Anda di halaman 1dari 2

B.

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pancasila dapat dikatakan sebagai sistem filsafat, karena telah memenuhi persyaratan untuk
dapat disebut sebagai sistem filsafat. Syarat-syarat tersebut ialah:

1. Adanya kesatuan dari kelima sila Pancasila


2. Adanya keteraturan dari pada sila-sila Pancasila
3. Adanya keterkaitan antara sila yang satu dengan sila yang lain.
4. Adanya kerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain.
5. Adanya tujuan bersama yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar filsafat Negara

Ada beberapa alasan perlunya kajian Pancasila sebagai sistem filsafat sebagai berikut:
1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objektif dan Genetivus Subjektif.
Pancasila sebagai Genetivus Objektif, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang
dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang
berkembang di Barat.

2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila


Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas hakikat dan raison d’etre
sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman atas
hakikat sila-sila Pancasila itu diperlukan sebagai bentuk pengakuan atas modus eksistensi bangsa
Indonesia

3. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila


Epistemologi adalah cabang filsafat pengetahuan yang membahas tentang sifat dasar
pengetahuan, kemungkinan, lingkup, dan dasar umum pengetahuan (Bahm, 1995). Epistemologi
terkait dengan pengetahuan yang bersifat sul generis, berhubungan dengan sesuatu yang paling
sederhana dan paling mendasar (Hardono Hadi, 1994).
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat
Pancasila (Soeryanto, 1991). Oleh karena itu dasar epistemologis, Pancasila tidak dapat
dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia

4. Landasan Aksiologis Filsafat Pancasila

Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya
sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu
kesatuan. Terdapat bermacam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak
dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian nilai dan
hirarkhinya. Misalnya kalangan materialis memandang bahwa hakikat nilai yang tertinggi adalah
nilai material, kalangan hedonis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai
kenikmatan. Namun dari berbagai macam pandangan tentang nilai dapat kita kelompokkan pada
dua macam sudut pandang yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan subjek
pemberi nilai yaitu manusia
Max Scheler mengemukakan bahwa nilai yang ada tidak sama luhurnya dan tidak sama
tingginya.
Menurut tinggi rendahnya nilai dapat digolongkan menjadi empat tingkatan sebagai berikut:
1) Nilai-nilai kenikmatan, nilai-nilai ini berkaitan dengan indra manusia;
2) Nilai-nilai kehidupan, yaitu dalam tingkatan ini terdapatlah nilai-nilai yang penting bagi
kehidupan manusia
3) ) Nilai-nilai kejiwaan dalam, tingkatan ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte)
4) Nilai-nilai kerohanian, yaitu dalam tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci
(Wer Modalitat der Heiligen und Unbeilingen).

Anda mungkin juga menyukai