Anda di halaman 1dari 1

Muhammad Al Habib

1907155613
Tugas ILMB Pertemuan ke 12
Pendidikan dan Peningkatan Kepedulian Mengenai Lahan Basah
Saat ini terdapat banyak institusi yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal, non
formal, maupun informal dalam bidang lahan basah. Lembaga pemerintah seperti Departemen
Kehutanan memiliki pusat-pusat pelatihan dan secara rutin menyelenggarakan pelatihan
manajemen konservasi. Demikian halnya dengan kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh kalangan
perguruan tinggi di bangku kuliah maupun melalui pusat-pusat studi lingkungan. Berbagai LSM
juga memiliki program rutin pendidikan lingkungan hidup antara lain seperti yang dilakukan
dalam Jaringan Pendidikan Lingkungan Hidup Indonesia (JPL) dan pelatihan lahan basah di
tingkat Internasional yang diselenggarakan oleh Wetlands International yang secara rutin diikuti
oleh staf pemerintah Indonesia. Diperlukan upaya yang lebih sistematis dan harmonis antara semua
institusi agar berhasil menjadikan nilai dan fungsi lahan basah sebagai bagian pertimbangan utama
dalam pengelolaan suatu kawasan oleh masyarakat dan pemerintah. Kemajuan ke arah tersebut
semakin terlihat, antara lain ditunjukkan dalam kerjasama Pemerintah dengan berbagai LSM
dalam penyusunan Strategi Nasional Pendidikan Lingkungan Hidup.
Restorasi dan Rehabilitasi Lahan Basah
Restorasi dan rehabilitasi lahan basah seringkali membutuhkan waktu yang sangat lama
dan biaya yang besar. Upaya yang dapat dilakukan dalam jangka pendek adalah mengurangi
tekanan kerusakan yang terjadi pada suatu kawasan. Hingga saat ini kegiatan restorasi dan
rehabiliasti yang berhasil dilakukan umumnya pada lahan basah pesisir terutama mangrove.
Kegiatan serupa untuk restorasi dan rehabilitasi lahan basah darat seperti danau dan rawa belum
begitu banyak.
Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
Lahan basah berfungsi sebagai penyimpan dan penangkap karbon. Rehabilitasi rawa
gambut dalam kapasitasnya sebagai penyimpan karbon tidak bisa dilakukan dalam hitungan umur
manusia. Sehingga rehabilitasinya harus dilakukan semaksimal mungkin untuk memperbaiki -
paling tidak - sebagian fungsi ekosistem kawasan. Selain itu, keberadaan flora lahan basah yang
berklorofil (termasuk fitoplankton) diyakini pula berfungsi sebagai penyerap karbon, kemampuan
flora lahan basah dalam menyerap dan menyimpan karbon ini perlu dikaji lebih lanjut. Lahan basah
juga merupakan penyangga (buffer) dampak anomali cuaca dan iklim, karena kemampuannya
dalam menyerap banjir dan menyuplai air pada saat kekeringan. Gambaran tersebut menunjukkan
bahwa lahan basah dipastikan akan mengalami dampak luar biasa akibat perubahan iklim sekaligus
berdampak merubah iklim itu sendiri. Sehingga diperlukan upaya antisipasi dan mitigasi
perubahan iklim melalui pengelolaan lahan basah. Berkaitan dengan hal tersebut, saat ini terdapat
komitmen internasional untuk menurunkan laju emisi gas rumah kaca, salah satu mekanisme yang
dapat ditempuh adalah CDM.

Anda mungkin juga menyukai