makna yang pantas (boleh) dimasukkan pada makna
itu dengan mengucapkan sekali ucapan saja, seperti kita katakan ar-rijal, maka lafadz ini
meliputi semua laki-laki. Contoh `amm adalah Q.S. al-Ashr: 2, makna manusia dalam ayat
tersebut berlaku untuk semuanya. Jika cakupan Am tidak terbatas, maka lafal khas memiliki
cakupan yang terbatas pada satu, atau bilangan yang terbatas.
H. Pengertian Khas
Lafadz khas merupakan lawan kata (antonim) dari Am. Khas adalah lafadz(teks)yang
dipasangkan pada satu arti yang sudah diketahui (populer) dan manunggal. Definisi lain khas
adalah setiap lafadz yang dipasangkan pada satu arti yang menyendiri dan terhindar dari
makna lain yang (musytarak). Contoh dari khas ini ada dalam Q.S. al-Baqarah: 196, makna
tsalatsatin dalam ayat tersebut tidak mungkin mengandung makna lain melainkan cuman
berarti tiga.
I. Redaksi Am
Sebelas (11) sighat (redaksi kata) atau Bentuk-bentuk Lafal Am, antara lain:
No Sighat Am Contoh
1 Kata tanya (adawat al- من عندك من الطُلب؟: من
istifham)
ما عندك من البهائم؟: ما
أي العلماء قابلت؟ أي الدواب ركبت؟: أي
متى تزورني؟: متى
أين تذهب؟: أين
يسألونك عن الساعة أيان مرساها؟: أي ا ن
2
Kata syara
U L I K t
حسبه لال فهو ى ومن يتوكل عل: م
(adaw
syart)
J I PUB
at al -
ن
ما
: وما تفعلوا من خير يعلمه لال: أي
: أيما امرأة نكحت نفسها فنكاحها باطل أي ن
أينما تكونوا يدرككم الموت متى
متى تجلس أجل |س:
3 Lafal كلdan جميع كل نفس ذائقة الموتأم يقولون نحن جميع منتصر
4 Kata plural yang :misalnya الرجال
dimasuki الma’rifah
UJI P U B L
le paska nlah sele bihnya )
J. Redaksi Khas
Sedangkan redaksi lafadz khas antara lain:
4. Takhs}i>s} dengan kata sifat, misalnya ayat فتحرير رقبة مؤمن dalam kaffarah
ة
pembunuhan tidak sengaja yang mengharuskan memerdekakan budak yang beriman.
II. Takhs}i>s} dengan dalil lain (minfas}il)
1. Takhs}i>s} ayat dengan ayat, misalnya:
والمحصنات من الذين أوتوا الكتابayat
} mentakhs}i>s ول نت كحوا المشركات حتى يؤمن
.hadis misalnya: sunnah, dengan ayat Takhs}i>s} 2 نحن معاشر األنبياء ل نورث ما تركناه صدقة
anak
} kepada kewarisan ayat mentakhs}i>s يوصيكم لال في أولدكم
فيما سقت األنهار والغيم العشور وفيما سقي بالسانية نصف العشر
ل صدقة في حب ول تمر دون خمسة أوسق
4. Takhs}i>s} dengan ijma’, misalnya: ayat الزا ِنيَ|ة و زا ِني ج واح „د ْ ه مائ
UJI PUBLIK
كل ن ما ة فَ|ا ِلدُوا ال
م
ج ْلدَ| „ة ditakhs}i>s} oleh kesepakatan ulama bahwa budak yang berzina dijilid 50 kali.
5. Takhs}i>s} dengan qiyas, misalnya: ayat
ومن دخله كان آمناmenunjukkan bahwa orang yang
masuk wilayah al-Haram aman dari gangguan terhadap harta dan jiwanya. Akan
tetapi keumuman ayat tersebut tidak mengahalangi jatuhnya hukuman qisas atasnya
berdasarkan qiyas atas ayat
ن
سج ِد حر حتَ|ّى يُقَ|اتِ|لُو ْ ي ِه |ع ْن َد ول تُقَ|ا ِتلُو ْم
فَ|إ م ا ْل ا ِم الْم
ك
َقاتَ|لُوك ْم فَ|ا ْقتُلُوُه ْم
Pembagian Mukhasis (Dalil yang mengkhususkan)
Dalam hal ini, ada dua bentuk Mukhasis yakni bersmbung dan terpisah
1) Mukhasis Muttasil
Apabila makna satu dalil yang mengkhususkan, berhubungan erat atau
bergantung pada kalimat umum sebelumnya.
صلحا
ُ ِ ن ِفي ذ أَ را ُدوا إ
ِ َ ِ وبُعُولَ|تُ ُه ن
ن ِلك أَح ب ّده
ر
ق
UJI PUBLIK
atas.
Lughawiyy, (kebahasaan).
c) Sifat
2) Mukhasis Munfasil
Dalil umum atau makna dalil yang sama dengan dalil atau makna dalil yang
megkhususkannya, masing-masing berdiri sendiri dalam arti tidak berkumpul
tetapi terpisah.
a) Kitab ditakhsis dengan kitab
Contohnya firman Allah:
يُو صيك ل ُال ِفي أَ| ْول ْ لذَ| ِ مث ح ّظ األ ْنثَ| َي| ْين
PUBLIK
ك ك
“Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-
anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang
anak perempuan”.2 (QS. an-Nisa’: 11).
Ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam rangka menyikapi dalil-dalil
‘a>mm dan kha>s}s}:
1. Ketika terjadi pertentangan antara dalil ‘a>mm dengan dalil kha>s}s}, maka yang
didahulukan adalah dalil kha>s}s}, misalnya pertentangan antara dua hadis terkait zakat
biji-bijian berikut:
فيما سقت األنهار والغيم العشور وفيما سقي بالسانية نصف العشر
2. Adat atau ’urf tidak boleh dijadikan sebagai sarana takhs}i>s}, karena syariat tidak
disusun berdasarkan adat.
3. Yang dijadikan patokan adalah keumuman lafal, bukan hanya khusus pada kasus
UJI PUBLIK
menyatakan sebaliknya dan menjadikan dalil tersebut tidak tidak berlaku umum.
4. Lafal ‘a>mm setelah di-takhs}i>s masih berlaku pada ruang lingkup yang tidak terkena
pengkhususan
|˝صمطلَ|قا
ص فإنَ|ّهُ حقيقة˚| فيما بقي بعدَ| التَ|ّخصي العا ُّم إذا دخله التَ|ّخصي
5. Dalil yang tidak dirinci, padahal memungkinkan untuk lebih diperinci menunjukkan
bahwa dalil tersebut berlaku umum.
Penugasan Mandiri
Aktifitas Peserta Didik (menyampaikan gagasan, dst)
Setelah Anda mendalami materiAm dan Khas, maka selanjutnya lakukanlah diskusi
dengan kelompok Anda, kemudian persiapkan diri untuk menyampaikan gagasan atau ide
tentang merubah pikiran (shift paradigm) dari deduktif-normatif-teologis menuju ke induktif-
saintifik-humanis!.
Dengan memahami sighatAm dan Khas ini, mari kita aplikasikan dalam kehidupan nyata.
Ayo sampaikan tentang perbedaan paradigma (kerangka berfikir) deduktif-induktif (di mulai dari penjelasan
UJI PUBLIK
dengan pernyataan yang bersifat khusus) terkait dengan sighat Am dan Khas!
Wawasan Lain
Contoh kerangka berfikir umum (deduktif); seorang penulis secara umum seperti
seorang petani, jika petani ingin mencangkul ladangnya harus punya tenaga yang cukup
dengan makan dan minum yang bergizi, bila kurang pak tani akan cepat lemas dan loyo.
Begitu juga seorang penulis, jika ingin tidak kehabisan dan kekeringan ide harus
memperbanyak bacaan dan peka terhadap lingkungan.
UJI PUBLIK
Perenungan
UJI PUBLIK
Gambar (Mengamati)
Amatilah gambar di atas, dalam menghadapi era New Society 5.0 renungkan dan kaitkan
dengan sighat amr dan nahyyang anda pelajari! Buatlah narasi dari hasil renungan anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Ayo Menganalisis
sighat amr dan nahy
Dasar logika: belajar dari sighat am dan khas. Jadilah seseorang yang memiliki pemikiran yang luas dan luwes,
UJI PUBLIK
IK
merumuskan kaidah-kaidah khas? Diskusikan
U JI
dengan te man-tem an kalian!
7 PUBL
Bagaimana Hikmah (perenungan) dari sighat am dan
khas? Diskusikan dengan teman-teman kalian!
Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu! Selamat mencoba!
No wawancara
U JI
3
Apakah semua la fadz khas
5
P U B L IK
artinya adalah khusus ? Jelask
Jelaskan makna lain dari lafadz am artinya adalah umum?
UJI PUBLIK
BLIK
J IU
secara efektif s esuai
de nga n
P U
perke mban gan anak di
UJI PUBLIK
hamdulillah atas karunia Allah Swt, sekarang setelah dengan mudahnya kita
difahamkan deskripsi (gambaran umum) kaidah ketiga ini, pertanyaan yang patut diajukan
adalah: bagaimana penjelasan secara luas dan mendalam tentang umum (am) dan khusus
UJI PUBLIK
(khas)? Nah, jawabannya akan kita dapatkan pada pembahasan berikut.
K. Pengertian Takhsis
Takhsish adalah mengeluarkan sebagian apa yang dicakup lafadz am. Dalam pengertian
yang lain lafadz khas diartikan dengan suatu lafadz yang menunjukkan makna khusus. Istilah
khas dalam ushul fiqih yakni sesuatu yang tidak mencapai sekaligus dua atau lebih tanpa
batas. Adapun para ulama berbeda dalam mendefinisikan pengertian lafadz takhsis ini,
1. Manna al-Qaththan mendefinisikan khas dengan kebalikan dari lafadz am, yaitu yang
tidak menghabiskan semua apa yang pantas baginya tanpa ada pembatasan.
2. Musthafa Said al-Khin, khas adalah setiap lafadz yang digunakan untuk menunjukkan
makna satu atas beberapa satuan yang diketahui. Adakalanya berbentuk jenis, macam
sesuatu atau hakikat sesuatu.
3. Abdul Wahaf Khalaf dalam ‘Ilm Ushul al-Fiqh mendefinisikan lafadz sebagai lafadz yang
digunakan untuk menunjukkan satu orang tertentu.
L. Pengertian Mukhasis
Mukhasis adalah dalil yang mengkhususkan.
M. RedaksiTakhasis
Redaksi lafadz takhsis antara lain:
UJI PUBLIK
III. Takhs}i>s} dalam kalimat yang sama (mut}t}as}il):
5. Takhs}i>s} dengan pengecualian dengan syarat harus dalam satu kalimat,
7. Takhs}i>s} dengan lafal ‘hingga/ al-ga>yah’, misalnya: الجزية يعطوا حتى yang didahului
oleh perintah memerangi orang kafir.
8. Takhs}i>s} dengan kata sifat, misalnya ayat فتحرير رقبة مؤمن dalam kaffarah
ة
pembunuhan tidak sengaja yang mengharuskan memerdekakan budak yang beriman.
IV. Takhs}i>s} dengan dalil lain (minfas}il)
6. Takhs}i>s} ayat dengan ayat, misalnya:
والمحصنات من الذين أوتوا الكتابayat
} mentakhs}i>s ول نت كحوا المشركات حتى يؤمن
.hadis misalnya: sunnah, dengan ayat Takhs}i>s} 7 نحن معاشر األنبياء ل نورث ما تركناه صدقة
anak
} kepada kewarisan ayat mentakhs}i>s يوصيكم لال في أولدكم
م
ج ْلدَ| „ة ditakhs}i>s} oleh kesepakatan ulama bahwa budak yang berzina dijilid 50 kali.
10. Takhs}i>s} dengan qiyas, misalnya: ayat
ومن دخله كان آمناmenunjukkan bahwa orang yang
masuk wilayah al-Haram aman dari gangguan terhadap harta dan jiwanya. Akan
tetapi keumuman ayat tersebut tidak mengahalangi jatuhnya hukuman qisas atasnya
berdasarkan qiyas atas ayat
N. RedaksiMukhasis
Berikut pembagian mukhasis. ada dua bentuk Mukhasis yakni bersmbung dan terpisah
3) Mukhasis Muttasil
Apabila makna satu dalil yang mengkhususkan, berhubungan erat atau bergantung pada
kalimat umum sebelumnya.
صلحا
ُ ِ ن ِفي ذ أَ را ُدوا إ ق ن أَح
ِ َ ِ
ن ِل ك ب دّه
ر
“Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para
suami) itu menghendaki ishlah".(QS. Al-Baqarah: 288).
Syarat disini terbagi menjadi empat macam:
Syar’iyy, contohnya bersuci (thaharah) sebagai syarat bagi sahnya shalat.
Aqliyy (rasional), seperti hidup (al-hayah) menjadi syarat bagi pengetahuan (al-ilm).
Adiyy, (kebiasaan), seperti tangga menjadi syarat untuk naik ke atas.
Lughawiyy, (kebahasaan).
4) Mukhasis Munfasil
UJI PUBLIK
Dalil umum atau makna dalil yang sama dengan dalil atau makna dalil yang
megkhususkannya, masing-masing berdiri sendiri dalam arti tidak berkumpul tetapi
terpisah.
c) Kitab ditakhsis dengan kitab
Contohnya firman Allah:
O. KaidahTakhsis
Ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam rangka menyikapi dalil-dalil
‘a>mm dan kha>s}s}:
6. Ketika terjadi pertentangan antara dalil ‘a>mm dengan dalil kha>s}s}, maka yang
didahulukan adalah dalil kha>s}s}, misalnya pertentangan antara dua hadis terkait zakat
biji-bijian berikut:
فيما سقت األنهار والغيم العشور وفيما سقي بالسانية نصف العشر
ل صدقة في حب ول تمر دون خمسة أوسق
Hadis pertama menyatakan bahwa semua tanaman terkena zakat, sedangkan hadis
kedua mengkhususkan zakat hanya pada biji-bijian yang mencapai lima sak. Hadis
UJI PUBLIK
kedua yang khas}s} didahulukan daripada hadis pertama yang ‘a>mm.
7. Adat atau ’urf tidak boleh dijadikan sebagai sarana takhs}i>s}, karena syariat tidak
disusun berdasarkan adat.
8. Yang dijadikan patokan adalah keumuman lafal, bukan hanya khusus pada kasus
|˝صمطلَ|قا
ص فإنَ|ّهُ حقيقة˚| فيما بقي بعدَ| التَ|ّخصي العا ُّم إذا دخله التَ|ّخصي
10. Dalil yang tidak dirinci, padahal memungkinkan untuk lebih diperinci menunjukkan
bahwa dalil tersebut berlaku umum.
Perenungan
UJI PUBLIK
Hikmah dari kaidahtakhsis dan mukhasis, antara lain:
UJI PUBLIK
Gambar (Mengamati)
Amatilah gambar di atas, dalam menghadapi era New Society 5.0 renungkan dan kaitkan
dengan sighat takhsisdan mukhasisyang anda pelajari! Buatlah narasi dari hasil renungan
anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
2..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
UJI PUBLIK
...................................................................................................................................................
3..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
Ayo Menganalisis
sighat takhsisdan mukhasis
Dasar logika: belajar dari takhsisdan mukhasis. Jadilah pelopor dalam inovasi, master of civilization, agent of
IK
4
U JI P
Bagaiman a pema ham an Laf adz
U B L
ta khsis d i dalam Al-
Qur’an yang mempunyai banyak arti? Diskusikan
dengan teman-teman kalian!
5 Bagaimana Sighat (bentuk) mukhasis selain, sesuai
dengan qarinahnya (korelasi yang mempunyai
banyak arti? Diskusikan dengan teman-teman kalian!
Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu! Selamat mencoba!
No wawancara
U JI PUBLIK
Jelaskan !
4 lafadz takhsis?
5 lafadz mukhasis?
UJI PUBLIK
masyarakat da
U
n
BLIK
J I
lingku ngan alam
P U
sekitar ,
TUJUAN PEMBELAJARAN
UJI PUBLIK
UJI PUBLIK
P. Pengertian Mu U JI PUBLIK
jmal
Mujmalartinya abstrak, global, kabur atau tidak jelas, samar-samar. Maksudnya
suatu perkara atau lafadz yang tidak jelas atau hal-hal yang memerlukan penjelasan lebih
lanjut.Mujmal menurut istilah ushul fiqh adalah lafadz atau mantuq yang memerlukan
bayan (penjelasan).Mujmal adalah suatu perkataan yang belum jelas maksudnya dan untuk
mengetahuinya diperlukan penjelasan dari lainnya. Penjelasan ini disebut Bayan. Dalam
arti lain, kandungan maknanya masih global dan memerlukan perincian. Ketidakjelasan
tersebut disebut ijmal.
Q. Pengertian Mubayyan
Sedangkan mubayyan menurut bahasa (etimologi) adalah yang menjelaskan atau
yang merinci. Maksudnya adalah suatu lafadz yang mengandung penjelasan.Mubayyan
menurut istilah ushul fiqh adalah mengeluarkan sesuatu dari bentuk yang musykil (kabur)
kepada bentuk yang terang.Mubayyan adalah suatu perkataan yang jelas maksudnya tanpa
memerlukan penjelasan dari lainnya
R. RedaksiMujmal
Adapun yang menyebabkan timbulnya lafadzmujmal antara lain:
(1) Lafadz yang mengandung makna ambigu (tidak jelas) dan tidak ada indikator yang
menentukan salah satu makna yang dikehendaki. Seperti lafadzmawaali dalam
perkataan “aku berwasiat 1/3 hartaku untuk mawali budak itu”, padahal bagi orang yang
berwasiat itu ada mawali berupa orang yang memerdekakannya dan ada pula mawali
berupa orang yang dimerdekakan. Maka maksud perkataannya itu tidak bisa dipahami
kecuali melalui penjelasan langsung orang yang berwasiat tersebut,
(2) Asingnya penggunaan lafadz dalam bahasa Arab dan kesamaran maksudnya. Seperti kata
halu’a pada firman Allah (QS Al-Ma’arij: 19). Kata itu asing dalam bahasa Arab
sehingga tidak diketahui makna yang dimaksud sampai Allah menjelaskannya dengan
ayat selanjutnya.
UJI PUBLIK
(3) Perpindahan makna secara bahasa kepada makna secara istilah. Seperti lafadz shalat,
zakat, riba dan lain-lain. Makna kata-kata tersebut tidak bisa dipahami secara bahasa,
oleh karena itu ia memerlukan penjelasan langsung dari yang mengeluarkan istilah
tersebut. Biasanya penjelasan kata-kata yang seperti ini berasal dari sunnah Nabi. Oleh
karena itu, penentuan makna yang tepat dari lafadzmujmal hanya terbatas pada masa
kerasulan Nabi Muhammad dan terhenti sejak beliau meninggal.
Jika penjelasan langsung itu sudah cukup terang dalam menentukan maknanya maka
lafadz itu tidak lagi menjadi lafadzmujmal akan tetapi menjadi lafadzmufassar dan
berlakulah hukum lafadzmufassar, seperti penjelasan tentang shalat, zakat, haji dan lain
sebagainya. Apabila penjelasan tersebut tidak tuntas untuk menghilangkan kemujmalan
lafadz tersebut, maka lafadz itu menjadi lafadzmusykil, dan berlakulah hukum-hukum
lafadzmusykil. Misalnya adalah riba, yang datang dalam Al-Quran secara mujmal, menurut
madzhab Hanafi, dan Rasulullah SAW menjelaskannya dengan hadits harta riba yang enam
jenis itu. Akan tetapi penjelasan ini belum tuntas karena sebenarnya riba tidak terbatas pada
enam jenis itu. Dengan penjelasan ini, maka beliau membuka pintu ijtihad untuk
menjelaskan hal-hal lain yang mengandung riba.
S. RedaksiMubayyan
Mubayyan atau penjelasan dilihat dari redaksinya, terbagi kepada beberapa macam:
1. Penjelasan denga kata-kata ()بالقول بيان
Contoh, firman Allah yang berbunyi:
U I J
فصيام
ك تلك ع حج اذا ال في ٦٩١
B
...املة
“Maka wajib berpuasa tiga hari dalam waktu haji, dan tujuh hari setelah kamu kembali.
Itulah sepuluh hari yang sempurna. (QS. Al-Baqarah: 196).
Perkataan “sepuluh hari yang sempurna’ pada ayat tersebut adalah sebagai penjelasan
(mubayyan) dari tiga dan tujuh hari yang disebutkan sebelum itu.
Contoh, seperti cara-cara shalat yang harus diikuti sebagaimana yang diterangkan dengan
perbuatan beliau sendiri, sebagaimana sabdanya yang berbunyi:
Contoh, seperti ukuran zakat dan diat anggota-anggota badan, banyak Nabi melakukan
dengan surat-surat, untuk dikirim ke daerah-daerah Islam di waktu itu.
Contoh, seperti penjelasan Nabi tentang jumlah hari pada bulan Ramadhan, dengan
mengucapkan
Sewaktu Nabi mengucapkan “sekian” pertama dan kedua adalah dengan mengangkat semua
jari tangan, dan sedang waktu mengucapkan “sekian” yang ketiga, Nabi melipatkan satu ibu
jarinya. Hal tersebut merupakan isyarat yang menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah
dua puluh Sembilan hari. Yang demikianlah penjelasan dengan isyarat.
ابن حبان. كان اخراج المرين من رسول لال عليه وسلم عدم الوضوء مما مست النار
“Adalah akhir dua perkara dari Nabi SAW. (adalah) tidak mengambil wudhu (lagi) setelah
UJI PUBLIK
makan sesuatu yang dibakar.” (Hadist Ibnu Hibban).
Dari riwayat tersebut tampak bahwa pada mulanya, setiap makan sesuatu yang dibakar maka
Nabi SAW. Wudhu, kemudian Nabi tinggalkan, yakni Nabi tak wudhu lagi walau makan
makanan yang dibakar. Nabi meninggalkan wudhu dalam hal tersebut, oleh ulama dikatakan
sebagai penjelasan atau bayan dengan meninggalkan.
T. KaidahMujmal
Bila dilihat dari segi bentuknya lafadz-lafadz mujmal ada dua macam: lafadz mufrad
dan murakkab:
1. Lafadz mufrad yakni lafadz-lafadz yang terdiri dari satu kalimat. Lafadz-lafadz
mufrad juga dilihat dari segi jenis ada tiga macam:
c. Huruf ( )حرفkalimat yang terdiri dari satu huruf, atau kalimat yang tidak akan
berarti bila tidak disambung dengan yang lainnya.
UJI
Yang termasuk mufrad diantaranya adalah :
1) Lafadz yang diletakkan untuk dua makna secara haqiqat, yakni lafadz-lafadz yang
musytarak, seperti lafadz القرءyang diletakkan untuk menunjukkan makna “suci” dan makna
PUBLIK
“haid”.
2) Lafadz yang layak untuk diarahkan pada kedua makna dengan sebab adanya
musyabahah (keserupaan) dalam sebuah titik persamaan. Seperti lafadz النورyang layak untuk
diarahkan pada makna “akal” dan “cahaya matahari”.
3) Lafadz yang layak untuk diarahkan pada kedua makna dengan sebab adanya
mumatsalah (kemiripan). Seperti lafadz الجسمyang layak diarahkan pada “langit’ dan “bumi”,
atau benda-benda yang lain.
4) Lafadz yang terkena imbas I’lal, seperti lafadz المختارyang diarahkan pada bentuk
isim fa’il atau isim maf’ul (Afandi dan Huda, 2013: 157 -158).
Atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah… (QS. Al-Baqarah: 237)
Yang mempunyai ikatan perkawinan bisa diartikan wali atau suami, karena maknanya
tidak tunggal, berarti hukumnya belum pasti. Oleh karena itu, tidak diamalkan sebelum ada
penjelasan atau al-Bayan.
U. KaidahMubayyan
Mubayyan atau penjelasan dilihat dari segi jenisnya, terbagi kepada beberapa macam:
1. Penjelasan denga kata-kata ()بالقول بيان
Contoh, firman Allah yang berbunyi:
٦٩١: البقرة...فصيام ثُلثة ايام في الحج وسبعة اذا رجعتم تلك عشرة كاملة
“Maka wajib berpuasa tiga hari dalam waktu haji, dan tujuh hari setelah kamu kembali. Itulah
sepuluh hari yang sempurna. (QS. Al-Baqarah: 196).
UJI PUBLIK
Perkataan “sepuluh hari yang sempurna’ pada ayat tersebut adalah sebagai penjelasan
dari tiga dan tujuh hari yang disebutkan sebelum itu.
2. Penjelasan dengan perbuatan ()بالفعل بيان
Contoh, seperti cara-cara shalat yang harus diikuti sebagaimana yang diterangkan dengan
perbuatan beliau sendiri, sebagaimana sabdanya yang berbunyi:
. حديث. صلوا كما رايتمواني اصلي
Perenungan
UJI PUBLIK
Hikmah dari kaidahmujmal dan mubayyan, antara lain:
1. Hukum mujmal adalah tawaquf (ditunda, ditangguhkan) sampai ada atau terdapat bayan
(penjelasan).”Maksudnya adalah apabila terdapat satu dalil yang bersifat mujmal, sedang
bayannya belum didapat atau belum ditemukan, maka dalil tersebut tidak boleh
diamalkan sebelum mendapatkan penjelasan atau bayan dari dalil tersebut.Tapi ada
sebagian ulama yang tidak sependirian dengan ketentuan di atas, antara lain Daud
Adzahiri yang berpendapat bahwa boleh mengamalkan dalil yang mujmal bila tidak
terdapat bayan atau penjelassannya. Alasaan beliau antara lain adalah tidak mungkin
terdapat dalil yang mujmal setelah Nabi wafat, karena sebelum Nabi wafat, Islam telah
disempurnakan terlebih dahulu .
3. Di samping itu beralasan itu berlandaskan juga dengan hadits yang berasal dari A’isyah,
yang mana ketika Fatimah binti Abi Hubeisy bertanya pada Nabi ‘apakah boleh
meninggalkan sholat, karena dirinya selalu ‘istihadhah”’, yakni tidak pernah suci. Maka
Nabi menjawab:“Tidak, itu adalah cairan dan bukan darah haid, dan bila datang haid
maka tinggalkanlah sholat, dan bila telah habis (waktu haid) maka cucilah darah itu dari
dirimu dan shalatlah” (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Dari hadits ini tampak bahwa, tidak boleh ditangguhkan penjelasan pada waktu yang
diperlukan, karena bila Nabi menundanya berarti Nabi telah membenarkan orang
tersebut tidak shalat.
5. Oleh sebagian ulama, hadits A’isyah tersebut dipakai juga sebagai alasan, bahwa wanita-
wanita istihadhah tidak wajib bersuci setiap akan sholat.
UJI PUBLIK
6. Perintah shalat pada ayat Dirikanlah shalat (QS.al-Baqarah: 110) tidaklah langsung
diiringi dengan penjelasannya. Adapun penjelasan mengenai bentuk atau tata
caranya adalah kemudian, yakni dengan cara-cara yang ditunjukkan oleh Nabi SAW.
sendiri. hal tersebut menunjukkan bolehnya menunda penjelasan atau bayan.
Gambar (Mengamati)
Amatilah gambar di atas, dalam menghadapi era New Society 5.0 renungkan dan kaitkan
dengan sighat mujmaldan mubayyanyang anda pelajari! Buatlah narasi dari hasil renungan
anda.
1..................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Ayo Menganalisis
UJ I P U B L I K s igh at m ujma
Dasar logika: belajar dari mujmaldan mubayyan. Jadilah pelopor dalam inovasi, master of civilization, agent of
ldan mu ba yya
IK
6
merumu
kaid
UU ah
skan
J I
B L P
k
mubay
aidah
yan?
-
Ayo Meneliti!
Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu! Selamat mencoba!
UJI PUBLIK
Penugasan Belajar Mandiri
9. Tulislah ayat al-Qur’an atau Hadis yang berkaitan dengan sighat mujmal dan mubayyan,
minimal 3 ayat/Hadis!
10. Buatlah kliping-kliping pendapat-pendapat ulama Indonesia tentang sighat mujmal dan
mubayyan dalam sebuah analisis kritis (kajian mendalam)!
2.Mubayyan menurut istilah ushul fiqh adalah mengeluarkan sesuatu dari bentuk yang musykil (ka
3.Bila dilihat dari segi bentuknya lafadz-lafadz mujmal ada dua macam, pertama lafadz mufrad dan
4.Mubayyan atau penjelasan dilihat dari segi jenisnya, terbagi kepada beberapa macam:
UJI PUBLIK
e.Penjelasan dengan meninggalkan
5.Hukum mujmal adalah tawaquf (ditunda, ditangguhkan) sampai ada atau
BLIK
J IU
secara efektif s esuai
de nga n
P U
perke mban gan anak di
UJI PUBLIK
TUJUAN PEMBELAJARAN
U JI PU B
Allah S wt seba gai Tuhan yan g selalu tahu
Didalam ushul fiqih istilah mustarak sudah tidak asing lagi, banyak dikalangan
ulama yang berbeda dalam mengistinbat hokum disebabkan karena berbeda dalam
menyikapi atau elon terhadap salah satu dari makna yang terkandung dalam lafad
mustarak, karena lafad mustarak terkadang memiliki dua arti yang saling
berseberangan sehingga tidak mungkin yang dimaksud dari mutakalim itu kedua arti
yang berada dalam lafad itu.
Lafad mustarak penting untuk diketahui dan diteliti untuk mengetahui sejauh
Oleh sebab itu penting mengkaji pengertian muradif dan musytarak, agar
diperoleh gambaran yang jelas tentang keduanya, sehingga tidak terjadi salah
pemahaman dengan lafad-lafad yang lain sedikit mirip dengan mustarak misalnya
dengan lafad mujmal, mutlak, majas dan lain sebagainya sebagainya, dari pengertian
UJI PUBLIK
ini kemudian akan dijelaskan tentang perbedaan yang cukup krusial antara mustarak
dengan lafad-lafad yang tersebut diatas.
U J I P U B L
4. Memiliki ma kna ya ng b erbeda atau pun ma kna yan g
bert
IK ent angan
5. Makna tersebut merupakan peletakan pertama maupun karena kebanyakan
penggunaannya
A. Redaksi muradif
Dalam mengetahui bentuk-bentuk lafadh muradif dan musytarak, hal utama yang
harus diperhatikan adalah siyaqul kalamnya. Oleh karena itu kami akan memberikan contoh-
contoh berikut:
سو ء حساب
َ وا ذ ن صلُو أ َم َر ُ ِ أ ْن يُ و و ْو ْ و
ال ي َن ا ما ه َصل َ َْي َن م َِّ
ش ذ يافُو َن ب لي
َُّب ل
ر ل
Dalam ayat ini memberitahukan bahwa sesungguhnya al-khasyhah dikhususkan hanya untuk
Allah SWT.sebab lafadh al-khasyah itu berfaedah memuliakan. Sedangkan lafadh al-khouf
berfaedah melemahkan atau dha’if.
2. Asy-syukh dan al-bukhl artinya Pelit atau kikir. Al-Askary juga membedakan al-bukhl
dengan kata adl-dlann. Dengan adl-dlann yang berarti kecelaannya atau aibnya, namun al-
bukhl karena keadaannya. Seperti contoh berikut :
ني ب بضِن
PUBLI K و َما ه َو َع ََل
الْ َغ ْي
UJI
“Dan dia (Muhammad) bukanlah orang yang bakhil untuk menerangkan yang ghaib.”
Di sini tidak disebutkan dengan lafadh al-bukhl. Di lain waktu juka dikatakan ad-dhanin bi
ilmihi.
َلل ُ لَ تَ ذ ِ ب ُعو َن ا ْن ُي َب َم ا َلك َ ِري ََل ا مغَ ل َتأ ُذو َها ُْك ذ ِ ب
ق ْن دلُوrِ َن ُدو خ ذ ْع ا
َِّ ل نَ ت َن ُرو َِن
Ushul Fikih Kelas XI MA PK 217
ا َذا انْ َط َل ْق ُ ُْت َن ُفو خلذ ْ ُم ال.َي ُقو ُل س
َي ُقو ُلو ْ س ُدون َكن َل َي ْف ا ذَل قَ ِلي ًل.ك َذ ِل ُ ُْك قَال ا ُ قَ ْب ف س
َن َب ل َت َنا َب ل وا َقُهو َن من ل
ل
ل
“Orang-orang badwi yang tertinggal itu akan berkata apabila kamu berangkat untuk
mengambil barang rampasan: “biarkanlah kami, niscaya kami mengikutimu” mereka
hendak merubah janji Allah. Katakanlah: “Kamu sekali-kali tidak boleh mengikuti kami;
demikian Allah telah menetapkan sebelumnya. Mereka mengatakan: “sebenarnya kamu
dengki kepada kami. Bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.”
B. Redaksi musytarak
Beberapa faktor yang menyebabkan lafadz itu menjadi musytarak antara lain:
1. Terjadinya perbedaan kabilah-kabilah arab di dalam menggunakan suatu kata untuk
menunjukkan terhadap satu makna. Seperti perbedaan dalam pemakaian kata ˚ د, dalam
satu kabilah kata ini digunakan untuk makna hasta seluruhnya, sedang kabilah yang lain
untuk arti telapak tangan sampai siku, dan kabilah yang lainnya lagi mengartikannya
hanya untuk telapak tangan saja.
2. Terjadinya makna yang berkisaran / keragu-raguan antara makna hakiki dan majazi.
lafadz َّ ي َرة
, yang semula dipakai untuk arti kafilah yang mengadakan perjalanan,
UJI PUBLIK
سSeperti
kemudian juga digunakan untuk arti bintang-bintang yang beredar mengelilingi matahari,
dan terakhir lafadz itu diartikan sebagai mobil.
3. Terjadinya makna yang berkisaran / keragu-raguan antara makna hakiki dan makna
istilah syar’i. Seperti lafadz ة َالص, yang dalam bahasa bermakna do’a, kemudian dalam
istilah syar’i digunakan untuk menunjukkan makna ibadah tertentu yang kita kenal selama
ini.
Lafad mustarak yang masih belum bisa ditentukan makna yang di kehendaki oleh
mutakalim (orang yang berbicara) harus ditangguhkan dalam artian harus
ditetapkan makna yang dikehendaki dengan merenungkan makana yang sesuai atau
yang dikehendaki dengan melihat dan mempertimbangkan factor-faktor dan
argument yang menguatkan terhadap makna yang dikehendaki, terlebih bila
mustarak ini adalah firman Allah atau undang-undang yang berkaitan dengan
kemaslahatan umat manusia, karena pada dasarnya mutakalim (orang yang
berbicara) pastilah ada yang dimaksudkan dari pembicaraan tersebut.
Para pakar berbeda pendapat dalam menentukan apakah lafad mustarak itu dapat
terwujud atau tidak ? setidaknya ada tiga golongan diantaranya adalah :
1. Berpendapat bahwa lafad mustarak pasti terjadi (wajibu al-wujud) pada bahasa
arab.
2. Menolak adanya lafad mustarak dalam bahasa arab
3. Boleh jadi (jaizu al-wujud) lafad mustarak terjadi dalam bahasa arab
Ulama’ yang yang memastikan adanya lafad mustarak dalam bahasa arab
mengemukakan argument baik akli maupun naqli diantaranya adalah :
- Kata-kata itu terbatas sedangkan makna itu tidak terbatas, oleh sebab
itulah bila yang terbatas diterapkan pada yang tidak terbatas tentulah harus ada
lafad mustarak (satu kata berbagai arti) dan tidak dapat dipungkiri bahwa makna
- UJI PUBLIK
memang tidak terbatas, semua sepakat akan hal ini.
Sedangkan ulama yang berpendapat bahwa musytarak itu boleh jadi terjadi
menggunakan argumentasi :
- Makna sebuah kaata itu tergantung orang yang mengucapkannya,
terkadang seseorang mengucapkan sesuatu secara jelas, namun terkadang juga
mengucapkan sesuatu dengan maksud secara umum (tidak terperinci), sebagai
mana ketika diucapkan secara terperinci akan menyebabkan kerusakan sebagai
UJI PUBLIK
A. Kaidah muradif
ايقاع املرتادفي ىف ماكن االخر جيوز اذا مل يقم عليه مانع رشعى
“mendudukkan dua muradif pada tempat yang sama diperbolehkan jika tidak ada
mani’ syar’iy.”
Al-Quran adalah mukjizat baik dari sudut lafadh maupun artinya.Oleh karena itu tidak
diperbolehkan mengubahnya. Bagi Malikiyah mengatakan bahwa takbir dalam shalat tidak
diperbolehkan kecuali “Allahu Akbar”, sedang Syafi’iyah hanya memperbolehkan “Allahu
Akbar” atau “Allahul Akbar” sedangkan Hanafiyah memperbolehkan semua lafadh yang
semisal dengannya, seperti “Allahul A’dhom”, “Allahul Ajal” dan sebagainya.
Adapun bentuk-bentuk lafadz musytarak itu adakalanya berupa ism (kata benda),
seperti lafadz al-nikah dalam QS. Al-Ahzab: 49 digunakan untuk makna al-‘aqd (akad).
Sebagaimana Allah berfirman:
َّن طل م ْن َق ْب ِل سو َّن ْ علَ ْي ْ „ة تَ| ْعتَ|دُّونَ َها َف ُث ا أَ| ُّي َها ا َّل ِذي َن آ َمنُوا ذَا َكحتُ ُم ا ْل ُم
ََّم ِتّ|عُو عد َف َما م ِه َّن ن أَ| ْن تَ| َم ّ ْقتُ ُموه ْؤ ِمنَا
ُ َّن ّم
م ك ت
|˝را ج ِمُيل ُوس ِّر حوه
َ
حا َّن
س
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan
yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka
sekali-kali tidak wajib atas mereka idah bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya, Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu
dengan cara yang sebaik-baiknya.”
UJI PUBLIK
(bersenggama), seperti dalam QS. Al-baqarah: 230.
ُ َ حتَ|ّى َت| ْن ز غ ْي
ِإ ْن طل| ُ ل َت| ِح ْن َب
ره
ُّل لَه ْعدُ م
ِكح ْوجا
َّق
َها
“Kemudian jika si suami menlalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan
itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain.”
Dan terkadang lafadz musytarak juga dapat berupa fi’il (kata kerja), seperti
lafadz ‘as’as yang terdapat pada QS. Al-Takwir:17.
Lafadz ‘as‘as yang terdapat pada ayat di atas dapat di gunakan untuk makna
menjelang (al-iqbal) dan dapat pula dipakai untuk makna meninggalkan (al-idbar).
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
masjidil Haram ke masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekililingnyaagar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Lafadz min juga dapat berarti menunjukkan sebagian (li al-tab’idh),
seperti dalam QS. Ali-Imran: 92.
ع ِلي ˚م
ِب ِحتَ|ّى تُ ْن م َّما تُ ِح و َما تُ ْن ْ „ء إ ْن تَ| نَ الُوا ا ْلبِ َّر
ِه ِفقُوا ن شي َّن ُّبو َن ِفقُوا
َلال
م
Lafadz min juga dapat digunakan untuk menunjukkan makna sebab (li al-
sababiyah), dalam QS. Nuh: 25.
PU صا ˝را
جدُوا لَ ُه ْم
I ِخلُوا َنا ˝را
م خطيئَ|ا ِت ِه غ
ْم أ ِرقُوا
UJI
ّما
ِم ْن دُو
L K ف َل َ
“Disebabkan kesalahan-kesalahan
َّل ِال أَ| ْن
mereka,
dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi
B ِن
mereka
ْم أُد
ditenggelamkan lalu
Perenungan
Lafadz ض
ِ حي َم ْل اdapat diartikan masa/waktu haidh (zaman), dan juga bisa berarti
tempat keluarnya darah haidh (makan). Namun dalam ayat tersebut menurut para
ulama ض
ِ حي َم ْل اdiartikan sebagai tempat keluarnya darah haidh. Karena adanya qarinah
haliyah bahwa orang-orang arab pada masa turunnya ayat tersebut tetap menggauli
istri-istrinya dalam waktu haidh. Sehingga yang dimaksud dengan lagadz
ا ْل َم ِحيdi
ض
atas bukanlah waktu haidh, akan tetapi larangan untuk istimta’ pada tempat keluarnya
darah haidh (qubul).
UJI PUBLIK
Lafadz quru’ di atas berarti masa suci, dan juga bisa berarti dengan masa
haidh. Para ulama berbeda pendapat mengartikan lafadz quru’ tersebut. Imam Syafi’i
mengartikannya dengan masa suci, alasannnya karena ada indikasi tanda muannats
pada ‘adad (kata bilangan: tsalatsah) yang menurut kaidah bahasa arab ma’dudnya
harus mudzakkar, yaitu lafaẓ at-thuhr (suci).
Sedangkan Imam Abu Hanifah mengartikannya dengan masa haidh, karena
bahwa lafadz tsalatsah adalah lafaẓ yang khas yang secara ẓahir menunjukkan
sempurnanya masing-masing quru’ dan tidak ada pengurangan dan tambahan. Hal ini
hanya bisa terjadi jika quru’ diartikan haidh. Sebab jika lafadz quru’ diartikan suci,
maka hanya ada dua quru’ (tidak sampai tiga)
Penugasan Belajar
Mandiri Gambar
(Mengamati)
UJI PUBLIK
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................
Ayo Menganalisis
sighat muradifdan musytarak
Dasar logika: belajar dari muradifdan musytarak. Jadilah pelopor dalam inovasi, master of civilization, agent o
IK
4
P UU JBI
Bagaiman a pema ham an
La fadz muradi f di
L
da lam Al-Qur’an yang
Anda sebagai calon ulama’ intelektual, buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang
untuk bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk observasi (terjun langsung ke
lapangan) melakukan wawancara ke masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai,
rekamlah hasil wawancara kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan
dan saran kemudian presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-
temanmu! Selamat mencoba!
No wawancara
UJI PUBLIK
U J I BLIK
anak di lingkun gan, ke luarg a,
sek
P U olah, secara efektif sesuai
UJI PUBLIK
Terma mutlak dan muqayyad dalam disiplin ilmu ushul fikih merupakan kepanjangan
pembahasan dari penjabaran para ulama akan kondisi sebuah tata bahasa yang mempunyai
porsi penting dalam perumusan sebuah hukum. Hal ini cukup beralasan sekali, sebab bila kita
menelisik lebih dalam kondisi fisik dari redaksi sumber hukum utama yang notabene syarat
dengan bahasa Arab, dalam hal ini al-Quran dan hadits, akan dapat dijumpai adanya diksi
(persinggungan) kata yang bercorak ambigu(samar), disamping juga tata bahasa yang
cenderung bernuansa global (abstrak/umum).
Berangkat dari pertimbangan sebagaimana terurai diatas lah, perlu untuk mengkaji
lebih mendalam perihal konstelasi operasional terma mutlaq dan muqayyad. Paling tidak ada
dua alasan yang dapat diajukan, (1) sebagai pisau analisis dalam merespon permasalahan
kontemporer dalam kisaran positif dan negatif sebuah nilai, sebab al-Quran merupakan spirit
(semangat) atas solusi pelbagai problematika umat. (2) sebagai konduktor (alat untuk
UJI PUBLIK
menggerakkan) yang mampu menghubungkan antara nilai-nilai yang terkandung dalam al-
Quran dengan nilai-nilai fitri yang merupakan software manusia dan arahnya nanti menuju
upaya penggalian lebih mendalam nilai-nilai tentang apa yang disebut beyond of phenomena.
Oleh karena itu, sebagai langkah efisiensi mengingat ruang pembahasan yang sangat
limited, kiranya pembahasan terma mutlaq dan muqayyad dapat diorientasikan pada
pengayaan informasi secara lintas madzhab. Di samping itu, menyajikan secara cerdas dalam
bentuk pengaktualisasian sajian yakni, aplikasi dari kedua terma tersebut dalam konteks
problematika kekinian, juga, menampilkan area abu-abu dari doktrin yang telah ada sebagai
langkah penelisikan lebih mendalam.
Dari uraian definisi yang terurai diatas intinya mempunyai pemahaman yang sama,
UJI PUBLIK
hanya berbeda dalam olah bahasa saja, sehingga dapat disimpulkan secara generis, bahwa
mutlak merupakan kata yang mempunyai cakupan makna secara menyeluruh pada tiap-tiap
individu yang termasuk dalam satuan jenis obyek kata tersebut, yang prakteknya tidak dalam
satu tempo melainkan dalam tempo yang berjenjang. Contoh: Bimbinglah siswa MAPK!.
Kata siswa MAPK dalam contoh tersebut berlaku mutlak, dalam arti setiap siswa yang
tergabung dalam MAPK tersebut berhak mendapat bimbingan, dengan tanpa adanya
penunjukkan secara eksplisit-tekstual terhadap siswa tersebut dan dalam tempo yang
berjenjang.
Pembahasan mutlak dan muqayyad termasuk dalam pembahasan kata dipandang dari
segi keluasan dan tidaknya cakupan artinya. Secara spesifik ada beberapa karakteristik yang
dapat dipahami. Dilihat dari materi katanya Amidi menyebutkan bahwa kata yang mutlak
mengambil bentuk isim nakirah (indefinite article) dalam konteks kalimat aktif, sedangkan
muqayyad ada dua hal yang dapat diperhatikan, yakni (1)kata yang menunjuk pada obyek
yang tertentu misalnya Boy, Sahal, lelaki itu. (2) kata yang menunjuk pada arti secara mutlak
tetapi dengan adanya variabel pembatas misalnya siswa MAPK.
UJI PUBLIK
3. Dalam sketsa kalimat berita masa mendatang, contoh : بولي إل نكاح ل
Adapun kalau dilihat pada status dari mutlak dan muqayyad, Musthofa Syalabi
menggolongkannya kedalam bahasan kata khusus ( ) خاصdikarenakan keduanya memiliki
cakupan arti yang terfokus dan terealisasikan pada satu obyek dari satuan jenis obyek kata
tersebut, sehingga daya cakupnya tidaklah bersifat umum tanpa adanya tentatifitas, sebab
kata yang mutlak kandungan keumumannya mengandung tentatifitas. Dan karakteristik
tersebutlah yang membedakannya dengan ‘Am, dimana kata yang umum mempunyai cakupan
arti yang luas dengan tanpa memandang tentatifitas. Lebih jelasnya dapat kita lihat
aplikasinya pada contoh:
Semua siswa MAPK wajib bisa aktif berbahasa Arab dan Inggris.
Uraian : Dari contoh tersebut dapat dipahami bahwa kata ‘semua siswa MAPK’
berlaku umum mencakup semua siwa yang terdaftar dalam MAPK dengan tanpa tentatif
terkena hukum wajib aktif berbahasa Arab dan Inggris, sedangkan kata ‘aktif berbahasa Arab
dan Inggris’ berlaku mutlak, dalam arti semua tema yang masuk dalam kategori aktif
berbahasa Arab dan Inggris dan berlaku secara tentatif.
.1 ومن كان مريضا أو على سفر فعدة من أيام أخر.Baqarah Al (Q.S : )184
Uraian: kata أي| | |امdalam redaksi ayat diatas berlaku mutlak, sehingga
pemberlakuan hukum mengqadha’ puasa dilain hari dijalankan sebagaimana mestinya dalam
arti berlaku pada hari-hari yang lain baik berurutan maupun tidak.
.2 و|الذين يتوفون منكم ويذرون أزواجا يتربصن بأنفسهن أربعة أشهر وع|شرا.Baqarah Al (Q.S : )234
Uraian: kata أزواجاdalam ayat tersebut berlaku mutlak bagi istri baik dalam kondisi
sudah digauli suami atau belum, untuk diharuskan menjalani masa ‘iddah karena ditinggal
mati oleh sang suami.
Adapun status hukum kata muqayyad dapat dijelaskan dengan ketentuan bahwa
selama variable pembatas tersebut belum ada variable lain yang kontradiktif maka
UJI PUBLIK
pemberlakuan hukum yang terkandung dalam kata muqayyad tersebut adalah sebagaimana
mestinya. Berikut beberapa contoh yang dapat dirincikan:
Uraian: kata مؤمن | | |ةdalam ayat tersebut merupakan variable pembatas atas
kemutlakan kata رقب|ة, sehingga pemberlakuan hukum kafarat yang dapat diabsahkan adalah
bahwa budak tersebut harus beriman
Uraian: kata م تابعينdalam ayat tersebut berfungsi sebagai variable pembatas dari
kemutlakan kata شهرين, sehingga pemberlakuan puasa bagi orang yang membatalkan puasa
karena bersenggama dengan istri adalah dua bulan berturut-turut.
Munculnya terma mutlak dan muqayyad tidak lepas dari permasalahan adanya
hubungan interteks hukum yang kontradiktif, sehingga untuk menyikapinya perlu dilakukan
langkah substitusi. Dalam pembahasan ini, penting penulis ungkap polemik para pakar dalam
menyikapi kasus kekontradiksian interteks yang mutlak dengan yang muqayyad. Berikut ini
rincian pendapat yang dapat penulis paparkan menjadi dua macam :
1. Sebagian pakar mensubstitusikan hukum yang terkandung dalam teks yang mutlak
ke dalam teks yang muqayyad, kemudian menjadikannya prototype untuk
diaplikasikan pada semua redaksi ayat dalam satu genre.
Argumentasi yang dipegang adalah bahwa teks-teks hukum pada hakekatnya
adalah satu kesatuan, dalam artian jika ada kasus pembatasan ayat tertentu maka
UJI PUBLIK
dapat diberlakukan juga pada redaksi ayat yang lain yang dalam satu genre.
2. Sebagian pakar yang lain memperketat prosedur, dengan tidak mensubstitusikan
teks yang mutlak ke dalam teks yang muqayyad, dengan catatan tidak ada faktor
tertentu yang mengharuskan untuk membatasi teks mutlak tersebut.
Argumentasi yang dipegang adalah (1) upaya pembatasan teks yang mutlak
merupakan ilegal, (2) substitusi tersebut sama artinya dengan penyamaan sejarah
turunnya teks tersebut, sehingga sangat tidak rasional sekali bila terjadi ada teks
yang turun terakhir dibatasi oleh teks yang turun lebih dahulu.
Selanjutnya, parameter apa yang dapat dijadikan acuan untuk proses substitusi
tersebut ketika terjadi kontradiksi?. Dalam hal ini ada dua pendapat yang mengemuka, yaitu:
1. Golongan imam Syafii berpendapat bahwa substitusi dapat dilakukan jika teks
yang kontradiktif mempunyai konten hukum yang sama
Dari paparan dua pendapat diatas, Syalabi menyimpulkan ada lima varian kasus
kontradiksi yang mungkin terjadi terkait dengan parameter yang dapat dijadikan acuan untuk
proses substitusi tersebut :
UJI PUBLIK
kedua: Ayat إل أن يك|ون ميت| |ة أو دما مس|فوحا... ق| |ل ل أجد| فيما أوحي إلي محرما.Q.S( An‘am Al :
)145
Uraian : kedua ayat tersebut diatas terdapat hukum dan motif yang integral,
hukum yang terkandung adalah haram, sedangkan motifnya adalah
adanya kandungan zat yang berbahaya.
Status hukumnya: Ulama sepakat untuk mensubsitusikan ayat pertama kedalam
ayat kedua, sehingga menghasilkan hukum bahwa darah yang haram
dikonsumsi adalah darah cair sebagaimana yang terkandung dalam ayat
kedua, dan darah yang tidak cair maka tidak haram.
3. Integrasi antara hukum dan motifnya, sedangkan kandungan mutlak dan
muqayyad hanya pada motifnya
pertama hadits : Contoh : عن كل حر وعبد صغيرا أو كبيرا... أدو|ا صاعا من بر
kedua Hadits : أدو|ا عن كل حر وعبد من المسلمين
Uraian : kedua hadits diatas mengandung hukum dan motif yang integral, yakni,
hukum kewajiban mengeluarkan zakat fitrah, dengan motif tanggung
jawab nafkah. Adapun letak kemutlakan adalah pada motif status
tanggung jawab nafkah yang diterangkan pada hadits pertama mencakup
UJI PUBLIK
: )pertama Ayat : Contoh 3 : فتحرير رقبة من قبل أن يتماسا...و|الذين يظاهرون من نسائهم.Q.S( Al
mujadalah
Ayat kedua : . فتحرير رقبة مؤمنة... ( وما كان لمؤمن أن يقتل مؤمن|اQ.S. Al
Baqarah :
92)
Uraian : kedua ayat diatas mengandung hukum yang sama yaitu kewajiban
memerdekakan budak, hanya saja motif yang berbeda, dimana ayat
pertama mengandung motif rekonsiliasi dalam kasus dhihar, sedangkan
ayat kedua bermotifkan pembunuhan yang tidak sengaja.
Status hukum : dalam hal ini ulama berbeda pendapat sebagaimana terurai
sebagai berikut :
Uraian : kedua ayat tersebut mempunyai motif hukum yang integral yaitu hadats,
dengan hukum yang kontradiksi, dimana pada ayat pertama mengandung
hukum kewajiban membasuh, sedangkan pada ayat kedua mengandung
hukum kewajiban mengusap.
Status hukum : dalam kasus ini ulama sepakat untuk tidak diperkenankannya
mensubstitusikan kedua ayat diatas, sehingga hukum yang terkandung
dalam masing-masing dari ayat diatas diberlakukan sebagaimana
mestinya.
Perenungan
UJI PUBLIK
Hikmah dari kaidahmutlaq dan muqayyad, antara lain:
Dasar logika:
UJI PUBLIK
1. Yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah ayat-ayat dalam al-Quran dapat
mempunyai daya respon yang begitu membumi?, ketika merespon problematika umat
yang amat sangat kompleks, karena frame yang dipakai dunia sekarang adalah
globalisasi, era revolusi industri 4.0 atau new society 5.0?
2. Walaupun pertanyaan itu bernada retoris, tetapi bukan hal yang mudah untuk
menanggapinya. Dalam hal ini Rasul telah membuat ancang-ancang sejak awal
sebagaimana statement beliau, “kalian semua lebih tau (capable) dengan urusan
dunia kalian”, dengan memberikan garansi pada keterlibatan elemen-elemen ekstra-
Qurani, Sunnah dan sumber-sumber normatif-konvensional lainnya.
Buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang untuk bersama-sama melakukan penelitian
dalam bentuk observasi (terjun langsung ke lapangan) melakukan wawancara ke
masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai, rekamlah hasil wawancara
kemudian tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan dan saran kemudian
presentasikan hasil penelitianmu di hadapan guru dan teman-temanmu! Selamat mencoba!
No wawancara
UJI PUBLIK
4 lafadz mutlaq dan muqayyad?
Pemahaman tentang kata mutlak dan muqayyad beserta polemiknya menurut pendapat para ulama ushul bahw
Meskipun demikian, pembacaan ‘kedua’ daripada terma ini, untuk menakar efisiensi dan efektifitasnya dalam
BLIK
U
secara efektif s esuai
JI
de nga n
P U
perke mban gan anak di
Peserta didik mampumenjelaskan deskripsi (gambaran umum) zahir dan takwil, pengertian,
dasar hukum, contoh dalam kehidupan serta hikmahnya.
UJI PUBLIK
Terma zahir dan takwil dalam disiplin ilmu ushul fikih merupakan kepanjangan
pembahasan dari penjabaran para ulama akan kondisi sebuah tata bahasa yang mempunyai
porsi penting dalam perumusan sebuah hukum. Hal ini cukup beralasan sekali, sebab bila kita
menelisik lebih dalam kondisi fisik dari redaksi sumber hukum utama yang notabene syarat
dengan bahasa arab, dalam hal ini al-Quran dan hadits, akan dapat dijumpai adanya diksi kata
yang bercorak ambigu, disamping juga tata bahasa yang cenderung bernuansa global.
Berangkat dari pertimbangan sebagaimana terurai diatas, perlu untuk mengkaji lebih
mendalam perihal konstelasi operasional terma zahir dan takwil. Paling tidak ada dua alasan,
(1) sebagai pisau analisis dalam merespon permasalahan kontemporer dalam kisaran positif
dan negatif sebuah nilai, sebab al-Quran merupakan spirit atas solusi pelbagai problematika
umat. (2) sebagai konduktor yang mampu menghubungkan antara nilai-nilai yang terkandung
dalam al-Quran dengan nilai-nilai fitri yang merupakan software manusia yang nantinya
menuju upaya penggalian lebih mendalam nilai-nilai tentang apa yang penulis sebut beyond
of phenomena.
UJI PUBLIK
V. Pengertian Dhahir
Dhahir artinya suatu lafazh yang dengan mendengarkan lafazh itu pendengar bisa
langsung mengerti apa maksudnya tanpa perlu berpikir dan tidak bergantung kepada
petunjuk lain.
W. Pengertian Takwil
Sedangkan takwil artinya memalingkan lafazh dari zhahirnya lantaran ada dalil atau
bisa diartikan memindahkan makna lafazh (Dzahir) Al-Qur’an kepada yang mungkin
dapat diterima oleh akal dari makna harfiyahnya
Para ulama ushul fikihberpendapat zahirmerupakan dalil syar’i (yang) wajib diikuti,
kecuali terdapat dalil yang menunjukkan lain daripadanya.” Artinya apabila tidak terdapat
alasan yang kuat untuk mendorong pentakwilan sesuatu lafazh, maka lafazh dzahirnyalah
yang dipakai sebagai dalil yang wajib diikuti.
Sedangkan praktik mengamalkan dalil takwil adalah sesuai konteks bahasanya dan
mengambil ketetapan hukumnya. Karena takwil mencakup berbagai kemungkinan yang
berasal dari akal, bukan bersumber dari bahasa, takwil tidak akan ada kecuali dengan
dalil.Untuk menghindarkan dari kesalahan dalam berijtihad sebagai cara meng-istimbath
hukum dari nash dengan menggunakan takwil, syaratnya : (1) jika arti nash sudah tentu
UJI PUBLIK
mengandung hukum, jelas dan dalalahnya qath’i, maka tidak boleh ditakwilkan dengan akal.
(2) Jika arti nash yang zahir itu berarti umum, atau berarti zhanni yang tidak pasti, wajib
mengamalkan sesuai maknanya. (3) Dibolehkan mengubah arti dari yang zahir kepada arti
yang lain sepanjang berdasar pada dalil, bahkan diwajibkan untuk untuk mengompromikan
berbagai nash yang saling bertentangan.
Untuk mengetahui hukum yang tersirat di balik suatu lafaz dibutuhkan pengkajian
yang menggunakan rasionalitas untuk mengetahui hakikat dan tujuan suatu lafaz dalam al-
Qur’an, yang memungkinkan untuk merentangkan hukum yang berlaku dalam lafaz tersebut
kepada kejadian lain yang bermunculan di balik lafaz ini dapat dilakukan dengan beberapa
cara: (1) perentangan suatu lafaz kepada maksud lain dapat dilakukan dengan semata
pemahaman lafaz. Dalam ushul fiqih cara seperti ini disebut menggunakan kaidah mafhum
muwafaqah (logika linier) atau mafhum mukhalafah (logika terbalik). (2) perentangan kepada
maksud lain tidak dengan semata pemahaman lafaz tetapi tergaantung ada pemahaman alasan
hukum atau illat. Cara perentangan lafaz dalam bentuk ini disebut menggunakan kaidah
qiyas.
Bila dianalisis hukum-hukum yang ditetapkan Allah dalam al-Qur’an dapat dipahami
bahwa pada dasarnya Allah menetapkan hukum itu adalah untuk mendatangkan kemaslahatan
kepada manusia, baik dalam bentuk memberikan manfaat untuk manusia atau menghindarkan
madarat (kerusakan) dari manusia. Dengan demikian bila terdapat suatu kejadian ada
maslahah yang bersifat umum dan tidak ada dalil nash yang berbenturan dengannya maka
pada asas ini mujtahid dapat melahirkan hukum. Usaha penemuan hukum melalui cara ini
dikenal dikalangan ulama dengan nama maslahah mursalah.
Metode penetapan hukum Islam substansial (inti pokok), yang bertumpu kepada
makna implisit nash-nash, telah dikemukakan kedalam bentuk metode penetapan hukum
Islam yaitu: (1) Al-Qiyas, (2) Istihsan, (3) Maslahah Mursalah, (4) Sadd Zari’ah.
Adapun metode penetapan hukum Islam verbal (ucapan) merupakan metode langsung
UJI PUBLIK
dalam memahami petunjuk-petunjuk dari bentuk-bentuk bahasa nash-nash hukum Islam,
yaitu : (1). Amar dan Nahi, (2) Dalalah al-Alfazh ‘Ala al-Ahkam, (3) Muhkam Mutasyabih,
(4) Mujmal-Mubayyan.
Terma ta’wil banyak berlaku pada bidang hukum Islam. Misalnya, mena’wil-kan
suatu lafal dari makna hakikat kepada makna majaz-nya, mena’wilkan lafal mutlaq kepada
pengertian muqayyad, mena’wilkan suatu bentuk perintah kepada pengertian yang selain
hukum wajib, dan memalingkan pengertian suatu larangan kepada hukum selain haram.
Dua syarat ta’wil yaitu: (1) Lafazh yang hendak dita’wil-kan itu mengandung
beberapa pengertian, baik ditinjau dari segi bahasa seperti makna hakikat, dan makna majazi-
nya, atau dari segi kebiasaan orang-orang arab dalam menggunakan lafal itu, atau dari segi
penggunaan lafal itu dalam syariat Islam. (2) Ada dalil atau indikasi yang menunjukkan
bahwa yang dimaksud oleh si pembicara bukan makna zahirnya, tetapi makna yang tidak
zhahir, dan dalil atau indikasi itu lebih kuat dibandingkan dengan alasan menetapkan suatu
lafal pada makna hakikatnya.
نُ ِمن²ََكمَا َيقُو ُم ﭐلَّذِي َيتَ َخبَّطُهُ ﭐل َّشۡيط ْا لَا يَقُومُونَ ِإلَّا²ن يَ ۡأكُلُونَ ﭐل ِّربَو َ ﭐ َّل ِذي
ْا َوَأ َحلَّ ﭐلَّلُه ﭐۡلَبيۡعَ| َو َح َّرم²ِمۡثلُ ﭐل ِّربَو ۚ ﭐۡلم
لِ َك ِب|َأَّنه ُۡم قَالُ ٓو ْا ِإَّنمَا ۡﭐلَبيۡ| ُع²َسِّ َذ
ۚ
ُفَ َل َما َسلَفَ| َوَأمۡ ُرهۥ ة ِّمنٞظ َ َم ۡو ِع ْا فَمَن َجٓاﺀَهُۥ²ﭐلِّربَو
َّرۦِّبه
²ه َفﭑنتَهَى
ُ ²ِئ َك َأصۡ َح²ِٓإلَى ﭐللَّ ۖ ِه َوَمنۡ عَا َد فَُأ ْو َل
لِ ُدون²ب ﭐلنَّارِۖ هُ ۡم ِفيهَا َخ
Artinya:
“orang-orang yang makan (mengaambil) riba tidak dapt berdiri melainkan seperti berdirinya
UJI PUBLIK
orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka (berkata) berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al-Baqarah:
275).
Ayat ini datang menurut konteks kalimatnya, untuk mengharamkan riba dan untuk
menjelaskan perbedaan antara riba dan jual beli. Akan tetapi, dari zhahir lafazhnya
mengandung pengertian diperbolehkannya jual beli. Kaidah yang berlaku disini adalah, wajib
mengamalkan pengertian zhahir dari suatu ayat atau hadis selama tidak ada dalil atau qarinah
(korelasi) yang memalingkannya kepada pengertian yang lain. Jika ada qarinah yang
menunjukkan pengertian lain, lafal zhahir bisa dita’wil (dipalingkan pengertian lafal itu dari
maknanya yang zhahir kepada makna lain yang tidak zhahir atau tidak cepat dapat ditangkap.
Adapun contoh Lafadz takwil, seperti lafaz “yadun” dari firman Allah:
Lafadz “yadun” pada ayat diatas, makna dzahir – nya adalah “tangan” sebagaimana
Oleh karena itu maka ditakwil arti “tangan menjadi “kekuasaan”. Perubahan arti yang
demikianlah yang dianamakan takwil.
Perenungan
Takwil menurut para pakar ushul fikih diartikan sebagai pemalingan suatu lafadz dari
maknanya yang zahir ke makna lain yang tidak cepat ditangkap, karena ada dalil yang
UJI PUBLIK
menunjukkan bahwa makna itulah yang dimaksud dengan lafadz.
Lafadz yang bisa ditakwil adalah lafadz zahir, oleh karenanya takwil tidak berlaku
pada nash-nash qath’i, muhkam dan mufassaar. Sedangkan dalil takwil berupa nash baik di
dalam al-Qur’an maupun hadith, qiyas (analogi hukum), lughawiyyah
(kebahasaan/linguistik), logika, dan ’urfyang berlaku di masyarakat serta dalil yang
diperselisihkan adalah hikmah tasyri’ atau maqashid al-syari’ah yang hanya dipraktikkan
oleh ulama’ ushul Hanafiyah.
Obyek takwil ulama’ ushul fikih adalah masalah-masalah furu’ nash-nash yang
bersinggungan dengan hukum syari’ah, sehingga menemukan bentuk takwil di antaranya
mengkhususkan lafadz yang umum (takhsisul al’am), membatasi lafadz yang mutlaq (taqyid
al-mutlaq), mengalihkan lafadz dari maknanya yang hakiki kepada yang majazi, atau dari
maknanya yang mengandung wajib menjadi makna yang sunnah.
Untuk konteks sekarang metode takwil masih sangat relevan untuk diterapkan dalam
pembaharuan hukum Islam di Indonesia khusunya, bisa dibuktikan pada kasus hukum
perkawinan (fiqh munakahat) khusunya dalam menyelesaikan pembatasan usia perkawinan.
No wawancara
Dzahir artinya suatu lafazh (teks) yang dengan mendengarkan lafazh ini
pendengar bisa langsung mengerti apa maksudnya tanpa perlu berpikir dan tidak
bergantung kepada petunjuk lain. Sedangkan ta’wil artinya mengartikan lafazh
dengan beberapa alternatif kandungan makna yang bukan makna lahiriyahnya,
bahkan penggunaannya terkadang diidentikkan dengan tafsir.
Hukum dzahir adalah sebagaimana harus berpegang pada makna yang dzahir
itu, dan dalam keadaan bagaimana pula kita boleh meninggalkan arti dzahir.Adapun
syarat ta’wil ada dua: (1). Lafazh yang hendak dita’wil-kan itu mengandung
beberapa pengertian, baik ditinjau dari segi bahasa seperti makna hakikat, dan makna
UJI PUBLIK
majazi-nya, (2). Ada dalil atau indikasi yang menunjukkan bahwa yang dimaksud
oleh si pembicara bukan makna zahirnya, tetapi makna yang tidak zhahir. Wallahu
A‘lam.
KOMPETENSI
KOMPETENSIINTI
INTI DAN KOMPETENSIKOMPETENSI
DASAR DASAR
1. (SIKAP SPRIRITUAL) 1.13. Menghayati kebenaran produk ijtihad
yang dihasilkan melalui penerapan kaidah
Menghayati dan mengamalkan ajaran
manthuq dan mafhum
agama yang dianutnya
BLIK
J IU
secara efektif s esuai
de nga n
P U
perke mban gan anak di
UJI PUBLIK
Persoalan manthuq dan mafhum sangat begitu urgen dalam kajian ushul fikih karena
beberapa hikmah:
Pertama, objek ushul fikih adalah teks Al-Qur'an dan Al-Hadits. Untuk memahami
teks ini harus memahami makna teks tersebut baik secara tersirat maupun tersurat. Disinilah
kemudian manthuq dan mafhum penting untuk difahami dan diperdalam.
Kedua, manthuq dan mafhum adalah bagian integral dari rangkaian pemahaman
secara utuh terhadap makna teks yang kemudian melahirkan sebuah produk hukum. Maka
tanpa memahami manthuq dan mafhum secara komphrehensif akan terjadi kesalahan dalam
memahami makna sebuah teks yang secara otomatis berakibat pada kekeliruan memproduk
hukum.
UJI PUBLIK
Berangkat dari pertimbangan sebagaimana terurai diatas lah, perlu untuk mengkaji
lebih mendalam perihal konstelasi operasional terma manthuq dan mafhum. Paling tidak ada
dua alasan yang dapat diajukan, (1) sebagai pisau analisis dalam merespon permasalahan
kontemporer dalam kisaran positif dan negatif sebuah nilai, sebab al-Quran merupakan spirit
(semangat) atas solusi pelbagai problematika umat. (2) sebagai konduktor (alat untuk
menggerakkan) yang mampu menghubungkan antara nilai-nilai yang terkandung dalam al-
Quran dengan nilai-nilai fitri yang merupakan software manusia dan arahnya nanti menuju
upaya penggalian lebih mendalam nilai-nilai tentang apa yang disebut beyond of phenomena.
Oleh karena itu, sebagai langkah efisiensi mengingat ruang pembahasan yang sangat
limited, kiranya pembahasan terma manthuq dan mafhumdapat diorientasikan pada
pengayaan informasi secara lintas madzhab. Di samping itu, menyajikan secara cerdas dalam
bentuk pengaktualisasian sajian yakni, aplikasi dari kedua terma tersebut dalam konteks
problematika kekinian, juga, menampilkan area abu-abu dari doktrin yang telah ada sebagai
langkah penelisikan lebih mendalam.
وحاال من، يكون حك ًما للمذكور: أي، ما دل عليه اللفظ في محل النطق:المنطوق
.أحواله
Contoh mantuq antara lain ayat tentang anjuran wajib menepati janji, yaitu :
Penjelasan: bunyi yang tersirat dalam ayat ini berisi suatu anjuran wajibnya menepati janji.
UJI PUBLIK
Maka dari itu hukum menepati janji itu diambil dari bunyi ayat tersebut berdasarkan
manthuqnya (makna yang tersurat atau sesuai dengan bunyi lafal itu sendiri).
Penjelasan: berdasarkan bunyi ayat ini kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa puasa
ramadhan itu hukumnya wajib. Dan hukum wajib ini berdasarkan manthuqnya.
Sedangkan makna mafhum adalah antonim dari mantuq yaitu makna yang tersirat
atau makna yang dapat difahami, menurut istilah artinya suatu hukum yang diterangkan oleh
suatu lafal tidak menurut bunyi lafal itu sendiri, tetapi menurut pemahamannya atau menurut
arti yang tersimpan di dalam lafalnya
. وحاال من أحواله، يكون حك ًما لغير المذكور: أي، ما دل عليه اللفظ ال في محل النطق:المفهوم
Contoh misalnya ayat tentang nafkah istri yang telah ditalak suaminya, yaitu :
Dari definisi manthuq diatas maka manthuq dapat dibagi menjadi dua, yaitu : mantuq
nash dan dzahir:
ManthuqNash, adalah dalil yang yang tidak menerima takwil ( يحتمل ل ما،وهو التأويل
UJI PUBLIK
النص.)
Dari definisi ini dapat diambil sebuah pemahaman bahwa jika dalil-dalil itu sudah
jelas dan tidak ada kesulitan sedikitpun dalam memberikan arti, maka dalil-dalil tersebut
tidak membutuhkan untuk ditakwil-takwil lagi. Dengan perngertian lain, bahwa bila dalil itu
sudah menyiratkan makna yang tegas, denotative, maka dalil itu tidak perlu ditakwil atau di
tarik pada wilayah pemaknaan yang konotatif. Contoh:
Penjelasan: ayat ini merupakan dalil nash tentang hokum wajibnya sholat dan mengeluarkan
zakat. Dalil ini tidak bisa dita'wil sebab sudah jelas dan tidak ada kesulitan sedikitpun dalam
memahami dalil ini bagi orang yang memahami bahasa arab.
Manthuq Nash terbagi menjadi dua, yaitu: jelas dan tidak jelas
tersebut.
Manthuq Dzahir, yaitu dalil yang menerima di ta'wil, karena berada diantara dua arti, tetapi
salah satu diantara keduanya lebih jelas atau lebih dzahir, Contoh :
Pada ayat ini ditemukan adanya lafal wajhahu, artinya " wajah Tuhan ", arti lafal ini
memerlukan sebuah penakwilan, sehingga artinya Dzat Tuhan. Jadi kata wajhahu artinya
berubah menjadi " Dzat Allah SWT ".
UJI PUBLIK
Kaidah mutlaq dan muqayyad serta contoh
Klasifikasi Mafhum
a.Mafhum Muwafaqoh.
Mafhum muwafaqoh adalah mafhum yang apabila hokum-hukum yang tidak disebutkan
dalam lafal itu cocok atau sesuai dengan yang disebutkan dalam lafal tersebut dan tidak
berlawanan
Contoh :
- hokum haramnya memukul orang tua, sebab sesuai dengan bunyi ayat ( افHuss) dalam
ayat :
Akan tetapi jika keadaan yang disebutkan dalam lafal itu lebih berat dari yang tidak
disebutkan oleh lafal maka hal seperti ini disebut fahwa al-khitab. Seperti memukul
dibandingkan dengan kata HUSS. Maka memukul lebih berat daripada berkata huss.
Jika keberadaannya sama-sama beratnya, maka hal ini disebut dengan lahn al-khitob,
misalnya berkata kurang ajar atau mengejek dan sebagainya dengan berkata Huss.
b. Mafhum Mukholafah
Mafhum Mukholafah adalah pemahaman yang apabila hokum yang tidak disebutkan
dalam lafal itu berlawanan dengan apa yang disebut dalam lafal tersebut.
Contoh :
UJI PUBLIK فا|جلدوهم ثمانين جلدة
- Dalam ayat ini perintah Menghukum cambuk adalah 80 kali cambukan sebagai
hukumannya, tidak boleh lebih atau kurang dari 80 kali, inilah mafhum mukholafahnya.
Dengan demikian berdasarkan mafhum mukholafah, maka haram hokum memukul lebih
dari 80 kali cambukan karena berlawanan dan tidak sesuai dengan apa yang tersirat
dalam Al-Qur'an yaitu hanya 80 kali. Jika demikian maka memukul lebihdari 80 kali
hukumnya haram. Dan keadaan seperti inilah yang dikenal dengan sebutan dalil al-
khitob.
- waktu pelaksanaan kewajiban haji, yaitu sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-
Baqoroh : 197,
Dari adanya penjelasan tentang mafhum muwafaqoh dan mafhum mukholafah di atas
maka para ahli uhsul fiqih berpendapat bahwa berhujjah dengan mafhum muwafaqoh
adalah boleh, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Qodhi Abu Bakar Al-Baqilany
sebagai berikut :
a. Jumhur ulama' dan Imam Abu Bakar al-Daqqod berpendapat bahwa berhujjah dengan
mafhum mukholafah selain mafhum laqob adalah boleh,
UJI PUBLIK
Yang dimaksud dengan laqob adalah lafal jamid yang terdapat dalam nash, baik berupa
isim maupun alam atas sesuatu yang menjadi sandaran hokum yang terdaat dalam nash
tersebut.
Dr. Abdul Karim Zaidan mengibaratkan Mafhum Laqob dengan penunjukan lafadz yang
mana hukumnya disandarkan kepada isim alam tersebut yang menafikan selain isim alam
tersebut. Yang dimaksud dengan isim alam disini adalah lafal yang menunjukkan pada
sebuah zat bukan shifat, baik itu nama orang, seperti زيد قام, atau nama benda.
Contohnya dalam hadits :
Lafal al-Burr adalah nama biji-bijian yang sudah diketahui yang dikenai tuntutan zakat.
Keharusan mengeluaran zakat pada gandum tidak berarti tidak ada zakat pada sya'ir
(sejenis gandum), jagung, dan biji-bijian lainnya.
b. Imam Abu Hanifah dan Ibnu Hazm berpendapat bahwa berhujah dengan mafhum
mukholafah adalah tidak boleh.
1). Tidak berlawanan dengan dalil yang kualitasnya lebih kuat dari mafhum mukholafah.
Jika mafhum mukholafah itu bertentangan dengan dalil yang statusnya lebih kuat, maka ia
tidak berlaku. Sebagaimana hadits berikut :
Mafhum muholafahnya adalah jika tidak ada air (tidak mengeluarkan air
mani) maka tidak wajib mandi, sekalipun sudah berkumpul. Mafhum ini
tidak berlaku karena bertentangan dengan dalil yang lebih kuat, yaitu hadits
riwayat Imam Bukhori sebagai berikut :
Jika sudah bertemu dua jenis anggota manusia yang biasa di khitan, maka
UJI PUBLIK
baginya wajib mandi sekalipun tidak mengeluarkan air sperma.
Dari hadits ini dapat di ambil pemahaman bahwa jika dua alat kelamin
laku-laki dan perempuan itu sudah bertemu, baik mengeluarkan air maupun
tidak maka keduanya wajib mandi.
2). Yang ditunjuk oleh dalil itu tidak untuk menunjukkan keni'matannya
sesuatu (imtinan).
Jika ternyata dalam dalil itu ditemukan adanya kata-kata yang menunjukkan
nikmatnya anugerah Allah (imtinan), maka mafhum mukholafah tidak
berlaku padanya. Seperti dalil dibawah ini :
Dalam ayat ini ditemukan lafadz طري | |اyang artinya lembut. Kata ini
hanya untuk menunjukkan adanya kenikmatan yang bersifat lunak,
sehingga hal ini tidak berarti yang boleh dimakan itu hanya yang lunak-
lunak saja atau yang lembut-lembut saja, sebab disebutkanny kata tersebut
hanya memberikan pengertian bahwa yang lunak-lunak itu adalah yang
lebih baik.
3). Lafalnya harus berdiri sendiri dan tidak mengkuti lafal yang lain. Jika
mengikuti lafal yang lain maka mafhumnya tidak bisa dipakai untuk
berhujjah.
UJI PUBLIK
larangan tersebut pada hakekatnya adalah larangan mengumpuli istri pada
waktu suami beri'tikaf.
Dengan persyaratan yang ada dalam mafhum mukholafah seperti itu maka
para ahli ushuliyyin membagi mafhum muhkolafah menjadi 10 macam,
yaitu :
4). Mafhum al-Adah ()العدد مفهوم, yaitu menghubungkan hokum dari sesuatu
kepada bilangan tertentu, seperti :
UJI PUBLIK
6). Mafhum Laqob, yaitu menggantungkan hokum kepada isim alam atau
isim fi'il, seperti sabda Nabi SAW sebagai berikut :
أبو بكر فى الجنة وعمر فى الجنة وعثمان فى الجنة: قال النبي صلى لال عليه وسم
وعلي فى الجنة الى عدة العشرة
7). Mafhum al-Hasr ()الحصر م|فهوم, seperti pada hadits berikut ini :
UJI PUBLIK
2. Mekanisme aktualisasi tersebut dapat dicontohkan dalam kasus bunga bank,
yang oleh konsensus ulama klasik tergolong dalam riba yang diharamkan oleh
al-Quran. Namun, sebagaimana kita ketahui bahwa jenis riba bervariasi. Oleh
karena itu larangan riba dalam al-Quran menjadi mutlak, sehingga gregetnya
menjadi kurang, walaupun hadits juga berperan membatasi kemutlakan
tersebut, namun kalau dipahami secara mendalam gregetnya juga masih belum
kelihatan. Dalam posisi ini, proses pengambilan hukum dengan mendasarkan
apa yang terkandung dalam dasar inter-Syar‘i masih terlalu prematur bila
dihadapkan pada frame dunia sekarang ini. Dengan demikian perlu kiranya
melibatkan elemen ekstra-syar`i untuk melihat hal ini, yakni frame pemikiran
perbankan tentang bunga bank, yang dapat dinyatakan bahwa roda
perekonomian akan menjadi timpang ketika mengisolir sistem bunga bank,
disamping itu kalau mau jujur bunga bank merupakan manifestasi dari
simbiosis mutualisme antara nasabah dengan bank sendiri. Dasar pemikiran
inilah yang membuat Fazlur Rahman berpandangan bahwa bunga bank yang
ringan tidaklah haram, bukan sebaliknya.
5. Mafhum adalah : Suatu hokum yang diterangkan oleh suatu lafal tidak
menurut bunyi lafal itu sendiri, tetapi menurut pemahamannya atau menurut
arti yang tersimpan di dalam lafalnya.
UJI PUBLIK
'Illah, mafhum syarat, mafhum 'adad, mafhum Ghayah, Mafhum Laqob,
Mafhum Hashr, Mafhum Hal, Mafhum Zaman dan Mafhum Makan.
6. Walaupun pertanyaan itu bernada retoris, tetapi bukan hal yang mudah
untuk menanggapinya. Dalam hal ini Rasul telah membuat ancang-ancang
UJI PUBLIK
sejak awal sebagaimana statement beliau, “kalian semua lebih tau
(capable) dengan urusan dunia kalian”, dengan memberikan garansi pada
keterlibatan elemen-elemen ekstra-Qurani, Sunnah dan sumber-sumber
normatif-konvensional lainnya.
Buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang untuk bersama-sama melakukan penelitian
dalam bentuk observasi (terjun langsung ke lapangan) melakukan wawancara ke
masyarakat minimal lima orang untuk diwawancarai, rekamlah hasil wawancara kemudian
tulislah dalam bentuk laporan, berilah kesimpulan dan saran kemudian presentasikan hasil
penelitianmu di hadapan guru dan teman-temanmu! Selamat mencoba!
No wawancara
3 Ketika ada seseorang yang dihadapkan dua atau tiga atau lebih sebuah kemadharatan
atau membahayakan, yang tidak bisa dihindari semuanya. Apa yang harus
U JI P U B
dilakuka nnya? M isal kan ad a seor ang per ampok
L IK
yang m enc oba mencelakai, merampok
6 Bolehkah pemerintah menggusur rumah yang didirikan secara ilegal di atas tanah milik
negara dan mengganggu ketertiban umum? Jelaskan analisis kritisnya?
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap benar, dengan memberikan tanda (X) !
UJI PUBLIK
5. Kaidah amr ada ……
A. lima B. empat C. tiga d. dua E. satu
6. ( )كافةartinya ……..
A. sebagian B. seandainya C. sesudahnya D. seluruhnya E. jawaban A, B, C dan D benar
ا َخْلا ُّص, adalah disamping maqolah dari lanjutan ……………
ال
.7 ..............ّخ ف ُظ ال َّدا ُل على ُم َس ًّمى
UJI PUBLIK
masa 28. أخر أيام, artinya adalah hari yang …….
A.ada B. terlewat C. lain D. lalu E. sulit
29.Mutlak artinya adalah ………
A. terikat B. tidak terikat C. jelas D. tidak jelas E. ambigu
30.Muqayyad artinya adalah …….
A. terikat B. tidak terikat C. jelas D. tidak jelas E. ambigu
Soal Uraian
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang benar, singkat dan jelas !
UJI PUBLIK
15. M. Muslehuddin, Islamic Law and Social Change, Lahore: Islamic Publications Ltd,Cet. I, 1982
16. ,Philosophy of Islamic Law and The Orientalist, New delhi:Markazi Maktab
Islam,Tt
17. Mahmud Syaltut, al Islam Aqidah wa Syari’ah, Ttp.:Dar al Qalam, cet. III, 1966
18. Musthafa al-Khanni, Atsar al Ikhtilaf fi al Qawaid al Ushuliyah fi Ikhtilaf al Fuqaha, Baerut,
2009.
19. Ruwayi ibn rajih al Ruhaily, Fiqh Umar ibn Khatthab Muwadzinan bi Fiqhi Asyhuri al
Mujtahidin, Basalamah (penerjemah) Jakarta: Pustaka al Kautsar, 1994
20. Said Ramadhan al Buthi, Dhawabith al Maslahah fi al Syari’ah al Islamiyah, Beirut: Muassasat
al Risalah, Tt
21. Sayyid Musa Tiwana, al Ijtihad wa Mada Hajatuna ilaih fi Hazda al ‘Ashr, Ttp: Dar al Kutub
al Hadistah, Tt,
22. Syaikh Shalih bin Fauzan, Tanbihaat ‘Ala Ahkam Tahtash fil Mu’minaat, M. Bin ma’ruf
(penerjemah) Jakarta : Atase Agama Kedubes Saudi Arabia, 2003
23. William M. Evan. The Sociology of Law. London, The Free Press. 1980.
24. Yuri Balashov dan Alex Rosenberg. Philosophy of Science. London. Routledge. 2001
25.Yusuf Qardlawiy, al Ijtihad al Muashir Bainal Indibath wa al Infiraath, Barzani
(penerjemah)
Jakarta : Risalah Gusti,1995
26. , al Fatawa Baina al Indibath wa al Tasayyub, Setiawan (penerjemah)
Jakarta: Pustaka al Kustar, 1988
27. Amidi. 2003. al-Ihkâm fî ushûl al-ahkâm (Riadh, Dar el-Shomi‘i)
28. Abdul Karim. 1999. al-Muhadzdzab fî ushûli‘l Fiqhi‘l Muqârin (Riadh, Maktabah el-
Rusyd) 29.Khudhori, Muhammad. 1969. Ushûl Fiqh, (Cairo: Maktabah Tijariyah)
UJI PUBLIK
43. Hasan, Husain Hamid, Nazhariyyah al-Mashlahah fi al-Fiqh al-Isl±m³, Kairo : D±r al-Nahdlah
al- Arabiyyah, 1971
44. Ibnu Rusyd, Bid±yah al-Mujtahid wa Nih±yah al-Muqtashid , Semarang : Usaha Keluarga, tth.
45.Ibn al-Thayyib, Ab• al-Husain Muhammad ibn ‘Ali, al-Mu’tamad f³ Ushl al-Fiqh, Beirut : D±r
al-Kutub al-Ilmiyyah, tth.
46.---------, Dir±s±t Haula al-Ijm±’ wa al-Qiy±s, Mesir : Maktabah al-Nahdlah, 1987
47. Al-Kal•dz±n³, Mahf•zh ibn Ahmad ibn Hasan, Al-Tamh³d fi Ush•l al-Fiqh, Jiddah : D±r al-
Madan³, 1985, Cet. ke-1
48. Kam±l al-D³n Im±m, Muhammad, Ush•l al-Fiqh al-Isl±m³, Iskandariyah : D±r Mathb•±t al-
J±mi’ah, tth.
49. Khall±f, Abd al-Wahh±b, Mash±dir al-Tasyr³’ al-Isl±m³ f³ m± l± Nashsha f³hi; Kuwait : D±r al-
Qalam, 1972
50.----------, Ilm Ush•l al-Fiqh, Dar al-Qalam, 1977, Cet. ke – 11
51. Al-Khin, Mushthafa Sa’³d, Atsar al-Khil±f fi al-Qaw±id al-Ush•liyyah fi Ikhtil±f al-
Fuqah±`, Kairo : Muassasah al-Ris±lah, 1969
52. Al-Khudlari Bik, Muhammad, T±r³kh al-Tasyr³’ al-Isl±m³, Surabaya : Muhammad ibn Ahmad
ibn Nahban, tth., Cet. ke – 6
53.---------, Muhammad, Ush•l al-Fiqh, Beirut : D±r al-Fikri, 1988
54. Mughniyah, Muhammad Jaww±d, ‘Ilm Ush•l al-Fiqh f³ Tsaubihi al-Jad³d, Beirut : D±r al-’Ilm
al- Mal±y³n, 1975, Cet. ke-1
55. Musa, Sayyid Muhammad, Al-Ijtih±d wa Mad± H±jatin± ilaihi f³ h±dza al-’Ashr, Riy±dl : D±r
al-Kutub al-Had³tsah, tth.
56. Al-Qathth±n, Mann±’, Al-Tasyr³’ wa al-Fiqh al-Isl±m; T±r³khan wa Manhajan, tt.: Dar al-
Ma’±rif, 1989
57. Al-R±z³, Fakhr al-D³n, Al-Mahsh•l f³ Ilm Ush•l al-Fiqh, Beirut : D±r al-Kutub al-Ilmiyyah, tth.
64. Al-Syafi’i, Abdullah ibn Muhammad ibn Idr³s, Al-Umm, Mesir : tp.:tth.
65.--------, Al-Ris±lah, Beirut : Dar al-Fikri, 1309 H
66. Al-Sy±thib³, Abu Ish±q, al-Muw±faq±t f³ Ush•l al-Syar³’ah, Beirut : D±r al-Ma’rifah, 1975
67. , Al-I’tish±m, tt. : Maktabah Sa’adah, tth.
68. Al-Syaukan³, Muhamad, Irsy±d al-Fukh•l il± Tahq³q al-haqq min ‘Ilm al-Ush•l, Beirut : D±r al-
Fikr, tth.
69. Zaid±n, Abd al-Kar³m, Al-Waj³z fi Ush•l al-Fiqh, Kairo : D±r al-Tauz³’ wa al-Nasyr al-
Isl±miyyah, 1993, Cet. ke-1
70. Al-Zuhaili, Wahbah, Ush•l al-Fiqh al-Islam³, Beirut : D±r al-Fikri,
1986 71.A.Syafi’I Karim, Fiqih dan Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia,
1997,
72.Djazuli, Ilmu Fiqih, Penggalian, dan Penerapan Hukum Islam, Jakarta: Prenada Media, 2005,
73.Al-Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad, Irsyad Al Fukhl Ila Tahqiq Al-Haq Min Ilmu
UJI PUBLIK
Al Ushul, Surabaya: Syirkah Multabaroh Ahmad bin Nabhan, Tanpa tahun,
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushulil Fiqh, Majlisul Ala Al Indunisi lid Da’watil islamiyah , Jakarta:
1972,
74. Amin Abdillah, Madzhab Jogja; Menggagas Paradigma Ushul Fiqh dan Kontemporer,
Yogyakarta: Ar-ruzz Press, 2002
75. Ghufran A Mas’adi, Pemikiran Fazlur Rahman Tentang Metodologi Pembaharuan
HukumIslam, Jakarta: Rajawali Press, 1997,
76. Fazlur Rahman, Mayor Themes of the Qur’an, Chicago; Biblioteca Islamica, 1980,
Taufiq Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas; Studi Atas Pemikiran Hukum Fazlur
Rahman, Cet III, Bandung: Mizan, 1992
77. Nasr Hamid Abu Zayd, Mafhum Al-Nash: Dirosah fi Ulum Al-Qur’an , Kairo: Al- Hidayah Al-
Amanah li Al- Kitab, 1993
78. Nasr Hamid Abu Zayd, Mafhum Nash; Dirosah fu Ulum Al-Qur’an, trj: LKIS “TekstualitasAl-
Qur’an; Kritik terhadap Ulumul Qur’an”, Yogyakarta; LKIS, 2002.
Nasr Hamid Abu Zayd, Kritik Wacana Agama, Yogyakarta: LkiS, 2003
79. Hilman Latief, Nasr Hamid Abu Zayd: Kritik Teks Keagamaan, Yogyakarta: eLSAQ Press, 2003.
80. M. In’am Esha, Muhammad Syahrur: Teori Batas dalam Khudori Soleh dkk, PemikiranIslam
Kontemporer, Yogyakarta: Jendela, 2003,
81. Muhammad Syahrur, Prinsip dan Dasar Hermeneutika Hukum Islam Kontemporer , Yogyakarta;
Elsaq Press, 2007
82. Abdullah, M. Amin, Paradigma Alternatif Pengembangan Ushul Fiqh dan Dampaknya pada
Fiqh Kontemporer, dalam Neo Ushul Fiqh: Menuju Ijtihad Kontekstual, (Yogyakarta: Fakultas
Syariah Press, 2004,)
83. Hasan al-Turābî, Pembaharuan Ushul Fiqh (terjemahan Afif Mohammad), (Bandung: Pustaka,
2003)
Syafi’i, Rahmat, Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia, 2007