Anda di halaman 1dari 2

NAMA :FAUZAN ALMAHDALI

STAMBUK :C 201 18 148


MATA KULIAH :MANAJEMEN STRATEGI

KEBANGKRUTAN PADA BATAVIA AIR

Dengan nama usaha PT Metro Batavia, Yudiawan mendirikan Batavia Air tahun 2001 lalu.
Maskapai ini mulai resmi beroperasi pada 5 Januari tahun 2002 dengan satu unit pesawat
jenis Fokker F28 dan dua unit Boeing 737-200. Sebelum beroperasi secara komersil, Batavia
merupakan penyedia penyewaan pesawat.

Setelah 10 tahun mengudara, Batavia Air dihadapkan pada berbagai masalah. Masalah
utamanya adalah utang yang menumpuk dan akhirnya dijadikan dasar bagi perusahaan jasa
sewa pesawat untuk menggugat pailit Batavia Air. Pengadilan pun menyatakan Batavia Air
pailit. Sejalan dengan keputusan itu, Batavia Air pun terpaksa berhenti beroperasi.

Setelah menghiasi langit Indonesia selama 10 tahun, Batavia Air terpaksa landing selamanya.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti menuturkan,
nama Batavia Air tidak akan ada di udara. Sebab, perusahaan atau direksi yang sudah
dinyatakan pailit, tidak bisa lagi mendirikan maskapai penerbangan. Hal ini sesuai dengan
UU Nomor 1 tahun 2009 pasal 111 tentang penerbangan, yang menyebutkan bahwa salah
satu syarat menjadi direksi adalah tidak pernah dinyatakan pailit.

Maskapai penerbangan PT Metro Batavia (Batavia Air) diputus pailit oleh Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat kemarin (30/1). Pengadilan memutuskan pailit Batavia Air karena dinilai tak
mampu membayar utang perjanjian sewa-menyewa pesawat dengan International Lease
Finance Corporation (ILFC) sebesar US$ 4,69 juta.

Utang yang jatuh tempo pada 13 Desember 2012 tersebut tak kunjung dibayarkan oleh PT
Batavia Air. Elly Simanjuntak, Manajer Humas Batavia Air menjelaskan, keputusan pailit itu
menyangkut ketertarikan Batavia Air mengambil pesawat jenis pesawat Airbus 330 untuk
angkutan penerbangan jemaah haji.
"Ternyata, tiga tahun berturut-turut Batavia Air tak mendapatkan proyek haji, sehingga
terjadi tunggakan-tunggakan pembayaran

Tunggakan pembayaran itulah yang membuat ILFC melayangkan permohonan pailit kepada
Batavia Air ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 20 Desember 2012. Selain ILFC, Batavia
Air juga dilaporkan memiliki tagihan kepada Sierra Leasing Limited, yang juga berasal dari
perjanjian sewa-menyewa pesawat.

Utang yang jatuh tempo pada 13 Desember 2012 itu dilaporkan sebanyak US$ 4,94 juta. Dari
dua kreditur ini saja, Batavia Air memiliki total utang jatuh tempo sebesar US$ 9,63 juta.

Pada Oktober 2012, kajian dari OSK Research Sdn Bhd mensinyalir, bahwa Batavia Air
memiliki utang hingga US$ 40 juta. Bahkan, OSK Research menyatakan, Batavia Air adalah
perusahaan yang sakit dan menilai rencana akuisisi oleh AirAsia sebagai hal yang tak masuk
akal.

Anda mungkin juga menyukai