Anda di halaman 1dari 3

NASKAH DIALOG DRAMA

Judul : Bukan Pengaruh Umur


Tema : Menjenguk Teman yang Sedang Sakit
Jumlah pemeran : 3 orang
Penokohan : A (Protagonis)
B (Deuteragonis)
C (Antagonis)

Sinopsis Drama

Terdapat 3 orang lansia yang memiliki hubungan baik. Mereka adalah C, B, dan A. Mereka
telah saling mengenal sejak lama. Akan tetapi, tidak seperti kedua temannya, C memiliki
sifat yang buruk. Ia adalah orang yang sombong, dan suka memamerkan hal-hal yang
dimilikinya.
Suatu hari, C dan A mendapat kabar bahwa B jatuh sakit. Keduanya pun sepakat untuk
pergi ke rumahnya untuk memastikan keadaannya

Dialog
(Di depan rumah B)
A : (Mengetuk Pintu sembari memanggil nama B)
B : “Iya, tunggu sebentar....”
(B merapikan barang-barang yang ada di ruang tamu)
B : (Membuka pintu) “Masuklah..”
(C dan A masuk kemudian duduk di kursi tamu)
A : “B, bagaimana kabarmu...?”
B : “Alhamdulillah, aku baik-baik saja...”
A : “Kau yakin...? Kami khawatir betul, takut kamu kenapa-napa.. iya kan” (Melihat ke
arah C)
C : (Menganggukkan kepala)
B : (Tertawa) “Biasalah, kecapekan... Makin bertambah umur, kesehatan pun
menurun...)
(C dan A ikut tertawa)
C : “Halah, harusnya kau jaga kesehatanmu baik-baik. Kalau tidak ya lama-lama pasti
ambruk. Menyusahkan saja”
B : “Iya, C..”
C : “Oh iya, kemana anak-anakmu? Apa tidak ada orang di rumahmu ini? Sepi
sekali... Mungkin mereka pun sudah lelah mengurusmu”
A : “Hei, C. Tidak boleh berkata begitu...”
B : “Haha, tak apa. Mereka sedang sibuk bekerja.. Mereka punya kehidupan dan
keluarga masing-masing.. Aku tak ingin membuat mereka khawatir..”
C : “Ya ampun. Anak macam apa mereka itu? Ibunya sakit, tidak ada yang
menjenguk. Apalah artinya kerjaan itu..”
A : (Menepuk C dengan pelan) “Omong-omong, B, pekerjaan seperti apa yang
dikerjakan anakmu sekarang?”
B : “Yang satu bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan, yang satu lagi sedang
magang di sekolah menengah atas di luar kota.. Katanya ia hendak menjadi guru..”
A : “ Alhamdulillah.. Hebat-hebat ya mereka..
C : “Hmm, hebat apanya? Anakku yang paling besar berhasil jadi anggota dewan, yang
satu pegawai negeri, itu baru hebat..! Kalau hanya sekedar karyawan, bisa dipecat kapan
saja”
B : (Tersinggung) “Selama mereka sehat dan bahagia, itu sudah lebih dari cukup..”
C : “Apalah gunanya hidup kalau kebutuhan tidak terpenuhi? Lihatlah, kesehatan ibu
mereka sedang tidak baik, tapi tidak ada yang menyempatkan diri untuk datang, padahal
kerjanya biasa saja..!”
A : “Sudahlah, C.. Yang penting sekarang keadaan B sudah membaik, itulah yang
terpenting”
C : “Terserahmu saja. Oh iya, aku hampir lupa. Lihat gelangku yang baru ini.. Cantik
sekali kan?”
A : “Iya, itu gelang yang bagus.. Dimana kamu membelinya?”
C : “Oh, ini pemberian anak keduaku.. Ini edisi terbatas, tidak ada duanya..! Lihat juga
cincin dari anak pertamaku ini, yang seperti ini tidak akan mampu dibeli karyawan biasa..”
B : “Begitu, ya.. Kamu memiliki anak-anak yang baik..”
C : “Jelas lah.. Selain itu, kalian tahu yang paling hebat dari itu? Yaitu meski jabatan
mereka tinggi, mereka masih bisa mengunjungiku dan memberiku hadiah di tengah
kesibukan mereka..! Tidak seperti anaknya seseorang..”
B : (Berdiri dan menatap C dengan marah) “Kau sudah melewati batas, C. Buat apa
kau kemari? Kau hanya membuat kesehatanku semakin– Uhuk, uhuk!!” (Terbatuk-batuk)
A : “B..! Kamu baik-baik saja..?!”
A : “C, kamu memang sudah kelewatan. Bagaimana bisa kau berkata begitu pada
temanmu sendiri..? Apalagi keadaannya sedang tidak baik. Ingatlah umurmu, kau sudah
bukan anak-anak lagi..!”
C : “... Benar, aku sudah melewati batas. Maafkan kelakuanku yang tidak sopan. Aku
kesini untuk menjengukmu, bukan untuk memperburuk keadaanmu..!”
B : “Tidak apa-apa, asal kau mengetahui kesalahanmu dan berniat memperbaikinya..”
A : “Kalau begitu, kami pamit pulang dulu ya B”
B : “Baiklah. Terima kasih sudah datang mengunjungiku..”
C : “Cepat sembuh, ya..!”

Anda mungkin juga menyukai