Jadi pengertian filsafat adalah : ilmu yang mencari penyelesaian atas masalah yang
ditimbulkan oleh ilmu-ilmu positif lain, serta mencari titik temu terhadap semua ilmu-
ilmu lain.
3. METODE FENOMENOLOGIS
Bapak Filsafat Fenomenologis adalah Edmund Husserl (1859 – 1938). Salah satu
pemikir fenomenologis terkenal adalah Martin Heidegger. Fenomenologi
berinspirasi pada pembedaan yang dilakukan oleh Immanuel Kant antara noumenal
dan phenomenal serta pengembangan kritis teori idealisme Hegel.
Husserl mau menentukan metode filosofis ilmiah yang lepas dari prasangka
metafisis. Metode itu harus menjamin filsafat sebagai suatu sistem pengetahuan
yang terjalin oleh alasan-alasan sedemikian rupa sehingga setiap langkah
berdasarkan langkah sebelumnya secara niscaya.
Pengembangan metode fenomenologis mengarah pada pemusatan perhatian kepada
fenomena tanpa praduga. Ungkapan terkenal proses tersebut adalah zu den sachen
selbst (terarah kepada benda itu sendiri).
Hakikat fenomena yang sesungguhnya berada di balik yang menampakkan diri.
Pengamatan pertama belum tentu sanggup membuat fenomena itu mengungkapkan
hakikat dirinya. Karena itu, diperlukan pengamatan kedua yang disebut sebagai
pengamatan intuitif. Pengamatan intuitif ini melalui tiga tahap reduksi, yaitu
reduksi fenomenologis, eidetis dan transendental
Contoh :
Laut itu airnya biru. Disimpulkan / dikatakan biru karena memang kita melihat
air laut tersebut biru. Padahal bila air laut itu kita ambil / teliti lagi dalam sebuah
wadah maka warnanya bukan biru.
7. METODE STRUKTURALIS
Metode ini menekankan peranan dan pengaruh struktur terhadap sesuatu. Dalam
pendekatan metode ini tidak diakui substansi sebagai sesuatu yang berdiri sendiri.
Segala sesuatu yang ditentukan merupakan struktur. Setiap hal ada sangkut
pautnya dengan yang lain. Setiap hal harus dibandingkan dengan yang lain untuk
mengetahui sesuatu itu secara sungguh sunguh.
FILSAFAT MODERN
Zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua
abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan munculnya gerakan
Renaissance. Renaissance akan banyak memberikan segala aspek realitas. Bermula
dari William Ockham (1295 - 1349), yang mengetengahkan via Moderna (jalan
modern) dan via antiqua (jalan kuno). Akibatnya, manusia didewa-dewakan,
manusia tidak lagi memusatkan pikirannya kepada Tuhan dan surga. Dalam era
filsafat modern, muncullah berbagai aliran pemikiran : Rasionalisme,
Empirisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionis, Materialisme, Neo-
Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomologi, Eksistensialisme, dan
Neo-Thomisme.
A. Rasionalisme
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596 – 1650) yang disebut sebagai
Bapak filsafat modern. Yang harus dipandang sebagai hal yang besar adalah
apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctively). Latar belakang
munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala
pemikiran tradisional (skolastik).
Kelemahan Rasionalisme menurut empirisme adalah rasionalisme itu : statis,
dangkal, kaku.
B. Empirisme
Tokoh Empirisme adalah : John Locke (1632-1704), David Hume (1711-1776),
Thomas Hobbes. Kemudian beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat,
pasti dan benar hanya diperoleh lewat indra (pemimpi), dan empirilah satu-satunya
sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir dengan nama empirisme.
Kelemahan Empirisme menurut Rasionalism adalah empirisme itu : dusta,
kebohongan, fenomenologi.
C. Kritisisme
Aliran ini muncul abad ke-18. Zaman baru ini disebut zaman Pencerahan
(Aufklarung). Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan
ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil
yang menggembirakan. Isaac Newton (1642 - 1727) memberikan dasar-dasar
berfikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala
dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum.
Seorang ahli pikir Jerman Immanuel Kant (1724 - 1804) mencoba mengikuti
rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme Humme. Walaupun
semua pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi adanya
pengertian timbul dari benda (empirisme). Ibarat burung terbang harus
mempunyai sayap (rasio) dan udara (empiri).
Jadi, metode berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia mendasarkan diri
pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya
persoalan-persoalan yang melampaui akal.
D. Idealisme
Pelopor Idealisme : J.G. Fichte (1762 – 1814), F.W.J. Scheling (1775-1854),
G.W.F. Hegel (1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).
Kant merasa puas tentang ilmu pengetahuan yang dibatasi secara kritis.
Artinya, gerak yang menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti tesis (gerak
yang bertentangan), kemudian timbul sintesis yang merupakan tesis baru,
yang nantinya menimbulkan antitesis dan seterusnya. Inilah yang disebutnya
sebagai dialektika.
E. Positivisme
Filsafat Positivisme lahir pada abad ke-19. Maksud positif adalah segala
gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-
pengalaman objektif. Beberapa tokoh: August Comte (1798-1857), John S. Mill
(1806-1873), Herbert Spencer (1820-1903).
F. Evolusionisme
Aliran ini dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai pengaruh sampai
saat ini yaitu, Charles Robert Darwin (1809-1882). Ia mendominasi pemikiran
filsafat abad ke-19.Pada tahun 1838 membaca bukunya Malthus An Essay on
the Principle of Population. Buku tersebut memberikan inspirasi kepada Darwin
untuk membentuk kerangka berpikir dari teorinya. Dalam pemikirannya, ia
mengajukan konsepnya survival of the fittest dan struggle for life.Dalam
pemikirannnya, Darwin tidak melahirkan sistem filsafat, tetapi pada ahli pikir
berikutnya (Herbert Spencer) berfilsafat berdasarkan pada evolusionisme.
G. Materialisme
Seorang tokoh lagi (Materialisme Alam) adalah Ludwig Feueurbach (1804-
1872) sebagai pengikut Hegel, mengemukakan pendapatnya, bahwa baik
pengetahuan maupun tindakan berlaku adagium, artinya terimalah dunia yang
ada, bila menolah agama/metafisika. Dari Materialisme Historis/ dialektis, yaitu
Karl Marx (1818-1883), nama lengkapnya Karl Heinrich Marx. Menurut
pendapatnya, tugas seorang filosof bukan untuk menerangkan dunia, tetapi
untuk mengubahnya. Hidup manusia ternyata ditentukan oleh keadaan
ekonomi.
H. Neo-Kantianisme
Tokohnya antara lain Wilhelm Windelband (1848-1915), Herman Cohen (1842-
1918), Paul Natrop (1854-1924), Heinrich Reickhart (1963-1939). Banyak filosof
Jerman yang tidak puas terhadap Materialisme, Positivisme, dan Idealisme.
Mereka ingin kembali ke filsafat kritis. Gerakan ini disebut Neo-Kantianisme.
I. Pragmatisme
Tokohnya William James (1842-1910) lahir di New York, memperkenalkan
ide-idenya tentang pragmatisme kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni,
psikologi, anatomi, fisiologi dan filsafat.
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Maka pragmatisme
adalah suatu aliran yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya
sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis.
J. Filsafat Hidup
Tokohnya adalah Henry Bergson (1859-1941). Pada mulanya ia belajar
matematika dan fisika, tapi ia terjun ke dalam bidang filsafat. Pemikirannya, alam
semesta ini merupakan suatu organisme yang kreatif, tetapi perkembangannya
tidak sesuai dengan implikasi logis. Pemikiran filsfat Henry Bergson ini sebagai
reaksi dari Positivisme, Materialisme, Subjektivisme, dan Relativisme.
K. Fenomenologi
Tokohnya Edmund Husserl (1839-1939), dan pengikutnya Max Scheler (1874-
1928). Fenomologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu
hal yang tidak nyata dan semua. Dan yang lebih penting dalam filsafat
fenomologi sebagai sumber berpikir yang kritis. Pemikirannya, bahwa objek/
benda harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara deskriptif
fenomologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya adalah untuk
melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif.
L. Eksistensialisme
Pelopornya adalah Soren Kierkegaard (1831-1855), Martin Heidegger, J.P.
Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
Kata eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, dan sistensi atau sisto =
berdiri, menempatkan. Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang
memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya,
bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.
M. Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke-19, Gereja Katolik banyak penganut paham
Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti Paham Thomas Aquinas. Kemudian,
akhirnya menjadi suatu paham Thomisme, yaitu :
- Pertama, paham yang menganggap bahwa ajaran.
- Kedua, paham yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah
sempurna, tetapi masih terdapat hal-hal yang belum dibahas.
- Ketiga, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti.
Neo Thomisme disebut juga Neoskolastik adalah semua aliran dalam filsafat
kontemporer yang membangun filsafatnya diatas inti dasar filsafat Thomas
Aquino. Neo Thomisme menganggap ajaran Thomas sudah sempurna. Filsuf Neo
Thomisme sangat produktif, menerbitkan banyak buku dan majalah.
Diringkas oleh :
Sunarty Meliana Sihombing