Anda di halaman 1dari 5

Definisi Kesehatan Reproduksi

Definisi kesehatan reproduksi telah diatur dalam undang-undang RI Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan, yaitu merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, sosial secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi, dan prsoses reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Sesuai kesepakatan
International Conference on population development (ICPD) pada tahun 1994, bahwa
pria dan perempuan sama haknya untuk memperoleh informasi dan akses yang setara
dalam pemenuhan kebutuhan tentang kesehatan reproduksi.

Peraturan Pemerintahan Nomor 61 Tahun 2014 tentang kesehatn reproduksi, yang


menjamin pemenuhan hak kesehatan reproduksi bagi setiap orang dan menjamin kesehatan
dan menjamin kesehatn ibu dalam usia reproduksi agar melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas, serta mengurangi angka kematian ibu.

Menurut ICPD (1994), mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai hasil akhir


keadaan sehat sejahtera secara fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang terkait dengan sistem, fungsi serta proses
reproduksi.

Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Ruang lingkup Kesehatan Reproduksi menurut ICPD meliputi 10 hal, yaitu :

1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir


2. Keluarga berencana
3. Pencegahan dan penangan infertilitas
4. Pencegahan dan penanganan komplikasi keguguran
5. Pencegahan dan penangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), Infeksi Menular
Seksual (IMS), dan HIV AIDS
6. Kesehatan seksual
7. Kekerasan seksual
8. Deteksi dini untuk kanker payudara dan kanker serviks
9. Kesehatn reproduksi remaja, serta
10. Kesehatan reproduksi lanjut usia dan pencegahan praktik yang membahayakan
seperti Female Genital Multilation (FGM)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi

Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan


faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan repoduksi.
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan
yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses
reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak
buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak
rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan
remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb).
3. Faktor psikologis (dampak keretakan orang tua pada remaja, depresi
karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang
membeli kebebasannya secara materi, dsb).
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca
penyakit menular seksual, dsb).

Sasaran Kesehatan Reproduksi

1. Remaja (Pubertas)
a. Diberi penjelasan tentang masalah kesehatan reproduksi yang diawal dengan
pendidikan seks
b. Membantu remaja dalam menghadapi menarche secara fisik, psikis, sosial, dan
hygiene sanitasinya.
2. Wanita
a. WUS (Wanita Usia Subur)
- Penurunan 33% angka prevalensi anemia pada wanita (usia 15-45 tahun)
- Peningkatan jumlah yang bebas dari kecacatan sebesar 15%
b. PUS (Perempuan Usia Subur)
- Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dengan baik
- Terpenuhinya kebutuhan KB
- Penurunan angka kematian ibu hingga 50%
- Penurunan proporsi BBLR menjadi <10%
- Pembatasan tetanus neonatorum
c. Lansia
- Proporsi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan
pengobatan penyakit menular seksual maksimal 70%
- Pemberian makanan yang banyak mengandung zat kalsium untuk mencegah
osteoporosis.
- Memberi persiapan secara benar dan pemikiran yang positif dalam
menyongsong masa menopause.

Hak-hak Reproduksi

Konferensi internasional kependudukan dan pembangunan menyepakati hal-hal


reproduksi yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik
kesehatan rohani dan jasmani.
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4. Hak dilindungi dan kematian karena kehamilan
5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kehamilan
6. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan
dari pelecehan, perkosaan, kekerasan, penyiksaan seksual
8. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi
9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam berkeluarga dan
kehidupan kesehatan reproduksi
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi

Pengertian Progam KB
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No.10 tahun 1992 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

Tujuan Progam KB
Tujuan umum untuk lima tahun ke depan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu
membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di
masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015. Sedangkan tujuan
program KB secara filosofis adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia.
2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak
langsung,tergantung darI tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah
Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan
cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak
langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat
kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.

Ruang Lingkup Program KB


Ruang lingkup program KB meliputi:
1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
2. Konseling
3. Pelayanan Kontrasepsi
4. Pelayanan Infertilitas
5. Pendidikan sex (sex education)
6. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
7. Konsultasi genetik
8. Tes keganasan
9. Adopsi

Hubungan KB dan Kesehatan Reproduksi


Gagasan utama yang ditawarkan dalam program Keluarga Berencana adalah
perencanaan keluarga, yaitu perencanaan dalam membangun dan menjalankan seluruh
tahapan kehidupan berkeluarga. Keluarga Berencana akan berhasil jika keluarga dan
anggota keluarga mampu dalam merencanakan kehidupan di semua tahapannya.
Tahapan kehidupan berkeluarga dimulai dari kesehatan reproduksi remaja,
merencanakan berkeluarga, merencanakan kehamilan dan jaraknya, merencanakan pola
asuh anak dan merencanakan kehidupan hari tua. Kontrasepsi merupakan salah satu
bagian dalam pengelolaan program Keluarga Berencana. Perencanaan keluarga bertujuan
untuk mewujudkan kehidupan reproduksi yang sehat dapat dijalankan dengan konkrit
diantaranya dengan penggunaan alat kontrasepsi.  
Kesehatan reproduksi yang baik merupakan sebab dan akibat dari upaya
perencanaan hidup yang baik. Jika kesehatan reproduksi dapat dijaga dengan baik, maka
kualitas hidup keluarga secara umum juga dapat ditingkatkan. Penting untuk mengarahkan
masyarakat tentang kontrasepsi untuk mewujudkan kehidupan reproduksi yang sehat agar
terhindar dari kehamilan tidak diinginkan serta kesakitan dan kematian karena kehamilan
terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, dan terlalu banyak.

Priyanti, S., & Syalfina, A. D. (2017). Buku ajar kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana. E-Book Penerbit STIKes Majapahit.

Jalilah, N. H., & Prapitasari, R. (2021). KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA


BERENCANA. Penerbit Adab.

Setyani, R. A. (2016). Serba-Serbi Kesehatan Reproduksi Wanita dan Keluarga Berencana.


PT. SAHABAT ALTER INDONESIA.

Alyensi, F., & Vitriani, O. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur
tentang Kesehatan Reproduksi dengan Partisipasi Suami Dalam Keluarga Berencana.
Jurnal Ibu dan Anak, 7(2), 104-112.

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.(2020).Pahami dan


Rencanakan Kesehatan Reproduksi Dengan Nyaman.

Anda mungkin juga menyukai