Anda di halaman 1dari 7

Menjaga nama baik keluarga

Pagi hari di pinggir jalan...

(Brukk) ada seorang gadis yang terjatuh di pinggir jalan. (Gadis itu merintih kesakitan
sembari memegangi kaki kanannya.

Kemudian segera Terlihat seorang gadis datang menghampiri dengan maksud ingin

menolong. A: Eh kamu gapapa? Apa ada yang sakit? (Berjongkok menyesuaikan)

(): Euhh! Ini kayaknya kakiku keseleo

A: sini aku bantu berdiri (hendak membantu kemudian memapahnya)

(): Thanks ya

A: iya, di mana rumah kamu? Biar aku anter ini

(): Maaf yah kalo ngerepotin, rumah aku di jalan matahari pas di belakang rumah itu (sambil

menunjuk) A: ngga ngerepotin kok, rumah kamu juga deket

(A) pun memapah gadis tersebut

Sampai di depan rumahnya....

A: yang ini rumah kamu?

(): Iya bener. Makasih udah bantu aku.

Kemudian terlihat seorang wanita keluar dari rumah tersebut

(): YA ALLAH NAK! KAMU KENAPA? Kok dipapah gitu?

Terlihat wanita yang diduga ibunya itu khawatir.

(): ini buk, tadi aku jalan sambil main hp terus jatuh kesandung batu.

(): Mangkanya kan ibuk dah bilang berapa kali kalo jalan jangan sambil main hp. Liat sekarang gimana.
Oh sampe lupa ini (A) ya? Anaknya ... Kan?

A: iye bener Bu

(): Aduh makasih ya udah bantu mapah anak saya

A: iya Bu,sama sama

(): Coba kamu liat nih si (A). Dia anaknya sopan sama orang tua, suka nolong coba kamu tiru sikapnya

itu. Gadis itu hanya menunduk mendengar perkataan ibunya itu.

A: ah ibu bisa aja! Kalau gitu saya izin pamit dulu ya.

(): Eh! Ngga mau mampir dulu nak?


A: tidak usah Bu, makasih saya masih ada kepentingan. Assalamualaikum

(): Waalaikumsalam

(A) memang terkenal dengan sikap rendah hatinya, suka menolong, sangat sopan dan ramah senyum.
Dia juga anak yang membanggakan bagi keluarganya, dia banyak memenangkan piala penghargaan atas
lomba akademik sehingga orang-orang berpikir bahwa (A) adalah gadis yang sempurna. Hidup
dikeluarga yang harmonis dan dididik sopan santun sejak dini membuat (A) terbiasa dengan tata
Krama. Orang tuanya sudah mengajarkan pendidikan tentang adap dan sopan santun sejak (A) masih
kecil. Orang tuanya terus menanamkan kata kata bahwa kita harus mengharumkan dan menjaga nama
baik keluarga. Karena hal itu (A) berusaha keras menjadi anak yang bisa mengharumkan dan menjaga
nama baik keluarganya.

Di perjalanan pulang menuju rumahnya, (A) melihat seorang gadis yang tak lain adalah adiknya
sedang merundung gadis lainnya.

B: Coba aja tadi kamu nurut, kan aku ngga akan marah sampe kayak gini (Meremas bahu gadis itu)

Sementara gadis itu sudah tertunduk menahan tangis.

(A) pun bergegas menghampiri mereka

A: heh (B)! Please lah jangan buat onar Mulu! Yang dapet imbasnya nanti keluarga kita juga

B: ish! Sial udah sana pergi!! (melepaskan cengkraman dan menyuruh gadis itu pergi)

Imbas? Kakak aja yang takut denger omongan negatif orang soal keluarga kita. Kakak kan ngga terbiasa.

A: udah hentikan perbuatan membangkangmu itu, kamu ga kasihan sama ayah? Sama ibu? Mereka juga
nanggung perkataan ngga enak dari orang kalo kamu terus bersikap kayak gini. Apa kata orang nanti?

B: Kakak selalu mikir gimana kata orang terus. Asal kakak tahu aja ayah yang sangat kakak agungkan itu,
dia selingkuh dari ibu!

A: jangan bicara yang engga engga (B)! Kamu sampai fitnah ayah ngelakuin hal yang ngga senonoh itu!
Mana mungkin ayah yang selalu ngasih tahu kita untuk jaga nama baik keluarga itu selingkuh? Kan ngga
mungkin banget.

B: kakak ngga percaya? Di dunia ini ngga ada yang ngga mungkin kak! Terserah kakak mau percaya ato
ngga. Nanti kalo kakak tahu kebenarannya aku harap kakak bisa kuat Nerima kenyataan.

A: udah omongan kamu makin ngelantur. Kakak ingetin kamu kalo pulang jangan malam malam.

(A) pun pergi meninggalkan adiknya itu berniat ingin pulang menuju rumahnya itu.

Memang, sifat (B) berbanding terbalik 180° dengan sang kakak. Berbeda dengan sang kakak, (B) sangat
suka membuat onar. Orang-orang banyak membicarakan dan membandingkannya dengan sang kakak,
bagaimana bisa kedua gadis tersebut adalah saudara kandung?

Saat di perjalanan pulang, (A) terus memikirkan perkataan adiknya itu? Bagaimana kalau hal itu benar
adanya? Ah tidak mungkin! Pikirnya.
A: udahlah ngga guna juga mikirin itu (Benaknya)

Setelahnya sampai di rumah..

A: Assalamualaiku ehm (A) pulang

C: Waalaikumsalam (A)

A: eh (c) ngapain di sini?

C: masak ke rumah sepupu sendiri ditanyain ya mau main lah

A: ya kan cuma kaget aja ngga bilang-bilang dulu

C: ya kan aku mau ngasih surprise gitu! Lama loh aku di luar kota ngga kangen gitu?

A: ya kangen lah (sambil berpelukan)

C: Aku sekalian mau nginep nih!

A: hm.. ok

C: Btw, mana (b)?

A: biasa, main di luar

C: ohh! Tetep aja tuh anak?

A: ya gitulah..

Beberapa jam pun berlalu

Kini hari sudah menjelang sore terdapat suara pintu terbuka yang tak lain ia adalah (B) yang baru
saja pulang.

B: Eh ada kak (C), kapan balik?

C: tadi pagi. Kamu masih suka aja ya keluyuran gini?

B tidak menanggapi.

B: ya udah kak aku ke kamar dulu ya

B pun pergi dari ruang tamu meniggalkan C sendirian.

Sementara itu saat ini A hendak duduk di teras rumahnya guna untuk menikmati angin sepoi-sepoi.
Matanya tertuju pada hp yang berada di atas meja di sebelahnya. Ia tahu itu milik siapa.Benar itu milik
ayahnya. Ia sangat ingin untuk mengecek isi hp itu. Tetapi di dalam benaknya dia berpikir pantaskah aku
mencurigai ayahku sendiri. Saat ia terlarut dalam pikirannya sendiri tiba-tiba ada notifikasi berbunyi
dari hp tersebut. Netranya sudah melihat pesan dari notifikasi itu. Ia berpaling dan terkejut dengan
nama kontak dan isi pesan tersebut. Di sana tertuliskan kontak "my love" dengan pesan "nanti malam
ketemuan di tempat biasa ya"

Ia segera bergegas pergi masuk ke dalam rumahnya.


Keesokan paginya...

(A) hendak pergi keluar rumahnya. Ia memang ada janji dengan temannya itu. Ia akan pergi ke rumah
temannya untuk membahas tugas kelompok.

Sesampainya di rumah temannya

A: Assalamualaikum, (D)

D: Waalaikumsalam, sini masuk

Saat A hendak duduk di kursi D bertanya..

D: eh kamu kok kaya orang ga tidur berhari hari gitu?

A: hmm kayaknya aku kecapean aja

D: oh yaudah. Tapi kamu kalau ada masalah boleh kok cerita sama aku. Aku siap dengerin. Tapi kalo
kamu ga mau cerita ya gapapa itu privasi kamu

A: thanks ya tapi aku beneran gapapa kok

Mereka pun mulai Berdiskusi tentang tugas kelompok mereka. Selama berdiskusi, (A) seringkali
terbawa oleh pikirannya sendiri. (D) yang melihat itu pun berusaha memakluminya mungkin dia benar-
benar ada masalah serius.

(A) masih tidak habis pikir dengan perilaku ayahnya itu. Ia merasa dikhianati.padahal ayahnyalah yang
selalu mengingatkan bahwa kita harus menjaga martabat keluarga dan harus mengharumkan nama baik
keluarga. Selama ini dia hidup dengan terus mengamalkan kalimat itu. Sekarang dia merasa seperti
usahanya selama ini telah sia sia dihancurkan oleh ayahnya itu. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana
jika hal ini nantinya tersebar dan menjadi buah bibir orang-orang. Bagaimana dia akan menyembunyikan
mukanya itu dari menanggung malu atas perbuatan ayahnya itu. Dan yang paling dia takuti adalah
bagaimana jika ibunya sampai mengetahui hal itu. Ia takut jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

D: udah deh Mending kamu pulang aja. Kalau kamu ga bisa fokus gini. Mending kamu tenangin pikiran
aja dulu

A: tapi gimana sama tugasnya?

D: udah gpp kalo segini aku masih bisa ngerjain sendiri.

A: aku jadi gaenak sama kamu. Karena aku kamu..

D: udah kayak kesapa aja biasa aja kali. Udah sana cepet pulang. Jangan lupa istirahat ya.

A: oke thanks ya. Assalamualaikum

D: Waalaikumsalam

A pun pulang menuju rumahnya dengan berjalan kaki.

Sesampainya di depan rumah ia masuk lalu melihat ibunya duduk di teras rumahnya. Ia bisa melihat
bahwa ibunya habis menangis. Ia langsung berpikir apakah ibunya tahu?
A: ibu kenapa? Kok kayak habis nangis?

(): Ibu kecewa. Kecewa sama ayah kamu. Dia selingkuh. Apa kamu juga sudah mengetahuinya? Adikmu
juga sudah mengetahuinya lebih dahulu daripada ibu. Kalian harus menguatkan diri dengan kabar
perceraian ini.

A hanya bisa diam membisu. Hal yang paling ia takuti itu benar saja terjadi.

A pergi masuk ke dalam ruang tamunya di sana ada adiknya yang sedang duduk bermain hp.

B: Sekarang kakak udah percaya sama kata-kata aku waktu itu? Gimana gak nyangka kan?

A: mending kamu diam aja dulu! Situasi kita lagi kayak gini dan kamu enak-enakan main game.

B: terus aku harus nangis-nangis gitu? Buang-buang tenaga aja. Lagi pula ga ada yang akan berubah kan
kalo aku ga nangis?

A: udahlah. Tapi tolong hargain dikit aja. Jangan bersikap bodo amat gini!

B: emang kakak tahu dari mana kalo aku bodo amat sama masalah ini. Mana mungkin aku biasa aja
ngeliat hubungan keluarga di ujung tanduk gini? Kakak tuh ga pernah tahu tentang aku. Kakak cuma
ngeliat aku dari sikapnya aja. Perbuatan sama hati itu kadang ga sinkron. Coba kakak liat dari sudut
pandang aku sekali aja. Jadi kakak bakal ngerasain gimana jadi aku.

B pun pergi meninggalkan A sendirian di sana.

A terus berdiri mematung di sana. Hingga C datang menghampirinya.

A: aku harus gimana? Ini semua salahku? (Sambil menahan tangis)

B: ga bukan salah kamu kok. Di situasi ini yang salah itu ayah kamu. Jadi jangan coba nyalahin diri kamu
sendiri.(sambil memeluk A)

Keesokan harinya D datang ke rumah A. Ia ingin menanyakan pendapat A untuk tugas kelompok itu.

D: Assalamualaikum (A)

D berkali-kali memanggil tetapi tidak ada respon. Dan akhirnya c pun keluar.

C: Waalaikumsalam. Eh D ya?

D: iya. Kamu kapan balik kok gak bilang bilang?

C: hehe sorry. Baru nyampe kemarin lusa kok. Kan ga lama lama amat.

D: hmm ok². Btw mana A.

C: lagi mandi. Yaudah sini duduk.

D pun duduk di kursi yang berada di teras rumah tersebut.

Keduanya berbincang hingga A datang dan bergabung bersama mereka.

A: eh sorry lama ya nunggunya


D: eh kok kamu kayak makin parah aja deh. Muka kamu juga pucat gitu. Kamu sakit atau ada masalah?

C: pasti kamu mikirin perceraian om sama Tante kan?

Sial dia tidak bisa menutup mulutnya itu.

A melotot lebar. Kenapa C membicarakan hal itu dihadapan D.

C: Maaf aku ga sengaja kamu tahu kan kalo aku sering keceplosan.

D: ah ternyata masalah keluarga. Kalau gitu aku juga ga berhak tahu maaf aja kalau aku sebelumnya
nanya² terus kamu kenapa

A: Ga. Aku memang ga bisa nyembunyiin ini lebih lama dari kamu. Ya, orang tuaku akan berpisah.
Ayahku selingkuh dengan wanita lain. aku kesal. Selama ini aku sudah berusaha mengharumkan nama
keluarga ini. Tapi dia dengan mudahnya..

D: A, selama ini kamu udah berusaha keras, tapi disisi lain kamu juga harus ikhlas ngelakuinnya. Bukan
semata-mata karena ingin terlihat baik aja. Kalau kamu ikhlas pasti bakal ngebuat hati kamu lebih
tenang.

C: bener tuh, kamu juga perbaiki hubungan kamu sama adik kamu itu. Setelah bercerai hanya ada kalian
berdua bagi ibu kalian jadi kalian harus saling menguatkan.

A: makasih ya sarannya aku akan coba introspeksi diri

D pun menunjukan hasil kerjanya itu kepada A. Dan ternyata A setuju. Selepas itu mereka berbincang
bincang sekejap.

D: eh aku pulang dulu ya. Takutnya mama aku nyariin.

A: iya. Sampaiin salam aku buat Tante.

D: ok. Assalamualaikum.

A/C: Waalaikumsalam.

C: hati hati dijalan.

D pun pulang kerumahnya dengan berjalan kaki. Di jalan dia bertemu dengan B. Dia pun
menghampirinya.

D: kamu adeknya A kan? B?

B: iya.

D: maaf kalau kedengarannya ngecampurin urusan keluarga kalian. Aku denger kalian bertengkar kan?
Lebih baik kalian baikan aja. Kalau kamu nyeritain keluh kesahmu ke kakakmu dia bakalan ngerti kok. Dia
kan memang orang yang ga peka. Aku harap kamu bisa dengerin saran aku ini. Yaudah aku balik dulu,
bye.

B hanya termenung di tempat.

Sementara A di ruang tamu rumahnya sedang menanti B pulang.


Akhirnya B yang ditunggunya pun kembali pulang.

B membuka pintu ruang keluarga. Dia melihat kakaknya duduk di sana.

A yang melihat itu langsung berdiri.

A: kakak mau minta maaf soal kemarin. Kakak juga bakal ngertiin kamu. Kakak juga akan melihat
masalah dari sudut pandang yang berbeda beda.

B: aku juga minta maaf kak. Beban kakak sebagai anak sulung pasti banyak. Maaf kak.

A: gapapa kita kedepannya hanya bertiga di keluarga ini jadi kita harus saling menguatkan.

B: iya kakak aku masih punya kakak Sama ibu.

(B menahan tangis)

A pun memeluk B dan kemudian mereka menangis bersama-sama.

Beberapa Minggu telah berlalu. Kini kedua orang tua A dan B telah resmi bercerai. Kini, A sudah tidak
peduli dengan desas desus negatif dari orang lain. Yang terpenting baginya sekarang adalah
kebahagiaannya dan keluarganya itu, dan juga dia sudah bekerja keras menjaga nama baik keluarganya
itu dengan hati yang ikhlas dan selalu berlaku positif. jika ada omongan negatif tentangnya dan
keluarganya ia akan bersikap bodo amat, toh dia juga tidak akan rugi dan biarlah orang² yang tidak
punya kerjaan seperti mereka akan lelah dengan sendirinya. B juga sekarang menjadi lebih penurut. Ia
tahu jika ia berbuat onar dan hal memalukan yang terkena imbasnya pastilah kakak dan ibunya. Ia tak
mau hal itu terjadi. Jadi dia sedikit demi sedikit merubah pola hidupnya itu menjadi pribadi yang lebih
baik. Dengan perceraian, mungkin inilah jalan yang terbaik bagi kedua belah pihak. Mereka dapat hidup
bahagia di jalannya masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai